Anda di halaman 1dari 14

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Sejarah kebudayaan Islam


B. Kegiatan Belajar : Perkembangan Kebudayaan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin (Kb 1)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


A. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Abu
Bakar Ash-Shiddiq
1. Biografi Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar Ash-Shiddiq nama lengkapnya adalah
Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka`ab bin
Sa`ad bin Tayim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu’ai bin
Ghalib bin Fihr bin Malik al-Qurasy al-Taimy. Abu
Bakar as-Shiddiq dilahirkan di Makkah pada tahun 573
M. Ibu Abu Bakar Ash-Shiddiq bernama Salma binti
Sakhar bin Amir bin Ka`ab bin Sa`ad bin Tayim bin
Murrah. Ia digelari dengan Ummu al-Khair. Sedangkan
bapaknya adalah Utsman Abu Quhafa (panggilan Abu
Quhafa) yang masuk Islam pada peristiwa Fathu Makkah
(Penaklukan kota Makkah). Beliau termasuk di antara
orang-orang yang paling awal memeluk agama Islam atau
yang dikenal dengan sebutan al-sabiqun al-awwalun.
Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi
Konsep (Beberapa istilah khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun
1
dan definisi) di KB 634 Masehi. Dia adalah satu di antara empat khalifah
yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang
diberi petunjuk. Abu Bakar menjadi Khalifah selama 2
tahun, 2 bulan, dan 14 hari.

2. Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq


Selama kurang lebih dua tahun, yaitu dari 11-13H/ 632-
634M Abu bakar Ash-Shiddiq memimpin menggantikan
Nabi Muhammad Saw setelah wafat. Beliau mulai
menyebarkan agama sebagaimana tugas Nabi
Muhammad Saw semasa hidupnya. Selama menjadi
Khalifah, Abu Bakar Ash-Shiddiq yang sangat singkat
tersebut lebih diprioritaskan untuk menyelesaikan
persoalan dalam negeri, terutama tantangan yang
ditimbulkan oleh suku-suku Arab yang tidak mau tunduk
lagi kepada pemerintahan di Madinah sepeninggal Nabi
Saw. Mereka beranggapan bahwa perjanjian yang mereka
buat dengan Nabi Saw, dengan sendirinya telah habis dan
batal (berakhir sendirinya) setelah Nabi meninggal dunia.
Karenanya, mereka menentang Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Mereka itulah yang dikenal dengan orang-orang murtad
karena mereka tetap keras kepala, tidak mau tunduk,
bahkan penentangan mereka dipandang dapat
membahayakan agama dan pemerintahan, maka Abu
Bakar Ash-Shiddiq menyelesaikan masalah tersebut
dengan perang yang disebut dengan perang riddah
(perang melawan kemurtadan). Masalah pemegang
pucuk kekhalifahan menjadi pemicu munculnya
fanatisme kesukuan. Tampilnya di antara suku-suku
bangsa Arab yang mengaku dirinya sebagai Nabi,
merupakan salah satu bentuk ketidakpuasan suku bangsa
terhadap kehidupan sosial-politik yang selama ini mereka
pendam.

Sebagai bukti keadilan Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah


kebijakan meningkatkan kesejahteraan umum dan
perekonomian. Abu Bakar Ash-Shiddiq membentuk
lembaga “Baitul Mal”, semacam kas negara atau lembaga
keuangan. Pengelolaannya diserahkan kepada Abu
Ubaidah, sahabat Nabi Muhammad Saw yang digelari
“amin al-ummah” (kepercayaan umat). Abu Bakar Ash-
Shiddiq menerapkan prinsip kesamarataan yaitu
kebijakan dalam membagi sama rata hasil rampasan
perang (ghanimah).

Mengenai praktik kepemimpinan Abu Bakar Ash-


Shiddiq di bidang pranata ekonomi dan sosial adalah
berusaha mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat.
Untuk kemaslahatan rakyat ini, beliau mengelola zakat,
infaq, dan sedekah yang 9 berasal dari kaum muslimin,
harta rampasan perang (ghanimah) dan jizyah dari warga
negara non-muslim, sebagai sumber pendapatan baitul
mal. Beliau juga mempelopori sistem penggajian aparat
negara, misalnya untuk khalifah digaji amat sedikit, yaitu
2,5 atau 2,75 dirham setiap hari hanya dari baitul mal.

Salah satu gaya kepemimpinan Abu Bakar As-Shiddiq


yang bersifat sentralistik adalah ketika mengirim Usamah
bin Zaid yang masih muda sebagai panglima perang
menghadapi Romawi di Syam, walaupun saat itu di
negeri sendiri timbul pemberontakan kaum murtad dan
munafik. Tindakan demikian secara politis dapat
dipahami bahwa ingin menunjukkan kepada musuh
bahwa kekuatan Islam cukup tangguh, membuat
pemberontak cukup gentar, dan dapat mengalihkan
perhatian umat Islam dari perselisihan yang bersifat
intern ketika terjadi peristiwa di Saqifah Bani Saidah.
3. Metode Dakwah pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

a. Metode Dakwah Bil-Lisan


Salah satunya, terlihat dari kisah pidato Abu Bakar
ash-Shiddiq setelah dibai’at menjadi khalifah.
b. Metode Dakwah Bil-Tadwin
Al-Qur’an dikumpulkan pertama kali pada masa
kekhalifahan Abu Bakar atas usul Umar bin Khattab,
dan selesai pada masa khalifah Utsman bin Affan.
Metode dakwah bit-tadwin ini kemudian melahirkan
strategi dakwah baru yaitu dakwah melalui tulisan.
c. Metode Dakwah Bil-Yad
Metode ini efektif bila dilakukan oleh penguasa yang
berjiwa dakwah. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
menggunakan kekuatan kekuasaan sebagai metode
dakwah kepada orang-orang yang membangkang.
Dengan kekuasaannya Abu Bakar Ash-Shiddiq
memerangi orang-orang yang tidak mau membayar
zakat. Selain itu juga Abu Bakar menggunakan
kekuatan kekuasaan untuk menumpas nabi palsu,
kaum murtad dari agama Islam, dan dakwah ke
wilayah Irak dan Syria.
d. Metode Dakwah Bil-Hal
Selain mendirikan baitul mal dan lembaga peradilan,
saat menjadi khalifah, Abu Bakar juga lembaga
pertahanan dan keamanan yang bertugas
mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada untuk
mempertahankan eksistensi keagamaan dan
pemerintahan.
e. Metode Uswatun Hasanah
Abu Bakar adalah sosok yang sopan, santun, tawadhu
dan rendah hati. Sebagai pengusaha, beliau pernah
memerdekakan seorang budak, yaitu Bilal bin Rabah
yang disiksa majikannya karena masuk Islam. Abu
Bakar adalah orang yang menemani hijrah Nabi dari
Makkah ke Madinah. Abu Bakar juga pernah
menafkahkan semua hartanya untuk perjuangan Islam.

4. Perkembangan Pendidikan pada Masa Abu Bakar


Ash-Shiddiq

Pada masa Abu Bakar As-Shidiq, ilmu tidak berkembang


maju, karena disibukkan dengan masalah-masalah seperti
menumpas Nabi palsu, gerakan kaum murtad, gerakan
kaum munafiq, dan memerangi yang enggan berzakat.
Kemajuan yang dicapai pada masa ini yaitu: perbaikan
sosial ekonomi, pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an,
perluasan wilayah Islam sampai ke Irak, Persia dan
Syiria, serta pendirian lembaga pendidikan kuttab.

5. Kontribusi Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Peradaban


Islam
a. Memberangkatkan Pasukan Usamah bin Zaid ke
Kawasan Syam
b. Mengembalikan Kaum Muslimin pada Ajaran
Islam yang Benar dan Memberantas Para Nabi
Palsu
c. Mengumpulkan Al-Qur’an dalam Satu Mushaf
d. Mengirim Pasukan ke Irak dan Syam

B. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Umar bin


Khattab
1. Biografi Singkat Umar bin Khattab

Umar bin Khattab lahir di Makkah dari Bani Adi, satu


rumpun dari suku Quraisy. Nama lengkapnya Umar bin al-
Khattab bin Abdul Uzza. Umar bin Khattab memiliki fisik
yang kuat, bahkan pernah menjadi juara gulat di Mekah,
sehingga disegani dan ditakuti. Beliau mendapat julukan
“Singa Padang Pasir”, karena memiliki watak yang keras.
Sebelum memeluk Islam, ketika Nabi Muhammad
menyebarkan Islam secara terbuka di Mekah, Umar
termasuk orang yang paling banyak menggunakan
kekuatannya untuk menyiksa pengikut Nabi Muhammad
SAW. Umar masuk Islam pada tahun ke-6 kenabian.
Dalam sebuah riwayat, dijelaskan bahwa Umar masuk
Islam setelah hatinya terguncang oleh isi Al-Qur’an surat
Thoha ayat 1-8 yang dibaca oleh saudara perempuannya.
Sejak saat itu, Umar dikenal sebagai orang terdepan yang
selalu membela Nabi Muhammad SAW.

Pada tahun 622 M, Umar ikut berhijrah ke Yatsrib


(Madinah), kemudian terlibat dalam beberapa perang
penting, seperti perang Badar, perang Uhud, perang
Khaybar serta penyerangan ke Syria.Pada masa Abu Bakar
menjadi khalifah, Umar bin Khattab menjadi salah satu
penasehatnya. Umar adalah penggagas pengumpulan Al-
Qur’an. Setelah Abu Bakar wafat, Umar bin Khattab
ditunjuk sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam.
2. Kepemimpinan Umar bin Khattab

Dalam menjalankan kepemimpinannya, Umar bin Khattab


melakukan beberapa hal yang menjadi ciri kepemimpinan
beliau, di antaranya adalah:

a. Musyawarah
Dalam bermusyawarah Umar bin Khattab tidak pernah
memposisikan dirinya sebagai penguasa ia meletakkan
dirinya sebagai manusia yang sama kedudukannya
dengan anggota musyawarah lain ketika ia meminta
pendapat ia tidak pernah menunjukkan bahwa ia adalah
pemegang kekuasaan khalifah yang diberi gelar dengan
Amirul Mukminin.
b. Kekayaan untuk Rakyat
Pada zaman kepemimpinan Umar bin Khattab, kekayaan
negara seutuhnya digunakan untuk melayani rakyat.
c. Menjunjung Tinggi Kebebasan
Umar bin Khattab pernah berkata pada dirinya sendiri
untuk tidak memperbudak manusia karena pada
hakikatnya manusia dilahirkan dalam kondisi bebas
merdeka. Menurut Umar bin Khattab setiap orang
memiliki kebebasan.
d. Siap Mendengar dan Menerima Kritik
Seorang pemimpin juga harus siap mendengar dan
menerima kritik. Hal ini pun termasuk dalam salah satu
gaya kepemimpinan Umar bin Khattab.
e. Turun Langsung Mengatasi Masalah Rakyat
Umar bin Khattab sangat populer sebagai seorang
pemimpin yang tidak sungkan untuk terjun langsung
mengatasi masalah rakyatnya. Di saat orang lain tidur
lelap, Umar bin Khattab melakukan patroli untuk
memastikan kondisi rakyatnya.

3. Metode Dakwah pada Masa Umar bin Khattab


Untuk menegakkan dan menyebarkan agama Islam khalifah
Umar bin Khattab menempuh metode dakwah sebagai
berikut:
a. Pengembangan wilayah Islam
Selama di bawah pemerintahan Umar bin Khattab,
wilayah kekuasaan Islam berkembang hingga
Mesopotamia, Persia, Mesir, Palestina, Syria, Afrika
Utara dan Armenia.
b. Mengeluarkan Undang-undang
Selama menjabat sebagai khalifah, Umar bin Khattab
mengeluarkan undang-undang mengenai ketertiban
pasar, ukuran dalam jual beli, mengatur kebersihan
jalan dan lain-lain.
c. Membagi wilayah pemerintahan
Umar juga membagi wilayah pemerintahan, yaitu
pemerintahan pusat yang dipegang oleh khalifah dan
pemerintahan daerah yang pegang oleh gubernur.

4. Perkembangan Pendidikan Masa Umar bin Khattab

Pola pendidikan di masa ini mengalami perkembangan.


