Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian

dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan

hasil yang telah dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang

(view point) dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan yang

erat dengan efisiensi. Seperti yang dikemukakan oleh Anthony (2009 : 203)

mendefinisikan efektivitas adalah hubungan antara keluaran suatu pusat

tanggung jawab dan sasaran yang harus dicapainya. Efektivitas lebih

memfokuskan pada akibat atau pengaruh sedangkan efisiensi menekankan pada

ketepatan mengenai sumber daya, yaitu mencakup anggaran, waktu, tenaga,

alat dan cara supaya dalam pelaksanaannya tepat waktu.

Menurut Arrens (2008:817) menjelaskan bahwa efektivitas adalah menilai

apakah suatu lembaga atau organisasi telah memenuhi tujuan yang ditetapkan

dalam mencapai standar kelayakan yang mengacu kepada pencapaian suatu

tujuan. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas selalu

berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dimana suatu perusahaan

dapat diartikan telah dioperasikan secara efektif apabila perusahaan tersebut

dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

8
9

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas

Berdasarkan pendekatan-pendekatan dalam efektivitas organisasi yang

telah dikemukakan sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas organisasi adalah sebagai berikut:

a. Adanya tujuan yang jelas

b. Struktur organisasi

c. Adanya dukungan atau partisipasi masyarakat

d. Adanya sistem nilai yang dianut

Organisasi akan berjalan terarah jika memiliki tujuan yang jelas. Adanya

tujuan akan memberikan motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya. Tujuan organisasi adalah memberikan pengarahan dengan cara

menggambarkan keadaan yang akan datang yang senantiasa dikejar dan

diwujudkan oleh organisasi. Struktur dapat mempengaruhi efektifitas dikarenakan

struktur yang menjalankan organisasi. Struktur yang baik adalah struktur yang

kaya akan fungsi dan sederhana. Selanjutnya, tanpa ada dukungan dan

partisipasi serta sistem nilai yang ada maka akan sulit untuk mewujudkan

organisasi yang efektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi harus

mendapat perhatian yang seriuas apabila ingin mewujudkan suatu efektivitas.

2.2 Anggaran

2.2.1 Pengertian Anggaran

Anggaran merupakan alat akuntansi yang dapat membantu pimpinan

perusahaan dalam merencanakan dan mengendalikan operasi perusahaan.

Anggaran menunjukan bagaimana sumber daya yang diinginkan diperoleh dan

digunakan selama kurun waktu tertentu. Anggaran juga dimanfaatkan untuk


10

melaksanakan suatu kegiatan dan sebagai alat untuk membandingan hasil

kegiatan, sehingga pelaksanaan terkendali.

Proses penganggaran yang baik didahului dengan proses prencanaan

yang baik pula sehingga program dan kegiatan yang dibuat telah mengakomodir

seluruh kebutuhan yang akan dilakukan selama satu tahun anggaran guna

mengurangi terjadi perubahan-perubahan yang akan menghambat proses

pelaksanaan anggaran akibat tidak adanya perencanaan yang baik.

Anggaran merupakan suatu pernyataan tertulis yang berisi program dan

kegiatan yang menyatakan perkiraan kinerja yang akan dicapai dalam kurun

waktu tertentu yang dibuat dalam bentuk rincian dana yang tertuang dalam

dokumen anggaran. Sedangkan pengganggaran adalah suatu mekanisme atau

cara dalam merencanakan suatu anggaran (Mardiasmo, 2011). Menurut M.

Nafarin (2012:11) menyatakan bahwa anggaran merupakan rencana tertulis

mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk

jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang.

Berdasarkan teori tersebut diatas anggaran adalah suatu rencana

kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk finansial yang mencakup usulan

pengeluaran yang diperkirakan untuk suatu periode waktu serta dikembangkan

untuk berbagai tujuan termasuk untuk pengendalian keuangan, rencana

manajemen, prioritas penggunaan dana dan pertanggungjawaban kepada publik.

Menurut Mardiasmo (2015:71) dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik

anggaran sektor publik memiliki beberapa fungsi utama, yaitu:

1. Anggaran merupakan alat dalam perencanaan. Perencanaan anggaran

sektor publik digunakan untuk merencanakan kegiatan apa yang akan

dilakukan dari penggunaan anggaran perusahaan.


11

2. Anggaran untuk mengendalikan pemanfaatan dana yang digunakan

terhadap kegiatan yang bukan prioritas sehingga menghindari terjadinya

kesalahan dalam pengelolaan anggaran.

Untuk mengontrol pelaksanaan anggaran sektor publik terdapat 4 model

pengendaliannya antara lain:

a. Menilai realisasi kinerja dengan capaian kinerjanya;

b. Melakukan perhitungan deviasi anggaran;

c. Menentukan alat pengendalian terhadap berbagai aktivitas kegiatan

sehingga dapat diidentifikasi dan menentukan solusi pengendaliannya.

d. Menelaah kembali penggunaan standar biaya dalam menentukan

anggaran pada tahun mendatang, jika sudah tidak relevan maka perlu

dilakukan perbaikan sebagai pedoman dalam melakukan pendanaan.

3. Anggaran digunakan oleh pemerintah dalam menetapkan dan menentukan

berbagai kebijakan di bidang fiskal. Dengan dijadikannya anggaran dalam

membuat kebijakan maka diharapakan dapat memperbaiki serta

meningkatkan perkembangan/pertumbuhan ekonomi nasional.

4. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi antar lembaga dalam

pemerintahan sehingga diharapkan dapat meminimalkan terjadinya

ketidakkosistenan pada satuan kerja sehingga tujuan organisasi dapat

tercapai. Untuk mencapai tujuan organisasi maka penggunaan anggaran

dalam suatu unit kerja harus dikomunikasi sampai tingkat level bawah untuk

dilaksanakan sehingga tujuan yang ditetapkan tercapai dengan baik.

5. Keberhasilan suatu unit kerja dalam pengelolaan anggaran berdasarkan

pada capaian target yang ditetapkan dengan realiasi yang dicapai serta

efisiensi anggaran dalam pelaksanaannya.


