Anda di halaman 1dari 19

MODUL PARADIGMA DAN VISI GURU PENGGERAK

Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Laporan I


Pendidikan Profesi Guru Jalur Guru Penggerak

Nama : Nur Halimah


NIM : 223114917461/PAUD 614002
Bidang Studi : PG PAUD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


SEKOLAH PASCA SARJANA/PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FIP
UNIVERSITAS NEGRI MALANG
KUNINGAN
DESEMBER 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Ta’ala karena karunianya
penulis dapat menyelesaikan Laporan 1 Analisis Materi Berbasis Masalah ini
sebagai tugas Pendidikan Profesi Guru yang berjudul “Laporan Kegiatan
Pendidikan Guru Penggerak” ini diajukan sebagai bukti telah menjalankan
Pendidikan Guru Penggerak (PGP).
Laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, yakni :
1. Orangtua dan Keluarga,
2. Admin Universitas Negri Malang,
3. Teman- Teman seperjuangan PPG jalur PGP .
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan laporan ini,
baik dari segi EBI, kosakata, tata bahasa, etika maupun isi. Maka dari itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca yang
kemudian akan penulis jadikan sebagai evaluasi.

Demikian semoga laporan ini bisa diterima sebagai tugas PPG dan dapat
bermanfaat bagi pembaca dan juga untuk penulis sendiri.

Kuningan , Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2

RINGKASAN ............................................................................................................................4

BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................................................6

BAB II. PEMBAHASAN ..........................................................................................................9

BAB III. PENUTUP.................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................16

LAMPIRAN .............................................................................................................................17

3
RINGKASAN

Kementrian Pendidikan, kebudayaan, Riset dan teknologi melakukan


deretan langkah untuk memajukan pendidikan di Indonesia salah satunya melalui
Program Guru Penggerak, Untuk menjadi guru penggerak harus lulus seleksi
tahap 1 yaitu CV, Esai, Tes Bakat Skolastik dan tahap 2 Yaitu Simulasi Mengajar
dan wawancara. Pendidikan Guru penggerak di lakukan selama sembilan bulan
dengan mempelajari tiga paket Modul dimana perpaketnya terdapat beberapa
modul, adapun paket modul satu mempelajari paradigma dan visi guru penggerak
dan terdapat 4 modul yaitu :
1. 1. Modul refleksi filosofi Ki Hajar Dewantara
1. 2. Nilai dan peran guru Penggerak
1. 3. Visi Guru Penggerak
1. 4. Budaya Positif
Dan paket modul dua yaitu modul yang mempelajari Praktek pembelajaran yang
berpihak pada murid dan terdapat tiga modul yang harus di selesaikan yaitu :
2. 1. Memenuhi pembelajaran Murid melalui Pembelajaran Berdiferensiasi
2. 2. Pembelajaran social emosional
2. 3. Coaching
Paket Modul 3 Pemimpin pembelajaran dalam pengembangan sekolah dan
terdapat 3 modul yaitu :
3. 1. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran
3. 2. Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya
A. 3. Pengelolaan Program berdampak pada murid.
Dan mengisi jurnal mingguan yang menceritakan kegiatan apa saja yang di
pelajari dan yang di lakukan di sekolah di setiap minggunya.
Selain mengerjakan dan melakukan aksi nyata di lingkungan sekolah guru
melakukan tahapelaborasi untuk pengutan materi bersama fasilitator dan rekan
CGP Lainnya. Setelah itu CGP melaksakanak lokakarya dimana di lokakarya guru
menampilkan atau menyetorkan tugas dan aksi nyata yang telah dilakukan di

4
setiap akhir modul. Di lokakarya guru berbagi, berkolaborasi dengan Calon Guru
Penggerak lainnya dan di bersamai oleh Pengajar Praktik.

