Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH KABUPATEN MESUJI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RAGAM BEGAWE CARAM KABUPATEN MESUJI

PERATURAN DlREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RAGAM BEGAWE
CARAM KABUPATEN MESUJI NOMOR 445 / 50 TAHUN
2022

TENTANG
AKSES DAN KESINAMBUNGAN PELAYANAN
DIRU MAH SAKIT UMUM DAERAH RAGAM BEGAWE CARAM KABUPATEN MESUJI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RAGAM BEGAWE CARAM KABUPATEN MESUJI

Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan menjamin
akuntabilitas tenaga profesional dan memastikan bahwa pasien mendapatkan
layanan yang aman;
b. bahwa Rumah Sakit membuat kebijakan tentang akses ke rumah sakit dan
kontinuitas pelayanan;
c. bahwa Rumah Sakit melaksanakan kebijakan tentang akses ke rumah sakit
dan kontinuitas pelayanan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a. b, dan c
perlu diterbitkan Peraturan Direktur tentang Akses Ke Rumah Sakit dan
Kontinuitas Pelayanan;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-U ndang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5072) ;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1966 tentang
Wajib Simpan Rahasia Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755 tahun 2011
tentang Penye1enggaraan Komite Medis di Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519 tahun 20l1
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi
lntensif di Ru mah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor 1438 tahun 2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 tahun 2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269 tahun 2008
tentang Rekam Medis;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012
Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018
Tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik lndonesia nomor 1333/ Menkes/ SK/
XII / 1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
14. Keputusan Dirjen Yanmed HK.00.06.3.5.1866 tentang Pedoman Persetujuan
Tindakan Medis ( Informed Consent) tahun 1999;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik fndonesia Nomor 129 tahun 2008
tent:ang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
16. Keputusan Men teri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1051 tahu n 2008
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) 24 Jam di Rumah Sakit
17. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/ menkes/ 1128/2022
tentangStandar Akreditasi Rumah Sakit
18. Peraturan Bupati Mesuji Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pola Tata Kelola
Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Mesuji (Berita Daerah Kabupaten Mesuji Tahun 2009 nomor 27);
19. Peraturan Bupati Nomor 3D Tahun 2022 Tentang Peraturan Internal Rumah
Sakit (Hospital By Laws) Sadan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum
Daerah Ragam Begawe Caram Kabupaten Mesuji (Berita Daerah kabupaten
Mesuji Tahun 2022 Nomor 30)
20. Keputusan Bupati Mesuji Nomor 445/071 Tahun 2009 tentang Penetapan
Rumah Sakit Umum Daerah Ragam Begawe Caram Kabupaten Mesuji
Sebagai Badan Layanan Umum (BLU);

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RAGAM
BEGAWE CARAM KABUPATEN MESUJI TENTANG AKSES
KESINAMBUNGAN DAN PELAYANAN

BAB I
AKSES KESINAMBUNGAN DAN PELAYANAN

Pasal 1
( 1) Rumah sakit menetapkan regulasi akses dan kesinambungan pelayanan
(AKP) meliputi :
a. Skrining pasien di rumah sakit;
b. Registrasi dan admisi di ru mah sakit;
c. Kesinambungan pelayanan;
d. Transfer pasien internal di dalam rumah sakit;
e. Pem ulangan, ruju kan dan tindak lanjut; dan
f. Transportasi ;

BAB II
SKRINING PASIEN DE RUMAH SAKIT

Pasal 2

Rumah sakit menetapkan proses skrining baik pasien rawat inap maupun rawat jalan untuk
mengidentifikasi pelayanan Kesehatan yang dibutuhkan sesuai dengan misi serta sumber daya rumah sakit.
1) Rumah sakit menerapkan proses skrining baik di dalam maupun di luar rumah sakit dan terdokumentasi.
2) Rumah sakit menerapkan proses dalam memberikan hasil pemeriksaan diagnostik kepada tenaga medis
yang bertanggung jawab untuk menentukan apakah pasien akan admisi, ditransfer atau dirujuk.
3) Rumah sakit akan merujuk atau membantu pasien ke fasilitas pelayanan yang sesuai kebutuhannya, bila
kebutuhan pasien tidak dapat dipenuhi sesuai misi dan sumber daya yang ada.
4) Rumah sakit tidak melakukan pelayanan rawat inap pasien dengan gangguan Jiwa.