12

6. Anggaran sebagai alat untuk menilai kinerja manajer dan memberikan

motivasi agar penggunaan anggaran dilakukan secara ekonomis, efektif, dan

efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

2.3 Anggaran Berbasis Kinerja

2.3.1 Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja

Menurut GASB (Governmental Accounting Standards Board), anggaran

(budget) adalah rencana operasi yang mencakup estimasi pengeluaran yang

diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam

periode waktu tertentu (Bastian 2006:164). Menurut Mahmudi (2016:69) definisi

anggaran berbasis kinerja adalah Anggaran berbasis kinerja merupakan sistem

penganggaran yang dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara

anggaran (input) dengan keluaran (output) dan hasil (outcome) yang diharapkan

dari kegiatan dan program termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran dan

hasil tersebut”

Menurut Abdul Halim (2007:177) anggaran berbasis kinerja adalah sistem

penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang

dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan ouput dan outcome yang

diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian outcome dari output tersebut.

Output dan outcome tersebut dituangkan didalam target kinerja yang telah dibuat

pada setiap unit kinerja.

Moeheriono (2012:95) menjelaskan kinerja atau performance merupakan

gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan

atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang

dituangkan perencanaan strategis suatu organisasi.


13

Pengertian anggaran berbasis kinerja lainnya menurut Anggarini dan

Puranto (2010:152) adalah: “Anggaran berbasis kinerja merupakan sistem

perencanaan, penganggaran dan evaluasi yang menekankan pada keterkaitan

antara anggaran dengan hasil yang diinginkan”. Riawan Tjandra (2009:43)

menjelaskan anggaran berbasis kinerja adalah suatu pendekatan sistematis

untuk membantu pemerintah menjadi lebih tanggap kepada masyarakat

pembayar pajak dengan mengaitkan pendanaan program pada kinerja dan

produksi.

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam anggaran berbasis

kinerja adalah sebagai berikut:

1. Kejelasan sasaran strategis. Kejelasan sasaran strategis merupakan sejauh

mana tujuan sasaran strategis ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan

tujuan agar strategis tersebut dapat dimengerti oleh orang yang

bertanggung-jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut.

2. Pengembangan ketersediaan indikator kinerja (specific, measurable,

attainable or achievable, result oriented, and timebound). Adanya sasaran

angaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk

mempertangungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanan tugas

organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran

yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Keterkaitan yang jelas antara sasaran strategis dan indikator kinerja.

Ketidakjelasan sasaran strategis akan menyebabkan pelaksanaan indikator

kinerja tidak dapat terlaksana, dalam penyusunan sasaran strategis dan

indikator kinerja harus benar-benar memiliki keterkaitan sehingga arah

pencapaian tujuan dapat terwujud.


14

4. Kejelasan akuntabilitas kinerja dan laporan akuntabilitas kinerja yang lebih

menekankan pada outcome. Setiap kegiatan organisasi harus dapat diukur

dan dinyatakan keterkaitannya dengan pencapaian arah organisasi di masa

yang akan datang yang dinyatakan dalam visi dan misi organisasi

5. Perlu perencanaan lebih awal guna mencapai consensus. Perencanaan

yang baik pada tahap awal pelaksanaan program akan memberikan manfat

terhadap tujuan yang akan dicapai.

6. Leadership untuk mempromosikan perubahan. Setiap perubahan yang

terjadi dalam organisasi, pimpinan harus mampu menginterpretasikan

sehingga tujuan dari perubahan yang terjadi dapat terwujud dengan baik.

7. Kehati-hatian dalam implementasi. Pelaksanaan program tetap

mempedomani setiap indikator yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang

diharapkan dapat terwujud.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut diatas, maka penulis

berpendapat anggaran berbasis kinerja adalah suatu sistem penganggaran yang

menekankan pada aspek manfaat atas pelaksanaan program dan kegiatan

sehingga tujuan organisasi tercapai sesuai dengan visi dan misi yang telah

ditetapkan.

Berdasarkan Prinsip-prinsip good governance menurut United Nation

Development Programe atau UNDP, (Warta Anggaran DJA Kemenkeu edisi-32,

2018:18) sebagaimana tertera di bawah ini:

a. Participation, dalam membuat suatu keputusan, setiap warga masyarakat

memiliki hak untuk memberikan suara dalam pengambilan keputusan, baik

langsung maupun tidak langsung yaitu melalui lembaga-lembaga perwakilan

yang sah mewakili kepentingan mereka. Kebebasan untuk mengemukakan


15

pendapat secara bebas dibuat berdasarkan kaidah atau prinsip kebebasan

dalam menyampaikan pendapat dan ikutserta secara konstruktif.

b. Rule of Law, implementasi aturan tidak merugikan salah satu pihak dan tidak

membeda-bedakan karena kedudukan dalam hukum semua di anggap sama

dengan tetap memperhatikan HAM.

c. Transparancy, dibangun atas dasar adanya arus informasi yang jelas.

Semua proses pemerintahan, lembaga dan kementrian yang ada dan

informasi diperlukan harus dapat diakses dengan mudah oleh pihak-pihak

yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar

dapat dimengerti dan dipantau perkembangannya.

d. Responsiveness, kementerian dan lembaga di pemerintah harus

memberikan pelayanan kepada seluruh pihak yang memiliki kepentingan

(peduli pada Stakeholder).

e. Consensus Oriented, harus mampu memediasi kepentingan kepentingan

yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus yang bersifat

menyeluruh dalam hal menentukan pilihan tentang apa yang terbaik bagi

kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus juga

dibangun dalam hal penetapan semua kebijakan dan prosedur.

f. Equity, Setiap warga negara atau masyarakat memiliki peluang yang sama

untuk hidup lebih baik serta meningkatkan kesejahteraanya.

g. Effectiveness and Efficiency, semua proses penetapan kebijakan

pemerintahan dan lembaga-lembaga pemerintah harus efektif dan efisien,

memberikan hasil sesuai dengan kebutuhan warga masyarakat serta

menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.


16

h. Accountability, Pemerintah selaku pembuat keputusan baik pada sektor

swasta maupun organisasi masyarakat memiliki tanggungjawab kepada

masyarakat maupun lembaga lainnya. Dalam membuat pertanggungjawaban

masig-masing memiliki bentuk yang berbeda-beda berdasarkan bentuk

organisasinya.

Mardiasmo (2015: 61) Anggaran merupakan pernyataan mengenai

estimasi kerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang

dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses

atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Anggaran pada instansi

pemerintah selain berfungsi sebagai alat perencanaan dan alat pengendalian

juga berfungsi sebagai instrumen akuntabilitas publik atas dasar pengelolaan

dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai oleh uang publik.

Penggunaan anggaran harus dapat dipertanggungjawabkan dengan

menggunakan hasil dari dipergunakannya dana publik tersebut, sehingga pada

akhirnya dapat diperoleh gambaran mengenai kinerja instansi yang

dipertanggungjawabkan melalui media pelaporan yang dilaksanakan dalam

waktu satu tahun anggaran.

Berdasarkan pengertian anggaran berbasis kinerja menurut

(Bastian2006), komponen-komponen visi, misi dan rencana strategis merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari anggaran berbasis kinerja. Dengan demikian

penyusunan anggaran berbasis kinerja membutuhkan suatu penetapan sasaran

strategis dan indikator kinerja terlebih dahulu sehingga kinerja anggaran dapat

tercapai berdasarkan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan. Melalui pengukuran

kinerja manajemen dapat menentukan keberhasilan dan kegagalan suatu unit

organisasi dalam pencapaian sasaran dan tujuan untuk selnajutnya memberikan


17

reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) terkait dengan pelaksanaan

anggaran yang dilaksanakan. Pelaksanaan anggaran yang tidak efektif dan tidak

berorientasi pada kinerja akan mengagalkan perencanaan yang telah disusun

oleh suatu kementerian/lembaga. Pengukuran kinerja secara berkelanjutan akan

memberikan feedback atau umpan balik sehingga upaya-upaya perbaikan serta

evaluasi dilakukan secara terus menerus sehingga tercapai keberhasilan dimasa

yang akan datang.

2.3.2 Indikator Anggaran Berbasis Kinerja

Menurut Mardiasmo (2009:133), Indikator anggaran berbasis kinerja

sebagai berikut:

1. Pengukuran Efektivitas

Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai

tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka

organisasi tersebut telah berjalan efektif. Efektivitas hanya melihat suatu

program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Pengukuran Efisiensi

Efisiensi merupakan hal penting dari ketiga pokok bahasa value for

money. Efisiensi diukur dengan rasio antara output dan input. Semakin besar

output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu

organisasi. Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolut tetapi

dalam bentuk relatif, karena efisiensi diukur lewat perbandingan keluar dan

masukan. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan

dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.


18

3. Pengukuran Ekonomi

Pengukuran efektivitas hanya memperlihatkan keluaran yang didapat,

sedangkan pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang

dipergunakan. Pengukuran ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi

sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu

dengan menghindari pengeluaran yang tidak produktif.

2.3.3 Efektivitas Anggaran berdasarkan Aspek Implementasi pelaksanaan

anggaran berbasis kinerja.

Dalam melaksanakan evaluasi anggaran regular terdiri dari evaluasi

kinerja anggaran atas aspek implementasi, evaluasi anggaran atas aspek

manfaat dan evaluasi kinerja anggaran atas aspek konteks. Peraturan

pemerintah yang mengatur tentang evalusi anggaran dituangkan dalam

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 249/PMK.02/2011 tentang

pengukuran dan evaluasi anggaran kinerja atas pelaksanaan rencana kerja dan

anggaran kementerian /lembaga. Pelaksanaan evaluasi kinerja anggaran

sebagai salah satu instrument penerapan anggaran berbasis kinerja untuk

meningkatkan efektivitas pelaksanaan evaluasi kinerja anggaran.

Pelaksanaan evaluasi kinerja anggaran atas aspek pelaksanaan

merupakan evaluasi kinerja anggaran yang dilaksanakan guna mendapatkan

informasi kinerja tentang pemanfaatan anggaran atas kegiatan dan program

yang telah dilakukan serta mengetahu pencapaian keluarannya. Adapun

indikator yang digunakan dalam aspek implementasi sebagai berikut :

1. Pengukuran Penyerapan anggaran (P), capaian keluaran, pengukuran

penyerapan anggaran buat dengan membandingkan antara pagu anggaran

dan hasil realisasinya.


19

RA
P= × 100 %
PA

Keterangan:

P : Penyerapan anggaran.

RA : Total keseluruhan realisasi anggaran Satker.

PA : Total keseluruhan pagu anggaran Satker.

2. Konsistensi antara perencanaan dan implementasi (K), pengukuran

konsistensi penyerapan anggaran terhadap perencanaan dilakukan dengan

menghitung rata-rata dari perbandingan antara hasil pengurangan akumulasi

rencana penarikan dana dengan deviasi realisasi anggaran dan rencana

penarikan dana kumulatif.

( )
i

n ∑ RA bulan ke j
∑ j=1
i
×100 %
∑ RPD bulan ke j
i=1

j=1
K=
n

Keterangan:

K : Ketepatan antara perencanaan dan implementasi

RA : Realisasi anggaran seluruh Satker

RPD : Rencana penarikan dan seluruh Satker

n : Jumlah bulan

3. Pencapaian keluaran (PK), pengukuran capaian keluaran (output) kegiatan

dilakukan dengan menghitung rata-rata ukur secara geometric dari perkalian

antara perbandingan realisasi dan target volume keluaran dengan rata-rata

ukur secara geometrik perbandingan antara capaian dan target indikator.


20

( )
m

n
RVK ke i
∑ RKKI ke j
TKKI ke j
∑ TVK ke i
× j=1
m
×100 %
i=1
PK =
n

Keterangan:

PK : Pencapaian Keluaran

RVK : Realisasi volume Keluaran

TVK : Target volume Keluaran

RKKi : Realisasi indikator Kinerja Keluaran ke i

TKKi : Target Indikator Kinerja Keluaran ke i

M : Jumlah Indikator Kinerja Keluaran

n : Jumlah jenis Keluaran

4. Efisiensi (E), Untuk mengukur efisiensi anggaran dilakukan dengan cara

membandingkan penjumlahan (∑) dari selisih antara perkalian pagu

anggaran keluaran dengan capaian keluaran dan realisasi anggaran

keluaran dengan penjumlahan (∑) dari perkalian pagu anggaran keluaran

dengan capaian keluaran.

NE=50 % + ( 20E × 50 %)
Keterangan:

NE : Nilai efisiensi

E : Efisiensi

Nilai kinerja anggaran tingkat satuan kerja dihitung berdasarkan nilai

kinerja anggaran aspek implementasi tingkat satuan kerja terkait kegiatan yang

dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut:

1. Nilai kinerja anggaran lebih dari 90% dikategorikan sangat baik.


21

2. Nilai kinerja anggaran lebih dari 80% - 90% dikategorikan baik.

3. Nilai kinerja anggaran lebih dari 60% - 80% dikategorikan cukup.

4. Nilai kinerja anggaran lebih dari 50% - 60% dikategorikan kurang.

5. Nilai kinerja anggaran sampai dengan 50% dikategorikan sangat

kurang.

2.3.4 Efektivitas Anggaran berdasarkan Aspek Manfaat Pelaksanaan

Anggaran Berbasis Kinerja.

Aspek manfaat merupakan informasi yang bersisi perubahan yang terjadi

dalam masyarakat dan pemilik kepentingan sebagai penerima manfaat atas

keluaran yang telah dicapai.

∑ ( RKU
TKU ke i )
n
ke i
× 100 %
CH = i=1
n

Keterangan:

CH : Pengukuran capaian hasil

RKU : Realisasi indikator kinerja utama

TKU : Target indikator kinerja utama

n : Jumlah indikator kinerja utama

Pengukuran aspek manfaat diukur dengan menggunakan nilai capaian

hasil pada indikator penilaian AKIP.

Tujuan dilaksanakan evaluasi kinerja atas pelaksanaan anggaran

berbasis kinerja atas aspek manfaat adalah:

1. Mengetahui apakah outcome yang diharapkan dari suatu program atau

kumpulan program dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketercapaian outcome baik

yang bersifat mendukung maupun yang menghambat dalam pencapaiannya.


22

3. Mengidentifikasi langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka

meningkatkan ketercapaian outcome tahun yang akan datang

Perhitungan nilai kinerja atas aspek implementasi dan manfaat dikalikan

dengan bobot kinerja dari masing-masing aspek. Seperti pada rumus berikut ini:

NK = (I × WI) + (CH × WCH)

Keterangan :
NK : Nilai kinerja
I : Nilai aspek implementasi
WI : Bobot aspek implemntasi
CH : Nilai aspek manfaat
WCH : Bobot aspek manfaat

2.3.5 Prinsip dan Tujuan Penganggaran Berbasis Kinerja

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penganggaran berbasis kinerja

meliputi:

1. Alokasi anggaran berorientasi pada kinerja (output and outcome

oriented) alokasi anggaran yang disusun dalam dokumen rencana kerja dan

anggaran dimaksud untuk memperoleh manfaat.

2. Fleksibiltas pengelolaan anggaran untuk mencapai hasil dengan tetap

menjaga prinsip akuntabilitas, prinsip tersebut menggambarkan keleluasaan

manager unit kerja melaksanakan kegiatan untuk mencapai keluaran sesuai

rencana.

3. Money Follow Function, Function Followed by Structure Money follow

function merupakan prinsip yang menggambarkan bahwa

pengalokasian anggaran untuk mendanai suatu kegiatan didasarkan

pada tugas dan fungsi unit kerja sesuai maksud pendiriannya

(biasanya dinyatakan dalam peraturan perundangan yang berlaku).


23

Penerapan prinsip yang terakhir ini yakni prinsip ketiga tersebut diatas

berkaitan erat dengan kinerja yang menjadi tolok ukur efektivitas pengalokasian

anggaran, hal ini berdasarkan argumentasi berikut ini:

a. Efisiensi alokasi anggaran dapat dicapai, karena dapat dihindari overlapping

tugas/fungsi/kegiatan.

b. Pencapaian output dan outcomes dapat dilakukan secara optimal,

karena kegiatan yang diusulkan masing-masing unit kerja benar-benar

merupakan pelaksanaan dari tugas dan fungsinya.

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut di atas maka tujuan penerapan

penganggaran berbasis kinerja diharapkan:

1. Menunjukkan keterkaitan antara pendanaan dan prestasi kinerja yang akan

dicapai (directly linkages between performance and budget).

2. Meningkatkan efisisiensi dan transparansi dalam pelaksanaan (operational

efficiency).

3. Meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam melaksanakan tugas

pengelolaan anggaran (more flexibility and accoutability), (Buku 2 Pedoman

Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja, hal 13 Depkeu RI, 2009).

2.3.6 Komponen Penganggaran Berbasis Kinerja

Penyusunan anggaran berbasis kinerja memerlukan tiga komponen untuk

masing-masing program dan kegiatan sebagaimana uraian pasal 5 ayat (3)

Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang penyusunan rencana kerja

dan anggaran kementerian dan lembaga berupa:

1. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan alat untuk menilai keberhasilan suatu program

atau kegiatan. Indikator Kinerja Utama (IKU) digunakan untuk menilai kinerja
24

program sedangkan indikator kinerja kegiatan untuk menilai kinerja sub

kegiatan.

2. Standar Biaya

Standar Biaya yang digunakan merupakan standar biaya masukan pada

awal tahap perencanaan anggaran berbasis kinerja, dan nantinya menjadi

standar biaya keluaran. Pengertian tersebut diterjemahkan berupa standar

biaya masukan dan standar biaya khusus. Standar biaya umum digunakan

lintas kementerian Negara/Lembaga dan atau lintas wilayah sedangkan

standar biaya khusus digunakan oleh kementerian Negara/lembaga untuk

wilayah tertentu. Dalam konteks penerapan penganggaran berbasis kinerja

di Indonesia, standar biaya mempunyai peran unik. Standar biaya yang

dikenal oleh Negara-negara yang telah lebih dahulu menerapkan anggaran

berbasis kinerja. Penganggaran berbasis kinerja menggunakan standar

biaya sebagai alat untuk menilai efisiensi dari sistem “input base” ke

penganggaran yang berorientasi “output base”.

3. Evaluasi Kinerja

Evaluasi kinerja merupakan proses penilaian dan pengungkapan masalah

implementasi kebijakan untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan

kualitas kinerja, baik dari sisi efisiensi dan efektifitas dari suatu

program/kegiatan. Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan dengan cara

membandingkan hasil terhadap target (dari sisi efektivitas) dan realisasi

terhadap rencana pemanfaatan sumber daya (dilihat dari efisiesi). Hasil

evaluasi kinerja merupakan umpan balik (feedback) bagi suatu organisasi

untuk memperbaiki kinerja.


25

2.4 Pengertian Akuntabilitas Kinerja Pemerintah

Akuntabilitas dalam bahasa Inggris disebut dengan accountability yang

memiliki arti “yang dapat dipertanggungjawabkan”. Laporan akuntabilitas suatu

unit organisasi bertujuan dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban

pelaksanaan tugas dan fungsi serta pelaksanaan program instansi pemerintah.

Setiap unit organisasi di lingkungan instansi pemerintah yang mengelolah

anggaran baik yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara

(APBN) maupun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Menurut Abdul Halim (2012:20) akuntabilitas dalam arti luas merupakan

kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban serta menerangkan kinerja

dan tindakan seseorang, badan hukum atau pimpinan organisasi kepada pihak

yang lain yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta

pertanggungjawaban dan keterangan.

Menurut Mardiasmo (2009:5) menyatakan bahwa akuntabilitas kinerja

instansi pemerintah adalah dasar pelaporan keuangan di pemerintah yang

didasari oleh adanya hak masyarakat untuk mengetahui dan menerima

penjelasan atas pengumpulan sumber daya dan penggunaannya. Pernyataan

tersebut menunjukkan bahwa akuntabilitas memungkinkan masyarakat untuk

menilai pertanggung-jawaban pemerintah atas semua aktivitas yang dilakukan

pemerintah.

Mahmudi, (2010:28) Responsibility merupakan otoritas yang diberikan

atasan untuk melaksanakan suatu kebijakan, sedangkan accountability adalah

pertanggungjawaban lembaga publik untuk melakukan pengelolaan organisasi

secara efektif dan efisien.


26

Berdasarkan pendapat beberapa ahli, penulis membuat pengertian

mengenai akuntabilitas kinerja yakni akuntabilitas kinerja merupakan suatu

proses penilaian kinerja atas pemanfaatan/penggunaan anggaran mulai dari

tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaporan guna mengetahui

sejauhmana pelaksanaan dan manfaat yang ditimbulkan atas pelaksanaan

program dan kegiatan yang telah ditetapkan pada awal pelaksanaan anggaran

sebagai wujud pertanggungjawaban kepada publik/masyarakat yang dibuat

dalam bentuk laporan akuntabilitas kinerja yang dievaluasi setiap akhir tahun

untuk sebagai bahan evalausi dalam menentukan kebijakan anggaran di tahun.

2.2.1 Indikator Akuntabilitas Kinerja

Menurut Riawan Tjandra (2009:43) Orientasi akuntabilitas kinerja

(performance accountability) pemerintah pada hasil dapat meningkatkan kualitas

kinerja pemerintah, berikut penjelasannya: Orientasi akuntabilitas kinerja akan

menstimulasi kinerja kelembagaan pemerintah dengan keharusan dilakukannya

penguatan kapasitas (capacity building) guna memenuhi target kinerja yang

diharuskan untuk dicapai dalam pengukuran kinerja pemanfaatan anggaran.

Manfaatnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah peningkatan kualitas

kinerja pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik.

Berdasarkan Perpres No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), akuntabilitas kinerja merupakan

perwujudan kewajiban instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah

diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi

organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan

melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik. Untuk
27

mengetahui tingkat akuntabilitas instansi pemerintah terhadap kinerjanya

tersebut, setiap tahun kementerian PAN-RB melakukan evaluasi atas penerapan

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), baik di tingkat pusat

maupun daerah. Adapun indikator yang menjadi pengukuran akuntabilitas kinerja

adalah:

1. Perencanaan kinerja, merupakan proses perencanaan kinerja sebagai

penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Renstra

melalui berbagai kegiatan tahunan. Setiap kegiatan dilengkapi dengan

indikator-indikator kinerja input, output, benefit dan impact yang disertai

dengan indikator dan rencana tingkat capaiannya.

2. Pengukuran kinerja, merupakan metoda pengukuran yang membandingkan

antara rencana kinerja dengan capaian masing- masing indikator sasaran

maupun indikator kinerja kegiatan (input, output, outcomes, benefits dan

impacts).

3. Evaluasi kinerja, kegiatan ini untuk mengetahui pencapaian realisasi setiap

indikator kinerja kegiatan, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam

mencapai visi, misi agar dapat dinilai dan dipelajari untuk

perbaikan kinerja dalam pelaksanaan program/kegiatan yang

akan datang. Dilakukan analisis efisiensi dengan cara membandingkan

antara output dengan input baik untuk rencana maupun realisasi sehingga

dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi yang dilakukan oleh instansi

tersebut.

4. Pelaporan kinerja, pada kegiatan ini untuk mengetahui tingkat pemenuhan

laporan, serta menyajikan mengenai kemajuan percapaian target yang akan

digunakan dalam perbaikan perencanaan, perbaikan pelaksanaan program


28

dan kegiatan organisasi sehingga memberikan gambaran kepada pengguna

infomasi tetang pelaksanaannya.

5. Pencapaian kinerja, untuk mengetahui sejauhmana capaian kinerja

dilaksanakan baik target kinerja output maupun outcome yang belum

seluruhnya dapat tercapai.

Berdasarkan Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 12 Tahun 2015 tentang

petunjuk pelaksanaan evaluasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, terdapat

7 predikat hasil evaluasi akuntabilitas kinerja, mulai dari yang paling rendah yaitu

kategori D sampai dengan yang tertinggi yaitu kategori AA. Nilai tersebut

menunjukkan tingkat akuntabilitas atau pertanggung jawaban atas hasil

(outcome) terhadap penggunaan anggaran dalam rangka terwujudnya

pemerintahan yang berorientasi kepada hasil (result oriented government).

Adapun kriteria penilaian akuntabilitas kinerja intansi dilakukan

berdasarkan hasil penilaian AKIP sebagaimana pada tabel 2.1. berikut ini:

Tabel 2.1. Penilaian AKIP Instansi Pemerintah

No Nilai Angka Kategori Interpretasi


1 > 90 - 100 AA Sangat Memuaskan
2 > 80 - 100 A Memuaskan: Memimpin
perubahan, berkinerja tinggi, dan
sangat akuntabel.
3 > 70 - 80 BB Sangat Baik: Akuntabel, berkinerja
baik, memiliki sistem manajemen
kinerja yang baik (handal)
4 > 60 -70 B Baik: akuntanilitas kinerja sudah
baik, memiliki sistem yang dapat
digunakan untuk manajemen kinerja
dan perlu sedikit perbaikan.
5 > 50 - 60 CC Cukup (memadai): Akuntabilitas
kinerjanya cukup baik, taat
kebijakan, memiliki sistem yang
dapat digunakan untuk
memproduksi informasi kinerja bagi
pertanggungjawaban, tapi perlu
banyak perbaikan, termasuk sedikit
perbaikan yang mendasar.
29

6 > 30 - 50 C Kurang: Sistem dan tatanan kurang


dapat diandalkan, memiliki sistem
untuk manejemen kinerja tapi perlu
banyak perbaikan minor dan
perbaikan yang mendasar.
7 0 - 30 D Sangat Kurang: sistem dan tatanan
tidak dapat diandalkan untuk
manajemen kinerja, perlu banyak
sekali perbaikan dan perubahan
yang sangat mendasar.
Sumber data: Peraturan Menteri PAN-RB No. 12 Tahun 2015

2.5 Hubungan Antar Variabel

2.5.1 Pengaruh Efektivitas Anggaran yang diukur melalui Aspek

Implementasi dan Aspek Manfaat Terhadap Akuntabilitas Kinerja

Menurut Arrens (2008:817) menjelaskan bahwa efektivitas adalah menilai

apakah suatu lembaga atau organisasi telah memenuhi tujuan yang ditetapkan

dalam mencapai standar kelayakan yang mengacu kepada pencapaian suatu

tujuan. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas selalu

berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Indra Bastian (2006:54), mengungkapkan bahwa, hubungan

antara anggaran berbasis kinerja dengan akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah mempunyai hubungan positif secara signifikan yang menyatakan

bahwa upaya untuk menciptakan sistem pengelolaan anggaran berbasis kinerja

diharapkan akan mampu memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan

masyarakat, yaitu terbentuknya semangat desentralisasi, demokratisasi,

transparansi, dan akuntabilitas dalam proses penyelenggaraan pemerintahan

pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan daerah pada khususnya.

Utomo (2018) dan Hartanto (2020) yang menemukan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antar efektivitas anggaran terhadap akuntabilitas

kinerja. Sejalan dengan hal tersebut, Fitriyah (2020) juga menemukan bahwa
30

efektivitas pengelolaan anggaran oleh instansi pemerintah dapat meningkatkan

akuntabilitas kinerja instansi tersebut.

2.5.2 Pengaruh Efektivitas Anggaran yang diukur melalui Aspek

Implementasi Terhadap Akuntabilitas Kinerja

Merujuk hasil penelitian terdahulu dengan mempertimbangkan kelemahan

dan kelebihan anggaran berbasis kinerja dan perkembangan penelitian terdahulu

yang masih beragam, maka evaluasi atas status implementasi anggaran

berbasis kinerja yang telah dicapai pemerintah daerah saat ini penting untuk

diteliti. Karenanya, penelitian ini akan meneliti status perkembangan atau

efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja pemerintah daerah terkait

aspek rasional yang mempengaruhinya dari perspektif teori organisasi yang

melihat perubahan dalam pendekatan anggaran sebagai perubahan

organisasional. Aspek Implementasi dilakukan untuk menghasilkan kinerja

mengenai penggunaan anggaran dalam rangka pelaksanaan kegiatan dan

program serta pencapaiannya, (PMK Nomor 249 Tahun 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sofyani dan Pamudi (2018)

menemukan bahwa aspek implementasi anggaran berpengaruh signifikan

terhadap akuntabilitas kinerja instansi.

2.5.3 Pengaruh Efektivitas Anggaran yang diukur melalui Aspek Manfaat

Terhadap Akuntabilitas Kinerja

Evaluasi kinerja dilakukan untuk mengetahui sejauhmana manfaat yang

atas pelaksanaan program dan kegiatan pada suatu unit organisasi instansi

pemerintah. Tujuan dilakukannya evaluasi kinerja adalah agar organisasi yang

bersangkutan mengetahui pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang

dijumpai atau sebab-sebab tidak tercapainya kinerja dalam rangka pencapaian


31

misi yang sudah direncanakan sehingga diharapkan instansi tersebut dapat

meningkatkan kinerjanya dimasa yang akan datang, sehingga dengan adanya

evaluasi kinerja yang dilakukan dengan baik diharapkan dapat mampu

meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Akuntabilitas kinerja dilakukan untuk menghasilkan informasi kinerja

mengenai perubahan yang terjadi dalam pemangku kepentingan sebagaimana

penerima manfaat atas penggunaan anggaran pada program K/L (PMK 249

Tahun 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo dan Wijayanti (2018)

menemukan bahwa aspek manfaat anggaran berpengaruh signifikan terhadap

akuntabilitas kinerja instansi.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilaksanakan tentu tidak akan lepas dari penelitian

terdahulu sebagai landasan dan acuan terhadap arah dari penelitian ini.

Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan Efektivitas Anggaran

terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, adalah sebagai berikut:

1. Daryoto Muslih Utomo (2018) dengan judul Analisis Efisiensi dan Efektivitas

Pelaksanaan Anggaran Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

249 Tahun 2011 (Studi Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

Malang Periode 2015 - 2017). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kinerja keuangan sektor publik dengan studi kasus pada KPPN Malang

periode 2015 – 2017. Penelitian bersifat deskriptif. Hasil yang diperoleh yaitu

(1) nilai kinerja KPPN Malang tahun 2015, 2016, dan 2017 adalah “Sangat

Baik”, (2) tingkat efektivitas pelaksanaan anggaran KPPN Malang tahun

2015, 2016, dan 2017 adalah “Sangat Baik”, dan (3) tingkat efisiensi
32

pelaksanaan anggaran KPPN Malang tahun 2015 berkategori “Kurang”,

tahun 2016 berkategori “Sangat Baik”, sedangkan tahun 2017 berkategori

“Baik”. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan KPPN Malang dapat

meningkatkan efisiensinya.

2. Dwi Suharnoko (2019) dengan judul Efektivitas Penerapan Anggaran

Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Perangkat Daerah di Kabupaten Malang.

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi rumusan penetapan besaran anggaran

pada masing-masing perangkat daerah serta langkah peningkatan efektivitas

penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap Kinerja Perangkat Daerah di

Kabupaten Malang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan

penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan

Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja Perangkat Daerah di Kabupaten

Malang secara umum cukup efektif ditinjau dari Performance Assessment

Potential, Human Force Potential, and Technical Ability, Pemerintah Daerah

telah melakukan persiapan pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja

terutama dengan mengeluarkan berbagai petunjuk teknis dan

pelaksanaannya. Hasil penelitian, ditemukan bahwa semakin baik

implementasi anggaran berbasis kinerja maka penyerapan anggaran akan

berjalan baik pula. Hal ini dikarenakan dalam proses penyusunan anggaran

yang secara sistem benar-benar direncanakan dengan berorientasi pada

kinerja, tingkat penyerapan anggaran akan terjadwal secara rapi, sehingga

memudahkan pemerintah untuk memantau, mengevaluasi, dan melaporkan

informasi mengenai perkembangan program yang diselenggarakan. Hasil

dari kajian ini disimpulkan bahwa penerapan Anggaran Berbasis Kinerja

terhadap Kinerja Perangkat Daerah di Kabupaten Malang secara umum


33

cukup efektif ditinjau dari Performance Assessment Potential, Human Force

Potential, and Technical Ability.

3. Rahmad Saleh dan Nina Andriana (2021) dengan judul Efektivitas dan

Efisiensi Belanja Berdasarkan Anggaran Berbasis Kinerja Pada KPP

Pratama Bulukumba. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas

dan efisiensi belanja berdasarkan penganggaran berbasis kinerja (PBK),

melalui evaluasi pelaksanaan anggaran yang diatur berdasarkan ketentuan

perundangan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode

studi kepustakaan dan metode studi lapangan melalui wawancara. Data

yang menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu: realisasi pagu anggaran pada

RKA-K/L atau DIPA; nilai aspek pengukuran pada IKPA; dan nilai aspek

pengukuran pada SMART pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Bulukumba untuk Tahun Anggaran 2017 sampai dengan 2020. Pembahasan

hasil dianalisis secara deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa KPP Pratama Bulukumba telah mampu

melaksanakan belanja berdasarkan PBK dengan efektif dan efisien. Selain

itu, juga dapat mengatasi tantangan yang dihadapi dengan pengambilan

solusi yang tepat, yang dibuktikan dengan peningkatan nilai pada aspek

konsistensi.

4. Futri Safitri (2022) dengan judul Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis

Kinerja Terhadap Efektivitas Realisasi Anggaran Pada Dinas Kependudukan

Dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja

terhadap efektivitas realisasi anggaran. Penelitian ini dilakukan di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan. Metode yang


34

digunakan adalah metode kuantitatif. Pengumpulan data dan informasi

dilakukan melalui kuisioner atau kuisioner sebagai alat penelitian yang

disebarkan kepada seluruh pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kota Tangerang Selatan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan uji validitas, reliabilitas, analisis deskriptif, analisis korelasi

rank spearman, analisis regresi sederhana, koefisien determinasi dan uji t.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara performance-based budgeting terhadap efektivitas realisasi

anggaran.

5. Cahya Budi Hartanto (2020) dengan judul Pengaruh Perencanaan,

Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi, dan Pertanggungjawaban Anggaran

dengan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (Survey di Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak). Tujuan penelitian ini adalah untuk

menguji pengaruh perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran,

monitoring dan evaluasi, dan pertanggungjawaban anggaran terhadap

akuntabilitas kinerja. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode

penelitian survey. Metode survey adalah suatu metode penelitian yang

mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai

alat pengumpulan data. Hasil uji kelayakan model (Anova) diperoleh nilai

Fhitung sebesar 71,481, dengan nilai Ftabel sebesar 2,43, maka nilai Fhitung > Ftabel

(71,481 > 2,43) dengan p-value (sig) 0,000 lebih kecil dari α sebesar 0,05,

sehingga regresi memenuhi kriteria kelayakan model untuk memprediksi

variabel akuntabilitas kinerja. Hasil uji t diperoleh nilai t hitung variabel

perencanaan anggaran sebesar 2,862, variabel pelaksanaan anggaran


35

sebesar 2,779, variabel monitoring dan evaluasi sebesar 4,555, dan variabel

pertanggungjawaban anggaran sebesar 3,706 lebih besar dari nilai ttabel

sebesar 1,654. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran, monitoring dan evaluasi,

dan pertanggungjawaban anggaran memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap akuntabilitas kinerja di Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan

Anak.