Khalifah pada saat itu mengadakan penyuluhan (pendidikan)
di kota Madinah. Ia juga menerapkan pendidikan di masjid
dan mengangkat guru dari sahabat-sahabat untuk tiap-tiap
daerah ditaklukan. Para sahabat tersebut bukan hanya
bertugas mengajarkan Al-Qur’an tetapi juga Fiqih dan
lainnya, adapun tenaga pengajar sebagian besar para sahabat
yang senior antara lain Abdurarrahman bin Ghanam di
(Suriah). Hasan bin Abi Jabalah di (Mesir).

5. Kontribusi Umar bin Khattab dalam Peradaban Islam


Di zaman Umar bin Khattab, gelombang ekspansi (perluasan
daerah kekuasaan) 23 pertama terjadi di ibu kota Syiria,
Damaskus yang jatuh tahun 635 M. Setahun kemudian,
setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk,
seluruh daerah Syiria jatuh ke bawah kekuasaan Islam.
Dengan memakai Syiria sebagai basis, ekspansi diteruskan
ke Mesir di bawah pimpinan Amru bin `Ash dan ke Irak di
bawah pimpinan Sa`ad bin Abi Waqqash. Iskandaria, ibu
kota Mesir ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian,
Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah,
sebuah kota dekat Hirah di Irak juga ditaklukkan tahun 637
M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-
Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M,
Mosul pun dapat dikuasai.

Pada masa pemerintahannya Umar bin Khattab membentuk


Baitul Mal dan Dewan Perang. Baitul Mal bertugas
mengurusi keuangan negara. Dewan perang bertugas
mencatat administrasi ketentaraan. Umar bin Khattab adalah
Khalifah pertama kali yang memperkenalkan sistem
penggajian bagi pegawai pemerintah. Ia juga memberikan
santunan dari Baitul Mal kepada seluruh rakyatnya.
Besarnya santunan disesuaikan lamanya memeluk Islam.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, kemakmuran dapat
dinikmati rakyat dari seluruh pelosok negeri.

Tindakan yang dilakukan umar bin Khattab adalah menata


pemerintahan dengan membentuk departemen-departemen
(diwan), mengadopsi model Persia. Tugas diwan adalah
menyampaikan perintah dari pemerintah pusat ke daerah-
daerah dan menyampaikan laporan tentang perilaku dan
tindakan penguasa daerah kepada khalifah.

Khalifah meletakkan prinsip-prinsip dasar demokratis dalam


pemerintahannya dengan membangun jaringan
pemerintahan sipil yang sempurna, dan menjamin kesamaan
hak. Selain mahir dalam menciptakan pemerintahan baru, ia
juga memperbaiki dan mengkaji ulang kebijakannya yang
lalu untuk kemaslahatan umat. Misalnya mengenai tanah
yang diperoleh dari hasil peperangan, Umar membiarkan
tanah digarap oleh pemiliknya sendiri, sebagai gantinya,
terhadap tanah itu dikenakan pajak (al-kharaj).

C. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Utsman


bin Affan

1. Biografi Singkat Utsman bin Affan


Utsman bin Affan adalah salah seorang sahabat Rasulullah
Saw yang termasuk dari Assabiqunal Awwalun (orang
yang pertama masuk Islam). Beliau masuk Islam atas
ajakan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau berasal dari suku
Quraisy. Nama lengkapnya adalah Usman bin Affan bin
Abu Al-‘Ash bin Umayyah bin Abdu Shams bin Abdul
Manaf bin Qushay bin Kilab. Nasabnya bertemu dengan
Rasulullah pada Abdu Manaf bin Qushay. Ibunya bernama
Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Habib bin Abdi Syams
bin Abdi Manaf bin Qushay. Utsman bin Affan merupakan
cucu bibi dari Rasulullah. Karena nenek Utsman bin Affan
dari jalur ibunya, yaitu Ummu Hukaim Al-Baidha’ binti
Abdul Muthalib adalah saudara perempuan sekandung dari
Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Rasulullah.

Utsman bin Affan adalah sahabat Nabi Muhammad Saw


yang termasuk Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Beliau
dijuluki dzun nurain, yang berarti memiliki dua cahaya.
Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi putri
kedua dan ketiga dari Rasulullah yaitu Ruqayah dan
Ummu Kultsum. Beliau juga dikenal sebagai pedagang
kaya raya dan ekonomi yang handal namun sangat
dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya
kepada umat Islam di awal dakwah Islam.

