Anda di halaman 1dari 26

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah Tingkat II di Jawa Barat yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang sangat baik, oleh karena itu daerah Garut sangat cocok untuk ditanami berbagai jenis tanaman, baik komoditi pertanian, perkebunan, maupun kehutanan. Salah satu pemasok bahan baku untuk industri ada pada sektor perkebunan. Potensi perkebunan di Kabupaten Garut cukup besar. Luas perkebunan di Kabupaten Garut mencapai 46.593.00 Ha, yang terbagi atas 1. 2. 3. Tanaman perkebunan rakyat Perkebunan besar negara (PTP) sebesar Perkebunan besar swasta sebesar 28.993 Ha , 9.897 Ha dan 7.703 Ha.

Perkembangan produksi perkebunan rakyat dapat dilihat dari luas areal dan produksi dari berbagai komoditas yang dibudidayakan begitu besar sehingga dapat memberikan andil dalam menopang perekonomian masyarakat. Komoditas yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat ada 21 jenis yaitu akar wangi, aren cengkeh, haramay, jambu mete, jarak, kakao, kapuk randu, kayu manis, kelapa, kina, kopi, nilam, pala, panili, sereh wangi, pinang, the, tembakau dan karet. Dinas Perkebunan Kabupaten Garut mengelompokkan jenis

komoditas perkebunan di Kabupaten Garut dengan tiga klasifikasi yaitu : a. Komoditas Unggulan Komoditas yang diunggulkan suatu daerah yang tumbuh dan berkembang dengan baik dengan kriteria sebagai berikut: Berperan dalam menghasilkan devisa dan mempunyai pangsa pasar yang besar dalam perdagangan lokal, regional, dan global

sausans09@yahoo.com

Umumnya telah mempunyai pangsa pasar tertentu di tingkat internasional Merupakan komoditas spesifik lokal yang mempunyai keunggulan kompetitif dasn komparatif Dari segi agroklimat (iklim dan kondisi tanah) mampu berkembang dan menjadi unggulan daerah Termasuk ke dalam kategori unggulan adalah : Teh, Akarwangi, Tembakau, dan Kopi b. Komoditas Prospektif Komoditas yang diusahakan suatu daerah dan hanya tumbuh dan berkembang dengan baik karena dukungan agroklimat setempat, yang secara ekonomis mulai mempunyai peluang pasar yang baik di tingkat lokal, regional, dan global, serta berpotensi untuk menjadi komoditas unggulan, dan memberikan kontribusi penting bagi pendapatan petani produsen maupun pendapatan daerah setempat. Termasuk ke dalam kategori prospektif adalah : Cengkeh, Jahe, Lada, Nilam, Kunir, Kencur, Kelapa, Aren, Panili, Bambu dan Karet c. Komoditas Rintisan Komoditas yang diusahakan di suatu daerah dengan areal yang tidak begitu luas dan yang tumbuh sesuai dengan agroklimat setempat, karena sifatnya secara potensi produksi dan ekonomis belum dapat memberikan keunggulan dan prospek tetapi sedang dipersiapkan ke arah itu. Termasuk ke dalam kategori prospektif adalah : Jambu Mete, Haramay, Kapolaga, Kapuk, Jarak, Pala, Pinang , Sereh Wangi, Kayu Manis, Melinjo, Kemiri, Kina, Kakao, dan Kelapa Sawit

Dari data yang telah diperoleh akar wangi merupakan salah satu komoditas unggulan. Akar wangi tumbuh dan berkembang di negara yang beriklim tropis seperti di Indonesia, khususnya di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten. Garut adalah wilayah yang sangat ideal ditanami akar wangi,

sausans09@yahoo.com

karena lapisan tanahnya yang sering terlapisi oleh debu vulkanik atau tanahnya dekat dengan wilayah vulkanik. Kendala utama industri vetiver oil (minyak akar wangi) di Garut adalah masalah kualitas bahan baku dan proses penyulingan yang tidak sempurna. Syarat utama yang dituntut oleh eksportir maupun end user adalah bebas dari bau gosong, kadar vetiverol di atas 52% dan warna minyak tidak gelap/kuning kecoklatan. Yang terjadi selama ini, produk di Garut masih berbau gosong dan berwarna gelap, sehingga tidak mampu bersaing di pasaran.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang dicoba diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pembuatan

minyak akar wangi dan apa penyebab dari kendala minyak akar wangi tidak mampu bersaing di pasaran

