Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI

SEMESTER 4

DISUSUN OLEH:
Kelompok 2
Muhammad Fakhri Sueid

2003321013

EC-4B

Dosen: Drs. Syafrizal Syarief, ST., MT

PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI
JAKARTA 2022
a. Nomor Praktikum 01
b. Judul Praktikum : Jembatan Wheatstone
c. Tujuan Praktikum :
1. Memahami prinsip kerja Jembatan Wheatstone
2. Menyusun sendiri rangkaian Jembatan Wheatstone
3. Mengukur resistansi menggunakan Jembatan Wheatstone
d. Alat dan Bahan :
1. Modul TK2941A
2. Power Suplly ±15V dc ( PS 446 )
3. Decade Resistance 1Ω to 100kΩ
4. Variable Power Supply DC 15V
5. Galvano Meter
6. Resistor 100Ω 1W, 1KΩ 1/8W, 10KΩ 1/8W
7. Multimeter
e. Dasar Teori :
Jembatan Wheatstone merupakan suatu susunan rangkaian listrik untuk mengukur
suatu tahanan yang tidak diketahui harganya (besarannya). Kegunaan dari Jembatan
Wheatstone adalah untuk mengukur nilai suatu hambatan dengan cara arus yang mengalir
pada galvanometer sama dengan nol (karena potensial ujung-ujungnya sama besar).
Galvanometer adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi dan pengukuran arus.
Jembatan Wheatstone termasuk rangkaian DC type nol dengan mempunyai empat
lengan yang terdiri dari sebuah hambatan yang belum diketahui nilainya ( R X ), dua hambatan
yang bernilai sama ( R2dan R3), serta mempunyai hambatan variable ( RV ). Untuk mencari nilai
R X adalah dengan mengatur besar hambatan variable sehingga arus yang mengalir pada
Galvanometer sama dengan nol, dalam keadaan ini jembatan tersebut disebut seimbang
sehingga sesuai dengan hukum Ohm. Rangkaian Jembatan Wheatstone juga dapat
disederhanakan dengan menggunakan kawat geser apabila besarnya hambatan bergantung
pada panjang penghantar.
Cara menentukan nilai resistansi yang hanya membutuhkan satu meter yaitu seperti
dalam rangkaian gambar 4.2.1.

Gambar 4.2.1 Basic one meter measurement


Diketahui dalam rangkaian resistensi tidak diketahui, Rx digunakan dalam rangkaian pembagi
potensial dengan Resistor Standart (Rs) yang terhubung pada sumber tegangan Vs.
Rumus pembagi potensial yaitu :
Rx
V= . Vs
Rs+ Rx
V
Oleh karena itu maka, Rx= . Rs
Vs−V
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, Rs harus diketahui dengan jelas dan tepat.
Voltmeter (V) harus memiliki resistansi yang sangat jauh lebih besar dari pada Rx.

f. Gambar Modul/Skematik Diagram:


g. Langkah Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan dari lemari dan dari workshop yang diambil oleh kelompok
yang piket
2. Kemudian susun alat dan bahan sesuai gambar dan judul praktek saat itu pada modul
3. Setelah selesai harap diperiksa kembali jalur kabel komponen, lalu tegangan input
apakah sudah sudah sesuai dengan modul
4. Kemudian nyalakan power supply
5. Periksa keluaran tegangan pada dc variable menggunakan multimeter,
sesuaikan dengan perintah pada modul yaitu 10V
6. Kemudian coba naikkan decade untuk mengecek apakah jarum pada galvano bergerak
atau tidak
7. Jika bergerak maka rangkaian sudah benar, lalu sesuaikan decade resistor sebagai
Rs untuk menunjukkan 0 pada galvanometer
8. Jumlahkan resistor yang dinaikkan pada decade resistor, catat sebagai hasil dari Rs
9. Ulangi proses nya sampai selesai

h. Data Hasil Percobaan :


R1 R2 Rx Rs Rs Teori
100Ω 90Ω 10k.100/10k = 100Ω
10kΩ 10kΩ 1kΩ 950Ω 10k.1k/10k = 1kΩ
10kΩ 9k7Ω 10k.10k/10k = 10kΩ
100Ω 900Ω 10k.100/1k = 1kΩ
10kΩ 1kΩ 1kΩ 9kΩ 10k.1k/1k = 10kΩ
10kΩ 90Ω 10k.10k/1k = 100kΩ
100Ω 10Ω 1k.100/10k = 10Ω
1kΩ 10kΩ 1kΩ 900Ω 1k.1k/10k = 100Ω
10kΩ 1kΩ 1k.10k/10k = 1kΩ
a. Nomor Praktikum 02
b. Judul Praktikum : Sensitivitas Jembatan Wheatstone
c. Tujuan Praktikum :
1. Memahami prinsip kerja Jembatan Wheatstone
2. Menyusun sendiri rangkaian Jembatan Wheatstone
3. Mengukur resistansi menggunakan Jembatan Wheatstone
d. Alat dan Bahan :
1. Modul TK2941A
2. Power Suplly ±15V dc ( PS 446 )
3. Decade Resistance 1Ω to 100kΩ
4. Variable Power Supply DC 15V
5. Galvano Meter
6. Resistor 100Ω 1W, 1KΩ 1/8W, 10KΩ 1/8W
7. Multimeter

e. Dasar Teori :
Pada percobaan ini, perhitungan untuk menyeimbangkan Jembatan Wheatsone telah
diketahui. Perhitungannya selalu benar tidak peduli berapapun nilai R1 dan R2, dan juga
berapapun sumber tegangannya.Pada percobaan 2 faktor-faktor yang menentukan ketepatan
pengukuran pada jembatan wheatstone juga telah didiskusikan, dengan ditentukannya
sensitivitas oleh AVO meter. Sesungguhnya, semakin besar sensitivitas maka semakin kecil arus
out-of-balance yang melalui AVO meter yang dapat diukur.
Dengan memberikan sebuah AVO meter, kita dapat menentukan sensitivitas dan akurasi
dari sebuah pengukuran jika ada sesuatu yang ditambahkan pada rangkaian jembatan itu sendiri.
Parameter rangkaian jembatan yang dapat divariasikan adalah :
a. Resistansi dari lengan rasio
b. Lengan rasio
c. Resistansi pada pengukuran
d. Sumber tegangan

Dan persamaan resistansi adalah sebagai berikut :


ρl
R=
a
Ketika sensitivitas meteran naik maka resistansinya juga dan sensitivitas jembatan akan
berkurang dari nilai yang diharapkan karena peningkatan resistansi ini. Akan ada titik optimum
Ketika sensitivitas total jembatan dan system detector akan maksimal. Maksimum ini akan
terjadi Ketika daya yang di transfer dari jembatan ke detector maksimum, karena membutuhkan
daya untuk membelokkan jarum meter dan diperlukan daya maksimum untuk menghasilkan
defleksi maksimum.
Sensitivitas jembatan meningkat karena nilai resistansi diturunkan. Sensitivitas maksimum
akan terjadi ketika nilai resistansi adalah nol. Namun dalam keadaan ini meteran akan dihubung
pendek dan tidak ada arus yang mengalir di dalamnya.

f. Gambar Modul/Skematik Diagram:


g. Langkah Kerja:
1. Siapkan alat dan bahan dari lemari dan dari workshop yang diambil oleh kelompok
yang piket
2. Kemudian susun alat dan bahan sesuai gambar dan judul praktek saat itu pada modul
3. Setelah selesai harap diperiksa kembali jalur kabel komponen, lalu tegangan input
apakah sudah sudah sesuai dengan modul
4. Kemudian nyalakan power supply
5. Periksa keluaran tegangan pada dc variable menggunakan multimeter,
sesuaikan dengan perintah pada modul yaitu 10V
6. Kemudian coba naikkan decade untuk mengecek apakah jarum pada galvano
bergerak atau tidak
7. Jika bergerak maka rangkaian sudah benar, lalu sesuaikan decade resistor sebagai Rs
untuk menunjukkan 0 pada galvanometer
8. Jumlahkan resistor yang dinaikkan pada decade resistor, catat sebagai hasil dari Rs
9. Lalu ukur arus saat Rs sudah mencapai balance
10. Ubah R1 dan R2 sesuai pada tabel, dan DC Variable nya diubah sesuai pada tabel
11. Ulangi proses nya sampai selesai

h. Data Hasil Percobaan:


Tabel 1.
R1=R2 (Ω) Rs at Balance (Ω) Out of Balance (µA)
100 1k 0,4
1k 1k 0,8
10k 1k 0,2
100k 1k 0