2. Kepemimpinan Utsman bin Affan

a. Bidang Politik dalam Negeri


Lembaga pemerintahan dalam negeri pada masa Utsman
bin Affan terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1) Pembantu (Wazir/ Muawin).
2) Pemerintahan daerah/gubernur.
b. Hukum
Pentingnya masa khalifah Utsman bin Affan dalam
bidang hukum terlihat dalam dua hal yang mendasar,
antara lain:
1) Menjaga teks-teks pada masa Nabi Muhammad
dalam bidang hukum, terikat dengan apa yang
ada di dalam teks, mengikuti dan menaati teks
yang ada.
2) Meletakkan sistem hukum baru untuk
memperkuat pondasi negara Islam yang
semakin luas dan menghadapi hal-hal yang baru
yang tambah beraneka ragam (Syalabi, 2013:
174-176).
3) Hakim-hakim pada masa khalifah Utsman bin
Affan antara lain : Zaid bin Tsabit yang bertugas
di Madinah, Abu Ad-Darda bertugas di
Damaskus, Ka’ab bin Sur bertugas di Bashrah,
Syuraih di Kufah, Ya’la ibn Umayyah di
Yaman, Tsumamah di Sana’a, dan Utsman bin
Qais bin Abil Ash di Mesir.

c. Baitul Mal (Keuangan)


Baitul Mal adalah tempat yang mengatur masalah
keuangan.
d. Militer
Kemajuan militer pada waktu itu membawa
pemerintahan Islam di bawah kepemimpinan Utsman
bin Affan ke puncak kejayaan.
e. Majelis Syuro
Majelis Syuro adalah orang-orang yang mewakili kaum
muslimin dalam menyampaikan pendapat sebagai
bahan pertimbangan khalifah.
f. Bidang Politik Luar Negeri
Wilayah yang ditaklukkan Islam pada masa khalifah
Utsman bin Affan bukan hanya Azerbaijan, Ar-Ray,
Alexandria, Tunisia, Tabaristan, dan Cypruke,
melainkan ada wilayah-wilayah yang menjadi
taklukkan Islam diantaranya : Armenia, Tripoli, An-
Nubah, Kufah, Fars, dan Kerman. Pada masa
pemerintahan khalifah Utsman bin Affan wilayah
taklukkan Islam semakin bertambah luas dan semakin
bertambah banyak.
g. Bidang Ekonomi
Utsman bin Affan menggunakan prinsip-prinsip politik
ekonomi yang dijalankan di pemerintahannya, prinsip-
prinsip tersebut sebagai berikut:
1) Menerapkan politik ekonomi secara Islam.
2) Tidak berbuat zalim terhadap rakyat dalam
menetapkan cukai atau pajak.
3) Menetapkan kewajiban harta atas kaum
muslimin untuk diserahkan kepada Baitul Mal.
4) Memberikan hak-hak kaum muslimin dari
Baitul Mal.
5) Menetapkan kewajiban harta kepada kaum kafir
dzimmi untuk diserahkan kepada Baitul Mal dan
memberikan hak-hak mereka serta tidak
menzalimi mereka.
6) Para pegawai cukai wajib menjaga amanat dan
memenuhi janji.
7) Mengawasi penyimpangan-penyimpangan
dalam harta benda yang dapat menghilangkan
kesempurnaan nikmat umat secara umum.

Eksistensi Utsman bin Affan untuk negara atau


pemerintahan adanya pemasukan dan pengeluaran
dalam bidang ekonomi. Pemasukan dan pengeluaran
tersebut, antara lain:
1) Pemasukan keuangan, berupa: zakat, harta
rampasan perang (ghanimah), harta jizyah, harta
kharaj (pajak bumi), dan usyur (sepersepuluh
dari barang dagangan).
2) Pengeluaran keuangan, berupa: gaji para
walikota dari kas Baitul Mal, gaji para tentara
dari kas Baitul Mal, kas umum untuk haji dari
Baitul Mal, dana perluasan masjidil haram dari
Baitul Mal, dana pembuatan armada laut
pertama kali, dana pengalihan pantai dari
syuaibah ke Jeddah, dana pengeboran sumur
dari Baitul Mal, dana untuk para muadzin dari
Baitul Mal, dan dana untuk tujuan-tujuan mulia
Islam.
h. Bidang Sosial
Pada masa khalifah Utsman bin Affan telah memberi
kebebasan kepada umatnya untuk keluar daerah. Kaum
muslimin dapat memilih hidup yang serba mudah
daripada saat masa Umar bin Khattab yang dirasakan
terlalu keras dan ketat dalam pemerintahannya (Amin,
2010: 105-107).
i. Bidang Agama
1) Mengerjakan shalat.
2) Ibadah Haji
3) Pembangunan Masjid, seperti: Masjidil Haram,
Masjid Nabawi, dan Masjid Quba.
4) Pembukuan Al-Qur’an
5) Penyebaran Agama Islam

3. Metode Dakwah pada Masa Utsman bin Affan


Untuk menegakkan dan menyebarkan agama Islam
khalifah Umar bin Khattab menempuh jalan dan metode
dakwah sebagai berikut :
a) Perluasan Wilayah
b) Standarisasi Al-Qur’an.
c) Pembangunan Fisik.

4. Perkembangan Pendidikan pada Masa Utsman bin


Affan
Pada masa Utsman bin Affan menjadi khalifah, ilmu
pengetahuan klasik Islam dibagi menjadi dua macam, yaitu
‘ulum an-naqliyah, yang bersumber pada Alquran atau dalil
Naql (disebut juga `ulum al-syari`ah, dan `ulum al-`aqliyah
(`ulum al-`ajam).

Dalam periode Khulafaurrasyidin masih didominasi oleh


ilmu-ilmu naqliyah. Lahirnya ilmu Qira’at erat kaitannya
dengan membaca dan mempelajari Alquran. Pada masa ini,
muncul ilmu tafsir yang berguna untuk memahami ayat-ayat
Alquran. Ilmu Hadis belum dikenal pada masa ini, namun
pengetahuan tentang hadis sudah berkembang luas di
kalangan umat Islam. Ilmu Nahwu berkembang di Basrah
dan Kufah, Ali bin Abi Thalib adalah pembina dan penyusun
pertama dasar-dasar ilmu nahwu. Khat Al-Qur’an berkaitan
erat dengan penulisan dan penyebaran Al-Qur’an. Pada
masa ini Al-Qur’an ditulis dengan tulisan Kufi, sedangkan
untuk surat menyurat ditulis dengan tulisan naskhi.
Perkembangan ilmu Fikih tidak dapat dilepaskan dari Al-
Qur’an dan hadis sebagai sumbernya. Karena itu, tidak heran
jika ahli Fikih pada umumnya ahli dalam Al-Qur’an dan
hadis.

5. Kontribusi Utsman bin Affan dalam Peradaban Islam


1. Khalifah Utsman bin Affan memerintahkan agar
mushaf yang dikumpulkan di masa Abu Bakar,
disalin oleh Zaid bin Tsabit bersama Abdullah bin
Zubair, Zaid bin ‘Ash, dan Abdurrahman bin Harits.
Penyalinan ini dilatarbelakangi oleh perselisihan
dalam bacaan Al-Qur’an.
2. Pada masa Khalifah Utsman bin Affan muncullah
Ilmu Qiraat, yaitu ilmu yang erat kaitannya dengan
membaca dan memahami Al-Qur’an. Ilmu ini
muncul pada masa Khalifah Utsman bin Affan
karena adanya beberapa dialek bahasa dalam
membaca dan memahaminya dan dikhawatirkan
terjadi kesalahan dalam membaca dan
memahaminya.
3. Hal lain yang dilakukannya adalah membangun
sebuah bendungan yang besar untuk melindungi
Madinah dari bahaya banjir dan mengatur persediaan
air untuk kota itu. Ia juga membangun jalan,
jembatan, rumah tamu di berbagai wilayah dan
memperluas masjid Nabawi.

Selain hal tersebut, kontribusi Utsman bin Affan pada


bidang sastra juga berpengaruh. Pada masa ini, pengamat
sastra pada umumnya terbagi menjadi dua pendapat besar :
a) Sastra mengalami stagnasi karena perhatian lebih
pada Al-Qur’an, sehingga syair kurang berkembang.
b) Al-Quran sebagai sumber inspirasi untuk kegiatan
sastra, karena dalam berdakwah diperlukan bahasa
yang indah. Prosa yang tertuang dalam 2 bentuk,
yaitu khithabah (bahasa pidato) dan khithabah
(bahasa korespondensi). Khithabah menjadi alat
paling efektif, namun sastra kurang berkembang
pada masa ini.
Pada bidang arsitektur dimulai tumbuhnya dari Masjid.
Beberapa masjid yang dibangun pada masa ini:
a) Masjid al-Haram. Masjid ini dibangun oleh Nabi
Ibrahim, dan pada masa Umar masjid ini diperluas
dengan membeli rumah- rumah di sekitarnya. Masjid
dikelilingi dengan tembok batu bata setinggi 1,5
meter. Lalu pada masa Usman, masjid ini diperluas
lagi.
b) Masjid Madinah (Nabawi). Masjid ini didirikan oleh
Rasulullah pada saat pertama kali ke Madinah. Pada
masa Umar bin Khattab masjid ini diperluas, dan
pada masa Utsman bin Affan diperluas lagi dan
diperindah. Dindingnya diganti dengan batu, dan
dihiasi dengan ukiran-ukiran. Tiangtiangnya dibuat
dari beton bertulang dan ditatah dengan ukiran,
plafonnya dari kayu pilihan, unsur estetis mulai
diperhatikan.
c) Masjid al-`Atiq. Masjid inilah yang pertama kali
didirikan di Mesir pada masa Umar bin Khattab.
Terletak di utara Babylon, tidak bermihrab,
mempunyai tiga pintu, dilengkapi dengan tempat
berteduh para musafir.
d) Dibangun sebuah bendungan yang besar untuk
melindungi Madinah dari bahaya banjir, mengatur
persediaan air untuk kota, membangun jalan,
jembatan, rumah tamu di berbagai wilayah dan
memperluas masjid Nabawi.

D. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Ali bin Abi


Thalib

1. Biografi Singkat Ali bin Abi Thalib


Ali dilahirkan di Makkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada
tanggal 13 Rajab. Ali dilahirkan 10 tahun sebelum
dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599
Masehi atau 600. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali
dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Nabi
Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian
riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27
tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun. Dia bernama
asli Assad bin Abu Thalib, bapaknya Assad adalah salah
seorang paman dari Muhammad Saw. Assad yang berarti
singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk
mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani
dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekah. Setelah
mengetahui anaknya yang baru lahir diberi nama Assad,
Ayahnya memanggil dengan Ali yang berarti tinggi
(derajat di sisi Allah).

2. Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib


Pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib
wilayah kekuasaan Islam telah sampai Sungai Efrat, Tigris,
dan Amu Dariyah, bahkan sampai ke Indus. Akibat luasnya
wilayah kekuasaan Islam dan banyaknya masyarakat yang
bukan berasal dari kalangan bangsa Arab, banyak
ditemukan kesalahan dalam membaca teks Al-Qur'an atau
Hadist sebagai sumber hukum Islam.

Setelah pasca terbunuhnya Utsman, masyarakat Islam


memproklamirkan Ali sebagai seorang khalifah. Selama
masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai
pergolakan. Pemerintahannya nyaris tidak pernah berjalan
dengan stabil. Mulailah Ali mengambil sebuah kebijakan-
kebijakan, diantaranya :
a. Memecat Para Gubernur yang Kurang Cakap
b. Menarik Kembali Tanah Milik Negara

Adapun tipe-tipe kepemimpinan Ali bin Abi Thalib


a. Tipe Demokratis
b. Tipe Karismatik
c. Tipe Milliteristik

3. Metode Dakwah pada Masa Ali bin Abi Thalib


Dalam melakukan dakwah, Ali bin Abi Thalib melakukan
dakwah bil hikmah, dakwah mauizatul hasanah dan juga
dakwah bi al mujadalah.

4. Perkembangan Pendidikan pada Masa Ali bin


Lahirnya ilmu Qira’at erat kaitannya dengan membaca dan
mempelajari Al-Qur’an. Pada masa ini, muncul ilmu tafsir
yang berguna untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an. Ilmu
Hadis belum dikenal pada masa ini, namun pengetahuan
tentang hadis sudah berkembang luas di kalangan umat
Islam. Ilmu Nahwu berkembang di Basrah dan Kufah, Ali
bin Abi Thalib adalah pembina dan penyusun pertama
dasar-dasar ilmu nahwu.

Pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib,


penulisan huruf hijaiyyah belum dilengkapi dengan tanda
baca, seperti kasrah, fathah, dhammah, tasydid dan
lainnya. Hal itu menyebabkan banyaknya kesalahan
bacaan teks AlQur’an dan hadis. Untuk menghindari
kesalahan yang fatal dalam bacaan Al-Qur’an dan hadis,
khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Aswad
Ad-Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu
nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tata Bahasa Arab.

Nilai pendidikan Islam yang bisa kita ambil dari


kepemimpinan khalifah Ali bin Abi Thalib yaitu
bertanggung jawab, berani, sederhana, dan adil.
Kepemimpinan khalifah Ali Bin Abi Thalib ini banyak
pemberontakan dan tidak stabilnya pemerintahannya.
Akan tetapi khalifah Ali bin Abi Thalib tetap memberikan
pendidikan, dikarenakan pendidikan Agama Islam itu
sangatlah penting. P endidikan Agama Islam pada masa
khalifah Ali bin Abi Thalib tidak jauh berbeda dengan pada
masa khalifah sebelumnya, yakni ; mempelajari Al-Qur’an
dan tafsirnya, Hadits dan pengumpulannya, Fiqh (tasyri’)
dan selalu berupaya dalam menerapkan pendidikan tauhid,
akhlak, dan ibadah, karena pendidikan tersebut merupakan
dasar ataupun pokok dari ajaran Agama Islam.

5. Kontribusi Ali bin Abi Thalib dalam Peradaban Islam Ada


beberapa kontribusi Ali bin Abi Thalib dalam peradaban
Islam, di antaranya adalah:
a) Perkembangan dalam Bidang Politik Militer
b) Perkembangan di Bidang Pembangunan
c) Perkembangan di Bidang Fiqih Siyasah

Sistem pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam


bidang fiqih siyasah diantaranya:
1) Siyasah Tasyri’iyyah (kebijakan tentang penetapan
hukum),
2) Siyasah Dusturiyah (kebijakan tentang peraturan
perundangundangan),
3) Siyasah Qadha’iyyah (kebijaksanaan peradilan),
4) Siyasah Maliyah (kebijaksanaan ekonomi dan
moneter),
5) Siyasah Idariyyah (kebijaksanaan administrasi
Negara),
6) Siyasah Dauliyah (kebijaksanaan hubungan luar
negeri atau internasional),
7) Siyasah Tanfidziyah (politik pelaksanaan undang-
undang),
8) Siyasah Harbiyyah (politik peperangan).

d) Perkembangan di Bidang Sosial-Ekonomi

1. Perkembangan Kebudayaan pada Masa Abu Bakar Ash-


Shiddiq
Daftar materi pada KB 2. Strategi/ Metode Dakwah Abu Bakar
2
yang sulit dipahami 3. Perkembangan Kebudayaan pada Masa Umar bin
Khattab

Beberapa ijtihad Umar pada saat itu adalah keputusan bahwa


muallaf tidak mendapatkan zakat, padahal di salah satu ayat
dikemukakan bahwa mereka berhak mendapatkan zakat. Akan
tetapi Umar bin Khattab berpendapat bahwa hal ini juga
dilakukan Rasulullah Saw. pada masa Islam masih lemah. Pada
kasus lain adalah tentang pemotongan tangan bagi pencuri. Pada
Daftar materi yang sering beberapa kasus ternyata Umar bin Khattab tidak melaksanakan
3 mengalami miskonsepsi hukuman ini, terutama pada masa musim kemarau yang
dalam pembelajaran berkepanjangan pada tahun 18 H, dimana mereka hampir
kehabisan bekal makanan. Selain itu dalam beberapa kisah
dikatakan bahwa dua orang budak telah terbukti mencuri unta,
akan tetapi Umar bin Khattab tidak menjatuhinya hukum potong
tangan karena alasan bahwa mereka mencuri karena kelaparan,
sebagai gantinya beliau membebankan ganti harga dua kali lipat
dengan barang yang mereka curi.

Anda mungkin juga menyukai