TUGAS AKHIR
Oleh :
TRI PRASETYANINGSIH
NIM. P27229019053
TAHUN 2022
PENATALAKSANAAN TERAPI WICARA PADA KASUS DOWN SYNDROME
DENGAN GANGGUAN BAHASA DAN BICARA DI UNIT PELAKSANA
TEKNIS PUSAT LAYANAN DISABILITAS DAN PENDIDIKAN INKLUSI
SURAKARTA
TUGAS AKHIR
Pada Program Studi Terapi Wicara Program Diploma Tiga Jurusan Terapi Wicara
Oleh :
TRI PRASETYANINGSIH
NIM. P27229019053
TAHUN 2022
i
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP....................................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
ii
Daftar Pustaka............................................................................................................
Lampiran....................................................................................................................
- Form Informed Consent
- Form Data Kasus Anak
- Form Hasil Assessment
- Data Ahli Lain (jika ada)
- Form Proses Terapi
- Form Lesson Plan
- Form SOAP
- Data Penulis
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
TRI PRASETYANINGSIH
NIM. P27229019053
Disetujui,
Ketua Prodi Terapi Wicara Program Diploma Tiga
Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta
iv
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
TRI PRASETYANINGSIH
NIM. P27229019053
________________________
NIP. Tanda Tangan :______________
PENGUJI ANGGOTA
________________________
NIP. Tanda Tangan :______________
Mengetahui,
Ketua Jurusan Terapi Wicara
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan banyak kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini dengan baik.
Penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan kasus anak Down Syndrome adalah
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi D-III Terapi Wicara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penulisan laporan ini serta ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Ibu Wiwik Setyaningsih, S.KM.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Terapi Wicara
Poltekkes Kemenkes Surakarta.
2. Bapak Roy Romey D.M, SST.TW., S.KM, MPH selaku Ketua Program Studi D-
III Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta.
3. Ibu Anggi Resina Putri, S.Tr.TW., MKM selaku Dosen Pembimbing Utama
Tugas Akhir.
4. Ibu Muryanti, SST.TW, MPH selaku Dosen Pembimbing Anggota Tugas Akhir
5. Bapak Angga Pradana, A.Md.TW Selaku CI Pembimbing Lahan Praktik Klinik
III.
6. Kedua orang tua saya yang tercinta beserta kakak yang memberikan doa dan
dukungan finansial selama berkuliah hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini.
7. Kekasih saya Frederick Aria Respati Taufan Putera yang berjuang dan selalu
memotivasi saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
8. Teman-teman seperjuangan satu angkatan terutama untuk Program Studi D-III
Terapi Wicara yang telah berbagi pengetahuan dan memberi support kepada
penulis selama melaksanakan Praktik Klinik III hingga penyusunan Laporan
Tugas Akhir.
vi
Penulis menyadari laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang sifatnya mendukung demi kemajuan penulis
di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga
laporan ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan semua pihak.
Penulis
vii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
NIM : P27229019053
Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini penulis susun tanpa ada tindak plagiarisme
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Program Studi Terapi Wicara Program
Diploma Tiga pada Jurusan Terapi Wicara Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta.
Jika dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa penulis melakukan plagiarisme, penulis
akan bertanggungjawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
pendidikan kepada penulis.
Materai 10000
Tri Prasetyaningsih
NIM. P27229019053
viii
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
(INFORMED CONSENT)
Saya telah membaca dan mengerti informasi yang telah disampaikan oleh
penulis, serta telah diberi kesempatan untuk mendiskusikan dan menanyakan
hal tersebut secara jelas oleh penulis. Selanjutnya saya setuju dan mengijinkan
anak saya untuk dijadikan pasien dalam Praktik Klinik. Saya mengerti bahwa
saya dapat menolak untuk tidak ikut dalam proses Praktik Klinik. Saya sadar
bahwa saya dapat mengundurkan diri dari proses Praktik Klinik ini kapan saja
saya mau. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan, saya dapat
menanyakan kepada Tri Prasetyaningsih.
Oleh karena itu, saya sebagai orang tua dari klien An. NJW setuju untuk
berpartisipasi dalam Praktik Kinik ini.
Materai 6000
__________________________
ix
PENATALAKSANAAN TERAPI WICARA PADA KASUS DOWN SYNDROME
DENGAN GANGGUAN BAHASA DAN BICARA DI UPT PLDPI SURAKARTA
ABSTRAK
Hasil : Setelah dilakukan terapi selama dua bulan dengan sepuluh kali
pertemuan untuk kemampuan menunjuk kata kategori preposisi mencapai tingkat
keakuratan sebesar 70%. Kemampuan menamai kata kategori preposisi mencapai
tingkat keakuratan sebesar 50%. Klien tidak mengalami peningkatan pada aspek
artikulasi fonem /r/, /j/, dan /v/.
x
Kesimpulan : Setelah dilakukan terapi sebanyak sepuluh kali pertemuan dapat
diketahui bahwa tujuan jangka pendek yang telah ditentukan sudah tercapai.
Keberhasilan terapi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, usia klien,
kekonsistenan klien ketika hadir dalam setiap sesi terapi, serta dukungan keluarga klien
terhadap program terapi yang sudah diberikan.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
seluruh dunia. Dengan estimasi kejadian 1:1000 atau sekitar tiga ribu hingga
lima ribu kelahiran. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010
sampai 2018 kasus Down Syndrome di Indonesia cenderung meningkat. Riset
terbaru tahun 2018 menunjukkan data kecacatan anak sejak lahir terjadi pada
usia 24 hingga 59 bulan sebanyak 0,41%. Berdasarkan hasil riset tersebut,
penyandang Down Syndrome menyumbang kecacatan terbesar hingga 0,21%.
Sedangkan, jumlah pasien Down Syndrome di Jawa Tengah mencapai angka
prevalensi sebesar 0,35% di setiap 1.000 angka kelahiran pada tahun 2018. Data
tersebut diambil berdasarkan hasil Riset Kesehatan yang dilakukan oleh Badan
Kesehatan Provinsi Semarang. Kasus Down Syndrome di Surakarta juga
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sekitar 0,45% pada tahun
2018 berdasarkan data dari Riset Kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah
Kota Surakarta. Jumlah pasien Down Syndrome di Unit Pelaksana Terpadu Pusat
Layanan Disabilitas Dan Pendidikan Inklusi Surakarta sebanyak 15 dari 45
pasien terapi wicara.
Berdasarkan data tersebut, kasus Down Syndrome terbilang meningkat
cukup signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Hal tersebut yang mendorong
penulis untuk mengangkat kasus Down Syndrome sebagai judul Penatalaksanaan
Terapi Wicara pada Kasus Down Syndrome dengan Gangguan Bahasa dan
Bicara di Unit Pelaksana Terpadu Pusat Layanan Disabilitas Dan Pendidikan
Inklusi Surakarta. Selain itu, alasan penulis mengangkat kasus tersebut, karena
ingin menambah wawasan terkait Down Syndrome dan mengetahui potesi
penderitanya. Dengan demikian, penulis berharap dapat memberikan
penanganan terbaik bagi penderita Down Syndrome agar mampu berkomunikasi
dengan maksimal.
B. Batasan Masalah
Pada penulisan Tugas Akhir ini, penulis membatasi permasalahan pada
Penatalaksanaan Terapi Wicara pada Kasus Down Syndrome dengan Gangguan
Bahasa dan Bicara di Unit Pelaksana Terpadu Pusat Layanan Disabilitas Dan
Pendidikan Inklusi Surakarta.
3
6
7
Bidang garap Terapi Wicara permasalahan bahasa dan bicara ini disebut
gangguan bahasa dan bicara yang disebabkan oleh Down Syndrome.
Didefiisikan sebagai ketidakmampuan untuk berbicara, karena disfungsi sistem
saraf pusat. Ketidakmampuan berbicara ini tidak parah, sehingga kemampuan
berbicaranya masih dapat dimaksimalkan.
Secara fenotip, penderita Down Syndrome mudah dikenali dengan
struktur wajah yang khas mirip orang Mongol. Selain kelainan fisik, penderita
Down Syndrome juga mengalami keterlambatan perkembangan mental. Hal
tersebut mengakibatkan penderita Down Syndrome kesulitan mengolah kontrol
pada kehidupan sehari-hari seperti, kemandirian, rendahnya kemampuan
kognitif, dan kesulitan mengontrol emosi. Menurut Soetjiningsih (2020),
perkembangan kemampuan berbahasa dan berbicara pada anak rentan terhadap
keterlambatan, karena ketika berbahasa dan berbicara melibatkan kemampuan
kognitif, sensori motor, psikologis, dan adaptasi kemampuan anak dengan
lingkungannya. Oleh karena itu, pada anak dengan Down Syndrome terditeksi
gangguan bahasa dan bicara pengaruh dari keterlambatan perkembangan
kemampuan kognitif.
