KEWENANGAN FISKUS
DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayah-Nya
kami masih diberikan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Kewenangan Fiskus” ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna dan banyak kekurangan didalamnya. Untuk itu kami mohon
kepada pembaca sekiranya dapat memberikan saran supaya kedepannya
penulisan makalah dari kami dapat jauh lebih baik. Apabila banyak terdapat
kesalahan didalam makalah, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Terakhir, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat membawa manfaat.
Penulis
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
BAB I ................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................... 1
BAB II.................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ...................................................................................... 4
2.2. Fungsi dari Kewenangan fiscus dan landasan hukum yang mengatur
........................................................................................................ 6
PENUTUP ........................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengambil andil penting dalam sistem pemungutan pajak dan bagaimana
efektivitasnya dalam mensosialisasikan pajak sebagai bentuk dari
kewenangan fiskus.
2
3) Apa saja factor yang memengaruhi evektivitas kewenangan fiscus
terhadap penerimaan dan ketaatan pajak?
Metode yang dipilih dalam pembentukan bab ini adalah lewat metode
kolektif normatif secara sumber digital non digital. Pada bab ini dibahas
tentang pengertian, tujuan, fungsi, kewenangan fiscus, landasan hukum
dan prosedur kewenangan fiscus, sanksi hukum dan upaya kewenangan
fiscus dalam mengupayakan kelancaran pembayaran pajak
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Mohammad Choirul Anam, Rita Andini, Hartono, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,
Pelayanan Fiskus Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Yang
Melakukan Kegiatan Usaha Dan Pekerjaan Bebas Sebagai Variabel Intervening (Studi Di
Kpp Pratama Salatiga)”, Journal of Accounting Fakultas Ekonomi Universitas Pandanaran
Semarang Vol 4, No 4 (2018) hal 3
4
pajak yaitu oleh wajib pajak itu sendiri beserta badan pajak. Pihak wajib
pajak yang membayarkan pajak tentunya membutuhkan pelayanan yang
tepat sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan dan kepuasan dalam
pemenuhan kewajiban pajak. Pelayanan tersebut merupakan peran penting
dari badan pajak.
Badan pajak atau fiskus berasal dari bahasa latin, yakni fiscus, yang
secara harfiah artinya "keranjang" atau "kantong uang". Istilah tersebut
digunakan dalam konteks administrasi, sebagai dana publik yang dikelola
oleh penguasa. Badan pajak bertumpu pada peraturan Undang-Undang dan
diberikan kewenangan untuk melakukan pemungutan pajak, pembinaan,
pengawasan, penelitian dan penerapan sanksi hukum terhadap
pembayaran pajak di masyarakat. Hal inilah yang disebut sebagai
kewenangan fiscus.
2
Ibid, hal 3
3
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, “Ahli: Kewenangan Menetapkan Pajak Hanya
Milik Presiden dan DPR”, 2014 diakses dalam url:
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=10317 pada tanggal 6 oktober 2022
pukul 23:44
5
menjalankan pemungutan pajak.4 Namun, fiscus juga dapat diartikan
sebagai petugas yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai (DJBC).
2.2. Fungsi dari Kewenangan fiscus dan landasan hukum yang mengatur
4
Katadata.co.id, Agung Sutjamiko "Mengenal Fiskus, Aparat Penegak Peraturan
Perpajakan", 2022, diakses di
url: https://katadata.co.id/agungjatmiko/ekonopedia/624593007ecf4/mengenal-fiskus-
aparat-penegak-peraturan-perpajakan tanggal 6 oktober 2022 pukul 00:21
5
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pajak 2016 sumber LAKIN DJP 2016.pdf
(pajak.go.id)
6
Katadata.co.id, “Mengenal Fiskus, Aparat Penegak Peraturan Perpajakan”, Diakses di
url: https://katadata.co.id/agungjatmiko/ekonopedia/624593007ecf4/mengenal-fiskus-
aparat-penegak-peraturan-perpajakan tanggal 7 oktober pukul 04:22
6
Surat Ketetapan Pajak diterbitkan oleh fiscus dalam beberapa kondisi diluar
system perhitungan mandiri oleh wajib pajak. Hal ini dilakukan dengan cara
melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan oleh wajib pajak (pasal 29 UU KUP). Hal tersebut berkaitan
dengan penyetoran atau penagihan pajak, baik itu pajak negara maupun
pajak daerah7. Surat Ketetapan pajak terdiri dari Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) atau Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar (SKPLB).8
3. Menerbitkan Keputusan
4. Melakukan Pemeriksaan
7
Pasal 29 UU KUP No. 28 tahun 2007
8
News.Dttc, Awwakiatul Mukkarrohmah, , “Mengenal Surat Ketetapan Pajak”, 2018,
diakses di url: https://news.ddtc.co.id/mengenal-surat-ketetapan-pajak-13925 10 oktober
2022 pukul 16:34
7
dalam menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya, dilaksanakan secara
objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan /atau untuk
tujuan lain sesuai perundang-undangan perpajakan.