Pasal 3

Pasien dengan kebutuhan darurat sangat mendesak, atau yang membutuhkan pertolongan segera diberikan
prioritas untuk pengkajian dan tindakan.
1) Rumah sakit melakukan proses triase dan pelayanan kegawatdaruratan telah diterapkan oleh staf yang
kompeten dan bukti dokumen kompetensi dan kewenangan klinisnya tersedia.
2) Rumah sakit menerapkan kriteria triase untuk memprioritaskan pasien sesuai dengan kegawatannya.
3) Rumah sakit telah menerapkan penilaian dan menstabilkan pasien darurat sesuai kapasitas rumah sakit
sebelum ditransfer ke ruang rawat atau dirujuk.

Pasal 4

Rumah saki melakukan skrining kebutuhan pasien saat admisi rawat inap untuk menetapkan pelayanan
preventif, paliatif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan intensif.
1) Rumah sakit melaksanakan skrining pasien masuk rawat inap untuk menctapkan kebutuhan pelayanan
preventif, paliatif, kuratif, dan rehabilitatif, pelayanan intensif.
2) Rumah sakit tidak terdapat unit pelayanan khusus/ spesialistik.
3) Rumah sakit menerapkan kriteria masuk dan kriteria keluar di unit pelayanan intensif menggunakan
parameter diagnostik dan atau parameter objektif termasuk kriteria berbasis fisiologis dan
terdokumentasikan di rekam medik
4) Rumah sakit memiliki staf yang berkompeten dan benwenang di unit pelayanan dan unit pelayanan
intensif dan terlibat dalam menentukan kriteria masuk dan kriteria keluar di unitnya.
Pasal 5
Rumah Sakit mempertimbangkan kebutuhan klinis pasien dan memberikan inforrnasi kepada pasien jika terjadi
penundaan dan kelambatan pelaksanaan tindakan / pengobatan dan atau pemeriksaan penunjang diagnostik
1) Rumah sakit memberikan informasi jilra ada penundaan dan atau keterJambatan pelayanan beserta
alasannya dan didokumentasikan di rekam medis.
2) Rumah sakit memberikan informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai kebutuhan klinis pasien
dan dicatat di rekam medis.

BAB Ill
REGISTRASI DAN ADMISI Dl RUMAH SAKIT

Pasal 6
Rumah Sakit menetapkan proses penerimaan dan pendaftaran pasien rawat inap, rawat jalan. dan pasien
gawat darurat.
1) Rumah sakit menerapkan proses penerimaan pasien meliputi :
a. Pendaftaran pasien gawat darurat;
b. Penerimaan langsung pasien dari IGD ke rawat inap;
c. Admisi pasien rawat inap;
d. Pendaftaran pasien rawat jalan;
e. Observasi pasien; dan
f. Mengelola pasien bila tidak tersedia tempat tidur;
2) Rumah sakit menerapkan sistim pendaftaran pasien rawat jalan dan rawat inap baik secara offiine
maupun secara online dan dilakukan evaluasi dan tindak lanjutnya.
3) Rumah sakit memberikan informasi tentang rencana asuhan yang akan diberikan, hasil asuhan yang
diharapkan serta perkiraan biaya yang harus dibayarkan oleh pasien/ keluarga.
4) Rumah sakit memberikan edukasi dan orientasi tentang ruang rawat inap, pada keluarga dan pasien saat
diterima sebagai pasien rawat inap