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Paradigma baru terjadi saat ini menimbulkan berbagai permasalahan yang
berakibat pada peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan di Indonesia yang
masih perlu perbaikan. Pemerintah telah mengupayakan berbagai kebijakan dalam
menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas, tetapi belum memberikan
dampak yang lebih luas bagi sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Salah satu
akar masalah buruknya kualitas pendidikan Indonesia adalah rendahnya kualitas
guru. Untuk menjawab tantangan ini, pemerintah membuat terobosan baru
dengan meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar yang sejalan dengan semboyan
pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Kemerdekaan yang dimaksud untuk
memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam belajar, namun tetap patuh
pada aturan. Kebijakan Merdeka Belajar adalah salah satu langkah untuk
mentransformasi pendidikan di Indonesia agar dapat mewujudkan sumber daya
manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas yang mempunyai profil pelajar
pancasila. Salah satu bagian dari Kebijakan Merdeka Belajar ini yaitu adanya
Program Sekolah Penggerak dan Program Guru Penggerak
Dan saya merasa tergerak untuk turut mensukseskan program kementrian
untuk memajukan pendidikan di Indonesia sehingga dapat mencetak generasi
yang berkarakter profil pelajar pancasila, dimana guru hanya mentransfer ilmu
agar siswa pintar secara akademik tapi guru berkarakter tangguh, beretika, atau
seperti menurut Ki Hajar Dewantara yaitu siswa yang bahagia dan selamat. Guru
Penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang menerapkan merdeka belajar dan
menggerakkan seluruh ekosistem pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik. Guru Penggerak menggerakkan komunitas belajar
bagi guru di sekolah dan di wilayahnya serta mengembangkan program
kepemimpinan peserta didik untuk mewujudkan profil pelajar pancasila

6
B. Tujuan
Program Guru Penggerak bertujuan memberikan bekal kemampuan
kepemimpinan pembelajaran dan pedagogi kepada guru sehingga mampu
menggerakkan komunitas belajar, baik di dalam maupun di luar satuan
pendidikanserta berpotensi menjadi pemimpin pendidikan yang dapat
mewujudkan rasa nyaman dan kebahagiaan peserta didik ketika berada di
lingkungan satuan pendidikannya masing-masing. Rasa nyaman dan kebahagiaan
peserta didik ditunjukkan melalui sikap dan emosi positif terhadap satuan
pendidikan, bersikap positif terhadap proses akademik, merasa senang mengikuti
kegiatan di satuan pendidikan, terbebas dari perasaan cemas, terbebas dari
keluhan kondisi fisik satuan pendidikan, dan tidak memiliki masalah sosial di
satuan pendidikannya.
PGP bertujuan untuk meningkatkan kompetensi kepemimpinan dan
pedagogi guru sehingga dapat menghasilkan profil guru penggerak sebagai
berikut:

1. mengembangkan diri dan guru lain dengan refleksi, berbagi, dan kolaborasi;
2. memiliki kematangan moral, emosional, dan spiritual untuk berperilaku
sesuai kode etik;
3. merencanakan, menjalankan, merefleksikan, dan mengevaluasi
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan melibatkan orang
tua;
4. mengembangkan dan memimpin upaya mewujudkan visi satuan pendidikan
yang mengoptimalkan proses belajar peserta didik yang berpihak pada
peserta didik dan relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar satuan
pendidikan; dan
5. berkolaborasi dengan orang tua peserta didik dan komunitas untuk
pengembangan satuan pendidikan dan kepemimpinan pembelajaran.

7
C. Manfaat Kegiatan.

Manfaat Pendidikan Guru Penggerak adalah sebagai berikut:


1. bergeraknya komunitas belajar secara berkelanjutan sebagai tempat
diskusi dan simulasi agar guru dapat menerapkan pembelajaran aktif yang
sesuai dengan potensi dan tahap perkembangan peserta didik;
2. diterapkannya pembelajaran aktif oleh guru lain di lingkungan satuan
pendidikannya dan lingkungan sekitar sebagai dampak bergeraknya
komunitas guru secara berkelanjutan;
3. terbangunnya rasa nyaman dan bahagia peserta didik berada di
lingkungan satuan pendidikan;
4. meningkatnya sikap positif peserta didik terhadap proses pembelajaran
yang bermuara pada peningkatan hasil belajar;
5. terwujudnya lingkungan fisik dan budaya satuan pendidikan yang nyaman
dan menyenangkan bagi peserta didik; dan
6. terbukanya kesempatan bagi guru penggerak untuk menjadi
pemimpin satuan Pendidikan

8
BAB II.
PEMBAHASAN

A. Kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun


2019-2024 salah satu visi Pemerintah Republik Indonesia berfokus pada
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui peningkatan kualitas
pendidikan dan manajemen talenta. Visi tersebut terkait langsung dengan tugas
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai penyelenggara
pemerintahan di bidang pendidikan dan kebudayaan. Untuk mewujudkan
peningkatan kualitas pendidikan dan manajemen talenta, Kemendikbud
mengembangkan rangkaian kebijakan Merdeka Belajar pada tahun 2019.
Kebijakan ini dicetuskan sebagai langkah awal melakukan lompatan di bidang
pendidikan. Tujuannya adalah mengubah pola pikir publik dan pemangku
kepentingan pendidikan menjadi komunitas penggerak pendidikan. Filosofi
“Merdeka Belajar” disarikan dari asas penciptaan manusia yang merdeka memilih
jalan hidupnya dengan bekal akal, hati, dan jasad sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Kuasa. Dengan demikian, merdeka belajar dimaknai kemerdekaan belajar
yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar senyaman
mungkin dalam suasana bahagia tanpa adanya rasa tertekan.

Sebagai rangkaian kebijakan Merdeka Belajar, Kemendikbud telah


mengeluarkan empat paket kebijakan, yang pada tahap pertama meliputi:

1. Ujian Sekolah Berstandar Nasional diganti ujian (asesmen) yang


diselenggarakan oleh satuan pendidikan. Hal ini berimplikasi pada guru dan
satuan pendidikanlebih merdeka dalam menilai belajar peserta didik.
2. Ujian Nasional tahun 2021 diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum
dan Survei Karakter yang meniscayakan penyesuaian tata kelola penilaian
pembelajaran di level satuan pendidikan maupun pada level nasional.

9
3. Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
berimplikasi pada kebebasan guru untuk dapat memilih, membuat, dan
menggunakan format RPP secara efisien dan efektif sehingga guru memiliki
banyak waktu untuk mengelola pembelajaran.
4. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang lebih fleksibel untuk
mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah.

B. Program Pendidikan Guru Penggerak

PGP merupakan kegiatan pengembangan profesi melalui pelatihan dan


pendampingan yang berfokus pada kepemimpinan pembelajaran agar mampu
mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistic : aktif dan proaktif
dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan
pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik; serta menjadi teladan dan agen
transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.
Profil pelajar Pancasila yang dimaksud adalah peserta didik yang beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, kreatif, gotong
royong, berkebinekaan tunggal, bernalar kritis, dan mandiri. Program ini
bertujuan memberikan bekal kemampuan kepemimpinan pembelajaran dan
pedagogi kepada guru sehingga mampu menggerakkan komunitas belajar, baik di
dalam maupun di luar satuan pendidikan serta berpotensi menjadi pemimpin
pendidikan yang dapat mewujudkan rasa nyaman dan kebahagiaan peserta didik
ketika berada di lingkungan satuan pendidikannya masing-masing.

Rasa nyaman dan kebahagiaan peserta didik ditunjukkan melalui sikap dan
emosi positif terhadap satuan pendidikan, bersikap positif terhadap proses
akademik, merasa senang mengikuti kegiatan di satuan pendidikan, terbebas dari
perasaan cemas, terbebas dari keluhan kondisi fisik satuan pendidikan, dan tidak
memiliki masalah sosial di satuan pendidikannya. Kemampuan menggerakkan
komunitas belajar merupakan kemampuan guru memotivasi dan terlibat aktif
bersama anggota komunitasnya untuk bersikap reflektif, kolaboratif serta berbagi
pengetahuan yang mereka miliki dan saling belajar dalam rangka mencapai tujuan

10
bersama. Komunitas pembelajar guru di antaranya Pusat Kegiatan Gugus (PKG),
Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),
Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) serta komunitas praktis
(Community of Practice) lainnya baik di dalam satuan pendidikan atau dalam
wilayah yang sama.

C. Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara

Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan di Indonesia menjadi dasar


kemajuan pendidikan di Indonesia pada saat itu. Pemikiran KHD berupa tiga
semboyan sangat popular sehingga setiap orang dipastikan mengetahuinya.
Namun saya sendiri belum begitu mengetahui secara menyeluruh pemikiran KHD
tentang pendidikan dan pengajaran, saya mengetahui KHD diceritakan oleh guru
Sejarah ketika di SMA, ditambah lagi di tataran universitas tidak dipelajari
mengenai pemikiran Ki Hajar Dewantara ini. Setelah membaca beberapa artikel
terkait pemikiran KHD, saya menyadari terdapat banyak filosofi pendidikan yang
dapat menyelesaikan permasalahan pendidikan di Indonesia yang terjadi saat ini.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) mengenai pendidikan dan pengajaran
salah satu pemikiran KHD yang popular adalah pendidikan yang menghamba
pada peserta didik atau lebih dikenal dengan “berhamba pada sang anak”.
Pernyataan tersebut dapat dimaknai sebagai berikut:
1) Pendidikan pengajaran selayaknya berpusat pada anak, guru tidak
mendominasi pembelajaran, guru hanya sebagai fasilitator.
2) Pendidikan harus mempertimbangkan kebutuhan dan keragaman peserta
didik, sehingga hasil dari pembelajaran bermakna bagi siswa
3) Pembelajaran tidak hanya pada kognitif belaka, namun pembelajaran
harus bersifat holistic meliputi pendidikan karakter, social kultural dan
lain sebagainya

11
D. Visi Guru Penggerak

Secara umum, kompetensi yang ingin dicapai dari modul ini adalah Calon
Guru Penggerak mampu:

1. mengembangkan visi yang lebih jelas mengenai murid yang memiliki


Profil Pelajar Pancasila dan pentingnya memetakan kekuatan yang
dimiliki CGP demi mewujudkan visi pendidik yang berpihak pada murid.
2. memetakan dan mengimplementasikan strategi pengelolaan perubahan
melalui kekuatan yang dimiliki dari dalam diri dan luar diri untuk
mewujudkan visi pendidik yang berpihak pada murid.

Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak
untuk dapat:

1. merumuskan visinya mengenai lingkungan belajar yang berpihak pada


murid.
2. mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki CGP dalam mendukung
penumbuhan potensi murid.
3. membuat rencana manajemen perubahan (menggunakan paradigma dan
model inkuiri apresiatif) di tempat di mana mereka berkarya.
4. menjalankan rencana manajemen perubahan (menggunakan paradigma
dan model inkuiri apresiatif) di tempat di mana merekaberkarya.

Dari modul ini menyimpulkan inquiry apresiatif yaitu Inquiry


Apresiatif merupakan sebuah pendekatan kolaboratif yang dapat diterapkan untuk
melakukan sebuah perubahan disekolah. Pendekatan ini dilakukan dengan
memetakan kondisi nyata sekolah, baik berupa kelebihan ataupun kelemahan.
Kelebihan sekolah akan menjadi modal dalam melakukan perubahan, sedangkan
kelemahan menjadi bagian yang akan diperbaiki secara kolaboratif oleh seluruh
warga sekolah. Penerapan dari pendekatan Inquiry Apresiatif dilakukan melalui
lima tahapan BAGJA, yakni Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali
mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi. Buat pertanyaan merupakan

12
langkah pertama sebagai penentu arah penelurusan terkait perubahan yang kita
inginkan. Ambil pelajaran dilakukan setelah pertanyaan utama disepakati.
Tahapan ini mengambil pelajaran dari pengalaman individu atau kelompok baik
dalam unsur yang berbeda ataupun sama. Gali mimpi merupakan tahapan dimana
seluruh kondisi ideal sekolah yang diharapkan dituangkan dalam bentuk narasi.
Tahapan selanjutnya adalah jabarkan rencana. Pada tahapan ini seluruh pihak
yang berkolaborasi mendiskusikan rencana yang akan dilakukan untuk mencapai
kondisi yang diharapkan. Atur eksekusi merupakan tahapan akhir dari pendekatan
ini. Pada tahapan ini seluruh pihak berkolaborasi untuk menerapkan rencana yang
telah disusun. Selain inquiry apresiatif dari kesimpulan tersebut cgp dapat
merumuskan visi sehingga cgp dapat mengidentifikasi potensi yang dimiliki siswa

E. Budaya Positif
Profil kompetensi Guru Penggerak yang ingin dicapai dari modul budaya
positif adalah:

 Memahami konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dihubungkan


dengan konsep budaya dan lingkungan positif di sekolah yang berpihak
pada murid.
 Melakukan evaluasi dan refleksi tentang praktik disiplin dalam pendidikan
Indonesia secara umum untuk mendapatkan pemahaman baru mengenai
konsep disiplin positif untuk menciptakan murid dengan profil pelajar
Pancasila.
 Memahami peran sebagai guru untuk membangun budaya positif dengan
menerapkan konsep disiplin positif dalam berinteraksi dengan murid.

Setelah menyelesaikan modul ini, CGP dapat menjadi guru penggerak yang
mampu:

 Mendemonstrasikan pemahamannya mengenai konsep Budaya Positif


yang di dalamnya terdapat konsep perubahan paradigma stimulus respons
dan teori kontrol, 3 teori motivasi perilaku manusia, motivasi internal dan

13
eksternal, keyakinan kelas, hukuman dan penghargaan, 5 kebutuhan dasar
Manusia, 5 posisi kontrol guru dan segitiga restitusi.
 Menerapkan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid untuk
menciptakan ekosistem sekolah aman dan berpihak pada anak.
 Menyusun langkah-langkah dan strategi aksi nyata yang efektif dalam
mewujudkan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan sekolah
agar tercipta budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid.
 Bersikap reflektif dan kritis terhadap budaya di sekolah dan senantiasa
mengembangkannya sesuai kebutuhan sosial dan murid.

Dari modul ini saya belajar bahwa paradigma stimulus-respon


memosisikan pemberi stimulus (guru) dominan. Dengan demikian, murid akan
pasif, daya inovasi dan kreativitasnya tidak bisa berkembang. Sementara itu,
saya memaknai teori kontrol lebih memberi kebebasan pada murid untuk
menumbuhkembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Teori Kontrol
sepertinya lebih cocok digunakan dalam membangun budaya positif. Akan
tetapi, pernyataan, “Hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda” dan “Anda
tidak bisa mengontrol orang lain” menjadi ganjalan bagi saya. Jika pendidik
tidak memiliki peluang untuk mengontrol murid, maka dikhawatirkan murid
akan berlaku sekehendak hati. (2) Saya meyakini bahwa sangatlah tidak tepat
untuk meminta murid menyesuaikan diri dengan keinginan saya. Saya pun tidak
memiliki tanggung jawab untuk memaksa murid demi suatu kebaikan. Strategi
yang bisa ditempuh ialah dengan membuat kesepakatan bersama antara guru
dengan murid mengenai Tata Tertib.

14
BAB III.
PENUTUP
1. Refleksi
Dari materi yang telah di uraikan di atas dapat di simpulkan materi
tersebut di ambil dari modul satu yaitu menjelaskan Paradigma dan Visi
Guru Penggerak yang apabila di rincikan yaitu :
1) Pemikiran Ki Hajar Dewantara “ Pendidikan Menuntun tumbuh
kembangnya kodrat anak untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan anak, sekolah adalah taman belajar yang
menyenangkan ’’
2) Inkuiry Apresiatif dan BAGJA adalah manajemen perubahan yang
kolaboratif dan berbasis kekuatan
3) Peran dan Nilai guru penggerak yaitu : mandiri, reflektif,
kolaboratif, dan berpihak pada murid, memimpin pembelajaran,
memimpin komunitas praktisi, menjadi coach bagi rekan sejawat,
mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan
murid.
4) Terciptanya budaya positif di kelas dan di sekolah
5) Terwujudnya siswa yang Berkarakter Profil pelajar Pancasila “
Cerdas, Agamis, Nasionalis, Tangguh, Inovatif dan Kreatif ’’

2. Tindak Lanjut

Tindak lanjut dari kegiatan materi tersebut yaitu saya atau guru
penggerak mengaplikasikan materi kedalam kehidupan sehari- hari di
sekolah dan di luar sekolah, melaksanakan program - program yang
telah di buat selama Pendidikan Guru Penggerak.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. https://lms20-gp.simpkb.id/mod/lesson/view.php?id=188453&pageid=82129
2. https://www.kompasiana.com/budi82570/628514bd7191371bfd4ddf42/ada
-tujuan-mulia-dibalik-program-guru-penggerak?page=all#section1

16
LAMPIRAN

Kegiatan Guru Penggerak


Lokakarya 2

Pendampingan

Pendampingan

17
Lokakarya Visi Guru Penggerak

Kolaborasi dengan rekan sejawat

Pembelajaran diferensiasi

18
Peran dan nilai guru penggerak

Budaya Positif

Pendidikan Sosial dan Emosional

19

Anda mungkin juga menyukai