Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TUGAS

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Tentang :
“Teori Behaviorisme”

Disusun Oleh :
Shintya Nur Azizah (2186206010)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BINA INSAN MANDIRI SURABAYA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Teori Behaviorisme"
dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Pendekatan Psikologi
Pendidikan dalam bidang Pendidikan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Indaria Tri Hariani, M.Psi ,
selaku Dosen Mata Kuliah Psikologi Pendidikan. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 05 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………...2
Daftar Isi………………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………...4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………...5
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………5
1.4 Manfaat………………………………………………………………………..5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………6
2.1 Deskripsi Teori Behaviorisme………………………………………………….6
2.2 Ciri-ciri Teori Behaviorisme……………………………………………………7
2.3 Teori Belajar Menurut Ahli Aliran Behaviorisme……………………………….7
2.4 Implementasi Teori Behaviorisme dalam Belajar………………………………11
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………...13
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………...13
3.2 Saran…………………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan proses belajar dan pembelajaran salah satunya ditentukan


oleh pemahaman seorang pendidik terhadap teori belajar. Menurut Gage dan
Berliner (1984) salah satu fungsi dari teori belajar adalah fungsi
rekomendatif, yang artinya teori belajar sebagai ilmu terapan, tidak hanya
memberikan wawasan konseptual tentang fenomena belajar-pembelajaran,
tetapi dapat membantu memberikan rekomendasi untuk praktik
pembelajaran. Meskipun rekomendasi tersebut berupa rambu-rambu umum
dan tidak spesifik tertuju pada permasalahan yang dihadapi pendidik, tetapi
saran dan perkembangan rekomendatif yang diajukan diharapkan tetapi
dapat dijadikan pedoman bagi pendidik untuk mengambil keputusan
instruksionalnya.
Teori adalah sekumpulan dalil yang berkaitan secara sistematis yang
menetapkan kaitan sebab akibat diantara variable yang saling bergantung.
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap terjadi sebagai hasil
latihan atau pengalaman. Sangat dibutuhkan teori belajar. Kebutuhan akan
teori adalah hal penting.
Teori Behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada
perubahan tingkah laku, dimana perubahan tersebut dilahirkan dari
proses belajar karena adanya stimulus, respons dan pengkondisian. Teori
ini di dalam linguistik diikuti antara lain oleh L.Bloomfield dan
B.F.Skinner. Dalam hal belajar, termasuk belajar bahasa, teori ini lebih
mementingkan faktor eksternal ketimbang factor internal dari individu,
sehingga terkesan siswa hanya pasif saja menunggu stimulus dari luar
(guru). Belajar apa saja dan oleh siapa saja (manusia atau binatang) sama
saja, yakni melalui mekanisme stimulus – respons. Guru memberikan
stimulus, siswa merespons, seperti tampak pada latihan tubian (drill) dalam
pelajaran bahasa Inggris. Pelajaran yang mementingkan kaidah tata bahasa,
struktur bahasa (fonem, morfem, kata, frasa, kalimat) dan bentuk-bentuk
kebahasaan merupakan penerapan behaviorisme, karena behaviorisme lebih
mementingkan bentuk dan struktur bahasa ketimbang makna dan maksud.
Teori belajar behaviorisme atau behaviorisme adalah teori yang
berpandangan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata yang jelas, belajar adalah

4
perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon. Oleh karena itu, teori belajar behaviorisme penting
untuk dipahami oleh seorang pendidik.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Teori Behaviorisme?


2. Apa saja ciri-ciri dari Teori Behaviorisme?
3. Bagaimana sudut pandang Teori belajar menurut Ahli Aliran
Behaviorisme?
4. Bagaimana Implementasi Teori Behaviorisme dalam belajar?

1.3 Tujuan

1. Untuk menguraikan deskripsi Teori Behaviorisme.


2. Untuk menguraikan Ciri-ciri dari Teori Behaviorisme.
3. Untuk mendeskripsikan sudutr pandang Teori belajar menurut Ahli
Aliran Behaviorisme.
4. Untuk mendeskripsikan Implementasi Teori Behaviorisme dalam belajar.