1.3 Batasan Masalah


Untuk lebih memfokuskan kegiatan studi lapangan ini maka perlu dilakukan pembatasan masalah diantaranya: a. Pengamatan dilakukan di Pabrik Minyak Atsiri milik H. Rasim Hadiyanto yang berlokasi di Jl Raya Bayongbong Km 5 Desa Mangkurakyat Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut Jawa Barat. b. Analisa sistemik yang digunakan 8M meliputi : material, machine, methode, man, money, management, marketing, maintenance.

1.4 Tujuan Studi Lapangan


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang dicoba diangkat dalam studi lapangan ini adalah mengetahui proses

pembuatan minyak akar wangi dan mencoba mencari solusi dari kendala minyak akar wangi sehingga mampu bersaing kembali di pasaran.

sausans09@yahoo.com

1.5 Metode Studi Lapangan Metodologi yang digunakan dalam menyusun laporan ini adalah: a) Metode Interview Metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data dan keterangan dengan cara wawancara langsung dengan pemilik pabrik yaitu H. Rasim Hadiyanto b) Metode Literatur Metode pengumpulan data dengan cara melihat dan membaca literatur yang bersesuaian sehingga dalam menyusun makalah dapat tersusun dengan baik. c) Metode Pengamatan Secara Langsung Metode ini adalah metode pengumpulan data dengan cara melihat dan mengamati secara langsung proses produksi di pabrik milik H. Rasim Hadiyanto

sausans09@yahoo.com

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1.1 Deskripsi Sistem Sistem didefinisikan sebagai suatu kombinasi dan interkoneksi beberapa komponen atau subsistem untuk melaksanakan suatu tugas yang diinginkan (Susanto). Dengan kata lain merupakan keseluruhan interaksi antar unsur dari sebuah obyek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan dari sistem tersebut maka terhimpun sejumlah komponen sistem (Gambar 1) yaitu: Elemen Elemen dapat dipahami sebagai benda, baik yang bersifat abstrak atau konkrit, yang menyusun objek system. Kinerja suatu sistem ditentukan oleh fungsi setiap elemennya, shg gangguan terhadap fungsi unelemen akan menggangu kinerja sistem keseluruhan. Elemen disebut pula subsistem yang dapat berfungsi sebagain sistem pula. Interaksi Interaksi adalah penghubung fungsi antar unsur/bagian. Interaksi yang baik adalah pola sinergis efektif dengan kinerja bagus. Interaksi buruk adalah pola sinergi tidak efektif dengan kinerja buruk Interkasi bersifat siklus (saling berpengaruh) bukan linier (dipengaruhi atau mempengaruhi saja). Objek Obyek adalah suatu yang sedang menjadi perhatian atau yang akan dikaji, dimengerti, diteliti dan dikembangkan. Obyek mempunyai ruang lingkup yang menjadi batas suatu sistem. Batas Lingkungan Batas menentukan ruang lingkup suatu sistem sehingga dapat dibedakan dengan sistem yang lain. Sesuatu yang berada di luar batas

sausans09@yahoo.com

suatu sistem tersebut berarti adalah lingkungan dari sistem tersebut. Semakin besar suatu sistem, maka semakin luas bahkan kabur batasbatasnya. Batas pada umumnya cenderung bersifat konseptual, terutama pada obyek non fisik. Lingkungan adalah ruang fisik yang melingkupi batasan sistem yang ada. Keseluruhan Keseluruhan diartikan sebagai sinergi antar unsur. Sinergi sangat ditentukan oleh interaksi antar unsur.

Keseluruhan

Batas lingkungan

Interaksi Elemen Objek

Interaksi Elemen

Gambar 1.1 Komponen Sistem

1.2 Deskripsi Akar Wangi a. Deskripsi Fisik Akar Wangi/Vetiveria Zizanoides/Usar (dalam bahasa sunda) merupakan suku rumput-rumputan (Graminae). Berasal dari India, Birma dan Sri Langka. Berumpun lebat, akar tinggal bercabang banyak, berwarna merah tua. Dari akar tinggal ini tersembul tangkai daun yang dapat mencapai panjang 2 m. Daun kaku, berwarna kelabu, dapat mencapai panjang 1m, tidak mengandung minyak. Bunga berwarna hijau atau ungu. Cara memperbanyak tanaman dengan biji atau memisahkan anak rumpun atau memecah akar tinggal yang bertunas. Akar wangi bermanfaat sebagai tanaman pencegah longsor, tangkai daunnya dapat dijadikan berbagai macam kerajinan anyaman,

sausans09@yahoo.com

dan akarnya digunakan untuk dibuat minyak akar wangi (vertiver oil) yang bernilai ekonomi tinggi

b. Daerah Produksi Daerah di pulau Jawa yang menghasilkan akar vetiver adalah daerah Garut (Jawa Barat) dan daerah Wonosobo (Jawa Tengah). Akar wangi di daerah Garut menghasilkan minyak akar wangi dengan rendemen lebih baik daripada di Wonosobo, sehingga akar wangi dari Wonosobo lebih banyak digunakan untuk kerajinan tangan. Tanaman tersebut diusahakan oleh rakyat dengan luas tanah sekitar satu hektar atau lebih, dan ada yang mencapai 20 hektar setiap petani. Di samping itu, tanaman akar wangi diusahakan sebagai tanaman sela di perkebunan.

c. Kondisi tanah Tanah yang cocok untuk pertumbuhan akar wangi adalah tanah yang berpasir, atau tanah vulaknik. Pada tanah tersebut, akar dengan mudah dicabut tanpa ada yang tertinggal. Penanamannya kurang baik di atas tanah yang padat, keras dan berlempung karena akarnya sulit dicabut, dan menghasilkan akar dengan rendemen minyak yang rendah. Tanah vulkanik muda terdapat pada lereng-lereng pegunungan, dengan ketinggian sekitar 5000 kaki di atas permukaan laut. Keadaan tanah dan iklim sangat berpengaruh kuat pada pertumbuhan akar wangi. Oleh karena itu, harus mendapat perhatian yang serius. Keadaan tanah yang berpasir (gembur) sangat disenangi akar wangi. Karena dari tanah semacam itu akarnya akan tumbuh panjang dan lebat serta mudah dicabut ketika sudah cukup umur untuk diproduksi. Derajat keasaman tanah pun (pH) harus diperhitungkan, biasanya pada kisaran 7 - 8. Bagi tanah yang pH nya kurang akan menyebabkan pertumbuhan akar wangi kecil atau kerdil. Oleh karena

sausans09@yahoo.com

itu, tanah tersebut harus dilakukan pengapuran terlebih dahulu dalam waktu yang secukupnya. d. Penanaman Tanaman akar wangi Jawa (Andropogon muricatus Rozt) termasuk tanaman akar wangi tidak berbunga. Menurut penelitian yang dilakukan di Botenzorg (sekarang Bogor), vetiver tidak boleh ditanam di tempat yang teduh, karena akan menyebabkan pengaruh yang kurang baik terhadap pertumbuhan sistim akar. Di pulau Jawa, tanaman akar wangi sering ditanam secara tumpangsari dan jarang dilakukan penanaman kembali (peremajaan) pada tempat yang sama. Satu hektar tanaman akar wangi menghasilkan 1000 kg akar kering udara. Jumlah tersebut bervariasi, dan tergantung dari jenis tanah dan kondisi lingkungan, kadan-kadang jenis cendawan tertentu tumbuh dalam akar yang merusak tanaman dan menurunkan produksi akar. Tanaman akar wangi menyukai keadaan dengan terik matahari yang jatuh langsung pada tanamannya, memerlukan curah hujan yang cukup. Oleh karena itu, penanaman Akar wangi sangat cocok pada ketinggian antara akar 350-2000 wangi meter meliputi di atas permukaan : laut.

Pemeliharaan

pekerjaan

penyulaman,

penyiangan, pemupukkan, pemangkasan dan pengendalian hama. Pemanenannya tidak sulit, tanaman yang sudah berusia sekitar 1,5 tahun adalah waktu yang tepat untuk memanennya. Setelah tanahtanah disekitarnya dicangkul, barulah akar wangi dicabut secara perlahan agar akar tidak terputus. Pada tahap pasca panen, akar wangi dikeringkan hingga sekitar 12 hari yang tujuannya untuk

menghilangkan kadar air dalam akar. Akar wangi yang sudah dikering, siap untuk dilakukan penyulingan guna menghasilan Minyak Akar Wangi yang berkualitas

sausans09@yahoo.com

1.3 Cara Pengambilan Minyak Atsiri Pengambilan atau ekstraksi minyak atsiri dari tumbuh-tumbuhan dilakukan dengan tiga cara yaitu a. Penyulingan menggunakan uap air (Steam Destilation) Penyulingan menggunakan uap air merupakan cara pengambilan minyak yang tertua, namun masih paling banyak digunakan. Cara ini cocok untuk minyak tanaman yang tidak rusak oleh panas uap air. Penyulingan ini terbagi menjadi dua 1. Penyulingan Langsung Bahan tumbuhan yang akan diambil minyaknya dimasak dengan air. Penguapan air dan minyak berlangsung bersamaan. Kendati penyulingan langsung seolah-olah memudahkan penanganan, tetapi ternyata mengakibatkan kehilangan hasil dan penurunan mutu. Penyulingan langsung mengakibatkan pengasaman

(oksidasi) serta persenyawaan zat ester yang dikandung dengan air (hidrolisis ester). Selain itu menyebabkan timbulnya aneka hasil sampingan yang tidak dikehendaki. 2. Penyulingan Tidak Langsung Cara lain untuk meningkatkan hasil dan kualitas ialah memisahkan penguapan air dengan penguapan bahan tumbuhan yang diolah. Bahan tumbuhan diletakkan di tempat tersendiri yang dialiri dengan uap air. Secara lebih sederhana, bahan tumbuhan diletakkan di atas air mendidih.

b. Ekstraksi menggunakan pelarut (Solvent Extraction) Ekstraksi menggunakan pelarut adalah cara pengambilan minyak yang lebih baik daripada penyulingan menggunakan uap air. Cara ini cocok untuk mengambil minyak bunga yang kurang stabil dan dapat rusak oleh panas uap air. Pada ekstraksi ini, bahan pelarut dialirkan secara

berkesinambungan, melalui serangkaian penampan yang diisi bahan

sausans09@yahoo.com

tumbuhan, menggunakan tenik arus lawan (counter-current technique), sampai ekstraksi selesai. Cairan ekstrak yang mengandung bahan pelarut dan unsur-unsur tumbuhan itu disalurkan ke tabung hampa udara yang dipanaskan pada temperature tertentu untuk menguapkan bahan pelarut. Uap pelarut dialirkan ke kondensor untuk dicairkan kembali, sedang unsur-unsur tumbuhan tertinggal dalam tabung hampa tersebut. Umumnya unsur-unsur tumbuhan ini berupa lilin padat, diseut concrete. Karena concrete selain mengandung minyak atsiri masih mengandung damar, unsur pewarna (pigment), serta unsur-unsur tidak menguap lain, maka concrete lebih berat daripada hasil produksi yang diperoleh dengan penyulingan menggunakan uap air. Pemisahan minyak atsiri dengan damar dilakukan dengan mencampurkan ethanol ke dalam concrete. Campuran itu dimasukkan ke dalam alat penyaring berputar yang disebut batteuse. Karena damar larut oleh alkohol, maka minyak atsiri hasil saringan yang masih mengandung sedikit damar, dicampur dengan alkohol untuk penyaringan ulang (dilakukan pada suhu 30oC). dengan mengurangi tekanan udara, ekstrak minyak atsiri hasil saringan ulang dipisahkan dengan alkohol. Hasil pemisahan ini disebut absolut. Absolut yang dihasilkan masih sering mengandung sisa-sisa unsure pewarna yang harus dihilangkan dengan menyinarkan sinar ultra violet atau dengan penyulingan menggunakan zat ethylene glycol. Selain itu juga digunakan gas butane cair (dicairkan dengan tekanan, pada temperatur 15oC). Ekstraksi ini sangat cocok untuk mengambil minyak bunga yang sangat tidak stabil seperti lilac dan gardenia (kaca piring). Absolut yang diperoleh dengan cara ini bermutu sangat tinggi, disebut butaflors. Zat asam-arang cair digunakan pula pada ekstraksi bertemperatur rencah seperti ini.

sausans09@yahoo.com

10

c. Pengempaan (Expression) Pengempaan dilakukan dengan atar pengempa hidrolisis yaitu tekanan udara panas didesakkan pada bahan tumbuhan yang hendak diambil minyaknya, misalnya wijen, buah pala, biji apokat dan lain-lain. Karena kotor, bercampur serat dan debu, minyak kempaan umumnya dibersihkan dengan cara mengendapkan selama beberapa bulan atau disuling langsung tanpa menambahkan air. Pemurniaan minyak kempaan dengan menyuling, selain lebih cepat, menghasilkan minyak kempaan bermutu tinggi. Minyak yang diperoleh dari pengempaan ialah campuran minyak nabati dengan minyak atsiri. Bila dikehendaki, pemisahan kedua minyak dilakukan dengan penyulingan pada panas yang sedikit di atas titik didih minyak atsiri.

sausans09@yahoo.com

11

BAB III HASIL PENGAMATAN

3.1

Profil Singkat Perusahaan Perusahaan yang diamati adalah perusahaan industri kecil menengah yang dikelola secara sederhana, adapun sedikit profil singkat tersebut adalah a. Jenis Usaha b. Nama Pemilik c. Tahun Berdiri d. Alamat Pabrik : Perusahaan Minyak Akar Eangi : H. Rasim Hadiyanto : : Jl. Raya Bayongbong Km 5 Desa Mangkurakyat Kec Cilawu Kab. Garut Jawa Barat

3.2

Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan pada tanggal 17 - 18 Februari 2010

Gambar 3.1 Pabrik Minyak Atsiri H. Rasim Hadiyanto

sausans09@yahoo.com

12

a. Material Material yang diperlukan untuk memperoleh minyak akar wangi adalah akar dari tanaman akar wangi, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.2 dibawah ini

a. Tanaman Akar Wangi

b. Akar Wangi

Gambar 3.2 Tanaman Akar Wangi Kebutuhan akar wangi untuk setiap penyulingan tergantung dari musim, jika musim kemarau diperlukan 1.200 kg, sedangkan jika musim hujan diperlukan 1.500 kg. dan hasil rendemen yang diperoleh sekitar 5 6 kg. Material lain yang juga mendukung pembuatan minyak akar wangi adalah bahan bakar. Untuk sekali penyulingan diperlukan 210 liter bahan bakar. Setelah harga minyak tanah membumbung tinggi, bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar solar.

b. Machine Mesin yang digunakan untuk melakukan penyulingan minyak atsiri ini termasuk mesin yang sederhana dan masih tergolong tradisional. Adapun mesin dan peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :

sausans09@yahoo.com

13

1. Ketel Di pabrik milik H. Rasim Hadiyanto terdapat empat ketel, dua ketel untuk penyulingan minyak akar wangi dan dua untuk penyulingan jahe dengan kapasitas 1- 1,5 ton.

2. Pipa Destilasi Sesuai dengan ketel yang digunakan, maka pipa destilasinya pun terdapat empat buah pipa yang menghubungkan ketel dengan bak kondensasi. Total panjang pipa destilasi mencapai 30 m.

3. Bak Kondensasi Bak kondensasi yang terdapat di pabrik H. Rasim Hadiyanto terdapat dua buah dengan ukuran masing-masing 3,5 m x 3,5 m dengan kedalaman 2 meter.

4. Tempat Rendemen Tempat rendemen hasil penyulingan ada dua yaitu untuk minyak akar wangi dan jahe.

sausans09@yahoo.com

14

c. Method Metode penyulingan yang dilakukan oleh pabrik H. Rasim Hadiyanto ini adalah metode penyulingan menggunakan uap air (Steam Destilation) tidak langsung. Dengan kata lain menggunakan

penyulingan uap dan air atau dikukus.

Pengukusan

Destilasi

Kondensasi

Rendemen

1. Pengukusan Pertama mendidihkan air sebanyak 4.000 liter sampai 150oC. setelah itu sebanyak 1.200 1.500 kg akar wangi dimasukkan ke dalam ketel dan dikukus selama 12 jam 2. Destilasi Uap panas yang dihasilkan dari proses pengukusan akan mengalir pada pipa destilasi menuju bak kondensasi 3. Kondensasi Uap panas dari pipa destilasi dialirkan pada bak kondensasi sehingga terjadi proses kondensasi atau pengembunan yang mengubah uap panas tersebut menjadi cair 4. Rendemen Cairan hasil kondensasi tersebut mengalir pada wadah penampungan dan masih bercampur antara air dan minyak. Pemisahan yang dilakukan di pabrik H. Rasim Hadiyanto dilakukan secara manual
sausans09@yahoo.com 15

d. Man Tenaga kerja yang dimiliki H. Rasim Hadiyanto adalah 6 orang Untuk sekali menyuling diperlukan 2 shift atau giliran kerja, setiap shift kerja dilakukan oleh 3 orang

e. Money H. Rasim Hadiyanto menggerakkan usaha ini dengan modal mandiri tanpa suntikan bantuan permodalan darimanapun. Adapun modal mandiri yang diperlukan untuk satu kali penyulingan minyak akar wangi adalah : Akar wangi @ Rp 2.000/kg x 1.500 kg Biaya borong naker @ Rp 125.000/ ketel Biaya bahan bakar solar @ Rp 5.000 x 210 liter Total biaya = Rp 1.050.000 + = Rp.4.175.000 = Rp 125.000 = Rp 3.000.000

f. Marketing Pemasaran produk minyak akar wangi ini telah menembus pasar internasional. Sebelum petani kehilangan kepercayaan menanam akar wangi karena harga akar wangi yang sempat jatuh pada tahun 2005, kualitas minyak akar wangi Indonesia peringkat pertama di dunia, tetapi sekarang kualitas minyak akar wangi Indonesia berada pada peringkat lima. Namun demikian H. Rasim Hadiyanto tetap berproduksi walaupun harga minyak akar wangi sedang turun, sehingga kemitraan dengan eksportir masih berlangsung hingga kini. Sampai saat ini H. Rasim Hadiyanto bermitra dengan PT. Jasulawangi dengan harga jual saat ini adalah Rp. 900.000
sausans09@yahoo.com 16

g. Management

produksi lay out kerja yang memudahkan pekerja melaksanakan tugasnya. menjaga kualitas proses produksi seperti mempertahanakan tekanan penyulingan tidak melebihi 3,5 bar. keuangan mengatur biaya produksi sesuai dengan kebutuhan proses penyulingan mulai dari pembelian bahan baku hingga pasca produksi. SDM Memberdayakan anggota keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitar.

h. Maintenance Perawatan mesin peralatan yang dilakukan di pabrik minyak akar wangi milik H. Rasim Hadiyanto cukup sederhana karena peralatannya pun menggunakan mesin yang sederhana.

Tabel 1. Jadwal Perawatan Mesin Peralatan Penyulingan No 1 2 Aktivitas Penggantian baud-baud Pengelasan bagian yang bocor Waktu 6 bulan sekali kondisional

sausans09@yahoo.com

17

BAB IV ANALISA HASIL PENGAMATAN

4.1

Analisa Sistem Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat digambarkan diagram sistem dari perusahaan minyak atsiri milik H. Rasim Hadiyanto

Material Maintenance Machine

Marketing

Industri Minyak Akar Wangi


Man

Methode

Managemet Money

Gambar 4.1 Diagram Sistem yang Bekerja

Material Maintenance Machine

Marketing

Industri Minyak Akar Wangi


Man

Methode

Managemet Money

Gambar 4.2 Diagram Sistem dengan permasalahannya

sausans09@yahoo.com

18

4.2

Analisa Sistem Proses Engineering Analisa system proses engineering dalam suatu sistem dapat di gambarkan kedalam sebuah diagram berikut ini : environment input output outcome

processs feedback

Gambar 4.3 Sistem Proses Engineering

Penyulingan Minyak Akar Wangi Akar Wangi Penyulingan Tekanan Penyulingan Gambar 4.4 Sistem Proses Engineering pada Penyulingan Minyak Akar Wangi Minyak & Air Minyak Akar Wangi

4.3

Permasalahan Permasalahan yang dihadapi oleh H. Rasim Hadiyanto dalam mengelola usaha minyak akar wangi saat ini, dapat dilihat dari diagram sistem dan gambar sistem proses engineering, mencakup sub sistem atau elemen dari material, method, money a. Material Kesulitan yang paling utama dari material ini adalah mengenai bahan baku dan bahan bakar minyaknya. Bahan baku yang diperoleh saat ini kuantitas dan kualitasnya menurun. Presentase rendemen minyak akar wangi yang dihasilkan sedikit. Selain bahan baku yang terbatas karena lahan yang ditanami akar wangi berkurang juga proses penanaman

sausans09@yahoo.com

19

tumpang sari dengan tanaman yang lebih pendek masa tanamnya mempengaruhi kualitas akar wangi. Belum diperoleh subtitusi bahan bakar selain minyak tanah atau solar. b. Method Proses penyulingan yang memakan waktu cukup lama membuat sebagian penyuling menaikkan tekanan ketel lebih dari 3,5 bar. Hal ini menyebabkan hasil rendemen menjadi berwarna lebih gelap dan berbau gosong. c. Money Dari segi keuangan, melambung tingginya harga minyak tanah, menyebabkan bahan bakar menyumbang biaya produksi yang tinggi. Adapun saat ini digunakan solarpun tidak menjadi solusi menurunkan biaya produksi, apalagi dengan peraturan tidak diperbolehkannya membeli solar di SPBU dalam jumlah yang banyak. Begitupula harga bahan baku yang tinggi karena lahan penghasil akar wangi menurun sedangkan jumlah tempat penyulingan bertambah banyak.

4.4

Alternatif Solusi Jika melihat permasalahan yang telah dikemukakan maka alternatif solusi adalah: a. Material Menggiatkan kembali para petani untuk menanam tanaman akar wangi, tentunya dengan bantuan aparat pemerintah setempat. Menghimbau kepada para petani untuk menanam akar wangi sesuai SOP (standar operasional prosedur), seperti memanen akar wangi setelah umur tanaman 1-1,5 tahun, jika melakukan penanaman tumpang sari maka tanaman tumpang sarinya disesuaikan dengan umur tanam akar wangi. Untuk kawasan dekat Kamojang yang kaya sumber panas bumi, bahan bakar dengan panas bumi dari Kamojang dapat menjadi alternatif solusi.

sausans09@yahoo.com

20

b. Method Menghimbau kepada pengrajin untuk dapat menjaga tekanan penyulingan pada tekanan kecil di bawah 3 bar c. Money Karena saat ini bahan bakar masih tergantung oleh minyak tanah atau solar, maka diharapkan ada kebijakan dari pemerintah agar harga bahan bakar tersebut lebih murah untuk penggunaan industry kecil menengah Jika banyak lahan yang ditanami akar wangi maka jumlah akar wangi akan bertambah dan menurunkan harga jual akar wangi sebagai bahan baku minyak atsiri d. Kebijakan Diharapkan adanya perhatian dari pemerintah daerah terhadap kondisi petani dan pengrajin minyak akar wangi Birokrasi perizinan juga selektif sehingga tidak terjadi pendirian pabrik yang izinnya menyusul

4.5

Peluang Dr Meika Syahbana Rusli dari Inkubator Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) mengemukakan bahwa Limbah cair berwarna seperti susu ternyata mengandung minyak dalam jumlah sangat kecil, dapat dipakai sebagai air dalam penyulingan selanjutnya. Sedangkan hasil pengolahan limbah padatnya, berupa ampas akar jika tidak gosong (berwarna hitam) bisa digunakan sebagai Bahan bakar pada awal penyulingan atau bahan bakar pembuatan bata merah. Kemudian bisa digiling sebagai bahan baku papan peredam suara, pembuatan papan (hardboard) serta Dapat digunakan sebagai bahan baku kertas, karena

mengandung "selulosa"

sausans09@yahoo.com

21

BAB V PRESENTASI HASIL PENGAMATAN

Presentasi dilakukan pada hari Sabtu tanggal 20 Februari 2010 pukul 10.00 di lokasi penyulingan minyak akar milik H. Rasim Hadiyanto yang beralamat di Jl. Raya Bayongbong Km 5 Desa Mangkurakyat Kecamatan Ciawu Kabupaten Garut Jawa Barat. Saat presentasi dilakukan, pabrik sedang tidak beroperasi dikarenakan tidak tersedianya bahan baku. Sehingga karyawan yang dapat hadir saat itu hanya 4 orang dari total 6 orang karyawan pabrik. Adapun total yang hadir saat presentasi ada 8 orang yaitu : 1. H. Rasim Hadiyanto selaku pemilik penyulingan minyak akar wangi 2. H. Agus Johan, PNS sekaligus entrepreneur yang tertarik dengan akar wangi dari Kecamatan Bayongbong 3. Cecep, entrepreneur dari Padarek Desa Sirnagalih, Kecamatan Bayongbong 4. Herliana Noviyanti, S.Pi, Sekertaris Yayasan Bina Keluarga (YBK) Salsabila 5. Empat karyawan pabrik (Daftar Presensi terlampir) Undangan perseorangan yang dinilai bisa mewakii instansi yaitu perwakilan PD Salimah, SMKN 1 Garut, Yayasan Pendidikan Darunnajah dan Yayasan Setia Bhakti Kecamatan Cilawu tidak bisa hadir karena undangan yang disampaikan terlalu mendadak sehingga berhalangan hadir. Karena keterbatasan dalam peralatan sehingga peserta menyaksikan presentasi dengan berdiri selama 60 menit. Selain itu juga karena kurang SDM yang membantu saat presentasi maka beberapa peserta presentasi dimintai tolong untuk membantu dokumentasi dan membagi snack konsumsi. Berikut ini dokumentasi dari presentasi yang telah dilakukan adapun bahan presentasi terlampir di laporan ini.
sausans09@yahoo.com 22

Gambar 5.1 Persiapan Presentasi

Gambar 5.2 Saat Presentasi


sausans09@yahoo.com 23

Gambar 5.3 Peserta Presentasi

Gambar 5.4 Setelah Presentasi

sausans09@yahoo.com

24

DAFTAR PUSTAKA

Harris, Ruslan., 1987, Tanaman Minyak Atsiri, PT Penebar Swadaya, Jakarta Maryono, Agus., 2010,.Diktat Kuliah Analisa Perancangan Sistem Teknik Sudjarwadi., 2009, Diktat Kuliah Analisa Perancangan Sistem Teknik Susanto, Adi., 2003, Dikat Kuliah Analisa Rancangan Komputasi Dasar www.antaranews.com/limbah_produk-akar-wangi_miliki_banyak_manfaat www.atsiri-indonesia.com/tanaman.php www.btc-network.com/ www.garutkab.go.id/potensi_perkebunan

sausans09@yahoo.com

25

LAMPIRAN

sausans09@yahoo.com

26

Anda mungkin juga menyukai