Anda di halaman 1dari 7

Macam-macam Pemeriksaan Laboratorium Sederhana dan Pelaksanaannya Pemeriksaan Laboratorium Forensik Darah Pemeriksaan darah pada forensik sebenarnya

bertujuan untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut. Sebelum dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu kita harus dapat memastikan apakah bercak berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan guna menentukan : a. Bercak tersebut benar darah b. Darah dari manusia atau hewan c. Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia Untuk menjawab pertanyaan pertanyaan diatas, harus dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut : a. Persiapan Bercak yang menempel pada suatu objek dapat dikerok kemudian direndam dalam larutan fisiologis, atau langsung direndam dengan larutan garam fisiologis bila menempel pada pakaian. b. Pemeriksaan Penyaringan (presumptive test) Ada banyak tes penyaring yang dapat dilakukan untuk membedakan apakah bercak tersebut berasal dari darah atau bukan, karena hanya yang hasilnya positif saja yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Prinsip pemeriksaan penyaringan: H2O2 > H2O + On Reagen -> perubahan warna (teroksidasi) Pemeriksaan penyaringan yang biasa dilakukan adalah dengan reaksi benzidine dan reaksi fenoftalin. Hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan hasil negative pada kedua reaksi tersebut memastikan bahwa bercak tersebut bukan darah. (2) 1. Reaksi Benzidine (Test Adler) (1), (2) Tes Benzidine atau Test Adler lebih sering digunakan dibandingkan dengan tes tunggal pada identifikasi darah lainnya. Karena merupakan pemeriksaan yang paling baik yang telah lama dilakukan. Pemeriksaan ini sederhana, sangat sensitif dan cukup bermakna. Jika ternyata hasilnya negatif maka dianggap tidak perlu untuk melakukan pemeriksaan lainnya. Cara pemeriksaan reaksi Benzidin: y Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai kemudian diteteskan 1 tetes H202 20% dan 1 tetes reagen Benzidin. y Hasil: Hasil positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru gelap pada kertas saring.

2. Reaksi Phenolphtalein (Kastle Meyer Test) (1) Cara Pemeriksaan reaksi Fenolftalein: y Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai langsung diteteskan reagen fenolftalein. y Hasil: Hasil positif pada reaksi Fenoftalin adalah bila timbul warna merah muda pada kertas saring. Pemeriksaan Meyakinkan/Test Konfirmasi Pada Darah (1), (2) Setelah didapatkan hasil bahwa suatu bercak merah tersebut adalah darah maka dapat dilakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan meyakinkan darah berdasarkan terdapatnya pigmen atau kristal hematin (hemin) dan hemokhromogen. Terdapat empat jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memastikan bercak darah tersebut benar berasal dari manusia, yaitu : 1. Cara kimiawi a. Test Teichman (Tes kristal haemin) Cara pemeriksaan: Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek tambahkan 1 butir kristal NaCL dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup dengan kaca penutup dan dipanaskan. Hasil: Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya Kristal hemin HCL yang berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskopik. (1) b. Test Takayama (Tes kristal B Hemokromogen) Cara kerja: Tempatkan sejumlah kecil sampel yang berasal dari bercak pada gelas objek dan biarkan reagen takayama mengalir dan bercampur dengan sampel. Setelah fase dipanaskan, lihat di bawah mikroskop. Hasil :Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal halus berwarna merah jambu yang terlihat dengan mikroskopik. c. Pemeriksaan Wagenaar Cara pemeriksaan: Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, letakkan juga sebutir pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara kaca obyek dan kaca penutup terdapat celah untuk penguapan zat. Kemudian pada satu sisi diteteskan aseton dan pada sisi lain di tetes kan HCL encer, kemudian dipanaskan. Hasil:Hasil positif bila terlihat Kristal aseton hemin berbentuk batang berwarna coklat. Hasil negative selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan bercak darah. 2. Cara serologik Pemeriksaan serologik berguna untuk menentukan spesies dan golongan darah. Untuk itu dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (anti human globulin) serta terhadap protein hewan dan juga antisera terhadap golongan darah tertentu.

Prinsip pemeriksaan adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan antibody (antiserum) yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi. a. Test Presipitin Cincin (2) Cara pemeriksaan : Antiserum ditempatkan pada tabung kecil dan sebagian kecil ekstrak bercak darah ditempatkan secara hati-hati pada bagian tepi antiserum. Biarkan pada temperatur ruang kurang lebih 1,5 jam. Pemisahan antara antigen dan antibody akan mulai berdifusi ke lapisan lain pada perbatasan kedua cairan. (1) Hasil: Akan terdapat lapisan tipis endapan atau precipitate pada bagian antara dua larutan. Pada kasus bercak darah yang bukan dari manusia maka tidak akan muncul reaksi apapun. b. Reaksi presipitasi dalam agar. (1), (2) Cara pemeriksaan : Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak, dilapisi dengan selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras, dibuat lubang pada agar dengan diameter kurang lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh lubang-lubang sejenis. Masukkan serum anti-globulin manusia ke lubang di tengah dan ekstrak darah dengan berbagai derajat pengenceran di lubang-lubang sekitarnya. Letakkan gelas obyek ini dalam ruang lembab (moist chamber) pada temperature ruang selama satu malam. Hasil : Hasil positif memberikan presipitum jernih pada perbatasan lubang tengah dan lubang tepi. Pemeriksaan Laboratorium Forensik Cairan Mani & Spermatozoa (2), (5) Cairan mani merupakan cairan agak putih kekuningan, keruh dan berbau khas. Cairan mani pada saat ejakulasi kental kemudian akibat enzim proteolitik menjadi cair dalam waktu yang singkat (10 20 menit). Dalam keadaan normal, volume cairan mani 3 5 ml pada 1 kali ejakulasi dengan pH 7,2 7,6. Cairan mani mengandung spermatozoa, sel-sel epitel dan sel-sel lain yang tersuspensi dalam cairan yang disebut plasma seminal yang mengandung spermion dan beberapa enzim sepertri fosfatase asam. Spermatozoa mempunyai bentuk yang khas untuk spesies tertentu dengan jumlah yang bervariasi, biasanya antara 60 sampai 120 juta per ml. Sperma itu sendiri didalam liang vagina masih dapat bergerak dalam waktu 4 5 jam post-coitus; sperma masih dapat ditemukan tidak bergerak sampai sekitar 24-36 jam post coital dan bila wanitanya mati masih akan dapat ditemukan 7-8 hari Pemeriksaan cairan mani dapat digunakan untuk membuktikan : 1. Adanya persetubuhan melalui penentuan adanya cairan mani dalam labia minor atau vagina yang diambil dari forniks posterior

2. Adanya ejakulasi pada persetubuhan atau perbuatan cabul melalui penentuan adanya cairan mani pada pakaian, seprai, kertas tissue, dsb. Teknik Pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan cairan mani dan sel mani dalam lendir vagina, yaitu dengan mengambil lendir vagina menggunakan pipet pasteur atau diambil dengan ose batang gelas, atau swab. Bahan diambil dari forniks posterior, bila mungkin dengan spekulum. Pada anak-anak atau bila selaput darah masih utuh, pengambilan bahan sebaiknya dibatasi dari vestibulum saja. Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi : 1. Penentuan spermatozoa (mikroskopis) 2. Penentuan Cairan Mani (kimiawi) Untuk membuktikan terjadinya ejakulasi pada persetubuhan dari ditemukan cairan mani dalam sekret vagina, perlu dideteksi adanya zat-zat yang banyak terdapat dalam cairan mani, yaitu dengan pemeriksaan laboratorium : a. Reaksi Fosfatase Asam Merupakan tes penyaring adanya cairan mani, menentukan apakah bercak tersebut adalah bercak mani atau bukan, sehingga harus selalu dilakukan pada setiap sampel yang diduga cairan mani sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Cara pemeriksaan : Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring yang terlebih dahulu dibasahi dengan aquades selama beberapa menit. Kemudian kertas saring diangkat dan disemprotkan / diteteskan dengan reagen. Ditentukan waktu reaksi dari saat penyemprotan sampai timbul warna ungu, karena intensitas warna maksimal tercapai secara berangsur-angsur. Hasil : Bercak yang tidak mengandung enzim fosfatase memberikan warna serentak dengan intensitas tetap, sedangkan bercak yang mengandung enzim tersebut memberikan intensitas warna secara berangsur-angsur. Waktu reaksi 30 detik merupakan indikasi kuat adanya cairan mani. Bila 30 65 detik, masih perlu dikuatkan dengan pemeriksaan elektroforesis. Waktu reaksi > 65 detik, belum dapat menyatakan sepenuhnya tidak terdapat cairan mani karena pernah ditemukan waktu reaksi > 65 detik tetapi spermatozoa positif. Enzim fosfatase asam yang terdapat di dalam vagina memberikan waktu reaksi rata-rata 90 100 detik. Kehamilan, adanya bakteri-bakteri dan jamur, dapat mempercepat waktu reaksi.

b. Reaksi Florence Reaksi ini dilakukan bila terdapat azoospermia/tidak ditemukan spermatozoa atau cara lain untuk menentukan semen tidak dapat dilakukan. Cara pemeriksaan : Cairan vaginal ditetesi larutan reagen, kemudian lihat dibawah mikroskop. Hasil : Bila terdapat mani, tampak kristal kolin periodida coklat berbentuk jarum dengan ujung sering terbelah. c. Reaksi Berberio Reaksi ini dilakukan dan mempunyai arti bila mikroskopik tidak ditemukan spermatozoa. Cara pemeriksaan (sama seperti pada reaksi Florence) : Bercak diekstraksi dengan sedikit akuades. Ekstrak diletakkan pada kaca objek, biarkan mengering, tutup dengan kaca penutup. Reagen dialirkan dengan pipet dibawah kaca penutup. Hasil : Hasil positif bila, didapatkan kristal spermin pikrat kekuningan berbentuk jarum dengan ujung tumpul. Kadang-kadang terdapat garis refraksi yang terletak longitudinal. Kristal mungkin pula berbentuk ovoid. 3. Penentuan Golongan Darah ABO Pada Cairan Mani Pada individu yang termasuk golongan sekretor (85% dari populasi), substansi golongan darah dapat dideteksi dalam cairan tubuhnya seperti air liur, sekret vagina, cairan mani, dan lain-lain. Golongan Darah Wanita O A Substansi sendiri dalam sekret vagina Substansi asing berasal dari semen

AB

A A+H

B B+H

A+B

A B A+B

B H*

A H*

H* A+H

Table. Gambaran substansi golongan darah dalam bahan pemeriksaan yang berasal dari forniks posterior vagina. Hasil : Adanya substansi asing menunjukkan di dalam vagina wanita tersebut terdapat cairan mani. 4. Pemeriksaan Bercak Mani Pada Pakaian a. Secara visual b. Secara taktil (perabaan) c. Skrining awal (dengan Reagen fosfatase asam) d. Uji pewarnaan Baecchi Cara Pemeriksaan : Gunting bercak yang dicurigai sebesar 5 mm x 5 mm pada bagian pusat bercak. Bahan dipulas dengan reagen Baecchi selama 2 5 menit, dicuci dalam HCL 1 % dan dilakukan dehidrasi berturut-turut dalam alkohol 70 %, 80 % dan 95 100 % (absolut). Lalu dijernihkan dalam xylol (2x)dan keringkan di antara kertas saring. Ambillah 1 2 helai benang dengan jarum.Letakkan pada gelas objek dan uraikan sampai serabut-serabut saling terpisah. Tutup dengan kaca penutup dan balsem Kanada. Periksa dengan mikroskop pembesaran 400 x. Hasil : Serabut pakaian tidak berwarna, spermatozoa dengan kepala berwarna merah dan ekor berwarna merah muda terlihat banyak menempel pada serabut benang. Pemeriksaan Laboratorium Forensik Rambut (2), (6), (7), (8) Pada pemeriksaan rambut yang pertama diperiksa adalah keasliannya, kemudian diperiksa apakah rambut itu rambut manusia atau binatang. Selanjutnya dilihat identitas pemilik rambut serta informasi-informasi lain yang ada kaitannya dengan kejahatan. Langkah selanjutnya dilakukan identifikasi, mencakup umur, jenis kelamin, dan ras.

1.

Spalding, Robert P. Identification and Characterization Blood and Bloodstain. In: James SH, Nordby JJ, Editors. Forensic Science An Introduction to Scientific and Investigative Techniques. Boca Raton: CRC Press LLC; 2000. p. 181-98

5 Mansjoer, Arif M. Kapita Selekta. 3 rd ed. Jakarta : Media Aesculapius; 2003. p.233-36 6Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2008. p. 172-76 7Idries, A. M, Tjiptomartono, A. L. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses penyelidikan. Jakarta: Sagung seto; 2008. p. 174 8Kubic TA, Petraco N. Microanalysis and Examination of Trace Evidence. In: James SH, Nordby JJ, Editors. Forensic Science An Introduction to Scientific and Investigative Techniques. Boca Raton: CRC Press LLC; 2000. p. 264-66

Anda mungkin juga menyukai