Anda di halaman 1dari 6

Nama : M.

Wildan Alfatah
NIM : 202010110311431
Kelas : Semester III G
Mata Kuliah : Hukum Internasional
Dosen Pengampu : Ibu Cholidah

Tugas Resume dan Analisa Subjek Hukum Internasional

 Resume
A.) Negara sebagai Subyek Utama Hukum Internasional a. Unsur-unsur konstitutif Negara b.
Berbagai Macam Bentuk Negara
B.) Subyek Hukum Internasional Lainnya a. Organisasi-Organisasi Internasional b.
Pemberontak dan Belligerent. d. Duta dan Konsul, e. Tawanan perang, f. Korban perang, g.
Refugee ( pengungsi) dan h. penjahat perang. i. Perusahaan-perusahaan Multinasional j.
Vatikan.

A.) Resume I

Diketahui bahwasanya terdapat 3 hal yang menjadi komponen utama dalam


Subyek Hukum Internasional, yaitu Individu, Organisasi internasional serta yang terakhir
adalah Negara. Tampaknya, dengan Hadirnya ketiga komponen yang saling memiliki
korelasi antar satu sama lain tersebut, dapat disimpulkan bahwa Tujuan utama daripada di
klasifikasikannya Negara ke dalam Subyek Hukum Internasional ialah tak lain untuk
membangun dan mempererat jalinan Hubungan antar sesama negara. dalam mendapatkan
pengakuan sebagai subyek hukum daripada negara lain, suatu negara setidaknya harus
memenuhi persyaratan unsur-unsur konstitutif negara, yaitu memiliki penduduk, memiliki
wilayah kekuasaan serta memiliki pemerintahan yang berdaulat.

Apabila dianalisa secara seksama, Tentunya tidak semua negara memiliki


kesamaan antara satu sama lain, salah satu contoh perbedaaan yang mencolok yaitu bentuk
negara yang beragam, mulai dari1 :

1.) Negara Kesatuan (Unitarianisme), yaitu bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat,
dengan satu pemerintahan pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. negara kesatuan
pada umumnya memiliki 2 macam sistem pemerintahan, yaitu sistem pemerintahan sentral
dimana pemerintah pusat merupakan hirarki tertinggi dalam pemerintahan negara.

2.) Negara serikat (Federasi), yaitu bentuk negara gabungan yang terdiri dari beberapa negara
bagian dari sebuah negara serikat2. apabila dilihat dari segi historis, pada awal mulanya

1
Eka Gabriel, “PENGERTIAN DAN BENTUK-BENTUK NEGARA”, Jurnal Hukum, diakses pada tanggal 24/10/2021, pukul 18:19.
2
Eka Gabriel, “PENGERTIAN DAN BENTUK-BENTUK NEGARA”, Jurnal Hukum, diakses pada tanggal 24/10/2021, pukul 18:19.
Negara-negara bagian sebelum bersatu menjadi negara serikat merupaan suatu negara yang
bersifat merdeka dan memiliki kedaulatannya sendiri tetapi lambat laun masing-masing
negara bagian melakukan limitatif (penyerahan kekuasaan) sebagai syarat gabung ke dalam
negara serikat.

3.) Negara Federal Negara Kesatuan


Negara Federal Negara Kesatuan atau yang pada umumnya disebut provinsi diketahui
memiliki wewenang untuk membuat Undang-Undang yang berlaku pada Daerah
kewenangannya sendiri (UUD) dan dapat menentukan bentuk-bentuk organisasinya masing-
masing asal tidak bertentangan dengan konstitusi negara.

Disamping ketiga bentuk negara tersebut, dari sisi pelaksana dan mekanisme pemilihannya,
bentuk Negara dapat digolongkan ketiga kelompok yaitu: Monarki, Oligarki, dan
Demokrasi3.

B.) Resume II

Perlu diketahui bahwasanya Subyek Hukum Internasional tidak hanya mengacu pada
Negara semata, melainkan terdapat komponen-komponen lain didalamnya, yaitu mulai dari

 Organisasi-Organisasi Internasional
Tampaknya Organisasi berskala internasional juga termasuk dalam komponen-komponen
Subyek hukum internasional, hal ini tak lain dikarenakan pasal 104 Piagam PBB yang
berbunyi “Organisasi akan menikmati di wilayah masing-masing Anggota kapasitas hukum
seperti yang diperlukan untuk menjalankan fungsi dan pemenuhan tujuannya”4.

