Pengembangan beton telah sangat pesat, dari material yang hanya terdiri dari
air, pasir, semen, dan krikil sampai penggunaan bahan lain yang meningkatkan kinerja
beton. Misalnya fiber, semena komposit, polimer, dan lain sebagainya. Penelitian
untuk mendayagunakan material – material sisa juga menjadi prioritas di mana beton
dapat diharapkan menjadi semakin ramah lingkungan, energi yang sedikit dan dapat
didaur ulang. Pengunaan material hasil pembakaran sampah kota dalam beton
misalnya. Pemakaian agregat dari bangunan yang sudah dihancurkan dapat
mengurangi beban lingkungan untuk selalu menyediakan material yang baru. Sifat-
sifat dari beton yang getas, tidak kuat menahan Tarik juga perlu diperbaiki (Nugraha
& Antoni, 2004: 20).
1. Semen
Semen adalah komponen beton yang bertindak sebagai pengikat untuk agregat,
jika dicampur dengan air, semen menjadi pasta, dengan proses waktu dan panas
reaksi kimia akibat campuran air dan semen menghasilkan sifat perkerasan pada
semen. Penemu Semen (semen portland) adalah Joseph Aspdin ditahun 1824,
seorang tukang batu berkebangsaan Inggris, dinamakan semen portland, karena
awalnya semen yang dihasilkan mempunyai warna serupa dengan tanah liat alam
dipulau portland. Semen dapat dibedakan dalam beberapa tipe yaitu :
b) Semen Tipe II, digunakan untuk pencegahan serangan sulfat dari lingkungan
terhadap bangunan beton, seperti struktur bangunan air/ drainase dengan kadar
konsentrasi sufat tinggi di dalam air tanah.
c) Semen Tipe III waktu perkerasan yang cepat (high early strength portland
cement). Waktu perkerasan bagi jenis ini umumnya kurang dari seminggu.
Digunakan pada struktur-struktur bangunan yang bekistingnya harus cepat
dibuka dan akan segera dipakai kembali.
d) Semen Tipe IV, semen dengan hidrasi panas rendah yang digunakan pada
konstruksi dan / bendungan, bangunan-bangunan masif dengan tujuan panas
yang terjadi sewaktu hidrasi merupakan faktor penentu bagi keruntuhan beton.
2. Agregat
Agregat yaitu pasir dan kerikil merupakan komponen beton berfungsi sebagai
bahan pengisi. Untuk beton yang ekonomis, adukan harus dibuat sebanyak
mungkin agregatnya. Agregat yang baik adalah yang tidak bereaksi kimia dengan
unsur-unsur semen. Agregat halus harus mempunyai gradasi (distribusi ukuran)
sedemikian rupa, sehingga rongga-rongga antara agregat minimum pada beton.
Agregat halus mempunyai ukuran partikel maksimum lebih kurang 4 mm,
sedangkan agregat kasar bagi beton umumnya mempunyai ukuran maksimum 75
mm. Agregat yang dapat dipakai untuk beton harus memenuhi syarat-syarat :
1. Agregat bersih dari unsur organik
2. Keras
3. Bebas dari sifat penyerapan secara kimia
4. Tidak bercampur dengan tanah liat / lumpur
5. Distribusi /gradasi ukuran agregat memenuhi ketentuan-ketentuan berlaku
6. Air semen / Air adukan beton
Berikut ini standar batasan maksimum kandungan zat kimia dalam air adukan :
1. Chloride, Cl, untuk struktur beton pratekan maksimum 500 ppm, sedangkan
untuk struktur beton bertulang maksimum 1.000 ppm
2. Sulfate, SO4 maksimum 1.000 ppm
3. Alkali maksimum 600 ppm
4. Total benda padat 50.000 ppm
3. Air
Fungsi dari air disini antara lain adalah sebagai bahan pencampur dan
pengaduk antara semen dan agregat. Pada umumnya air yang dapat diminum
memenuhi persyaratan sebagai air pencampur beton, air ini harus bebas dari
padatan tersuspensi ataupun padatan terlarut yang terlalu banyak, dan bebas dari
material organik (Mindess et al.,2003). Persyaratan air sebagai bahan bangunan,
sesuai dengan penggunaannya harus memenuhi syarat menurut Persyaratan
Umum Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI-1982), antara lain:
1. Air harus bersih.
2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat
dilihat secara visual.
