Anda di halaman 1dari 16
Dipindai dengan CamScanner JPP-DANUM PAMBIELUM JURNAL PENDIDIKAN DAN PELAYANAN ISSN 2059-029X li - Desember 2016, him. 1-110 DAFTAR ISI Kerukunan Beragama di Indonesia (Suatu ‘Tinjauan Fis Terhadap Kerukunan 18 Hidup Beragama di Desa Bukit Rawi Kabupaten Pulang Pisau — Kalimantan Tengah) Stynie Nova Tumbol (Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Palangka Raya) Manusia dan Sesamanya: Memaknai Kisah Orang Samaria yang Murah Hati 9-14 sebagai Suatu Indentitas Hidup Kristen Dalam Keberagaman Agus Surya (Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Palangka Raya) Bentuk Toleransi Umat Beragama Antara Agama Islam dan Agama Kristen di 15-25 Kelurahan Sabaru Prasetiawati (Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Palangka Raya) Analisis Terhadap Kecenderungan dan Penyebab Perilaku Prokrastinasi 26-36 Akademik di Kalangan Mahasiswa PAK STAKN Kupang Roimanson Pandjaitan (Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Kupang) Yanti S. Giri (Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Kupang) Natongam Sianturi (Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Kupang) Oscard L. Tobing (Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Kupang) Pelaksanaan Supervisi Akademik oleh Pengawas Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Pahandut Palangka Raya 37-46 Sanasintani Peran Komunikasi Verbal dalam Pola Asuh Anak 3-6 tahun di PAUD Shanti 41-56 Kumala Siti Zaenab (Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram) Kesantunan Berbahasa dalam Mengajukan Pertanyaan pada Diskusi Kelas di 57-67 Fakultas Keguruan dan Iimu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen Srisofian Sianturi (Universitas HKBP Nommensen) Pandangan Nabi Abad Kedelapan tentang Ibadah 68-81 Tirta Susila (Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Palangka Raya) Refleksi Teologis dalam Pendidikan Agama Kristen melalui Amos 2:6-16 82-89 Indah Sriwijayanti (Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Palangka Raya) Pendidikan Teologi Berbasis Sosial dalam Usaha Mewujudkan Civil Religion 90-98 menuju Civil Society di Indonesia Latupeirissa Risvan (Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Palangka Raya) Gereja yang Misioner 9-110 Wilson (Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Palangka Raya) Dipindai dengan CamScanner PERAN KOMUNIKASI VERBAL DALAM POLA ASUH ANAK 3-6 TAHUN DI PAUD SHANTI KUMARA ‘Oleh : Siti Zaenab Email: sita.zaenab99@gmail.com, STAHN Gde Pudja Mataram Jalan Pancaka No. 7b, Mataram Barat, Selaparang, Kota Mataram, NTB Abstract: The aim of this research is to know the role of communication for early childhood parenting model in early childhood education, the most dominant implemented by the educators in communicating with the children is the role of communication using verbal language and nonverbal language in the form of primitive and democracy. This research benefits to provide inputs and additional insight for all young educators to be able to collaborate well with the learners. This research is a qualitative descriptive research. The result shows that the role of communication that ‘occur in childcare mode! is unreadiness of the couples to become parents. For physical health care of the children they pay high attention. Development of psychosocial moral is still low, for discipline is low, actually “the way of communicating” is weak. The best way a child communicate is that by using verbal language and body language. Language development expended by educators is through ‘modeling. Child’s ability to speak is encoureged to help him solve his problems and relationship with other peoples so that the role of productive communication can be established and the form of communication is primitive and democracy. Keywords: Communicative Role, Childcare Model, Early Childhood Education Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki kekayaan yang sangat luar biasa dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, Kekayaan ini berdampat pada sumber daya manusia. Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan lingkungan untuk melaksanakan kegiatan bersama secara kooperatif dan kolaboratif schingga pekerjaan akan berjalan dengan efektif dalam suatu kelompok atau masyarakat, Sebagai anggota masyarakat, pendidik berperan dalam membangun kehidupan sosial yang positif dan konstruktif. Peran ini dapat dilakukan pendidik melalui berbagai kegiatan dan tindakan yang dilakukan baik dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik yang senantiasa berkomunikasi dengan anak didik, maupun ketika berkomunikasi dengan orang tua dan anggota masyarakat lainnya. Scbagai sosok yang berperan dalam kehidupan bermasyarakat, pendidik hendaknya peka terhadap berbagai masalah sosial dan memberikan kontribusi yang berarti dalam usaha pemecahan masalah sosial tersebut. Pengertian komunikasi dalam pengasuhan anak usia dini adalah hubungan manusiawi antar individu baik verbal maupun non verbal, secara individu