KORLAP T
Pendekar tanpa PERGURUAN
KORLAP T, sekumpulan orang yang mengaku
Pendekar Silat PSHT, yang memiliki soliditas dan
keberanian diatas rata rata, mampu
melaksanakan semua perintah yang diberikan
oleh pemimpinnya. yaitu BAGYO TA, GEMBONG
dan ZAKARIA.
Mereka ini sejak sekitar tahun 2012, terus
menerus mendiskreditkan dan merongrong
PSHT Pusat Madiun.
Pada akhirnya, mereka berhasil mendirikan
perguruannya sendiri, yang diberi nama PSHT
1922, dengan Ketua Umum Imam Koeskartono
atau biasa dipanggil mas GEMBONG.
Pendirian perguruan baru ini dilakukan setelah
upaya mereka melakukan pengambil alihan dan
penyegelan Padepokan Agung PSHT Pusat
Madiun tanggal 29 Oktober 2015 yang gagal,Selanjutnya, mereka bisa melakukan
pengesahan warga baru sendiri tahun 2015 di
Pilangbango untuk pertama kalinya.
Jadi perguruan baru PSHT 1922 dilahirkan untuk
menampung hasil pengesahan mereka.
Setelah sukses melakukan pengesahan pertama
kalinya. Rupanya, terjadi kegaduhan di dalam
tubuh PSHT 1922
Sehingga pada tahun berikutnya, entah karena
apa? Mungkin soal pengaturan atau pembagian
dana hasil pengesahan warga baru yang kurang
merata... he he he.
Pada tahun 2016, mas GEMBONG mendirikan
perguruannya sendiri yang bernama PAHT 1922
INDONESIA.
Mayoritas anggota KORLAP T mengikuti pak
GEMBONG dengan PSHT 1922 nya. Akan tetapi
pak ZAKARIA, selaku komandan KORLAP T,
tidak menentukan sikap, apakah tetap dengan
pak BAGYO atau mengikuti pak GEMBONG.Meskipun pak ZAKARIA, tidak menentukan sikap
untuk memilih mengikuti perguruan yang mana,
sedangkan anggota KORLAP T pecah mengikuti
2 perguruan yang berbeda
Tetapi pengaruhnya terhadap anggota KORLAP
T, baik yang masih setia pada pak BAGYO TA
maupun yang pindah mengikuti pak GEMBONG,
tetaplah tinggi.
Bisa dikatakan semua anggota KORLAP T akan
mengikuti komando dari pak ZAKARIA, baik
untuk kegiatan politik atau yang lain.
Pada tahun 2016, PSHT memiliki pemimpin
baru, bapak M TOPIK.
Dalam perjalanan kepengurusannya, bapak M
Topik sering membuat kebijakan yang dzalim,
sehingga menimbulkan penolakan oleh
sebagian besar ketua cabang PSHT.
Selain itu Pak Topik lebih memilih merangkul
PSHT 1922, PSHT 1922 INDONESIA, Zakaria
beserta KORLAP T, untuk melawan para ketua
cabang yang kecewa, daripada melakukan
konsolidasi internal.Pak Topik paham, pendukungnya hanya 8
cabang, karena itu cabang pendukung Madiun
harus dihabisi seluruhnya satu-persatu.
Karena itulah, dirangkullah para barisan sakit
hati sebagai militan untuk melawan para ketua
cabang yang ada.
Barisan sakit hati ini pun senang dengan pak
Topik, karena mereka bisa eksis lagi.
Tidak ada koalisi tanpa kepentingan, tentu saja
mereka semua memiliki kepentingan masing
masing yang pasti berbeda beda, Apakah itu?
ENTAHLAH he he he.
Pada akhirnya karena kegaduhan yang tidak
mampu diselesaikan oleh ketua umum ini, dan
pak Topik, selaku ketua umum PSHT justru
terlibat dalam kegaduhan ini, maka seluruh
ketua cabang PSHT, memilih menyelesaikan
masalah dengan mengadakan Parluh pada
tahun 2017, dengan keputusan memberhentikan
pak Topik dan menunjuk pak MURJOKO sebagai
ketua umum PSHT.Tidak terima dilengserkan, pak Topik lalu
menyusun kepengurusan sendiri, menyusun
cabang-cabang sendiri, dan tentu saja akhirnya
menjadi organisasi pencak silat baru tapi masih
mengaku sebagai PSHT.
Cabang-cabang pendukung pak Topik pun
mayoritas baru yang tidak punya sejarah
kepengurusan dan akar di masyarakat.
Entahlah koalisi tersebut komitmennya apa?
Apakah melebur atau bagaimana? Tetapi satu
persamaan dari mereka, yaitu mereka punya
musuh bersama, yaitu PSHT yang diketuai oleh
mas MURJOKO, sebagai penerus mas
TARMADJI.
Setelah mengalami berbagai persengketaan,
termasuk organisasi mana yang berhak
menggunakan nama PSHT, melalui palu majelis
hakim Mahkamah Agung pada awal Februari
2021 dapat diketahui bahwa yang berhak
memakai nama PSHT adalah organisasi yang
diketuai oleh mas MurjokoEntah manuver apa lagi yang akan dilakukan
oleh mas TAUFIK untuk menjaga eksistensi dan
mempertahankan KOALISINYA?
Maka pada saat ini, KORLAP T dapatlah kita
sebut sebagai PENDEKAR TANPA PERGURUAN.
Menikmati sejuknya pagi di kota nan indah,
diiringi suara burung berkicau milik tetangga,
dengan secangkir kopi dan 2 buah ote ote,
namun tanpa rokok. Karena Saya tidak merokok.