Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TEORI PERMINTAAN ISLAM

Makalah Ini Di Buat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikro Ekonomi

Dosen pengampu : Mustakim S.Pd.,I.,M.E.

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4

1. Nur Aina (21.23.1030)


2. Safina P. (21.23.1052)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH III B

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH

KUALA TUNGKAL

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
hidayah dan inayahnya yang telah memberikan semua yang ada, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah.
“MIKRO EKONOMI ISLAM“ dengan judul “TEORI PERMINTAAN ISLAM’’
Sehingga dapat memberikan informasi atau pengetahuan bagi pembaca akan topik
yang menjadi pembahasan dalam makalah ini.

Untuk itu kami selaku penyusun berterima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini baik secara langsung maupun tidak
langsung terutama pada Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.

Selaku penyusun kami sangat mengatahui bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun
agar kami dapat menyusun kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih wassalammualaikum
Wr.Wb..

Kuala Tungkal, 5 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................

- Latar Belakang............................................................................................
- Rumusan Masalah......................................................................................
- Tujuan.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................

- Teori Permintaan Islam...............................................................................


- Faktor yang mempengaruhi Teori Permintaan Islam..................................
- Perbedaan Teori Permintaan Konvensional dan
Teori Permintaan Islam...............................................................................
- Kurva permintaan barang halal...................................................................
- Konsumsi Inter-Temporal..........................................................................

BAB III PENUTUP................................................................................................

- Kesimpulan.................................................................................................
- Saran...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu kegiatan ekonomi baik itu skala kegiatan ekonomi mikro
maupun makro, selalu diawali dengan adanya interaksi antara produsen
dengan konsumen. Adapun interaksi antara produsen dengan konsumen
dalam kegiatan ekonomi mikro diwujudkan dalam permintaan dan
penawaran. Dalam teori ekonomi mikro, dikenal teori permintaan dan
penawaran. Teori permintaan berusaha menjelaskan sifat permintaan para
pembeli terhadap suatu barang sedangkan teori penawaran menjelaskan
sifat penawaran para penjual atau produsen.
Pada kajian ekonomi mikro, pada dasarnya harga dan permintaan
(demand) maupun penawaran (supply) bergantung pada individu dalam
suatu perekonomian. Permintaan yang berarti dari pihak konsumen dan
penawan dari pihak produsen. Kedua hal ini adalah pokok dalam suatu
permasalahan ekonomi, karena dua hal tersebut yang membuat
perekonomian pasar bekerja. Oleh karena itu sebelum melihat apakah
kebijakan atau peristiwa mampu mempengaruhi perekonomian kita harus
lebih dulu melihat pengaruhnya kepada permintaan dan penawaran.
Pandangan ekonomi islam mengenai permintaan relatif sama
dengan ekonomi konvensional, namun terdapat batasan-batasan dari
individu untuk berperilaku ekonomi yang sesuai dengan aturan syariah.
Dalam ekonomi islam norma dan moral “islami” yang merupakan prinsip
islam dalam melakukan kegiatan ekonomi, merupakan faktor yang
menentukan suatu individu maupun masyarakat dalam melakukan
kegiatan ekonominya sehingga teori ekonomi yang terjadi menjadi
berbeda dengan teori pada ekonomi konvensional. Dalam makalah ini,
penulis akan memaparkan tentang teori permintaan Islam dan apa saja
yang terkait dalam pembahasan teori permintaan Islam tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Teori Permintaan Islam?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi Teori Permintaan Islam?
3. Apa saja perbedaan Teori Permintaan Konvensional dan Teori
Permintaan Islam ?
4. Apa saja kurva permintaan barang halal ?
5. Apa yang dimaksud Konsumsi Inter- Temporal ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Teori Permintaan Islam ?
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Teori Permintaan
Islam?
3. Untuk mengetahui perbedaan Teori Permintaan Konvensional dan
Teori Permintaan Islam ?
4. Untuk mengetahui kurva permintaan barang halal ?
5. Untuk mengetahui Konsumsi Inter-Temporal ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Permintaan Islam


Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada
suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan
tertentu dalam periode tertentu dan dalam periode tertentu.1
Permintaan dapat dibagi menjadi dua macam:
1. Permintaan absolut (absolut demand)
Permintaan absolut adalah seluruh permintaan terhadap barang dan
jasa baik yang bertenaga beli/berkemampuan membeli, maupun yang
tidak bertenaga beli.
2. Permintaan efektif (effective demand)
Permintaan efektif adalah permintaan terhadap barang dan jasa yang
disertai kemampuan membeli.
Adapun permintaan menurut ekonomi Islam, misalnya Ibnu
Taimiyah, permintaan adalah hasrat atau keinginan terhadap suatu barang
(raghbah fi al-syai).
B. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Suatu Barang
Ibnu Taimiyyah (1263-1328 M) dalam kitab Majmu’ Fatawa
menjelaskan, bahwa hal-hal yang mempengaruhi terhadap permintaan
suatu barang antara lain:

1
Muhammad. Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam. (Yogyakarta: BPFE,2004), hlm.
113.
1. Keinginan atau selera masyarakat (Raghbah) terhadap berbagai jenis
barang yang berbeda dan selalu berubah-ubah. Di mana ketika
masyarakat telah memiliki selera terhadap suatu barang maka hal ini
akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap barang tersebut.
2. Jumlah para peminat (Tullab) terhadap suatu barang. Jika jumlah
masyarakat yang menginginkan suatu barang semakin banyak, maka
harga barang tersebut akan semakin meningkat. Dalam hal ini dapat
disamakan dengan jumlah penduduk, di mana semakin banyak jumlah
penduduk maka semakin banyak jumlah para peminat terhadap suatu
barang.
3. Kualitas pembeli (Al-Mu’awid). Di mana tingkat pendapatan
merupakan salah satu ciri kualitas pembeli yang baik. Semakin besar
tingkat pendapatan masyarakat, maka kualitas masyarakat untuk
membeli suatu barang akan naik.
4. Lemah atau kuatnya kebutuhan terhadap suatu barang. Apabila
kebutuhan terhadap suatu barang tinggi, maka permintaan terhadap
barang tersebut tinggi.
5. Cara pembayaran yang dilakukan, tunai atau angsuran. Apabila
pembayaran dilakukan dengan tunai, maka permintaan tinggi
6. Besarnya biaya transaksi. Apabila biaya transaksi dari suatu barang
rendah, maka besar permintaan meningkat.
C. Perbedaan Teori Permintaan Konvensional dengan Permintaan
Islami

Definisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap


permintaan, antara permintaan konvensional dan islam mempunyai
kesamaan. Ini dikarenakan bahwa keduanya merupakan hasil dari
penelitian kenyataan dilapangan (empiris) dari tiap-tiap unit ekonomi.
Namun terdapat perbedaan yang mendasar di antara keduanya,
diantaranya , perbedaan utama antara kedua teori tersebut tentunya adalah
mengenai sumber hukum dan adanya batasan syariah dalam teori
permintaan Islami.2 Permintaan Islam berprinsip pada entitas utamanya
2
Ibid, 117.
yaitu Islam sebagai pedoman hidup yang langsung dibimbing oleh Allah
SWT. Permintaan Islam secara jelas mengakui bahwa sumber ilmu tidak
hanya berasal dari pengalaman berupa data-data yang kemudian
mengkristal menjadi teori-teori, tapi juga berasal dari firman-firman Tuhan
(revelation), yang menggambarkan bahwa ekonomi Islam didominasi oleh
variabel keyakinan religi dalam mekanisme sistemnya. Sementara itu
dalam ekonomi konvensional filosofi dasarnya terfokus pada tujuan
keuntungan dan materialme. Hal ini wajar saja karena sumber inspirasi
ekonomi konvensional adalah akal manusia yang tergambar pada daya
kreatifitas, daya olah informasi dan imajinasi manusia. Padahal akal
manusia merupakan ciptaan Tuhan, dan memiliki keterbatasan bila
dibandingkan dengan kemampuan.

Dalam permintaan islam, tingkat permintaan konsumen memiliki


batasan-batasan, sebagaimana masalah pokok ekonomi islam yaitu
kebutuhan manusia terbatas sedangkan sumber daya manusia tidak
terbatas. Batasan-batasan ini dalam kurva digambarkan dengan
menggunakan budget line atau garis anggaran berdasarkan budget
constrain yang mampu dijangkau oleh pembeli atau konsumen. Budget
Constrain adalah batasan ketersediaan dana dan kemampuan pembeli
untuk memaksimalkan kepuasan dan permintaannya. Indiference Curve
adalah kurva yang menggambarkan tingkat kepuasan maksimal konsumen
ketika dihadapkan pada dua pilihan barang yang harus dikonsumsi. Dalam
teori ekonomi mikro islam, konsumen dihadapkan pada dua pilihan barang
dengan varian Halal-Halal, Halal-Haram, haram-halal, dan haram-haram.

D. Kurva Permintaan Barang Halal


Kurva permintaan diturunkan dari titik persinggungan antara kurva
indifference curve dengan garis anggaran. Katakanlah seorang konsumen
memiliki pendaptan I = 1 juta per bulan dan menghadapi pilihan untuk
mengkonsumsi barang X dan barang Y, yang keduanya adalah barang
halal. Misalnya harga barang X Px = Rp.100 ribu dan harga barang Y Py
= Rp.200 ribu. Titik A, A’, A” menunjukan konsumsi seluruhnya
dialokasikan pada barang X dan titik B menunjukkan konsumsi seluruhnya
dialokasikan pada barang Y.3

Dengan data ini, dapat dibuat garis anggaran dengan menarik garis
lurus antara dua titik.

Kombin X= Y=I/ X at
Income Px Py
asi I/Px Py tangency
A 1.000.000 100.000 200.000 10 0 3
B 1.000.000 100.000 200.000 0 5 3
Bila terjadi penurunan harga X sebesar Rp.50 ribu, maka kaki garis
anggaran pada sumbu X akan bertambah panjang. Titik perpotongan
sumbu Y tidak berubah, sedangkan titik perpotongan dengan sumbu X
berubah.
X= X at
Kombinas Y=I/
Income Px Py I/P tangenc
i Py
x y
1.000.00 50.00 200.00
A’ 20 0 4
0 0 0
1.000.00 50.00 200.00
B 0 5 4
0 0 0
Bila harga X menjadi Px = Rp.25.000 maka kaki garis anggaran
pada sumbu X akan bertambah panjang. Titik perpotongan sumbu Y tidak
berubah, sedangkan titik perpotongan sumbu X berubah.
X
X at
Kombina = Y=I/
Income Px Py tangenc
si I/P Py
y
x
A” 1.000.0 25.00 200.00 40 0 5
00 0 0

3
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, III(T Indonesia:Jakarta, 2002), hlm.105.
1.000.0 25.00 200.00
B 0 5 5
00 0 0
Dengan simulasi harga barang X, akan didapatkan kurva yang
menggambarkan antara harga dengan jumlah barang X yang diminta.
Harga X Jumlah X (X pada saat tangency/jumlah optimal X)
100.000 3
50.000 4
25.000 5
Semakin tinggi harga, semakin sedikit jumlah barang yang diminta.
Dengan demikian didapatkan kemiringan kurva permintaan yang negatif
untuk barang halal, sebagaimana lazimnya kurva permintaan yang
dipelajari dalam ekonomi konvensional.4

1. Kurva Permintaan Barang Halal dalam Pilihan Halal-Haram


Dalam hal pilihan yang dihadapi adalah antara barang halal
dengan barang haram, maka solusi optimalnya adalah corner solution. 5
Katakanlah seorang konsumen mempunyai pendapatan I = Rp 1 juta
per bulan dan menghadapi pilihan untuk mengkonsumsi barang halal
X dan barang haram Y. Katakan pula harga barang X Px = Rp 100
ribu dan harga barang Y = Rp.200 ribu. Titik A, A’, A”. menunjukkan
konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang X, dan titik B
menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang Y.

4
Ibid, hal.106
5
Ibid, hal. 107.
Simulasi penurunan harga juga dilakukan dari Rp 100 ribu ke tingkat
Px = Rp 50 ribu dan Px = 25 ribu:
X= Y=I/ X at
Kombinasi Income Px halal Py haram
I/Px Py tangency
A 1.000.000 100.000 200.000 10 0 10
B 1.000.000 100.000 200.000 0 5 10
Px = Rp 50 ribu
X= Y=I/ X at
Kombinasi Income Px Py
I/Px Py tangency
A’ 1.000.000 50.000 200.000 20 0 20
B 1.000.000 50.000 200.000 0 5 20
Px = 25 ribu
X= X at
Kombinasi Income Px Py Y=I/Py
I/Px tangency
A” 1.000.000 25.000 200.000 40 0 40
B 1.000.000 25.000 200.000 0 5 40

Dengan mengansumsikan perubahan hanya barang X, maka kita


sekarang memiliki tiga tipe garis anggaran yang berbeda. Pada harga x
sama dengan Rp 100 ribu budget line berada pada BL 1, sedang pada harga
X sebesar 50ribu budget line berada pada BL2 demikian juga ketika harga
X berada pada level Rp 25 ribu maka budget line menjadi BL 3. Dengan
menggunakan simulasi penurunan barang X yang halal ini maka kita dapat
memformulasikan kurva permintaan barang halal X dalam pilihan halal-
haram.6

6
Ibid, hal.108.
Gambar. Penurunan kurva permintaan, barang X halal dan barang Y haram
Pada gambar tesebut kita mendapat kesimpulan bahwa optimal
solution untuk komoditas halal dan haram berada pada titik dimana barang
haram yang dikonsumsi berada pada level 0 (nol).
Pilihan halal X dan Pilihan halal X dan
haram Y halal Y
Jumlah X (X pada Harga X Jumlah X (X pada saat
Harga
corner solution/atau tangency/atau jumlah
X
jumlah optimal X) optimal X)
100.00 100.000
10 3
0 50.000
20 4
50.000 25.000
40 5
25.000
Semakin tinggi harga, semakin sedikit jumlah barang yang diminta.
Dengan demikian kita juga mendapatkan kemiringan kurva permintaan
yang negatif untuk barang halal dalam pilihan halal X dan haram Y.
Perbedaannya terletak pada kecuraman kurva atau dalam istilah
ekonominya pada elastisitas harga. Penurunan harga dari Rp.100 ribu ke
Rp.50 ribu meningkatkan permintaan barang X dari 10 ke 20 (bandingkan
dengan pilihan halal X – halal Y yang hanya dari 3 ke 4). Penurunan dari
Rp.50 ribu ke Rp.25 ribu meningkatkan permintaan barang X dari 20 ke
40 (bandingkan dengan pilihan halal X – halal Y yang hanya naik dari 4 ke
5)7.

2. Keadaan Darurat Tidak Optimal

Dalam konsep islam, yang haram telah jelas dan begitu pula
yang halal telas jelas. Secara logika ekonomi kita telah menjelaskan
bahwa bila kita dihadapkan kepada dua pilihan, yaitu barang halal dan

7
Ibid., hal. 109
barang haram, optimal solution adalah corner solution, yaitu
mengalokasikan seluruh pendapatan kita untuk mengkonsumsi barang
halal. Tidakan mengkonsumsi barang haram berarti meningkatkan
disutility, sebaliknya tindakan mengurangi konsumsi barang haram
berarti mengurangi disutility. Corner solution merupakan optimal
solution karena mengkonsumsi barang haram sejumlah nihil berarti
menghilangkan disutility, selain itu mengalokasikan seluruh
pendapatan untuk mengkonsumsi barang halal berarti meningkatkan
utility.

Sekarang bayangkanlah keadaan hipotesis yang diambil dari


kisah nyata di tahun 1970 an. Seluruh pesawat terbang yang penuh
penumpang jatuh di tengah gunung salju. Setelah bertahan beberapa
hari tanpa persediaan makanan yang cukup, tidak adanya hewan atau
tumbuhan yang di makan, dan dingin nya cuaca, beberapa diantara
penumpang meninggal. Bagi mereka yang hidup pilihan nya tidak
banyak, yaitu terus bertahan sambil mengharapkan agar tim
penyelamat agar segera tiba di tempat, atau memakang daging
penumpang yang meninggal. Memakan bangkai manusia jelas haram,
namun bila pilihannya antra memakan yang haram atau kita akan
binasa, maka islam memberikan kelonggaran untuk dapat
mengkonsumsi baram haram sekedarnya untuk bertahan hidup.8
Secara grafis keadaan ini ditunjukkan dengan terbatasnya supply
barang halal X sejumlah QxF, atau dapat juga kita katakan jumlah
maksimal barang X yang tersedia pada keadaan full capacity adalah
sebesar QxF. Dengan asumsi meximizing behavior, maka tingkat utility
U3 lebih baik di banding U1. Perhatikanlah bahwa tingkat utility U1 dan
U3,optimal solutionnya adalah corner solution pada garis horizontal
sumbu X. Kedua corner solution itu menunjukkan berapa jumlah
barang X yang diminta, sebut saja Qx (U1) untuk tingkat utility U1 dan
Qx (U3) untuk tingkat utility U3. Perhatikan pula bahwa Qx (U1) < QxF
< Qx (U3). Oleh karena QxF adalah jumlah maksimal barang X, dan
8
Ibid.,hal. 110
Qx (U3) lebih besar dari QxF, maka dapat kita simpulkan bahwa
tingkat utility U3 tidak tercapai.
Untuk tingkat utility U1, QxF akan memotong U1 pada titik DP
(darurat point). Pada titik DP terdapat sejumlah pendapatan yang
sebenarnya dapat digunanakan mengkonsumsi barang X sejumlah
Qx(U3), namun karena terbatasnya barang X sejumlah QxF, maka akan
ada jumlah pendapatan yang dialokasikan untuk mengkonsumsi barang
haram Y. Perhatikanlah bahwa titik DP bukanlah titik optimal. Titik
DP tidak terjadi pada saat persinggungan antara indefference curve
dengan budget line atau dengan kata lainMRS pada titik DP tidak sama
dengan slop budget line.
Oleh karena itu, dalam pilihan barang halal haram, optimal
solution selalu terjadi corener solution, yaitu mengkonsumsi barang
halal seluruhnya, maka setiap keadaan darurat yaitu keadaan yang
secara terpaksa harus mengonsumsi barang haram, pastilah bukan
corner solution dan oleh karenanya pasti bukan optimal solution.
Keadaan darurat bukan selalu keadaan optimal.
Sub-optimality keadaan darurat dengan jelas terlihat bila kita
membandingkan titik DP dengan titik Qx(U 2). Optimal solution untuk
tingkat utility U2 adalah corner solution pada tingkat QxF. Oleh karena
tingkat utility U2 lebih baik di bandingkan tingkat utility U1, jelaskan
titik DP sub-optimal dibanding Qx(U2).
Gambar Suboptimal Solution, Barang Halal X dan Barang Haram Y
Supply barang X terbatas dimana kondisi jumlah maksimum pada QxF
(Qx pada full capacity), sehingga kurva U3 tidak dapat dicapai. Pada
darurat point (DP) terdapat barang Y. Jelas di sini bahwa darurat point
(DP) bukanlah solusi yang optimal karena titik DP bukan merupakan
titik persinggungan. DP selalu tidak optimal. Apabila U 2 > U1, maka
U2 optimal. Pada U2, tidak ada permintaan terhadap barang haram Y.
3. Permintaan Barang Haram dalam Keadaan Darurat
Darurat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang keselamatan
jiwa-jiwa oleh karena itu sendiri adalah sementara maka permintaan
barang haram pun hanya bersifat isindentil. Secaramatematis keadaan
ini digambarkan dengan fungsi yang discrete, bukan fungsi kontinyu.

Demand terhadap barang haram Y pada darurat point bukan


merupakan fungsi dari harga Y. Ini adalah point demand [Dy].
Penggunaan konsep darurat adalah terbatas dan harus sesuai dengan
syariah.pada titik DP jumlah permintaan barang haram Y adalah
sejumlah Qy*. Dengan bantuan garis 45 sebagai cermin kita dapat
menurunkan permintaan barang haram Y yaitu pada titik koordinat
[Qy*,Py*] . Jadi permintaan barang Y berbentuk titik permintaan
[demandpoint] Dy.9

9
Ibid., hal.112
Permintaan barang haram Y merupakan permainan fungsi dari
harga Y sebuah kurva adalah kumpulan dari titik-titik ,atau garis yang
menghubungkan antara untuk setiap keadaan darurat yang muncul.
Misalnya keadaan darurat seperti kisah jatuhnya pesawat terbang,
maka permintaan akan daging bangkai kepada manusia hanya berlaku
dalam keadaan darurat itu saja. Tidak dapat dikatakan bahwa bila
telah lima hari tidak makan, maka permintaan akan daging bangkai
manusia sejumlah satu kilogram, sedangkan bila empat hari tidak
makan maka permintaan sejumlah tiga-perempat kilogram. Kita pun
tidak bisa mengatakan bahwa bila tujuh hari tidak makan, maka
permintaan daging bangkai manusia sejumlah satu setengah kilogram.
Dalam ilmu ekonomi, hal ini berarti tidak memenuhi satu dari
tiga aksioma atau postulat yang menjadi dasar teori utility fuction.
Dalam hal permintaan barang haram Y, aksioma pertama dan kedua
terpenuhi. Namun, aksioma ketiga tidak terpenuhi. Itu sebabnya kita
pun tidak dapat mengatakan bahwa fungsi permintaan barang Y
berbentuk garis vertikal pada titik Qy*, atau dalam istilah ekonomi
disebut perfectly inelastic. Permintaan barang haram Y bukan
merupakan fungsi dari barang Y, bukan merupakan fungsi yang
kontinyu, bukan pula berbentuk kurva. Ia adalah Demand Point ( Titik
permintaan).