 Pemberontak dan Belligerent


Berbeda dengan yang lain, Pemberontak atau belligerent merupakan salah satu komponen
sumber hukum internasional yang memiliki persyaratannya sendiri terhadap dirinya, seperti
kriteria persyaratan menurut sarjana dan Oppenheim-Lauterpacht 5. Dan apabila kriteria-
kriteria persyarat tersebut terpenuhi maka Pemberontak maupun Belligerent berhak
mendapatkan pengakuan daripada negara lain sebagai Subyek Hukum Internasional.

 Duta dan Konsul


Dapat diketahui bahwasanya kedua profesi ini berfungsi sebagai perwakilan daripada negara
pengutus untuk menjalin hubungan baik antar kedua belah pihak negara guna merencanakan
jalinan kerja sama kedepannya suatu saat nanti. Atas hal tersebut, maka tentu saja duta dan
konsul termasuk ke dalam Subyek Hukum Internasional.

 Tawanan perang

3
Eka Gabriel, “PENGERTIAN DAN BENTUK-BENTUK NEGARA”, Jurnal Hukum, diakses pada tanggal 24/10/2021, pukul 18:19.
4
Nin Yasmin lisasih, Subjek Hukum Internasional, diakses darihttps://ninyasminelisasih.com/2011/08/24/subjek_hukum_internasional/,
pada tanggal 24/10/2021, pukul 19:19.
5
Rizki Amalia Putri, Subjek Hukum Internasional selain negara, diakses dari https://kawanhukum.id/subjek-hukum-internasional-selain-
negara/, pada tanggal 24/10/2021, pukul 13:58.
Komponen ini merupakan salah satu dari banyaknya komponen subyek hukum internasional
yang menjunjung tinggi Asas Kemanusiaan, yang dimana diwajibkan bagi seluruh negara
yang menjadi anggota organisasi internasional untuk menerapkannya dalam dasar hukum
nasionalnya masing-masing. Pernyataan tersebut juga di dukung oleh Konvensi Jenewa III
tahun 1949 pasal 12 yang berbunyi “Tawanan perang adalah tawanan Negara musuh, bukan t
awanan orang perorangan atau kesatuan-kesatuan militer yang telah menawan mereka. Lepas
dari tanggung jawab perseorangan yang mungkin ada, Negara Penahan bertanggung jawab at
as perlakuan yang diberikan kepada mereka” dan Konvensi Den Haag IV tahun 1907 tentang
Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat Pasal 4 yang berbunyi “Tawanan perang adalah
mereka yang berada dalam kekuasaan Pemerintah musuh, bukan berada dalam 38 Arlina
permanasari, Pengantar Hukum Humaniter, Ibid 39 F. Sugeng Istanto, Hukum Internasional,
Universita Atmajaya Yogyakarta, Yogyakarta, 1994, hlm.94 40 Haryomataram, Pengatar
Hukum Humnaiter, Raja Grafindo, Jakarta, 2005, hlm. 93 41 kekuasaan individu atau
kelompok-kelompok yang menangkap mereka. Para tawanan perang tersebut harus
diperlakukan dengan manusiawi. Semua harta benda pribadi tawanan perang, kecuali senjata,
kuda, atau dokumen-dokumen militer, akan tetap menjadi milik mereka6”.

 Korban perang
Sama seperti kasus Tawanan perang, Korban perang terlebih warga sipil berhak untuk
dinyatakan sebagai subyek hukum internasional, hal ini tak lain berdasarkan Konvensi Jenew
a 1949, Protokol tambahan I dan II, dan dalam beberapa ketentuan-ketentuan yang bersifat int
ernasional lainnya7.