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi dasar dalam pengembangan teori
Pendidikan secara lebih lanjut. Dan menjadi sebuah penilaian dalam
menambah wawasan tentang teori behaviorisme.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa, hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah


dan meningkatkan wawasan tentang teori behaviorisme.
b. Bagi Guru, hasil penulisan makalah ini dapat diterapkan dalam
pembelajaran dan membantu siswa berinteraksi dengan mudah dan tepat.
c. Bagi Sekolah, hasil penulisan makalah ini dapat memberikan referensi
terhadap kegiatan pembelajaran dan meningkatkan kegiatan belajar
mengajar.
d. Bagi Penulis, memberikan wawasan tentang teori behaviorisme untuk
diterapkan pada belajar mengajar.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Teori Behaviorisme


Behaviorisme adalah suatu studi tentang tingkah laku manusia.
Behaviorisme dapat menjelaskan perilaku manusia dengan menyediakan
program pendidikan yang tepat. Fokus utama dalam konsep behaviorisme
adalah perilaku yang terlihat dan penyebab penstimulannya. Menurut Teori
Behaviorisme belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman. Belajar adalah akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dapat dianggap belajar jika dapat menunjukkan perubahan
perilaku (Zulhammi, 2015).
Menurut aliran behaviorisme belajar pada dasarnya adalah
pembentukan asosiasi antara kesan yang dilihat pancaindera dengan
kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respon
(S-R). Oleh karena itu, teori ini juga dinamakan teori Stimulus-Respon.
Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan Stimulus dan Respon
sebanyak-banyaknya (Wina Sanjaya 2013:114). Teori belajar Behaviorisme
menurut Brandt dan Perkins (2008) mendominasi dunia Pendidikan selama
seperdua bagian awal abad ke-20 (Shambaugh dan Magliaro, 2006 : 5 ;
Brown and Green, 2011 : 26).
Menurut Teori Behaviorisme input yang penting adalah Stimulus
dan output berbentuk Respon. Untuk deskripsi Stimulus adalah sesuatu yang
diberikan guru kepada anak dan Respon adalah berbentuk reaksi atu
tanggapan anak untuk Stimulus yang diberikan oleh guru. Menurut
Behaviorisme berpendapat perilaku dapat ditunjukkan dengan hal yang dapat
diobservasi tidak melalui tahapan mental yang tidak kelihatan. Dari
pandangan Behaviorisme pikiran, perasaan, dan motivasi adalah tidak
menjadi golongan karya ilmiah karena tidak dapat diobservasi langsung.
Teori belajar Behaviorisme adalah sebuah teori tentang perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini berkembang dalam
dunia psikologi belajar yang berkaitan antara perkembangan dan praktik
Pendidikan yang disebut sebagai aliran Behaviorisme. Behaviorisme
menekan pada terbentuknya perilaku sebagai hasil belajar. Tepori

6
Behaviorisme menempatkan anak sebaggai individu yang pasif dan
membuat stimulus dan respon tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan. Munculnya perilaku akan semakin kuat jika
diberikan penguatan dan akan terurai jika dikenai hukuman (Rusli dan
Kholik, 2013).

2.2 Ciri-ciri Teori Behaviorisme


Menurut Gage dan Berliner kebiasaan belajar akan memengaruhi
tingkah laku seseorang (dalam Aunurrahman : 2009). Karena itu, dapat
disimpulkan perilaku akan tampak dari hasil belajar. Dapat disimpulkan dari
beberapa tokoh adalah Thorndike, Pavlov, dan Skinner (dalam Aunurrahman
: 2009) Behaviorisme memiliki ciri sebagai berikut :
a. Mementingkan Pengaruh Lingkungan
Teori behaviorisme mengedepankan kebiasaan. Kebiasaan yang
memengaruhi tingkah laku akan terjadi di lingkungan sosial seseorang.
Lingkungan di sekitarnya menjadi tempat kesehariannya melakukan
sesuatu yang berhubungan dengan kebiasaannya. Secara tidak langsung
lingkungan akan memengaruhi kebiasaan yang dilakukannya.
b. Mementingkan Bagian-bagian Kecil dari Perilaku Seseorang
Tingkah laku seseorang yang dipengaruhi oleh kebiasaannya akan
terlihat pada aspek kehidupannya. Bagian kecil dari hidupnya yang
dipentingkan akan lebih sering dilakukan.
c. Mekanistis semua diukur dari yang dapat diobservasi
Teori behavorisme mengutamakan sesuatu yang dapat diukur. Semua
hal yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang harus dapat
diukur. Meskipun sesuatu yang abstrak seperti kebiasaan memang
sangat sulit untuk dikonversi menjadi hitungan angka.
d. Pembentukan Respon
Teori ini mengedepankan hubungan stimulus dan respon. Lebih
ditekankan lagi pada respon karena berkaitan dengan pembelajaran.
Stimulus yang diberikan oleh guru harus tepat kepada peserta didik.
Respon akan dibentuk dari stimulus yang sering diberikan.
e. Pentingnya Latihan terutama Latihan yang Berulang-ulang
Behaviorisme adalah kebiasaan. Dengan kata lain kebiasaan akan
muncul ketika seseorang diberikan stimulus yang berulang sampai dia
merespon dengan sendirinyameskipun hanya diberikan stimulus ringan.
f. Pemecahan Masalah dengan Trial and Error
Seseorang yang melakukan hal dengan berulang, dia akan mencoba
sesuatu yang sama dengan hasil yang berbeda. Pada tahap awal dia
melakukan sesuatu pasti akan menemukan kekurangan atau kesalahan,

7
sehingga dia akan mencoba berulang sampai dia menemukan
keberhasilan dan secadra tidak langsung menjadi kebiasaan.

2.3 Teori Belajar Menurut Ahli Aliran Behaviorisme


Teori belajar yang termasuk dalam Teori Behaviorisme sebagai
berikut :
1. Teori Belajar Koneksionisme Menurut Thorndike
Menurut teori ini belajar pada manusia dan hewan pada prinsipnya
sama. Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara apa
yang didapatkan panca indera dengan cenderung untuk bertindak yang
berkaitan antara stimulus dan respon (S-R).

Selanjutnya Thorndike mengemukakan hukum-hukum belajar sebagai


berikut :
a. Hukum kesiapan (law of readiness)
Menurut hukum ini hubungan stimulus dan respon akan terbentuk
jika ada kesiapan dari setiap individu (Wina Sanjaya 2013 : 116).
Implikasi atau penerapan dari hukum ini adalah berdasarkan ada
atau tidak kesiapan dalam diri individu.

b. Hukum Latihan (law of exercise) menurut Pavlov


Hukum ini menjelaskan kuat lemahnya hubungan stimulus dan
respon (Wina Sanjaya 2013 : 116). Pelatihan akan dapat
memperkuat hubungan antara stimulus dan respon dalam hal ini.
Dan juga jika pelatihan tidak dilakukan secara berulang stimulus
dan respon akan lemah. Implikasi atau penerapan yang sederhana
dari hukum ini adalah semakin sering pelajaran itu diulang akan
semakin dikuasai pelajaran itu.

c. Hukum akibat (law of effect)


Hukum ini menjelaskan kuat lemahnya stimulus dan respon
berdasarkan akibat yang ditimbulkan. Jika respon yang didapatkan
memberikan kebahagiaan hal itu akan terus diulang begitu juga jika
respon yang didapatkan kurang membahagiakan respon tidak akan
diulang. (Wina Sanjaya 2013 : 116).

Implikasi atau penerapan pada hukum ini adalah agar respon yang
didapatkan itu membahagiakan dengan cara memberi reward atau
pujian. Sedangkan agar respon yang kurang membahagiakan tidak
diulang dengan cara memberikan hukuman atau sebagainya.

8
Dari hukum-hukum belajar di atas konsep yang menjadi
prioritas dari teori belajar menurut Thorndike adalah transfer of
training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang dipelajari anak saat
ini dapat dipakai untuk hal di masa datang. Contohnya anak yang belajar
berbahasa inggris untuk itu ketrampilannya dapat dipakai untuk
berkomunikasi dengan orang asing di masa datang.

2. Teori Belajar Classical Conditioning


Hukum pengondisian menurut Pavlov sebagai berikut :

Pemerolehan (acquisition) adalah membuat stimulus netral


dengan stimulus tak bersyarat yang dilakukan berulang dan menciptakan
respon yang bersyarat atau yang disebut acquisition atau acquisition
training ( Latihan untuk memperoleh sesuatu).

Pemadaman (extinction) terjadi jika rangsangan bersyarat


diberikan pada waktu yang lama dapat mengakibatkan respon bersyarat
tidak memiliki penguatan dan membuat respon bersyarat
kemunculannya sedikit dan tidak terlihat.

Generalisasi (generalization) dan diskriminasi (discrimination).


Pada waktu manusia menerapkan generalisasi atau pemerataan dapat
juga mereka akan menerapkan diskriminasi atau pembedaan
berdasarkan pemilihan yang cermat.

Kondisioning tandingan pada waktu respon bersyarat khusus


digantikan dengan respon bersyarat berbentuk perasaan takut menjadi
berani, tidak tertarik menjadi tertarik dan sebagainya. Pada respon
tersebut dapat disebut incompatible atau saling mengganti.

Penerapan prinsip teori ini contohnya sebuah pujian yang


diberikan guru kepada muridnya yang telah merespon apa yang
diajarkan dengan kalimat “ Benar wah kalian semua sudah pandai untuk
materi ini tetap semangat belajarnya agar lebih pandai lagi ya”. Untuk
itu karena pujian guru tersebut anak akan merasa dirinya puas dalam
belajar dan memahami materi dan membuat mereka haus akan pujian
tetapi sebenarnya pujian itu tidak hanya dapat membuat mereka puas
juga dapat memacu semangatnya dalam belajar dan menjadi terbiasa
walaupun tidak diberikan pujian mereka akan tetap semangat dalam
belajar.

9
Kata classical pada awal teori ini diberikan untuk menghargai
karya Pavlov yang dianggap paling awal dalam bidang conditioning atau
pengondisian untuk membedakan dari teori conditioning lain. Orang
yang belajar bersifat pasif karena dalam memunculkan respon
memerlukan suatu stimulus tertentu sedangkan mengenai penguat
menurut Pavlov bahwa stimulus tidak terkontrol (unconditioned
stimulus) mempunyai hubungan dengan penguatan. Stimulus itu yang
menyebabkan adanya pengulangan tingkah laku dan berfungsi sebagai
penguatan (Zulhammi 2015).

3. Operant Conditioning Menurut Skinner


Teori ini adalah teori pengembangan dari teori stimulus dan
respon. Skinner membedakan dua macam respon adalah respondent
respon (reflexive respon) adalah respon yang ditimbulkan oleh
perangsang-perangsang tertentu contohnya perangsang stimulus
makanan yang menimbulkan keluarnya air liur (Wina Sanjaya 2013 :
118).

Operant response (Instrumental response) adalah respon yang


timbul dan berkembangnya diikuti perangsang-perangsang tertentu yang
disebut reinforcer karena perangsang tersebut memperkuat respon yang
telah dilakukan organisme. Skinner berpendapat bahwa untuk
membentuk tingkah laku tertentu perlu diurutkan menjadi komponen
tingkah laku yang spesifik.

Sebagai gambaran penerapan teori ini contohnya kita ingin


membentuk kebiasaan anak dalam membaca buku. Untuk itu dapat
dibedakan menjadi komponen tertentu contohnya :
1. Anak melihat buku-buku yang disediakan
2. Anak membuka-buka buku
3. Anak memerhatikan gambar-gambar yang ada dalam buku
4. Anak membaca isi buku

Setiap komponen yang direspon anak kita dapat memberikan


penguatan yang menimbulkan rasa bahagia juga agar dapat dialkukan
secara berulang pada komponen berikutnya.

4. Teori Belajar Behaviorisme Menurut John B. Watson


Perspektif behavioristik berperan pada belajar dan mempelajari
tingkah laku manusia. Menurut Watson dan para Ahli bahwa tingkah

10
laku manusia adalah pembawaan genetic dan lingkungan. Tingkah laku
didasarkan pada kekuatan yang tidak rasional. Hal ini didasari pada
lingkungan yang membentuk tingkah laku manusia.

Berdasarkan pemahaman tersebut bahwa tingkah laku manusia


dapat didasarkan pada pengaruh antara individu dan lingkungan.
Menurut teori ini orang melakukan tingkah laku berdasarkan
pengalaman dan menghubungkan dengan hadiah. Sedangkan orang
berhenti melakukan tingkah laku karena belum mendapatkan hadiah.
Watson berasumsi bahwa dengan cara inilah dapat digambarkan
perubahan setelah orang bertindak belajar.

2.4 Implementasi Teori Behaviorisme dalam Belajar


Dalam pengembangan kurikulum tidak dapat menganut satu teori
belajar yang utuh dengan mengesampingkan teori lain. Pada dasarnya setiap
teori memiliki kelebihan dan kelemahan akan lebih baik untuk
menggabungkan teori tersebut dalam belajar. Contohnya pada belajar Bahasa
asing yang pada dasarnya teori dasar dalam belajar Bahasa asing adalah teori
Behaviorisme, teori konstruktivisme dan teori kognitivisme. Berdasarkan
beberapa pandangan dari ahli dalam teori behaviorisme memiliki konsep
dasar yang sangat berkaitan dengan belajar adalah Pavlov, Thorndike,
Watson dan Skinner sebagai berikut :
a. Mengedepankan perhatian pada perubahan tingkah laku yang dapat
diamati setelah individu diberi perhatian
b. Perilaku dapat dikuatkan dan dihentikan dengan hukuman
c. Pengajaran dapat direncanakan dengan tujuan instruksional yang dapat
diukur.
d. Guru tidak perlu mengetahui apa yang telah dipahami atau apa yang ada
dipikiran individu setelah mempelajari ilmu

Menurut acuan pandangan teori behaviorisme dari yang


dikemukakan di atas, disimpulkan oleh Finocchiaro (1983) bahwa guru
seharusnya menciptakan suasana yang membuat peserta didik aktif dalam
proses pembelajaran tersebut. Karena pada waktu peserta didik diberikan
tugas yang lebih besar mereka akan lebih terpacu untuk dapat lebih serius
dalam belajar.

Berdasarkan pandangan Bejarono (1987) mengemukakan bahwa


Pendidikan yang paling baik adalah peseta didiknya terlibat secara aktif
dalam proses belajar di kelas. Dalam konteks ini guru hendaknya bertugas

11
sebagai fasilitator dan model saja (Breen 1980) atau dalam istilah Canale
“Sebagai pencipta suasana yang aktif “.

Dalam penerapan teori behaviorisme pada aplikasi pengkondisian


operan yang biasanya diterapkan dengan beberapa tahapan. Penerapan
biasanya dimulai dengan observasi untuk perilaku dari individu setelah itu
dapat menentukan perilaku yang menjadi prioritas untuk diubah. Dan hal itu
dapat melalui cara meemberi hadiah (reinforcement) atau pemberian
hukuman (punishment). Hal yang menjadi tahap berikutnya adalah
mengadakan program untuk diterapkan dan setelah penerapan melakukan
penilaian untuk mengetahui keberhasilan.

