Anda di halaman 1dari 29

Seni Membatik

(Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Seni Rupa)

Dosen Pengampu: Yolanda Fahrul, M.Pd.

Oleh kelompok 2:

Anisa Elviani 2186206018


Erlina Widya Santri 2186206066
Illia Hazanah 2186206078
Nurul Hidayah 2186206131
Suci Mar Atul Auliati 2186206176
Syahrul Abdullah 2186206177

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
BANGKINANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun tugas
makalah dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam tugas ini kami
akan membahas mengenai Seni Membatik. Tugas makalah ini telah dibuat dengan
berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan tugas ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangunkan kami.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan tugas selanjutnya. Akhir kata semoga tugas yang kami buat ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan dapat memberikan nilai lebih
pada proses.

Bangkinang, 03 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI..........................................................................................3
A. Pengertian Batik............................................................................................3
B. Sejarah Batik di Indonesia...........................Error! Bookmark not defined.
C. Teknik Membatik..........................................................................................6
D. Ragam Batik..................................................................................................8
E. Pengaruh Membatik Ecoprint terhadap Perkembangan Kreativitas Seni
Anak di Taman Kanak-Kanak............................................................................12
F. Kegiatan Membatik Pada Anak Usia 7-8 Tahun........................................18
G. Kegiatan Ekstrakurikuler Membatik Terhadap Kemampuan Membatik Seni
Rupa Siswa Sekolah Dasar.................................................................................19
BAB III PENUTUP...............................................................................................21
A. Kesimpulan.................................................................................................21
B. Saran............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batik merupakan sebuah karya seni yang berasal dari budaya
Indonesia dengan corak yang beragam dengan mengadaptasi berbagai bentuk
dari eksplorasi alam maupun kebudayaan yang ada di Indonesia. Serta tata
warna yang khas dari setiap daerah yang menunjukan identitas bangsa
Indonesia.
Batik juga merupakan sebuah ikon produk atau aset budaya bangsa
Indonesia yang memiliki nilai historis serta memiliki kualitas dan dapat
bersaing dengan kesenian tradisional negara lain. Seiring dengan
perkembangan kebudayaan, itu tidak menghilangkan ciri khas batik yang
memiliki nilai tradisional.
Teknologi pada saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat
terlihat dengan perkembangan pembuatan batik yang semakin mengalami
pengembangan dimana batik saat ini memiliki berbagai banyak jenisnya dari
mulai batik printing atau pembuatannnya menggunakan mesin cetak serta ada
juga jenis canting elektronik.
Pada masa ini, batik tidak hanya dinikmati atau dipakai oleh seorang
bangsawan keraton akan tetapi batik pada masa kini bersifat universal artinya
dapat dinikmati oleh setiap orang dari mulai anak-anak, remaja maupun
dewasa tanpa melihat jabatan maupun kasta.
Salah satu yang menjadi harapan agar batik akan terus terjaga
pelestariannya yaitu dengan adanya pengrajin batik. Pengrajin batik pada
setiap daerah di Indonesia sudah semakin banyak akan tetapi jumlahnya
belum merata pada setiap daerah di Indonesia dimana ada yang jumlahnya
banyak maupun sedikit bahkan tidak sedikit daerah yang tidak mempunyai
pengrajin batik. Pengrajin batik merupakan hal terpenting untuk

1
keberlangsungannya budaya batik di Indonesia. Semoga dengan adanya
makalah Seni Membatik ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.

2
3

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Batik?
2. Jelaskan Sejarah Batik di Indonesia!
3. Jelaskan Teknik dalam membatik!
4. Jelaskan berbagai ragam batik di Indonesia!
5. Jelaskan Pengaruh Membatik Ecoprint terhadap Perkembangan
Kreativitas Seni Anak di Taman Kanak-Kanak!
6. Jelaskan Kegiatan Membatik Pada Anak Usia 7-8 Tahun!
7. Jelaskan pengaruh Ekstrakurikuler Membatik Terhadap Kemampuan
Membatik Seni Rupa Siswa Sekolah Dasar!

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang batik.
2. Menjelaskan Sejarah Batik di Indonesia.
3. Menjelaskan Teknik dalam membatik.
4. Menjelaskan berbagai ragam batik di Indonesia.
5. Menjelaskan Pengaruh Membatik Ecoprint terhadap Perkembangan
Kreativitas Seni Anak di Taman Kanak-Kanak.
6. Menjelaskan Kegiatan Membatik Pada Anak Usia 7-8 Tahun.
7. Menjelaskan pengaruh Ekstrakurikuler Membatik Terhadap Kemampuan
Membatik Seni Rupa Siswa Sekolah Dasar.
4
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Batik
Batik merupakan hal yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia saat
ini. Batik merupakan salah satu warisan nusantara yang unik. Keunikannya
ditunjukkan dengan barbagai macam motif yang memiliki makna tersendiri.
Menurut Asti M. dan Ambar B. Arini (2011: 1) berdasarkan etimologi dan
terminologinya, batik merupakan rangkaian kata mbat dan tik. Mbat dalam
bahasa Jawa dapat diartikan sebagai ngembat atau melempar berkali-kali,
sedangkan tik berasal dari kata titik. Jadi, membatik artinya melempar titik
berkali-kali pada kain. Adapula yang mengatakan bahwa kata batik berasal
dari kata amba yang berarti kain yang lebar dan kata titik. Artinya batik
merupakan titik-titik yang digambar pada media kain yang lebar sedemikian
sehingga menghasilkan pola-pola yang indah. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, batik memiliki arti kain bergambar yang pembuatannya secara
khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian
pengolahannya diproses dengan cara tertentu.
Batik sudah ada sejak jaman Majapahit dan sangat populer sampai
saat ini. Tidak ada yang dapat memastikan kapan batik tercipta. Namun, motif
batik dapat terlihat pada artefak seperti pada candi dan patung. Menurut Asti
M. dan Ambar B. Arini (2011: 1) kesenian batik adalah kesenian gambar di
atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-
raja Indonesia. Memang pada awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam
keraton, untuk pakaian raja dan keluarga, serta para pengikutnya. Batik yang
masuk kalangan istana diklaim sebagai milik dalam benteng, orang lain tidak
boleh mempergunakannya. Hal inilah yang menyebabkan kekuasaan raja
serta pola tata laku masyarakat dipakai sebagai landasan penciptaan batik.
Akhirnya, didapat konsepsi pengertian adanya batik klasik dan tradisional.
Penentuan tingkatan klasik adalah hak prerogatif raja.

