Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

A. Sejarah Perkembangan Beton


Sepanjang sejarah Hindia dan Indonesia pada abad ke-20, beton sebagaimana
yang telah kita lihat adalah bahan yang penting secara teknologis. Banyak bangunan
yang paling menonjol dari masa kolonial hingga akhir dan pasca penjajahan itu dibuat
dari beton dan ke-beton-nya itu dengan bangga diumumkan. Professor Rooseno
seorang insinyur teman Presiden Ir. Soekarno, dan sepanjang periode kemerdekaan,
kebanyakan bangunan lambing arsitektural paling menyolok republik itu dengan amat
mesra dikenal sebagai Bapak Beton Indonesia. Beton dan beton bertulang adalah
lambang kekuatan Hindia-Belanda modern dan Indonesia Modern (Mirazek, 2006:
301)

Pengembangan beton telah sangat pesat, dari material yang hanya terdiri dari
air, pasir, semen, dan krikil sampai penggunaan bahan lain yang meningkatkan kinerja
beton. Misalnya fiber, semena komposit, polimer, dan lain sebagainya. Penelitian
untuk mendayagunakan material – material sisa juga menjadi prioritas di mana beton
dapat diharapkan menjadi semakin ramah lingkungan, energi yang sedikit dan dapat
didaur ulang. Pengunaan material hasil pembakaran sampah kota dalam beton
misalnya. Pemakaian agregat dari bangunan yang sudah dihancurkan dapat
mengurangi beban lingkungan untuk selalu menyediakan material yang baru. Sifat-
sifat dari beton yang getas, tidak kuat menahan Tarik juga perlu diperbaiki (Nugraha
& Antoni, 2004: 20).

Di Indonesia perkembangan beton terlihat setelah tahun 1960 dengan


memakai standard beton tahun 1955 yang dibuat berdasarkan standard Belanda.
Mengingat perkembangan teknologi beton sangat besar maka peraturan peraturan
beton tahun 1955 diganti dengan peraturan yang baru dikenal dengan PBI 1971 (N 1-
2). Perkembangan beton masih berlanjut, yang mana banyak terlihat bangunan
mempergunakan beton sebagai banhan bangunan. Sehingga boleh dikatan beton
merupakan bahan bangunan yang paling penting dan popular di era saat ini (henry,
2009).
B. Komponen Beton
Kekuatan beton bergantung dari berbagai faktor sesuai dengan perbandingan
unsur beton, temperatur, kelembaban dan kondisi dari lingkungan. Komponen
Beton yang digunakan diantaranya adalah :

1. Semen
Semen adalah komponen beton yang bertindak sebagai pengikat untuk agregat,
jika dicampur dengan air, semen menjadi pasta, dengan proses waktu dan panas
reaksi kimia akibat campuran air dan semen menghasilkan sifat perkerasan pada
semen. Penemu Semen (semen portland) adalah Joseph Aspdin ditahun 1824,
seorang tukang batu berkebangsaan Inggris, dinamakan semen portland, karena
awalnya semen yang dihasilkan mempunyai warna serupa dengan tanah liat alam
dipulau portland. Semen dapat dibedakan dalam beberapa tipe yaitu :

a) Semen Tipe I, semen biasa (normal cement) digunakan untuk pembuatan


beton bagi konstruksi beton yang tidak dipengaruhi oleh sifat-sifat lingkungan
yang mengandung bahan-bahan sulfat, dan perbedaan temperatur yang
ekstrem. Semen Tipe I umumnya digunakan bagi konstruksi beton pada
bangunan seperti jalan, jembatan, bangunan beton bertulang, tangki, waduk,
pipa-pipa, batako.

b) Semen Tipe II, digunakan untuk pencegahan serangan sulfat dari lingkungan
terhadap bangunan beton, seperti struktur bangunan air/ drainase dengan kadar
konsentrasi sufat tinggi di dalam air tanah.

c) Semen Tipe III waktu perkerasan yang cepat (high early strength portland
cement). Waktu perkerasan bagi jenis ini umumnya kurang dari seminggu.
Digunakan pada struktur-struktur bangunan yang bekistingnya harus cepat
dibuka dan akan segera dipakai kembali.
d) Semen Tipe IV, semen dengan hidrasi panas rendah yang digunakan pada
konstruksi dan / bendungan, bangunan-bangunan masif dengan tujuan panas
yang terjadi sewaktu hidrasi merupakan faktor penentu bagi keruntuhan beton.

e) Semen Tipe V, semen penangkal sulfat, digunakan untuk beton yang


lingkungannya mengandung sulfat, terutama pada tanah / air tanah dengan
kadar sulfat tinggi.