Tabel 2.
R1 (Ω) R2 (Ω) Ratio Rs at Balance (Ω) Out of Balance (µA)
100 1k 1:10
1k 10k 1:10
10k 100k 1:10
100 10k 1:100
1k 100k 1:100
1k 100 10:1
10k 1k 10:1
100k 10k 10:1
10k 100 100:1
100k 1k 100:1
Tabel 3.
R1 (Ω) R2 (Ω) Vs (V) Balance (Ω) Out of Balance Current (µA)
12 1k
100 100 10 1k
5 1k
i. Daftar Pustaka
- Modul Transducer Kit TK2942
a. Nomor Praktikum 03
b. Judul Praktikum : The Operational Amplifier
c. Tujuan Praktikum :
1. Mengenal dan memahami prinsip kerja penggunaan konfigurasi OP-AMP
2. Dapat membuat rangkaian dengan menggunakan OP-AMP
3. Menghitung besar penguatan berdasarkan percobaan
d. Alat dan Bahan :
1. Modul TK2941A
2. Power Supply ±15V dc ( PS 446)
3. Variable Power Supply DC 15V
e. Dasar Teori :
Op-Amp adalah salah satu dari bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat
Sinyal listrik. Sebuah Op-Amp terdiri dari beberapa Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor
yang terinterkoneksi dan terintegrasi sehingga memungkinkannya untuk menghasilkan Gain
(penguatan) yang tinggi pada rentang frekuensi yang luas. Dalam bahasa Indonesia, Op-Amp
atau Operational Amplifier sering disebut juga dengan Penguat Operasional.

Sebuah rangkaian Op-Amp memiliki dua input (masukan) yaitu satu Input Inverting
dan satu Input Non-inverting serta memiliki satu Output (keluaran). Sebuah Op-Amp juga
memiliki dua koneksi catu daya yaitu satu untuk catu daya positif dan satu lagi untuk catu
daya negatif.

Op-amp ini digunakan untuk membentuk fungsi-fungsi linier yang bermacam-macam


atau dapat juga digunakan untuk operasi-operasi tak linier. Dan seringkali disebut sebagai
rangkaian terpadu linier dasar. Prinsip kerja sebuah operasional amplifier adalah
membandingkan nilai kedua input (input inverting dan input non-inverting), apabila kedua
input bernilai sama maka output op-amp tidak ada (nol) dan apabila terdapat perbedaan nilai
input keduanya maka output op-amp akan memberikan tegangan output. Operasional
amplifier dibuat dari penguat differensial dengan 2 input.
Secara umum, Operational Amplifier (Op-Amp) yang ideal memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Penguatan Tegangan Open-loop atau Av = ∞ (tak terhingga)
b. Tegangan Offset Keluaran (Output Offset Voltage) atau Voo = 0 (nol)
c. Impedansi Masukan (Input Impedance) atau Zin= ∞ (tak terhingga)
d. Impedansi Output (Output Impedance ) atau Zout = 0 (nol)
e. Lebar Pita (Bandwidth) atau BW = ∞ (tak terhingga)
f. Karakteristik tidak berubah dengan suhu

Output dari rangkaian jembatan wheatstone membentuk perbedaan tegangan antara


sambungan lengan rasio dan sambungan standar dan resistor yang tidak diketahui. Ketika
sebuah detector dihubungkan antara sambungan ini, arus akan bergantung pada jumlah
jembatan yang tidak seimbang dan pada faktor-faktor yang mengatur sensitivitas. Untuk
memperoleh sensitivitas yang lebih besar dengan jembatan dan detector yang diberikan,
dimungkinkan untuk memperkuat perbedaan tegangan keluaran menggunakan amplifier yang
memiliki perbedaan input dan kemudian menerapkan sinyal yang diperkuat oleh detector.
Amplifier akan mengubah perbedaan input tegangan yang kecil menjadi tegangan yang jauh
lebih besar melintasi detector, maka sensitivitas system akan sangat meningkat. Perhatikan
gambar 4.5.1