 Refugee ( pengungsi)
Untuk refugee sendiri memiliki konsep yang sama dengan Tawanan perang dan korban
perang, yaitu ketiganya merupakan individu maupun kelompok yang direnggut hak-haknya
oleh pihak yang tidak bertanggung jawab (tidak semua pengungsi diakibatkan keadaan
perang contoh bencana alam). oleh karena itu refugee juga termasuk dalam komponen subyek
hukum internasional sebagaimana dijelaskan dalam konvensi 1951 tentang status pengungsi
(The Convention relating on the status of refugees)8.

 penjahat perang
Pelaku yang melanggar Hukum perang sebagaimana dijelaskan bahwasanya warga sipil,
pihak yang melakukan gencatan senjata serta kesepakatan damai mendapatkan perlindungan
hukum dan apabila dilanggar akan ada konsekuensi yang menunggu para pelaku kejahatan
perang.

 Perusahaan-perusahaan Multinasional
Perusahaan multinasional merupakan perusahaan yang mencakup skala global yang tentunya
saja memiliki dan menjalin hubungan dengan berbagai pihak dengan background budaya, ras

6
http://repository.unpas.ac.id/38609/1/G.%20BAB%202.pdf
7
Andika Esra Awoah, “PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN PERANG DALAM PERSPEKTIF KONVENSI-KONVENSI INTER
NASIONAL TENTANG HUKUM HUMANITER DAN HAM”, Jurnal Hukum (2016).
8
Fitria Rahmadani, Pencari suaka dan pengungsi dalam Hukum Internasional, diakses dari http://www.msplawfirm.co.id/pencari-suaka-
dan-pengungsi-dalam-hukum-internasional/, pada tanggal 24/10/2021, pukul 20:20.
dan bahasa yang beragam. Oleh karena itu Perusahaan Multinasional termasuk dalam
Komponen Subyek Hukum Internasional.

 Vatikan.
Negara Vatikan merupakan sebuah negara kecil yang dipimpin oleh Sripaus sebagai kepala
pemerintahannya. walaupun Negara Vatikan memiliki luas wilayah yang tergolong sangat
kecil, Negara Vatikan dapat dinyatakan secara sah sebagai suatu Negara, hal ini dikarenakan
Negara Vatikan Memenuhi 4 syarat yang tertuang dalam Konvensi Montevideo 1949
mengenai Hak dan Kewajiban Negara. Dengan sahnya Vatikan sebagai suatu Negara maka
dapat dipastikan bahwasanya Vatikan merupakan salah satu dari banyaknya negara yang
dinyatakan sebagai Subyek Hukum Internasional.

 Hasil Analisis mengenai Kedudukan Vatikan sebagai subyek hukum internasional

Terdapat beberapa syarat dalam mengklasifikasikan Subyek Hukum


Internasional, yaitu mulai dari hadirnya penduduk tetap, terdapat wilayah yang tetap,
adanya Pemerintahan yang sah serta yang kemampuan dalam berdaulat (melakukan
hubungan dengan negara lain). Syarat-syarat tersebut tertuang dalam Konvensi Montevid
eo 1949 mengenai Hak dan Kewajiban Negara.

Dari syarat-syarat yang telah disebutkan barusan, tampaknya Vatikan memenuhi semua
kualifikasi yang dibutuhkan, mulai dari populasi penduduk permanen yang secara faktual
penduduk tetap Vatikan adalah 800 orang, memiliki suatu wilayah tertentu yang dalam h
al ini Tahta Suci terletak di atas lahan seluas 44 hektar / 0,44 Kilometer yang terletak di t
engah-tengah Kota Roma, Italia, lalu terdapat suatu bentuk pemerintahan yang dalam hal
ini bentuk negara Vatikan adalah Monarki Absolut yang dikepalai oleh seorang Paus (ke
pala negara) yang memiliki kekuasan absolut atas kekuasaan legislatif, eksekutif dan yud
ikatif,  serta memiliki kapasitas untuk terlibat dalam hubungan internasional dengan nega
ra lain seperti contohnya adalah merupakan salah satu anggota pada organisasi-organisasi
internasional seperti World Organization of Intellectual Properties (WOIP) dan UNESC
O. Bahkan Vatikan memiliki Diplomat yang diutus ke Indonesia dan begitu juga
sebaliknya (Vice versa)9.

