Anda di halaman 1dari 18

Penggunaan pengawet

berbahaya dalam bahan


makanan seperti ikan dan
daging menjadi
permasalahan serius yang
dihadapi oleh pemerintah.
Penggunaan bahsebuah
pengawet berbahaya
merupakan masalah yang
sulit baik oleh pemerintah.
Banyaknya penaggunaan
bahan
pengawet berbahaya semisal
formalin ke dalam bahan
makanan membuat resah
masyarakat. Iklansebuah
beberapa alasan produsen
makanan melakukan
pengawetan pada makanan.
Salah satunya karena
daya tahan hampir sebagian
besar bahan makanan sangat
terbatas dan mudah rusak
(fana).
Denganpengawetan,bahanma
kananbisadisimpanberhari-
hari,bahkanberbulan-
bulandansangat
produk yang
menguntungkanen. Sselain
itu,beberapa zdi
pengawetsebagai
berfungsipenambah
daysebuahtarik
makananitusendiri.Sepertipe
nambahankaliumnitritagarola
handagingtampakberwarnam
erah
segar,danmenarikkonsumenu
ntukanggotaliprodukolahante
rsebut(BoedihardjodalamWi
dianti,
2007). Padaumumnya bahan
sintetik mempunyai kelebih
yaitu lebih pekat, lebih
murah. Akan
tetapi bahan pengawet ini
mempunyai kelemahan yaitu
sering terjadi
ketidaksempurnaan proes
sehingga mengandung zat-
zat yang berbahaya
bagikesehatan dankadang
bersifat karsinogenikyang
dapat memicu terjadinya
penyakit kanker pada
manusia.
Produsen lebih cenderung
menggunakan suatu bahan
pengawet kimiawi yang
dapat
menghasilkanproduksilebihb
anyak,dibandingkandenganb
ahantambahanalamiyangseor
ang priabagi
tubuh. Sebagian besar
konsumen tidak paham
seberapa besar bahaya yang
ditimbulkan akibat
mengkonsumsi makanan
yang mengandung pengawet
berbahaysebuah, mereka
tertarik pada bahan
makanan seperti ikan atau
daging yang tampak segar,
berwarna cerah, kenyal, tidak
bau dan
murah meskipun
sebenarnysebuah bahan
makanan tersebut
mengandung pengawet
berbaHaysebuah. Hal ini
dikarenakankonsumenkesulit
andalammengidentifikasibah
anmakananyangmasihsegard
engan
bahan makanan yang sudah
terkontaminasi zat pengawet
berbahaysebuah.
Penggunaan pengawet
berbahaya dalam bahan
makanan seperti ikan dan
daging menjadi
permasalahan serius yang
dihadapi oleh pemerintah.
Penggunaan bahsebuah
pengawet berbahaya
merupakan masalah yang
sulit baik oleh pemerintah.
Banyaknya penaggunaan
bahan
pengawet berbahaya semisal
formalin ke dalam bahan
makanan membuat resah
masyarakat. Iklansebuah
beberapa alasan produsen
makanan melakukan
pengawetan pada makanan.
Salah satunya karena
daya tahan hampir sebagian
besar bahan makanan sangat
terbatas dan mudah rusak
(fana).
Denganpengawetan,bahanma
kananbisadisimpanberhari-
hari,bahkanberbulan-
bulandansangat
produk yang
menguntungkanen. Sselain
itu,beberapa zdi
pengawetsebagai
berfungsipenambah
daysebuahtarik
makananitusendiri.Sepertipe
nambahankaliumnitritagarola
handagingtampakberwarnam
erah
segar,danmenarikkonsumenu
ntukanggotaliprodukolahante
rsebut(BoedihardjodalamWi
dianti,
2007). Padaumumnya bahan
sintetik mempunyai kelebih
yaitu lebih pekat, lebih
murah. Akan
tetapi bahan pengawet ini
mempunyai kelemahan yaitu
sering terjadi
ketidaksempurnaan proes
sehingga mengandung zat-
zat yang berbahaya
bagikesehatan dankadang
bersifat karsinogenikyang
dapat memicu terjadinya
penyakit kanker pada
manusia.
Produsen lebih cenderung
menggunakan suatu bahan
pengawet kimiawi yang
dapat
menghasilkanproduksilebihb
anyak,dibandingkandenganb
ahantambahanalamiyangseor
ang priabagi
tubuh. Sebagian besar
konsumen tidak paham
seberapa besar bahaya yang
ditimbulkan akibat
mengkonsumsi makanan
yang mengandung pengawet
berbahaysebuah, mereka
tertarik pada bahan
makanan seperti ikan atau
daging yang tampak segar,
berwarna cerah, kenyal, tidak
bau dan
murah meskipun
sebenarnysebuah bahan
makanan tersebut
mengandung pengawet
berbaHaysebuah. Hal ini
dikarenakankonsumenkesulit
andalammengidentifikasibah
anmakananyangmasihsegard
engan
bahan makanan yang sudah
terkontaminasi zat pengawet
berbahaysebuah.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi ini, kebanyakan orang sibuk dengan urusan mereka masing-
masing, baik urusan pribadi maupun urusan pekerjaan, jika telah manyangkut urusan
pekerjaan kebanyakan dari mereka tidak menghiraukan waktu, apalagi dengan tugas-
tugas atau pekerjaan yang belum terselesaikan, mereka akan rela tidak tidur sehingga
waktu istirahat mereka terganggu dan yang sering dilakukan adalah membawa makanan
ringan dan minuman sebagai teman dalam menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai
itu, minum kopi adalah salah satu yang banyak diminati selain menghangatkan badan,
kopi juga sebagai penghilang rasa kantuk agar lebih giat beraktivitas.
Kopi sering disalahkan karena kandungan utamanya, yaitu kafein. Kafein
adalah zat alami yang ditemukan dalam daun, biji, atau buah-buahan, di lebih dari 60
tanaman. Ini termasuk kopi, biji kakao, kacang cola dan daun teh yang digunakan untuk
membuat banyak minuman ringan favorit atau minuman seperti kopi, teh, minuman
cola, dan berbagai makan seperti cokelat.
Kafein itu sendiri adalah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan
mempunyai rasa yang pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan
diuretik ringan. Kafein berperan sebagai pestisida alami yang melumpuhkan dan
mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman tersebut. Pada
umumnya kafein dikonsumsi oleh manusia dengan mengekstraknya dari biji kopi dan
daun teh.
Oleh karena itu agar dapat menambah pengetahuan khususnya mahasiswa untuk dapat
mengisolasi dan menentukan kadar kafein dalam kopi maka diadakan praktikum “
Penentuan kadar kafein dalam kopi “.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kopi
Kopi (Coffea sp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini
tumbuh tegak, bercabang dan bila dibiarkan akan mencapai tinggi 12 m. Proses
pengolahan kopi bubuk dibagi atas dua tahap yaitu penyangraian dan
pengggilingan. Kopi merupakan sumber kafein. Kafein merupakan senyawa
alkaloid yang bersifat merangsang. Kafein banyak memiliki manfaat dan telah
banyak digunakan dalam dunia medis. Kafein dapat dibuat dari ekstark kopi, teh
dan cokelat. Kafein berfungsi untuk merangsang aktivitas susunan saraf dan
meningkatkan kerja jantung, sehingga jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan
akan bersifat racun dengan menghambat mekanisme susunan saraf manusia. Rumus
kimia untuk kafein yaitu C8H10N4O2, kafein murni berbentuk kristal panjang,
berwarna putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Didalam biji kopi kafein berfungsi
sebagai unsur rasa dan aroma. Kafein murni memiliki berat molekul 194.19 gr, titik
leleh 236°C dan titik didih 178°C (Aisyah, 2013).

B. Teh
Teh (Camellia Sinensis) adalah tanaman perdu yang berdaun hijau yang
digunakan sebagai bahan minuman teh, yaitu salah satu minuman sehat yang paling
populer di dunia dan menduduki posisi kedua setelah air. Tanaman teh diperkirakan
berasal dari daerah pegunungan Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang
berbatasan dengan Republik Rakyat Cina, India dan Birma.
Tanaman teh dapat tumbuh dengan tinggi sekitar 6-9 meter. Di perkebunan,
tanaman teh dipertahankan hanya sekitar 1 meter tingginya dengan pemangkasan secara
berkala. Hal ini untuk memudahkan pemetikan daun dan agar diperoleh tunas-tunas
daun teh yang cukup banyak. Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya
secara terus-menerus setelah umur 5 tahun dan dapat memberi hasil daun teh cukup
besar selama 40 tahun (Spillane, 1992).

C. Kafein
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji kopi,
daun teh, dan biji coklat Kafein memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara
klinis, seperti menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot
polos bronkus dan stimulasi otot jantung. Berdasarkan efek farmakologis tersebut,
kafein ditambahkan dalam jumlah tertentu ke minuman. Efek berlebihan (over dosis)
mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia, hipertensi,
mual dan kejang. Berdasarkan FDA (Food Drug Administration) dosis kafein yang
diizinkan 100- 200 mg/hari, sedangkan menurut SNI 01- 7152-2006 batas maksimum
kafein dalam makanan dan minuman adalah 150 mg/hari dan 50 mg/sajian. Kafein
sebagai stimulan tingkat sedang (mild stimulant) memang seringkali diduga sebagai
penyebab kecanduan. Kafein hanya dapat menimbulkan kecanduan jika dikonsumsi
dalam jumlah yang banyak dan rutin. Namun kecanduan kafein berbeda dengan
kecanduan obat psikotropika, karena gejalanya akan hilang hanya dalam satu dua hari
setelah konsumsi (Kesia, 2013).
BAB III
METODELOGI

A. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Labu alas bulat, Pendingin
Liebig, Corong pisah 500 mL, Cawan penguap, Gelas kimia 500 mL, Botol semprot,
Batang pengaduk, Gelas ukur 10 mL, Erlenmeyer 50 mL, Corong kaca, Pemanas dan
Pipet ukur 25 mL.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Kopi bubuk, Aquades,
Timbal asetat padat, Larutan kloroform dan Kertas saring.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Laboratorium


Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Haluoleo.
Kendari.

Aysah, Megah., Fuferti.Z., Syakbaniah dan Ratnawulan. 2013. Perbandingan


karakteristik fisis kopi lwak (civet coffee) dan kopi biasa jenis arabica. Pillar of Physics,
vol.2. Oktober 2013, 68-75.

Kesia, Rialita Maramis,. Gayatri Citraningtyas,. Frenly Wehantouw. 2013.


Analisis Kafein Dalam Kopi Bubuk Di Kota Manado Menggunakan Spektrofotometri
Uv-Vis. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 2 No. 04 November 2013
ISSN 2302 – 2493

Kristiyani, danang., Broto Deghdo Haris Pranoto., Abdullah. 2013. Penurunan


Kadar Kafein Arabica Dengan Proses Fermentasi Menggunakan Nopkom MZ-15.
Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri, Vol. 2, No. 4, Tahun 2013, Halaman 170-176.

Puspitaningtyas, Auliya., Surjani Wonorahardjo., Neena Zakia. 2013. Pengaruh


Komposisi Fasa Gerak Pada Penetapan Kadar Asam Benzoat Dan Kafein Dalam Kopi
Kemasan Menggunakan Metode Kckt (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
BAB III
METODELOGI

Anda mungkin juga menyukai