Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN GANGGUAN AKTIVITAS (MOBILITAS FISIK)


PADA AN.H DENGAN POST OP CRANIATOMY (EDH) DI RUANG MELATI 4
RSUD DR.SOEKARDJO TASIKMALAYA

DISUSUN OLEH :
KHOERUNNISA SILVIA DEWI
1490122091

PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
TAHUN AKADEMIK
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak
dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.  Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti
berdiri, berjalan dan bekerja.  Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal.
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Asmadi,
2008). Jadi dapat diartikan bahwa gangguan aktivitas merupakan ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Etiologi
Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut :
1.      Kelainan Postur
2.      Gangguan Perkembangan Otot
3.      Kerusakan Sistem Saraf Pusat
4.      Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular
5.      Kekakuan Otot
3. Manifestasi klinik
Menurut (Potter & Perry, 2006) manifestasi klinik pada gangguan aktivitas yaitu
tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan alat/orang lain, memiliki
hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan dalam berjalan.
4. Patofisiologi
Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari
penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan
tersebut, diantaranya adalah :
1. Kerusakan Otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot
berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika
terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot
terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh
benda tajam yang merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau ligament,
radang dan lainnya.
2. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu
pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi.
Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari
sistem rangka diantaranya adalah fraktur, radang sendi, kekakuan sendi dan
lain sebagainya.
3. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dank e otak.
Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota
gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian
impuls dari dan ke organ target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan
mengakibatkan gangguan mobilisasi.
5. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
a) Foto Rontgen (Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur,
erosi, dan perubahan hubungan tulang).
b) CT Scan tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah
tulang di daerah yang sulit untuk dievaluasi)
c) MRI (untuk melihat abnormalitas : tumor, penyempitan jalur
jaringan lunak melalui tulang)
2. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah dan urine
b) Pemeriksaan Hb
6. Komplikasi
1. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
2. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotensi
orthostatic
3. Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dan dangkal
4. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
5. Status emosi stabil
7. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer Pencegahan primer merupakan proses yang
berlangsung sepanjang kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang
berlangsung sepanjang khidupan, mobilitas dan aktivitas tergantung pada
system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal.  Sebagai suatu proses
episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah
yang dapat timbul akibat imobilitas atau ketidakaktifan.
a) Hambatan  terhadap Latihan
b) Pengembangan program Latihan
c) Keamanan
2. Pencegahan sekunder Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut
dari imobilitas dapat dikurangi atau dicegah dengan intervensi
keperawatan.  Keberhasian intervensi berasal dari suatu pengertian tentang
berbagai factor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas
dan penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemliharaan fungsi
dan pencegahan komplikasi. (Tarwoto & Wartonah, 2006)
3. Penatalaksanaan terapeutik
8. Pengkajian
Menurut (Hidayat, 2014) pengkajian yang penting dalam gangguan aktivitas
sebagai berikut :
a) Identitas pasien
b) Riwayat Kesehatan termasuk pola istirahat/tidur, pola aktivitas/Latihan,
Pola aktivitas atau latihan dapat dinilai dengan tabel berikut :
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan/Minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di Temapat Tidur
Berpindah/Berjalan
Ambulasi/ROM
Keterangan:
0 : Mandiri,
1: Alat Bantu,
2: Dibantu Orang Lain,
3: Dibantu Orang lain dan alat Bantu,
4: Tergantung total
9. Diagnosa yang mungkin muncul
1. Hambatan mobilitas fisik
2. Deficit perawatan diri
3. Intoleransi aktivitas
10. Intervensi keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik
a) Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon
pasien setelah Latihan
b) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
c) Damping dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan
kebutuhannya
d) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
e) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan secara mandiri sesuai
kemampuan
2. Deficit perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, dan eliminasi
a) Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas
perawatan diri
b) Pantau tingkat kekuatan dan toleransi aktivitas
c) Monitor kemampuan pasien untuk menelan
d) Siapkan lingkungan yang menjaga privasi klien
e) Pantau peningkatan dan penurunan kemampuan untuk berpakaian
dan melakukan perawatan rambut
f) Menyediakan privasi saat eliminasi
g) Ganti pakaian klien setelah eliminasi
h) Edukasi keluarga untuk membantu menyiapkan alat dan membantu
memandikan pasien
3. Intoleransi aktivitas
a) Anjurkan pasien untuk meningkatkan batasan aktivitas yang
dicapainya
b) Fokuskan pada aktivitas yang biasa dilakukan pasien
c) Anjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan klien
d) Kolaborasikan dengan terapis dalam latihan pemenuhan aktifitas
11. Evaluasi
Dokumentasi asuhan keperawatan
Daftar Pustaka
Asmadi. 2008.  Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.  Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : Salemba medika
Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan : Binarupa
aksara
Mubarak, Wahid Iqbal dkk. 2007.  Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia :Teori Dan Aplikasi
Dalam Praktek.  Jakarta: EGC
NANDA NIC NOC. 2013. Aplikasi Asuahan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Rosidawati, dkk.  2008.  Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.  Jakarta: Salemba Medika
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi
4 volume 1. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai