Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEBIJAKAN EKONOMI DI INDONESIA


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: Pengantar Ilmu ekonomi
Dosen pengampu: Dr.Ir. Hendri,MS

Oleh:
Figi Afandi
Rita Fronika
Nova Fitrya
Maria Kerolina
Adrian Maulana
Farhan Syahdani
Febyanti Tarihoran
Muhammad Dzaky Hardi
Deyarnita Cecillia Saragih
Stefhan Ruventus Sitohang
Immanuel Miclyn Pride Harianja

Kelas B
Fakultas perikanan dan kelautan
Universitas riau
2020
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kebijakan Ekonomi Di
Indonesia ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pengantar Ilmu
Ekonomi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kebijakan
Ekonomi Di Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.Ir. Hendri,MS yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya pelajari.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 26 Desember 2020

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1

1.3 Tujuan....................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2

2.1 Kebijakan Harga dan Peranan Pemerintah.............................................................................2

2.2 Kebijakan Moneter dan Fiskal di Indonesia..........................................................................4

2.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)..............................................................6

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu ekonomi adalah sebuah cabang ilmu dari pengetahuan sosial yang tidak bisa lepas
dalam kehidupan sehari-hari karena melalui ilmu ekonomi inilah setiap manusia dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai satu kesatuan atau dikenal dengan
organisasi. Dalam hal ini, organisasi yang merupakan kesatuan dari setiap individu disebut
dengan negara.
Kebijakan ekonomi suatu negara tidak bisa lepas dari keterlibatan pemerintah karena
pemerintah memegang kendali atas segala sesuatu, menyangkut semua kebijakan yang bermuara
kepada keberlangsungan negara itu sendiri. Setiap pemerintahan yang sedang memimpin suatu
negara tentu saja memiliki kebijakan ekonomi andalan untuk menjamin perekonomian negara
yang baik dan stabil demi tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan, karena sudah menjadi
kewajiban pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi agar tercapainya kehidupan yang
makmur dan sejahtera bagi rakyatnya.
Kebijakan ekonomi suatu negara juga tidak bisa dilepaskan dari paham atau sistem
ekonomi yang dipegang oleh pemerintahan suatu negara, seperti sistem ekonomi Kapitalisme,
Sosialisme, Campuran, maupun sistem ekonomi Islam. Tentu saja pemerintah, sebagai
pengendali perekonomian suatu negara, menganut salah satu sistem ekonomi sebagai dasar
dalam pengambilan kebijakan ekonomi. Apapun sistem ekonomi yang dipegang oleh suatu
pemerintahan, sistem ekonomi itulah yang diyakini sebagai sistem ekonomi terbaik bagi
perekonomian negara yang dipimpin oleh suatu pemerintahan tersebut walaupun nantinya dalam
sistem ekonomi yang dipegang memiliki berbagai kelemahan.
Makalah ini akan membahas mengenai Kebijakan dalam Sistem Ekonomi Indonesia,
yang mencangkup kebijakan harga dan peranan pemerintah, kebijakan fiskal dan moneter di
Indonesia, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

1.2 Rumusan Masalah


1. sistem apa yang digunakan dalam kebijakan ekonomi dalam indonesia?
2. apa yang di maksud dengan Kebijakan Harga dan Peranan Pemerintah?
3. apa yang di maksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)?

1.3 Tujuan
            Adapun tujuan dari pembuatan makalah berjudul Kebijakan dalam Sistem Ekonomi
Indonesia ini adalah:
1.      Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia
2.      Sebagai media pembelajaran mengenai Kebijakan dalam Sistem Ekonomi Indonesia
3.      Sebagai bahan diskusi kelas pada perkuliahan Sistem Ekonomi Indonesia
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan Harga dan Peranan Pemerintah


Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi (rumah tangga pemerintah), memiliki
fungsi penting dalam perekonomian yaitu berfungsi sebagai stabilitas, alokasi, dan distribusi.
Adapun penjelasan dari fungsi tersebut adalah:
1)   Fungsi Stabilitas
Adalah fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilitasa ekonomi, sosial, politik, hukum,
pertahanan dan keamanan.
2)   Fungsi Alokasi
Adalah fungsi pemerintah sebagai penyedia barang dan jasa publik seperti pembangunan jalan
raya, gedung sekolah, penyediaan fasilitas penerangan, dan telepon.
3)   Fungsi Distribusi
Adalah fungsi pemerintah dalam pemerataan atau distribusi pendapatan masyarakat.

Peran dan fungsi pemerintah dalam perekonomian di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
a)    Pembangunan ekonomi dibanyak negara umumnya terjadi akibat intervensi pemerintah baik
secara langsung maupun tidak langsung. Intervensi pemerintah diperlukan dalam perekonomian
untuk mengurangi dari kegagalan pasar (market failure) seperti kekakuan harga monopoli dan
dampak negatif kegiatan usaha swasta contoh pencemaran lingkungan.
b)   Mekanisme pasar berfungsi tanpa keberadaan aturan yang dibuat pemerintah. Aturan ini
memberikan landasan bagi penerapan aturan main, termasuk pemberian sanksi bagi pelaku
ekonomi yang melanggar. Peranan pemerintah menjadi lebih penting karena mekasnisme pasar
saja tidak dapat menyelesaikan semua persoalan ekonomi. Untuk menjamin efisiensi, pemerataan
dan stabilitas ekonomi, peran dan fungsi pemerintah mutlak diperlukan dalam perekonomian
sebagai pengendalian mekanisme pasar.
Kegagalan pasar (market failure) adalah suatu istilah untuk menyebut kegagalan pasar dalam
mencapai alokasi atau pembagian sumber daya yang optimum. Hal ini khususnya dapat terjadi
jika pasar didominasi oleh para pemasok monopoli produksi atau konsumsi dan sebuah produk
mengakibatkan dampak sampingan (eksternalitas), seperti rusaknya ekosistem lingkungan.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, negara atau pemerintah memiliki fungsi yang penting
dalam kehidupan ekonomi, terutama yang berkaitan dengan penyediaan barang dan jasa. Barang
dan jasa tersebut sangat diperlukan masyarakat dan disebut sebagai kebutuhan publik. Kebutuhan
publik meliputi dua macam barang, yaitu barang dan jasa publik dan barang dan jasa privat.
Barang dan jasa publik adalah barang dan jasa yang pemanfaatannya dapat dinikmati bersama.
Contoh barang dan jasa publik yaitu jalan raya, fasilitas kesehatan, pendidikan, tranportasi, air
minum dan penerangan. Dengan pertimbangan skala usaha dan efisiensi, negara melakukan
kegiatan ekonomi secara langsung sehingga msyarakat dapat lebih cepat dan lebih murah dalam
memanfaatkan barang dan jasa tersebut.
Barang dan jasa privat adalah barang dan jasa yang diproduksi dan penggunaannya dapat
dipisahkan dari penggunaan oleh orang lain. Contoh: pembelian pakaian akan menyebabkan hak
3

kepemilikan dan penggunaan barang berpindah ke orang yang membelinya. Barang ini umumnya
diupayakan sendiri oleh masing-masing orang.
Selain itu, peran penting pemerintah baik secara langsung dan tidak langsung didalam kehidupan
ekonomi adalah untuk menghindari timbulnya eksternalitas, khususnya dampak sampingan bagi
lingkingan alam dan sosial. Pada umumnya sektor pasar (sektor swasta) tidak mampu mengatasi
dampak eksternalitas yang merugikan seperti pencemaran lingkungan yang timbul karena
persaingan antar lembaga ekonomi. Misalnya, sebuah pabrik tekstil yang dalam pasar persaingan
sempurna. Menurut standar industri yang sehat, pabrik tersebut seharusnya membangun fasilitas
pembuangan limbah. Akan tetapi, mereka membuangnnya kesungai. Jika pemerintah tidak
mengambil tindakan tegas, dengan memaksa pabrik tersebut membangun fasilitas pembuangan
limbah pabrik akan semakin banyak penduduk yang merasa dirugikan atas limbah atau polusi
yang diakibatkan adanya kegiatan dalam pabrik tersebut. Selain memberi peringatan tesebut,
pemerintah juga mengenakan pajak polusi untuk menandai kerugian-kerugian yang lain.
Pada intinya, pemerintah ikut serta dalam kegiatan perekonomian supaya menanggulangani
kegagalan pasar sehingga tidak adanya eksternalitas yang merugikan banyak pihak. Adapun
bentuk dari peran pemerintah yakni dengan melakukan intervensi baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Intervensi Pemerintah dalam Perekonomian
Untuk mengatasi kegagalan pasar (market failure) seperti kekuan harga, monopoli dan
eksternalitas yang merugikan maka peran pemerintah sangat diperlukan dalam perekonomian
suatu negara. Perekonomian ini dapat dilakukan dalam bentuk intervensi secara langsung
maupun tidak langsung. Berikut adalah intervensi pemerintah secara langsung dan tidak
langsung dalam menentukan harga pasar untuk melindungi konsumen atau produsen melalui
kebijakan penetapan harga minimum (floor price) dan kebijakan penetapan harga maksimum
(ceiling price).
a)   Intervansi Pemerintahan secara Langsung
1.    Penetepan Harga Minimun (floor price)
Penetapan harga minimum atau harga dasar yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk
melindungi produsen, terutama untuk produk dasar pertanian. Misalnya harga gabah kering
terhadap harga pasar yang terlalu rendah. Hal ini dilakukan supaya tidak ada tengkulak
(orang/pihak yang membeli dengan harga murah dan dijual kembali dengan harga mahal) yang
membeli produk tersebut diluar harga yang telah ditetapkan pemerintah. Jika pada harga tersebut
tidak ada yang membeli, pemerintah akan membelinya melalui BULOG (Badan Usaha Logistik)
kemudian didistribusikan ke pasar. Namun, mekanisme penetapan harga seperti ini sering
mendorong munculnya praktik pasar gela, yaitu pasar yang pembentukan harganya di luar harga
minimum.
2.    Penetapan Harga Maksimum (celing price)
Penetapan harga maksimum atau Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dilakukan pemerintah
bertujuan untuk melindungi konsumen. Kebijakan HET dilakukan oleh pemerintah jika harga
pasar dianggap terlalu besar diluar batasa daya beli masyarakat (konsumen). Penjual tidak
diperbolehkan menetapkan harga diatas harga maksimum tersebut. Contoh penetapan harga
maksimum di Indonesia antara lain harga obat-obatan di apotek, harag BBM, dan tarif angkutan
4

atau transportasi seperti tiket bus kota, tarif kereta api, dan tarif taksi per kilometer. Seperti
halnya penetapan harga minimum, penetapan harga maksimum juga mendorong terjadinya pasar
gelap.
b)   Intervensi Pemerintah secara Tidak Langsung
1.    Penetapan Pajak
Kebijakan penetapan pajak dilakukan oleh pemerintah dengan cara mengenakan pajak yang
berbeda-beda untuk berbagi komoditas. Misalnya untuk melindungi produsen dalam negeri,
pemerintah dapat meningkatkan tarif pajak yang tinggi untuk barang impor. Hal tersebut
menyebabkan konsumen membeli produk dalam negeri yang harganya relatif sangat murah.

2.2 Kebijakan Moneter dan Fiskal di Indonesia


1.     Pengertian Kebijakan Moneter (Monetary Policy)
Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro
agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar
dalam perekonomian. Usaha tersebut di lakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta
terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Pengaturan jumlah uang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat di golongkan menjadi dua,
yaitu
·         Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy

Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar.
·         Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy

Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan
kebijakan uang ketat (tight money policy).
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter,
yaitu antara lain:

a)      Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)


Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau
membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang
beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang
yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada
masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari
Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

b)      Fasilitas Diskonto (Discount Rate)


Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat
bunga bank sentral pada bank umum. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah
menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi
membuat uang yang beredar berkurang.
c)      Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
5

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah
dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar,
pemerintah menaikkan rasio.
d)     Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan
memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi
kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan
menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang
beredar pada perekonomian.

2.  Pengertian Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy)


Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar,
namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.
Kebijakan fiskal berhubungan erat dengan kegiatan pemerintah sebagai pelaku sektor
publik. Kebijakan fiskal dalam penerimaan pemerintah dianggap sebagai suatu cara untuk
mengatur mobilisasi dana domestik, denagn instrumen utamanya perpajakan. Di negara yang
sedang berkembang seperti di Indonesia, kebijakan moneter dan kebijakan luar negeri belum
berjalan seperti yang diharapkan. Dengan demikian, peranan kebijakan fisikal dalam bidang
perekonomian menjadi semakin penting.
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang
berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan
berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan
meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak
akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi
variabel-variabel berikut:
 Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
 Pola persebaran sumber daya
 Distribusi pendapatan
Dengan kebijaksanaan fiskalnya pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya
perekonomian dari keadaan-keadaan yang tidak diinginkan seperti keadaan dimana banyak
penganggura, inflasi, neraca pembayaran internasional yang terus menerus defisit dan
sebagainya. Ada analisis yang dipakai dalam kebijakan fiskal, yaitu:
1.        Analisis kebijaksanaan fiskal dalam sistem perpajakan yang sederhana
Dengan adanya tindakan fiskal pemerintah, pengeluaran masyarakata untuk konsumsi tidak lagi
secara langsung ditentukan oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional, akan tetapi oleh tinggi
rendahnya pendapatan yang siap untuk di belanjakan atau disposable income.
2.        Analisis kebijaksanaan fiskal dalam system perpajakan yang Built-in Flexible
6

Yang dimaksud dengan system perpajakan yang built-in flexible adalah system pemungutan
pajak pendapatan, maksudnya adalah  untuk meratakan distribusi pendapatan agar tidak terjadi
ketegangan – ketegangan social. Dikatakan flexible karena mengikuti pendapatan, apabila
pendapatan besar maka jumlah pajak yang di bayar besar dan begitu sebaliknya.
Kebijakan fiskal pemerintah dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan yang bersifat
ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan yang bersifat ekspansif dilakukan pada saat
perekonomian sedang menghadapi masalah pengangguran yang tinggi. Tindakan yang diakukan
pemerintah adalah dengan memperbesar pengeluaran pemerintah (misalnya menambah subsidi
kepada rakyat kecil) atau mengurangi tingkat pajak. Adapun kebijakan fiskal kontraktif adalah
bentuk kebijakan fiskal yang dilakukan pada saat perekonomian mencapai kesempatan kerja
penuh atau menghadapai inflasi. Tindakan yang dilakukan adalah mengurangi pengeluaran
pemerintah atau memperbesar tingkat pajak. Kebijakan Anggaran atau Politik Anggaran :
1.        Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untu membuat pengeluaran lebih besar
dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat
baik digunakan jika keadaan ekonomi sedang resesif.
2.        Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih
besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika
perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk
menurunkan tekanan permintaan.
3.        Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar
dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian
anggaran serta meningkatkan disiplin.
2.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
1.  Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). APBN
ini merupakan rencana kerja pemerintahan Negara dalam rangka meningkatkan hasil-hasil
pembangunan secara berkesinambungan serta melaksanakan desentralisasi fiskal.
APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran
negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember), yang juga ditetapkan dengan
Undang-Undang dan dilaksanakan dengan secara terbuka dan sebesar-besarnya bertanggung
jawab untuk kemakmuran rakyat.
2.                  Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka
membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan menentukan
arah serta prioritas pembangunan secara umum.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam
7

suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat
digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya:

a)        Fungsi APBN jika ditinjau dari kebijakan fisikal:


 Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Dengan
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada.
 Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila
suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat
rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah
direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan
dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk
mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.
 Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk
menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan
tertentu itu dibenarkan atau tidak.
 Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan
efesiensi dan efektivitas perekonomian. APBN dapat digunakan untuk mengatur
alokasi dana dari seluruh pendapatan negara kepada pos-pos belanja untuk
pengadaan barang-barang dan jasa-jasa publik, serta pembiayaan pembangunan
lainnya.
 Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Bertujuan untuk menciptakan
pemerataan atau mengurangi kesenjangan antar wilayah, kelas sosial, maupun
sektoral. APBN selain digunakan untuk kepentingan umum yaitu untuk
pembangunan dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, juga disalurkan
kembali kepada masyarakat dalam bentuk subsidi, beasiswa, dan dana pensiun.
Subsidi, beasiswa, dana pensiun merupakan bentuk dari transfer payment.
Transfer payment adalah pengalihan pembiayaan dari satu sektor ke sektor
lainnya.
 Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
APBN merupakan salah satu instrumen bagi pengendalian stabilitas
perekonomian negara di bidang fisikal. Misalnya jika terjadi ketidakseimbangan
yang sangat ekstrim maka pemerintah dapat melakukan instervesi melalui
anggaran untuk mengembalikan pada keadaan normal.
b).   Fungsi APBN jika ditinjau dari sisi manajemen:
8

 Pedoman bagi pemerintah untuk melakukan tugasnya pada periode mendatang


 Alat kontrol masyarakat pada kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah
 Untuk menilai seberapa jauh pencapaian pemerintah alam melaksanakan
kebijakan dan program-program yang direncanakan.

3 Tujuan APBN
Sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran negara dalam melaksanakan tugas kenegaraan
untuk meningkatkan produksi, memberikan kesempatan kerja, dan mengembangkan
perekonomian, untuk mencapai kemakmuran masyarakat.
4.Prinsip Penyusunan APBN
a.       Prinsip Penyusunan APBN Berdasarkan Aspek Pendapatan
•        Intensifikasi penerimaan anggaran dalam hal jumlah dan kecepatan penyetoran.
•        Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara, misalnya sewa   atas penggunaan
barang-barang milik negara.
•        Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dari denda yang telah
dijanjikan.
b.      Prinsip Penyusunan APBN Berdasarkan Aspek Pengeluaran Negara
•        Hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan.
•        Terarah, terkendali sesuai dengan rencana, program atau kegiatan.
•        Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan memperhatikan
kemampuan atau potensi nasional.
5.Tahapan Penyusunan, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban APBN
a.         Penyusuanan APBN
Pemerintah mengajukan Rancangan APBN dalam bentuk RUU tentang APBN kepada DPR.
Setelah melalui pembahasan, DPR menetapkan Undang-Undang tentang APBN selambat-
lambatnya 2 bulan sebelum tahun anggaran dilaksanakan.
b.        Pelaksanaan APBN
Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan APBN dituangkan lebih lanjut
dengan Peraturan Presiden.
c.         Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN
Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir, Presiden menyampaikan RUU tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN kepada DPR berupa Laporan Keungan yang telah
diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keungan.
d.        Sumber penerimaan APBN
Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber yaitu :
1.   Penerimaan pajak yang meliputi
ü   Pajak Penghasilan (PPh)
ü   Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
ü   Pajak Bumi dan Bangunan(PBB)
ü   Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) & Cukai
2.      Pajak lainnya seperti Pajak Perdagangan (bea masuk dan pajak/pungutan ekspor)
a)              Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
9

b)              Penerimaan dari sumber daya alam


c)               Setoran laba BUMN
d)              Penerimaan bukan pajak lainnya
6. Landasan Hukum APBN
·                     UUD 1945 pasal  23 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
·                     Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

7. Struktur APBN
Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
a.    Belanja Negara
Belanja terdiri atas dua jenis:
1.    Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah
(dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan menjadi:
Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan
Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah, Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana), dan
Belanja Lainnya.
2.    Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian
masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Daerah meliputi:
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokaso Umum
3. Dana Alokasi Khusus
4. Dana Otonomi Khusus
b.    Pembiayaan
Pembiayaan meliputi:
1.    Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat Utang Negara,
serta penyertaan modal negara.
2.    Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:
·         Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek
·      Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan Moratorium.

9.Asumsi APBN
Dalam penyusunan APBN, pemerintah menggunakan 7 indikator perekonomian makro, yaitu:
1. Produk Domestik Bruto (PDB) dalam rupiah
2. Pertumbuhan ekonomi tahunan (%)
3. Inflasi (%)
4. Nilai tukar rupiah per USD
5. Suku bunga SBI 3 bulan (%)
6. Harga minyak indonesia (USD/barel)
7. Produksi minyak Indonesia (barel/hari)
10

10. Azas penyusunan APBN


APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:
a)       Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.
b)       Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.
c)       Penajaman prioritas pembangunan.
11

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi (rumah tangga pemerintah), memiliki fungsi
penting dalam perekonomian yaitu berfungsi sebagai stabilitas, alokasi, dan distribusi.
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar,
namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.
Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat
berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam
perekonomian. Usaha tersebut di lakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya
peningkatan output keseimbangan.
  
12

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. Keterangan Menteri Keuangan tentang Rencana Kerja Pemerintah, Kerangka Ekonomi


Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN, 2005.
Boediono. Kebijakan Fisikal: Pemikiran, Konsep, dan Implementasi, Jakarta: Kompas, 2003.
M.L Jhingan. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta: Rajawali Pers, 2003.
Nopirin. Ekonomi Moneter, Yogyakarta: BPFE, 1987.

Anda mungkin juga menyukai