Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN STUDI KASUS MENDALAM

PENATALAKSANAAN GIZI PADA KASUS GASTRITIS, DIABETES


MELLITUS TIPE II DAN TUBERKULOSIS PARU
DI RUANG RAWAT INAP ISOLASI PARU
RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

Disusun Oleh :

Krisanti Nurbaiti 1910714084

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI GIZI PROGRAM SARJANA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan studi kasus mendalam dengan Penyakit Gastritis, Diabetes Mellitus Tipe II, dan
Tuberkulosis Paru dibuat dan diajukan sebagai syarat kelengkapan dan bukti kegiatan PKL
Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK) di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Tahun Ajaran 2022/2023.

Disusun Oleh

Krisanti Nurbaiti 1910714084

Telah disetujui oleh:

Penanggung Jawab Ruang Rawat Inap Dosen Pembimbing PKL Magang Asuhan
Isolasi Paru Gizi Klinik

Wahyu Arwin Nurcahya, S.Gz Sintha F. Simanungkalit, S.GZ., M.KM

NIP/NIK. NIP/NIK.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gizi mempengaruhi penyembuhan penyakit pada pasien di rumah sakit.
Malnutrisi berdampak pada lamanya perawatan, terjadinya komplikasi
penyakit, meningkatnya biaya pengobatan dan kematian. Kondisi tersebut
disebabkan karena ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi.
Upaya peningkatan status gizi perlu dilakukan dan merupakan tanggungjawab
petugas kesehatan, salah satunya adalah tenaga gizi (ahli gizi). Instalasi Gizi
Rumah Sakit mempunyai 4 (empat) tugas pokok yaitu : Pelayanan asuhan gizi
rawat inap, Pelayanan asuhan gizi rawat jalan, Penyelenggaraan Makanan &
Dietetik, dan Penelitian & Pengembangan.

Pelayanan asuhan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang


terdiri dari 4 langkah yang berurutan dan saling berkaitan, yaitu assessment
atau pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, serta monitoring dan
evaluasi gizi (Handayani & Kusumastuty, 2017). Sebelum dilakukan asesmen
gizi (pengkajian gizi), diperlukan skrining gizi untuk mengetahui risiko
penurunan status gizi. Jika hasil skrining menyatakan pasien berisiko terjadi
penurunan status gizi, maka dilakukan dukungan gizi melalui Proses Asuhan
Gizi Terstandar (PAGT) atau Nutrition Care Process (NCP). PAGT
merupakan struktur yang sistematis dan konsisten yang membantu ahli gizi
untuk membuat keputusan dengan berpikir kritis dalam upaya meningkatkan
kualitas pemberian asuhan gizi yang aman dan efektif dalam menangani
masalah gizi sehingga masalah gizi pasien dapat diatasi (Sumapradja et al.,
2011).

Nutritional Care Process (NCP) dikembangkan oleh Academy of


Nutrition and Dietetics sebagai standar proses asuhan gizi sehingga asuhan
gizi dapat dilakukan melalui proses yang konsisten. Nutrition Care Process
(NCP) merupakan metode sistemastis bagi ahli gizi untuk dapat berpikir kritis
dan membuat keputusan dalam menyediakan asuhan gizi yang berkualitas.
Model NCP ini dikembangkan sesuai dasar keilmuan yang dapat digunakan
dalam mengatasi masalah gizi di masyarakat pada individu ataupun kelompok
di pelayanan kesehatan. (Laceys & Pritchett, 2003).

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang


bersifat akut dan kronik. Gastritis dapat mengakibatkan pembengkakan
pada mukosa lambung sampai terlepasnya lapisan mukosa lambung
yang akan menimbulkan proses inflamasi. Gastritis memiliki gejala
seperti kembung, sering bersendawa, mual dan muntah, tidak nafsu
makan, dan nyeri pada ulu hati (Ratu & Adwan, 2013). Menurut World
Health Organization (WHO) 2012, kematian di dunia pada rawat inap
akibat gastritis yaitu dengan persentasi 17-21%. Kejadian gastritis di
Amerika mencapai 22% danIndonesia kejadian gastritis mencapai 4,8%
(WHO, 2012).

Diabetes menurut American Diabetes Association (ADA) suatu


kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
(tingginya kadar gula darah) yang terjadi karena kelainan sekresi
(pengeluaran) insulin, kerja insulin atau keduanya (Chalid, 2018). Terdapat
dua jenis penyakit diabetes, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2 (American
Diabetes Association, 2017).mDiabetes Melitus tipe II merupakan ancaman
serius bagi dunia khusunya negara berkembang seperti Indonesia. Hampir
80% kejadian Diabetes Melitus tipe II terjadi pada negara-negara
berkembang yang berpenghasilan menengah kebawah. Berdasarkan data
dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 oleh Departemen Kesehatan,
menunjukan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia mengalami
peningkatan dari tahun 2013 sebesar 6,9% menjadi 8,5% pada tahun
2018. Prevalensi terkecil terdapat di Propinsi NTT sebesar 0,8%, dan terbesar
di Provinsi DKI Jakarta 3,4%, (Depkes, 2018). Tuberkulosis (TB) merupakan
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium Tuberculosis dan
merupakan penyakit kronik menular. Organization (WHO) memperkirakan
terdapat 480.000 insiden TB di seluruh dunia. Indonesia termasuk salah satu
Negara dengan kasus TB yang cukup banyak dengan 6.800 insidensi TB setiap
tahunnya. TB membunuh 1,5 juta orang dunia. Indonesia merupakan Negara
dengan kasus TB terbanyak nomor dua di dunia. Survey yang sudah diadakan
terdapat 0,65% dari penduduk indonesia menderita TB.

Diabetes melitus menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi


banyaknya kasus penyakit infeksi dimana salah satunya adalah penyakit
tuberkulosis paru (Natarajaabopathy R, 2016). Frekuensi diabetes melitus pada
pasien tuberkulosis dilaporkan sekitar 10-15% dan prevalensi penyakit infeksi
ini 2-5 kali lebih tinggi pada pasien diabetes dibandingkan dengan yang non-
diabetes (Kemenkes, 2019). Data WHO menunjukkan bahwa diabetes melitus
akan meningkatkan risiko reaktivasi tuberkulosis pada tuberkulosis laten.
Koinfeksi TB pada DM dikaitkan dengan kontrol glikemik yang buruk pada
penderita DM. Hiperglikemia reaktif sering menyertai infeksi kronis akibat
keadaan yang terkait dengan pro inflamasi dan pelepasan hormon stres yang
berlawanan dengan regulasi seperti epinefrin, kortisol, glucagon, dan semua
antagonis insulin.

Ketiga penyakit tersebut merupakan penyakit yang banyak ditemukan


pada pasien rawat inap di rumah sakit yang dapat menimbulkan masalah gizi
yaitu malnutrisi. Berdasarkan uraian diatas, ahli gizi melakukan asuhan gizi
terstandar untuk mempercepat waktu perawatan, mencegah terjadinya
komplikasi penyakit, dan memperbaiki status gizi pasien.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Terlaksananya Proses Asuhan Gizi Tersandar (PAGT) / NCP (Nutrition Care
Process) kepada pasien di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
dengan baik
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan skrining gizi
b. Mahasiswa mampu melakukan asesmen gizi
c. Mahasiswa mampu melakukan penetapan diagnosis gizi
d. Mahasiswa mampu melakukan intervensi gizi
e. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi gizi
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan secara teoritis maupun praktis khususnya di
bidang gizi,
b. Mampu menerapkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan,
c. Pembekalan terhadap mahasiswa agar berkompeten dan siap memasuki
dunia kerja.
1.3.2. Bagi Rumah Sakit
a. Menumbuhkan kerjasama yang saling menguntungkan,
b. Laporan Praktik Kerja Lapangan diharapkan dapat digunakan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kinerja di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.
1.3.3. Bagi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
a. Menjalin kerjasama antara pihak Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan dan pihak Universitas,
b. Meningkatkan mutu mahasiswa sehingga dapat berkompeten dengan
mahasiswa lain
1.3.4. Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK)
dilaksakan di Ruang Rawat Inap Infeksi (Isolasi Paru) Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan pada 27 Oktober – 26 November 2022.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gastritis
2.1.1. Definisi Gastritis

Gambar.. Penyakit Gastritis


Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan
ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya
epitel mukosa superficial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan
saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses
inflamasi pada lambung. (Sukarmin, 2012).
2.1.2. Klasifikasi Gastritis
Menurut Suratun (2010) gastritis terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Gastritis akut, merupakan peradangan pada mukosa lambung yang
menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dan setelah terpapar
pada zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot.
b) Gastritis kronis, adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat menahun
2.1.3. Faktor Resiko Gastritis
Menurut Nuari (2015), beberapa factor penyebab gastritis yaitu infeksi bakteri,
pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus, penggunaan alkohol
secara berlebihan, penggunaan kokain, stress fisik, crohn’s disease, dll.
2.1.4. Patofisiologi Gastritis
Ketidakpatuhan terhadap pola makan, obat-obatan, alkohol, garam empedu,
zat iritan lainnya dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosif). Mukosa
lambung berperan penting dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh
HCI dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCI ke
mukosa dan HCI akan merusak mukosa. Kehadiran HCI di mukosa lambung
menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang
pelepasan histamin dari sel mast. Histamin akan menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intrasel ke
ekstrasel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul
perdarahan pada lambung. Biasanya lambung dapat melakukan regenerasi
mukosa, oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya
namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan
terjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin
sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa
lambung. Faktor intrinsic yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan
menurun atau hilang sehingga cobalamin ( vitamin B12 ) tidak dapat diserap di
usus halus. Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan
dan maturase sel darah merah (Suratun, 2010).
2.1.5. Tatalaksana Gastritis
Gastritis adalah salah satu penyakit yang dapat kambuh. Kekambuhan
penyakit gastritis dapat disebabkan oleh faktor pola makan yang buruk. Pola
makan yang buruk, berlebihan dan tak teratur akan mengakibatkan
meningkatnya pengeluaran cairan lambung. Hasil ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Sarasvati (2010) bahwa pola makan yang buruk dapat
menyebabkan resiko seseorang terkena penyakit gastritis, hal ini juga
dikemukakan oleh Jayanti (2011) bahwa pola makan yang dapat menyebabkan
terjadinya gastritis yaitu waktu makan yang tidak teratur dan kandungan
makanan atau jenis makanan yang dimakan.
Pengobatan gastritis meliputi terapi konservatif dan medikamentosa. Terapi
konservatif meliputi perubahan pola hidup yang dapat menyebabkan risiko
terjadinya gastritis. Memperbaiki pola makan seperti makan secara teratur dan
berhenti minum alkohol dan kopi. Terapi mandiri juga dapat dilakukan seperti
menggunakan air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diperikan
peroral pada interval sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding,
agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12-24 jam dan kemudian
makanan-makanan berikutnya ditambahkan secara bertahap.
Pada penderita gastritis, makanan yang disajikan perlu di atur terutama
mengingat bahwa penyakit ini berhubungan dengan alat pencernaan. Gastritis
dapat diatasi dengan cara mengurangi konsumsi makanan yang dapat
mengganggu lambung (makanan yang terlalu asam dan pedas) serta
menghindari makanan yang bisa membentuk gas sehingga mengakibatkan
perut kembung (misalnya ubi dan nangka). Pola makan yang baik mengandung
makanan sumber energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur,
karena semua zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh
serta perkembangan otak dan produktifitas kerja, serta dimakan dalam jumlah
cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan sehari-hari yang
seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
dan kesehatan yang optimal terutama dalam menghindar kejadian gastritis
(Hirlan 2013).

2.2. Diabetes Mellitus


2.2.1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika
tubuh tidak dapat menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat
menggunakan insulin, dan didiagnosis dengan mengamati peningkatan kadar
glukosa dalam darah. (Azis, W. A, dkk. 2020).
2.2.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut (American Association of Diabetes
Educators (AADE), 2020) yaitu :
1. Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe ini terjadi karena akibat kerusakan sel autoimun atau
destruksi sel beta di pankreas. kerusakan ini berakibat pada keadaan
defisiensi insulin yang terjadi secara absolut. Penyebab dari kerusakan
sel beta antara lain autoimun dan idiopatik.
2. Diabetes Tipe 2
Diabetes tipe 2 terjadi karena akibat hilangnya sekresi insulin sel-b
secara progresif sering dengan latar belakang resistensi insulin. Dalam
masalah ini terjadi insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat
bekerja secara optimal sehingga menyebabkan kadar gula dalam darah
meningkat. Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada
penderita DM tipe 2 dan sangat mungkin untuk menjadi defisiensi
insulin absolut.
3. Diabetes Gestasional
Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang dialami oleh ibu hamil,
biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga kehamilan karena
hormon yang disekresi plasenta menghambat kerja insulin. Sekitar 30-
40% penderita diabetes gestasional berkembang menjadi DMT2 (Gupta
et al. 2015). Diabetes gestasional terjadi pada 7% kehamilan dan
meningkatkan risiko kematian pada ibu dan janin.
4. Diabetes Type Lain
Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang disebabkan dari sebab lain
atau penyakit lain. misalnya sindrom diabetes monogenik (seperti
diabetes neonatal dan diabetes usia muda), penyakit pankreas eksokrin
(seperti fibrosis kistik dan pankreatitis), dan obat- atau diabetes yang
diinduksi bahan kimia (seperti dengan penggunaan glukokortikoid,
dalam pengobatan HIV / AIDS, atau setelah transplantasi organ).
2.2.3. Faktor Risiko Diabetes Mellitus
Faktor risiko terjadinya DM tipe II terdiri dari dua yaitu faktor yang tidak
dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi (Rovy, 2018). Faktor
yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, dan faktor
keturunan (Ujani, 2016). Faktor resiko lain yang dapat dimodifikasi
adalah faktor pola makan, kebiasaan merokok, obesitas, hipertensi,
stress, aktifitas fisik, alcohol dan lain sebaginya. Adanya kaitan
obesitas dengan kadar glokosa darah dimana IMT > 23 dapat menyebabkan
peningkatan glukosa darah (Tandra, 2017).
2.2.4. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe II
Gambar… Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe II
Dua patofisiologi utama yang mendasari terjadinya kasus diabetes melitus tipe
2 secara genetik adalah resistensi insulin dan defek fungsi sel beta pankreas.
Resistensi insulin merupakan kondisi umum bagi orang-orang dengan berat
badan overweight atau obesitas. Ketika produksi insulin oleh sel beta pankreas
tidak adekuat guna mengkompensasi peningkatan resistensi insulin, maka
kadar glukosa darah akan meningkat, pada saatnya akan terjadi hiperglikemia
kronik. Pada tingkat seluler, resistensi insulin menunjukan kemampuan yang
tidak adekuat dari insulin signaling mulai dari pre reseptor, reseptor, dan post
reseptor. Secara molekuler beberapa faktor yang diduga terlibat dalam
patogenesis resistensi insulin antara lain, perubahan pada protein kinase B,
mutasi protein Insulin Receptor Substrate (IRS), peningkatan fosforilasi serin
dari protein IRS, Phosphatidylinositol 3 Kinase (PI3 Kinase), protein kinase C,
dan mekanisme molekuler dari inhibisi transkripsi gen IR (Insulin Receptor)
(Decroli, 2019).
2.2.5. Tatalaksana Diabetes Mellitus
Empat pilar penatalaksanaan diabetes yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan
jasmani, dan terapi farmakologi (Perkeni, 2006). Edukasi di antaranya dengan
mempelajari lebih banyak tentang diabetes, mendapatkan perawatan secara
rutin, mempelajari cara mengontrol diabetes diri sendiri, memantau kondisi
diabetes, dan memeriksa secara rutin untuk jangka panjang (Harikumar et al.
2015). Pasien secara aktif mengendalikan diri, memanfaatkan teknologi
pemantauan dan pengobatan, dan berkomunikasi dengan dokter (Chatterjee
dan Davies 2015).
Pada DM tipe II salah satunya terjadi karena kesalahan pola makan sejak dini.
Pola makan bermanfaat bagi penderita diabetes meliputi pola makan rendah
kalori, rendah lemak, dan tinggi serat. Diet dengan mengkonsumsi makanan
tinggi serat dan rendah lemak bertujuan untuk menurunkan berat badan
merupakan cara lain untuk meningkatkan sensitivitas tubuh penderita diabetes
terhadap efek insulin (Harikumar et al. 2015). Diet yang tepat dapat
mengontrol kadar glukosa darah dengan mengurangi hemoglobin terglikasi
1,0-2,0% (Sievenpiper et al. 2018). Namun dalam pelaksanaan pengaturan
makanan/diet DM masih terdapat kendala utama yaitu tingkat kepatuhan diet
pasien terhadap penerapan diet DM. Pengaturan makanan pada pasien DM
yaitu 3 J (Jadwal, Jumlah dan Jenis Makanan). Jadwal makan terdiri dari 3x
makan utama dan 2-3x makanan selingan mengikuti prinsip porsi kecil.
Jumlah makanan disesuaikan dengan berat badan. Untuk energi dibutuhkan 25
kkal/ BB ideal untuk perempuan dan 30 kkal/BB ideal untuk laki-laki.
Kebutuhan protein sebesar 15-20% total asupan kalori, kebutuhan lemak 20-
25% kebutuhan kalori, dan kebutuhan karbohidrat sebesar 45-65% total
asupan energi.
Olahraga sehari - hari dan latihan jasmani secara teratur (3 - 4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar penting dalam
pengelolaan DM yang sering diabaikan. Prinsip olahraga pada pasien DM,
sama dengan prinsip latihan jasmani secara umum (Mahendra B. 2012).
Manfaat dari olahraga antara lain membantu menurunkan berat badan,
mengurangi kadar glukosa darah, mengurangi kolesterol dan tekanan darah,
mengurangi stres, meningkatkan sensitivitas insulin, dan meningkatkan
biogenesis mitokondria (Harikumar et al. 2015, Zierath 2019).
Insulin dan obat anti DM menjadi terapi farmakologi yang dapat mendukung
pencapaian batas normal gula darah saat terapi non farmakologi belum
tercapai. Pemilihan obat DM berdasarkan pada jenis diabetes, usia, situasi, dan
faktor lainnya. Penderita DMT2 umumnya tidak memerlukan terapi dengan
insulin dan hanya diberi obat oral seperti sulfonilurea, biguanida,
tiazolidinedion, inhibitor α-glikosidase. Pengobatan dengan insulin diperlukan
dalam kasus untuk menurunkan glukosa darah sehingga tidak terjadi
komplikasi kronis, dan apabila mengidap TBC Paru.

2.3. Tuberkulosis Paru (TB Paru)


2.3.1. Definisi Tuberkulosis Paru (TB Paru)
Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh kuman tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosa). Tuberkulosis paru
adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura
(selaput paru). (Andri et al, 2020)
2.3.2. Klasifikasi Tuberkulosis Paru (TB Paru)
Tuberkulosis Paru diklasifikasikan atas beberapa dasar antara lain:
a. Tuberkulosis Paru
1) Tuberkulosis Paru BTA (+)
Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah sekurang-
kurangnya 2 pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+)
atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
2) Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen
dada menunjukan gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-),
rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu
bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgan dada
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas.
b. Tuberkulosis Ekstra Paru
TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu:
1) TBC ekstra-paru ringan
Misalnya: TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2) TBC ekstra-paru berat
Misalnya: meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis
eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran
kencing dan alat kelamin.
2.3.3. Faktor Risiko Tuberkulosis Paru (TB Paru)
Faktor risiko yang mempengaruhi tingkat kejadian TB meliputi BMI, tingkat
pendidikan, riwayat imunisasi BCG, riwayat kontak dengan penderita TB,
ventilasi, kepadatan hunian, sumber air dan riwayat merokok. (Prihanti dan
Rahmawati, 2015).
2.3.4. Patofisiologi Tuberkulosis Paru (TB Paru)

Gambar... Patofisiologi Tuberkulosis Paru


Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan
infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet
yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
terinfeksi.
Seseorang yang menghirup bakteri M. tuberculosis yang terhirup akan
menyebabkan bakteri tersebut masuk ke alveoli melalui jalan nafas, alveoli
adalah tempat bakteri berkumpul dan berkembang biak. M. tuberculosis juga
dapat masuk ke bagian tubuh lain seperti ginjal, tulang, dan korteks serebri dan
area lain dari paru-paru (lobus atas) melalui sistem limfa dan cairan tubuh.
Sistem imun dan sistem kekebalan tubuh akan merespon dengan cara
melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menekan bakteri, dan limfosit spesifik
tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) bakteri dan jaringan normal. Reaksi
tersebut menimbulkan penumpukan eksudat di dalam alveoli yang bisa
mengakibatkan bronchopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu
2-10 minggu setelah terpapar bakteri (Kenedyanti & Sulistyorini, 2017).
Interaksi antara M. tuberculosis dengan sistem kekebalan tubuh pada masa
awal infeksi membentuk granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil
hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag. Granulomas diubah menjadi
massa jaringan jaringan fibrosa, Bagian sentral dari massa tersebut disebut
ghon tuberculosis dan menjadi nekrotik membentuk massa seperti keju. Hal ini
akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen kemudian
bakteri menjadi dorman. Setelah infeksi awal, seseorang dapat mengalami
penyakit aktif karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respon sistem
imun. Penyakit dapat juga aktif dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri
dorman dimana bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif.
Pada kasus ini, ghon tubrcle memecah sehingga menghasilkan necrotizing
caseosa di dalam bronkhus. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara,
mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang menyerah
menyembuh membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih
membengkak, menyebabkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut
(Sigalingging et al., 2019).
2.3.5. Tatalaksana Tuberkulosis Paru (TB Paru)
Tanda dan gejala pasien TB dengan gizi sangat dekat diantaranya penurunan
berat badan, berkeringat di malam hari, lemas, sesak nafas, dan batuk darah.
Oleh karena itu tujuan asuhan gizi diantaranya adalah mencapai dan
mempertahankan berat badan normal; mengganti/memperbaiki defisiensi zat
gizi yang hilang atau rusak; dan meningkatkan daya tahan tubuh untuk
mempercepat penyembuhan. Oleh karena itu prinsip asuhan gizi adalah
pemberian energi tinggi sesuai dengan penyakit infeksi lainnya yaitu 25-35
kkal/kg/hari; protein 1.5 -2 g/kg BB/hari untuk memperbaharui serum albumin
dan memperbaiki keseimbangan nitrogen positif.; lemak cukup 25-30% total
energi; vitamin yang perlu diperhatikan atau ditingkatkan pemenuhannya
diatas AKG adalah vitamin C untuk mempercepat penyembuhan; vitamin K
untuk mencegah perdarahan bagi pasien TB yang berat; vitamin B6 perlu jika
pasien diberikan INH karena INH merupakan antagonisnya; sedangkan
vitamin A dianjurkan sama dengan AKG ; zat besi da kalsium perlu
diperhatikan paling tidak sama dengan AKG karena pasien TB biasanya ada
perdarahan dan kalsifikasi tulang. Bahan makanan sumber serat juga perlu
diperhatikan untuk menghindari konstipasi.
Pemenuhan energi sangat diperlukan pada pasien TB maka agar pemenuhan
energinya sesuai dengan kebutuhan pasien, sebaiknya dalam perhitungan
kebutuhan energi menggunakan formula yang memperhitungkan faktor
koreksi stress dan koreksi status gizi, karena pasien TB sangat individual.
Syarat diet yang perlu diperhatikan selain energi dan protein tinggi, lemak
cukup adalah diet seimbang, bentuk makanan yang mudah dicerna dan hindari
makanan yang menimbulkan gas seperti kobis, durian, lobak, nanas, nangka
dll).
Porsi makan sebaiknya kecil tapi padat gizi dan frekuensi pemberiannya
sering. Issue lain yang perlu dipertimbangkan adanya interaksi obat dan zat
gizi, maka jadwal minum obat sebaiknya diketahui oleh ahli gizi sehingga
dapat saling mengingatkan. Sebagai contoh obat isoniazid dimana
peneyerapannya sering mengganggu penggunaan zat gizi maka obat ini
sebaiknya diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Obat ini
selain menggangu penyerapan vitamin B6, juga berhubungan dengan
metabolisme vitamin D, yang secara tidak langsung dapat menurunkan
penyerapan kalsium dan phosphor. Oleh karena pemberian suplemen vitamin
D sebaiknya perlu dipertimbangkan.
Monitoring dan evaluasi yang perlu dilakukan adalah melakukan pengukuran
BB setiap minggu, disamping indikator keberhasilan asuhan gizi yang lain
seperti nilai laboratorium dan gejala klinis maupun keluhan seperti demam,
batuk malam hari dan lain-lain. (Nuraini et al, 2017).
BAB III
NUTRITION CARE PROCESS

FORMULIR SKRINING RISIKO MALNUTRISI PADA ORANG


DEWASA (Berdasarkan MST)

No Parameter Skor

1 Apakah pasien mengalami penurunan berat


badan yang tidak direncanakan / tidak
diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
a. Tidak 0
b. Tidak yakin (tanda-tanda baju 2
menjadi lebih longgar)
c. Ya, ada penurunan sebanyak:
1
 1-5 kg
2
 6-10 kg
3
 11-15 kg v
4
 >15 kg 2
 Tidak tahu berapa penurunannya

2 Apakah asupan makan pasien berkurang


karena penurunan nafsu makan/kesulitan
menerima makanan?
a. Tidak 0
b. Ya 1 v

Total Skor 5

3 Pasien Diagnosis Khusus/pasien yang Ya v


berisiko terjadi gangguan gizi diantaranya Tidak
dirawat di IC/ICU/HCU, penurunan
kesadaran, kegawatan abdomen (pendarahan,
ileus, peritonitis, asites, tumor, post op),
gangguan pernafasan berat, keganasan
dengan komplikasi, gagal jantung, GGK,
pasien HD, DM, sirosis, imunitas menurun,
geriarti, atau kondisi sakit berat lain.

Kesimpulan:
Berdasarkan hasil skrining gizi, didapatkan skor 5 yang menandakan pasien
mengalami malnutrisi dan perlu mendapatkan asuhan gizi terstandar dari ahli
gizi.
Kriteria Penilaian MST

Skor Kriteria

0-1 Tidak risiko malnutrisi

>2 Risiko malnutrisi

>3 Malnutrisi

A. DATA RIWAYAT PASIEN


1. Identitas Pasien
Nama : Ny. E No RM : 30.74.12
Umur : 56 tahun Ruang : Isolasi Paru 4 bed 1
Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal Masuk : 03/11/2022
Pekerjaan : PRT Tanggal Kasus : 04/11/2022
Pendidikan :- Alamat :-
Agama : Islam Diagnosis Medis : Gastritis, Hiperglikemia ec
DM tipe II, TB Paru 1 bulan
on OAT

2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit


Lemas sejak 2 minggu SMRS, mual dari 1
minggu SMRS dan muntah terkadang sebanyak
Keluhan Utama
1-2 sdm, tidak nafsu makan, BAB Cair 2 hari
SMRS, Batuk, dan sesak
Riwayat Penyakit Sekarang TB paru on OAT dan Diabetes Melitus

Riwayat Penyakit Dahulu -

Riwayat Penyakit Keluarga -

3. Berkaitan dengan Riwayat Gizi


Aktifitas Fisik Jumlah Jam kerja : ± 12 jam
Jumlah tidur sehari : ±8 jam
Jenis olahraga : -
Frekuensi olahraga : -
Alergi makanan Makanan : -
Penyebab : -
Jenis diet khusus : -
Alasan : -
Yang menganjurkan : -
Masalah Nyeri ulu hati (ya) Mual (ya) Muntah (tidak)
Gastrointestinal Diare (tidak) Konstipasi (tidak) Penurunan nafsu makan
(ya), Perubahan pengecapan (ya)
Penyakit kronik Jenis penyakit : DM
Modifikasi diet : diet DM
Jenis dan lama pengobatan : -
Kesehatan mulut Sulit menelan (tidak), Stomatitis (tidak), Gigi lengkap
(tidak)
Pengobatan OAT 3 FDC, dan Metformin
Perubahan berat badan Penurunan ±18 kg dalam waktu ±6 bulan
BB sebelum sakit = ±70 kg
Saat ini = 52 kg
Riwayat/pola Makan Frekuensi makan 2x sehari
Pasien hanya makan 2x sehari karena merasa malas dan
sering merasa mual jika makan. Pasien jarang
mengonsumsi protein hewani dan lebih baik diberikan ke
anaknya. Tapi terkadang pasien makan ikan dari hasil
mancing anaknya sekitar 2x seminggu. Pasien sangat
menyukai makan sayur apalagi yang berkuah. Sayur yang
sering dikonsumsi adalah sayur sop dan sayur bayam.
Pagi : Singkong kukus (100 gr)
Siang : Nasi (1 centong), Tahu (1P), Sayur bayam (1P)
Sore : Susu dancow (1 bungkus)
Malam : Nasi (1 centong), Tempe (1P), sayur sop (1P)
Pembahasan:

Berkaitan dengan riwayat penyakit, keluhan utama yang dialami oleh Ny. E ialah
dengan keluhan lemas sejak 2 minggu SMRS, mual dari 1 minggu SMRS dan muntah
terkadang sebanyak 1-2 sdm, tidak nafsu makan, BAB Cair, Batuk, dan sesak

Berkaitan dengan riwayat gizi, dari segi alergi makanan Ny. e tidak memiliki alergi
atau pantangan makanan. Dari segi segi masalah gastrointestinal Ny. E memiliki
masalah pada nyeri ulu hati, mual, penurunan nafsu makan, dan perubahan
pengecapan. Untuk muntah, dan diare hanya dialami saat hari pertama di rumah sakit.