B. Etiologi Down Syndrome
Menurut Irwanto (2019) dalam bukunya A-Z Sindrom Down, etiologi
dari Down Syndrome yaitu :
1. Trisomi 21 Klasik
Trisomi 21 Klasik merupakan bentuk kelainan yang paling sering terjadi
pada penderita Down Syndrome yang terdapat tambahan kromosom pada
kromosom 21. Angka kejadian Trisomi 21 Klasik ini sekitar 94% dari
semua penderita Down Syndrome. Usia ibu saat kehamilan berperan penting
terhadap terjadinya Trisomi 21 Klasik ini. Risiko frekuensi tertinggi
ditentukan pada ibu berusia di atas 40 tahun.
2. Translokasi
Translokasi merupakan suatu keadaan ketika kromosom 21 melepaskan
diri pada saat terjadi pembelahan sel dan menempel pada kromosom
lainnya. Kromosom 21 ini dapat menempel pada kromosom 13, 14, 15, dan
22. Ini terjadi sekitar 3-4% dari seluruh penderita Down Syndrome. Pada
beberapa kasus, Translokasi Down Syndrome dari orang tua kepada
anaknya. Gejala yang ditimbulkan dari Translokasi ini hampir sama dengan
gejala yang ditimbulkan dari Trisomi 21. Down Syndrome tipe Translokasi
banyak tejadi pada ibu-ibu muda dan akan meningkat risikonya pada orang
tua yang merupakan pembawa sifat (Familial Down Syndrome).
3. Mosaik
Mosaik merupakan salah satu bentuk kelainan yang jarang terjadi dan
hanya beberapa sel saja yang memiliki kromosom 21 (Trisomi 21). Bayi
yang lahir dengan Down Syndrome mosaik akan memiliki gambaran klinis
dan masalah kesehatan yang lebih ringan dibandingkan dengan bayi yang
lahir dengan Down Syndrome Trisomi 21 Klasik dan Translokasi. Trisomi
21 Mosaik hanya diderita sekitar 2-4% dari penderita Down Syndrome. Pada
tipe Mosaik, embrio memiliki 2 deretan sel dengan kromosom yang berbeda
8
BAB III
DATA KASUS
3) Riwayat Post-Natal
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa klien memiliki
riwayat penyakit Hipertiroid sejak lahir. Pada fase perkembangan
motoriknya, klien tidak melewati fase merangkak dan mengalami
keterlambatan dalam mengujarkan kata. Klien pernah dirawat di
Rumah Sakit Ngipang, karena bayi kuning saat berusia 10 hari.
Selain itu, klien juga pernah menjalani rawat inap di Rumah Sakit
Muhammadiyah Surakarta, karena penyakit Hipertiroidnya.
c. Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Keluarga
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan,
diketahui bahwa kemampuan klien dalam bersosialisasi dengan
lingkungannya terkesan cukup baik. Klien sangat kooperatif dan mau
berbagi mainan dengan teman-temannya. Akan tetapi, terkadang klien
cenderung pemalu, sehingga lebih sering bermain sendirian. Klien
tergolong keluarga dengan ekonomi menengah. Ibu klien sebagai ibu
rumah tangga. Sedangkan, ayah klien berprofesi sebagai wiraswasta.
Klien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Tetapi, kedua saudara
kandung klien meninggal ketika masih dalam kandungan.
3. Data yang Berhubungan dengan Sindroma
a. Kemampuan Bahasa
Berdasarkan hasil wawancara dan tes yang sudah dilakukan,
diketahui bahwa klien berkomunikasi dengan menggunakan kata dan
frase. Berdasarkan hasil Tes Ceklis Evaluasi Bahasa, kemampuan bahasa
klien setara dengan anak usia 3 sampai 4 tahun. Berdasarkan hasil Tes
ROWPVT, didapatkan hasil bahwa kemampuan bahasa reseptif klien di
level Low 4% dengan rincian Raw Score 19, Language Age 3-0, Standart
Score 64, Precentile 2, Stanine 1. Sedangkan, berdasarkanhasil Tes
EOWPVT didapatkan hasil kemampuan bahasa ekspresif klien Below
19% dengan hasil Raw Score 29, Language 2-11, Language Standart
Score 73, Precentile 4, dan Stanine 2. Respons klien dalam memahami
intruksi sederhana terkesan masih kurang. Misalnya, ketika Praktikan
memberi instruksi kepada klien untuk melepas dan memasang mainan
yang sudah disediakan terkadang klien tidak konsisten dan masih dibantu
oleh Praktikan.
b. Kemampuan Wicara
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, diketahui
bahwa respirasi klien memiliki kecenderungan bernapas dengan
menggunakan mulut dibandingkan melalui hidung. Fonasi klien terkesan
normal, klien mampu berfonasi selama sepuluh detik. Berdasarkan hasil
Tes Artikulasi yang sudah dilakukan, diketahui bahwa klien memiliki
kesalahan artikulasi dengan konsistensi kesalahan terletak pada fonem
/p/, /b/, /m/, /n/, /h/ dan /r/. Substitusi pada fonem /h/ diganti menjadi
fonem /d/ dan fonem /r/ diganti menjadi fonem /l/. Omisi pada fonem /p/,
/b/, /m/. Pada aspek resonansi terkesan normal, klien tidak hipernasal
maupun hiponasal. Prosodi klien terkesan normal.
15
c. Kemampuan Suara
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, diketahui bahwa
klien terkesan tidak mengalami permasalahan pada aspek suara dan
kelancaran.
d. Kemampuan Irama Kelancaran
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, irama
kelancaran klien belum dapat diketahui. Karena, kemampuan bahasa dan
bicara klien masih dalam tahap kata dan frase. Klien belum mampu untuk
bercerita.
e. Kemampuan Makan dan Menelan
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan ibu
klien, diketahui bahwa klien tidak mengalami permasalahan pada aspek
makan dan menelan. klien mampu makan dan menelan makanan
bertekstur keras maupun lembut dengan baik. Klien juga terkesan normal
dalam aspek menghisap.
f. Kemampuan Oral Motor
Berdasarkan hasil pemeriksaan oral fasial yang telah dilakukan
diketahui bahwa pada aspek evaluasi wajah, bentuk wajah klien
Mongoloid dengan hidung kecil (pesek), mata sipit, lidah selalu
menjulur, leher pendek, dan posisi daun telinga lebih rendah.
Kesimetrisan wajah normal, gerakan abnormal seperti menyeringai dan
kedutan tidak ada, serta pernapasan menggunakan pernapasan mulut.
Pada aspek evaluasi rahang range of motion normal, kesimetrisan
normal, dan movement rahang normal. Kertak gigi tidak bermunculan.
Berdasarkan hasil observasi gigi klien semua ada, tetapi tersusun tidak
beraturan. Hubungan gigi geraham (oklusi) ditemukan permasalahan
berupa neutroclusion class I sebagai akibat dari bernapas melalui mulut.
Hubungan gigi taring termasuk crossbite dengan kondisi rahang atas
(maxilla) terletak lebih ke dalam dibandingkan dengan rahang bawah
(mandibula). Kebersihan gigi kurang, karena ditemukan banyak karang
gigi (kalkulus gigi) berwarna berwarna kuning disela-sela gigi.
Pada aspek evaluasi bibir dan lidah belum dapat diketahui
hasilnya, karena klien tidak mengikuti instruksi Praktikan untuk
memonyongkan bibir dan menjulurkan lidah. Akan tetapi, ketika
Praktikan memeriksa lidah klien dengan menggunakan Tongue Spatel
lidah klien berukuran besar dan berwarna putih (abnormal). Tali lidah
(frenum) berukuran normal.
Pada aspek evaluasi faring, tidak ada tonsil dan warna faring
normal. Selain itu, pada aspek evaluasi langit-langit keras dan langit-
langit lunak klien diketahui dalam kondisi normal. Klien mampu
berfonasi selama sepuluh detik dan tidak timbul nasalitas maupun
hipernasalitas.
B. Analisis Data
16