Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bedah kasus Audit umum PT. Kereta Api Indonesia. Ini
merupakan sebuah pembelajaran menarik dalam memahami proses
GCG (Good Corporate govermannce) bagi para Komisaris, Direksi dan
Komite Audit. Khususnya dalam membangun pengawasan yang
efektif.
Menerapkan proses GCG dalam suatu perusahaan bukanlah
merupakan suatu proses yang mudah. Diperlukan konsistensi,
komitmen, dan pemahaman yang jelas dari seluruh stakeholders
perusahaan mengenai bagaimana seharusnya proses tersebut
dijalankan. Apabila ketiga hal tersebut diatas masih belum dimiliki oleh
perusahaan, maka dapat dipastikan bahwa GCG bagi perusahaan
hanya sebagai pemenuhan peraturan (formalitas) dan belum dapat
dianggap sebagai bagian dari sistem pengawasan yang efektif.
Mengamati kasus-kasus yang terjadi baik di BUMN maupun
Perusahaan Publik, mungkin dapat disimpulkan sementara bahwa
penerapan proses GCG masih setengah hati, belum dipahami dan
diterapkan seutuhnya, terutama oleh top management sebagai
pengambil keputusan stratejik. Pembedahan kasus yang terjadi di
perusahaan BUMN atas proses pengawasan yang efektif akan dapat
menjadi suatu pembelajaran yang menarik dan kiranya dapat kita
hindari apabila kita dihadapkan pada situasi yang sama. Salah satu
contohnya adalah kasus audit umum yang dialami oleh PT. Kereta Api
Indonesia (PT. KAI).

1
1.2 Identifikasi Masalah
Kasus PT. KAI bermuara pada perbedaan pandangan antara
Manajemen dan Komisaris, khususnya Ketua Komite Audit dimana
Komisaris menolak menyetujui dan menandatangani laporan
keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal. Dan Komisaris
meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat
disajikan secara transparan dan sesuai dengan fakta yang ada.
Perbedaan pandangan antara Manajemen dan Komisaris
bersumber pada perbedaan pendapat mengenai :
1. Masalah piutang PPN.
Piutang PPN per 31 Desember 2005 senilai Rp. 95,2 milyar,
menurut Komite Audit harus dicadangkan penghapusannya pada
tahun 2005 karena diragukan kolektibilitasnya, tetapi tidak
dilakukan oleh manajemen dan tidak dikoreksi oleh auditor.
2. Masalah Beban Ditangguhkan yang berasal dari penurunan nilai
persediaan. Saldo beban yang ditangguhkan per 31 Desember
2005 sebesar Rp. 6 milyar yang merupakan penurunan nilai
persediaan tahun 2002 yang belum diamortisasi, menurut Komite
Audit harus dibebankan sekaligus pada tahun 2005 sebagai beban
usaha.
3. Masalah persediaan dalam perjalanan. Berkaitan dengan
pengalihan persediaan suku cadang Rp. 1,4 milyar yang dialihkan
dari satu unit kerja ke unit kerja lainnya di lingkungan PT. KAI yang
belum selesai proses akuntansinya per 31 Desember 2005,
menurut Komite Audit seharusnya telah menjadi beban tahun
2005.
4. Masalah uang muka gaji. Biaya dibayar dimuka sebesar Rp. 28
milyar yang merupakan gaji Januari 2006 dan seharusnya dibayar
tanggal 1 Januari 2006 tetapi telah dibayar per 31 Desember 2005

2
diperlakukan sebagai uang muka biaya gaji, yang menurut Komite
Audit harus dibebankan pada tahun 2005.
5. Masalah Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditentukan Statusnya
(BPYDBS) dan Penyertaan Modal Negara (PMN).
BPYDBS sebesar Rp. 674,5 milyar dan PMN sebesar Rp. 70
milyar yang dalam laporan audit digolongkan sebagai pos
tersendiri di bawah hutang jangka panjang, menurut Komite Audit
harus direklasifikasi menjadi kelompok ekuitas dalam neraca tahun
buku 2005.