Dari segi berat badan, terdapat penurunan berat badan akibat penyakit yang diderita,
dan penurunan nafsu makan penurunan BB pasien sebanyak ±18 kg dalam waktu ±6
bulan

B. ASSESSMENT
a) Antropometri
Tabel… Hasil Pengukuran Antropometri
Tinggi Tinggi Panjan Berat Badan BB IMT
Badan Lutut g Ulna sekarang sebelumnya
144,64 cm 40 cm 52 kg 70 kg 25,07 kg/m2
-
Tinggi badan estimasi yang didapat dengan menggunakan tinggi lutut adalah
sebagai berikut:

Menggunakan rumus chumlea (1994)

TB = (1,83 x 40 cm) – (0,24 x 56 tahun) + 84,88

= 144,64 cm

52
IMT = 2 = 25,07 kg/m2 → gemuk tingkat ringan (klasifikasi nasional)
1,44

BBI = (144,64 – 100) x 1 kg = 44,64 kg

IMT Kategori

<17 kg/m2 Kurus tingkat berat

17-18,4 kg/m2 Kurus tingkat ringan

18,5-25 kg/m2 Normal

25,1-27 kg/m2 Gemuk tingkat ringan

>27 kg/m2 Gemuk tingkat berat

Sumber: Klasifikasi Nasional (PGN, 2014)

Kesimpulan:

Hasil pemeriksaan antropometri diketahui pasien mengalami gemuk tingkat


ringan meskipun sudah mengalami penurunan berat badan dalam waktu kurang
lebih 6 bulan. Perlunya pemantauan berat badan dengan penimbangan sampai
mencapai berat badan ideal.

b) Pemeriksaan Biokimia
Tabel… Hasil Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan

Hb 11 gr/dL 13,2-17,3 gr/dL Rendah

Hekatokrit 33 % 40-52% Rendah

Natrium 128 mmol/L 135 – 147 Rendah


mmol/dL

K 3,4 mmol/L 3,5-5 mmol/dL Rendah

Clorida 109 mmol/L 95-105 mmol/dL Tinggi


Trombosit 554 ribu/uL 150-440 ribu/uL Tinggi

MCV 76 fl 80-100 fl Rendah

Limfosit 10 103/UL 15-40 103/UL Rendah

GDS 170 mg/dL 76-140 Tinggi

Sumber: Data Rekam Medis Pasien RSU Kota Tangerang Selatan 2022

Kesimpulan :

Hasil pemeriksaan pada awal masuk rumah sakit (3/11/2022) kadar hb,
hematokrit, natrium, kalium, MCV, dan limfosit dibawah normal, sedangkan
kadar klorida, trombosit, dan Gula darah sewaktu diatas normal.

Pembahasan :

 Berdasarkan pemeriksaan biokimia menunjukkan kadar hb, hematokrit, dan


MCV rendah menandakan pasien mengalami anemia. Anemia yang dialami
pasien disebabkan oleh infeksi kronik yang diderita pasien yaitu TB Paru.
Anemia yang disebabkan oleh infeksi kronik seperti TB mempunyai
karakteristik yaitu terganggunya homeostasis zat besi dengan adanya
peningkatan ambilan dan retensi zat besi dalam sel RES. Zat besi merupakan
faktor pertumbuhan terpenting untuk Mycobacterium tuberculosis. Retensi
besi pada sistem retikuloendotelial merupakan salah satu mekanisme
pertahanan tubuh. Terganggunya hemostatis zat besi menyebabkan terjadinya
pengalihan zat besi dari sirkulasi ke tempat penyimpanan sistem
retikuloendotelial dan diikuti terbatasnya persediaan zat besi untuk sel
eritroid progenitor. Hal ini menyebabkan terbatasnya proses pembentukan
eritrosit.
 Kalium berperan dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh dan mengatur
tekanan darah. Natrium memiliki banyak fungsi, antara lain untuk
mengendalikan kadar air dalam tubuh, menjaga tekanan darah, serta
mengatur sistem saraf dan kinerja otot. Ketika kadar kalium dalam tubuh
berkurang, berbagai gejala akan muncul, tergantung kepada jumlah kalium
yang hilang.. Hyponatremia dan hipokalemia disebabkan karena pasien
mengalami muntah, BAB cair, dan keringat berlebih sehingga banyak
kehilangan cairan elektrolit
 Trombosit tinggi menunjukkan bahwa pasien mengalami trombositosis.
Trombosistosis yang dialami pasien masuk dalam jenis trombositosis
sekunder. Trombositosis sekunder merupakan salah satu reaksi berlebih
terhadap kondisi yang dialami tubuh, dan dapat disebabkan oleh beberapa
kondisi lain. Salah satunya yaitu kondisi infeksi yang dialami yaitu
tuberkulosis paru, Reaksi yang berlebihan tersebut bisa memicu pelepasan
sitokin-sitokin yang menyebabkan meningkatnya produksi trombosit.
 Penyebab limfositopenia yang paling umum adalah infeksi virus, bakteri,
parasit, dan jamur. Semua jenis infeksi serius seperti infeksi HIV, hepatitis,
tuberkulosis, typhoid, sepsis dan lain-lain semuanya dapat menurunkan kadar
limfosit. Limfosit rendah atau limfositopenia disebebkan karena pasien
menderita penyakit TBC yang berasal dari infeksi bakteri
 Gula darah sewaktu (GDS) tinggi menandakan hiperglikemia karena ada
terlalu banyak gula dalam darah karena tubuh kekurangan insulin. Ini
merupakan karakteristik dari penyakit diabetes mellitus.

c) Pemeriksaan Fisik Klinik


 Kesan Umum : sedang, kesadaran compos mentis
 Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital:
Tabel… Hasil Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan

Tekanan Darah 126/83 mmHg <120/80 mmHg Pre-hipertensi

Suhu 36,9 ℃ 36,1 – 37,2 ℃ Normal

Pernapasan 20x/menit 12-20 x/menit Normal

Nadi 100x/menit 60-100 x/menit Normal

Kesimpulan :
Pemeriksaan klinis pada pasien menunjukkan normal kecuali tekanan darah yang
menunjukkan pre-hipertensi

Pembahasan :
Kesan umum pasien sedang dan kesadaran compos mentis yang berarti pasien
masih dalam keadaan sadar namun pasien tampak lemah. Berdasarkan hasil
pemeriksaan klinis tanda-tanda vital pada pasien menunjukkan normal kecuali
tekanan darah yang menunjukkan pre-hipertensi

d) Dietary History

Kebiasaan Makan  Pagi : Singkong kukus


(SMRS)  Siang : Nasi (1 centong), Tahu (1P),
Sayur bayam (1P)
 Sore : Susu dancow (1 bungkus)
 Malam : Nasi (1 centong), Tempe
(1P), sayur sop (1P)

Frekuensi Makan 2x makanan utama


a. Food Recall 24 H sebelum intervensi (SMRS Ny. E
Tabel… Asupan Recall SMRS Ny. E

Nama Nama Berat E


Waktu P (g) L (g) KH (g)
Menu BM (g) (kkal)

Singkong 100
Pagi Singkong 146 1,24 0,26 34,76
kukus gr

SUB TOTAL 146 1,24 0,26 34,76


100
Nasi Nasi 180 3 0,3 39,8
gr
Makan 100
Tahu Tahu 80 10,9 4,7 0,8
Siang gr
Sayur 100
Bayam 23 1,2 0,6 3,7
bayam gr
SUB TOTAL 283 15,1 5,6 44,3
Susu Susu
Snack 27 gr 120 5 6 14
dancow dancow
SUB TOTAL 120 5 6 14
100
Nasi Nasi 180 3 0,3 39,8
gr
Tempe Tempe 50 gr 100,5 10,4 4,4 6,75
Makan
Malam Wortel 20 gr 5,6 0,14 0,1 1,26
Sayur
Buncis 20 gr 6 0,44 0,04 1,28
Sop
Kentang 20 gr 12,4 0,42 0,04 2,7
SUB TOTAL 304,5 13,98 4,88 51,79
Total asupan energi dalam 1 hari 853,5 35,32 16,74 144,85
Kebutuhan Individu 1427 71,35 39,63 196,21
% Asupan 59,81% 49,50% 42,24% 73,82%
Kuran Kurang Kurang
Keterangan Kurang
g

Kriteria kecukupan intake energi dan zat gizi (WNPG, 2004) :

Kategori Kecukupan Gizi Keterangan


80-110% Baik
<80%% Kurang
>110% Lebih
b. Food recall 24H MRS :
Tabel… Asupan Recall MRS Ny. E

Nama Nama Berat E


Waktu P (g) L (g) KH (g)
Menu BM (g) (kkal)
100
Nasi Nasi 180 3 0,3 39,8
gr
Sore
Sayur 100
Bayam 23 1,2 0,6 3,7
bayam gr
SUB TOTAL 203 4,2 0,9 43,5
Snack Pudding Pudding
40 gr 48 0,69 1,37 6,56
Sore Biskuit biskuit
SUB TOTAL 48 0,69 1,37 6,56

Nasi Nasi 50 gr 90 1,5 0,15 19,9

Makan Tahu bb. 100


Tahu 80 10,9 4,7 0,8
Malam kuning gr
100
Pepaya Pepaya 46 0,5 12 12,2
gr
SUB TOTAL 216 12,4 16,85 32,9
Makan Daging
daging 50 gr 87 9,8 5 0
Pagi teriyaki
SUB TOTAL 87 9,8 5 0
Snack Kraker Kraker
16 gr 70 1 2,5 11
pagi DM DM
SUB TOTAL 70 1 2,5 11
Makan Nasi Nasi 100 gr 180 3 0,3 39,8
Siang
Sayur Labu
20 gr 3,4 0,164 0,026 0,78
Asem siam
Kacang
20 gr 6,2 0,46 0,02 1,06
Panjang
Jagung
20 gr 17,2 0,644 0,236 3,8
manis
Daun
5 gr 5,2 0,2 0,06 1,06
melinjo
Nangka 15 gr 8,1 0,3 0,054 1,78
muda
Nama Nama Berat E
Waktu P (g) L (g) KH (g)
Menu BM (g) (kkal)
Tumis
wortel Wortel 40 gr 14,4 0,4 0,24 3,16
jagung
Jagung 30 gr 25,8 0,96 0,35 5,7
Jeruk Jeruk
100 gr 45 0,9 0,2 11,2
manis manis
Melon Melon 100 gr 37 0,6 0,4 7,8