6. Hafiez Sofyani dan Made Aristia Prayudi (2018) dengan judul Implementasi

Anggaran Berbasis Kinerja di Pemerintah Daerah Dengan Akuntabilitas

Kinerja “A”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan beberapa

variabel, yakni: implementasi anggaran berbasis kinerja, penyerapan

anggaran, akuntabilitas, dan penggunaan informasi kinerja dalam

merumuskan perencanaan dan anggaran tahun mendatang. Penelitian

diselenggarakan di Pemerintah Daerah tingkat provinsi yang meraih predikat

kinerja “A” yakni Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan seluruh

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai obyek penelitian.

Responden penelitian adalah pejabat SKPD yang terlibat langsung dalam

praktik perumusan perencanaan dan anggaran, serta pelaporan akuntabilitas

kinerja SKPD. Sejumlah 150 kuesioner dibagikan, dan hanya 97 yang diisi

lengkap dan dapat diuji. Pengujian hipotesis dilakukan dengan pendekatan

Structural Equation Model (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

anggaran berbasis kinerja berhubungan positif terhadap penyerapan

anggaran dan akuntabilitas SKPD. Selain itu, akuntabilitas yang baik juga

menjadikan aparatur Pemerintah Daerah tergiring menggunakan laporan

akuntabilitas sebagai acuan dalam perencanaan dan penganggaran untuk


36

periode mendatang. Selain itu pengujian pada Pemda dengan predikat “A”

pada level kabupaten/kota juga sangat disarankan agar dapat menemukan

lebih banyak fenomena di lapangan.

7. Eka Puspasari (2016) dengan judul Efektivitas Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (SAKIP) Dinas Kependudukan dan pencatatan Sipil

Kabupaten Purworejo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan untuk

mengetahui faktor pendukung dan penghambat efektivitasSAKIP di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Didukcapil) Kabupaten Purworejo.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data

yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Teknik

pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.

Analisis keabsahan data menggunakan Trianggulasi Sumber. Teknik analisis

data secara interaktif menurut Miles dan Huberman. Hasil penelitian

menunjukkan SAKIP di Didukcapil belum efektif karena terdapat kendala

seperti sarana dan prasarana yang kurang memadai, kualitas SDM rendah,

belum adanya kesadaran masyarakat untuk mengakses pelayanan

adminduk dan capil dengan alasan tidak penting, data adminduk dan capil

belum valid, belum terbentuk petugas registrasi kependudukan di tingkat

Desa, kualitas SDM Perangkat Desa dalam pelayanan masih rendah, belum

ada Indikator Kepuasan Masyarakat (IKM) sebagai evaluasi pelayanan

masyarakat, koordinasi antara Didukcapil dan Bagian Organisasi dan

Aparatur Daerah Sekda Kabupaten Purworejo belum optimal.

8. Alful Laila Rosyidah Noor Shofwah (2019) dengan judul Analisis Realisasi

Anggaran Untuk Menilai Efektivitas Dan Efisiensi Kinerja Instansi


37

Pemerintah. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efisiensi dan efektivitas

anggaran belanja Dinas Sosial Kota Surabaya pada periode 2016- 2018.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif dengan cara mengumpulkan data, menghitung efektivitas

dan efisiensi, dan menganalisis perhitungan sehingga bias ditarik

kesimpulan yang obyektif terhadap masalah. Periode penelitian ini selama 3

tahun yaitu tahun anggaran 2016-2018. Hasil penelitian untuk tingkat

efektivitas pada tahun 2016-2018 seluruhnya dalam kategori efektif karena

hasil pencapaian tingkat efektivitas lebih dari 90%, hal ini dapat dikatakan

baik dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Hasil penelitian untuk

tingkat efisiensi pada tahun 2016-2018 seluruhnya dalam kategori kurang

efisien, hal ini terjadi karena penggunaan anggaran belanja langsung lebih

besar dari penggunaan realisasi total anggaran belanja.

9. Nur Fitriyah (2020) dengan judul Analisis Efektivitas Kinerja Pelayanan

Mayarakat Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Pada Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bogor. Penelitian

ini dilakukan pada Pemerintah Daerah Kabupate Bogor Tahun 2019. Sampel

yang digunakan pada penelitian ini adalah dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bogor. Sampel yang dipilih menggunakan metode analisis

deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu

penelitian dengan teknik penelitian wawancara. Penelitian menggunakan

analisis persentase pencapaian kinerja. Hasil penelitian menunjukan bahwa

berdasarkan hasil analisis dengan persentase pencapaian kinerja

mendapatkan hasil untuk kinerja anggaran menunjukan pencapaian kinerja

yang optimal yaitu sebesar 94,28% untuk tahun 2019, dan pencapaian
38

kinerja kepemilikan dokumen administrasi dengan pencapaian kinerja

penerbitan KTP diperoleh persentase sebesar 100%, penerbitan akte

kelahiran anak diperoleh persentase 102,28%, permohonan dokumen

administrasi kependudukan dan catatan sipil yang diterbitkan berbasis NIK

diperoleh persentase 100% sehingga dikategorikan sangat baik.

10. Adelstin Tamasoleng (2015) dengan judul Analisis Efektivitas Pengelolaan

Anggaran Di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa meskipun pimpinan dan staf di Kabupaten Kepulauan

Siau Tagulandang Biaro memahami makna penganggaran berbasis kinerja,

namun mulai dari perencanaan yaitu perumusan rencana strategis, rencana

kerja program dan kegiatan, pelaksanaan, pelaporan/pertanggungjawaban

sampai dengan evaluasi kinerja, belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan dan teori anggaran berbasis kinerja.

Anda mungkin juga menyukai