Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan Jepang”


‘Landasan Pendidikan Kejuruan’

Oleh:

SRI HANDOKO
6121120020

PJJ PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK MESIN


FALKUTAS SAINTEK
UNIVERSITAS IVET SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji penulis sampaikan kepada Dzat Allah Yang Maha Suci, syukur pun tak lupa penulis
sampaikan kepada Dzat Allah Yang Maha Ghafur. Karena atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perbandingan Sistem Pendidikan
Indonesia dan Jepang”. Makalah ini penulis susun untuk memenuhui salah satu tugas mata
kuliah Ilmu Pendidikan.
Penulis menyusun makalah ini bertujuan untuk mengetahui landasan filosofi dan
keilmuan yang digunakan dalam ilmu pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini belum mampu mendekati kata
sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan penulis dalam menguasai dan memahami bidang
sastra. Tetapi, keterbatasan ini tidak mematahkan semangat penulis untuk terus menyusun
dan menyelesaikan karya tulis ini dengan dibantu oleh berbagai pihak, baik bantuan moril
ataupun materil. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan penulis, penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada:
1. Bpk. Miftah Al Hafidz, S.Pd., M.Pd. sebagai dosen Landasan Pendidikan
Kejuruan.
2. Ibu dan Ayah tercinta yang telah memberikan motivasi dalam berbagai bidang
serta yang telah memberikan do’a yang tiada henti untuk kelancaran hidup penulis.
3. Teman-temanku seperjuangan yang ikut serta merasakan kelelahan dalam
pembuatan makalah ini.

Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khusunya bagi
penulis. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya pada kita semua. Amiin.

Blora, Januari 2023

SRI HANDOKO
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Jepang memiliki sistem pendidikan yang baik di dunia, dikarenakan Jepang sudah memiliki
banyak fasilitas yang mendukunga dan juga SDM yang mumpuni. Negara Jepang dijadikan patokan
oleh negara berkembang sebagai kiblat untuk meningkatkan kualitas pendidikan (Johan 2018). Saat ini
Indonesia merupakan negara negara yang memiliki kualitas pendidikan yang kurang baik, menurut
PISA Negara berkembang yaitu negara Indonesia saat ini berada pada daftar ke 72 dari daftar 77 negara,
ini dikarenakan kompetensi guru dan sistem pendidikan yang masih rendah di Indonesia (Sulfemi
2019).

Sistem pendidikan di Indonesia harus banyak belajar dari negara Jepang. Negara Jepang
dari dulu hingga saat ini unggul dari segi teknologi dan juga dari segi pendidikannya, hal ini
dikarenakan negara Jepang merupakan negara maju yang memiliki kualitas yang unggul (Johan 2018).
Di Negara Jepang juga yang di ajarkan di sekolah itu bukan hanya tentang materi pelajaran, tetapi juga
tentang norma-norma yang berlaku, seperti sopan santun, kejujuran, empati dan simpati (Connie
Chairunnisa, Istayatiningtias et al. 2019). Di Jepang anak-anak sekolah dasar tidak akan
mendapatkan ujian hingga sampai di kelas empat (Soetantyo 2013).

Di negara Jepang ujian yang akan dilaksankan sebelum anak mencapai kelas 4 Sekolah Dasar
adalah ujian-ujian yang tidak berat, ujian yang sederhana yang tidak terlalu membebani anak-anak
(Zarman 2017). Untuk usia dari 0-3 tahun pertama anak-anak di Jepang lebih diajarkan berkaitan
dengan tata krama, sopan santun, membangun kepribadian yang baik dan mrngikuti nilai serta norma
yang ada (Johan 2018). Di Negara Jepang kepribadian yang baik, disiplin, taat dengan peraturan tidak
kalah penting dengan kepintaran yang di ajarkan di dalam kelas (Zarman 2017).

Di negara Indonesia masih banyaknya orangtua dan guru menuntu peserta didik dari segi
akademis saja dan terkadang mengenyampingkan proses yang seharusnya juga dicapai dengan jalan
yang baik. Di Indonesia lebih baik nilai tinggi dari pada kejujuran, contohnya banyak sekali guru yang
membantu peserta didik untuk lulus Ujian Nasional (UN) dengan cara membagikan kunci jawaban
agar akreditasi dari sekolah tidak turun, hal inilah yang membuat kualitas pendidikan di Indonesia
semakin menurun (Zarman 2017).

Sejatinya yang harus dikembangkan dari diri seorang peserta didik itu tidak hanya ranah
kognitifnya saja, tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik (Asriati 2012). Pendidikan di Indonesia
diyakini masih sangat konservatif, kurang terbaharui, dan masih jauh dari kata inovatif. Sangat penting
adanya penigkatan yang signifikan bagi negara Indonesia dari segi sistem pendidikan baik dari
kurikulum, kompetensi guru dan j uga fasilitas yang merata yang ada di Indonesia (Connie Chairunnisa,
Istayatiningtias et al. 2019).

Jepang bisa menjadi negara percontohan di bidang pendidikan, dikarenakan keunggulan-


keunggulan yang dimiliki. Indonesia sebagai negara berkembang juga tidak salah belajar lebih banyak
dengan negara Jepang bagaimana untuk menjadi lebih baik lagi dari sistem pendidikan yang ada
(Sahban and SE 2018). Ada beberapa hal dari pola pendidikan di Jepang yang bisa dijadikan pedoman
baru di Indonesia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Intinya agar negara Indonesia jauh
lebih baik lagi kedepannya (Soetantyo
2013).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Pendidikan di Jepang
Pendidikan di Jepang ada yang formal yaitu pendidikan di Sekolah, selanjutnya ada juga
pendidikan yang berbasis moral yaitu merupakan sistem pendidikan yang bangun dari rumah
dan yang ketiga sekaligus yang terakhir adalah pendidikan yang muncul dari masyarakat
itu sendiri yang biasanya juga disebut pendidikan seumur hidup/ long life learner (Sahban and
SE 2018). Di Jepang wajib belajar mulai dari usia 6 tahun hingga usia 15 tahun. Setiap keluarga
yang memiliki anak pada rentang usia 6-15 tahun akan diberikan pemberitahuan untuk
menyekolahkan anak-anak di sekolah (Fittryati 2020).
Di Jepang juga ada sekolah negeri yang biasanya disebut koritsu gakko. Sekolah
negeri itu
dikepalai atau diselenggarakan oleh pemerintah kota atau yang disebur prefektur. Tetapi ada
beberapa juga sekolah yang dikelola oleh prefektur dan pemerintah pusat. Untuk sekolah swasta
disebut juga dengan shiritsu gakko yang diselenggarakan oleh badan hukum (Novi Handayani
2017).
Di sekolah negeri biasanya siswa mulai masuk mulai dari hari senin hingga hari
jumat,
sedangkan sekolah swasta hingga hari sabtu. Di sekolah Jepang biasanya membagi setahun
ajaran menjadi tiga caturwulan dan dibagi atas tiga musim, yaitu musim gugur/ fall, musim
salju/ snow serta musim panas/ summer yang waktunya cenderung lama dan panjang. Di
Jepang juga ada Taman Kanak-kanak yang biasanya disebut dengan youchien, ada juga
sekolah hoikuen. Perbedaan antara youchien dengan hoikuen adalah apabila youchien jam
sekolahnya mulai pukul 08.50-13.30, sedangkan youchien mulai dari 07.00-19.00 waktunya
lebih lama dan lebih panjang, youchien diperuntukkan untuk anak-anak yang orangtuanya
bekerja. Untuk anak-anak yang ingin dimasukkan ke youchien harus ada surat keterangan
bahwa kedua orangtua bekerja (Muzaki 2020).

B. Sistem Pendidikan di Indonesia


Sistem pendidikan yang ada di negara Indonesia saat ini yaitu sistem pendidikan nasional.
Sistem ini adalah memberikan siswa pengetahuan yang bersifat akademis, mengasah
keterampilan kognitif, serta membina sikap positif kepada peserta didik sejak kecil (Asriati
2012). Sistem pendidikan Indonesia juga berorientasi pada nilai, sejak sekolah dasar peserta
didik diberi pengajaran tentang kejujuran, kedispilinan dan rasa tenggang rasa. Di negara
Indonesia juga menganut sistem pendidikan terbuka, disini maksudnya adalah siswa diminta
untuk saling berkompetensi, mengembangkan kreatifitas yang dimiliki seluas-luasnya serta
melakukan sesuatu yang lebih inovatif (Zarman 2017).
Sistem pendidikan di Indonesia beragam, beragam disini maksudnya adalah
peserta didik
merupakan siswa yang berasal dari background suku, bahasa, culture dan keyakinan
(Baidhawy
2005). Di Negara Indonesia juga ada pendidikan formal dan non formal. Sistem pendidikan di
Indonesia juga disesuaikan dengan perubahan zaman, pendidikan di Indonesia sebaiknya
mengikuti perubahan era dan perubahan yang lebih inovatif dari waktu ke waktu oleh karena
itu kurikulum di Indonesia sering berubah-rubah dikarenakan zaman yang berubah, seperti saat
ini Indonesia sudah menggunakan K13 (Sudarsana 2016).
Jenjang pendidikan yang ada di Indonesia dimulai dari jenjang yang paling awal yaitu
Pendidikan Anak Usia Dini PAUD, pendidikan PAUD ini diperuntukkan untuk anak-anak
mulai dari usia 0-6 tahun, pendidikan PAUD diperuntukkan untuk anak-anak lebih
mengembangkan, menumbuhkan baik dari segi jasmani dan rohani anak. Selanjutnya setelah
PAUD akan dilanjutkan dengan pendidik an dasar ini jenjangnya dari kelas satu hingga kelas
enam, sehingga total waktunya adalah enam tahun dan dilanjutkan dengan tiga tahun pada
sekolah menengah pertama. Selanjutnya dilanjutkan dengan sekolah pendidikan menengah ini
dikenal atau di sebut SMA selama 3 tahun waktu yang ditempuh. Pendidikan tinggi ini lebih
luas, karena didalamnya ada D3, S1, S2, S3, dan spesialis (Suryaningrum, Ingarianti et al. 2016
C. Perbandingan Sistem Pendidikan yang ada di Negara Indonesia dan di Negara Jepang
Berikut ini akan dijelaskan perbandingan antar sistem pendidikan yang ada di Indonesia
dengan sistem pendidikan yang ada di Jepang (Kurniawan 2017):
1) Jam Sekolah
Jam sekolah di Jepang di mulai dari pukul 8.00-15.00, sedangkan di Indonesia mulai
dari pukul 07.15- 15.15, di Indonesia lebih lama satu jam. Di Jepang, apabila siswa datang
terlambat maka akan dimintakan surat perjanjian untuk tidak mengulanginya lagi, di
Indonesia siswa diberi hukuman seperti berdiri di tiang bendera, menyabut rumput, dll.
2) Etika dan Kedisiplinan
Murid atau siswa di Jepang baru mengikuti ujian mata pelajaran ketika sudah berada di
grade empat atau setara dengan anak yang berumur 10 tahun, dikarenakan pada usia tiga
tahun awal anak-anak diberikan pemahaman yang penting berkaitan dengan tataa cara
berperilaku sehari-hari serta nilai sopan santun. Di Indonesia kedisiplinan masih harus
ditingkatkan lagi begitu juga etika yang mengalami kemerosotan, bahkan di Indonesia
sangat sulit bagi anak untuk mengantri ketika berbelanja.
3) Bidang Studi Pelajaran yang ada di Sekolah
Bidang studi yang dipelajari di sekolah yang ada di Jepang lebih sedikit dibanding
dengan mata pelajaran yang ada di Indonesia, sehingga siswa bisa lebih fokus ke mata
pelajaran yang ia senangi. Di Indonesia siswa diharapkan bisa menguasai banyak mata
pelajaran, hal itu membuat siswa merasa tertekan dan merasa jenuh di Sekolah.
4) Pola Pikir Siswa
Murid di Jepang lebih banyak diajarkan bagaimana memecahkan suatu masalah/
problem solving, berpikir lebih kritis dalam proses pembelajaran. Di Indonesia anak-
anak lebih sering diajak untuk menghafal oleh guru yang ada di sekolah.
5) Transportasi
Murid di Jepang lebih disarankan untuk berjalan kaki ke sekolah, menggunakan sepeda
atau menggunakan sarana transportasi umum. Di Indonesia banyak siswa ke sekolah
membawa motor dan mobil. Di Jepang anak-anak berjalan kaki atau mengendarai sepeda
agar lebih sehat dan bersemangat pergi ke sekolah.
6) Perlengkapan Sekolah
Di sekolah anak-anak Jepang apabila memasuki kelas menggunakan sepatu khusus di
sekolah agar kotoran tidak masuk ke dalam lantai sekolah, siswa juga menggunakan tas
yang diberikan dari pihak sekolah. Di Indonesia anak-anak menggunakan barang-barang
mewah untuk pergi ke sekolah dan itu memperlihatkan kelas anak-anak mana yang kaya
dan kurang.
7) Menu Makan Siang
siswa di jepang setiap makan siang selalu memakan makanan yang sama dan juga
minum- minuman yang sama bersama dengan gurunya di dalam kelas. Di Indonesia
siswa makan - makanan yang disukainya sesuai dengan seleranya, di Indonesia anak-anak
bisa dengan bebas apakah ingin membawa makanan dari rumah atau jajanan sekolah.
8) Kebersihan Sekolah
Di jepang siswa setiap pulang sekolah jam 3 sore anak-anak bergotong-royong untuk
membersihkan lingkungan sekolah yang disebut dengan O-Soji, tidak ada petugas sekolah
yang bertugas untuk membersihkan lingkungan sekolah. Di Indonesia anak-anak
membersihkan sekolah di pagi hari sebelum masuk ke kelas.
9) Seragam Sekolah
Siswi di Jepang menggunakan pakaian seperti baju pelaut dan laki-lakinya menggunakan
seragam seperti militer, bajunya tebal dan lengan panjang. Di Indonesia memiliki baju
seragam yang berbeda-beda seperti merah putih, batik, dan pramuka.
BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN

Sistem pendidikan Indonesia lebih mengedepankan kekayaan kognitif peserta didik,


seperti nilai akademis, nilai ujian, dan nilai ulangan harian lainnya. Sistem pendidikan
Indonesia kurang mengedepankan aspek afektif dan kognitif, hal ini perlu ditingkatkan lagi
agar pendidikan di Indonesia lebih maju dan lebih berkembang ke depannya. Indonesia
sebagai negara berkembang memiliki kesempatan yang luas untuk belajar dari negara-
negara maju seperti negara Jepang, negara Jepang terkenal dengan sistem pendidikannya
yang bagus dan juga teknologinya yang berkembang pesat.
Sistem pendidikan di Jepang merupakan sistem pendidikan yang unggul. Jepang
sebagai negara maju memiliki kelebihan-kelebihan yang bisa ditiru oleh negara lain. seperti
sistem pendidikan di Jepang yan g juga memperhatikan aspek afektif, kognitif dan
psikomototik. Sopan santun, tata krama, kedisiplinan serta menanamkan nilai-nilai norma
sejak dini. Nilai lapor, nilai ujian tidak terlalu penting, hanya digunakan untuk seleksi masuk
perguruan tinggi, masuk SMA ataupun masuk SMP.Perbandingan sistem pendidikan antara
negara Indonesia dengan Jepang dijadikan untuk bahan evaluasi untuk kelanjutan
kedepannya. Tidak dipungkiri bahwa Indonesia saat ini sudah mengalami kemajuan di
bidang pendidikan, tetapi tetap harus dilakukan evaluasi agar pendidikan di Indonesia selalu
ke arah kemajuan, sehingga mampu menciptakan generasi emas yang akan datang di masa
depan.
3.2. Pendapat Saya mengenai sistem pendidikan di Indonesia dan di Jepang.
Sistem Pendidikan Jepang terdiri dari enam tahun Pendidikan dasar (Primary
Education) dan enam tahun Pendidikan menengah (secondary Education). Pendidikan
menengah di jepang dibagi menjadi tiga tahun Pendidikan menengah bawah dan tiga tahun
Pendidikan bawah. Karena negara Jepang memiliki program wajib belajar Sembilan tahun,
maka Pendidikan wajib di Jepang adalah enam tahun Pendidikan dasar dan tiga tahun
Pendidikan menengah bawah.