SUB TOTAL 342,3 7,628 1,886 76,14

Total asupan energi dalam 1 hari 966,3 35,718 28,506 170,1

Kebutuhan Individu 1427 71,35 39,63 196,21

% Asupan 67,7 50,06 71,93 86,69


Kuran Kurang Baik
Keterangan Kurang
g

e) Terapi Medis
Tabel…Terapi Medis
Jenis Obat/ Tindakan Fungsi
OAT 3 FDC Untuk mengobati Tuberculosis dan infeksi
bakteri Mycobacterium
Apidra Apidra adalah obat yang diperuntukkan bagi
pasien dengan diabetes mellitus, baik tipe 1
maupun tipe 2. Pengobatan ini mengandung
insulin glulisine yang termasuk ke dalam
golongan insulin rapid acting insulin. Injeksi
insulin ini dilakukan pada 15 menit sebelum
makan atau 20 menit setelah makan.
Ezelin Untuk diabetes melitus (DM) yang
memerlukan terapi insulin pada pasien dewasa,
remaja, dan anak ≥6 tahun
Omeprazole Obat untuk menangani penyakit asam lambung

Pendokumentasian Assessment Gizi


Data Dasar Identifikasi Masalah
Antropometri (AD) Status gizi lebih
AD 1.1 (gemuk ringan)
- Berat badan 52 kg
Data Dasar Identifikasi Masalah
- Tinggi badan 144,64 cm
- IMT 25,07 kg/m2

-
Biokimia (BD)
BD 1.7
- Hb 11 (normal 13,2-17,3) - Defisiensi zat gizi
- Hekatokrit 33 (normal 40-52) mikro
- Natrium 128 (normal 135 – - Hiperglikemia
147) - Hiponatremia
- K 3,4 (normal 3,5-5) - Penyakit infeksi
- Clorida 109 (normal 95-105)
- Trombosit 554 (normal 150-
440)
- MCV 76 (normal 80-100)
- Limfosit 10 (normal 15-40)
- GDS 170 (normal 76-140)
-
Fisik Klinis (PD)
PD 1.1
- Tekanan darah 126/83 mmHg - Pre hipertensi
(Normal: 120/80 mmHg)
PD 1.1.3
- Sesak Napas
- Batuk - Infeksi paru
- Mual - Gastritis
- muntah
Riwayat Makanan dan Gizi (FH)
FH 1.1
- Asupan energi SMRS kurang - Asupan energi
(59,81%) inadekuat
- Asupan protein SMRS - Asupan protein
kurang (49,50%) inadekuat
- Asupan lemak SMRS kurang - Asupan lemak
(42,24%) inadekuat
- Asupan karbohidrat SMRS - Asupan
kurang (73,82%) karbohidrat
inadekuat
Riwayat Pasien (CH)
CH 1.1
- Usia 56 tahun
- Jenis kelamin perempuan
Data Dasar Identifikasi Masalah
CH
- Riwayat penyakit TB paru 1
bulan lalu
- Riwayat penyakit diabetes
mellitus
- Rutin minum obat dari faskes

C. DIAGNOSIS GIZI
a) Domain Intake
NI 1.1
Asupan oral inadekuat berkaitan dengan gangguan fungsi gastrointestinal mual,
muntah dan nyeri ulu hati ditandai dengan asupan SMRS karbohidrat kurang
(59,81%), protein kurang (49,5%), lemak (42,24%), dan karbohidrat kurang
(73,82%)

b) Domain Klinis
NC 2.2
Perubahan nilai lab terkait gizi berkaitan dengan kondisi infeksi Tb paru ditandai
dengan kadar Hb pasien rendah sebesar 11 g/dL dan hematokrit rendah sebesar 33%
dan limfosit sebesar 10 103/UL.

NC 2.2
Perubahan nilai lab terkait gizi (glukosa) berkaitan dengan gangguan metabolik
endokrin (penyakit diabetes mellitus) ditandai dengan tingginya kadar Glukosa
Darah Sewaktu (170 mg/dL)

NC 3.2
Kehilangan Berat badan yang tidak diinginkan berkaitan dengan kondisi penyakit
TB yang diderita pasien ditandai dengan penurunan BB ±18 kg dalam enam bulan
c) Domain Perilaku
NB 1.4
Kurang dapat memonitor diri sendiri berkaitan dengan riwayat penyakit kronik
pasien yaitu DM dan Tb ditandai dengan pasien makan tidak teratur, makanan tidak
aman, dan tidak pernah melakukan aktivitas fisik

D. PERENCANAAN ASUHAN GIZI


1. Preskripsi Diet
a. Tujuan Diet
1) Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh
2) Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal
3) Memberikan makanan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta
mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan
4) Memperbaiki status gizi agar pasien dapat melakukan aktivitas normal
sehingga mempunyai kualitas hidup baik
5) Memperbaiki kebiasaan makan untuk mendapatkan control metabolic yang
baik
6) Memberikan asupan sesuai daya terima pasien dan meningkat secara bertahap

b. Syarat Diet
1) Kebutuhan energi tinggi 25 kkal/kg BB
2) Protein tinggi, yaitu 10-20% total asupan energi
3) Lemak diberikan 20-25% dari kebutuhan kalori
4) Karbohidrat dianjurkan sebesar 45-65% total energi
5) Membatasi pemberian gula, tidak lebih dari 5% dari total kebutuhan kalori
6) Konsumsi serat 20-25 gr/hari. Konsumsi serat pada gastritis diberikan
bertahap mulai dari serat rendah sampai kebutuhan normal sesuai kondisi
pasien.
7) Tidak mengandung bahan makanan berbumbu tajam

c. Kebutuhan Zat Gizi


BBI (tinngi <150 cm) = (TB – 100) – 1 kg
= 44, 6 kg
BMR = 25 kkal x BBI
= 25 kkal x 44,6 kg
= 1.115 kkal
Energi = BMR + Fa+Fs-Fu
= 1.115 + 20% + 13% - 5%
= 1.115 + 223 + 145 – 55,75
= 1.427 kkal
Protein (20%) = 20% x 1.427 kkal : 4 = 71,35 gr
Lemak (25%) = 25% x 1.427 kkal : 9 = 39,63 gr
KH (55%) = 55% x 1.427 kkal : 4 = 196,21 gr

2. Metode Pemberian
Tanggal 04/11/2022 Sore – 05/11/2022 Pagi
a. Jenis Diet : DM
b. Bentuk Makanan : Bubur

Tanggal 05/11/2022 siang – 05/11/2022 malam

a. Jenis Diet : DM
b. Bentuk Makanan : Makanan Lunak

Tanggal 06/11/2022 Pagi – 07/11/2022 Malam


a. Jenis Diet : DM
b. Bentuk Makanan : Makanan Biasa

a. Rute Makanan : Oral


b. Frekuensi : 3x sehari dan 2x selingan

3. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Monitor Parameter Evaluasi/ Target

Antropometri IMT Mencapai status gizi normal


untuk menunjang kesehatan

Biokimia Kadar GDS, hb, Membandingkan kadar GDS, hb,


trombosit, trombosit, hematokrit, limfosit,
hematokrit, natrium, kalium setiap hasil
limfosit, natrium, pemeriksaan
kalium

Fisik/Klinis Tanda-tanda vital Mempertahankan nilai klinis pada


dan fisik nilai normal dan meminimalisir
rasa mual, sesak dan nyeri pada
ulu hati

Asupan Asupan makan Membandingkan asupan makan


makanan pasien di rumah pasien sebelum dan setelah
sakit minimal intervensi
mencapai 80% dari
total kebutuhan
harian

4. Perencanaan Konsultasi Gizi


Hari, tanggal : Senin, 7 November 2022
Tempat : Ruangan Pasien (Iso Paru 4 Bed 1)
Sasaran : Pasien dan keluarga
Media : Leaflet
Materi Konseling :
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai pentingnya pola makan yang teratur
b. Menjelaskan kepada pasien mengenai diet yang diberikan dan makanan yang
dianjurkan maupun tidak dianjurkan
c. Memotivasi pasien dan keluarga pasien untuk menerapkan diet yang diberikan
5. Perencanaan Menu
a) Hari Pertama (04 sore November 2022)

Waktu Nama Nama BM Berat E (kkal) P (g) L (g) KH (g)


Menu (g)
Pagi bubur Beras 50 178,5 4,2 0,85 38,55
daging Daging sapi 25 43,5 4,9 2,5 0
teriyaki,
wortel, Wortel 25 9 0,25 0,15 1,975
buncis Buncis 25 8,5 0,6 0,07 1,8
kukus 5
SUB TOTAL 239,5 9,95 3,57 42,325
5
Snack Krakers Krakers 16 70 1 1 11
selai DM Selai 10 30 0 0 7
SUB TOTAL 100 1 1 18
Makan Nasi tim Nasi Merah 150 223,5 4,2 0,6 48,75
Siang Pepes Ikan 50 69,5 7,65 3,15 9,65
tenggiri tenggiri
Perkedel Tahu 50 40 5,45 2,35 0,4
tahu Telur 10 15,4 1,24 1,08 0,07
Sayur asem Labu siam 30 9 0,18 0,03 2,01
(labu siam, Kacang 20 6,2 0,46 0,02 1,06
kacang panjang
panjang, Jagung 20 17,2 0,66 0,28 3,8
jagung manis
manis, daun Daun 5 5,2 0,25 0,06 1,065
melinjo, melinjo 5
nangka Nangka 20 11,4 0,4 0,08 2,26
muda muda
Tumis Wortel 40 14,4 0,4 0,24 3,16
wortel, Jamur putih 40 12 0,76 0,04 2,2
jamur putih
(DM)
Jeruk manis Jeruk manis 100 45 0,9 0,2 11,2
SUB TOTAL 468,8 22,55 8,13 85,625
5
Snack Buah Pepaya 90 41,4 0,45 10,8 10,98
Sore Potong
SUB TOTAL 41,4 0,45 10,8 10,98
Makan Bubur beras Beras 40 142,8 3,36 0,68 30,84
Waktu Nama Nama BM Berat E (kkal) P (g) L (g) KH (g)
Menu (g)
Malam Telur bb. Telur 50 77 6,2 5,4 0,35
(mulai Kari
dari Tempe orek Tempe 50 100,5 9,1 4,4 6,75
makan
malam) Capcay Kembang 25 6,25 0,6 0,05 1,225
(kembang kol
kol, wortel, Wortel 20 7,2 0,2 0,12 1,58
sawi hijau, Sawi hijau 20 5,6 0,46 0,06 0,8
bakso)
Bakso 20 21,54 3,69 0,46 0,92
Pepaya Pepaya 90 41,4 0,45 10,8 10,98
(DM)
SUB TOTAL 402,29 24,06 21,9 53,45
7
Total asupan energi dalam 1 hari 1251, 58,01 45,4 210,3
8
Kebutuhan Individu 1427 71,35 39,6 196,21
3
% Kebutuhan 87,73 81,30 114 107

b) Hari Kedua (05 November 2022)