1.3 Maksud dan Tujuan


Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka maksud
penyusunan makalah ini adalah menganalisa proses tata kelola yang
dijalankan, peran dari tiap-tiap organ pengawas didalam menyajikan
laporan keuangan dan siapa saja yang terlibat dalam pengauditan.
Disini kami sajikan beberapa pokok bahasan mendasar yang
berhubungan dengan masalah tersebut, yang akan dikaji pada bagian
penbahasan materi. Adapun pokok bahasan yang akan dibahas
adalah :
1. Administrasi
2. Administrasi sebagai proses
3. Administrasi sebagai tata usaha
4. Administrasi dalam pemerintahan
5. Organisasi
6. Menejemen dan
7. Pola pimpinan pada perseroan terbatas sebagai salah satu badan
usaha.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah terurai pada bab


sebelumnya, Kasus ini menunjukkan bagaimana proses tata kelola yang
dijalankan dalam suatu perusahaan, dan bagaimana peran dari tiap-tiap
organ pengawas didalam menyajikan laporan keuangan yang tidak salah
saji dan mampu menggambarkan keadaan keuangan perusahaan yang
semestinya. Sebagai perusahaan BUMN yang bergerak di bidang
pelayanan publik, PT. KAI memiliki business environment yang berbeda
dengan perusahaan swasta lainnya dan akan merupakan pembelajaran
yang menarik bagi semua badan pengawas perusahaan terutama
mengenai bagaimana seharusnya pengawasan yang efektif dapat
dibangun.
Untuk memahami akar dari permasalahan yang terjadi, perlu dikaji
beberapa hal yang signifikan terkait dengan masalah ini, yang mungkin
merupakan sumber permasalahan dari tidak berjalannya mekanisme
pengawasan (oversight) di PT. KAI. Maka berikut adalah pembahasan
mengenai permasalahan tersebut.
1. Administrasi
Administrasi adalah kepemimpinan dan penguasaan terhadap
suatu organisasi secara menyeluruh. Kepemimpinan yang berarti
mencakup kegiatan koordinasi, pembinaan, pengarahan dan
pengendalian, sedangkan penguasaan berarti bahawa admin
berwenang untuk mengatur dan mengarahkan orang dan sarana
dalam organisasi itu dan menetapkan hubungan antara organisasi
dan lingkungan sosialnya.

4
Dengan demikian administrasi merupakan penguasaan,
penyelenggaraan dan pelaksaan tugas dari dalam suatu organisasi
secara keseluruhan dengan mengarahkan teknologinya, mengatur
orang-orang dan sarana lainnya dan menghubungkan organisasi itu
dengan lingkungan sosialnya.
Administrasi dapat diterapkan terhadap organisasi jenis khusus
seperti organisasi Negara, organisasi niaga dan lain – lain.
Menurut pakar ilmu administrasi, pengertian administrasi dapat
dikatagorikan menjadi tiga macam:
A. Administrasi sebagai Proses
Menurut Odway Tead mengatakan bahwa administrasi
adalah meliputi kegiatan individu – individu (eksekutif) dalam
suatu organisasi yang bertugas mengatur, memajukan, dan
menyediakan fasilitas usaha kerjasama sekelompok individu –
individu untuk merealisasikan tujuan yang ditujukan.
B. Administrasi sebagai tata usaha
Menurut Utrecht mengatakan administrasi adalah gabungan
jabatan komplek yang dibawah pimpinan pemerintah melakukan
sebagian dari pekerjaan pemerintahan yang tidak ditugaskan
kepada badan – badan pengadilan, badan legislatif pusat, dan
badan – badan pemerintah dari persekutuan – sekutuan hukum
yang lebih rendah daripada Negara.
C. pemerintah atau administrasi negara
Administrasi yang merupakan penyelenggaraan dari
berbagai kegiatan melalui organisasi, deni tercapainya tujuan –
tujuan. Setiap organisasi memerlukan organisasi, tanpa
administrasi organisasi tidak mungkin berjalan atau bekerja
secara memuaskan karena organisasi itu tidak hany dapat
dikuasai atau dipimpin saja melainkan juga memerlukan
pengurusan (pemeliharaan), maka timbullah menejemen
sebagai upaya pengurusan terhadap organisasi. Tetapi