Bagian utama rangkaian amplifier ditunjukkan gambar 4.5.3. ini terdiri dari rangkaian
operational amplifier dengan differential inputs. Gain dari tahap penguatan ditentukan oleh
komponen eksternal dan diatur oleh saklar panel.
f. Gambar Modul/Skematik Diagram:
g. Langkah Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan dari lemari dan dari workshop yang diambil oleh kelompok
yang piket
2. Kemudian susun alat dan bahan sesuai gambar dan judul praktek saat itu pada modul
3. Setelah selesai harap diperiksa kembali jalur kabel komponen, lalu tegangan input
apakah sudah sudah sesuai dengan modul
4. Kemudian nyalakan power supply
5. Setting DC Variable 0V lalu perlahan di tambah sesuai pada tabel modul
6. Setting gain sesuai pada tabel modul
7. Lalu catat hasil keluaran tegangan
8. Ulangi langkah tersebut sampai selesai

h. Data Hasil Percobaan :


Tabel 1.
Voltage Between Inputs Vin (V) Gain Setting Output Voltage Vout (V)
0 1 0,001
1 1 0,0015
2 1 0,0016
3 1 0,002
4 1 0,446
-1 1 -0,0015
-2 1 -0,0016
-3 1 -0,002
-4 1 -0,446

Tabel 2.
Input Voltage (V) Gain Setting Output Voltage (V)
0 10 0
0,5 10 0,006
1,0 10 0,009
-0,5 10 -0,006
-1,0 10 -0,009

Tabel 3.
Gain Setting Common Mode Voltage (V) Output Voltage (V)
1 0 0,001
1 2 0,0016
1 4 0,446
1 6 0,538
1 8 0,583
10 10 0,644
10 0 0
100 10 0,644
100 0 0
100 10 0,650
i. Daftar Pustaka
- Modul Transducer Kit TK2942
a. Nomor Praktikum 04
b. Judul Praktikum : Using The Operational Amplifier
c. Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui bagaimana Operational Amplifier dapat digunakan untuk
meningkatkan sensitivitas Jembatan Wheatstone
2. Dapat mengatur keseimbangan Jembatan Wheatstone
d. Alat dan Bahan :
1. Modul TK2941A
2. Power Supply ±15V dc ( PS 446)
3. Decade Resistor
4. Resistor 4.7KΩ, 0.5W
5. Variable Power Supply DC 15V
e. Dasar Teori :
Op-Amp adalah suatu komponen elektronika penguat yang terintegrasi dalam sebuah IC
yang memiliki 2 input inverting dan non-inverting dan 1 output. Pada Op-Amp biasanya
terdapat umpan balik, Op-Amp bisa menguatkan tegangan input bisa dikali 1, dikali 10,
dll. Namun prinsip Op-Amp ini adalah membandingkan kedua nilai input, jadi jika kedua
nilai input sama, maka output akan 0. Jembatan Wheatstone untuk mengukur sensitivitas
dan juga hambatan pada suatu benda, jika jembatan wheatstone ideal atau keempat lengan
seimbang, maka galvanometer akan menunjukkan 0 artinya tidak ada arus

f. Gambar Modul/Skematik Diagram:


g. Langkah Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan dari lemari dan dari workshop yang diambil oleh kelompok
yang piket
2. Kemudian susun alat dan bahan sesuai gambar dan judul praktek saat itu pada modul
3. Setelah selesai harap diperiksa kembali jalur kabel komponen, lalu tegangan input
apakah sudah sudah sesuai dengan modul
4. Kemudian nyalakan power supply
5. Setting Resistor supaya seimbang sesuai tabel modul
6. Setting gain Op-Amp sesuai pada tabel modul
7. Catat hasil nya
8. Ulangi sampai selesai

h. Data Hasil Percobaan :


Gain R1 R2 Rs Rx Dengan Op. Amp Tanpa Op. Amp
1k 1k 4,7k 4,7k 0,026V 0,025V
1 1k 10k 470 4,7k 0,034V 0V
10k 1k 47k 4,7k 0,007V 0,005V
1k 1k 4,7k 4,7k 0,821V 0,081V
10 1k 10k 470 4,7k 0,521V 0,050V
10k 1k 47k 4,7k 0,017V 0V
1k 1k 4,7k 4,7k 0,184V 0,002V
100 1k 10k 470 4,7k 0,160V 0,001V
10k 1k 47k 4,7k 0,184V 0,002V