5. Melakukan Penyegelan
10
Proconsult.id, “Apa Itu Pemeriksaan Pajak? Ini Tujuan, Teknik, Cara dan Contohnya -
Proconsult ProConsult, Apa Itu Pemeriksaan Pajak? Ini Tujuan, Teknik, Cara dan
Contohnya”, 2022, diakses dalam url https://proconsult.id/pemeriksaan-pajak/ pada 10
oktober 2022 pukul 22:08
8
baik. Pengangkatan pejabat ini adalah berkaitan dengan Petugas Pajak dan
juga Jurusita Pajak. Petugas Pajak yang diangkat adalah berasal dari dari
dalam maupun luar Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Dari tugas kewenangan tersebut, dapat kita lihat hak fiskus dalam pajak
diantaranya:
Untuk kewajiban fiskus secara umum, dapat kita lihat bahwa badan
pajak diamanatkan untuk memberikan bimbingan, penyuluhan, dan
penerangan kepada Wajib Pajak agar mereka memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang dapat membantunya dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya. Sedangkan kewajiban yang bersifat khusus
dari kewenangan fiskus diantaranya:
9
4) Melakukan penerbitan surat perintah membayar kelebihan pajak
dalam jangka waktu 1 bulan setelah diajukannya surat keputusan
kelebihan pembayaran pajak.
5) Melakukan penerbitan surat keputusan angsuran atau penundaan
pembayaran pajak dalam jangka waktu dari 3 bulan yang berkaitan
dengan angsuran atau penundaan surat ketetapan pajak, surat
ketetapan pajak tambahan, dan surat pemberitahuan pajak, serta
berkaitan dengan pengurangan angsuran pajak penghasilan dalam
jangka waktu 10 hari.
6) Melakukan penerbitan surat keputusan atas keberatan yang telah
diajukan Wajib Pajak dalam jangka waktu 3 bulan sejak diterimanya
surat permohonan keberatan.
7) Memberikan keputusan yang berkaitan dengan pengurangan atau
penghapusan bunga, denda, serta kenaikan dan juga pengurangan
atau pembatalan yang terkait dengan ketetapan pajak dalam jangka
waktu 3 bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan.
8) Wajib merahasiakan data atau informasi yang berkaitan dengan
Wajib Pajak.
10
pungutan dalam jumlah yang besar. Otoritas pajak harus memperhitungkan
efisiensi pengeluaran untuk penetapan pajak, pemungutan pajak,
pelaporan pajak, juru pungut, dan sebagainya.11
11
Abdul Kadir, “Bab II: Asas dan Dasar Pemungutan Pajak”, diakses di url:
http://abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2018/01/BAB-II-kapita-
selekta-perpajakan.pdf hal 3
12
Linda Rahayu Anggraini, “Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus Dan Sanksi
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi Stiesia Surabaya,
Volume 10, Nomor 5, 2021 Hal 2
11
dengan sukarela. Pemikiran yang kurang tepat ini menimbulkan tindakan
yang disebut perlawanan terhadap pajak. Hal ini juga terjadi karena
ketidakcocokan ataupun ketidakpuasan terhadap diberlakukannya pajak.
Beberapa bentuk perlawanan terhadap pajak diantaranya:
1) Perlawanan pasif
Perlawanan pasif merupakan kondisi yang mempersulit pemungutan
pajak yang timbul dari kondisi struktur perekonomian, kondisi sosial
masyarakat, perkembangan intelektual penduduk, moral warga
masyarakat, dan tentunya sistem pemungutan pajak itu sendiri.
Kondisi rendahnya tingkat pendapatan, menyebabkan kemampuan
untuk menabung rendah dan kemampuan membayar pajak menjadi
rendah.13
2) Perlawanan Aktif
Merupakan tindakan dari usaha masyarakat untuk menghindari,
menyelundupkan, memanipulasi, melalaikan, dan meloloskan pajak
yang langsung ditujukan kepada fiskus. Biasanya dilakukan untuk
meringankan pajak baik lewat penghindaran yang tidak melanggar
undang-undang atau dengan melanggar undang-undang. Beberapa
contoh penghindaran pajak yang bersifat aktif diantaranya:
a) Penghindaran Pajak: Hal ini biasa dilakukan dengan menahan
pengeluaran dana, baik dengan mengurangi atau menekan
konsumsi suatu barang. Penghindaran pajak ini menyebabkan
permintaan akan barang yang dikenakan pajak berkurang,
yang berakibat meningkatnya penabungan, atau
bertambahnya permintaan akan barang lain dan sekaligus
terjadi penambahan dalam produksi barang terakhir dan
berkurangnya barang-barang yang dikenakan pajak berat.
b) Penyeludupan Pajak: Merupakan usaha aktif wajib pajak
dalam hal mengurangi, menghapus, manipulasi ilegal
13
Loc.cit, Abdul Kadir hal 154
12
terhadap utang pajak atau meloloskan diri untuk tidak
membayar pajak sebagaimana yang telah terutang menurut
aturan perundang-undangan.14
c) Melalaikan Pajak
Hal ini biasa terjadi karena ketidaktahuan, kesalahan atau
kesalahpahaman dari pihak wajib pajak.15 Usaha
menggagalkan pemungutan pajak dengan menghalang-
halangi penyitaan dengan cara melenyapkan barang-barang
yang sekiranya akan dapat disita oleh fiskus, dengan jalan
mengganti suatu perusahaan perseorangan menjadi
perseroan, atau menjual barang-barang yang dapat disita
ataupun dipindahtangankan. Atau juga dalam bentuk
sanggahan dalam pengadilan terhadap perintah atau cara
penyitaan.
14
Ibid, hal 158
15
Ibid hal 158
13
bersinggungan dengan tahun anggaran (Penndanaan pembangunan negara
ikut terhambat).
Selain riil stelsel, ada juga yang disebut fiktif stelsel dan stelsel
campuran. Fiktif stelseel didasarkan lewat asumsi atas atas jumlah pajak
yang dibayar pada tahun sebelumnya oleh wajib pajak, sehingga
diharapkan tidak terjadi kekeliruan yang signifikan antara jumlah pajak yang
dibayar dengan jumlah pajak yang sebenarnya atau senyatanya.16 Namun
system ini sering menimbulkan kekeliruan dan memberi peluang bagi
terjadinya KKN oleh fiskus. Sedangkan untuk Stelsel campuran, dalam
menentukan besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak
dengan anggapan terlebih dahulu, kemudian diakhir menggunakan data
yang senyatanya/riil atau sebaliknya. Bentuk yang paling ideal antara
kewenangan fiscus dengan wajib pajak adalah seimbang, dimana wajib
pajak dapat mengoreksi fiscus dan sebaliknya, sehingga terjadi ceks and
balance antara wajib pajak dengan fiscus.
16
Nengah Suastika, “Tata Cara Pemungutan Pajak dalam Perspektif Hukum Pajak”, Jurnal
Komunikasi Hukum, Volume 7 Nomor 1, 2021 hal 330
14
b) Semi self asessment system: sistem pemungutan pajak
dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak
seseorang berada pada dua pihak. Pihak wajib pajak terlebih
dahulu mengisi formulir dan menghitung besarnya
penghasilan serta pajak yang akan dibayar, kemudian
pemungut pajak melakukan koreksi dan menentukan
besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak. Namun
hal ini memerlukan membutuhkan banyak waktu untuk
melakukan koreksi ulang yang mengakibatkan pengeluaran
biaya lebih besar dalam pelaksanaannya.
c) Withholding system: yaitu sistem penentuan pajak yang
didasarkan pada campur tangan pihak ketiga sebagai biro jasa
yang mewakili kepentingan wajib pajak dan negara.17 Namun
system ini rentan akan pembayaran keharusan yang
jumlahnya kecil karena telah disiasati oleh perusahaan-
perusahaan untuk kepentingan perusahaan itu sendiri,
misalnya lewat pembukuan fiktif atau pembukuan ganda.
d) Full self asessment system: sistem pemungutan pajak yang
sepenuhnya ada pada wajib pajak. Rasionalnya adalah,
karena hanya wajib pajaklah yang mengetahui besarnya pajak
yang harus dibayar, sedangkan pegawai pajak hanyalah
sebagai konsensusunya. Pada sistem ini telah terjadi
demokratisasi dan kemandirian wajib pajak. Wajib pajak
sudah diberikan keleluasaan dan kepercayaan oleh
pemerintah. Penggunaan sistem ini sudah sangat demokratis
dan memberikan kepercayaan dan kemandirian pada wajib
pajak untuk menghitung pajaknya sendiri. Peran fiskus dalam
17
Ibid, hal 331
15
hal ini adalah memberikan konsultasi dan penjelasan tentang
mengenai consensus dalam pembayaran pajak.18
18
Farell David Trawocadji, Tundjung H.Sitabuana, “Hukum Pajak dan Permasalahannya dalam
pemungutan pajak”, Seri Seminar Nasional ke-IV Universitas Tarumanegara tahun 2022, 2022 ,
hal 4
19
Pipit Awwalina Farihin Yadinta, Suratno 2, JMV Mulyadi, “ Kualitas Pelayanan Fiskus, Dimensi
Keadilan, Kesadaran Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi”, Jurnal Riset
Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 5, No. 2, 2018 hal 223
20
Ibid, hal 209
16
adanya penggunaan teknologi yang mendukung proses perpajakan
sehingga pemenuhan kewajiban pajak menjadi lebih cepat dan akurat.