Dengan terpenuhinya kualifikasi tersebut maka dapat dikatakan bahwa


Vatikan sudah termasuk kedalam subyek hukum internasional, bahkan Vatikan pada saat
ini sudah dianggap sebagai negara mandiri. Bila diliat dari segi historisnya, Negara italia
merupakan negara pertama yang mengakui kedaulatan negara vatikan, hal ini dapat
dibuktikan dengan dalam pakta lateran yang disepakati pada tahun 1929. Terdapat desas -
desus mengenai alasan Vatikan menjadikan dirinya sendiri sebagai suatu negara, tetapi
hanya satu yang dapat dikatakan sebagai jawaban daripada desas-desus yang beredar,
dimana menurut para ahli sejarah, sebab awal pokok permasalahannya ialah tidak
terimanya pihak gereja katolik vatikan atas kerajaan italia yang secara sepihak
mengakusisi Vatikan sebagai bagian wilayah kerajaannya. Sehingga buntut permasalahan
9
Davidson samosir, Vatikan sebagai subyek hukum internasional, diakses dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl2347/subyek-hukum-internasional, pada tanggal 24/10/2021, pukul 12:49.
tersebut diselesaikan dengan diberlakukannya perjanjian/pakta lateran antara pihak
Vatikan dengan kerajaan italia. Dapat diketahui bahwasanya perjanjian tersebut tidak
ditanda tangani secara langsung oleh kedua belah pemimpin, melainkan di tanda tangani
oleh orang kepercayaan masing-masing pihak, dimana pada saat itu, yang
menandatangani ialah Kardinal Gaspari sebagai perwakilan Pius XI (Kepala Gereja
Katolik Vatikan) dan Benito Mussolini sebagai perwakilan Raja Victor Emmanuel III
(Raja Kerajaan Italia)10.

Setelah membahas mengenai kedudukan Negara Vatikan sebagai Subyek Hukum


Internasional, sudah semestinya saya membahas tentang kedudukan dasar hukum Negara
Vatikan. Negara Vatikan sendiri memiliki sistem pemerintahan yang bersifat Monarki,
dimana Kepala Negara Kota Vatikan dipilih secara absolut, teokratis dan patrimonial,
sama seperti sistem kerajaan. Untuk nama pemerintahannya sendiri memiliki beberapa
macam nama, yaitu Santa sede, The Holy see dan Takhta Suci. Bila dilihat secara
seksama, Tampaknya dalam mengelola sistem pemerintahan terdapat kedudukan posisi
yang saya pribadi anggap sebagai suatu kekuasaan absolut, dimana kepala pemerintahan
atau yang lebih dikenal dengan Sripaus memiliki Kekuasaan penuh dalam mengatur Trias
Politica (Lembaga Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif)11.

Saya sendiri Berpendapat bahwasanya dasar hukum yang digunakan oleh Negara Vatikan
tak lain adalah Sripaus itu sendiri, hal ini dikarenakan Sebagai Kepala Pemerintahan
Negara, Sripaus memiliki kewenangan dalam menggunakan kekuasaan absolut atas Trias
politika, belum lagi hirarki keagamaan, yang menjadikan Negara Vatikan berperan
sebagai pusat agama Katolik sedunia serta hirarki pemerintahan Takhta Suci sebagai
Negara, yang secara luas mengatur keseluruhan roda pemerintahan, baik yang bersifat
keluar maupun yang ke dalam12. Poin-poin tersebutlah yang membuat saya yakin
bahwasanya Sripaus merupakan Dasar Hukum Negara Vatikan dan memiliki kedudukan
yang sama seperti Dasar Hukum Negara lainnya.

 Hasil Analisa Terkait 4 Subyek Hukum (Negara Palestina, Gerakan Aceh Merdeka, Isis
dan Catalonia) sebagai Subyek Hukum Internasional.

 Negara Palestina

Negara Palestina merupakan Subyek Hukum Internasional, Hal ini dikarenakan Palestina
sendiri merupakan Suatu Negara dengan kualifikasi yang memenuhi dalam persyaratan
pengakuan Subyek Hukum Internasional. Mulai dari Jumlah Penduduk yang mencapai 4,8
juta, lalu luas wilayah seluas 6020 km2 pada saat ini, dimana sebelum terjadi konflik antara
palestina dan israel tentunya luas wilayahnya diperkirakan lebih dari 6020 km 2, lalu Negara
Palestina sendiri memiliki Pemerintahan yang berdaulat serta memiliki kapasitas untuk terliba
t dalam hubungan internasional dengan negara lain seperti contohnya Pengakuan Negara
10
Media Indonesia, 1929: Vatikan Berdaulat penuh, diakses dari https://mediaindonesia.com/humaniora/345/1929-vatikan-berdaulat-penuh,
pada tanggal 24/10/2021, pukul 11:42.
11
https://kemlu.go.id/vatican/lc/read/vatican/701/etc-menu
12
https://kemlu.go.id/vatican/lc/read/vatican/701/etc-menu
Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia. Dengan ketentuan-ketentuan tersebut yang telah
terpenuhi maka dapat dikatakan bahwasanya palestina merupakan Subyek Hukum
Internasional.

 Gerakan Aceh Merdeka (GAM)


Menurut para sarjana, kriteria/persyaratan yang ditetapkan terhadap belligerent (Kaum
Pemberontak) agar diakui sebagai Subyek hukum internasional oleh Negara lain yaitu13:
1. Harus telah terorganisasi secara rapi dan teratur di bawah kepemimpinan yang jelas.
- untuk poin ini dapat dikatakan bahwasanya Pihak GAM sudah tersusun dengan struktur
yang jelas, dimana pada strukturnya sendiri sudah tersusun Ketua Umum, Ketua Predisium,
Wakil Presidium, Ketua dan Wakil Sekretaris, Biro penerangan dan seterusnya
2. Menggunakan tanda pengenal yang jelas untuk menunjukkan identitasnya.
- Memiliki Identitas sebagai GAM (gerakan Aceh merdeka)
3. Harus menguasai sebagian wilayah secara efektif sehingga jelas bahwa wilayah tersebut
telah berada di bawah kekuasaannya.
- mengakusisi Daerah Aceh secara sepihak sebagai Daerah kekuasaannya.
4. Harus mendapatkan dukungan dari rakyat di wilayah yang telah didudukinya tersebut.
- berhasil mempengaruhi rakyat aceh, bahkan diperkirakan korban daripada konflik antara
Pemerintahan Republik Indonesia dengan GAM berjumlah 15 ribu jiwa, baik Pihak
pemerintahan, GAM dan Warga sipil.

Dengan terpenuhinya kualifikasi persyaratan tersebut maka dapat dipastikan bahwasanya


Organisasi Pemberontakan Bersenjata Gerakan Aceh Merdeka (GAM) termasuk dalam
Subyek Hukum Internasional.

 Catalonia

Bila dilihat dari segi historisnya, Catalonia merupakan suatu daerah otonom di negara
spanyol ketika sebelum mengemukakan kemerdekaannya pada tanggal 27 oktober 2017.
dengan adanya Kemerdekaan Negara yang di akui oleh negara-negara lain termasuk spanyol
itu sendiri, maka dapat dikatakan bahwasanya Catalonia sudah memenuhi ketentuan-
ketentuan kriteria subyek hukum internasional, dimana 4 ketentuan tersebut secara sah sudah
terpenuhi dan dengan secara sah juga, Catalonia berubah dari daerah otonom menjadi salah
satu bagian dari Subyek Hukum Internasional.

 ISIS

Sama Kasusnya seperti Gerakan Aceh Merdeka (GAM), ISIS juga termasuk dalam Subyek
Hukum Internasional, tetapi bukan sebagai negara seperti apa yang telah mereka akui sendiri,
melainkan sebagai Kaum Belligerent yang sudah memenuhi syarat syarat pengakuan Subyek
Hukum Internasional menurut para sarjana.

13
Rizki Amalia Putri, Subjek Hukum Internasional selain negara, diakses dari https://kawanhukum.id/subjek-hukum-internasional-selain-
negara/, pada tanggal 24/10/2021, pukul 13:58.

Anda mungkin juga menyukai