Setelah mengenyam Pendidikan Menengah bawah, siswa di Jepang memiliki pilihan untuk
melanjutkan ke Pendidikan menengah atas (high school) selama tiga tahun atau belajar di
Sekolah tinggi kejuruan atau diploma. Siswa yang lulus high school dapat melanjutkan ke
perguruan tinggi. Untuk siswa yang memiliki kebutuhan khusus, Jepang memiliki special
Needs Education.

Jika di Indonesia tahun ajaran baru dimulai di bulan Juli, Jepang memulai
pembelajarannya pada bulan April dan berakhir di bulan Maret pada tahun berikutnya. Hampir
semua Sekolah di Jepang menerapkan sistem tiga semester. Semester satu pada bulan April
sampai bulan Agustus, Semester dua pada bulan September sampai Bulan Desember, dan
semester tiga dari bulan Januari hingga bulan Maret.

Sistem pembelajaran di Jepang pada umumnya berlangsung lima hari dalam satu minggu yaitu
mulai hari Senin hingga hari Jumat. Meskipun demikian ada juga sekolahan di Jepang yang
tetap belajar di hari Sabtu. Setelah selesai sekolah, siswa mendapatkan giliran untuk
membersihkan kelas kemudian mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang disebut Students
Clubs.
DAFTAR PUSTAKA

Asriati, N. (2012). "Mengembangkan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan Lokal


Melalui Pembelajaran di Sekolah." Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora 3(2):
106-119.
Baidhawy, Z. (2005). Pendidikan agama berwawasan multikultural. Erlangga.
Connie Chairunnisa, C., I. Istayatiningtias, et al. (2019). Pengembangan Model
Pendidikan Karakter Di
Sekolah Menengah Pertama. Mitra Wacana Media.
Fittryati, S. A. (2020). Perancangan sekolah pendidikan anak usia dini (paud) di Sidoarjo
dengan pendekatan arsitektur ramah anak menurut permendikbud no. 137 tahun
2014, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Johan, T. S. B. (2018). Perkembangan Ilmu Negara dalam Peradaban Globalisasi Dunia.
Deepublish. Kurniawan, C. (2017). Wawasan Pendidikan: Studi Komparatif Sistem
Pendidikan Di Beberapa Negara Maju
(Korea Selatan Dan Jepang).
Muzaki, A. (2020). Implementasi Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah Di Lembaga
Pendidikan Formal
NU (Studi Kasus di SMK Ma’arif 2 Sleman).
Novi Handayani, N. (2017). Pengaluran dan Penokohan Dalam Novel Umibe No
Kafuka Karya Haruki
Murakami (Kajian Struktural)
Sahban, M. A. and M. SE (2018). Kolaborasi Pembangunan Ekonomi di Negara
Berkembang. SAH MEDIA. Soetantyo, S. P. (2013). Peranan dongeng dalam
pembentukan karakter siswa sekolah dasar. Jurnal
Pendidikan 14(1): 44-51.
Sudarsana, I. K. (2016). Pemikiran tokoh pendidikan dalam buku lifelong learning: policies,
practices, and programs (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia).
Jurnal Penjaminan Mutu 2(2): 44-
53.
Sulfemi, W. B. (2019). Kompetensi Profesionalisme Guru Indonesia dalam Menghadapi
MEA.
Suryaningrum, C., T. M. Ingarianti, et al. (2016). Pengembangan model deteksi dini
anak berkebutuhan khusus (ABK) pada tingkat pendidikan anak usia dini
(PAUD) di kota Malang . Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan 4(1): 62-74.
Zarman, W. (2017). Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah Mudah & Efektif, Kawan
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai