Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB II
KAJIAN TEORI
1) Pengertian Bimbingan.
12
13
Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki
mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri,
memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa
depan yang lebih baik. Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman
Amti (2004: 99), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-
anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan
kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
2) Pengertian Konseling
Konseling sering pula disebut “penyuluhan”, dalam perkembangannya
yang terakhir di Indonesia sudah tidak terlalu sering diperdebatkan maknanya
secara konseptual dan teoritis.Konseling sebagai salah satu upaya professional
adalah berdimensi banyak.Jika dilihat latar belakangnya, konseling muncul karena
16
adanya sejumlah pertanyaan yang perlu dijawab individu dan untuk itu perlu
bantuan professional.
Secara Etimologi berasal dari bahasa Latin “consilium “artinya “dengan”
atau bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau “memahami” . Sedangkan
dalam Bahasa Anglo Saxon istilah konseling berasal dari “sellan” yang
berarti”menyerahkan” atau “menyampaikan” Konseling meliputi pemahaman dan
hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan,motivasi,dan
potensi-potensi yang yang unik dari individu dan membantu individu yang
bersangkutan untuk mengapresiasikan ketige hal tersebut. (Berdnard &Fullmer
,1969).
Secara historis asal mula pengerian konseling adalah untuk memberi
nasehat seperti penasehat hukum, penasehat perkawinan, dll.Kemudian nasehat itu
berkembang ke bidang-bidang bisnis, manajemen, otomotif, investasi, dan
finansial. Pengertian konseling dalam kegiatan-kegiatan tersebut diatas
menekankan pada nasehat (advise giving), mendorong , memberi informasi,
menginterpretasi hasil tes, dan analisa psikologis.
English & English pada tahun 1958 mengemukakan arti konseling adalah:
“Suatu hubungan antara seesorang dengan orang lain, dimana seorang
berusaha keras untuk membantu orang lain agar memahami masalah dan dapat
memecahkan masalahnya dalam rangka penyesuaian dirinya”
Diantara konseling yang muncul saat itu yang menonjol adalah konseling
pendidikan, jabatan, dan hubungan sosial.
Pada tahun 1955, yaitu tiga tahun sebelum English, Glen E. Smith
mendefinisikan konseling yaitu:
“Suatu proses dimana konselor membantu konseli (klien) agar ia dapat
memahami dan menafsirkan fakta-fakta yang berhubungan dengan kebutuhan
individu”
Dari definisi beberapa ahli diatas, dapat dimpilkan bahwa konseling adalah
Proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara Konseling oleh
seorang ahli (disebut Konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah
(disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dialami oleh klien.
pemahaman diri pembuatan keputusan dan pemecahan masalah dari hati kehati
antar manusia dan hasilnya tergantung pada kualitas hubungan.
Menurut Palmer dan McMahon (2000) yang dikutip oleh Mc leod (2004)
konseling bukan hanya proses pembelajaran individu akan tetapi juga merupakan
aktifitas sosial yang memiliki makna sosial. Orang sering kali menggunakan jasa
konseling ketika berada di titik transisi, seperti dari anak menjadi orang dewasa,
menikah ke perceraian, keinginan untuk berobat dan lain-lain. Konseling juga
merupakan persetujuan kultural dalam artian cara untuk menumbuhkan
kemampuan beradaptasi dengan institusi sosial.
b) Fungsi penyaluran,
c) Fungsi adaptasi,
d) Fungsi penyesuaian,
(Tohirin, 2008: 39)Pelayanan bimbingan dan konseling khususnya di
sekolah dan madrasah memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. FungsiPemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik
(siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan
pemahaman ini, siswa diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya
secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis
dan konstruktif.
b. FungsiPreventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.
Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang
cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan
dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi,
informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu
diinformasikan kepada para siswa dalam rangka mencegah terjadinya tingkah
laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras,
merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free
sex).
c. FungsiPengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif
dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa.
Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai
teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan
program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya
membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan
yang dapat digunakan disini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi
21
orang yang dibebani tanggung jawab untuk itu. Demikian pula, dalam Bimbingan
dan Konseling di sekolah.Menurut Nurihsan A.J. (2006) membedakan antara
tujuan Bimbingan dan tujuan Konseling. Tujuan layanan bimbingan dijelaskan
Nurihsan (2006: 8) agar individu dapat :
a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier, serta
kehidupan pada masa yang akan datang,
b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal
mungkin,
c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat, serta lingkungan kerjanya, dan
d. Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat ataupun
lingkungan kerja,
e. Adapun tujuan konseling pada umumnya dan di sekolah pada khususnya
menurut Shertzer dan Stone (dalam Nurihsan, 2006: 12), sebagai berikut:
f. Mengadakan perubahan perilaku pada klien sehingga memungkinkan
hidupnya lebih produktif dan memuaskan,
g. Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif,
h. Penyelesaian masalah,
i. Mencapai keefektifan pribadi,
j. Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi
dirinya.
lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan
menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar
terjamin.
b) Asas Kesukarelaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan
dan kerelaan peserta didik (konseli) mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang
diperlukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan tersebut.
c) Asas Keterbukaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik
(konseli) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak
berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri
maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna
bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban
mengembangkan keterbukaan peserta didik (konseli). Keterbukaan ini amat terkait
pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta
didik yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka,
guru pembimbing terlebih dahuu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
d) Asas Kegiatan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik
(konseli) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam
penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing
perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.
e) Asas Kemandirian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum
bimbingan dan konseling, yakni: peserta didik (konseli) sebagai sasaran layanan
bimbingan dan konseling diharapkan menjadi siswa-siswa yang mandiri dengan
ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru
pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan
28
j) Asas Keahlian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah
profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan
konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam
penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
k) Asas Alih Tangan Kasus
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak
yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara
tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (konseli)
mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru
pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau
ahli lain ; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus
kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.
1. Pengertian perkembangan
berasosiasi sehingga sesuatu yang bermula bersifat simple (unsur yang sedikit)
makin lama makin banyak dan kompleks.
Sebagaimana Monks dkk. menuliskan istilah pertumbuhan khusus
dimaksudkan bagi pertumbuhan dalam ukuran-ukuran badan dan fungsi fisik yang
murni, sedangkan istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang
khas mengenai gejala psikologik yang Nampak. Dan tidak dapat disangkal
bahwasannya pertumbuhan fisik mempengaruhin perkembamngan psikis, karena
keduanya memang tidak dapat dipisahkan.
Dalam penjelasan mengenai teori perkembangan terdapat perbedaan di
dalam memahami apa yang termasuk dalam perkembangan dan mengenai cara
perkembangan berlangsung. Namun terdapat beberapa prinsip umum yang
didukung hampir semua ahli, yaitu :
a. Manusia berkembang dalam tingkat yang berbeda
Dalam kelas anda akan memiliki seluruh benangan contoh mengenai tingkat
perkembangan yang berbeda. Beberapa siswa akan lebih besar, terkoordinasi
lebih baik, atau lebih dewasa dibannding dengan yang lainnya.
b. Perkembangan relatif runtut
Orang cenderung mengembangkan kemampuan tertentu sebelum kemampuan
yang lain.
c. Perkembangan berjalan secara gradual
Sangat jarang perubahan terjadi setiap hari.Jadi di dalam perkembangan
manusia membutuhkan waktu, dan perkembangan itu berjalan relatif sangat
lambat dan tidak setiap hari berlangsung.
Terdapat teori-teori perkembangan menurut para ahli, diantaranya yaitu:
1. Teori Nativisme ( Teori yang Berorientasi pada Biologi )
Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan) yang
ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa
sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran nativisme ini, bertolak
dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga
faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa aliran
31
lahir dalam keadaan suci dalam pengertian anak bersih tidak membawa apa-apa.
Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik besar
pengaruhnya pada faktor lingkungan.
Dalam teori belajar mengajar, maka aliran empirisme bertolak
dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam per-
kembangan peserta didik.Pengalaman belajar yang diperoleh anak dalam
kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-
stimulan.Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang
dewasa dalam bentuk program pendidikan.
Tokoh perintis aliran empirisme adalah seorang filosof Inggris bernama
John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak
lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empirik yang
diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan
perkembangan anak. Dengan demikian, dipahami bahwa aliran empirisme ini,
seorang pendidik memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar
peserta didiknya.
Menurut Redja Mudyahardjo bahwa aliran nativisme ini berpandangan
behavioral, karena menjadikan perilaku manusia yang tampak keluar sebagai
sasaran kajaiannya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama
sebagai hasil belajar semata-mata.Dengan demikian dapat dipahami bahwa
keberhasilan belajar peserta didik menurut aliran empirisme ini, adalah
lingkungan sekitarnya.Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan dari
pihak pendidik dalam mengajar mereka.
3. Teori Konvergens
Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju
satu titik pertemuan.Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu
baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan
peranan penting.Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi telah ada pada masing-
masing individu, yang kemudian karena pengaruh lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhan untuk perkembangannya, maka kemungkinan itu lalu menjadi
kenyataan. Akan tetapi bakat saka tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai dengan
33
kebutuhan perkembangan tersebut, tidak cukup, misalnya tiap anak manusia yang
normal mempunyai bakal untuk berdiri di atas kedua kakinya, akan tetapi bakat
sebagai kemungkinan ini tidak akan menjadi menjadi kenyataan, jika anak
tersebut tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia.
Perintis aliran konvergensi adalah William Stern (1871-1939), seorang
ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan
di dunia disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Bakat yang dibawa
anak sejak kelahirannya tidak berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan
lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu.Jadi seorang anak yang
memiliki otak yang cerdas, namun tidak didukung oleh pendidik yang
mengarahkannya, maka kecerdasakan anak tersebut tidak berkembang. Ini berarti
bahwa dalam proses belajar peserta didik tetap memerlukan bantuan seorang
pendidik untuk mendapatkan keberhasilan dalam pembelajaran.
Ketika aliran-aliran pendidikan, yakni nativisme, empirisme dan
konvergensi, dikaitkan dengan teori belajar mengajar kelihatan bahwa kedua
aliran yang telah disebutkan (nativisme-empirisme) mempunyai kelemahan.
Adapun kelemahan yang dimaksudkan adalah sifatnya yang ekslusif dengan
cirinya ekstrim berat sebelah.Sedangkan aliran yang terakhir (konvergensi) pada
umumunya diterima seara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami
tumbuh-kembang seorang peserta didik dalam kegiatan belajarnya.Meskipun
demikian, terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor mana yang paling
penting dalam menentukan tumbuh-kembang itu.
Keberhasilan teori belajar mengajar jika dikaitkan dengan aliran-aliran
dalam pendidikan, diketahui beberapa rumusan yang berbeda antara aliran yang
satu dengan aliran lainnya.Menurut aliran nativisme bahwa seorang peserta tidak
dapat dipengaruhi oleh lingkungan, sedangkan menurut aliran empirisme bahwa
justreru lingkungan yang mempengaruhi peserta didik tersebut.Selanjutnya
menurut aliran konvergensi bahwa antara lingkungan dan bakat pada peserta didik
yang terbawa sejak lahir saling memengaruhi.
34
4. Teori Interaksionisme
Teoritikus yang terkenal adalah Piaget.Menurut, cara-cara berpikir tertentu
sangat sederhana bagi seorang dewasa, tidaklah sesederhaana pemikiran yang
dilakukan seorang anak.Terdapat batas-batas tertentu pada anak atas materi yang
dapat diajarakan pada satu waktu tertentu dalam masa kehidupan anak tersebut.
Teori Piaget menganggap perkembangan sepanjang waktu sebagai sebuah
kemajuan tingkat. Ia percaya bahwa semua orang muda melalui empat tingkat
perkembangan kognitif yang sama dalam masa perkembangannya. Selanjutnya,
mereka melalui tingkat-tingkat yang sama dengan cara yang sungguh sama.
Empat tingkat perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget yaitu :
a. Masa Bayi (Bakita) : Tingkat Sensomotori
Periode perkembangan pada tingkat ini didasarkan pada informasi yang
diperoleh dari indera (sensori) dan dari tindakan atau gerakan tubuh (motor)
bayi.Prestasi terbesar bayi adalah kesadaran bahwa lingkungan benar-benar di luar
jangkauannya, baik yang bayi mampi rasakan ayau tidak.
Prestasi besar kedua periode sensormotor adalah mukainya tindakan
dengan tujuan terarah yang logis.Memikirkan mengenai benda yang akrab atau
disenangi oleh bayi.
b. Masa Anak-anak Awal : Tingkat Pra-Operasional
Intelegensi sensormotor sangat tidak efektif unyuk perencanaan ke depan
atau mengingat informasi. Untuk itu anak memerlukan apa yang disebut Piaget
sebagai operasi, atau tindakan yang dilakukan secara mental atau berani.