Disamping tipe semen yang disebutkan di atas terdapat juga semen-semen


khusus seperti semen putih (untuk pekerjaan arsitektur), semen untuk sumur minyak
(oil well cement), semen kedap air (waterproof portland cement), semen plastik
(plastic cement), semen ekspansif (expansive cement).

2. Agregat
Agregat yaitu pasir dan kerikil merupakan komponen beton berfungsi sebagai
bahan pengisi. Untuk beton yang ekonomis, adukan harus dibuat sebanyak
mungkin agregatnya. Agregat yang baik adalah yang tidak bereaksi kimia dengan
unsur-unsur semen. Agregat halus harus mempunyai gradasi (distribusi ukuran)
sedemikian rupa, sehingga rongga-rongga antara agregat minimum pada beton.
Agregat halus mempunyai ukuran partikel maksimum lebih kurang 4 mm,
sedangkan agregat kasar bagi beton umumnya mempunyai ukuran maksimum 75
mm. Agregat yang dapat dipakai untuk beton harus memenuhi syarat-syarat :
1. Agregat bersih dari unsur organik
2. Keras
3. Bebas dari sifat penyerapan secara kimia
4. Tidak bercampur dengan tanah liat / lumpur
5. Distribusi /gradasi ukuran agregat memenuhi ketentuan-ketentuan berlaku
6. Air semen / Air adukan beton

Berikut ini standar batasan maksimum kandungan zat kimia dalam air adukan :
1. Chloride, Cl, untuk struktur beton pratekan maksimum 500 ppm, sedangkan
untuk struktur beton bertulang maksimum 1.000 ppm
2. Sulfate, SO4 maksimum 1.000 ppm
3. Alkali maksimum 600 ppm
4. Total benda padat 50.000 ppm

3. Air
Fungsi dari air disini antara lain adalah sebagai bahan pencampur dan
pengaduk antara semen dan agregat. Pada umumnya air yang dapat diminum
memenuhi persyaratan sebagai air pencampur beton, air ini harus bebas dari
padatan tersuspensi ataupun padatan terlarut yang terlalu banyak, dan bebas dari
material organik (Mindess et al.,2003). Persyaratan air sebagai bahan bangunan,
sesuai dengan penggunaannya harus memenuhi syarat menurut Persyaratan
Umum Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI-1982), antara lain:
1. Air harus bersih.
2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat
dilihat secara visual.
3. Tidak boleh mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram / liter.
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton.
(asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram / liter.
Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m. dan senyawa sulfat
tidak lebih dari 1000 p.p.m. sebagai SO3.

C. Beton Bertulang
Dalam mendirikan sebuah bangunan, kekuatan dan kekokohan menjadi salah
satu elemen yang harus ada. Banyak cara dapat Anda lakukan untuk memperkokoh
bangunan. Salah satunya dengan menggunakan beton bertulang. Istilah beton
bertulang ini dapat dijumpai ketika Anda mendirikan sebuah bangunan yang memiliki
lantai lebih dari satu.

Beton bertulang modern mengandung berbagai macam bahan penguat seperti


baja, polimer, atau material lainnya, baik dengan tulang atau tidak. Beton bertulang
juga dapat mengalami tekanan permanen sehingga dapat meningkatkan sifat – sifat
struktur bangunan ketika dikenakan beban. Di Amerika Serikat, cara yang paling
sering digunakan untuk melakukan hal ini disebut dengan pre – tensioning dan post –
tensioning. Agar konstruksi yang dihasilkan kuat, elastis dan tahan lama, material
untuk tulang harus memiliki kekuatan yang tinggi, elastisitas yang tinggi, mampu
menempel beton dengan baik, tahan panas dan tahan korosi dan tekanan yang
berkelanjutan.

1. Pengertian Beton Bertulang

Beton bertulang adalah sebuah material yang menggabungkan dua bahan,


beton dan tulangan baja, di mana beton yang memiliki kekuatan dan elastisitas rendah
dan tulangannya yang memiliki kekuatan dan elastisitas tinggi sehingga beton
menjadi lebih kuat dan lebih elastis. Biasanya tulangan terbuat dari baja dan ditanam
di dalam beton sebelum beton tersebut dipasang. Hal ini umumnya dilakukan untuk
menahan tegangan pada daerah tertentu yang dapat menyebabkan keretakan atau
kegagalan struktural.

Beton bertulang modern mengandung berbagai macam bahan penguat seperti


baja, polimer, atau material lainnya, baik dengan tulang atau tidak. Beton bertulang
juga dapat mengalami tekanan permanen sehingga dapat meningkatkan sifat – sifat
struktur bangunan ketika dikenakan beban. Di Amerika Serikat, cara yang paling
sering digunakan untuk melakukan hal ini disebut dengan pre – tensioning dan post –
tensioning. Agar konstruksi yang dihasilkan kuat, elastis dan tahan lama, material
untuk tulang harus memiliki kekuatan yang tinggi, elastisitas yang tinggi, mampu
menempel beton dengan baik, tahan panas dan tahan korosi dan tekanan yang
berkelanjutan.

Beton bertulang banyak dipakai dalam sebuah konstruksi sebagai pelat,


dinding, balok, pilar, pondasi dan lainnya. Beton bertulang dapat dipasang melalui 2
cara, yaitu dicetak terlebih dahulu baru dipasang dan dicor di tempat. Perancangan
dan penerapan sistem lantai yang paling efisien adalah kunci untuk menciptakan
struktur bangunan yang optimal. Perubahan kecil dalam desain sistem lantai akan
berdampak besar pada biaya bahan, jadwal konstruksi, kekuatan, biaya operasi,
tingkat hunian dan penggunaan dari bangunan. Tanpa penguatan, membangun
struktur modern dengan material beton tidak mungkin dilakukan.Terkadang, beton
bertulang gagal karena kekuatan yang tidak memadai, yang menyebabkan kegagalan
mekanis, atau karena pengurangan daya tahannya. Korosi dan pembekuan atau
pelelehan dapat merusak beton bertulang yang dirancang dan dibangun dengan buruk.
Ketika tulangan terkorosi, karat akan meluas dan cenderung mengelupas,
memecahkan beton dan melepaskan tulangan dari beton.

Beton bertulang pertama kali digunakan oleh François Coignet untuk


membangun struktur bangunan. Pada 1853, Coignet membangun struktur besi beton
bertulang pertama, rumah empat lantai di 72 rue Charles Michels di pinggiran kota
Paris. Deskripsi Coignet tentang beton bertulang menunjukkan bahwa dia tidak
melakukannya untuk menambah kekuatan pada beton tetapi untuk menjaga dinding
tetap tegak. Pada 1854, seorang insinyur asal Inggris, William B. Wilkinson,
memperkuat atap dan lantai beton di rumah dua lantai yang sedang dibangunnya.
Posisi penguatannya menunjukkan bahwa, tidak seperti pendahulunya, ia memiliki
pengetahuan tentang daya regang.

2. Jenis dan Fungsi Struktur Beton Bertulang

Beton bertulang terdiri dari beberapa elemen struktur. Diantaranya adalah


kolom, tulangan, balok, dan plat. Berikut ini penjelasan mengenai masing – masing
struktur.

a. Kolom Beton

Kolom Beton Bertulang, Jenis Kolom dan Material yang Digunakan. Fungsi


kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah
bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan
dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban
hembusan angin.
Kolom beton bertulang berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah
roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban
yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke
permukaan tanah di bawahnya.
Struktur dalam kolom beton bertulang dibuat dari besi dan beton. Keduanya
merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah
material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.
Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian
struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada
bangunan. Pada umumnya kolom beton tidak hanya menerima beban aksial tekan,
tapi juga momen.