3. Tidak boleh mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram / liter.
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton.
(asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram / liter.
Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m. dan senyawa sulfat
tidak lebih dari 1000 p.p.m. sebagai SO3.
C. Beton Bertulang
Dalam mendirikan sebuah bangunan, kekuatan dan kekokohan menjadi salah
satu elemen yang harus ada. Banyak cara dapat Anda lakukan untuk memperkokoh
bangunan. Salah satunya dengan menggunakan beton bertulang. Istilah beton
bertulang ini dapat dijumpai ketika Anda mendirikan sebuah bangunan yang memiliki
lantai lebih dari satu.
a. Kolom Beton
b. Tulangan Beton
Tulangan beton dapat berupa baja polos dan berulir. Tulangan harus memiliki
kekuatan yang tinggi, elastis, dapat menyatu dengan beton, tahan panas serta tahan
korosi dan tekanan yang berkelanjutan. Mengenal Tulangan Beton dalam Sistem
Beton Bertulang. Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa
mengalami keretakan. Oleh karena itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam
sistem struktur, beton perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang
berfungsi menahan gaya tarik. Penulangan beton menggunakan bahan baja yang
memiliki sifat teknis yang kuat menahan gaya tarik. Baja beton yang digunakan dapat
berupa batang baja lonjoran atau kawat rangkai las (wire mesh) yang berupa batang-
batang baja yang dianyam dengan teknik pengelasan.
c. Balok Beton
Balok beton berfungsi untuk menyalurkan beban dari pelat ke kolom yang
pada akhirnya disalurkan ke pondasi. Pada umumnya, balok beton dicor secara
monolit dengan plat dan secara struktural bertulang tunggal atau gAnda. Akibatnya,
balok memiliki penampang persegi, berbentuk huruf T dan L. Balok beton memiliki
beberapa jenis penguatan, yaitu balok bertulang tunggal, bertulang ganda, kurang
bertulang, bertulang lebih dan bertulang seimbang.
d. Plat Beton
Pelat beton adalah sebuah struktur yang dibuat untuk keperluan seperti lantai
bangunan, atap dan sebagainya dengan bidang permukaan yang arahnya horizontal.
Pada plat, beban akan bekerja secara tegak lurus kemudian disalurkan ke dinding,
balok, kolom, atau tanah karena letaknya yang ditumpu oleh dinding, balok dan
kolom atau bisa juga diletakan langsung di tanah. Ketebalan bidang untuk plat
sangatlah kecil bila dibandingkan dengan panjang dan lebarnya. Plat dibagi menjadi 2
kategori berdasarkan perbandingan panjang antara bentang panjang terhadap bentang
pendek. Apabila nilai perbandingan bentang panjang terhadap bentang pendek adalah
lebih dari atau sama dengan 2, maka plat tersebut dikategorikan sebagai plat satu arah.
Jika kurang dari 2, maka dianggap sebagai pelat dua arah.
Berikut ini kelebihan-kelebihan beton jika dibandingkan dengan bahan bangunan yang lain :
1. Biaya pembuatan beton terbilang cukup murah mengingat bahan-bahan penyusunnya
bisa diperoleh dari daerah lokal, kecuali untuk semen portlang yang harus
didatangkan dari luar daerah.
2. Begitu pun dengan biaya pemeliharaan beton terhitung cukup rendah karena material
ini mempunyai tingkat ketahanan yang tinggi.
3. Di samping tahan terhadap aus, beton juga tahan terhadap api dan air sehingga
penghuni bangunan senantiasa bisa merasa aman.
4. Beton memiliki daya kekuatan dan daya dukung yang sangat tinggi sehingga bisa
diaplikasikan pada segala desain bangunan.
5. Kondisi beton juga tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan sehingga risiko
mengalami korosi dan pembusukan kecil sekali.
6. Tidak seperti pasangan batu, partikel-partikel pada beton mampu membentuk susunan
yang padat dengan ukuran yang lebih kecil.
7. Beton bersifat fleksibel artinya bisa dibuat dalam bentuk dan ukuran yang sesuai
dengan keinginan tanpa mempengaruhi kualitasnya secara langsung.