Anda di halaman 1dari 5

5 SIKAP YANG PERLU DIMIILIKI PELAYAN TUHAN

Ayat Pokok:  Roma 12:9-21

Pendahuluan
Setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dipanggil untuk melayani.
Tuhan mempercayakan kepada kita berbagai bidang atau ladang pelayanan
sesuai dengan panggilan dan talenta kita. Demikian juga dengan orang-orang
yang kita layani, mereka berbeda dalam banyak hal, termasuk sifat dan
karakter.

Untuk itu sebagai pelayan Tuhan, kita perlu memiliki sikap yang sesuai
dengan Alkitab, yang harus terus kita kembangkan guna suksesnya pelayanan
kita.

5 Sikap Pelayan Tuhan


Ada 5 perkara yang akan kita pelajari sebagai sikap yang harus dimiliki oleh
setiap pelayan Tuhan

a. Memiliki sikap mengasihi ( Ayat 9-10)

 Mengasihi adalah syarat utama dalam melayani pekerjaan Tuhan.


Setiap orang bisa melayani. Namun pelayanan yang tidak didasari
dengan sikap mengasihi, tidak memuliakan Tuhan dan berdampak pada
orang lain.
 Mengasihi berhubungan dengan motivasi
 Mengasihi berhubungan dengan kerendahan hati
 Jadikan kasih sebagai dasar pelayanan kita ( 1 Kor 16:14)

b. Memiliki Semangat ( Ayat 11)

 Melayani Tuhan bukan berarti bebas dari tantangan dan permasalahan.


Namun semakin melayani dengan baik, maka semaki banyak rintangan
yang bisa jadi akan kita hadapi. Tantangan bisa datang dari keluarga
( suami, istri, atau anak-anak kita), atau juga dari luar ( jemaat, rekan
sepelayanan, dll). Hal ini seringkali dapat melemahkan semangat kita
dalam pelayanan
 Kita perlu semangat untuk terus berkobar dalam pelayanan.
 Kekuatan semangat ( Amsal 18:14)
 Cara memelihara semagat: Beragaul karib dengan Tuhan, membangun
komunitas yang sehat, meningkatkan kemampuan diri.

c. Memiliki ketabahan dalam kesesakan ( Ayat 12)

 Ada kalanya Tuhan ijinkan kita melayani dengan setia, namun hidup
dalam kekurangan,mengalami sakit-penyakit,pelayanan kita tidak
dihargai, baik oleh orang lain maupun oleh jemaat sendiri. Dibutuhkan
ketabahan dalam menghadapi hal-hal ini.
 Ketabahan adalah kunci untuk tetap melangkah  maju meskipun terasa
sukar dan berat. 
 Jangan gentar, tetap tegar  dimasa sukar !

d. Memilik kemurahan hati ( Ayat 13)

 Memiliki kemurahan hati, sama dengan memiliki hati yang berbelas


kasihan kepada orang lain, membuka tangan bagi yang membutuhkan
dan tidak menutup mata bagi kesusahan orang lain.

E. Memberkati dikala disakiti ( Ayat 14)

 Kecenderungan kita sebagai manusia adalah membalas setiap perlakuan


yang tidak menyenangkan. Namun ketika kita memilih sebagai pelayan
Tuhan, maka kita harus melepaskan hak kita untuk membalas
 Pembalasan adalah hak Tuhan 
 Ilustrasi: Bara Api=Kopi panas?

Penutup
Biarlah Tuhan memampukan kita untuk memiliki kelima skap ini. Dengan
demikian kita akan tetap teguh dalam pekerjaan Tuhan. Percayalah, jerih
lelah kita, tidak sia-sia.
Menjadi Pelayan Kristus yang Berkualitas
- Mei 08, 2018

Hampir semua pelayan Tuhan mau dan berharap menjadi pelayan Tuhan yang
berkualitas. Namun, ada kalanya mereka mengalami kebingungan karena ketidaktahuan
tentang bagaimana cara menjadi pelayan Tuhan yang berkualitas dan apa indikator pelayan
Tuhan yang berkualitas. Salah satu cara yang ditempuh oleh pelayan Tuhan adalah dengan
mencari dan menemukan seorang figur. Apakah figur ini seseorang yang berpengaruh di masa
lalu atau seseorang yang berpengaruh di masa kini. Figur ini diharapkan menjadi pola, model,
patokan dalam dimensi pengetahuan, karakter, pengelolaan emosi, kemampuan bersosialisasi,
keterampilan dan spiritualitas.

Pada saat ini saya dan saudara akan bersama-sama merenungkan  satu bagian firman
Tuhan yang menjelaskan tentang seorang hamba Tuhan yang namanya jarang diingat atau
disebutkan, namun memiliki kontribusi/pengaruh yang besar bagi pelayanan. Bisa dikatakan ia
adalah seorang "aktor di belakang layar". Siapakah Dia? Dia adalah Epafras.

Epafras adalah seseorang yang berasal dari Kolose / non Yahudi. Ia mengenal Tuhan
Yesus Kristus melalui pemberitaan Injil Paulus di Efesus, ketika Paulus berada di Efesus sekitar
2 tahun 3 bulan. Selanjutnya, Ia menjadi seorang murid Paulus, yang diutus dan dipercayakan
untuk memberitakan Injil di kota Kolose. Pada akhirnya menjadi rekan sepelayanan Paulus.

Dalam Kolose 1:7, Kol. 4:12, dan Filemon 1:23, ada beberapa kualitas yang terpatri
dalam diri Epafras, yaitu:
1) Seseorang yang sangat dikasihi (Agapetou) oleh rekan sepelayanannya, khususnya
mentornya. Artinya, ia adalah seorang yang bisa bekerja sama dalam sebuah tim. Ia bisa
menjadi pimpinan dan bawahan yang baik. Ini adalah pengakuan dari Paulus.

2) Seseorang yang setia (pistos-seseorang yang bisa dipercaya). Komitmennya dalam


pelayanan tidak pernah berubah walaupun banyak hambatan / tekanan. Berdasarkan
pengakuan Paulus ia telah menjadi model yang diteladani oleh jemaat. Ini adalah sebuah
penghargaan tentang apa yang didemontrasikan? Amsal 20:6 “Banyak orang menyebut diri baik
hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya”? Kesetiaannya kepada rekan
sepelayanan / mentor, nampak ketika dia menghadapi persoalan dalam mewujudkan
kematangan rohani jemaat Kolose, beliau meminta arahan dari Paulus. Barangkali ini menjadi
pelajaran buat kita dalam hubungan dengan mentor. Beberapa orang setelah mengecap
keberhasilan dia akan melupakan orang-orang yang membuatnya berhasil. 

3) Ia mempunyai kepribadian sangat rendah hati. Kerendahan hati Epafras nampak


ketika dia mengalami kesulitan dalam merawat jemaat Kolose, dia meminta tolong /meminta
nasihat  / berkonsultasi kepada Paulus. Ia merasa perlu untuk menerima nasihat dari seseorang
yang lebih berpengalaman. Padahal kalau kita pikir-pikir buat apa dia berkonsultasi lagi kepada
Paulus? Bukankah dia seorang penginjil hebat? Bukankah jemaat yang dia dirikan yaitu Kolose,
Hierapolis dan Laodikia juga tergolong jemaat yang baik? Melalui laporan Epafras, maka
kebutuhan warga jemaat di kolose dapat diatasi (masalah pertapaan, filsafat kafir, spiritisme,
takhayul, dll).

4) Ia seorang yang rela berkorban bagi kemajuan Injil. Kerelaannya dalam berkorban
nampak ketika dia menjumpai Paulus di Penjara (menempuh perjalanan jauh ke Roma), dan
rela dipenjara demi kemajuan Injil (Flm 1:23).

5) Hamba Tuhan yang memiliki kepedulian atas kerohanian yang dilayaninya. Dalam
Kolose 4:12 dikatakan bahwa Ia selalu bergumul dalam doanya. "Bergumul" (Yun. agonizo)
menunjukkan keinginan yang kuat, berjuang atau berusaha keras

dalam doa. Donald Guthrie, memandang bahwa bergumul mungkin merupakan acuan kepada
doa Yesus di taman Getsemani. Hal ini dipertegas lewat surat Paulus bahwa Epafras tidak saja
sekedar berdoa, tetapi dikatakan bergumul dalam doa-doanya untuk kebaikan jemaat. Yang
menarik adalah, dikatakan tidak hanya sekali-kali bergumul, tetapi dikatakan "selalu bergumul",
“senantiasa bergumul” dan itu ia lakukan untuk jemaat Kolose supaya mereka bisa berdiri teguh
seperti orang-orang yang dewasa yang punya keyakinan penuh akan segala yang dikehendaki
Allah.  Kalau kita melihat orang yang berdoa dengan sungguh-sungguh, menangis, dan
berteriak-teriak untuk kebutuhan dirinya dan keluarganya itu sudah biasa. Tetapi jika ada orang
yang menangis, berdoa sungguh-sungguh, bergulat untuk memohon keselamatan orang lain,
bagi gereja, dan bagi bangsa ;itu baru luar biasa. Mentalitas hamba Tuhan ada di sana. Jika
kita lihat bagaimana  Ester, Nehemia, Daniel, Paulus berdoa bagi orang-orang yang
dipimpinnya dan dilayaninya akan menginspirasi dan memotivasi kita untuk melakukan hal ini.
Timbul pertanyaan, seberapa penting dan mendesakkah kita mendoakan sesama kita,
khususnya kerohaniannya? Seberapa berdampakkah doa-doa kita bagi orang lain? Dalam
penutup suratnya yang ia kirimkan kepada orang-orang Kristen di Kolose, Paulus mengatakan,
"Epafras, yang berasal dari antara kamu, seorang budak Kristus Yesus, mengirimkan salamnya
kepadamu, selalu mengerahkan dirinya demi kepentinganmu dalam doa-doanya, agar kamu
akhirnya dapat berdiri dengan lengkap dan disertai keyakinan yang teguh dalam seluruh
kehendak Allah. Aku sesungguhnya memberi kesaksian tentang dia bahwa dia mengerahkan
upaya yang besar demi kepentinganmu dan mereka yang di Laodikia dan mereka yang di
Hierapolis" (Kol. 4:12, 13).

Kualitas hidup Epafras sebagai hamba Tuhan patutlah menjadi inspirasi dan motivasi
bagi kita dalam mengemban dan menunaikan pelayanan. Satu panggilan mulia, jika kita juga
terbeban, tergerak untuk memikirkan, mendoakan dan mengusahakan pertumbuhan dan
kedewasaan orang lain secara rohani.

Anda mungkin juga menyukai