5
6

Banyaknya pengikut raja yang tinggal di luar keraton, menjadikan


keterampilan membuat batik meluas dan ditiru oleh masyarakat sekitar
Bahkan membatik menjadi pekerjaan wanita untuk mengisi waktu luangnya.
Akibatnya batik yang semula hanya dipakai oleh keluarga keraton, menjadi
pakaian rakyat. Pada awal keberadaannya, motif batik terbentuk dari simbol-
simbol bermakna, yang bernuansa tradisional Jawa, Islami, Hinduisme, dan
Budhisme. Dalam perkembangannya, batik diperkaya oleh nuansa budaya
lain seperti Cina dan Eropa modern.

B. Sejarah Batik di Indonesia


Sejarah batik di Indonesia terkait erat dengan perkembangan Kerajaan
Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa. Dalam beberapa
catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada zaman Kesultanan
Mataram, lalu berlanjut pada zaman Kasunanan Surakarta dan Kesultanan
Yogyakarta. Kesenian batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Kerajaan
Majapahit danterus berkembang sampai kerajaan berikutnya beserta raja-
rajanya. Kesenian batik secara umum meluas di Indonesia dan secara khusus
di pulau Jawa setelah akhir abadke-18 atau awal abad ke-19.Teknik batik
sendiri telah diketahui lebih dari 1.000 tahun, kemungkinan berasal dari
Mesir kuno atau Sumeria. Teknik batik meluas di beberapa negara di Afrika
Barat seperti Nigeria, Kamerun, dan Mali, serta di Asia, seperti India, Sri
Lanka, Bangladesh, Iran, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hingga awal
abad ke-20, batik yang dihasilkan merupakan batik tulis. Batik cap baru
dikenal setelah Perang Dunia I berakhir atau sekitar tahun 1920. Kesenian
batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah
satu kebudayaan keluarga kerajaan di Indonesia zaman dahulu. Awalnya
kegiatan membatik hanya terbatas dalam keraton saja dan batik dihasilkan
untuk pakaian raja dan keluarga pemerintah dan para pembesar. Oleh karena
banyak dari pembesar tinggal di luar keraton, maka kesenian batik ini dibawa
oleh mereka keluar dari keraton dan dihasilkan pula di tempatnya masing-
7

masing. Lama kelamaan kesenian batik ini ditiru oleh rakyat jelata dan
selanjutnya meluas sehingga menjadi pekerjaan kaum wanita rumah tangga
untuk mengisi waktuluang mereka. Bahan-bahan pewarna yang dipakai ketika
membatik terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri
antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila. Bahan sodanya dibuat
dari soda abu, sedangkan garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Seni batik merupakan salah satu kesenian khas Indonesia yang sejak
berabad-abad lamanya hidup dan berkembang. Batik merupakan salah satu
bukti peninggalan sejarah budaya bangsa Indonesia (Handoyo, 2008: 3).
Banyak hal dapat terungkap dari seni batik seperti latar belakang
kebudayaan, kepercayaan, adat istiadat, sifat dan tata kehidupan, alam
lingkungan, cita rasa, tingkat keterampilan, dan lain-lain.Berbicara mengenai
batik tidak lengkap jika tidak membahas mengenai pengertian, jenis, serta
ornamen yang ada pada batik. Batik berasal dari kata “mba” (menulis) dan
“tik” (titik) dapat diartikan dengan menulis titik-titik menggunakan alat
canting dan lilin malam di atas kain. Dengan kata lain, batik merupakan karya
seni dengan teknik pewarnaan rintang ruang dengan memanfaatkan lilin
malam sebagai perintang warna (Ginanjar, 2015: 45). Sejalan dengan
Ginanjar, Ramadhan (2013: 13) menjelaskan bahwa batik berasal dari kata
“amba” dan “tik” yang artinya adalah menulis/melukis titik. Ada lagi yang
mengatakan kata batik sebenarnya berasal dari kata titik, yang diberi imbuhan
mba. Dalam bahasa Jawa, imbuhan mba ini mengubah fungsi sebuah kata
menjadi kata kerja. Jadi, batik diartikan sebagai pekerjaan membuat titik
Dalam suatu proses pembuatan batik/karya seni ada gagasan awal yang
tercipta. Setiap karya seni dihasilkan oleh seniman lewat suatu proses
tertentu. Proses ini merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari kegiatan
batiniah serta lahiriah, dilakukan seniman atau pelaku seni dengan target
terwujudnya tampilan karya seni. Bagi seniman proses ini merupakan sarana
dasar untuk menopang terwujudkannya karya seni yang diinginkan.Setiap
seniman terobsesi agar karya seni yang dihasilkan berpenampilan spesifik.
Karena itu dipilihlah proses tertentu yang dapat mendukungnya, yaitu proses
8

kreasi (Soehardjo, 2012: 113). Menurut Syarif (2018: 11) menyatakan bahwa
karya seni diciptakan dengan maksud atau tujuan tertentu, dengan cara
mentransfer dari proses mencipta kepada ciptaan (work of art). Tujuan
dibuatnya karya seni ini ada di tengahtengah, di antara aktivitas manusia dan
kegunaan benda pakai.

C. Teknik Membatik
Diperkirakan sudah ada sejak jaman kerajaan Majapahit, Batik
merupakan salah satu budaya Indonesia yang telah diakui dunia dan juga
telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya
Lisan dan Non bendawi (Masterpieces of the Oral an Intagible Heritage of
Humanity) pada 2 Oktober 2009. Karenanya, pemerintah Indonesia kemudian
Menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai hari batik nasional. Di Indonesia,
hampir setiap daerah memiliki batik masing-masing dengan berbagai macam
motif, ciri khas, makna simbolik dan juga teknik pembuatannya. Dari itu
semua, ternyata ada 5 teknik yang umum dipakai untuk membuat batik.
1. Teknik Canting
Tulis Canting adalah alat khas Jawa yang digunakan untuk
menuliskan motif batik diatas kain mori. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa canting berfungsi sebagai pena dengan cairan malam
sebagai tintanya. Seluruh proses pembatikan dengan teknik canting tulis
dilakukan secara tradisional dan manual, karenanya motif satu dengan
yang lain tidak simetris dan ukurannya pun tidak akan bisa sama persis.
Pada penggunaan teknik canting tulis, warna motif pada kain bagian
depan dan belakang memiliki kesamaan, hal ini disebabkan proses
membatik dilakukan dikedua sisi kain. Batik canting tulis juga memiliki
aroma yang khas. Hal ini dikarenakan pada teknik canting tulis proses
pewarnaan menggunakan pewarna alami, misalnya kulit kayu teger untuk
warna kuning, daun tom dan akarnya untuk warna biru, kulit kayu tingi
untuk warna hitam, dan kayu jambal untuk warna cokelat. Ukuran kain
9

yang digunakannya pun tergolong besar, biasanya sekitar 2 x 1,25 meter.


Khusus batik-batik kuno biasanya terdapat inisial nama pembatik
biasanya terdapat di ujung kain. Karena kerumitannya, teknik ini
membutuhkan jiwa seniman dan ketelitian yang tinggi serta memakan
waktu yang lama. Hal itulah yangmenyebabkan harga batik tulis ini
kemudian menjadi sangat mahal.
2. Teknik Cap
Teknik cap ini menggunakan alat canting cap yang timbul,
dimana canting cap ini dicelupkan pada cairan malam lalu dicapkan ke
kain mori. Kelebihan dari teknik ini adalah konsistensi pola dan lebih
cepat dalam pemalaman. Meskipun menggunakan cairan malam,
motifnya dibuat menggunakan lempengan besi dengan ukuran pola yang
baku. Pembuat, tinggal menjaga kesinambungan pola, sehingga motifnya
cenderung sederhana dan berulang. Teknik cap ini menggunakan alat
canting cap yang timbul, dimana canting cap ini dicelupkan pada cairan
malam lalu dicapkan ke kain mori.
3. Teknik Celup Ikat
Teknik celup ikat sangatlah mudah. Pembuatan motif pada kain
dibuat dengan cara mengikat sebagian kain lalu mencelupkannya
kedalam cairan pewarna. Dalam tenik celup ikat, kain terkadang
dicelupkan ke beberapa warna untuk mendapatkanwarna yang bervariasi,
sementara corak motif yang didapatkan tergantung pada kreasiikatan-
ikatan yang dibuat. Teknik celup ikat juga dikenal dengan nama
jumputan,tritik, sasirangan, dan pelangi
4. Teknik Printing
Teknik printing adalah teknik yang paling modern karena sudah
menggunakan alat cetak yang canggih. Proses pewarnaan pada batik
printing ini hanya diwarnai pada satu sisi kain saja, sehingga pada proses
produksinya efisien dan cepat. Tidak hanya itu, alat printing yang sangat
canggih dan sudah komputerisasi membuat motif bervariasi, sangat
detail, rapih, simetris, dan bisa dikatakan sempurna. Teknik printing tidak
10

memiliki aroma khas dikarenakan menggunakan pewarna kimia. Namun


demikian, penggunaan pewarna kimia ini memberikan kesempatan pada
batik printing untuk memiliki berbagai macam warna yang
bisaditentukan sesuai selera.Kepraktisan produksi dengan teknik printing
inilah yang akhirnya membuat harga jual batik pabrikan ini jauh lebih
murah dibandingkan harga batik tulis dan batik cap.
5. Teknik Colet
Teknik colet diperkirakan muncul seiring dengan penggunaan zat
pewarna batik dari bahan kimia. Teknik ini akrab disapa dengan teknik
lukis. Teknik “colet”, seperti namanya memang dilakukan dengan
mengoleskan pewarna kain dengan kuas atau kapas (seperti cotton bud),
atau kadang juga dilakukan dengan proses mencanting malam panas yang
sudah diberi warna lalu melukiskan motif diatas kain mori. Pola yang
dibuat untuk teknik colet biasanya dibentuk oleh coretan malam,
fungsinya sebagai pembatas warna, sehingga ketika kuas yang sudah
dicelup zat warna disapukan di dalam pola tersebut, warna tidak
“meleber” ke bagian lain karena telah dibatasi oleh malam. Di sini,
kehati-hatian dan ketekunan dari pembatik sangat dibutuhkan, agar ketika
mereka sedang mencoletkan warna, tidak ada warna yang menetes atau
keluar dari pola yang sedang diwarnai. Pada teknik colet pembatik tidak
hanya sekedar membatik namun merangkap seniman lukis. Karenanya
pembuatan batik dengan teknik colet tentu membutuhkan jiwa seni yang
tinggi karena untuk membuat motif dengan teknik colet pembatik harus
jeli dan memiliki imajinasi warnanya yang baik. Karena semakin bagus
motifakan semakin tinggi pula harganya.

D. Ragam Batik
1. Batik Mega Mendung
Motif batik yang pertama adalah mega mendung. Motif ini
merupakan salah satu jenis batik yang paling populer di Cirebon, Jawa
11

Barat. Motif batik mega mendung identik dengan pola yang mirip seperti
bentuk awam serta memiliki makna maupun filosofi yang dalam. Arti dari
motif batik mega mendung salah satunya ialah nilai kesabaran yang harus
ada di dalam di setiap manusia.
Mega mendung memiliki 7 gradasi warna yang menjadi pelapisnya.
Nama motif ini berasal dari kata mega yang artinya adalah awan atau
langit. Sementara itu, mendung merupakan langit yang meredup ketika
hujan akan turun.
Gradasi warna dari motif batik mega mendung inilah yang disebut
sesuai dengan 7 lapisan langit. Selain itu, istilah dari mendung juga dapat
diartikan sebagai sifat yang sabar atau tidak mudah marah dalam
kehidupan seorang manusia.
2. Batik Sogan
Berbeda dengan mega mendung, motif batik sogan berasal dari
Solo dan Yogyakarta dengan ciri khas berwarna coklat mudah dan
memiliki aksen bunga dan titik-titik. Selain itu, ada pula lengkungan
maupun garis di dalam motif batik sogan ini. Sebagai tambahan informasi,
motif batik sogan merupakan motif batik favorit Presiden RI, Joko Widodo
Motif sogan ternyata sudah ada sejak zaman nenek moyang dan
biasa digunakan oleh para raja di keraton maupun kesultanan. Motif sogan
cukup populer, sebab motif ini memiliki warna yang elegan yaitu
kombinasi dari hitam dan cokelat. Meskipun motif serta warna batik
semakin beragam dan bervariasi, tetapi motif batik sogan tetap menjadi
motif batik yang khas di Indonesia.
3. Batik Tujuh Rupa
Salah satu daerah di Indonesia cukup terkenal sebagai daerah
pengrajin dan pusat batik yaitu Pekalongan, Jawa Tengah. Jadi, tidak heran
apabila kota Pekalongan saat ini dikenal sebagai kota pengrajin batik
terutama motif batik pesisir yang memiliki beragam warna.
Batik Pekalongan memiliki ciri khas yaitu didominasi oleh motif
tumbuh-tumbuhan serta hewan. Bukan hanya memiliki motif bunga yang
12

cerah saja, tetapi motif batik Pekalongan juga memiliki motif garis serta
titik-titik yang cukup mempesona.
Motif batik Pekalongan menggambarkan ciri kehidupan dari
masyarakat pesisir yang mudah beradaptasi dengan pengaruh dari budaya
luar, sehingga motif-motif serta warnanya terlihat sangat variatif.
Apabila dilihat dari sisi filosofisnya, para pengrajin batik
Pekalongan telah menempatkan hiasan keramik Tiongkok sebagai suatu
penanda akulturasi dari ikatan budaya leluhur yang di dalam lukisannya
memiliki kelembutan maupun kefasihan.
4. Batik Kartini
Motif batik Indonesia selanjut adalah batik kartini yang dikenal di
daerah Jepara sebagai daerah penghasil ukiran kayu. Selain batik kartini,
ada dua motif yang paling terkenal dari Jepara yaitu motif lama dan motif
baru.
Motif batik Jepara, memiliki beberapa karakteristik yang cukup
mencolok, contohnya seperti lung dengan warna hitam hingga flora fauna
yang berupa daun ulir hijau atau gajah dengan warna coklat. Sementara
itu, untuk versi motif batik baru, Jepara telah melakukan inovasi
contohnya seperti batik tenun hingga batik tulis yang saat ini telah dikenal
sebagai batik kartini.
5. Batik Betawi
Setiap daerah di Indonesia, memiliki motif khas batiknya masing-
masing termasuk di masyarakat Betawi atau Jakarta. Batik betawi ini
menjadi motif batik yang banyak disukai oleh para kolektor batik di
nusantara.
Pada umumnya, batik betawi menonjolkan warna-warna cerah serta
menampilkan nilai budaya dari masyarakat Betawi. Ada beberapa gambar
motif yang cukup dominan pada kain batik Betawi, contohnya seperti
ondel-ondel, Monas, Sungai Ciliwung hingga Peta Ceila. Biasanya, motif
dari batik Betawi cocok dikenakan pada acara-acara formal, seperti
perhelatan dari Abang None Jakarta atau acara kenegaraan.
13

6. Batik Asmat
Meskipun batik identik dengan warisan dari budaya Jawa, tetapi
bagian timur dari Indonesia pun memiliki jenis batik yang tidak kalah
menawan dan mempesona. Salah satunya adalah provinsi Papua yang
dikenal memiliki motif batik Asmat.
Batik Asmat, dikenal dengan motif berwarna cerah seperti terakota
ataupun warna yang sedikit kecoklatan seperti warna-warna tanah. Motif
batik Asmat, biasanya didominasi oleh corak ukiran yang unik dan khas
dari Suku Asmat, Papua. Contoh dari batik Asmat adalah motif yang
berupa ukiran patung dan menjadi keunikan bagi suku asli penghuni Bumi
Cendrawasih.
7. Batik Kamoro
Motif batik selanjutnya adalah motif batik Kamoro yang berasal
dari Papua. Motif batik ini memiliki gambar yang menyerupai patung yang
berdiri sambil membawa satu bilah tombak.
Warna-warna yang umum ditampilkan pada motif Suku Kamoro,
biasanya adalah warna yang cerah serta berani, seperti biru, hijau, kuning,
merah mudah, merah atau bahkan hitam.
Motif batik Kamoro juga dipengaruhi oleh beberapa kebudayan,
contohnya seperti Suku Kamoro serta pengaruh batik Jawa yang dibawa
oleh para pengrajin batik asal Pulau Jawa. Penggunaan dari kain batik
Kamoro, tidak hanya digunakan untuk pakaian saja, tetapi juga digunakan
untuk sprei ataupun lainnya.
8. Batik Cendrawasih
Daerah Papua juga memiliki batik dengan motif lainnya yaitu
Cenderawasih. Salah satu ciri khas dari motif batik Cendrawasih ialah
menggunakan warna cerah maupun mencolok, contohnya seperti kuning
keemasan, hijau, merah dan warna lainnya.
Motif batik Cendrawasih tergolong sebagai motif kekinian dan
populer, sebab burung Cendrawasih adalah ikon dari daerah Papua. Sesuai
14

dengan nama motif ini, batik Cendrawasih terinspirasi dari burung


Cendrawasih yang memiliki bulu maupun ekor menawan.
Jadi, tidak heran, apabila pengguna dari kain batik Cendrawasih
akan terlihat gagas maupun tegas dan anggun ketika mengenakan batik
motif ini.
9. Batik Prada
Batik Prada merupakan salah satu motif batik dari Papua yang
dikenal memiliki harga mahal. Motif batik Prada ini menyerupai batik
Cendrawasih, tetapi ada sedikit sentuhan garis emas pada setiap motifnya.
Selain karena ada emas pada setiap motifnya, batik Prada juga
terbuat dari bahan kain sutera. Kain batik ini biasanya digunakan untuk
shantung.
10. Batik Pring Sedapur
Motif satu ini berasal dari Desa Sidomukti, Magetan, Jawa Timur.
Istilah dari Pring Sedapur berasal dari bahasa Jawa yang artinya adalah
bambu dan serumpun. Jadi, motif batik ini menggambarkan tanaman
bambu dengan warna cerah dan memiliki nilai filosofi yaitu hidup rukun
dan tenteram.

E. Pengaruh Membatik Ecoprint terhadap Perkembangan Kreativitas Seni


Anak di Taman Kanak-Kanak
1. Membatik Ecoprint
Membatik merupakan aktivitas yang pada media kain putih dengan
lilin yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu menggunakan kompor
minyak dan kemudian lilin panas yang sudah cair tersebut diambil
menggunakan canting, kemudian sesegera mungkin diaplikasikan ke kain
mori agar lilin dapat teraplikasi dengan baik. Menurut Sativa dalam
Andriya dan Susilawati (2019:2) Kata batik itu sendiri merujuk pada kain
yang dihasilkan dari corak malam yang diaplikasikan ke atas kain
sehingga menahan masuknya bahan pewarna. Menurut Prasetyu dalam
15

Ningsih dan Mayar (2019:1403) Mambatik diartikan sebagai teknik


melukis atau menggambar di atas kain dengan memanfaatkan wortel
sebagai media untuk pengganti canting untuk melukis di atas kain.
Membatik yang dikenalkan pada anak usia dini merupakan
kegiatan membatik yang sederhana, yaitu menggunakan media yang
sederhana dan yang aman bagi anak. Di sini kegiatan membatik yang
dilaksanakan tidak seperti yang dilakukan pada orang dewasa. Bagi anak
usia dini adalah anak mengoleskan perintang pada kain sebelum diberi
warna. Pemberian perintang pada kain untuk anak usia dini dilakukan
tidak menggunakan lilin panas, karena berbahaya bagi anak sehingga
digunakan media bahan alam terutama daun dan bunga. Irianingsih nining
(2018:4) Eco print adalah salah satu cara mengolah kain dengan
memanfaatkan berbagai tetumbuhan yang bisa mengeluarkan warna-warna
alaminya. Menurut Saraswati dan Sulandjari (2018:94) Ecoprint adalah
memindahkan pola (bentuk) dedaunan dan bunga-bunga ke atas
permukaan berbagai kain yang sudah diolah untuk menghilangkan lapisan
lilin dan kotoran halus pada kain agar warna tumbuhan mudah menyerap
(teknik mordan). Menurut Waluyo dkk (2019:1) teknik ecoprint inilah
salah satunya yang menggunakan media tanaman (daun dan bunga)
sebagai bahan dasar pemberian warna dan motif pada kain. Kharishma dan
septiana (2019:184) Ecoprint adalah satu cara menghias kain dengan
memanfaatkan berbagai tumbuhan dengan memanfaatkan warna-warna
alaminya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Ecoprint
adalah suatu teknik menghias kain dengan memanfaatkan warna alami
ekstrak langsung dari tanaman membentuk motif atau corak sehingga
menghasilkan suatu karya yang indah.
Menurut Saptutyningsih (2019:190) Membatik Ecoprint adalah
menggunakan bahan dedaunan dan bunga yang berasal dari alam dan sama
sekali tidak menggunakan bahan kimia. Menurut Fazruza dan Novita
(2018:1) membatik dengan teknik ecoprint dapat dilakukan dengan metode
ketuk, rebus dan kukus dengan menggunakan fiksator tunjung, kapur dan
16

tawas. Ecoprint menurut Irianingsih (Saraswati & Sulandjari, 2018: 94)


merupakan suatu bentuk memindahkan pola atau bentuk dedaunan dan
bunga- bunga ke atas permukaan kain atau kertas. Saraswati & Sulandjari
(2018: 93) berpendapat bahwa ecoprint merupakan suatu proses
mencentak warna atau bentuk ke kain dengan cara menempelkan tanaman
secara langsung yang memiliki pigmen warna pada kain berserat alami.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membatik ecoprint
merupakan suatu teknik membatik yang menggunakan bahan-bahan alam
dengan menempelkan pada kain berserat alami.
Penggunaan membatik Ecoprint memiliki kelebihan dibandingkan
dengan teknik membatik lainnya. Menurut Irianingsih Nining (2018:6)
Ecoprint adalah warna yang muncul maupun bentukan jejak daun atau
bunga tidak bisa diduga meskipun sudah diatur sedemikian rupa
peletakannya. Oleh karena itu hasil cetakan akan berbentuk alami sesuai
dengan bentuk jejak daun atau bunga menciptakan kreativitas seni yang
unik dan berbeda. Menurut Waluyo (2019:1) penggunaan Ecoprint Bahan
pewarnaan alami dari tumbuhan dapat digunakan sebagai pewarna kain
dan saat ini sangat digemari masyarakat hampir semua negara karena unik
dan ramah lingkungan dimana limbah yang dihasilkan tidak berbahaya
bagi lingkungan. Sejalan dengan pendapat Menurut Fazruza dan Novita
(2018:3) penggunaan Ecoprint warna alami lebih aman dan ramah
lingkungan karena penggunaan zat warna sintetis berbahan kimia akan
dampak negatif bagi lingkungan seperti pencemaran tanah, air, dan udara.
Oleh karena itu penggunaan Ecoprint dalam membatik merupakan zat
yang aman bagi lingkungan sekitar atau ramah lingkungan.
2. Kegiatan Membatik Ecoprint bagi Anak Usia Dini
Kegiatan membatik menyenangkan bagi anak karena memberikan
anak kebebasan untuk menyalurkan ide dan gagasannya tanpa batasan.
Batik sebagai warisan budaya sebaiknya dikenalkan sejak usia dini sebagai
upaya menjaga warisan turun temurun agar tidak punah. Menurut
Winarsih (2019:38) Kegiatan membatik pada pembelajaran anak usia dini
17

memiliki keterkaitan dengan beberapa bidang ilmu lain seperti:


pendidikan, seni, budaya, psikologi, dan sosiologi. Membatik tidak hanya
bermanfaat di bidang pendidikan namun juga di bidang ilmu lainnya.
Menurut Ningsih dan Mayar (2019:1404) Pembelajaran membatik
merupakan pembelajaran seni yang bermanfaat dan mengandung nilai
estetik, terampil, kreatif dan tekun yang akan bermanfaat bila
diaplikasikan pada kegiatan seni. Pembelajaran membatik
mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak terutama
perkembangan kreativitas anak. Menurut Marisa (2019:16) Membatik
yang dikenalkan pada anak usia dini merupakan kegiatan membatik yang
sederhana. Membatik yang sederhana dengan menggunakan bahan yang
dekat dengan anak seperti menggunakan bahan alam.
Penggunaan bahan alam dalam kegiatan membatik sangat aman
digunakan dalam pembelajaran anak usia dini. Membantik dengan
menggunakan bahan alam dikenal dengan tekni ecoprint. Menurut Waluyo
dkk (2019:1) teknik ecoprint inilah salah satunya yang menggunakan
media tanaman (daun dan bunga) sebagai bahan dasar pemberian warna
dan motif pada kain. Ecoprint adalah suatu teknik menghias kain dengan
memanfaatkan warna alami ekstrak langsung dari tanaman membentuk
motif atau corak sehingga menghasilkan suatu karya yang indah.
Menurut Fazruza dan Novita (2018:3) penggunaan Ecoprint warna
alami lebih aman dan ramah lingkungan karena penggunaan zat warna
sintetis berbahan kimia akan dampak negatif bagi lingkungan seperti
pencemaran tanah, air, dan udara. Selain aman untuk anak, penggunaan
Ecoprint dalam membatik merupakan zat yang aman bagi lingkungan
sekitar atau ramah lingkungan. Kegiatan membatik yang dikenalkan pada
anak usia dini merupakan kegiatan membatik yang sederhana yang
memberikan anak kesempatan untuk mengekspresikan imajinasi dan kreasi
anak dengan menggunakan media yang sederhana dan yang aman bagi
anak sehingga menghasilkan suatu karya yang bernilai seni.
18

Kegiatan membatik yang dapat mengembangkan aspek kreativitas


seni anak salah satunya dengan kegiatan membatik ecoprint. Kegiatan
ecoprint yang memberikan anak peluang dalam mendesain sendiri corak
batik menggunakan bentuk dan warna asli dari berbagai daun dan bunga.
Hal tersebut akan mendorong anak berimajinasi dan berkreasi karena
bentuk daun dan bunga selalu berbeda baik dari segi bentuk, ukuran
maupun warna sehingga anak bisa memilih dan mendesain sendiri
coraknya. Kegiatan tersebut perlahan akan menimbulkan rasa percaya diri
anak dalam menciptakan ide/gagasan kreatif lainnya. Selain itu kegiatan
ecoprint menggunakan bahan alam sangat aman sehingga anak bisa
melakukan kegiatan tersebut secara mandiri.
Penggunaan bahan alam seperti daun dan bunga sangat aman bagi
anak dibandingkan penggunaan lilin. Kegiatan membatik ecoprint akan
memberikan anak kesempatan anak mengekspresikan imajinasinya dengan
menempelkan berbagai daun dan bunga pada media kain katun putih
membentuk corak indah menjadi suatu karya. Daun dan bunga yang
memiliki berbagai warna yang beragam akan memberikan variasi pada
hasil batik anak. Selain itu kegiatan membatik juga melatih koordinasi otot
dan mata anak ketika memegang, menekan dan mengangkat hasil cetakan
di media kain putih katun. Oleh karena itu kegiatan membatik ecoprint
dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak.
3. Analisis Pengaruh Membatik Ecoprint terhadap Perkembangan
Kreativitas Seni Anak
Pertama Menurut Nuryanti (2019:1) adanya peningkatan dalam
kreativitas anak melalui membatik yang ditandai dengan empat aspek
kreativitas: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian
(originality), dan elaborasi (elaboration). Kemampuan kreativitas anak
dapat meningkat melalui kegiatan membatik dalam proses pembelajaran.
Berbagai aspek kreativitas dapat terlihat dari kelancaran, keluwesan,
keaslian dan elaborasi dari hasil karya seni anak berupa corak batik.
19