Terdapat beberapa strategi pengkondisian operan untuk


mengembangkan perilaku yang diharapkan dari peserta didik sebagai berikut
:
1. Pilih penguatan yang tepat
2. Membuat penguatan secara kontingen dan tepat waktu
3. Menentukan jadwal untuk memberikan reinforcement
4. Mempertimbangkan pengaturan dalam kelas
5. Memikirkan penguatan negatif dengan tepat

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Behaviorisme adalah suatu studi tentang tingkah laku manusia.
Behaviorisme dapat menjelaskan perilaku manusia dengan menyediakan
program pendidikan yang tepat. Menurut Teori Behaviorisme input yang
penting adalah Stimulus dan output berbentuk Respon. Dapat disimpulkan
dari beberapa tokoh adalah Thorndike, Pavlov, dan Skinner (dalam
Aunurrahman : 2009) Behaviorisme memiliki ciri sebagai berikut :
a.Mementingkan Pengaruh Lingkungan;b.Mementingkan Bagian-bagian
Kecil dari Perilaku Seseorang;c.Mekanistis semua diukur dari yang dapat
diobservasi;d.Pembentukan Respon;e.Pentingnya Latihan terutama Latihan
yang Berulang-ulang;f.Pemecahan Masalah dengan Trial and Error. Secara
tidak langsung lingkungan akan memengaruhi kebiasaan yang dilakukannya.
Teori behavorisme mengutamakan sesuatu yang dapat diukur. Karena pada
waktu peserta didik diberikan tugas yang lebih besar mereka akan lebih
terpacu untuk dapat lebih serius dalam belajar. Dalam penerapan teori
behaviorisme pada aplikasi pengkondisian operan yang biasanya diterapkan
dengan beberapa tahapan. Terdapat beberapa strategi pengkondisian operan
untuk mengembangkan perilaku yang diharapkan dari peserta didik sebagai
berikut :1.Pilih penguatan yang tepat;2.Membuat penguatan secara
kontingen dan tepat waktu;3.Menentukan jadwal untuk memberikan
reinforcement;4.Mempertimbangkan pengaturan dalam kelas; dan
5.Memikirkan penguatan negatif dengan tepat.
3.2 Saran
Setiap kurikulum membutuhkan teori belajar yang tepat dalam
penerapannya. Teori behaviorisme adalah teori yang penting dalam
pengajaran dan belajar karena memiliki konsep dasar yang menempatkan
perilaku individu sebagai prioritas karena belajar tidak hanya tentang
pengetahuan tetapi juga mental dan pengembangan perilaku dari setiap
individu dalam belajar. Teori ini sangat berkaitan dengan etika peserta didik
sebagai keberhasilan dalam belajar. Untuk itu guru yang menerapkan teori
ini harus mampu mengubah dan menciptakan suasana kelas yang dapat
melibatkan peserta didik untuk aktif dalam belajar agar pengembangan
perilaku dalam belajar tersebut dapat diukur dan diobservasi secara tepat.
Tidak hanya tentang pengetahuan tetapi juga perilaku teori ini seharusnya
mampu untuk dikuasai semua guru atau tenaga pendidik dalam belajar di
kelas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Mustadi, dkk, A. (2020, Desember 17). Landasan Pendidikan Sekolah Dasar


- Ali Mustadi, dkk - Google . Diakses pada tanggal 14 Oktober
2022, dari https://books.google.co.id/books?
id=WZsPEAAAQBAJ&pg=PA31&dq=Teori+Behaviorisme&hl=id
&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjG5YnF3t_6
AhXRcGwGHbvgAmU4ChDoAXoECAkQAg#v=onepage&q=Teo
ri%20Behaviorisme&f=false
Prakoso, Y. A. (2016, September 13). CIRI Behaviorisme | PDF. Diakses
pada tanggal 15 Oktober, 2022, dari
https://id.scribd.com/document/323910855/CIRI-Behaviorisme
.Universitas Tarumanegara Jakarta, F. P. (2014, Desember). Jurnal Provitae -
Google Books. Diakses pada tanggal 16 Oktober 16, 2022, dari
https://books.google.co.id/books?
id=d_XrSz7l4NIC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_su
mmary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false
FIP UPI, T. P. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. Diakses pada
tanggal 17 Oktober, 2022, dari https://books.google.co.id/books?
id=u8sz80A9b1IC&pg=PA117&dq=Teori+Behaviorisme&hl=id&n
ewbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwj2nvuw7uH6Ah
VsRmwGHZcfCBsQ6AF6BAgHEAI#v=onepage&q=Teori
%20Behaviorisme&f=false

14

Anda mungkin juga menyukai