dan atau kelompok, sehingga terjadi saling memahami untuk menciptakan hubungan akrab dengan anak usia dini, pengasuh, pengelola, dan orang tua, Perkembangan keterampilan berkomunikasi merupakan kunci untuk pengendalian diti dan keberhasilan hubungan dengan yang lainnya. Komunikasi produktif terjadi bila para pelaku komunikasi sama-sama merencanakan strategi komunikasinya untuk saling memberi rasa nyaman dan puas dalam berkomunikasi, Namun demikian, komunikasi produktif akan sulit atau jarang dapat tercapai apabila pendidik lebih ering menampilkan gaya Komunikasinya yang menonjolkan aspek otoritas dan kekuasaan, Karena pola komunikasi yang otoriter akan diserap oleh anak didiknya sehingga mereka akan tumbuh menjadi pribadi Yang otoriter. Dan ini akan menjadi lebih buruk lagi bila pola komunikasi serupa diterapkan oleh para orang tua di keluarganya. Dipindai dengan CamScanner 48 - dural Pendidikan & Pelayanan, Danum Pambelun, dl 9, Hn sng, engan demikian, maka peran pendidik di sini adalah “guru bal dla by dalam konteks yang lebih Iuas dapat dikatakan bahwa orang tua adalah “guru bahasge anaknya, Hal ini dapat dimengerti karena dalam berinteraksi, kita menggunakan wat i . Oleh karenanya baik orang tut taupun pen takan situasi dan kondisi yang Kondusif, shin! dapat tervipta. Dalam hal demikian para pend cltuntt lt a dan pola komunikasi : 8 tepat schingga tyjuan Komunias ip sebagai sarana untuk berkomunika memegang berbentuk verbal; yaitu komunikasi dengan menggunakan ka, dan dapat berbentuk non verbal, menggunakan isyarat, gerak tubyy, dan atav alat dan media fertentu, Kedua bentuk Komunikasi ini digunakan secara berganjgn dan saling melengkapi dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan anak. Maslah yang terjadi dalam pengasuhan anek, antara Tain adalah ketidaksiapan pasangan suami ig menjadi orang tua. Untuk perawatan fisik keschatan anak, mereka memberikan pethatian ‘yang tinggi. Untuk pembinaan Moral Psiko Sosial rendah, Untuk penanaman Disiplinrenda, “Cara Komunikasi” ternyata lemah. Cara Anak Berkomunikasi : Anak berkomunikas} dengan menggunakan bahasa verbal dan bahasa tubuhnya, Perkembangan bahasa diperluas oleh pendidik melalui modeling. Kemampuan bahasa anak terus didorong untuk membenty anak dalam memecahkan masalahnya dan hubungan dengan orang lain. METODE Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Pendekatan kualitaif adalah jekatan penelitian yang berlandaskan pada filsafat post-positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, Penelitian ini akan dilakukan di PAUD Shanti Kumara, berlokasi di Jalan Selaparang gedung serba guna, kelurahan Mayura Kecamatan ‘Cakranegara. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu : Data Primet lan Data Sekunder Analisa data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara bersamaan fengan proses pengumpulan data dengan tahapan sebagai berikut : Pengumpulan data teduksi data, Penyajian data, Verifikasi, Menurut Zaenab (2015) setelah data disajikan, maka ilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk itu diusahakan mencari pola mode, ma, hubungan persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis dan sebagainya. Jadi dai ita tersebut berusaha diambil kesimpulan. «ngecekan Keabsahan Data. Agar data yang dilakukan peneliti dapat dipercaya dan dipertanggung-jawabkan vara ilmiah, maka melakukan pengecekan kaeabsahan data. Pengecekan keabsahan data supakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam proses prolehan data penelitan wg tentunya akan berimbas pada hasil akhir dari suatu penelitian yang dilakukan, Dalam ‘ses pengecekan keabsahan data, peneliti melakukan credibilitas data, transferabill, endability, dan confirmability. ‘SIL DAN PEMBAHASAN aunikasi Para ahli Dorothy Law Nolte (1998:6) menyatakan bahwa komunikasi adalah ‘ngan antara orang tua dengan anaknya merupakan hal paling penting dalam kehidupan Komunikasi sangat penting untuk menjalin hubungan sosial. Dengan berkomunikasi kita mengetabui, memahami dan merasakan pikiran atau perasaan orang lain. Dipindai dengan CamScanner 49-Jurnal Pendidikan & Pelayanan, Danun Pambelum, Jilid 9, him. 47-56 Komunikasi dilakukan sejak anak dilahirkan, Bayi melakukan komunikasi dengan orang-orang sekitarnya melalui tangisan dan gerakan tubuhnya. Bayi dapat memahami komunikasi orang sekitarnya, dari suara yang didengarnya terutama suara ibunya serta mimik wajah yang dilihatnya, Anak yang lebih besar melakukan komunikasi dengan bahasa. Celotehian anak walaupun belum dimengerti merupakan awal anak membangun komunikasi dengan bahasa. Selama berkomunikasi terjadi proses belajar. Komunikasi membangun hubungan dengan sekeliling bahkan dengan dunia, Dengan berkomunikasi dapat saling mengenal,saling bertukar pikiran, saling menyampaikan perasaan, sehingga tumbuh rasa saling pereaya, saling menyayangi dan saling memahami. Komunikasi yang baik membantu anak untuk mengembangkan kepercayaan diri, harga diri, dan memahami orang lain. Komunikasi yang baik membantu anak tumbuh menjadi orang dewasa yang memiliki peraséan yang baik tentang dirinya dan orang lain. Komunikasi yang baik membangun hubungan yang harmonis, kerjasama dan merasa nyaman. Sebaliknya komunikasi yang buruk dapat membuat anak tidak menyukai orang dewasa, munculnya konflik dan Ketidak nyamanan, Komunikasi yang efektif mempertajam kepekaan tethadap lawan bicara. Memahami keberadaan anak memudahkan kita menjalin hubungan yang lebih erat dengannya. Anak yang hidup dalam keluarga yang memiliki komunikasi yang sehat dapat terhindari dari perilaku yang mendatangkan konflik (Zaenab 2008). Sesungguhnya dalam setiap proses komunikasi semua kemampuan anak sedang dibangun. Artinya.kemampuan atau kecerdasan anak tidak dirangsang terpisah-pisah, tetapi utuh saling terkait. Pendidik anak usia dini dapat berkomunikasi dengan baik dan secara efektif Mendidik anak usia dini membutuhkan perencanaan dan persiapan yang baik dari seorang pendidik, baik persiapan program secara tertulis, persiapan alat yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, maupun persiapan diti dari pendidik yang bersangkutan. Persiapan diri meliputi penampilan, cara pendidik berpakaian, berjalan dan bagaimana pendidik berkomunikasi. Komunikasi yang efektif terutama dengan anak didiknya, bertujuan agar “pesan” yang disampaikan dapat memotivasi anak untuk dapat mengikuti semua aktivitas yang sudah dirancang untuknya. (1) Berbicara di depan anak dengan intonasi yang berbeda-beda sesuai kebutuhan, Karena intonasi yang monoton membuat anak bosan, dan “menolak”. Pendidik menggunakan suara bervolume sedang dan berbisik pada saat biasa, sedangkan pada saat dibutuhkan penekanan, gunakan suara yang lebih besar, namun tetap kendalikan emosi. (2) Berusaha memahami anak yang diajak komunikasi, dan pethatikan apa yang diungkapkannya. (3) Posisikan badan pada posisi yang tepat, baik pada saat duduk maupun berdiri schingga pandangan pendidik dapat menjangkau seluruh anak di dalam kelas. (4) Pendidik harus dinamis, bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, (5) Pendidik belum mulai bicara saat kelas masih gadub. Timbulkan situasi yang mengajak anak memfokuskan diri pada pendidik. (6) Memonitor anak disetiap saat, Pendidik yang baik tidak akan membiarkan anak tanpa pengawasan. (7) Bersama anak pendidik menjalankan disiplin sesuai peraturan yang sudah disepakati bersama, (8) Tidak pernah menyalahkan anak di depan teman-temannya atau anak-anak yang Iain. (9) Cepat tanggap bila ada anak yang sedang bermasalah. Tundukkan badan, sejajarkan mata dengan mata anak (lakukan kontak mata) untuk memotivasi anak agar anak mau mengungkapkan masalahnya. (10) Tunjukkan perhatian pada lawan bicara (anak), dan bila ungkapan kita belum dipahani, ulangi dengan bahasa dan cara yang berbeda, namun lebih mudah dipahami (11) Jauhkan niat untuk menghukum, dan hilangkan rasa benci atau sejenisnya. Dipindai dengan CamScanner Tr Pola Komunikasi Di alas tela cijelaskan bahwa bentuk komunikasi ada dua yaitu Komuniksi vy dan non verbal. Pentingnya pola komunikasi dalam menumbubkembangkan pribadi ye tangguh dan mandiri yang mampu menjaga kelangsungan hidup (survive) dalam sun masyarakat, felch menyuarakan etapa mendesak diayunkannya langkah nya inn mewujudkan pendidikan yang komunikatf, yaitu pendidikan dinyana para pendidk dan ang didiknya dapat berinteraksi dalam suasana yang saling memberi rasa senang dan ra pug Hil ini ditandai dengan pola dan gaya komunikasi produktif di mana pendidik tidak meluy menampilkan otoritasnya sebagai penguasa di dalam kelasf melainkan pada saat yang tepay dia dapat bertindak sebagai teman bermain sambil belajar. Lebih khusus, pendidik dituni untuk membantu mengembangkan semua potensi dan Keterampilan anak metal sun kegiatan pembelajaran Peran pendidik anak usiadini sebagai fasiitator dalam penggunaan pola komunikas (1) Sebagai organisator,pendidik hendaknya meraneang atau menyiapkan topik komunikas melalui kegiatan bercakap-cakap, bercerita, atau tanya jawab, sekaligus penyiapan alatpraga Penunjang kegiatan tersebut, (2) Sebagai pengarah, yang menjelaskan isi dan tjuan percakapan alau cerita seta waktu den tempat terjadinya cerita, (3) Sebagai moderator, yaitu memimpin dan mengendalikan jalannya percakapan dan cerita. (4) Sebagai pembimbing, rmemberi masukan, memotivasi dan membantu anak bila diperlukan, (5) Sebagai pengamat, yaitu mengamati perlaku anak selama kegiatan percakapan dan cerita berlangsung, Keaktifan dan kesungguhannya, seria munculnya kosa kata-kosa kata yang baru, Prinsip Perkembangan Bahasa Anak 1. Berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi anak dengan lingkungan di sekitamya membantu anak mempesluas kosa katanya dan memperoleh contoh-contoh dalam menggunakan kosa kata tersebut secara e at. . Mengekspresitan kemampuan berbahasa. Ekspresi kemampuan bahasa anak dapat disalurkan melalui pemberian kesempatan pada anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara tepat. ‘Apabila terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak, tandanya adalah bila anak dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar. Cara Anak Berkomunikasi "Anak-anak belajar menggunakan bahasa untuk berbagai keperluan, seperti untuk | meneari dan memberikan informasi, mengunfgkapkan perasaan dan tanggapan, menganalisa \serta. memecahkan permasalahan, Pandangan Pappas,’ Kiefer dan Levstik (1998:23) Imengemukakan 3 prinsip yang melandasi pembelajaran bahasa komunikasi dan interaks, yaitu: Pertama, anak-anak adalah pembelajar yang aktif dan konstruktif, Mereka itu terus menerus menafsirkan dan memaknai dunianya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui. Kedura, dalam kehidupan sosial, bahasa merupakan sistem utama untuk mengkomunikasikan dan mengungkapkan berbagai maksud, yang digunakan untuk berbagai tujuan, dan Minyatakan dengan berbagai cara, dengan menggunakan berbagai pola.Ketiga, pengetahuan ‘ersimpan di dalam benak atau pikiran setiap individu anak. Pengetahuan ini merupakan suatu sebulatan yang diorganisasikan dan dibangun melalui interaksi sosial. Dengan demikian, wengetahuan itu terus menerus bertambah dan berubah, dipengaruhi oleh budaya, kondisi ‘ ngkungan, serta peristiwa-peristiwa yang dialami oleh anak. Dipindai dengan CamScanner 51-Jurnal Pendidikan & Pelayanan, Danun Pambelum, Jilid 9, him. 47-56 Sedangkan struktur pengetahuan yang diperolch anak melalui interaksi dan kolaborasi disebut skemata. Skemata tersebut terus menerus berubah dan berkembang, makin lama makin luas dan rumit, membentuk peta semantik sebagai bagian fungsi mental anak dan merupakan sarana untuk memahami sesuatu (Anwar:2005). Pandangan ini sesuai dengan pandangan bahwa bahasa holistik (whole language) yang merupakan falsafah dan keyakinan tentang hakikat belajar dan bagaimana anak dapat belajar secara optimal Weafer (1990:77). Pandangan yang berkembang sejak pertengahan tahun 80-an ini ditopang oleh empat landasan dasar, yaitu : teori belajar, teori kebahasaan, pandangan tentang pembelajaran dan peranan pendidik, dan pandangan kurikulum berdasarkan bahasa (language-centered curriculum). Goodman (1986) mengemukakan andasan-landasan tersebut, diantaranya: belajar bahasa komunikasi lebih mudah, jika bahasa itu disajikan secara holistik, nyata, relevan, bermakna, fungsional, dan disajikan dalam konteks _pemakaiannya, serta dipilih anak untuk digunakan; pemakaian bahasa komunikasi bersifat personal sekaligus sosial; bahasa komunikasi dipelajari melalui bahasa, dan tertang bahasa, berlangsung secara serempak dalam suatu konteks pemakaian bahasa yang autentik, kemampuan berbahasa memberdayakan anak; belajar berkomunikasi adalah belajar bagaimana mengungkapkan diri_ sesuai dengan konteks lingkungan orang tua, kerabat, dan kebudayaan _terdapat saling ketergantungan antara_perkembangan kognitif dan perkembangan kemampuan berbahasa; perkembangan Kemampuan Berbahasa merupakan pencapaian yang bersifat personal sosial dan holistik; bahasa kemunikasi bersifat inklusif dan tidak terpecah-pecah, karena bahasa merupakan satu keseluruhan; proses persiapan keaksaraan merupakan proses yang dinamis dan konstruktif; keterpaduan merupakan prinsip kunci dalam mempelajari bahasa komunikasi melalui bahasa. Perkembangan keterampilan dan kegiatan berbicara, mendengarkan, persiapan_permulaan menuilis dan membaca terjadi dalam konteks bermain dengan penjelajahan benda, peristiwa, gagasan, dan pengalaman; untuk menciptakan pembelajaran terpadu, dapat digunakan pendekatan tematik, elanjutnya, dikaitkan dengan prinsip keterpaduan dalam bahasa secara holistik, Weafer (1990:77) antara lain mengemukakan, bahwa: anak-anak berkembang dan belajar dengan lebih mudah jika mereka terlibat aktif dalam proses belajar mereka sendiri. Mereka akan lebih cepat menguasai berbagai konsep dan strategi dalam persiapan keaksaraan (persiapan membaca menulis) jika mereka terlibat secara nyata dalam kegiatan bermain dengan alat-alat permainan edukatif yang menunjang kegiatan membaca-menulis yang sebenamya, betapapun singkatnya. Pembelajaran bahasa holistik sebagai alat untuk berinteraksi dan berkomunikasi bergerak dari keseluruhan kepada bagian-bagian. Dalam proses pembelajaran, anak dan pendidik sama-sama menjadi pembelajar, pengambil resiko, dan pengambil keputusan melalui tanggung jawabnya masing-masing. Dalam kelas interaksi dan komunikasi, anak dipandang sebagai seseorang yang memiliki kecakapan (capable) yang sedang berkembang. Pembelajaran bahasa komunikasi secara holistik mengembangkan masyarakat belajar yang bercirikan, saling menj dan saling mempercayai. Anak-anak tidak saja terlibat aktif dalam prose8 “belajar melalui bermain” melainkan juga memperoleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mingendalikan diri, dan bukan dikendalikan oleh pendidik atau orang dewasa lainnya. Anak turut bertanggung jawab atas proses dari keberhasilan “belajar” mereka sendiri. Anak-anak adalah pemikir dan pelaku yang mandiri, ‘rtis dan kreatif, serta mampu mengolah dan menilai informasi, bukan hanya sekedar penerima informasi yang pasif (Partina 2010). Interaksi dan komunikasi secara langsung dalam kelas “bahasa holistik” dilakukan melalui demonstrasi (feachable moment) konteks keaksaraan otentik, dan pembelajaran mini (micro teaching). ‘Namun perlu diingat, bahwa perkembangan dan pengembangan bahasa, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan keaksaraan memerlukan terpenuhinya kondisi-kondisi tertentu. Salah satu kondisi yang penting ialah bahwa kemampuan keaksaraan dikembangkan Dipindai dengan CamScanner 52 - durnal Pendiainss reli Silid 9, bm. 47.55 berdasarkan kemampuan bahasa lisan, bahasa interaksi dan komunikasi heii) ak Revieipu bahisa| isan fai berkembang'‘Dersamaeama design | ae et melalui interaksi dan komunikasi dengan lingkungannya. a Combourn dalam Eisele (1991:198) juga mengemukakan tujuh kondisi untuk memy pemerolehan kemampuan keaksaraan : a 1. Penenggelaman (emmersion) : di ruang kelas, dan di mana-mana lingkungan an ditenggelamkan dalam kondisi yang penuh dengan tulisan-tulisan berikyy gambar-gambar visualisasinya. 2. Demonstrasi : anak belajar melalui model. Berbagai cara pengucapan maypun aya pendidik berkomunikasi, itulah yang dilihat anak didiknya, 3. Harapan : anak diharapkan belajar dan bekerja sesuai dengan tahap perkembangannya, |. Tanggung jawab : anak ikut bertanggung jawab tertang proses belajamya, . Kesibukan : secara aktif anak terlibat di dalam kegiatan belajar yang -mempunya ‘tujuan. 6. Pendekatan (aproksimasi) : anak-anak menghadapi resiko dan merasa bebes mencoba-coba bila mereka didorong dan dihargai. ‘Umpan balik dan Respons ; anak memperoleh umpan balik dan respons positif dari pendidik dan teman sebayanya. ws _ Proses pendidikan berkomunikasi dalam keluarga Disamping beberapa hal yang mempengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi dan interaksi, pendidikan dalam keluarga memegang peranan yang. sangat penting : 1. Proses pendidikan yang diberikan keluarganya bagi anak yang bersangkutan akan ‘menentukan tingkat keberhasilan proses pendidikan di sekolah. 2, Dalam kenyataannya pola didik orang tua atau keluarga lebih banyak diwarnai oleh manipulasi-manipulasi. 3, Manipulasi yang dilakukan lebih disebabkan oleh faktor usaha untuk mengatasi Kebingungan mereka dalam mendidik anak (natural crowded). 4, Hubungan anak dengan keluarganya adalah hubungan vertikal, schingga keluarga Iebih merupakan penguasa bagi putra dan putrinya. Itu sebabnya manipulasi lebih banyak dilaleukan oleh keluarga, dan manipulasi akan menimbulkan “penderitaan” bagi anak (Risma 2004). Berbicara mengenai “penderitaan” pada anak akibat perlakuan manipulasi pendidikan hal ini akan menimbulkan “usaha” bagi anak untuk mengurangi penderitaannya keluarganya, a kspresikan melalui usaha konpensasi. (pain relief). Dan pain relief’ bagi anak-anak akan die! Kompensasi anak ada dua yaitu : 1. Kompensasi luaran (outer conpensation) a. Tidak mau mentaati peraturan b. Mempunyai kebiasaan jelek c. Kadang-kadang mengalami penyimpangan perilaku. 2, Kompensasi didalam (inner conpensation) a. Kelambatan usia mental, yang berpengaruh pada IQ. b. Kelambanan motivasi intelektual, {Motivasiintelektual pada anak antara lain : 1, Kemampuan memecahkan masalah (problem solving) 2, Merancang kegiatan (planning) 3, Membuat prioritas (making priority scale) 4, Mencetuskan ide . Dipindai dengan CamScanner 53-Jurnal Pendidikan & Pelayanan, Danum Pamhelum, Jilid 9, hlm. 47-56 5. Mengulang informasi 6. Memiliki keterampilan berkomunikasi 7. Mengikuti aturan main Kelambatan perkembangan manajemen emosi Emosi anak berkembang sejak (Hurlock:1999) : 1. 4 bulan pra natal-3 bulan post natal, takut dan senang 2. 3bulan 6 bulan marah 3. 6bulan 9 bulan cemas 4. 9 bulan ke atas kecenderungan perilaku emosional Jenis-jenis kecenderungan perilaku emosional pada anak antara lain: Suka bersaing, menutup diri dan bertahan, mengatur diri sendiri, unjuk kelebihan diri (pamer), tergantung, pada orang lain, hidup berkelompok, peduli terhadap keadaan, menguasai teman lain, bersikap seperti orang dewasa, setia, suka merusak tatanan, suka memelihara sesuatu. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa 1) Gejolak perilaku anak yang tampak oleh mata kita hanyalah merupakan suatu gejala (sympfom). 2) Kita tidak dapat “mengobati dan menyembuhkan” gejala dn simptom tanpa mengenali penyebabnya . 3) Pendidikan yang interaktif dan komunikatif adalah satu-satunya cara yang dapat mengatasi dilematika masalah di atas. 4) Pendidikan yang interaktif dan Komunikatif adalah pendidikan yang selalu membina hubungan interaktif antara pengguna pendidikan, para praktisi pendidikan, dan teknisi pendidikan. Anak dapat mempelajari dari “miskomunikasi” Interaksi orang tua dengan anak seringkali terjadi ketidak seimbangan situasi atau “miskomunikasi” sehingga tanpa disadari dampak negatifnya muncul ketika anak di Iuar rumah atau di sekolah, Marilah kita melihat ke dalam diri kita sendiri (introspeksi), karena dengan mengenal diri sendiri, akan mudch kita mengenal orang lain, termasuk anak kita sendiri (Zaenab, 2012). 1. Kekeliruan dalam berbicara : komunikasi tergesa-gesa : # schingga anak tidak mudah menangkap mudah terlupakan tidak “nyambung” ‘Anak tidak memahami pesan, karena kemampuan anak menangkap pesan masih terbatas, akibatnya orang tua emosi Tidak memberi kesempatan pada anak untuk mencema dan menganalisa pesan. 2, Tidak membaca bahasatubuh aaak: + bahasa tubuh tidak pemnah berbohong « bahasa tubuh lebih nyata dibanding bahasa lisan Bila diabaikan, akibatnya : «anak lebih mudah emosi © orang tua tidak akan memahami anak. 3, Tidak mendengarkan perasaan anak (Rimm Sylvia : 2003). Mendengarkan perasaan anak berarti : © membuat saluran emosi, dengan memberi kesempatan anak menceritakan dan mengungkapkgn apa yang dirasakannya, , merangsang kemampuan bahasa verbal yang lebih tinggi, dengan memperhatikan “ josa kata-Kosa kata baru yang muncul dari ceitanye, Dipindai dengan CamScanner $4 Jurnal Pendidikan & Pelayanan, Dann Pambelun, iid 9, hin, 4. Dengan cara yang efektif : ‘+ tandai pesan dengan memperhatikan bahasa tubuhnya. ¢ _jangkau rasanya, dengan menatap mata hatinya. + bukalah Komunikasi dengan empati, rasa kasih dan sayang, Upaya mengatasi “penderitaan” anak Berikan kesempatan pada anak untuk mengemukakan argumentasi atau alasay ‘mengapa dan untuk apa dia melakukan sesuatu. Setelah itu, ajak diskusi untuk mencari solu, Dengan demikian anak merasa pendapatnya didengar dan dihargai. Solusi yang baik akay mudah dicapai. “Mendengarkan Aktif” sangat bermanfaat untuk membangun hubungan sosial anak, dan membangun rasa percaya diri pada anak. Orang tua harus menjadi cermin yang memantulkan perasaan anak (Ahadiah S, 2003). Orang tua di rumah maupun pendidik di sckolah, Keduanya merasa sangat berkepentingan untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi anak. Padahal tidak semua masalah anak harus diatasi atau dibantu mengatasi oleh orang tua atau pendidik. Orang tua maupun pendidik cukup menjadi fasilitator yang dapat memantau atau memonitor bagaimana cara anak mengatasi atau memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi (Katrol Carrol dkk:2007) Jika ini kita abaikan, dapat berakibat : 1. anak tidak terbiasa mengatasi masalahnya sendiri. 2. anak mengalami ketergantungan 3. anak tidak memiliki “ketahanmalangan* | 4, anak tidak terlatih untuk mengambil keputusan, Ini kita gunakan untuk melatih memahami perasaan orang lain. Caranya: Sampaikan pada anak bahwa kita, ayah, ibu, merasa khawatir, kalau kamu, sebut namanya, tidak belajar, nanti tidak naik kelas. ‘Ada 2 cara yang perlu diperhatikan untuk berkomunikasi dengan anak didik (Suseno:2005). 1. Komunikasi dengan isyarat : a. Isyarat yang digunakan harus dipahami oleh anak. . Lakukan dengan ekspresi ¢. Isyarat harus jelas 4. Pergunakan isyarat tubuh e. Sebelum menggunakan bahasa isyarat tertentu, ajaklah anak untuk memahaminya. 2. Bagaimana cara mengajarkan bahasa isyarat tersebut pada anak: 1. berkatalah dengan lembut tarik perhatian anak tunjukkan suatu isyarat tertentu b. tanyakan pada anak apa yang sedang kita lakukan jelaskan maksud artinya pada anak dengan bahasa sederhana (dipahami anak) . Minta anak mengulanginya. 4. Beri kesempatan pada anak untuk melakukannya. . Berilah pujian dengan tepat ulangi beberapa kali sampai anak paham dan divlang pada lain waktu untuk mengingatkan pada anak. |. Berkomunikasi verbal dengan anak syaratnya (Shochib:2000) a, Piliflah kata-kata yang enak didengar dan sopan b, Lihat anak yang diajak bicara c. Perhatikan reaksi anak didik kendalikan emosi diri 4. Lakukan dengan lembut e. Bicaralah dengan bahasa yang dapat dipahami anak £, Berbicara pelan Dipindai dengan CamScanner 55 -Jurnal Pendidikan & Pelayanan, Danum Pambelum, Jilid 9, him. 47-56 Cara bertanya yang baik dan tepat pada anak (Anwar dkk 2007) adalah dengan pergunakan kalimat sederhana, dekati anak yang diajak bicara, perhatian ditujukan pada anak 2 diajak bicara, ungkapkan dengan lembut, usahakan tidak memotong kata, bila ada an jawaban ungkapkan dengan lengkap, beri respon bila anak tclah menjawab, beri pujian yang tepat, Sementara itu, cara memberikan pujian pada anak dengan cara (Jalal: 2005) upayakan menunggu saat yang tepat, tidak berlebihan, disertai dengan ekspresi untuk memperkuat, tutur kata yang manis, bervariasi, dan beri dorongan untuk pengembangan aspek yang lain, Cara mengajak anak berkomunikasi dalam bermain (Suseno, M :2000) 1. Berusaha menarik perhatian anak didik dengan menunjukkan alat’ permainan, dan tanyakan pada anak cara dan guna alat tersebut. 2. Beri respon jawaban anak dengan menawarkan alternatif cara bermain. 3. Berikan pada anak kesempatan untuk memilih, dan buatlah kesepakatan sesuai dengan pilihannya. 4, Ulangi cara permainan yang dipilih anak dengan memberi kesempatan pada anak untuk bermain. 5. Dampingi anak dalam bermain, dan ajukan pertanyaan secara berkala agar anak semakin antusias. 6. Bila sudah selesai bermain, ajak anak untuk merapikan kembali permainan yang dipakainya. KESIMPULAN Dari hasil paparan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut. Kalau kita tetap pada tingkat kumpulan pengetabuan umum (commomsense knowledge), kita diarahkan kepada studi-studi yang berlingkup keeil, mengenai situasi-situasi tertentu, yang merupakan jenis karya empiris. Teori fenomenologi dalam penelitian ini adalah memandang komunikasi sebagai pengalaman melalui diri sendiri atau diri orang lain melalui dialog. Dalam penelitian ini fenomenologi adalah dialog atau komunikasi yang terjadi antara guru PAUD Hindu sebagai tenaga pendidik dengan siswa pada pembelajaran bahasa sebagai alat komunikasi dalam pembentukan karakter dan pola asuh anak usia dini siswa Hindu. Esensi penting dalam pola komunikasi Hindu di PAUD Shanti Kumara bahwa untuk tercapainya tujuan dari komunikasi sangat tergantung pada penyatuan dari mereka yang melakukan komunikasi dan dalam pola komunikasi ini cendrung memposisikan aspek rasa dalam penyampaian setiap pesan. Apabila esensi dari teori atau model _komunikasi dalam pola asuh di PAUD ini di terapkan atau digunakan olch pendidik atau dalam hal ini guru agama Hindu pada proses pembelajaran Pola asuh anak. Penyampaian pesan dari guru kepada murid akan berlangsung dengan baik sehingga peran komunikasi ini akan diserap yang pada akhimya nanti akan berimbas pada pola asuh anak di PAUD ke arah yang lebih baik. Dalam setiap proses pembelajaran komunikasi di PAUD di perlukan metode yang di terapkan pendidik untuk mencapai tujuan belajar yang efektif. Dalam penyampaian komunikasi dini kepada anak dalam pola asuh anak di PAUD, peran guru agama Hindu mengunakan teori yang ada pada model komunikasi Hindu ini, sehingga dalam pola asuh anak di PAUD nanti, lebih unggul untuk menentukan Komunikasi yang efektif, yang menyebabkan terjalinya komunikasi yang baik antara guru dan anak usia dini untuk menyampaikan pesan sehingga dapat di serap oleh anak usia dini dengan baik dan berimbas pada pembentukan pola asuh anak ke arah yang baik. Dipindai dengan CamScanner 56-Jurnal Pendidikan & Pelayanan, Dearumn Pambelum, Md 9, hin, 47.54 DAFTAR RUJUKAN ‘Akhadiah, Sabarti, 2003. Pandangan bahasa holistik dalam pembelajaran terpadu di ty, pelatihan pengembangan kompetensi guru TK, Jakarta. , ‘Anwar dkk. 2007. Pendidikan Anak Dini Usia, Panduan Praktis Bagi bu dan Calon thy, Bandung : Alfabeta. Catron, Carol E. dan Jan Allen, 1999, Early Childhood Curriculum A Creative-Play Model 2” edition. New Jersey: Prentice Hall,Inc. Djalal, F. 2005, kebijakan pemerintah tentang pendidikan anak dini usia (PADU), Prograrn Studi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Hama, Jakarta. Hurlock, E. B. 1999. Perkembangan Anak. Jilid 2. Alih bahasa : Tjandrasa. Jakarta; Erlangga. Hurlock, Elizabeth.1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga. Partini. 2010. Pengantar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta :Grafindo Letera Media Risman, Elly, 2004, Komunikasi Dalam Pengasuhan Anak, Peningkatan Mutu Guru BPTKI, Jakarta, Rimm Sylvia, 2003. Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Shapiro, Laurence $.1999.Mengaja Emosional Intelegensi Pada Anak. Jakarta: Gramedia Sunjoyo P.R 2006. komunikasi pengasuhan anak. Pelatihan Pendidikan Anak Usia Dini. PP Himpaudi, Jakarta, Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: 2003. Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Zaenab, §, 2008. Manajemen Pendidikan Anak usia Dini Kelompok Bermain (PAUD Asri Tunggal) Kota Mataram, Tesis tidak dipublikasikan Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Zaenab, §, 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia pada Tiga PAUD di Kota Mataram (studi multi kasus di tiga PAUD Rinjani 01, 02, dan 03 di Kota Mataram), Disertasi tidak di publikasikan Universitas Negeri Malang (UM). Zaenab, $, 2015, Moetodologi Penelitian Kualitatif Pendidikan Perspektif Kekinian, PT Sclaras Malang Jawa Timur Indonesia. Dipindai dengan CamScanner \ PETUNJUK BAGI (CALON) PENULIS JURNAL PENDIDIKAN DAN PELAYAN/N (IPP) “DANUM PAMBELUM “ SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI (STAKN) PALANGKA RAYA Artikel yang ditulis untuk JPP Danum Pambelum meliputi hasil pemikiran dan hasil penelitian di bidang pendidikan dan pelayanan. Naskah diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran 12 pls, 1 spasi, diketik dengan ukuran xkertas A4 sepanjang maksimum 20 halaman, dan diserahkan dalam bentuk soficopy kepada Pemimpin Redaksi atau Editor. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel (posisi tengah). Jika penulis terdiri dari 4 orang atau lebih, yang dicantumkan di bawah judul artikel adalah nama penulis utama; nama penulis lainnya dicantumkan pada catatan kaki halaman pertama naskah, jika 2 orang penulis maka dicantumkan bersama ke bawah, Dalam hal naskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubungan dengan penulis utama atau penulis yang namanya tercantum pada urulan pertama. Penulis dianjurkan mencantumkan alamat e-mail atau nomor handphone untuk memudahkan komunikasi. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan format esai, disertai judul pada masing-masing bagian artikel, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikel diketik dengan huruf besar di posisi fengah, dengan huruf sebesar 14 pts. Peringkat judul bagian diketik dengan huruf besar kecil (semua judul bagian dan sub-bagian dicetak tebal atau febal dan miring) dan tidak menggunakan angka/nomor pada judul bagian: PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRD Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri) Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri) Sistematika artikel hasil penclitian adalah: judul (cetak tebal); nama penulis (cetak tebal-tanpa gelar akademik); abstract (kata abstract cetak tebal) diketik dalam bahasa Inggris maksimum 15 baris atau 150 kata: yang berisi tujuan, metode dan hasil penelitian; kata kunci (keywords cetak tebal); pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil; pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk). Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul (cetak tebal); nama penulis (cetak tebal-tanpa gelar akademik); abstract (kata abstract cetak tebal) diketik dalam bahasa Inggris maksimum 15 baris atau 150 kata; kata kunci (keywords cetak tebal); pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang lingkup Penulisan; bahasan utama (dapat dibagi ke dalam beberapa sub-bagian); penutup atau kesimpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk). Rujukan adalah sumber-sumber primer berupa buku yang relevan, laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis dan disertasi) atau artikel-artikel penelitian dalam jurnal atau ‘majalah ilmiah, makalah seminar, lokakarya, pelatihan, berita koran, situs internet. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik berkurung (nama, tahun: halaman). Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan nomor Dipindai dengan CamScanner Daftar rajukan disus berikut: Buku: Anderson, D.W., Vault, VD. & Dicks Decades Ahead: Competency Ba Publishing Co. Buku kumpulan artikel: Saukah, A. & Waseso, M.G, 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke- 4, cetakan ke-1), Malan IM Press. Artikel dalam buku kumpulan artikel: Russel, T. 1998, An Alternative Conception: Representing Representation. Dalam PJ. Black & A. Lucas (Eds.), Children's Informal Ideas in Science (him. 62-84) London: Routledge. Artikel dalam jurnai atau majalah: Kansil, C.L. 2002. Orientasi Baru Penyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam Memenuhi Kebutuhan Dunia Industri. Transpor, XX (4): 57-61. Artikel dalam koran: Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan ataukah Sekolah Pengunggulan? Majapahit Pos, him. 4 & 11. Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama pengarang): Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, him. 3. Dokumen resmi: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Depdikbud. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas Duta Jaya. Buku terjemaban: Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. 1976. Pengantar Penelitian Pendidikan. ‘Terjemahan oleh Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional. Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian: Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM Nasional ‘Malang Jurusan Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung: Suatu Studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP MALANG. Makalah seminar, lokakarya, penataran: ‘Waseso, M.G. 2001. isi dan Format Jurnal Ilmiah, Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya Penulisan Artikel dan Pengelolaan Jumal Ibmiah, Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin, 9-11 Agustus. Dipindai dengan CamScanner Internet (karya individual): Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Journals, 1990-1995: The Calm before the Storm, (Online), (bitp:/www.malang.ac.id, diakses 22 November 1995). Internet (artikel dalam jurnal online): Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Imu Pendidikan. (Online), Jilid 5, No. 4, (http:/vww.malang.ac.id, diakses 20 Januari 2000). Internet (bahan diskusi): Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Intemet Sites. NETTRAIN Discussion List, (Online), (NETTRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu, diakses 22 November 1995) Internet (e-mail pribadi): Naga, D.S. (ikip-ikt@indo.net.id). 1 Oktober 1997. Artikel untuk JIP, E-mail kepada Ali ‘Saukah Gippsi@mlg.ywen.or.id). 9, Pemeriksaan dan penyuntingan cetak-coba dikerjakan oleh penyunting dan/atau dengan melibatkan penulis. 10.Segala sesuatu yang menyangkut perijinan pengutipan atau penggunaan software komputer untuk pembuatan naskah atau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dijakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggung jawab penuh penulis artikel tersebut. Dipindai dengan CamScanner Dipindai dengan CamScanner

Anda mungkin juga menyukai