Dengan teknologi, pihak wajib pajak juga dapat menentukan resiko yang
akan diambil dalam pemenuhan pajak secara mandiri sehingga tidak berada
dalam bayang-bayang resiko tinggi yang akan menurunkan minta
pembayaran pajak.
21
Linda Rahayu, Loc.cit hal 3
17
Sanksi notabenenya diberikan kepada orang yang melanggar
peraturan. Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat
pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.
Seperti yang kita ketahui, bentuk dari sanksi pajak dapat berupa
hukuman pidana dan hukuman administrasi. Jenis sanksi pajak diatur dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 yang merupakan perubahan dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983. Peraturan tersebut berkaitan
dengan pelanggaran terhadap kewajiban administrasi perpajakan,
diantaranya
Seperti yang kita ketahui, bentuk dari sanksi pajak terdiri dari sanksi
administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi terdiri dari sanksi denda,
sanksi bunga dan sanksi kenaikan. Contoihnya pengenaan bunga, sanksi
kenaikan dan sanksi denda. Namun jenis sanksi administrasi seringkali
dianggap remeh oleh beberapa pihak yang melanggar pembayaran pajak.
Sedangkan oleh beberapa pihak lain, sanksi dendan yang memberatkan
wajib pajak juga menurunkan motivasi wajib pajak dalam pembayaran
pajak. Sanksi lainnya adalah sanksi pidana. Sanksi pidana dikenakan bila
wajib pajak melakukan pelanggaran berat yang menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara dan dilakukan lebih dari satu kali. Dalam Undang-
Undang KUP, terdapat pasal 39 ayat i yang memuat sanksi pidana bagi
orang yang tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.
Sanksi tersebut adalah pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling
18
lama 6 tahun, serta denda minimal 2 kali pajak terutang dan maksimal 4
kali pajak terutang yang tidak dibayar atau kurang dibayar.22
22
OnlinePajak.com, “Mengenal Sanksi Pajak di Indonesia”, 2019 diakses di url:
https://www.online-pajak.com/seputar-pajakpay/sanksi-tidak-melakukan-pembayaran-
pajak, tanggal 14 oktober 2022 pukul 16:08
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Fiskus adalah badan pajak yang oleh peraturan Undang-Undang diberikan
kewenangan untuk melakukan berbagai hal mengenai pajak yang menjadi
pemasukan negara. Adapun kewenangan fiskus adalah untuk melakukan
pemungutan pajak, pembinaan, pengawasan, penelitian dan penerapan
sanksi hukum terhadap pembayaran pajak di masyarakat.
3.2. Saran
Pajak merupakan retribusi yang sifat prestasinya tidak secara langsung
diberikan atau dapat dirasakan oleh pihak yang membayarnya, tetapi untuk
menciptakan sesuatu bagi kepentingan bersama seperti kelancaran dan
keamanan infrastruktur, pendidikan, budaya, sektor usaha dan sebagainya.
20
memahami apa saja pelaksanaan hak dan kewajibannya terkait
perpajakan;
21
DAFTAR PUSTAKA
Anam, M. C., Andini, R., & Hartono. (2018). Pengaruh Kesadaran Wajib
Pajak, Pelayanan Fiskus Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan Usaha Dan
Pekerjaan Bebas Sebagai Variabel Intervening (Studi Di Kpp Pratama
Salatiga). Journal of Accounting Fakultas Ekonomi Universitas
Pandanaran Semarang, 3.
22
Sutjamiko, A. (2022). Mengenal Fiskus, Aparat Penegak Peraturan
Perpajakan. Diambil kembali dari Katadata.co.id:
https://katadata.co.id/agungjatmiko/ekonopedia/624593007ecf4/m
engenal-fiskus-aparat-penegak-peraturan-perpajakan
Peraturan Perundang-Undangan:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan
Pajak Dengan Surat Paksa
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2o2i Tentang
Harmoni Sasi Peraturan Perpajai(An
3. Peraturan Menter! Keuangan Republik Indonesia Nomor 234 /Pmk.01/
2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Keuangan
23