b. Tulangan Beton

Tulangan beton dapat berupa baja polos dan berulir. Tulangan harus memiliki
kekuatan yang tinggi, elastis, dapat menyatu dengan beton, tahan panas serta tahan
korosi dan tekanan yang berkelanjutan. Mengenal Tulangan Beton dalam Sistem
Beton Bertulang. Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa
mengalami keretakan. Oleh karena itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam
sistem struktur, beton perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang
berfungsi menahan gaya tarik. Penulangan beton menggunakan bahan baja yang
memiliki sifat teknis yang kuat menahan gaya tarik. Baja beton yang digunakan dapat
berupa batang baja lonjoran atau kawat rangkai las (wire mesh) yang berupa batang-
batang baja yang dianyam dengan teknik pengelasan.

c. Balok Beton

Balok beton berfungsi untuk menyalurkan beban dari pelat ke kolom yang
pada akhirnya disalurkan ke pondasi. Pada umumnya, balok beton dicor secara
monolit dengan plat dan secara struktural bertulang tunggal atau gAnda. Akibatnya,
balok memiliki penampang persegi, berbentuk huruf T dan L. Balok beton memiliki
beberapa jenis penguatan, yaitu balok bertulang tunggal, bertulang ganda, kurang
bertulang, bertulang lebih dan bertulang seimbang.

d. Plat Beton

Pelat beton adalah sebuah struktur yang dibuat untuk keperluan seperti lantai
bangunan, atap dan sebagainya dengan bidang permukaan yang arahnya horizontal.
Pada plat, beban akan bekerja secara tegak lurus kemudian disalurkan ke dinding,
balok, kolom, atau tanah karena letaknya yang ditumpu oleh dinding, balok dan
kolom atau bisa juga diletakan langsung di tanah. Ketebalan bidang untuk plat
sangatlah kecil bila dibandingkan dengan panjang dan lebarnya. Plat dibagi menjadi 2
kategori berdasarkan perbandingan panjang antara bentang panjang terhadap bentang
pendek. Apabila nilai perbandingan bentang panjang terhadap bentang pendek adalah
lebih dari atau sama dengan 2, maka plat tersebut dikategorikan sebagai plat satu arah.
Jika kurang dari 2, maka dianggap sebagai pelat dua arah.

3. Kelebihan dan Kekurangan Beton Bertulang

Berikut ini kelebihan-kelebihan beton jika dibandingkan dengan bahan bangunan yang lain :
1. Biaya pembuatan beton terbilang cukup murah mengingat bahan-bahan penyusunnya
bisa diperoleh dari daerah lokal, kecuali untuk semen portlang yang harus
didatangkan dari luar daerah.
2. Begitu pun dengan biaya pemeliharaan beton terhitung cukup rendah karena material
ini mempunyai tingkat ketahanan yang tinggi.
3. Di samping tahan terhadap aus, beton juga tahan terhadap api dan air sehingga
penghuni bangunan senantiasa bisa merasa aman.
4. Beton memiliki daya kekuatan dan daya dukung yang sangat tinggi sehingga bisa
diaplikasikan pada segala desain bangunan.
5. Kondisi beton juga tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan sehingga risiko
mengalami korosi dan pembusukan kecil sekali.
6. Tidak seperti pasangan batu, partikel-partikel pada beton mampu membentuk susunan
yang padat dengan ukuran yang lebih kecil.
7. Beton bersifat fleksibel artinya bisa dibuat dalam bentuk dan ukuran yang sesuai
dengan keinginan tanpa mempengaruhi kualitasnya secara langsung.

Di sisi lain, kekurangan-kekurangan beton apabila dibandingkan dengan material bangunan


lainnya yaitu :
1. Walaupun beton mampu menahan gaya beban dengan baik, tetapi kekuatannya saat
menerima gaya tarik cukup rendah.
2. Selama proses pengeringan, beton yang masih basah bisa mengalami penyusutan
akibat strukturnya mengerut.
3. Demikian juga bila beton basah, maka struktur beton tersebut bisa mengembang
sehingga kekuatannya menurun.
4. Beton bisa mengalami keretakan rambut dan keretakan struktur akibat perubahan suhu
yang drastis dalam waktu relatif singkat.
5. Sifat alamiah beton yakni dapat menyerap air melalui pori-porinya, di mana air justru
bisa merusak beton secara perlahan, terutama yang mengandung kadar garam yang
tinggi.

Anda mungkin juga menyukai