E. Konsumsi Inter - Tempolar Konvensional

Pada bab IV kita telah membahas teori konsumsi dalam islam.


Namun dalam bab tersebt hanya baru membahs masalah konsumsi dalam
satu waktu saja. Padahal secara nyata perilaku konsumsi kita bergantung
juga dengan ekspektasi tau harapan dan kebutuhan konsumsi di masa
depan. Yang di maksut dengan konsumsi inter-temporal adalah konsumsi
yang di lakukan dalam dua waktu, yaitu masa sekarang ( periode pertama )
dan masa yang akan datang ( periode kedua ). Dalam ekonomi
konvensional, pendapatan adalah penjumlahan konsumsi dan tabungan.
Atau secara matematis di tulis :
Y =C + S

Di mana Y = pendapatan

C =konsumsi

S = tabungan

Misalkan pendapatan, konsumsi, saving pada periode pertama


adalah y1 ,c1, s1 pendapatan, konsumsi, dan saving pada periode kedua
adalah Y2, C2, S2, maka persamaan di atas dapat di tuliskan sebagai
berikut:

Pendapatan pada periode pertama adalah

Y 1 = C1 + S 1

Pendapatan pada periode kedua adalah :

Y 1 = C2 + S 2

Apabila konsumsi di periode pertama lebih kecil daripada


pendapatan, maka akan terjadi saving dan konsumsi di periode kedua
semakin besar .

Y1 = C1 + S1 , dan C1 < Y1

Y 2 = C2 + S 2

= ( C2 + S 1 ) + S 2

Bila kita mengasumsikan konsumsi periode satu ( C1 ) dan dua


( C2) di tentukan oleh besarnya nominal uang (m) yang ada di tangan
maka ( C1 ) di penuhi oleh ( m1) dan (C2) di penuhi oleh ( m2).maka
apabila kita asumsikan sejumlah uang yang tersdia pada periode pertama
dan kedua di alokasikan sepenuhnya untuk konsumsi pada periode satu
dan dua serta tidak ada bunga atau value added dari volume uang untuk
periode kedua (m2) maka budget constraint untuk mengonsumsi pada
periode satu dan dua dapat kita lihat pada gambar 5.5. di bawah ini .
Apabila pendapatan dari sejumlah nominal uang kita definisikan
ke dalam dua kelompok; konsumsi dan saving. Maka berdasar persamaan
di atas dapat di ketahui bahwa semakin besar konsumsi pada periode
pertama C1↑ , akan semakin kecil savingnya S1 dan konsumsi di periode

kedua C2↑ . apabila tidak ada perubahan konsumsi dan tidak ada
peminjaman atau bunga dan keuntungan investasi maka baik periode satu
maupun periode dua, maka jumlah konsumsi yang terjadi pada periode
satu adalah C1=m1 dan periode dua adalah C2=m2. Namun apabila ada
pinjaman yang di lakukan pada periode 1 dan pinjaman tersebut di
gunakan untuk menambah konsumsi C1, maka jumlah barang yang di
konsumsi pada periode C1 = m1+ ∆ (m2 – C2 ).

Gambar. Hubungan konsumsi periode 1 dengan periode 2

Pada gambar di atas menunjukan bahwa besarnya konsumsi juga di


pengaruhi oleh posisi konsumen, apakah mengeluarkan pengeluaran yang
berbeda di antara periode atau tidak. Pada prinsipnya perilaku konsumen
di mana terjadi selisih antara pendapatan dengan jumlah uang yang di
gunakan untuk konsumsi, dapat di bagi menjadi 3 :

1. Lender , di mana jumlah konsumsi lebih kecil daripada pendapatan.


2. Borrower, di mana jumlah konsumsi lebih besar daripda pendapatan.
3. Polonius point, di mana jumlah konsumsi sama dengan jumlah
pendapatan.

Ketiga tipe konsumen seperti yang di sebut di atas dapat kita


ilustrasikan seperti yang tampak pada gambar di bawah ini.

Gambar . Tipe- tipe konsumsi

Titik optimal untuk konsumen berada pada perpotongan kurva


indifference dengan budget line yang tersedia. Bagaiman posisi dan letak
dari kurva indifference sangat tergantung dari dari perspektif dan tingkat
kebutuhan dari konsumen. Pada gambar A,di mana konsumen berperilaku
sebagai borrower, perpotongan kurva indifference menyebabkan konsumsi
pada masa kini C1 lebih tinggi daripada konsumsi untuk masa depan C2,
karena jumlah uang yang tersedia pada saat ini hanya m 1 di mana m1 < C1,
maka ada sebagian dari uang yang di sediakan untu konsumsi di masa
datang m2 di gunakan untuk untuk mengkonsumsi pada masa sekarang.
Sehingga untuk mencapai tingkat konsumsi C1 > C2, maka konsumen akan
meminjam uang dari pihak lain dengan jaminan sebagai dari m2 akan di
gunakan untuk membayar utang tersebut.10

Penjelasan di atas juga dapat kita gunakan untuk menerangkan


bagaimana perilaku konsumen ketika betindak sebagai lender. Dengan
mengasumsikan lender tidak memungut bunga ataupun bagi hasil, maka
sebagian jumlah nominal uang pada masa kini m 1, tidak akan di gunakan
untuk mengonsumsi barang. Akan tetapi, pengorbanan m1 ini akan di
nikmati di masa datang sehingga C2 = m2 + ꜡∆ ( m1 – C1 )

Tentu akan berbeda dampak C2 apabila m1 yang di simpan


memberikan tambahan nominal uang pada periode 2. Misalnya m 1 yang di
tangguhkan atau di tabung S1 di simpan dengan pemberlakuan sistem
bunga, maka saving yang terjadi pada periode pertama akan memberikan
nilai lebih sebesar bunga, sehingga persamaan konsumsi pada periode
kedua menjadi :

C2 = Y2 + S1 +r ( S1)

= Y2 + (y1 – C1 ) + r ( y1 –C1)

=Y2 + ( 1 + r ) ( y1- c1 )

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dipaparkan dalam makalah ini maka dapat
disimpulkan bahwa:
10
Ibid., hlm. 116
1. Teori permintaan islam adalah banyaknya jumlah barang yang diminta
pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat
pendapatan tertentu dalam periode tertentu dan dalam periode tertentu.
2. Hal-hal yang mempengaruhi terhadap permintaan suatu barang antara
lain yakni : a)Keinginan atau selera masyarakat (Raghbah) terhadap
berbagai jenis barang yang berbeda dan selalu berubah-ubah b) Jumlah
para peminat (Tullab) terhadap suatu barang. c) Kualitas pembeli (Al-
Mu’awid). d)Lemah atau kuatnya kebutuhan terhadap suatu barang.
e)Cara pembayaran yang dilakukan, tunai atau angsuran, dan f)
Besarnya biaya transaksi.
3. Perbedaan yang mendasar di antara teori permintaan konvensional
dengan teori permintaan islam adalah mengenai sumber hukum dan
adanya batasan syariah dalam teori permintaan Islami. Permintaan
Islam berprinsip pada entitas utamanya yaitu Islam sebagai pedoman
hidup yang langsung dibimbing oleh Allah SWT. Sementara itu dalam
ekonomi konvensional filosofi dasarnya terfokus pada tujuan
keuntungan dan materialme.
4. Kurva permintaan barang halal diantaranya yakni a) kurva permintaan
barang halal dalam pilihan halal-haram, b) keadaan darurat tidak
optimal, c) permintaan barang haram dalam keadaan darurat.
5. Konsumsi inter-temporal adalah konsumsi yang di lakukan dalam
dua waktu, yaitu masa sekarang ( periode pertama ) dan masa yang
akan datang ( periode kedua ). Dalam ekonomi konvensional,
pendapatan adalah penjumlahan konsumsi dan tabungan

Daftar Pustaka
Adiwarman Karim . 2002 . Ekonomi Mikro Islam III. T Indonesia:Jakarta

Muhammad. 2014. Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam. Yogyakarta:


BPFE

Anda mungkin juga menyukai