Waktu Nama Nama BM Berat E (kkal) P (g) L (g) KH (g)


Menu (g)
Pagi Bubur Beras 50 178,5 4,2 0,85 38,55
ayam, telur Ayam 40 119,2 7,28 10 0
rebus Telur 40 61,6 4,96 4,32 0,28
SUB TOTAL 359,3 16,44 15,17 38,83
Snack Puding coklat hijau (DM) 50 15,47 1,02 0,85 1,1
SUB TOTAL 15,467 1,017 0,85 1,1
Siang Nasi tim Nasi Merah 150 223,5 4,2 0,6 48,75
Kalio hati Hati sapi 50 137 8 11 1,5
sapi
Tempe terik Tempe 50 75 7 3,85 4,55
Sup 3 warna Wortel 50 18 0,5 0,3 3,95
(wortel, Buncis 15 5,1 0,36 0,045 1,08
buncis, Kentang 35 21,7 0,735 0,07 4,725
kentang)
Labu siam Labu siam 60 18 0,36 0,06 4,02
baby rebus baby
(DM)
Waktu Nama Nama BM Berat E (kkal) P (g) L (g) KH (g)
Menu (g)
Melon Melon 100 37 0,6 0,4 7,8
(DM)
SUB TOTAL 535,3 21,755 16,325 76,375
Snack Wafer DM 15 75 0,83 3,33 0,83
SUB TOTAL 75 0,83 3,33 0,83
Malam Nasi tim Nasi 150 180 3,6 0,6 39
Rolade Rolade 55 72,89 7,95 3,31 3,98
ayam ayam
Tahu bacem Tahu 70 56 7,63 3,29 0,56
Kare timun Timun 65 5,2 0,13 0,13 0,91
wortel Wortel 40 14,4 0,4 0,24 3,16
Jeruk manis Jeruk manis 100 45 0,9 0,2 11,2
SUB TOTAL 373,49 20,61 7,77 58,81
Total asupan energi dalam 1 hari 1358,56 60,66 43,45 175,94
Kebutuhan Individu 1427 71,35 39,63 196,21
% Kebutuhan 95,20 85,01 109,64 89,67

c) Hari Ketiga (06 November 2022)

Nama Berat E KH
Waktu Nama BM P (g) L (g)
Menu (g) (kkal) (g)
Bubur
Bubur
kacang 100 108,3 3,5 3,1 17,8
kacang hijau
Pagi hijau
Roti tawar Roti tawar 70 190,00 6,00 3,50 32
Telur rebus Telur 50 77 6,2 5,4 0,35
SUB TOTAL 375,33 15,73 11,97 50,11
Talam gula
Talam Gula
Snack merah 50 76,5 2,635 2,37 10,63
Merah
(DM)
SUB TOTAL 76,5 2,635 2,37 10,63
Nasi merah Nasi Merah 100 149 2,8 0,4 32,5
Empal Daging
50 124 18,1 3,45 5,05
daging empal
goreng
Minyak 5 44,2 0 5 0
(MB)
Siang
Tahu Tahu 50 40 5,45 2,35 0,4
goreng
Minyak 5 44,2 0 5 0
(MB)
Soto Tauge
10 3,7 0,44 0,05 0,38
lamongan kacang hijau
Nama Berat E KH
Waktu Nama BM P (g) L (g)
Menu (g) (kkal) (g)
(tauge Kol 10 2,9 0,14 0,02 0,53
kacang Ayam 10 29,8 1,82 2,5 0
hijau, kol, Telur 10 15,4 1,24 1,08 0,07
ayam, telur Bihun 15 16,35 0,1365 0,03 3,735
rebus,
Tomat 5 1,2 0,065 0,025 0,235
tomat)
Tumis Wortel 20 7,2 0,2 0,12 1,58
wortel,
putren Putren 20 29,4 1,02 0,14 6,3
(DM)
Pepaya Pepaya 100 46 0,5 0,1 12,2
SUB TOTAL 553,4 31,9 20,3 63,0
Snack Misoa Misoa 40 138 3,4 0,88 30,6
SUB TOTAL 138 3,4 0,88 30,6
Nasi Nasi 100 180 3 0,3 39,8
Tuna asam
Ikan tuna 50 50 6,85 0,75 4
manis
Tempe
Tempe 50 75 7 3,85 4,55
bakar
Tumis wortel 30 9 0,18 0,03 2,01
Malam wortel,
kacang,
Kacang
panjang, 30 9,3 0,69 0,03 1,59
panjang
daun
bawang
Jeruk manis
Jeruk manis 100 45 0,9 0,2 11,2
(DM)
SUB TOTAL 368,3 18,62 5,16 63,15
1511,4 217,4
Total asupan energi dalam 1 hari 72,30 40,64
8 7
196,2
Kebutuhan Individu 1427 71,35 39,63
1
% Kebutuhan 105,9 101,3 102,6 110,8

d) Hari Keempat (07 November 2022)

Nama Berat E KH
Waktu Nama BM P (g) L (g)
Menu (g) (kkal) (g)
Nasi tim Nasi Tim 150 180 3,6 0,6 39
Makan Pagi wortel, Wortel 15 5,4 0,15 0,09 1,185
kacang Kacang 5 1,85 0,155 0,01 0,395
Nama Berat E KH
Waktu Nama BM P (g) L (g)
Menu (g) (kkal) (g)
polong
polong, Ayam 25 74,5 4,55 6,25 0
ayam
Kuah sup
Sosis 25 55 3,5 3 3,5
sosis
SUB TOTAL 316,75 11,955 9,95 44,08
Krakers Krakers 16 70 1 1 11
Snack selai
Selai 10 30 0 0 7
(DM)
SUB TOTAL 100 1 1 18
Nasi Nasi Merah 100 149 2,8 0,4 32,5
Telur
pindang Telur 50 77 6,2 5,4 0,35
kecap
Tempe bb.
Tempe 45 90,45 8,19 3,96 6,075
Tomat
Sup ayam Wortel 15 5,4 0,15 0,09 1,185
Makan
(wortel, Ayam 15 44,7 2,73 3,75 0
Siang
ayam, Buncis 25 8,5 0,6 0,075 1,8
buncis,
Kentang 25 15,5 0,525 0,05 3,375
kentang)
Ketimun
rebus Ketimun 40 3,2 0,08 0,08 0,56
(DM)
Melon Melon 100 37 0,6 0,4 7,8
53,64
SUB TOTAL 430,75 21,875 14,205
5
Snack Sore Puding roti (DM) 50 76,5 2,635 2,37 11,63
SUB TOTAL 76,5 2,635 2,37 11,63
Nasi Nasi 100 180 3 0,3 39,8
Ayam
bakar Ayam 50 149 9,1 12,5 0
madu
Makan
Pepes
Sore/Mala Tahu 70 56 7,63 3,29 0,56
tahu
m
Cah Brokoli 25 8,5 0,705 0,0925 1,66
brokoli
Wortel 25 9 0,25 0,15 1,975
wortel
Pepaya Pepaya 90 41,4 0,45 0,09 10,98
16,422 54,97
SUB TOTAL 443,9 21,135
5 5
Total asupan energi dalam 1 hari 1367,9 58,6 43,947 182,3
Nama Berat E KH
Waktu Nama BM P (g) L (g)
Menu (g) (kkal) (g)
5 3
196,2
Kebutuhan Individu 1427 71,35 39,63
1
% Kebutuhan 95,86 82,13 110,89 92,93
BAB IV
PELAKSANAAN INTERVENSI GIZI
4.1. Monitoring dan Evaluasi Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien

Pemeriksaan Nilai Nilai pemeriksaan


Normal Awal Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
masuk RS Intervensi Intervensi Intervensi
(3/11/2022) (5/11/2022) (6/11/2022) (7/11/2022)
GDS 76-140 170 mg/dL 232 mg/dL 113 mg/dL 211 mg/dL
mg/dL
Hb 13,2-17,3 11 gr/dL - - -
gr/dL
Hekatokrit 40-52% 33% - - -
Natrium 135 – 147 128 128 135 135
mmol/dL mmol/dL mmol/dL mmol/dL mmol/dL
K 3,5-5 3,4 3,2 3 mmol/dL 3 mmol/dL
mmol/dL mmol/dL mmol/dL
Clorida 95-105 109 91 mmol/dL 93 mmol/dL -
mmol/dL mmol/dL
Trombosit 150-440 554 ribu/uL - - -
ribu/uL
MCV 80-100 fl 76 fl - - -
Limfosit 15-40 10 103/UL - - -
103/UL

Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pengamatan terkait pemeriksaan biokimia pasien, hasil menunjukkan
bahwa setelah intervensi, pada tanggal 05/11/2022 kadar GDS tinggi, kalium rendah, dan
klorida rendah. Pada hari kedua intervensi tanggal 06/11/2022 kadar GDS normal. Pada
hari ketiga intervensi tanggal 07/11/2022 kadar GDS mengalami peningkatan kembali,
natrium normal, dan kalium rendah.
Nilai GDS yang mengalami peningkatan dapat dikarenakan pasien belum mengerti dan
paham bagaimana mengontrol kadar gula darah melalui diet yaitu dibuktikan dengan
pasien yang selalu merasa lapar dan makan terus menerus dengan membawa makanan
sendiri dari rumah. Beberapa kali pasien diketahui membawa nasi serta sayur dari rumah
pasien juga makan roti sobek isi untuk mengurangi rasa lapar, dan pasien juga membawa
buah seperti melon dari rumah.

4.2. Monitoring dan Evaluasi Hasil Pemeriksaan Fisik/Klinik


Pemeriksaa Hasil Hasil Hasil Hasil Nilai Keterangan
n (3/11/2022) (5/11/2022) (6/11/2022 (7/11/2022) Normal
)

Tekanan 126/83 130/60 132/86 119/77 <120/80 Normal


Darah mmHg

Suhu 36,9 oC 38,1 oC 37,5 oC 37,3 oC 36,1 – Normal


37,8 C

Pernapasan 20x/menit 22 x/menit - 21 x/menit 12-20 Tinggi


x/menit

Nadi 100x/menit 119 115 82 x/menit 60-100 Normal


x/menit x/menit x/menit

Kesimpulan:
Berdasarkan hasil observasi klinis pasien selama 3 hari, bahwa tanda-tanda vital pasien
selama intervensi 3 hari tergolong tinggi terutama pada pernapasan.

4.3. Monitoring dan Evaluasi Asupan Makan Pasien


Implementasi Pemberiaan Diet

Tanggal Jenis Diet Kebutuhan Asupan % Keterangan

05/11/202 ML E : 1.427 kkal E : 1263,81 E : 88,56% E : Baik


2 kkal
P : 71,35 gr P : 58,55% P : Kurang
P : 41,78 gr
L : 39,63 gr L : 96,31% L : Baik
L : 38,17 gr
KH : 196,21 gr KH :93,04% KH : Baik
KH : 182,55 gr

06/11/202 MB E : 1.427 kkal E : 1337,6 kkal E : 91,32% E : Baik


2
P : 71,35 gr P : 47,5 P : 65,33% P : Kurang

L : 39,63 gr L : 24,5 gr L : 61,16% L : Kurang

KH : 196,21 gr KH : 235,9 gr KH : KH : Lebih


115,96%

04 Makan Bubur - E : 1.427 kkal E : 1428,36 E : 100% E : Baik


malam - MB kkal
07/11/202 P : 71,35 gr P : 94,16% P : Baik
2 (Snack P : 67,18 gr
L : 39,63 gr L : 110,02% L : Baik
pagi, L : 43,60gr
makan
Tanggal Jenis Diet Kebutuhan Asupan % Keterangan

siang, KH : 196,21 gr KH : 192,41 gr KH : 98,06% KH : Baik


snack sore,
Makan
malam)

Kesimpulan :

Rata-rata asupan makan Ny. E selama 3 hari antara lain asupan energi sebesar 93,3%,
asupan protein sebesar 72,68%, asupan lemak sebesar 89,16%, asupan karbohidrat
sebesar 102,35%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata
kecukupan gizi NY. E selama 3 hari untuk energi kategori baik, protein kategori kurang,
lemak kategori baik, dan karbohidrat berada pada kategori baik.
Selama 3 hari intervensi, rata-rata asupan makanan sumber protein rendah. Pasien
mengatakan jarang makan makanan sumber protein hewani dikarenakan tidak mau
memakannya. Tetapi pasien masih makan protein hewani seminggu 2x. Asupan protein
dan energi yang tidak mencukupi dapat menghambat fungsi beberapa mekanisme
pertahanan tubuh yang umum yang penting untuk memerangi tuberkulosis. Pada
penderita TB yang kurang gizi akan mengakibatkan produksi antibodi dan limfosit
terhambat, sehingga proses penyembuhan menjadi terhambat. Pada pembentukan
antibodi serta limfosit diperlukan adanya bahan baku berupa protein dan karbohidrat.
(Dillon, 1995)
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1) Hasil assessment yang dilakukan menunjukkan bahwa:
a) Status gizi pasien berdasarkan hasil perhitungan Indenks Massa Tubuh (IMT)
yaitu masuk kedalam kategori gemuk tingkat ringan pada klasifikasi nasional
PGN tahun 2014.
b) Berdasarkan hasil biokimia pasien menunjukkan kadar kadar hb, hematokrit,
natrium, kalium, MCV, dan limfosit dibawah normal, sedangkan kadar klorida,
trombosit, dan Gula darah sewaktu diatas normal.
c) Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis (tanda-tanda vital) pasien menunjukkan
bahwa masih dalam batas normal kecuali tekanan darah yang menunjukkan pre-
hipertensi
d) Riwayat asupan pasien menunjukkan bahwa asupan energi, protein, lemak, dan
karbohidrat kurang dari kebutuhan.
2) Hasil diagnosis gizi berdasarkan asesmen yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
asupan oral inadekuat, perubahan nilai lab yaitu hemoglobin dan hematokrit, dan
GDS serta kehilangan berat badan yang tidak diinginkan.
3) Intervensi yang dilakukan yaitu dengan pemberian diet DM dengan bentuk makanan
dimulai dari bubur, dilanjutkan ke bentuk makanan lunak, dan dilanjutkan ke bentuk
makanan biasa, rute makan oral dan frekuensi makan 3 kali makanan utama, 2 kali
selingan. Pemberian makan ditingkatkan bentuknya dikarenakan saat intervensi hari
pertama pasien masih merasa mual dan sakit di ulu hati karena penyakit gastritis.
Hari kedua dan ketiga sudah menurun rasa mualnya sehingga dapat dilanjutkan ke
bentuk lunak dan biasa.
4) Monitoring dan evaluasi yang dilakukan yaitu:
a) Parameter biokimia dengan evaluasi membandingkan kadar GDS, Natrium, dan
Kalium pada setiap pemeriksaan laboratorium.
b) Parameter fisik/klinis dengan evaluasi membandingkan tanda-tanda vital pada
setiap pemeriksaan.
c) Parameter asupan makan dengan evaluasi membandingkan asupan zat gizi makro
dengan kebutuhan pasien.
5) Hasil monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan selama 3 hari menunjukkan
bahwa:
a) Terjadi perubahan kadar Gula Darah Sewaktu pada awal pasien masuk rumah
sakit yaitu sebesar 170 mg/dL menjadi 232 mg/dL kemudian mengalami
penurunan menjadi 113 mg/dL dan meningkat kembali menjadi 211 mg/dL (↑).
Kadar gula dasar sewaktu pasien meningkat kembali di hari ketiga intervensi
dikarenakan pada hari kedua di waktu malam hari pasien membawa makanan dari
luar. Pasien diketahui sering merasa lapar dan selalu ingin makan. Untuk itu
jadwal pemberian diet untuk pasien DM perlu diperhatikan yaitu dengan jadwal
pemberian diet 3x kakan utama dan 3x selingan.
b) Terjadi perubahan kadar Natrium pada awal pasien masuk rumah sakit yaitu
sebesar 128 mmol/L menjadi 135 mmol/L (normal). Pasien masuk rumah sakit
dengan keluhan BAB cair sejak 2 hari SMRS, dan muntah terkadang sebanyak 1-
2 sdm. Karena sebab itulah pasien mengalami elektrolit imbalance yaitu
rendahnya kadar natrium. Setelah 3 hari intervensi, kadar natrium pasien
menunjukkan nilai normal.
c) Terjadi perubahan kadar Kalium pada awal pasien masuk rumah sakit yaitu
sebesar 109 mmol/L menjadi 3 mmol/L (↓ ¿.
d) Terjadi perubahan hasil pemeriksaaan fisik/klinis, yaitu tekanan darah normal
119/77 mmHg, Pernapasan tinggi sebesar 21x/menit, nadi sebesar 82 x/menit,
dan suhu pasien dalam kategori normal.
e) Terjadi peningkatan asupan makan pasien. Sebelumnya pasien mengalami
penurunan nafsu makan karena mual, dan muntah disertai dengan nyeri di ulu
hati sehingga asupan makan pasien kurang dan tidak dihabiskan, namun selama 3
hari monitoring, pasien makan setengah porsi hingga habis. Pada hari ke-1 dan
ke-2 intervensi, asupan protein kurang dari kebutuhan disebabkan kebiasaan
makan pasien jarang makan protein hewani, tetapi setelah pemberian edukasi,
pasien mau makan dan menghabiskan makanan sumber protein. Setelah nafsu
makan pasien membaik diketahui bahwa pasien sering merasa lapar dan
membawa makanan dari luar rumah sakit. Makanan yang sering dibawa berupa
nasi dan sayur, pasien juga makan roti sobek yang dibeli diluar, dan juga
membawa buah melon.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang diberikan adalah pihak Rumah Sakit
diharapkan dapat memonitoring kepatuhan diet tiap pasien guna mempercepat proses
pemulihan seperti persentase asupan makan dan konsumsi makanan dari luar setiap
harinya. Selain itu, mahasiswa diharapkan untuk turut update akan perkembangan ilmu
pengetahuan dan diet. Serta diharapkan bagi universitas khususnya prodi gizi agar dapat
memberikan ilmu pengetahuan yang terbaru/terupdate kepada mahasiswanya.
DAFTAR PUSTAKA

Azis, W. A., Muriman, L. Y., & Burhan, S. R. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan
dengan Gaya Hidup Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, 2(1), 105-114.

American Diabetes Association. (2020). 2. Classification and diagnosis of diabetes:


Standards of Medical Care in Diabetes—2020. Diabetes care, 43(1), S14-S31.

Saputri, R. D. (2020). Komplikasi Sistemik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9(1), 230-236.

Nasution, F., Andilala, A., & Siregar, A. A. (2021). Faktor Risiko Kejadian Diabetes
Mellitus. Jurnal Ilmu Kesehatan, 9(2), 94-102.

Hardianto, D. (2020). TELAAH KOMPREHENSIF DIABETES MELITUS: KLASIFIKASI,


GEJALA, DIAGNOSIS, PENCEGAHAN, DAN PENGOBATAN: A Comprehensive
Review of Diabetes Mellitus: Classification, Symptoms, Diagnosis, Prevention, and
Treatment. Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI), 7(2), 304-317.

Decroli, E. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakulltas Kedokteran Universitas Andalas.

Hartono, D. (2019). Hubungan Self Care Dengan Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dokter Mohamad Saleh Kota
Probolinggo. Journal of Nursing Care and Biomoleculer, 4(2), 111-118.

Andri, J., Febriawati, H., Randi, Y., Harsismanto, J., & Setyawati, A. D. (2020).
Penatalaksanaan Pengobatan Tuberculosis Paru. Jurnal Kesmas Asclepius, 2(2), 73-80.

Prihanti, G. S., & Rahmawati, I. (2015). Analisis Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru.
Saintika Medika, 11(2), 127-132.

Nuraini, Ngadiarti I, Moviana Y. (2017). Bahan Ajar Dietetika Penyakit Infeksi. Jakarta:
Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Mar'iyah, K., & Zulkarnain, Z. (2021, November). Patofisiologi penyakit infeksi


tuberkulosis. In Prosiding Seminar Nasional Biologi (Vol. 7, No. 1, pp. 88-92).

Devi, W. K., Isti, S., & Idi, S. (2019). PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA
PASIEN TUBERKULOSIS DENGAN DIABETES MELLITUS TYPE II (Doctoral dissertation,
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

Rahmawati, A. (2020). PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN DIABETES


MELITUS TIPE II DENGAN GASTRITIS DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).
Dewi, N. P. A. S. P. (2022). GAMBARAN POLA MAKAN PADA PASIEN GASTRITIS DI
RSUD WANGAYA TAHUN 2022 (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Denpasar
Jurusan Keperawatan).

Rosiani, N., Bayhakki, B., & Indra, R. L. (2020). HUBUNGAN PENGETAHUAN


TENTANG GASTRITIS DENGAN MOTIVASI UNTUK MENCEGAH KEKAMBUHAN
GASTRITIS: Bahasa Indonesia. Al-Asalmiya Nursing: Journal of Nursing Sciences, 9(1), 10-
18.
LAMPIRAN
1. Lampiran Tabel Asupan Makan
a. 04/11/2022 (makan sore) + 07/11/2022 (snack pagi, makan siang, snack
sore, makan sore

Waktu Nama Nama Berat E Protein Lemak Karbohidra


Menu BM (gr) (kkal) (gr) (gr) t (gr)
Makan Bubur Beras 40 142,8 3,36 0,68 30,84
Malam beras
(04/11/2022 Telur bb. Telur 50 77 6,2 5,4 0,35
) Kari
Tempe Tempe 50 100,5 9,1 4,4 6,75
orek
Capcay Kemban 25 6,25 0,6 0,05 1,225
(kemban g kol
g kol, Wortel 20 7,2 0,2 0,12 1,58
wortel, Sawi 20 5,6 0,46 0,06 0,8
sawi hijau
hijau, Bakso 20 21,54 3,69 0,46 0,92
bakso)
Pepaya Pepaya 0 0 0 0 0
(DM)
*Melon Melon 100 37 0,6 0,4 7,8
SUB TOTAL 397,89 24,21 11,57 50,27
Snack Krakers Krakers 16 70 1 1 11
(07/11/2022 selai DM
) (DM) Selai 10 30 0 0 7
SUB TOTAL 100 1 1 18
Makan Nasi Nasi 100 149 2,8 0,4 32,5
Siang Merah
(07/11/2022 Telur Telur 50 77 6,2 5,4 0,35
) pindang
kecap
Tempe Tempe 37,5 75,375 6,825 3,3 5,0625
bb.
Tomat
Sup Wortel 15 5,4 0,15 0,09 1,185
ayam Ayam 15 44,7 2,73 3,75 0
(wortel, Buncis 25 8,5 0,6 0,075 1,8
ayam, Kentang 25 15,5 0,525 0,05 3,375
buncis,
kentang)
Ketimun Ketimun 0 0 0 0 0
Waktu Nama Nama Berat E Protein Lemak Karbohidra
Menu BM (gr) (kkal) (gr) (gr) t (gr)
rebus
(DM)
Pepaya Pepaya 100 46 0,5 0,1 12,2
SUB TOTAL 421,47 20,33 13,165 56,4725
5
Snack Sore Puding roti (DM) 50 76,5 2,635 2,37 11,63
(07/11/2022
)
SUB TOTAL 76,5 2,635 2,37 11,63
Makan Nasi Nasi 100 180 3 0,3 39,8
Sore/Malam Ayam Ayam 50 149 9,1 12,5 0
bakar
madu
Pepes Tahu 50 40 5,45 2,35 0,4
tahu
Cah Brokoli 25 8,5 0,705 0,0925 1,66
brokoli
wortel
Wortel 25 9 0,25 0,15 1,975
Pepaya Pepaya 100 46 0,5 0,1 12,2
SUB TOTAL 432,5 19,005 15,492 56,035
5
Total asupan energi dalam 1 hari 1428,3 67,18 43,60 192,41
6
Kebutuhan Individu 1427 71,35 39,63 196,21
% Kebutuhan 100,10 94,16 110,02 98,06
b. 05/11/2022

Nama Berat KH
Waktu Nama BM E (kkal) P (gr) L (gr)
Menu (gr) (gr)
Bubur Beras 50 178,5 4,2 0,85 38,55
Pagi ayam, telur Ayam 40 119,2 7,28 10 0
rebus Telur 40 61,6 4,96 4,32 0,28
SUB TOTAL 359,3 16,44 15,17 38,83
Snack Puding coklat hijau (DM) 50 15,47 1,02 0,85 1,1
SUB TOTAL 15,47 1,02 0,85 1,10
Nasi tim Nasi Merah 150 223,5 4,2 0,6 48,75
Kalio hati
Hati sapi 50 137 8 11 1,5
sapi
Tempe terik Tempe 12,5 18,75 1,75 0,9625 1,1375
Sup 3 warna Wortel 50 18 0,5 0,3 3,95
(wortel, Buncis 15 5,1 0,36 0,045 1,08
Siang buncis,
Kentang 35 21,7 0,735 0,07 4,725
kentang)
Labu siam
Labu siam
baby rebus 60 18 0,36 0,06 4,02
baby
(DM)
Melon
Melon 100 37 0,6 0,4 7,8
(DM)
dari
*Roti sobek Roti isi 50
luar 172,90 3,27 6,07 26,17
SUB TOTAL 651,95 19,78 19,51 99,13
Snack Wafer DM 7,5 37,5 0,42 1,67 0,42
SUB TOTAL 37,5 0,417 1,667 0,417
Nasi tim Nasi 150 180 3,6 0,6 39
Rolade Rolade
0 0 0 0 0
ayam ayam
Malam Tahu bacem Tahu 0 0 0 0 0
Kare timun Timun 65 5,2 0,13 0,13 0,91
wortel Wortel 40 14,4 0,4 0,24 3,16
Jeruk manis Jeruk manis 0 0 0 0 0
SUB TOTAL 199,6 4,13 0,97 43,07
Total asupan energi dalam 1 hari 1263,81 41,78 38,17 182,55
Kebutuhan Individu 1427 71,35 39,63 196,21
% Kebutuhan 88,56 58,55 96,31 93,04
c. 06/11/2022

Wakt Nama Nama Bera


E (kkal) P (gr) L(gr) KH (gr)
u Menu BM t (gr)
Bubur Bubur
kacang kacang 100 108,3 3,5 3,1 17,8
hijau hijau
Pagi Roti Roti
0 0 0 0 0
tawar tawar
Telur
Telur 0 0 0 0 0
rebus
SUB TOTAL 108,3 3,5 3,1 17,8
Talam
Talam
gula
Snack Gula 0 0 0 0 0
merah
Merah
(DM)
SUB TOTAL 0 0 0 0
Nasi Nasi
100 149 2,8 0,4 32,5
merah Merah
Empal Daging
50 124 18,1 3,45 5,05
daging empal
goreng
Minyak 5 44,2 0 5 0
(MB)
Tahu
goreng Tahu 0 0 0 0 0
(MB)
Soto Tauge
lamonga kacang 10 3,7 0,44 0,05 0,38
n (tauge hijau
Siang
kacang Kol 10 2,9 0,14 0,02 0,53
hijau, Ayam 10 29,8 1,82 2,5 0
kol, Telur 10 15,4 1,24 1,08 0,07
ayam, Bihun 15 16,35 0,1365 0,03 3,735
telur
rebus, Tomat 5 1,2 0,065 0,025 0,235
tomat)
Tumis Wortel 0 0 0 0 0
wortel,
putren Putren 0 0 0 0 0
(DM)
Pepaya Pepaya 100 46 0,5 0,1 12,2
SUB TOTAL 432,55 25,2415 12,655 54,7
Snack Misoa Misoa 40 138 3,4 0,88 30,6
Wakt Nama Nama Bera
E (kkal) P (gr) L(gr) KH (gr)
u Menu BM t (gr)

SUB TOTAL 138 3,4 0,88 30,6


Nasi Nasi 100 180 3 0,3 39,8
Tuna
Ikan
asam 0 0 0 0 0
tuna
manis
Tempe
Tempe 0 0 0 0 0
bakar
Tumis wortel 30 9 0,18 0,03 2,01
Mala
wortel,
m
kacang,
Kacang
panjang, 30 9,3 0,69 0,03 1,59
panjang
daun
bawang
Jeruk
Jeruk
manis 100 45 0,9 0,2 11,2
manis
(DM)
*Roti
Roti isi 50 172,90 3,27 6,07 26,17
sobek
Maka
*Nasi nasi 100 180 3 0,3 39,8
n dari
*Sayur
luar kangkun
kangkun 100 28 3,4 0,7 3,9
g
g
624,19719 14,44102 124,46822
SUB TOTAL 7,634766
6 8 4
Total asupan energi dalam 1 hari 1303,1 46,6 24,2 227,5
Kebutuhan Individu 1427 71,35 39,63 196,21
% Kebutuhan 91,32 65,33 61,16 115,96
Keterangan:

*) pasien membawa makanan dari luar Rumah Sakit

2. Lampiran Foto Pemorsian


a. 04/11/2022
b. 05/11/2022

c. 06/11/2022
d. 07/11/2022

3. Lampiran Leaflet
4. Lampiran Konsultasi

Anda mungkin juga menyukai