Anda di halaman 1dari 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN ASURANSI (AT-TAMIN) 2.1.1.Pengertian Asuransi (Konvensional) Kata asuransi berasal dari Bahasa Belanda, assurantie, yang dalam hokum Belanda disebut Versekering yang artinya pertanggungan. Dari peristilahan assurantie kemudian timbul istilah assuradeur bagi penanggung dan geassureerde bagi tertanggung. Paling tidak menurut sebagian ahli kata istilah assurantie itu sendiri sesungguhnya bukanlah istilah asli bahasa belanda, melainkan berasal dari bahasa latin yang kemudian diserap ke dalam bahasa belanda yaitu assecurare yang berarti meyakinkan orang kata ini kemudian dikenal dalam bahasa perancis sebagai assurance . Banyak definisi tentang asuransi (konvensional). Menurut Robertt I. Mehr, (dalam Sula:2004) asuransi adalah a device for reducing risk by combining a sufficient number of exposure units to make their individual losses collectively predictable. The predictable loss is then shared by or distributed proportionately among all units in the combination (suatu alat untuk mengurangi risiko dengan menggabungkan sejumlah unit-unit yang berisiko agar kerugian individu secara kolektif dapat diprediksi. Kerugian yang dapat diprediksi tersebut kemudian dibagi dan didistribusikan secara proposional diantara semua unit-unit dalam gabungan tersebut). Mark R. Greene (dalam Sula:2004) mendefinisikan asuransi sebagai an economic institution that reduces risk by combining under one management and group of objects so situated that the aggregate accidental losses to which the group is subject become predictable within narrow limits (institusi ekonomi yang mengurangi risiko dengan menggabungkan dibawah satu manajemen dan kelompok dalam suatu kondisi sehingga kerugian besar yang terjadi yang diderita oleh suatu kelompok yang tadi dapat diprediksi dalam lingkup yang lebih kecil). Secara baku definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian Asuransi

atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanguung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan. Atau, tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti; atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Sedangkan ruang lingkup Usaha Asuransi, yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui premi asuransi, memberi perlindungan kepada anggota masyarakat atau meninggalnya seseorang. 2.1.2. Pengertian Asuransi (Syariah) Dalam bahasa Arab Asuransi disebut at- tamin, penanggung disebut muammin, sedangkan tertanggung disebut muamman lahu atau mustamin. At-tamin diambil dari kata Aman yang berarti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut, sebagaimana firman Allah, Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan. (Quraisy:4) Mentamin-kan sesuatu, artinya adalah seseorang membayar/menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang, dikatakan seseorang mempertanggungkan atau mengasuransikan hidupnya, rumahnya atau mobilnya. Ada tujuan dalam Islam yang menjadi kebutuhan mendasar,yaitu al-kifayah kecukupan dan al-amnu keamanan. Sebagaimana firman Allah swt Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan, sehingga sebagian masyarakat menilai bahwa bebas dari lapar merupakan bentuk keamanan. Dari prinsip tersebut, Islam mengarahkan kepada umatnya untuk mencari rasa aman baik sebagaimana nasihat Rasul kepada Saad bin Abi Waqqash agar mensedekahkan pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup

sepertiga hartanya saja. Selebihnya ditinggalkan untuk keluarganya agar mereka tidak menjadi beban masyarakat.

2.2. Landasan Hukum Peraturan perundang-undangan asuransi di Indonesia diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum Dagang (KUHD),UU Republik Indonesia No.2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian, Peraturan Pemerintah No.63 Tahun1 999 Tentang Perubahan atas PP No.73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha Peasuransian.

2.3. PRINSIP-PRINSIP ASURANSI SYARIAH Adapun prinsip-prinsip Asuransi Syariah meliputi: 1. prinsip Insurable Interest, jika tertanggung tidak memliki kepentingan terhadap objek yang diasuransiakan maka objek tidak dapat dijamin, prinsip mnengharuskan adanya kepentingan tertanggung terhadap objek yang dijadikan sebagai tanggungan. 2. Prinsip Indemnity , yakni konpensasi keuangan yang eksak cukup untuk mengembalikan tertanggung pada kondisi keuangan sebelum kerugian terjadi,bentuknya bisa cash, repair, replacement, dan reinstatement . 3. Prinsip Subrogasi, yakni hak seseorang yang telah membayar ganti kerugian kepada orang lain karena kewajiban hukumnya, untuk menggantikan orang lain itu serta menggunakan semua hak dan upaya hukum orang lain itu, baik sesudah maupun sebelum dilaksanakan. 4. prinsip Proximate Cause , yakni suatu penyebab aktif, efisien yang membentuk suatu rangkaian kegiatan atau kejadian yang menimbulkan sebab akibat. 5. prinsip Contibution , yakni hak dari seseorang penangung untuk meminta sesama penganggung membayar ganti rugi secara bersama-sama kepada seseorang tertanggung dan bagian dari masing-masing penganggung ini bisa tidak sama besar. 6. prinsip Utmost Good Faith , yakni kewajiban untuk memgungkapkan dengan sukarela, secara penuh dan akurat, semua fakta material atas resiko-resiko yang diajukan baik diminta atau tidak. 7. Prinsip-prinsip tambahan: prinsip ikhtiar dan berserah diri, tolong-menolong, bertanggung jawab, saling kerjasama dan bantu-membantu,serta saling melindungi dari berbagai kesusahan.

2.4. MACAM-MACAM ASURANSI 1. Asuransi jiwa adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan man pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk membeikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. 2. Asuransi kerugian adalah usah yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan resiko atau kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.

Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional

2.4. DAFTAR PUSTAKA Sula, Muhammad Syakir. 2004. Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional. Gema Insani Press. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai