Anda di halaman 1dari 49

UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DAN

PENGENDALIAN OPERASI Code : PPPA/00/1 | © 2018. EFFO

Gambara Umum Proses


dan operasi IPAL

Operasi Melibatkan fenomena fisika

Proses Melibatkan fenomena kimia dan/atau biologi

Jenis Pengolahan Limbah


Berdasarkan reaksi/proses

Pengolahan secara Pengolahan secara Pengolahan secara


fisika kimia biologi

Berdasarkan cara pengaliran


1. Kontinu/mengalir
2. Batch/diam
Code : PPPA/00/2 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Unit Pengolahan Air Limbah

Fisika Kimia Biologi

• Sedimentasi • Oksidasi - • Lumpur aktif


• Flotasi Reduksi • Trickling Filter
• Filtrasi • Flokulasi • Oxidation
• Screening • Presipitasi Ditch
• Perpindahan • Netralisasi • Fixed Bed
panas • Adsorpsi Contactors
• Stripping • Nitrifikasi/
• Penukaran ion Denitrifikasi

Code : PPPA/00/3 | © 2018. EFFO

Parameter Pencemar dan Jenis


Pengolahannya
Unit Lumpur Aktif Unit Presipitasi
Nutrien
Organik Unit Aerated Lagoon Unit Klorinasi
terurai Unit Oxidation Ditch
Unit Kolam Anaerobik Sedimen Unit Pengendapan

Organik Sulit Unit Karbon Aktif Logam Berat Unit presipitasi


terurai Unit Klorinasi

Padatan Unit pengendapan kimia Unit Presipitasi


Anorganik
tersuspensi Unit Filtrasi Unit Pertukaran Ion
terlarut
Unit Karbon Aktif
Unit Flotasi
Apungan Unit Pemisah minyak dan Unit Klorinasi
Patogen
lemak Unit Ultraviolet
Asam Basa Unit Netralisasi Panas Unit penurun suhu

Code : PPPA/00/4 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Skema Umum IPAL

Input
Bahan Kimia Energi listrik

Influen
input
I PA L Efluen
Output

Lumpur
Hasil sampingan

-Target Efluen adalah memenuhi baku mutu air limbah,


- Lumpur harus dikelola sebagai limbah padat (B3 / Non B3 –
tergentung dari uji LB3

Code : PPPA/00/5 | © 2018. EFFO

Rangkaian Pengolahan Air Limbah

• Penyisihan partikel kasar


Unit Utama
• Untuk Recycle air limbah
• Endapan • Unit tambahan yang
• Apungan • Penyisihan/penguraian umumnya diperlukan :
• Stabilisasi Aliran pramater kunci :
• Carbon filter
(Equalisasi) • Sesuai dengan tujuan
pemenuhan baku mutu • RO (Referse Osmosisi)
• Pre Netralisasi (tentative)

Unit
Preliminary
Penyempurna

Code : PPPA/00/6 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Unit Pengolahan Kimia

Bak Ekualisasi Koagulasi

Influent Flokulasi
Efluent

Pengendapan Filtrasi
(Tentativ)

Pengeringan lumpur

Code : PPPA/00/7 | © 2018. EFFO

Unit Pengolahan Biologi


Biological Secondary
Primary
Treatment Settling Tank
Settling Tank
Influen

Efluen
Ekualisasi
Return sludge

Sludge Thickener
Filter Press

Cairan
Sludge

Code : PPPA/00/8 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Pengelompokan Bagian IPAL
 Bagian Penanganan Air Limbah
 Proses penyisihan pencemar
 Bagian penganan Lumpur
 Proses penganganan lanjutan dari lumpur yang terbentuk
 Bagian Pengaliran
 Saluran terbuka / saluran tertutup
 Pengatur aliran (valve, regulator)
 Bagian Prasarana
 Sistem kelistrikan
 Penyediaan air bersih
 Penyiapan bahan kimia
 Drainase air hujan
 Bagian Pendukung
 Laboratorium
 Ruang Kontrol
 Gudang
 bengkel

Code : PPPA/00/9 | © 2018. EFFO

Pemahaman Unit Operasi IPAL


Nama Unit Gambar Fungsi
Saringan (Screening) Menahan benda / partikel
ukuran besar : kayu, plastik,
kertas, dll

Ekualisasi Meratakan aliran dan


homogenisasi air limbah dari
berbagai sumber
Q,C Fluktuatif  Q,C Konstan
Sedimentasi Memisahkan padatan (BJ>1)
tersuspensi setelah didahului
dengan kuagulasi-Flokulasi atau
tangki aerasi

Code : PPPA/00/10 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Gambaran Umum Unit Operasi IPAL - 1
Nama Unit Gambar Fungsi
Unit Flotasi Memisahkan padatan yang
cenderung mengapung BJ <1

Unit Netralisasi Menetralkan pH Air Limbah dengan


menambahkan senyawa asam/basa

Unit Koagulasi- Merubah pertikel tersuspensi dan


Flokulasi koloid menjadi partikel seatable /
flok. Selanjutnya diendapkan dalam
bak sedimentasi

Code : PPPA/00/11 | © 2018. EFFO

Gambaran Umum Unit Operasi IPAL -2


Nama Unit Gambar Fungsi
Unit Lumpur Aktif Menguraikan dan menyisihkan zat
organik biodegradable. Umumnya
dengan nilai BOD maks. 10000
mg/l. Proses nya dilakukan oleh
mikroba aerobik
Pengolahan Anaerobik Menguraikan dan menyisihkan zat
organik biodegradable. Umumnya
dengan nilai BOD lebih dari 10000
mg/l. Proses nya dilakukan oleh
mikroba anaerobik
Pengelolaan Lumpur Mengurangi kadar air pada lumpur.
Terdapat metode pengeringan
alami dan metode pengeringan
secara mekanis

Code : PPPA/00/12 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
NETRALISASI - pH

Code : PPPA/00/13 | © 2018. EFFO

Proses Pengolahan Kimia - Netralisasi


 Kehadiran ion H+ akan menyebabkan suasana asam pada
air limbah sedangkan ion OH– akan menyebabkan suasana
basa
 Netralasisasi diperlukan untuk:
 upaya memenuhi baku mutu pH
 Selain itu juga diperlukan unutuk pengkondisian air limbah
Pengolahan kimia maupun biologi.
 Proses Netralisasi :

Code : PPPA/00/14 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Zat Asam dan Zat Basa
 Zat Asam , urutan dari asam terkuat hingga terlemah
 HNO3 (Asam Nitrat)
 H2SO4 (Asam Sulfat)
 Asam Halida : HI > HBr > HCl
 Asam oksi halogen : HXO4 > HXO3 > HXO2 > HXO
 X adalah unsur halogen : F, Cl, Br, I
 Asam asam organik. Misalnya asam asetat
 Zat basa
 Logam (L)OH
 NH3
 Besi Hidroksida
 Alumunium Hidroksida
Code : PPPA/00/15 | © 2018. EFFO

Penghambat Netralisasi
 Kondisi buffer basa, Jika air limbah semula basa, lalu
bertemu dengan air limbah yang mengandung asam kuat
dan pH masih berada diatas 7. lalu pH diturunkan lagi
dengan asam lemah yang berlebih.
 pH akan tetap berada di atas 7

 Kondisi buffer asam, Jika air limbah semula asam, lalu


bertemu dengan air limbah yang mengandung basa kuat
dan pH masih berada dibawah 7. lalu pH dinaikkan lagi
dengan basa lemah yang berlebih,
 pH akan tetap berada di bawah 7
Code : PPPA/00/16 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
FLOTASI
 Pengapungan zat pencemar Minyak :
 Segregasi minyak dengan air secara grafitasi

Code : PPPA/00/17 | © 2018. EFFO

9
OIL SEPARATOR

 Memisahkan minyak dan lemak dalam air limbah


dengan grafitasi.
 Minyak dan lemak akan terapung pada permukaan
tangki, kemudian disalurkan melalui oil skimmer
 Type Oil Separator :
 Oil Catcher
 Oil Skimer
 Under – over flow tank
 Typical efisinsi penyisihan
 In 100 – 200 mg/l  out < 20 mg/l
 Kriteria : td dan kedalaman

Code : PPPA/00/18 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Fungsi dan Tujuan Oil Separator

 Fungsi : memisahkan minyak dan lemak


 Prinsip pemisahan aliran secara gravitasi akibat
perbedaan berat jenis dimana berat jenis minyak
dan lemak umumnya dibawah 0.85 gr/liter dan
berat jenis air : 1 gr/liter.
 Minyak dan lemak harus dipisahkan diawal proses
pengolahan air limbah karena minyak dan lemak
dengan konsentrasi diatas 30 mg/liter akan
mengganggu proses penguraian mikrobiologis di
unit pengolahan selanjutnya
 Minyak dan lemak berlebihan di “Pump Lift
Station” mengganggu kinerja pompa transfer air
buangan.
Code : PPPA/00/19 | © 2018. EFFO

10

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Skema Oil Trap

Code : PPPA/00/21 | © 2018. EFFO

11

Type Lain Oil Trap

Code : PPPA/00/22 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
KOGULASI - FLOKULASI Code : PPPA/00/23 | © 2018. EFFO

12

Efek Pengadukan yang Diinginkan

Pengadukan cepat – Koagulasi

Polimer Partikel Partikel terdestabilisasi

Pengadukan lambat - Flokulasi

Partikel terdestabilisasi Floc

Code : PPPA/00/24 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Desain – Menentukan Performa Operasi

Data Kualitas dan Kuantitas Kriteria Desain


Limbah (SNI 19-6774-2008)
c Q Td G
Jar test

Dosis Koagulan/Flokulan P

Desain Fisik Unit Pengadukan

Keterangan:
c = Konsentrasi G = Gradien kecepatan
Q = Debit limbah V = Volume tangki
Td = Waktu detensi P = Daya yang dibutuhkan
Code : PPPA/00/25 | © 2018. EFFO

13
Kriteria Desain

Koagulasi
Kriteria Nilai
Td (Waktu Tinggal/Pengadukan), detik 1–5
G (Gradien Kecepatan), 1/detik > 750

Code : PPPA/00/26 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Pengadukan
Keterangan:
G = Gradien kecepatan (1/s)
P = Power yang dibutuhkan (N-m/s)
μ = Viskositas cairan (N-s/m2)
V = Volume tangki / volume limbah (m3)

Viskositas Absolut dari Air (μ)


0°C 5°C 10°C 15°C 20°C 25°C 30°C
g/cm-s (x 10-2) 1.792 1.519 1.310 1.145 1.009 0.895 0.800
Kg/m-s (x 10-3) 1.792 1.519 1.310 1.145 1.009 0.895 0.800
lb-s/ft2 (x 10-5) 3.74 3.17 2.73 2.39 2.11 1.87 1.67
N-s/m2 (x 10-3) 1.83 1.55 1.336 1.17 1.009 0.913 0.816

Code : PPPA/00/27 | © 2018. EFFO

14

Contoh Mixer

Code : PPPA/00/28 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Proses Koagulasi & Flokulasi
 Membesarkan ukuran partikel dengan membentuknya menjadi flok
 Koagulan yang dipergunakan: Kapur, Alum, Feri Sulfat, PAC, FeCl3
Koagulasi

Partikel Koloid Koagulan


Flokulasi

Floc Flokulan

Code : PPPA/00/29 | © 2018. EFFO

15

Aspek Dalam Koagulasi -


Flokulasi Jenis Koagulan/
Flokulan

Koagulan/
Flokulan
Dosis Koagulan/
Flokulan
Koagulasi/
Flokulasi

Pengadukan

Code : PPPA/00/30 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Jenis Chemical
Alum Fero Sulfat
Garam Logam Feri Sulfat Feri Klorida
Berdasarkan
Bahan Baku
Poli Aluminium Chlorida
Polimer (PAC)

Jenis Chemical

Polymethacrylic acid Anionik

Berdasarkan
Polyethileneamine HCl Kationik
Muatan

Polyvinylalcohol Non-ionik

Code : PPPA/00/31 | © 2018. EFFO

16

Jenis Koagulan - Karakteristik

Jenis Dosis Range


Kelebihan Kekurangan
Koagulan (ppm) pH
Murah dan mudah Perlu penambahan
Alum 75 – 250 4.5 – 7.0
didapat aditif
Feri Klorida 35 – 150 4.5 – 7.0 Mudah didapat Korosif, agak mahal
9.0 – Murah dan mudah Banyak terbentuk
Kapur 150 – 500
11.0 didapat endapan
100 – Endapan sedikit, Mahal
PAC 6.0 – 9.0
1000 penanganan mudah

Code : PPPA/00/32 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Kontrol Proses Koagulasi - Flokulasi
 pH Normal atau sesuai dengan syarata optimum pH pada jenis
koagulan / flokulan tertentu
 Dosis koagulan / flokulan optimum,  diketahui dari jar test

Jenis Dosis Range


Kelebihan Kekurangan
Koagulan (ppm) pH
Murah dan mudah Perlu penambahan
Alum 75 – 250 4.5 – 7.0
didapat aditif
Feri Klorida 35 – 150 4.5 – 7.0 Mudah didapat Korosif, agak mahal
Murah dan mudah Banyak terbentuk
Kapur 150 – 500 9.0 – 11.0
didapat endapan
Endapan sedikit, Mahal
PAC 100 – 1000 6.0 – 9.0
penanganan mudah

Code : PPPA/00/33 | © 2018. EFFO

17

Prinsip Jar Test

 Jar test adalah pemberian variasi zat kimia dan kondisi pH pada air
limbah.
 Variasi perlakuan dilakukan terhadap 4 - 5 jar (wadah)
 Tahapan jar test :
 Melakukan percobaan pemberian zat kimia kepada air limbah dengan
variasi dosis pada pH yang sama
 Akan didapatkan dosis optimum
 Memberikan dosis optimum dengan variasi pH
 Akan didapatkan kondisi pH optimum

Code : PPPA/00/34 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Kontrol Operasi Koagulasi - Flokulasi

 Koagulasi
 Waktu detensi (td) Pengadukan cepat : 30 detik – 2 menit
 Kecepatan adukan umumnya 100 rpm
 Flokulasi
 Waktu detensi (td) pengadukan lambat : 20 – 30 menit
 Kecepatan aduk umumnya 10 – 20 rpm
 Debit bahan kimia diatur sesuai dengan hasil jar test

Code : PPPA/00/35 | © 2018. EFFO

18

Masalah umum pada unit


Koagulasi - Flokulasi
Masalah Kemungkinan Penyebab
Pembentukan flok gagal -Jenis dan dosis koagulan – flokulan tidak tepat
-Debit air limbah terlalu tinggi
-Putaran pengaduk tidak tepat
Flok pecah - Jenis koagulan - flokulan yang tidak tepat
- Putaran pengaduk yang terlalu tinggi pada unit
flokulasi
Pengendapan gagal - Flok belum terbentuk sempurna
- Debit terlalu tinggi
- Endapan terlalu tebal
Endapan terangkat - endapan terlalu lama di dasar tangki, sehingga terjadi
proses pembusukan dari kandungan organik pada
endapan (biodegradasi anaerobik)

Code : PPPA/00/36 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
SEDIMENTASI Code : PPPA/00/37 | © 2018. EFFO

19

Pengendapan

 Berfungsi untuk mengendapkan partikel


 Menggunakan prinsip gravitasi
 Pengendapan dapat dikelompokkan menjadi
 Pengendapan diskrit
 Pengendapan flokulan
 Pengendapan tertahan dan tertekan (hindered and compressed
settling)
 Faktor yang paling berpengaruh dalam proses
pengendapan adalah beban permukaan (surface loading)

Code : PPPA/00/38 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Pengendapan Flokulan

 Terjadi bila partikel yang diendapkan membentuk flok


 Pengendapan flok alum,pengendapan flok feri khlorite,
pengendapan flok polimer
 Pada pengendapan flokulan, kedalaman zone pengendap
mempengaruhi efisiensi penyisihan partikel
 Sepanjang kedalaman, ukuran partikel flokulan cenderung
akan bertambah besar, sehingga kecepatan
pengendapannya juga cenderung semakin besar

Code : PPPA/00/39 | © 2018. EFFO

20

Proses Sedimentasi
Dipisahkan
Supernatant
secara Overflow

Massa jenis
lebih besar dari
air

Sludge
Dipisahkan
secara
Underflow

Sedimentasi adalah pemisahan partikel padat dari air menggunakan gravitasi. Terjadi dalam
2 fase:
 Supernatant (air yang sudah jernih) mengalir meninggalkan tangki sedimentasi lewat bagian
atas (overflow)
 Sludge dialirkan keluar dari tangki sedimentasi lewat bagian bawah (underflow)

Code : PPPA/00/40 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Komponen Bak Pengendap

TAMPAK SAMPING DARI BAK PENGENDAP

Vs

Vs Vo
Zone Zone Vo Zone Zone Zone Zone
Inlet Pengendapan Outlet Inlet Pengendapan Outlet

Zone Zone
Lumpur Lumpur

PENGENDAPAN DISKRIT PENGENDAPAN FLOKULEN

Code : PPPA/00/41 | © 2018. EFFO

21
Flow Chart Desain
Kriteria Desain Q dan Geometri
(SNI 19-6774-2008)

Waktu Detensi (Td) Volume Bak (V)

Luas Permukaan Bak


Kedalaman bak (h)
(A)

Weir Loading (WL) Panjang Weir (W)

Dimensi dan jumlah


Tidak unit

Surface Loading Cek Luas Permukaan


(V0) Aktual (Ax)

Sesuai
Gambar Detail

Code : PPPA/00/42 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Kriteria Desain (SNI 19-6774-2008)

Code : PPPA/00/43 | © 2018. EFFO

22
Jenis Clarifier
Combine : Koagulasi-Flokulasi -Sedimentasi

Circular Clarifier with Rotary


Bridge Scrapper

Upward Flow

Code : PPPA/00/44 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Jenis Clarifier-2

23

Jenis Clarifier -1

Circular Clarifier with Rotary


Bridge Scrapper

Upward Flow

Code : PPPA/00/46 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Jenis Clarifier-2

24

Kontrol Operasi Sedimentasi (


pengendapan Flokulan)
 Beban Permukaan (Overflow rate-OR) dipertahankan sesuai
kriteria
 Misal kriteria OR = 1, 3 m3/m2/jam, Jika debit air air limbah 100 m3
/jam, maka luas permukan pengendapan adalah :

 Waktu pengendapan, umumnya diperlukan waktu pengendapan


1,5 - 2 jam
 Misal, kriteria waktu endap 2 jam, dengan data luas permukaan dan
debit di atas, diperlukan kedalaman bak sedimentasi :

Code : PPPA/00/48 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
FILTRASI

 - sand filter
- carbon filter

Code : PPPA/00/49 | © 2018. EFFO

25

Penyaringan (Filtration)
 Bertujuan untuk menangkap partikel tersuspensi dalam
air dengan media filter / penyaring
 Biasanya dipergunakan bila kekeruhan akhir yang
diinginkan sangat rendah; atau bila partikel yang akan
disisihkan ukurannya terlalu kecil sehingga sulit
diendapkan. Air dengan kekeruhan 5 – 10 NTU dapat
diturunkan menjadi air olahan dengan kekeruhan
dibawah 2 NTU hingga 0,5 NTU dengan penggunaan
media filtrasi
 Selain itu, dari sisi pengaliran, dikenal juga dua macam
filter:
 Gravitasi / Gravity
 Bertekanan / Pressure Filter (tekanan 2 – 6 bar dengan
bejana bertekanan)

Code : PPPA/00/50 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Komponen Utama Filter

 Zone inlet

 Media filter
 Penyangga media filter
 Sistem drainase bawah (underdrain system)
 Sistem pencucian (bakcwash system)
 Sistem pemantau kehilangan tekanan

Code : PPPA/00/51 | © 2018. EFFO

26

Jenis Media Untuk Filtrasi

 Pasir bangka atau pasir silika


 Antrasit
 Garnet
 Single media: satu lapisan media, yaitu pasir bangka / silika
 Dual media: dua lapisan media, yaitu pasir bangka dan
antrasit
 Multi media: tiga lapisan media, yaitu pasir bangka, antrasit,
dan garnet
 Susunan media berdasarkan berat jenis media

Code : PPPA/00/52 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Kriteria Perencanaan Rapid Filter
 Laju filtrasi: 6 - 12meter / jam
 Tebal media filtrasi: single media pasir bangka 60 – 100 cm
 Dual media antrasit 20 – 30 cm, pasir bangka 50 – 60 cm
 Tekanan operasi: Tekanan atmosferik (1 atm)
 Lama operasi filter antara 2 pencucian: 24 – 48 jam
 Kehilangan tekanan: maks 2 m
 Kecepatan
 Sistem pemantauan kehilangan tekanan: penggunaan DPIT
(Differential Pressure Indicating Transmiter) dan pressure switch
 Sistem operasi filter: semi otomatis
 Katup operasi: pneumatic valve atau motorized valve

Code : PPPA/00/53 | © 2018. EFFO

27

Kriteria Perencanaan
Pressure Filter
 Laju filtrasi: 20 – 30 meter / jam
 Tebal media filtrasi: single media pasir bangka 100 –
150 cm
 Tekanan operasi: maks 4 atm
 Lama operasi filter antara 2 pencucian: 24 – 48 jam
 Kehilangan tekanan: maks 3,5 atm
 Sistem pemantauan kehilangan tekanan: penggunaan
DPIT dan pressure switch
 Sistem operasi filter: semi otomatis dan otomatis
 Katup operasi: pneumatic valve atau motorized valve
Code : PPPA/00/54 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
RAPID GRAVITY FILTER

Code : PPPA/00/55 | © 2018. EFFO

28

PRESSURE FILTER
Code : PPPA/00/56 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Cartridge Filter Granular-medium, gravity-flow
filter
Code : PPPA/00/57 | © 2018. EFFO

29

AV - 1 AV - 5

AV - 4

AV - 3
AV - 2

SCHEMATIC FLOW - PRESSURE FILTER

Code : PPPA/00/58 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Pencucian Filter (Backwash)
 Dapat digunakan dua jenis fluida yaitu air dan udara
 Pencucian dengan air: pencucian dengan air selama 15
– 20 menit
 Pencucian dengan air dan udara: pencucian dengan
udara selama 5 menit dan pencucian dengan air selama
10 menit
 Kecepatan Back Wash
 Dengan Udara 55 m3/jam
 Dengan Air 15 m3/ jam

Code : PPPA/00/59 | © 2018. EFFO

30

Adsorbsi dengan Karbon Aktif

 Adsorpsi ini bersifat reversible (dapat iregenerasi /


diaktifkan kembali)
 Karbon bentuk serbuk bisa dipergunakan untuk
menyisihkan zat organic bersamaan dengan penggunaan
koagulan di unit koagulasi-flokulasi-sedimentasi
 Unit sand filtration diletakkan sebelum unit karbon aktif
untuk menyisihkan koloid.
 Sedangkan unit karbon aktif harus mendahului proses
membrane untuk mengurangi kandungan Cl2- dan OCl- agar
tidak merusak membrane.

Code : PPPA/00/60 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Bahan & Jenis Karbon Aktif

 Bahan baku karbon aktif:


 Kayu
 Serbuk gergaji
 Batok kelapa
 Batu bara
 Proses Pengaktifan karbon:
 Carbonation
 Activation
 Jenis karbon aktif:
 serbuk (powder); umumnya dilakukan dengan melakukan penaburan
pada reaktor
 butiran (granular); umumnya menggunakan bed; paling banyak
dipergunakan
 Pallet : untuk adsorbsi zat fase udara
Code : PPPA/00/61 | © 2018. EFFO

31
Zat yang Dapat Diadsorbsi
oleh Karbon Aktif
Aromatic solvents Benzene, toluene, xylene
Polynuclear aromatics Naphthalene, biphenyls
Chlorinated aromatics Chlorobenzene, PCBs, Aldrin, Endrin,
toxaphene, DDT
Phenolics Phenol, cresol, resorcinol
High-molecular-weight aliphatic Aniline, toluene diamine
amines and aromatic amines
Surfactants Alkyl benzene sulfonates
Soluble organic dyes Methylene blue, textile dyes
Fuels Gasoline, kerosene, oil
Chlorinated solvents Carbon tetrachloride,
perchloroethylene
Aliphatic and aromatic acids Tar acids, benzoic acids

Code : PPPA/00/62 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Faktor yang Mempengaruhi
Adsorbabilitas
 Tingkat penyerapan karbon akatif ditunjukkan dengan iodine
number atau methylen blue
 Peningkatan kelarutan suatu senyawa akan menurunkan
kemampuan adsorbabilitas
 Senyawa dengan rantai bercabang lebih mudah teradsorb
daripada senyawa dengan rantai lurus
 Gugus komponen senyawa yang berpengaruh thd adsorbabilitas:
 Gugus hidroxyl, amino, sulfonik: menurunkan adsorbabilitas
 Gugus amino, carbonyl, double bond, halogen: berbeda tergantung
senyawanya
 Gugus Nitro : meningkatkan adsorbabilitas
 Senyawa dengan molekul lebih besar lebih mudah teradsorb

Code : PPPA/00/63 | © 2018. EFFO

32

Code : PPPA/00/64 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Regenarasi - Aktivasi

 Regenerasi : Melepaskan ikatan karbon terhadap


polutan
 Dilakukan setelah karbon aktif jenuh, yaitu tidak dapat
melakukan adsorbsi secara optimal
 Bahan Regenarasi : Kaporit, garam (NaCl), Asam
 Reaktifasi
 Dilakukan setelah umur pakai habis :Tergantung dari
polutan air
 Dilakukan setelah hasil regenerasi tidak berpengaruh
 Dilakukan dengan mengaktivasi kembali : dipanaskan pada
suhu 400 – 700 oC

Code : PPPA/00/65 | © 2018. EFFO

33

PENGOLAHAN BIOLOGIS
- AEROB TREATMENT
- ANAEROB TREATMENT

Code : PPPA/00/66 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Prinsip Kerja Pengolahan Biologis
 Menyisihkan zat organik dengan memanfaatkan
metabolisme mikroba :

mikroorganisme
Materi organik + O2 + NH3 + PO43- Sel baru + CO2 + H2O

 Terdapat rekayasa dalam optimalisasi proses penguraian,


melalui :
 Pengkondisian oksigen terlarut
 Memperbnyak ‘tempat’ hidup bakteri
 Pengoptimalan kesimbangan nutrisi
 Varian pengolahan biologis :
 Lumpur Aktif : bakteri pada padatan tersuspensi /melayang
 Biological contactor : bakteri melekat pada media tetap
Code : PPPA/00/67 | © 2018. EFFO