Kedua Membatik ecoprint merupakan kegiatan menarik yang bisa


diterapkan dalam proses pembelajaran anak usia dini. Menurut Amalia dkk
(2019:85) kreativitas anak dapat berkembang menggunakan media yang
bervariasi dan melalui aktivitas yang menarik anak lebih mudah. Kegiatan
membatik ecoprint aman dibandingkan menggunakan lilin atau bahan
lainnya. Selain itu Ecoprint warna alami lebih aman dan ramah lingkungan
karena penggunaan zat warna sintetis berbahan kimia akan dampak negatif
bagi lingkungan seperti pencemaran tanah, air, dan udara.
Ketiga Menurut Damayanti (2018:79) membatik menjadi salah satu
alternatif metode yang baik untuk meningkatkan kreativitas seni Anak
Usia Dini. Pada kegiatan membatik bisa digunakan berbagai teknik dan
metode tergantung bentuk batik yang akan dihasilkan. Namun metode dan
teknik yang sesuai dan aman untuk anak usia dini salah satunya adalah
menggunakan teknik ecoprint menggunakan bahan alam. Kegiatan
membatik ecoprint tentu dapat meningkatkan kreativitas seni anak dan
sesuai dengan karakteristik anak.
Keempat Menurut hasil penelitian Marisa (2019) menunjukkan
bahwa seni membatik dengan mengecap dari bahan alam dapat dijadikan
salah satu alternatif untuk mengembangkan kreativitas anak. Penggunaan
bahan alam seperti buahbuahan, daun, bunga, biji-bijian dan lain-lain
aman bagi anak sehingga kegiatan membatik ecoprint merupakan salah
satu alternatif untuk mengembangkan kreativitas anak. Kharishma dan
septiana (2019:184) Ecoprint adalah satu cara menghias kain dengan
memanfaatkan berbagai tumbuhan dengan memanfaatkan warna-warna
alaminya. Selain itu pengembangan kreativitas melalui seni batik bahan
alam merupakan upaya dalam melestarikan batik sebagai budaya bangsa.
Kelima menurut Setiawati dan Ningsih (2017:260) Membatik dapat
meningkatkan kretivitas anak karena kegiatan membatik ini memberikan
dampak positif terhadap proses pembelajaran dan anak diberikan
kebebasan untuk berekpresi sehingga anak dapat menuangkan ide gagasan.
Kebebasan tersebut memberikan anak peluang dalam menyalurkan seluruh
20

ide dan gagasan tanpa batas sehingga menghasilkan karya kreatif. Selain
itu dalam proses kegiatan juga mengembangkan aspek lainnya seperti
motorik, kognitif, social emosional, nilai moral agama dan kognitif anak.
Dampak postif lainnya adalah anak memiliki rasa percaya diri dan mandiri
dalam menciptakan hal baru lainnya.

F. Kegiatan Membatik Pada Anak Usia 7-8 Tahun


Batik merupakan kegiatan yang menyenangkan karena kegiatan ini
memiliki kualitas khusus yaitu rahasia menulis (perubahan warna). Kerajinan
masyarakat kontemporer telah mengembangkan kerajinan ini menjadi pribadi
ekspresi seni dan diakui secara luas untuk efek yang tidak biasa dan
kemungkinan kreatif. Kegiatan membatik dapat digunakan guru untuk
memperkenalkan berbagai kegiatan belajar yang berhubungan dengan daerah,
seperti belajar dari berbagai budaya dan proses pencetakan kain (Linderman
and Marlene, 1984:200).
Kegiatan membatik dapat diberikan kepada anak-anak. Anak selalu
ingin belajar melakukan halhal yang baru. Anak belajar dari lingkungan
sekitar. Kegiatan bagi anak usia dini dimulai dari lingkungan yang paling
dekat dengan anak berlanjut ke arah lingkungan yang lebih jauh. Kegiatan
yang memberikan pengalaman yang baru dan bermakna akan bermanfaat bagi
perkembangan anak. Membatik pada anak usia 7-8 tahun merupakan kegiatan
yang menyenangkan. Kegiatan membatik yang diberikan pada anak adalah
kegiatan mencanting (pemberian lilin malam pada pola batik), memberi
warna (mencolet dan mencelup), dan pelorodan (menghilangkan lilin dari
permukaan kain). Anak akan mencanting dengan alat canting berisi lilin
malam ke atas pola yang sudah ada dalam kain. Lilin malam yang digunakan
untuk mencanting pola akan menambah pengalaman anak menggunakan
canting. Selain itu, kondisi lilin malam yang cair (kental) dan cepat
mengering membutuhkan ketelatenan dan kesabaran.
Kegiatan memberi warna atau pewarnaan dapat mengolah perasaan
anak. Kegiatan ini dimulai dari proses pemilihan warna ataupun saat
21

memberikan warnanya. Pada saat pewarnaan yaitu ketika kain yang sudah
dicanting dicelupkan (pelorodan), anak akan melihat perbedaan ketika warna
tersebut semakin lama semakin pekat. Anak akan mempelajari sesuatu yang
baru dan melatih memberikan warna.
Penggunaan media membatik pada anak usia dini perlu diperhatikan
aspek keamanannya. Aspek keamanan ini adalah keamanan anak dalam
menggunakan media membatik. Keamaan yang dipertimbangkan antara lain
keamanan dari api yang digunakan untuk meleburkan lilin malam dan
keamanan dalam menggunakan canting saat membatik. Untuk itu, yang perlu
dipertimbangkan adalah kondisi kompor sewaktu mencanting. Letak kompor
ini diletakkan di depan anak dengan jarak yang tidak terlalu dekat dan dengan
pengawasan guru. Saat kegiatan mencanting juga perlu dipertimbangkan segi
keamanannya. Canting memiliki beberapa komponen, yaitu bagian
penampung lilin di saat membatik, bagian corong yang menyalurkan lilin
malam ke atas kain, dan bagian pegangan untuk memegang canting.
Penggunaan alat canting untuk anak dengan model yang disesuaikan dengan
kemudahan memegang canting. Penggunaan alat canting ini dengan
memposisikan bagian penampungnya selalu menghadap ke atas sehingga
isinya tidak tumpah.