Pasal 7
Rumah. sakit menetapkan proses untuk mengelola alur pasien di seluruh area Rumah Sakit.
1) Rumah sakit melaksanakan pengelolaan alur pasien untuk menghindari penumpukan meliputi :
a. Ketersediaan tempat tidur di ternpat sementara / transit/ intermediate sebelum mendapatkan tempat
tidur di rawat inap
b. Perencanaan fasilitas, peralatan, utilitas teknologi medis dan kebutuhan lain untuk mendukung
penempatan sementara pasien;
c. Perencanaan tenaga untuk memberikan asuhan pasien ditempat sementara / transit termasuk pasien
yang diobservasi di unit gawat darurat;
d. Alur pelayanan pasien ditempat sementara/ transit meliputi pemberian asuhan, tindakan, pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan radioiogi, tindakan di kamar operasi dan unit pasca anestes harus sama
seperti yang diberikan dirawat inap;
e. Efisiensi pelayanan nonklinis penunjang asuhan dan tindakan kepada pasien (seperti kerumah tanggaan
dan transportasi);
f. Mernberikan asuhan pasien yang sama kepada pasien yang dirawat ditempat sementara/ transit/
intermediate seperti perawatan kepada pasien yang dirawat diruang rawat inap; dan
g. Akses pelayanan yang bersifat mendukung (seperti pekerja sosial, keagamaan atau bantuan spiritual,
dan sebagainya).
2) Rumah sakit menetapkan manajer pelayanan pasien (MPP) /case manager yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan pengaturan alur pasien untuk menghindari penumpukan.
3) Rumah sakit melakukan evaluasi terhadap pengelolaan alur pasien secara berkala dan melaksanakan
upaya perbaikannya.
4) Rumah sakit memberikan informasi tentang ketersediaan tempat tidur secara online kepada
masyarakat.

BAB IV
KESINAMBUNGAN PELAYANAN

Pasal 8

Rumah sakit memiliki proses untuk melaksanakan kesinambungan pelayanan di rumah sakit dan integrasi
antara profesional pemberi asuhan (PPA) dibantu oleh manajer pelayanan pasien (MPP)/ case manager.
1) Rumah sakit melaksanakan asuhan pasien oleh PPA secara terintegrasi berfokus pada pasien
meliputi :
a. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga;
b. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai Ketua tim asuhan pasien oleh profesional
pemberi asuhan (PPA) ( clinical leader ) ;
c. Profesional pemberi asuhan (PPA) bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi
interprofesional dibantu antara lain oleh Panduan Praktik Klins (PPK), Panduan Asuhan
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) lainnya, Alur Klinis/clinical pathway terintegraasi,
Algoritme, Protokol, Prosedur, Standing Order dan CPPT (Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi);
d. Perencanaan pemulangan pasien (P3) / discharge planning terintegrasi;
e. Asuhan gizi terintegrasi; dan
f. Manajer pelayanan pasien / case manager.
2) Rumah sakit menetapkan MPP dengan uraian tugas meliputi :
a. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan asuhan pasien;
b. Mengoptimalkan terlaksananya pelayanan berfokus pada pasien;
c. Mengoptimalkan proses reimbursemen; dan dengan fungsi sebagai berikut;
d. Asesmen untuk manajemen pelayanan pasien ;
e. Perencanaan untuk manajemen pelayanan pasien;
f. Komuniikasi dan koordinasi;
g. Edukasi dan advokasi; dan
h. Kendali mutu dan biaya pelayanan pasien.
3) Rumah sakit telah melaksanakan kesinambungan dan koordinasi pelayanan oleh para profesional
pemberi asuhan ( PPA) dan rnanajer pelayanan pasien (MPP) , meliputi :
a. Pelayanan darurat dlan penerimaan rawat inap;
b. Pelayanan diagnostik dan tindakan;
c. Pelayanan bedah dan nonbedah ;
d. Organisasi lain atau bentuk pelayanan lainnya.
4) Rumah sakit melaksanakan pencatatan perkembangan pasien didokumentasikan para PPA di formulir
catatan pasien terintegrasi (CPPr).
5) Rumah sakit melaksanakan pencatatan di unit intensif menggunakan lembar pemantauan pasien intensif,
pencatatan perkembangan pasien dilakukan pada lembar tersebut oleh PPA di unit tersebut.
6) Rumah sakit melaksanakan perencanaan dan pelayanan pasien secara terintegrasi diinformasikan kepada
pasien dan atau keluarga secara berkala sesuai ketentuan Rumah Sakit.

Pasal 9

Rumah sakit menetapkan bahwa setiap pasien harus memiliki dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP)
untuk memberikan asuhan kepada Pasien.
1) Rumah sakit menetapkan bahwa setiap pasien memiliki dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) dan
telah melakukan asuhan pasien secara terkoordinasi dan terdokumentasi dalam rekam medis pasien.
2) Rumah sakit menetapkan proses perpindahan tanggung jawab koordinasi asuhan pasien dari satu dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP) ke DPJP lain. termasuk bila terjadi perubahan DPJP utama.Pasien
diskrining untuk kebutuhan pelayanan manajemen pelayanan pasien .
3) Rumah sakit melaksanakan rawat bersama dan menetapkan DPJP utama sebagai koordinator asuhan
pasien.
BAB V
TRANSFER PASIEN INTERNAL DI DALAM RUMAH SAKIT

Pasal 10

Rumah sakit menetapkan informasi tentang pasien disertakan pada proses transfer internal antar unit di
dalam rumah sakit.
1) Rurnah sakit menerapkan proses transfer pasien antar unit pelayanan di dalam ruman sakit dilengkapi
dengan forrnulir transfer pasien.
2) Rumah sakit menetapkan formulir transfer internal meliputi :
a. Alasan admisi;
b. Temuan signifikan;
c. Diagnosis;
d. Prosedur yang telah dilakukan;
e. Obat-obatan;
f. Perawatan lain yang diterima pasien; dan
g. Kondisi pasien saat transfer.

BAB VI
PEMULANGAN (DISCHARGE), RUJUKAN DAN TINDAK LANJUT

Pasal 11

Rumah Sakit menetapkan dan melaksanakan proses pemulangan pasien dari rumah sakit berdasarkan
kondisi kesehatan pasien dan kebutuhan kesinambungan asuhan atau tindakan.
1) Rumah sakit menetapkan kriteria pemulangan pasien sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan
pelayanan pasien beserta edukasinya.
2) Rumah sakit menetapkan kemungkinan pasien diizinkan keluar rumah sakit dalam jangka waktu
tertentu untuk keperluan penting.
3) Rumah sakit melaksanakan penyusunan rencana dan instruksi pemulangan di dokumentasikan dalam
rekam medis pasien dan diberikan kepada pasien secara tertulis.
4) Rumah sakit melaksanakan tindak lanjut pemulangan pasien bila diperlukan dapat ditujukan kepada
fasilitas pelayanan kesehatan baik perorangan ataupun dimana pasien untuk memberikan pelayanan
berkelanjutan

Pasal 12
Ringkasan pasien pulang (discharge summary) dibuat untuk semua pasien rawat inap yang keluar dari
rumah sakit.
1) Rumah sakit menetapkan Ringkasan pasien pulang meliputi
a. Indikasi pasien masuk dirawat, diagnosis. dan komorbiditas lain;
b. Temuan fisik penting dan temuan-temuan lain;
c. Tindakan diagnostik dan prosedur terapi yang telah dikerjakan;
d. Obat yang diberikan selama dirawat inap dengan potensi akibat efek residual setelah obat tidak
diteruskan dan semua obat yang harus digunakan di rumah;
e. Kondisi pasien (status present); dan
f. Instruksi tindak Ianjut.
2) Rumah sakit memberikan salinan ringkasan pasien pulang kepada pihak yang berkepentingan dan
tersimpan di dalam rekarn medis.
3) Rumah sakit menetapkan formulir ringkasan pasien pulang dijelaskan kepada pasien dan atau keluarga.

Pasal 13

Rumah sakit menetapkan proses untuk mengelola dan melakukan tindak lanjut pasien dan memberitahu staf
rumah sakit bahwa mereka beniat keiuar rumah sakit serta menolak rencana asuhan medis.
1) Rumah sakit menetapkan proses untuk mengelola pasien rawat jalan dan rawat inap yang menolak
rencana asuhan medis termasuk keluar rumah sakit atas permintaan sendiri dan pasien yang
menghendaki penghentian pengobatan .
2) Rumah sakit memberikan bukti pemberian edukasi kepada pasien tentang risiko medis akibat asuhan
medis belum lengkap.
3) Rumah sakit menetapkan proses pasien keluar rumah sakit atas permintaan sendiri, tetapi tetap
mengikuti proses pemulangan pasien.
4) Rumah sakit melakukan identifikasi asuhan berikutnya oleh dokter yang memberi asuhan kepada pasien
1 diberitahu tentang kondisi tersebut.
5) Rumah sakit melakukan dokumentasi rumah saki melakukan pengkajian untuk mengetahui alasan pasien
keluar rnmah sakit apakah permintaan sendiri, meno1ak asuhan medis. atau tidak melanjutkan program
pengobatan.

Pasal 14

Rumah sakit menetapkan proses untuk mengelola pasien yang menolak rencana asuhan medis yang melarikan
diri.
1) Rumah sakit menetapkan regulasi yang mengatur pasien rawat inap dan rawat jalan yang meninggalkan
rumah sakit tanpa pemberitahuan (melarikan diri).
2) Rumah sakit melakukan identifikasi pasien menderita penyakit yang membahayakan dirinya sendiri atau
lingkungan.
3) Rumah sakit melaporkan kepada pihak yang berwenang bila ada indikasi kondisi pasien yang
membahayakan dirinya sendiri atau lingkungan
Pasal 15

Pasien dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan lain berdasar atas kondisi pasien untuk memenuhi kebutuhan
asuhan berkesinambungan dan sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan penerima untuk memenuhi
kebutuhan pasien.
1) Rumah sakit menetapkan regulasi tentang rujukan sesuai dengan peratura perundang-undangan.
2) Rumah saki melakukan. Rujukan pasien sesuai dengan kebutuhan kesinambungan asuhan pasien.
3) Rumah sakit yang merujuk memastikan bahwa fasilitas kesehatan yang menerima dapat memenuhi
kebutuhan pasien yang dirujuk.
4) Rumah sakit menetapkan adanya kerjasama rumah sakit yang merujuk dengan rumah sakit yang
menerima rujukan.

PasaJ 16

Rumah sakit menetapkan proses rujukan untuk memastikan pasien pindah dengan aman.
1) Rumah sakit memiliki staf yang bertanggung jawab dalam pengelolaan rujukan terrnasuk untuk
memastikan pasien diterima di rumah sakit rujukan yang dapat memen uhi kebu tuhan pasien.
2) Rumah sakit melakukan dokumentasi proses rujukan sesuai dengan kondisi pasien yang selalu
memantau dan mencatat dalam rekam medis yang dilakukan staf yang kompeten.
3) Rumah sakit melakukan dokumentasi selama proses rujukan sesuai dengan tersedianya obat, bahan
medis habis pakai alat kesehatan dan peralatan medis sesuai dengan kebutuhan kondisi pasien.
4) Rumah sakit memiliki proses serah terima pasien antara staf pengantar dari yang menerima.
5) Rumah sakit melaksanakan penjelasan kepada pasien dan keluarga apabila rujukan yang dibutuhkan
tidak dapat dilaksanakan.

Pasal 17

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk mengatur proses rujukan dan dicatat di rekam medis pasien .
1) Rumah sakit memiliki dokumen rujukan berisi nama dari fasilitas pelayanan. kesehatan yang menerima
dan nama orang yang menyetujui menerima pasien.
2) Rumah sakit memiliki dokumen rujukan berisi alasan pasien dirujuki memuat kondisi pasien, dan
kebutuhan pelayanan lebih lanjut.
3) Rumah sakit memiliki dokumen rujukan juga memuat prosedur dan intervensi yang sudah dilakukan.
4) Rumah sakit melaksanakan evaluasi proses rujukan dalam aspek mutudan keselamatan pasien.

Pasal 18
Untuk pasien rawat jalan yang membutuhkan asuhan yang kompleks atau diagnosis yang kompleks dibuat
catatan tersendiri Profil Ringkas Medis Rawat Jalan (PRMRJ) dan tersedia untuk PPA.
1) Rumah sakit menetapkan kriteria pasien rawat jalan dengan asuhan yang kompleks atau yang
diagnosisnya kompleks diperlukan Profil Ringkas Medis Rawat JaJan (PRMRJ) meliputi :
a. Identifikasi pasien yang menerima asuhan kompleks atau dengan diagnosis kompleks (seperti
pasien di klinis jantung dengan berbagai komorbiditas antara lain DM tipe 2, total knee
replacement, gagal ginjal, tahap akhir, dan sebagainya. Atau pasien di klinis neurologik dengan
berbagai komorbiditas) .
b. Identifikasi mformasi yang dibutuhkan oleh para dokter penanggung kjawab pelayanan (DPJP)
yang menangani pasien tersebut.
c. Menentukan proses yang digunakan untuk memastikan bahwa mformasi medis yang
dibutuhkan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) tersedia dalam format mudah ditelusuri
(easy-to retri.eve) dan mudah direvieu.
d. evaluasi hasil implementasi proses untuk mengkaji bahwa informasi dan proses memenuhi
kebutuhan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) dan meningkatkan mutu serta
keselamatan pasien.
2) Rumah sakit menerapkan proses yang dapat dibuktikan bahwa PRMRJ mudah dite1usur dan mudah
direview.
3) Rumah sakit melakukan evaluasi untuk memenuhi kebutuhan para DPJP dan meningkatkan mutu serta
keselamatan pasien.

BAB VII
TRANSPORTASl

Pasal 19
Rumah sakit menetapkan proses transportasi dalam merujuk, memindahkan atau pemulangan, pasien rawat inap
dan rawat jalan utuk memenuhi kebutuhan pasien.
1. Rumah sakit memiliki proses transportasi pasien sesuai dengan kebutuhannya yang meliputi
pengkajian kebutuhan transportasi, SDM, obat, bahan medis habis pakai, alat kesehatan , peralatan
medis dan persyaratan PPJ yang sesuai dengan kebutuhan pasien .
2. Rumah Sakit memiliki kendaraan transportasi sendiri, ada bukti pemeliharan kendaraan tersebut sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
3. Rumah Sakit tidak memiliki kerja sama dengan jasa transportasi pasien mandiri
4. Rumah sakit telah menetapkan kriteria alat transportasi yang digunakan untuk merujuk, memindahkan,
atau memulangkan pasien ditentukan oleh Rumah Sakit (staf yang kompeten), harus sesuai dengan
Program PPI, memenuhi aspek mutu, keselamatan pasien dan keselamatan transportasi.

BAB VIII
PENUTUP

Pasal 20

Pada saat peraturan direktur ini berlaku , maka Peraturan Direktur Nomor : 445/ 35 Tahun 2022 tentang Akses
ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan di Rumah Saki Umum Daerah Ragab Begawe Caram Kabupaten
Mesuji dinyatakan tidak berlaku lagi.

Anda mungkin juga menyukai