34

Block Diagram Lumpur Aktif


Mixed liquor

Tangki Aerasi Tangki Sedimentasi


Influent Effluent
Q Qe ; Xe
V ;X

(Q + Qr) ; X
Qr ; Xr Qw ; Xw

Resirkulasi Lumpur Lumpur buangan

Xw = Xr
1 V m3 Volume Qe = Q - Qw
2 Q m3/hari Debit air limbah
3 X mg/l Konsentrasi suspended solid
(MLSS)

Code : PPPA/00/68 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Jenis Pengolahan Biologis
 Lumpur Aktif (Acitvated sludge)

Aerasi Lumpur Aktif Oxidation Ditch

69 Rotating Biological Contactor Tricking Filter


Code : PPPA/00/69 | © 2018. EFFO

35
Kontrol Proses dan
Operasional – Pengolahan biologis - Aerob

 pH Netral (6, 5 - 8,0) dan suhu pada 25 – 30 oC


 Rasio Organik :Food (BOD) : Mass (VSS) , yaitu : 0,2 – 0,4
BOD/kgVSS/hari
 Usia Lumpur : 8 – 15 hari
 Oksigen terlarut : > 2 mg/liter
 Rasio Nutrien BOD : N : P = 100 : 5 : 1
 Beban Permukaan (OR) ; 0,5 – 1 m3/m2/jam
 Sludge Volume,
 SVI = 50-100 mg/l
 40 – 60 % volume

Code : PPPA/00/70 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Faktor F/M (Food-BOD/Mass-VSS)
yang Mempengaruhi Operasi
 Rasio F/M menunjukan rasio antara jumlah
mikroorganisme dalam lumpur aktif terhadap besarnya
organik yang diolah, nilai ideal F/M berkisar 0,3 – 0,6 kg
BOD/kg VSS.hari
F/M = (1000x BOD)/(MLVSS x V)
 Efek nilai F/M:
 terlalu besar : pertumbuhan bakteri filamen
 terlalu kecil : pertumbuhan bakteri pembentuk busa
 Jumlah mikroorganisme, dihitung dalam MLVSS.
Dikendalikan dengan mengatur besarnya pembuangan
aliran lumpur buangan (waste sludge) dan aliran lumpur
resirkulasi. Pengendalian ini juga akan berpengaruh pada
usia lumpur yang lebih lama dari waktu keberadaan limbah
dalam tangki.
Code : PPPA/00/71 | © 2018. EFFO

36

Faktor-faktor lain
yang Mempengaruhi Operasi

 Senyawa Toksik
 senyawa-senyawa copper, cianida, arsen akan meracuni proses
 Temperatur
 Pengadukan
 tangki aerasi harus teraduk sempurna; tidak ada dead-end
 tangki aerasi harus memiliki konsentrasi DO dan SS yang sama
pada setiap titik
 Beban hidrolik atau beban permukaan
 variasi debit influent akan mempengaruhi proses. Nilai beban
permukaan 15 – 30 m3/m2.hari.

Code : PPPA/00/72 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Permasalahan umum pada
Lumpur Aktif
Permasalahan Kemungkinan Penyebab
Lumpur berbusa Kandungan detergen tinggi atau gangguan mikrobiologis
akibat dominasi mikroba filamentous
Lumpur gembur (bulking), Perbandingan rasio nutrien tidak tepat atau gangguan
lumpur naik ke atas mikrobiologis akibat dominasi mikroba filamentous
Lumour hitam dan berbau Proses anaerobik telah terjadi yang disebabkan DO yang
terlalu rendah
Lumpur tidak mengenap atau gangguan mikrobiologis akibat dominasi mikroba
filamentous atau terjadi kondisi septik pada endapan
lumpur
Lumpur terbawa keluar Endapan lumpur telalu lama dalam ruang endapan, atau
karena beban hidrolis terlalu besar

Code : PPPA/00/73 | © 2018. EFFO

37

Pengendalian Karakteristik
Pengendapan Lumpur-1
 Komposisi mikroba, dilihat dari nilai SVI
Pengendalian nilai SVI:
 perbaikan komposisi senyawa nutrien: kurangnya
senyawa N dan P menghambat pertumbuhan
bakteri penggumpal
 penurunan suplai Oksigen: Bakteri filamen tidak bisa
hidup dalam DO rendah
 penyesuaian jumlah waste sludge: pembuangan
waste sludge 5 – 20% (usia lumpur 5 – 20 hari)
Code : PPPA/00/74 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Pengendalian Karakteristik
Pengendapan Lumpur-2

 Ketebalan endapan lumpur di tangki pengendap


dipengaruhi debit resirkulasi lumpur (Qr)
 Qr besar : ketebalan lumpur rendah
 Qr kecil : ketebalan lumpur tinggi, lumpur dari tangki aerasi
tidak mengendap tapi terbawa keluar
 Jika lumpur terlalu lama dalam tangki pengendap terjadi
reaksi penguraian organik lanjutan (reaksi denitrifikasi),
menghasilkan gas CO2 dan N2 yang dapat mengangkat
lumpur (Rising sludge)
 Reaksi lanjutan bersifat anaerobik sehingga timbul bau dari
gas CH4 dan H2S dan warna larutan kehitaman
Code : PPPA/00/75 | © 2018. EFFO

38

Indikator Analitis Pada Operasi


Lumpur Aktif - 1

 DO :
 penurunan DO secara tiba-tiba menunjukkan adanya shock
loading organik
 peningkatan DO secara tiba-tiba menunjukkan adanya toksisitas
akut
 BOD: BOD yang tinggi pada effluent menunjukkan
adanya masalah (misalnya rasio F/M)
 Oxigen Uptake Rate: Penurunan OUR menunjukkan
penurunan aktivitas mikroorganisme; dan sebaliknya
 SS dan VSS: menunjukkan konsentrasi mikroorganisme

Code : PPPA/00/76 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Indikator Analitis Pada Operasi
Lumpur Aktif - 2

 Sludge Volume Index: menunjukkan kualitas


pengendapan flok mikroorganisme
 Nutrien : kekurangan nitrogen akan menyebabkan
timbulnya mikroorganisme filamentous dan dispersed
microoerganism
 Kedalaman sludge blanket pada clarifier: sebaiknya
kedalaman sludge blanket setidaknya 1,8 meter
 Oxigen Uptake Rate : Penurunan OUR menunjukkan
penurunan aktivitas mikroorganisme; dan sebaliknya

Code : PPPA/00/77 | © 2018. EFFO

39

Proses Anaerob - 1

 Proses yang “tidak” menggunakan oksigen dalam reaksinya


 Umumnya dipergunakan untuk limbah yang memiliki BOD
yang tinggi
 Perbandingan C : N : P jauh lebih tinggi dari proses aerob.
 Pada proses anaerob perbandingannya adalah 800 - 1200 :
5 :1
 Lumpur yang dihasilkan hanya seperlima dari lumpur pada
proses aerob.

Code : PPPA/00/78 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Proses Anaerob - 2

 Relatif lebih murah operasinya karena tidak


memerlukan energi untuk pasokan oksigen
 Memerlukan reaktor yang relatif lebih besar, sehingga
biaya kapital menjadi lebih tinggi dibanding lumpur aktif
 Menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi (bahan bakar); biogas yang dihasilkan
sekitar 0,35 m3/kg COD yang disisihkan

Code : PPPA/00/79 | © 2018. EFFO

40

Jenis Proses Anerob - UASB


 Upflow Anaerobic Sludge Blanket
 Menggunakan proses anaerob; sehingga tidak memerlukan
aerasi
 Dalam reaktor UASB biomassa berada dalam bentuk
granular dengan diameter 3-4 mm
 Aliran ke atas dan timbulan gas menyebabkan terjadinya
pencampuran yang baik antara mikroorganiseme dengan
limbah sehingga pengolahan organik terjadi pada seluruh
bagian reaktor
 Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit; biaya pengelolaan
lumpur berkurang

Code : PPPA/00/80 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Kondisi Operasi UASB

 Penyisihan Organik: 75% - 90% lebih


 Beban Organik: 10 - 30 kg COD/m3/hari
 Waktu tinggal umumnya berkisar antara 8 jam
sampai 1,5 hari
 Timbulan Lumpur: 1/5 sampai 1/10 dari timbulan
lumpur pada Sistem Lumpur Aktif
 Produksi Gas Metana : 0.35 Nm3/kg COD
disisihkan
 Hidraulic overload perlu dihindari karena UASB
peka terhadap hal ini

Code : PPPA/00/81 | © 2018. EFFO

41

Reaktor Upflow Anerobic Sludge Blanket

gas

1: sludge liquor inlet


Sedimentation Water discharge 2: gas separation
1 1
3: sludge return
2 2
opening

3 3
2 Guiding plates
Loose sludge

Sludge bed

Wastewater inflow

Code : PPPA/00/82 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Resume Parameter
OPERASI WWTP

Code : PPPA/00/83 | © 2018. EFFO

42
Parameter Operasi
Pengolahan Air Limbah
Unit Pengolahan Parameter Operasi
Ekualisasi Q Beban Hodrolis
Unit Pengendapan OR : +/- 1,3 m3/m2/jam Beban Permukaan
(Overflowrate)
Q Beban Hidrolis
Unit Pengapungan OR : 2-10 m3/m2/jam
Solid Loading : 2-15 kg/m2/jam
Unit Koagulasi Q Beban Hidrolis
Q Kimia Debit koagulan
Unit Flokulasi Q Beban Hidrolis
Q Kimia Debit Flokulan
Unit Penyesuaian pH Q Kimia Debit bahan kimia yang
ditambahkan
Unit Prespitasi Q Kimia Debit bahan kimia yang
ditambahkan
Unit Klorinasi Q Kimia Debit bahan desinfektan

Code : PPPA/00/84 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Parameter Operai
Pengolahan Air Limbah
Unit Pengolahan Parameter Operasi
Unit Lumpur Aktif OL Beban Organik (Organic loading)
(Tangki Aerasi) MLVSS Padatan Organik tercampur ( Mixed Liquor
Suspended Solid)
F :M Rasio Food : Microorganism
DO Oksigen Terlarut
OUR Laju pernafasan miikroorganisme (Oxygen Uptake
Rate)
BOD:N:P Rasio Nutrien
SA Usia lumpur (Sludge Age)
SVI Index Volume Lumpur (Sludge Volume Index
Unit Lumpur Aktif OR Beban Permukaan
(Tangki QR Debut lumur resirkulasi
Sedimentasi) Qwas Debit lumpur dibuang

Code : PPPA/00/85 | © 2018. EFFO

43
Penanganan Lumpur - 1

 Lumpur mineral : lumpur primer dari unit pengolahan


yang menggunakan prinsip fisika dan kimiawi
 Berwarna abu-abu gelap, atau tergantung senyawanya
 Kandungan padatan : 2 – 8%
 Berat jenis : 1,4 kg/l
 Mengandung banyak senyawa anorganik
 Lumpur biologis : lumpur sekunder dari unit pengolahan
biologis
 Berwarna coklat, tidak berbau
 Kandungan padatan: 0,5 – 2,5%
 Berat jenis : 1,25 kg/l
 Mengandung banyak senyawa organik yang mudah membusuk

Code : PPPA/00/86 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Diagram Kemungkinan
Pengolahan Lumpur
SLUDGE
USE AS SOIL
COMPOSTING
CONDITIONER

THICKENING LANDFILL

DEWATERING HEAT DRY

BURN
DIGESTING

USE AS FERTILIZER
DESINFECTION
Code : PPPA/00/87 | © 2018. EFFO

44
Sludge Thickener

Gravity Belt Thickener

Gravity Thickener

Rotary Drum Thickener

Code : PPPA/00/88 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Gambar Sludge Drying Bed
Pengisia
n Sludge

Sludge
Kering

Filtrat

Code : PPPA/00/89 | © 2018. EFFO

45

Pembuangan Akhir Lumpur


 Lumpur yang tergolong limbah B3 dibuang di lokasi
berizin
 Lumpur yang tidak tergolong limbah B3 :
 Pembuangan di tempat penimbunan sampah kota
 Penebaran di permukaan (land aplication)
 Kandungan padatan: % SS > 10%
 Kandungan organik terurai: hanya untuk lumpur yang sudah distabilisasi
 Kandungan senyawa nutrien: lumpur yang mengandung unsur N, P, dan K dapat dijadikan
pupuk tanaman
 Lumpur yang mengandung patogen harus ditambah kapur terlebih dahulu
 Pemanfaatan kembali sebagai bahan baku pembuatan barang lain
 Sebagai tanah urugan
 Sebagai bahan pembuatan batu bata/batako dengan campuran bahan lain

Code : PPPA/00/90 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Manajemen Operasi
IPAL

Code : PPPA/00/91 | © 2018. EFFO

46

Poin Peniliaian Kinerja IPAL


 Kesesuaian Proses
 Karakterisitk inflient IPAL sesuai dengan persyaratan pada
manual proses baik berupa kualitas maupun kuantitas air limbah
 Integritas Bangunan
 kebocoran / keratakan dinding bangunan IPAL
 Adanya limpasan air limbah yang tidak diinginkan
 Kemungkinan kerusakan alat mekanis
 Ada/tidak nya saluran air limbah bypass / tanpa melalui IPAL
 Tata Cara Operasi
 Kesesuaian operasional terhadap SOP

Code : PPPA/00/92 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Biaya Operasional IPAL
Kelistrikan: kebutuhan energi seperti pompa, motor penggerak

Bahan kimia: koagulan, flokulan, nutrisi

Maintenance: ME, bak IPAL, penggantian filter, perbaikan/ penggantian


pipa, pengerukan lumpur

Peningkatan kompetensi operator

Sampling dan analisis kualitas performance IPAL

Kalibrasi alat ukur debit

Code : PPPA/00/93 | © 2018. EFFO

47

Strategi Operasional IPAL


 Harus diketahui karakteristik air limbah ,
berdasarkan informasi parameter pencemar air limah
: COD, BOD, dll
 Beban maksimum yang dapat ditampung oleh IPAL
:
 Parameter Operasi
 Koagulasi : kecepatan aduk,
 Peng. Biologis Aerob :
 Kebutuhan alat pengolahan air limbah
 Bahan kimia
 Jenis Kondisi Operasi : Bertekanan, tak bertekanan,
aerobik, anaerobik

Code : PPPA/00/94 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Pemantauan Operasional IPAL
Karakteristik influen vs effluen

Kondisi unit pengolahan

Besaran parameter operasi

Status kerja alat

Pengendalian penggunaan bahan kimia

Waktu kerja petugas

Code : PPPA/00/95 | © 2018. EFFO

48

Pengawasan Operasional IPAL

SOP
Operasional dan Perawatan IPAL
Prosedur Kerja
Fungsi alat-alat mekanis
Penanggulangan masalah IPAL
Kinerja petugas
Code : PPPA/00/96 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com
Laporan Operasional IPAL

 Biaya Operasional
 Pengadaan barang
 Tenaga kerja
 Operasional IPAL
 Kejadian darurat dan penaggulangannya
 Hasil pemeriksaaan kualitas IPAL intenal
dan eksternal

Code : PPPA/00/97 | © 2018. EFFO

49

Dokumentasi IPAL

 Database kulitas influen dan efluen


 Kondisi pengolahan
 Kejadian pencemaran air
 Kualitas lingkungan perairan
 Catatan kondisi pengoperasian
 Kepegawaian
 dll

Code : PPPA/00/98 | © 2018. EFFO

P.II-03/PPPA © www.effo-consulting.com

Anda mungkin juga menyukai