5
menejemen itu tidak timbul dari organisasi, melainkan
diturunkan dari administrasi. Jadi sebagai dari kekuatan
administrasi dilimpahkan kepada suatu kekuasaan nyang baru
yang disebut menejemen.
2. Organisasi
Organisi adalah didirikan demi tujuan tertentu, merupakan suatu
system sosisal pisikologis yang anggotanya mau saling berkerja
sama merupakan sisten teknologi tempat orang memenfaatkan
pengetahuan dan teknik, merupakan dorongan dari kegiatan manusia
yang mengikuti pola kerja dan pola hubungan tertentu.
3. Menejemen
Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, namun
untuk mencapai tujuan secara efektif diperlukan menejemen yang
baik dan benar. Terdapat berbagai pendapat tentang pengertian
menejemen, walaupun dasarnya mempunyai makna yang kurang
lebh sama.
Menurut Stoner dan Freeman mengatakan bahwa menejemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan
mengawasi pekerjaan anggota organisasi dengan menggunakan
semua semberdaya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan
organisasi.
4. Pola Pimpinan Pada Perseroan Terbatas Sebagai Salah Satu Badan
usaha.
Perseroan terbatas ini dikelola oleh suatu direksi yang terdiri dari
seorang direktur atau lebih, bahkan apabila dianggap perlu dapat
dibantu oleh seorang direktur atau lebih, dibawah pengawasan
sedikitnya seorang komosaris. Para anggota direksi dan para
komisaris diangkat oleh rapat umum pemegang saham.
DIrektur mewakili direksi, dan karena mewakili perseroan diluar
dan didalam pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian dan
berhak mengikat perseroan pada pihak lain, atau pihak lain pada

6
perseroan serta menjalankan segala tindakan, baik yang berkaitan
dengan pengurusan maupun mengenai kepemilikan, namun tetap
memiliki keterbatasan.
Bebrapa tindakan yang dapat dilakukan oleh direktur berkaitan
dengan pengurusan maupun mengenai kepemilikan adalah sebagai
berikut :
a. Meninjam uang guna perseroan atau meminjamkan atau
penempatan dana atas nama perusahaan.
b. Membeli, menjual, mendapatkan atau melepaskan hak atas
barang barang yang tidak bergerak atasnama perusahaan.
c. Mengikat perseroan sebagai penanggung
d. Mengadakan barang barang yang bergerak milik perseroan,
namun terlebih dahulu mendapat perserujuan dari seorang
komisaris

Para komisaris mempunyai kebijakan mengawasi pekerjaan


Direksi, para Komisaris berhak meminta penjelasan berkaitan dengan
semua tindakan yang dilakukan oleh direksi. Para komisaris dengan
suara terbanyak setiap waktu berhak untuk membebaskan dari
tugasnya para anggota direksi jika mereka dipandang bertindak
bertentangan dengan anggaran dasar atau melalaikan kewajiban
mereka ataupun karena hal hal penting lainya, serta harus
diberitahukan dengan surat kepada yang berkepentingan dengan
disertai alasanya. Dalam tempo satu bulan sudah dilakukan
pembebasan tugas tersebut, para komisaris harus menyelengarakan
rapat umum luar biasa para pemegang saham untuk mengambil
sebuah keputusan.
Oleh karena itu dalam setiap badan usaha termasuk perseroan
terbatas selalu diperlukan :
a. Filisofi bisnis
b. Politik bisnis yang terdiri dari strategi dan kebijakan umum

7
c. Pelaturan pelaturan umum
d. Rencana induk (master plan) dan program jangka panjang
e. Anggaran keuangan

Adapun beberapa hal yang seharusnya perlu dikaji lebih dalam


(oleh tim audit) adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses penyusunan laporan keuangan yang berjalan
selama ini?
2. Apakah Komisaris (termasuk Komite Audit) terlibat didalamnya?
3. Mengapa Komisaris baru dapat mengidentifikasi permasalahan
setelah laporan keuangan selesai diaudit oleh auditor eksternal?
4. Bagaimana proses dan kualitas internal control yang ada?
5. Apakah Komisaris dan Komite Audit berperan secara optimal
dalam melakukan pengawasan (oversight)?

8
BAB III
KESIMPULAN

Terlepas dari pihak mana yang benar, permasalahan ini


tentunya didasari oleh tidak berjalannya fungsi check and balances
yang merupakan fungsi substantif dalam perusahaan.
Yang terpenting adalah mengidentifikasi kelemahan yang ada
sehingga dapat dilakukan penyempurnaan untuk menghindari
munculnya permasalahan yang sama di masa yang akan datang.
.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Modul administarasi niaga

 www.google.com/

 www.wikipedia.org/

10

Anda mungkin juga menyukai