G. Kegiatan Ekstrakurikuler Membatik Terhadap Kemampuan Membatik


Seni Rupa Siswa Sekolah Dasar
Kegiatan ekstrakurikuler membatik memiliki peran terhadap
kemampuan membatik seni rupa sehingga menghasilkan berbagai karya seni
batik. Kemampuan membatik seni rupa antara lain unsur dan prinsip seni
yang diajarkan oleh pelatih atau guru mampu membuat siwa dapat berkreasi,
berkarya, mengembangkan kreativitas, mengungkapkan perasaan, bakat,
motivasi dan mandiri.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sari (2013: 69) yang mengatakan
bahwa manfaat belajar membatik salah satunya menyeimbangkan otak kanan
22

dan otak kiri, otak kanan adalah tempat untuk perkembangaan halhal yang
bersifat artistik, kreativitas, perasaan, emosi, kemampuan intuitif, musik,
imajinasi, khayalan, warna, pengenalan diri dengan orang lain, sosialisasi,
dan pengembangan kepribadian. Sementara itu, otak kiri berkaitan dengan
fungsi akademik, berbicara, kemampuan tata bahasa, baca tulis, daya ingat,
pusat matematika, analisis, dan lain-lain. Otak kiri lebih baik dari pada otak
kanan atau sebaliknya bahwa aktivitas otak kanan dan otak kiri terutama pada
anak-anak kadang menjadi tidak seimbang dari aktivitas sekolah dimana
proses belajar mengajar lebih banyak mengasah kemampuan otak kiri dan
sedikit sekali mengembangan otak kanan.
Berdasarkan pembahasan diatas, dengan adanya membatik otak kanan
dan otak kiri menjadi terasah, sehingga adanya motivasi, kemampuan
bereksplorasi, kreativitas, dan kemandirian mampu menjadi pembiasaan pada
diri siswa. Melalui ekstrakurikuler membatik siswa dapat terampil dalam
membatik yang sesuai dengan ketentuanya dan mampu mengembangkan
bakatnya, membuat kreasi sesuai dengan imajinasi siswa, mengembangkan
kreativitas, mampu membantu siswa mengungkapkan perasaan, menambah
minat, membarikan bekal pada siswa, serta melatih kemandirian pada siswa.
Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (2013: 266-267) yang
mengatakan bahwa memilih metode yang akan digunakan guru dalam
program kegiatan pembelajaran, guru hendaknya kreatif dalam memilih
metode yang dipakai. Sehingga dengan pemilihan metode yang tepat, mampu
menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa agar
dapat menghasilkan sesuatu berdasarkan daya pikir atau kemampuannya.
Pemilihan metode yang tepat dapat membantu pembentukan kepribadian
anak. Selain itu dengan pemilihan metode yang tepat diharapkan anak dapat
menyalurkan ekspreasi jiwanya, menumbuhkan keberanian berkreasi yaitu
menyalurkan pikiran dan perasaan. Berdasarkan pembahasaan diatas, bahwa
adanya metode dan materi yang dipilih guru dapat menghasilkan karya seni
membatik siswa dari awalnya kurang maksimal menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
23
BAB III

PENUTUP

H. Kesimpulan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, batik memiliki arti kain
bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau
menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan
cara tertentu.
Batik sudah ada sejak jaman kerajaan Majapahit, Batik merupakan
salah satu budaya Indonesia yang telah diakui dunia dan juga telah ditetapkan
oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non
bendawi (Masterpieces of the Oral an Intagible Heritage of Humanity) pada 2
Oktober 2009. Karenanya, pemerintah Indonesia kemudian Menetapkan
tanggal 2 Oktober sebagai hari batik nasional. Di Indonesia, hampir setiap
daerah memiliki batik masing-masing dengan berbagai macam motif, ciri
khas, makna simbolik dan juga teknik pembuatannya. Teknik pembuatan
batik ada 5, yaitu: Teknik Canting, Teknik Cap, Teknik Celup Ikat, Teknik
Printing, Dan Teknik Colet.

I. Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna.
Kesalahan ejaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata serta cakupan
masalah yang masih kurang adalah diantara kekurangan dalam makalah ini.
Karena itu saran dan kritik membangun sangat kami butuhkan dalam
penyempurnaan makalah ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Dhani, S.R., Wiratma, S., Misgiya, M. (2020). Tinjauan Hasil Kerajinan Batik
Cap di Batik Sumut Medan Tembung Berdasarkan Warna Motif dan
Harmonisasi. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 9(1), 88-93.
Fatmala, Yeyen dan Sri Hartati. (2020). Pengaruh Membatik Ecoprint terhadap
Perkembangan Kreativitas Seni Anak di Taman Kanak-Kanak. Jurnal
Pendidikan Tambusai Volume 4 Nomor 2 Tahun 2020 Halaman 1143-
1155.
Hasnawati, Aulia Evawani Nurdin dkk. (2022). Mengenal Batik Nambo Melalui
Proses Membatik Bagi Warga Kecamatan Nambo Luwuk Banggai
Sulawesi Tengah. Sureq Jurnal Pengabdian Masyarakat Berbasis Seni
dan Desain Volume 1 Nomor 1 Tahun 2022.
Kartika, Lina Indra. (2009). Kegiatan Membatik Pada Anak Usia 7-8 Tahun Di
Sanggar Seni Dan Budaya. Perspektif Ilmu Pendidikan Vol. 20 Tahun
2009.
Prasetyo, S. A. (2016). Karakteristik motif batik Kendal interpretasi dari wilayah
dan letak geografis.Imajinasi: Jurnal Seni, 10(1), 51- 60.

25

Anda mungkin juga menyukai