i. Pertanyaan dan Jawaban


j. Analisa Percobaan

k. Contoh Aplikasi

l. Kesimpulan

m. Daftar Pustaka
- Modul Transducer kit TK2942
a. Nomor Praktikum 05
b. Judul Praktikum : Variable Resistivity Transducers
c. Tujuan Praktikum :
1. Memahami hubungan antara variasi dalam resistivitas dan variasi resistansi
2. Mengetahui penggunaan variasi resistivitas secara sederhana
d. Alat dan Bahan :
1. Modul TK2941A
2. Probe Konduktansi dari kit Transduser elektro-mekanis TK2941E
3. Power Supply ±15V dc ( PS 446)
4. Decade Resistor
5. AC Voltmeter 5mV-5V
6. Function Generator 10KHz Sine, 20V pk-pk
7. Parallel Sided beakers 250ml
8. Spoon
9. Common Salt
10. Water
e. Dasar Teori :
Rumus untuk menghitung resistansi dari suatu benda adalah:
R = l / =𝑅𝑎
A
𝑙
dimana:
R = Resistansi dalam ohm (Ω)
L = Panjang elemen dalam meter (m)
 = Tahanan jenis ohm/meter
(Ω/m) A = Luas permukaan (m2)

Rumus diatas merupakan rumus dasar yang digunakan untuk menghitung


resistansi berdasarkan faktor - faktor lainnya. Dalam percobaan ini, diamati
tentang pengaruh konsentrasi larutan air garam terhadap tahanan jenis suatu
tranduser (dalam hal ini adalah air). Apabila zat cair tersebut mempunyai
konduktansi yang cukup besar ini menunjukkan bahwa zat cair tersebut mempunyai
jumlah elektron bebas yang relatif besar. Konduktansi suatu bahan ditentukan oleh
resistansinya yaitu :

1
Konduktansi = Resistansi
Dimana resistansi suatu bahan juga dapat dipengaruhi oleh konsentrasi suatu zat
yang mengenai bahan tersebut

jumlah sendok air garam


Konsesntrasi = jumlah total air garam 100%
f. Gambar Modul/Skematik Diagram :

g. Langkah Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan dari lemari dan dari workshop yang diambil oleh kelompok
yang piket
2. Kemudian susun alat dan bahan sesuai gambar dan judul praktek saat itu pada modul
3. Setelah selesai harap diperiksa kembali jalur kabel komponen, lalu tegangan input
apakah sudah sudah sesuai dengan modul
4. Kemudian nyalakan power supply
5. Setting R1 & R2 menjadi 1KΩ
6. Setting keluaran Function Generator sekitar 5KHz
7. Masukkan garam ke air hangat kemudian aduk
8. Campur air garam ke air biasa dengan rasio seperti pada tabel modul
9. Catat hasil nya
10. Ulangi sampai selesai
h. Data Hasil Percobaan :
Toeri 1
Salt water Added Resistance Conductance
(Tea Spoon) (Ω) (mS)
0 10 0,0007
2 70 0,0142
4 60 0,167
6 40 0,225
8 35 0,285
10
12
14

i. Daftar Pustaka
- Modul Transducer Kit 2942
a. Nomor Praktikum 08
b. Judul Praktikum : Strain Gauge
c. Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui bagaimana mengganti material resistansi yang disebabkan oleh
perubahan pada dimensi fisiknya, sehingga dapat digunakan untuk mengukur material
tersebut
2. Meneliti metoda menggunakan satu atau dua keregangan gauge dan meneiliti
keuntungan dari system dua gauge
d. Alat dan Bahan :
1. Modul TK2941A
2. Strain Gauge TK294E
3. Power Supply ±15V dc ( PS 446)
4. Variable Power Supply DC 15V
5. Multimeter
e. Dasar Teori :
Strain gauge merupakan sensor yang hambatannya bervariasi dengan tegangan yang
diberikan, sensor ini mengubah gaya, tekanan, tegangan, berat, dan lainnya menjadi
perubahan resistansi listrik yang kemudian dapat di ukur. Strain gauge adalah salah satu
sensor terpenting dari teknik pengukuran yang menerapkan pengukuran kuantitas
mekanis. Cara kerja dari penggunaan resistansi elektrik pada strain gauge adalah fakta
bahwasanya resistansi dari 9 perubahan yang terjadi pada kawa logam untuk fungsi
tegangan, meningkat serta menurun dengan adanya gaya. Perubahan pada resistansi
diukur menggunakan suatu rangkaian listrik berupa Wheatstone Bridge. jumlah dimana
batang diperpanjang berhubungan dengan jumlah lebar dan kedalamannya berkurang oleh
faktor yang dikenal sebagai Rasio poisson
Poisson’s Rasio (μ) :

𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎 𝑠i 𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑠


μ = 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑎𝑛j𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑜𝑛𝑔i𝑡𝑢𝑑i𝑛𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛j𝑎𝑛𝑔

sekarang sebagai resistansi = pl/a dan karena metode ini meningkat dan menurun, maka
resistansi akan berubah.
f. Gambar Modul/Skematik Diagram :

g. Langkah Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan dari lemari dan dari workshop yang diambil oleh kelompok
yang piket
2. Kemudian susun alat dan bahan sesuai gambar dan judul praktek saat itu pada modul
3. Setelah selesai harap diperiksa kembali jalur kabel komponen, lalu tegangan input
apakah sudah sudah sesuai dengan modul
4. Setting R1 & R2 menjadi 1KΩ
5. Setting micrometer ke 10mm
6. Pindahkan pendorong straingauge sampai tidak ada tekanan pada strain gauge
7. Nyalakan Power Supply
8. Set 100 gain pada amplifier
9. Atur potentiometer supaya mendekati nol (Seimbang)
10. Catat hasil nya
11. Ulangi sampai selesai
h. Data Hasil Percobaan :
Micrometer Setting (mm) Output Voltage (mV)
10,0 460
10,5 480
11,0 485
11,5 490
12,0 500
12,5 505
12,0 500
11,5 440
11,0 485
10,5 482
10,0 460
9,5 470
9,0 474
8,5 463
8,0 450
7,5 450
8,0 455
8,5 458
9,0 470
9,5 475
10,0 475

i. Daftar Pustaka
- Module Transducer Kit TK29
a. Nomor Praktikum 09
b. Judul Praktikum : Measurement of Capacitance
c. Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui bagaimana mengukur kapasitansi dengan menggunakan jembatan
wheaststone
2. Mengerti kesulitan pada pengukuran nilai kapasitansi yang kecil
d. Alat dan Bahan :
1. Modul TK2941A
2. Function Generator 10KHz Sine, 20V pk-pk
3. Decade capacitance 0,001uF to 0,1uF
4. Variable Power Supply DC 15V
5. Multimeter
e. Dasar Teori :
Kapasitor terdiri dari dua buah konduktor yang terisolasidalam suatu ruangan yang diberi
muatan sama besar tetapi berlainan jenis. Secara khusus, kapasitor merupakan salah
satu komponen elektronik yang tersusun dari dua buah permukaan yang sejajar
(jarak antar setiap titik pada permukaan sama) dan diberi muatanyang sama besar
di setiap permukaan tetapi dengan jenis muatan yang berbeda. Besarnya muatan yang
tersimpan dalam kapasitor tergantung pada daya tampung muatan kapasitor tersebut.
Setiap kapasitor memiliki daya tampung muatan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, ada
suatu besaran yang menentukan perbedaan muatan maksimum yang bisa disimpan
dalam suatu kapasitor, atau perubahan yang dimiliki oleh sistem dua konduktor
berbanding lurus dengan tegangan antara konduktor. konstanta proporsionalitas
persamaan yakni kapasitansi.
kapasitansi ditentukan oleh parameter fisik sistem dan diberikan oleh persamaan

Kapasitansi, C =𝗌𝑜𝗌𝑟𝐴
𝑑

Dimana : s𝑜= adalah permitivitas ruang bebas


s𝑟= Relatif permitivitas media antara conductor
A = Luas penampang
d = jarak antara 2 konduktor
f. Gambar Modul/Skematik Diagram :

g. Langkah Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan dari lemari dan dari workshop yang diambil oleh kelompok
yang piket
2. Kemudian susun alat dan bahan sesuai gambar dan judul praktek saat itu pada modul
3. Setelah selesai harap diperiksa kembali jalur kabel komponen, lalu tegangan input
apakah sudah sudah sesuai dengan modul
4. Setting R1 & R2 menjadi 1KΩ
5. Pilih kapasitor sebagai Cx sekitar 100nF
6. Nyalakan Power Supply
7. Ubah variasi nilai R1 & R2
8. Catat hasil nya
9. Ulangi sampai selesai

h. Data Hasil Percobaan :


Tabel 1
R1 (Ω) R2(Ω) Cx (f) Cs (f)
1K 1K 100n 97n
1K 10K 100n 8,8n
100K 1K 100n 9,4μ
1K 100K 100n 1n
10K 10K 100n 100n
100K 10K 100n 1μ
Tabel 2
R1(Ω) R2(Ω) Cx (f) Cs (f)
1K 1K 1μ 1μ
100K 1K 1μ 10μ
10K 100K 1μ 0,1μ
1K 100K 1μ 0,01μ

i. Daftar Pustaka
- Modul Transducer Kit 2942
A. Nomor Praktikum : 10
B. Judul Praktikum : Small Variations in Capacitance
C. Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui bagaimana mengukur kapasitansimenggunakan rangkaian Wheatstone Bridge
2. Memahami kesulitan dalam mengukur kapasitansi bernilai keci
D. Alat dan Bahan :
1. Modul Instrumentasi TK2941A
2. Linear Transducers Test Rig
3. Variable Area Capacitor
4. Variable Distance Capacitor
5. Digital Frequency Meter 1MHz
6. Multimeter Digital
7. Power Supply ±15V
8. Kabel – kabel penghubung

E. Dasar Teori
Dalam sebuah sistem tranduser, yang merupakan faktor penting ialah keadaan dari apa
yang akan diukur. Jika tranduser kapasitif posisi digunakan dalam sebuah pengaplikasian,
maka penting bagi kita untuk mengetahui kesenambungan antara apa yang diukur dan output
yang didapatkan, disbanding mengetahui kapasitansi actual yang terdapat dalam tranduser
tersebut.
Rumus umum dari resonansi frekuensi adalah sebagai berikut :

Rangkaian resonansi dapat digunakan bersama dengan rangkaian penguat untuk


membuat sebuah rangkaian baru yang dikenal sebagai rangkaian oscillator yang menghasilkan
sebuah sinyal AC yang frekuensi diatur oleh rangkaian resonansi frekuensi. Maka, jika kita
mengubah C dalam rangkaian maka gelombang keluarannya berubah

F. Gambar Modul / Schematic Diagram


G. Langkah Kerja
1. Praktikan menggunakan modul instrumentasi dan modul variable area capacitor untuk
membuat rangkaian.
2. Praktikan mengatur tuas frekuensi pada modul instrumentasi menjadi “min”.
3. Praktikan mengatur tuas output voltage menjadi nol.
4. Pratikan menghubungkan output rangkaian ke channel 1 pada oscillator.
5. Praktikan mengatur tuas skala pada channel 1 menjadi setengah putaran.
6. Praktikan mengaktifkan power supply dan mengatur time/div dan volt/div untuk
memperjelas gelombang.

H. Data Hasil Percobaan

Slider Position (mm) Frequency (kHz)


20 139
25 134
30 157
35 140
40 170
45 125
50
55
60
65
70
I. Daftar Pustaka
- Module Transducer Kit TK2942
A. Nomor Praktikum : 12
B. Judul Praktikum : The Linear Variable Differential Transformer (LVDT)
C. Tujuan Praktikum :
1. Memahami arti dari linearitas dan jangkauan pada travo tipe induktif timbal balik
2. Mempelajari penularan tegangan DC yang diperolah transducer induktansi timbal balik
D. Alat dan Bahan :
1. Modul Instrumentasi TK2941A
2. Linear Transducers Test Rig
3. Linear Variable Difference Transformer (LVDT) Sub-Unit
4. Multimeter Digital
5. Power Supply ±15V
6. Oscilloscope
7. Kabel – kabel penghubung

E. Dasar Teori

F. Gambar Modul / Schematic Diagram

G. Langkah Kerja

H. Data Hasil Percobaan

Position Output DC Output Position Output AC Output


(mm) (Volts pk-pk) (DC Volts) (mm) (Volts pk-pk) (DC Volts)
1 1.1 0.10 20 1.5 0.13
5 1.5 0.020 25 1.58 0.20
10 1.1 0.026 30 1.2 0.016
15 1 0.022 35 0.7 0.020