Menurut Piaget, langkah awal tindakan berpikir adalah interalisasi
tindakan. Pada akhir tingkat sensormotor anak dapat menggunakan banyak skema
tindakan.
c. Tingkat Operasional Konkrit
Pada masa ini anak-anak bergerak maju berpikir secara logis.Piaget
menggunakan kata operasional konkrit untuk mendiskripsikan tingkat pemikiran
siap pakai ini. Krakter dasar tingkat ini adalah bahwasannya siswa mengetahui :
a) Stabilitas logis dunia fisik.
35
Jika dalam tingkat perkembangan itu dapat diatur dengan baik tentu akan
berpengaruh baik terhadap kekuatan psikososial klien dalam sisa usia hidup klien.
Atau sebaliknya, jika klien tidak bisa mengaturnya dengan baik, maka akan
tumbuh sikap maladaptive atau kekacauan yang akan membahayakan masa
depan.
Penjelasan Shertzer dan stone itu menekankan bahwa tujuan konseling dari
berbagai definisi diatas tadi lebih cenderung kepada aspek klinis / penyembuhan
klien. Sedangkan aspek pengembangan potensi klien belum disinggung.Mungkin
hal ini disebabkan permulaan kegiatan konseling banyak didominasi ahli-ahli
medis seperti psikiater dan dokter.
kesulitan klien belaka. Akibatnya proses konseling dipandang oleh para klien
adalah suasana yang tidak menyenangkan.
b. Jika klien memiliki masalah / kelemahan atau kesulitan, biarlah klien yang
mengungkapkannnya berkat dorongan dari konselor. Kemudian konselor
berupaya membantu agar klien mampu mengatasi masalahnya.
c. Konselor berusaha dengan menggunakan keterampilan, kepribadian dan
wawasannnya untuk menciptakan situasi konseling yang kondusif bagi
pengembangan potensi klien.
d. Konselor berusaha memberikan kesempatan kepada klien untuk memberikan
alternatif-alternatif pilihan yang sesuai dengan kondisi dan situasi dirinya.
Konselor akan ikut memebantu agar klien dapat mempertimbangkan
alternatif-alternatif secara realistik.
e. Konseling pengembangan berjalan melalui proses konseling yang
menggairahkan, menggembirakan klien, yaitu melalui dialog / wawancara
konseling yang menyentuh hati nurani dan kesadaran klien.
f. Konselor dituntut agar dapat membaca bahasa tubuh yang berkaitan dengan
lisan klien atau bahasa tubuh yang memberikan isyarat tertentu yang
mengandung arti tertentu.
1) Bersifat Reaktif
2) Pendekatan Krisis (Remediatif)
3) Hanya melakukan konseling individual
4) Tidak semua siswa mendapat layanan
5) Menekankan layanan Informasi
6) Programnya tidak terstruktur
7) Hanya dilakukan oleh Konselor sendiri
40
Konseling Perkembangan:
1) Terencana
2) Pendekatan Preventif dan Krisis
3) Melaksanakan Bimbingan dan konseling
4) Semua siswa (for all) mendapat layanan
5) Menekankan kepada program pengembangan
6) Programnya terstruktur
7) Dilakukan oleh konselor dan personel sekolah dalam suatu
C. Konsep movitasi
1. Pengertian Motivasi Belajar
mengatasi kesulitan belajarnya setelah dilakukan upaya dari guru bidang studi
mencapai 70,60% (21 siswa). Adapun jika layanan bimbingan konseling dan
upaya guru bidang studi diberikan kepada siswa dalam mengatasi kesulitan belajar
secara bersama-sama diperoleh data sebanyak 71,23% (21 siswa). Dengan hasil
korelasi layanan bimbingan konseling dan upaya guru bidang studi dalam
mengatasi kesulitan belajar sebesar 0,88 menunjukan hubungan yang sangat kuat
dan dapat dinyatakan bahwa keduanya sangat efektif digunakan dalam mengatasi
kesulitan belajar.
Sedangkan dalam penelitian yang relevan dari Mutiah retna widyaningsih
dengan judul Implementasi Bimbingan Konseling Dalam Pembentukan
Karakter Siswa (studi eksplorasi Di SMK Muhammadiyah Salatiga Tahun
Pelajaran 2013/2014) Penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut berkenaan
dengan fokus layanan yang diadakan di Sekolah Menengah Kejuruan Salatiga dan
hasil perubahan perilaku dari implementasi layanan tersebut.