PENDAHULUAN1
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Maksiat hati
Maksiat hati adalah segala dosa yang muncul dari segumpal darah tersebut.
Nabi tegaskan,
"Sesungguhnya di dalam badan ini terdapat sekerat daging. Jika ia baik, maka baiklah
seluruh badan, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh badan. Sesungguhnya itu
adalah hati." (HR Bukhari).
Dikutip dari Kitab Bidayatul Hidayah, tentang tiga penyakit hati, yang
ketiganya saat ini banyak menggrogoti hati orang-orang yang berilmu juga hati dari
kebanyakan manusia , tiga penyakit hati ini menjadi biang dari penyakit-penyakit hati
lainnya. Ketiga penyakit yang dimaksud adalah: Hasad (dengki), Riya’(suka pamer),
dan ‘Ujub (suka membanggakan amal diri sendiri). Dan hendaklah kita menghindari
penyaki-penyakit hati tersebut dengan semaksimal mungkin yakni melakukan
menyucikan hati, antara lain dengan membangun dan menata niat dalam mempelajari
suatu ilmu dengan sungguh-sungguh untuk mencapai ridMaksiat dapat bermakna
2
perbuatan dosa, buruk atau tercela. Umat muslim kerap memaknai maksiat sebagai
perbuatan yang melanggar perintah Allah. Di samping itu, maksiat bisa berarti
perbuatan menentang, membangkang atau mendurhakai. Maka dari itu maksiat
merupakan perbuatan yang wajib kita hindari.
ٌ ْص هَّللا َ َو َرسُولَهُ َويَتَ َع َّد ُحدُو َدهُ يُ ْد ِخ ْلهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا َولَهُ َع َذابٌ ُم ِه
ين ِ َو َم ْن يَع
Artinya: “Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan
melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api
neraka sedang ia kekal di dalamnya dan baginya siksa yang menghinakan”.
Salah satu contoh yang masuk dalam kategori maksiat adalah maksiat hati.
Sebagian dari beberapa maksiat hati ialah pamer dengan perbuatan-perbuatan baik, di
antaranya riya’ yang artinya beramal karena ingin dilihat oleh orang lain. Riya’ bisa
meleburkan pahala, sebagaimana ‘ujub (bangga diri) terhadap ketaatannya kepada
Allah. Sikap ‘ujub merupakan seseorang yang melihat bahwa ibadah tersebut muncul
dari dirinya tanpa adanya fadlumminallah.
Selain itu, termasuk maksiat hati adalah ragu akan keberadaan Allah Swt,
merasa aman dari azab (siksa) Allah Swt, serta putus asa dari rahmat-Nya. Maksud
dari merasa aman terhadap azab Allah Swt adalah dengan melakukan perbuatan
maksiat, sedangkan dia meyakini bahwa Allah Swt itu Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang akan mengampuni segala perbuatannya.
Kemudian putus asa dari rahmat Allah Swt. Putus asa dari rahmat Allah
merupakan dosa besar. Meskipun seseorang tersebut telah melakukan perbuatan dosa,
tetap tidak diperbolehkan untuk putus asa. Salah satu penyebab munculnya rasa putus
asa adalah dikarenakan mempunyai sifat berprasangka buruk terhadap rahmat dan
pemberian Allah Swt. Padahal di dalam Al-Qur’an, Allah Swt telah
3
menginformasikan dengan jelas dengan melarang hamba-Nya untuk berputus asa dari
rahmat-Nya.
ho Allah swt.
1. Ria’ dengan amal kebaikan, yaitu beramal kebaikan agar mendapat pujian dari
manusia. Perbuatan ria ini dapat meleburkan pahala dari amal baik yang dikerjakan,
seperti ujub yaitu merasa bahwa ibadahnya timbul dari dirinya sendiri atau usahanya
semata-mata, bukan dari karunia Allah SWT.
2. Meragukan adanya Allah SWT, yang diragukan kesempurnaan Allah SWT dan sifat-
sifat wajib bagi-Nya, Merasa aman dari murka Allah SWT padahal dosanya melimpah
dan amal ibadahnya tidak sempurna atau malas, putus asa dari rahmat Allah SWT,
padahal Allah SWT.
3. Takabur atau sombong terhadap hamba-hamba Allah SWT, Yaitu menolak sesuatu
yang hak atau benar, menghina manusia dan menganggap bahwa ia lebih baik atau
lebih unggul dari pada kebanyakan makhluk Allah SWT (padahal mungkin
sesungguhnya orang lain lebih baik dari padanya. Maka pada hakikatnya orang yang
paling bodoh di dunia ini adalah orang yang takabur, disamping orang yang musyrik.
4. Hiqdu (dendam) Yaitu menyembunyikan rasa permusuhan padahal selalu mencari
kesempatan untuk mencelakakan orang lain.
5. Hasud Yaitu membenci kenikmatan yang ada pada orang lain dan batinnya merasa
tertekan apabila ia tidak membencinya atau tidak memenuhi tuntutan hasudnya (yaitu
berusaha menghilangkan nikmat orang lain).
6. Buruk sangka kepada Allah SWT,. Mendustakan takdir/qadha Allah SWT
(menganggap semua kejadian tidak masuk akal dan bukan merupakan takdir Alloh
SWT.
7. Merasa gembira melakukan perbuatan maksiat, baik yang dilakukannya sendiri atau
yang dilakukan oleh orang lain dan mengingkari janji walaupun kepada orang kafir.
8. Bakhil atau enggan melaksanakan kewajiban dari Allah SWT (missal zakat dan
sebagainya), kikir, tamak dan rakus terhadap harta orang lain, menghina suatu perkara
dan menganggap kecil perkara yang diagungkan Allah SWT.
4
B. Dampak dari maksiat2
Perbuatan maksiat memiliki dampak yang buruk pada diri orang yang
melakukannya. Dosa juga membahayakan hati dan fisik. Imam ibnu qoyim memberi
penjelasan mengenai berbagai dampak dari perbuatan maksiat. Berikut ini adalah
dampak dari perbuatan maksiat menurut Imam Ibnu Qayyim, sebagaimana dikutip
dari kitabnya berjudul Al-Jawab Al-Kafi li Man Sa’ala an ad-Dawa’ asy-Syafi:
1. Hilangnya ilmu
2. Kekosongan hati
4. Kegelapan hati
2
https://annurngrukem.com/maksiat-hati-manusia-wajib-jauhi-in
5
5. Memperpendek umur
7. Mencegah pertobatan
6
Perbuatan dosa yang dilakukan akan menimbulkan sikap
berlebih-lebihan pada diri manusia dan bisa memicu terjadinya
bencana gempa bumi
7
BAB III
KESIMPULAN