I. Daftar Pustaka
- Modul Transducer Kit TK2942
a. Nomor Praktikum 13
b. Judul Praktikum : Thermocouple
c. Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui bagaimana prinsip kerja Thermocouple
d. Alat dan Bahan :
1. Modul TK2941A
2. Heat Bar
3. Thermometer
4. Calibration Tank
5. Transducer – Thermocouple and flying compensating leads Black Sleeve
6. Power Supply ±15V dc ( PS 446)
7. Variable Power Supply DC 15V
8. Small Container of ice cubes
9. Multimeter
e. Dasar Teori :
Termokopel (Thermocouple) adalah jenis sensor suhu yang digunakan untuk mendeteksi
atau mengukur suhu melalui dua jenis logam konduktor berbeda yang digabung pada
ujungnya sehingga menimbulkan efek “Thermo-electric”. Efek Thermo-electric pada
Termokopel ini ditemukan oleh seorang fisikawan Estonia bernama Thomas Johann
Seebeck pada Tahun 1821, dimana sebuah logam konduktor yang diberi perbedaan panas
secara gradient akan menghasilkan tegangan listrik. Perbedaan Tegangan listrik diantara
dua persimpangan (junction) ini dinamakan dengan Efek “Seeback”. termokopel terdiri
dari dua kawat konduktor yang terbuat dari dua logam berbeda jenis yang digabungkan
ujungnya , jadi tanpa sumber listrik sensor ini bisa bekerja.
ketika persimpangan atau junction di V1 dihubungkan dengan objek ukur dan
mendapatkan suhu panas, sehingga terjadi perbedaan suhu diantara dua persimpangan,
maka akan muncul beda potensial alias tegangan listrik. Besar tegangan listrik tersebut
sebanding dengan suhu panas yang diterima atau V1 – V2. Pada umumnya, tegangan
Listrik yang muncul sekitar 1 µV – 70µV setiap derajat Celcius panas yang diterima
f. Gambar Modul/Skematik Diagram :

g. Langkah Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan dari lemari dan dari workshop yang diambil oleh kelompok
yang piket
2. Kemudian susun alat dan bahan sesuai gambar dan judul praktek saat itu pada modul
3. Setelah selesai harap diperiksa kembali jalur kabel komponen, lalu tegangan input
apakah sudah sudah sesuai dengan modul
4. Setting R1 & R2 menjadi 1KΩ
5. Pilih kapasitor sebagai Cx sekitar 100nF
6. Nyalakan Power Supply
7. Ubah variasi nilai R1 & R2
8. Catat hasil nya
9. Ulangi sampai selesai

h. Data Hasil Percobaan :


Notch Tank Temp Room Temp TempDifference Meter Thermocouple
№ (°C) (°C) (°C) (V) Rmf (mV)
20 36° 28° 8° 14,55 1300
18 37° 28° 9° 14,55 1100
16 39° 28° 11° 14,55 1040
14 41° 28° 13° 14,55 970
12 43° 28° 15° 14,55 740
10 47° 28° 19° 14,55 627
8 51° 28° 23° 14,55 509
6 55° 28° 27° 14,55 500
4 58° 28° 30° 14,55 481
2 64° 28° 36° 14,55 406
i. Daftar Pustaka
- Modul Transducer Kit TK2942
a. Nomor Praktikum 14
b. Judul Praktikum : Thermistor
c. Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui bahwa thermistor memiliki suhu negative koefisien resistansi
2. Memahami konstanta disipasi
d. Alat dan Bahan :
1. Modul TK2941A
2. Heat Bar
3. Thermometer
4. Calibration Tank
5. Transducer-Thermistor with flying leads. White sleeve
6. Transducer mount
7. Small container of ice cubes
8. Log 3 cycle x linear graph paper
9. Decade Resistance Box 1Ω to 100Ω
10. Power Supply ±15V dc ( PS 446)
11. DC Voltmeter 15V
12. DC Miliammeter
e. Dasar Teori :
Thermistor merupakan komponen elektronik yang nilai hambatannya dipengaruhi oleh suhu.

Thermistor biasanya dipakai pada rangkaian elektronik yang digunakan untuk mendeteksi suhu,
seperti misalnya pada AC (Air Conditioner).

Thermistor sendiri bukan komponen dasar yang harus ada dalam setiap rangkaian elektronik.
Alasannya yaitu karena tidak semua fungsi rangkaian elektronik memerlukan nilai hambatan yang
didasarkan oleh suhu.
f. Gambar Modul/Skematik Diagram :

g. Langkah Kerja :
h. Data Hasil Percobaan :

I V I R = V/I P=VxI
(mA) (V) (mA) (KΩ) (mV)
2 1.2 5.5 581.8 17.6
1 3.6 3 120.8 10.8

Notch Temperature Resistance


N± α (°C) R (Ω)
8 31 445k
6 41 460k
4 46 490k
2 51 500k
1 57 515k

i. Pertanyaan dan Jawaban

j. Analisa Percobaan

k. Contoh Aplikasi

l. Kesimpulan

m. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai