Anda di halaman 1dari 9

Refleksi Kasus

Dispepsia, Vomitus profuse

Department Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

RS Polda Bhayangkara Yogyakarta

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KLINIK DOKTER

Oleh :

Agung Ilham Suharyanto

14711118

DOKTER MUDA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2019

Page 1
FORM REFLEKSI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
______________________________________________________________________________
Nama Dokter Muda : Agung Ilham Suharyanto NIM: 14711118
Stase : Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Identitas Pasien
Nama / Inisial : An. RA No RM : 643XXX
Umur : 16 tahun 10 bulan Jenis kelamin : P
Diagnosis/ kasus : Dispepsia, Vomitus profus
Pengambilan kasus pada minggu ke: 8 stase anak
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya
wajib)
a. Ke-Islaman*
b. Etika/ moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek lain

Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang diambil ).
Pasien seorang anak perempuan, usia 16 tahun 10 bulan, BB 47 kg datang ke IGD
RSUD Wonogiri dengan keluhan muntah darah. Muntah darah dirasakan sejak 2 hari
SMRS, muntah 4x, sebanyak ¼ gelas belimbing, muntah berisi darah berwarna hitam
kecoklatan. Pasien juga mengeluhkan badannya lemas, dan pusing nyekot. BAB terakhir
1 hari SMRS, konsistensi dan warna normal, BAK terakhir 4 jam SMRS, berwarna
kuning jernih, banyak. Pasien mengaku memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol
hampir setiap hari. RPD: demam (+), ispa (+)
RPK: (-)
Riwayat kebiasaan : Pasien biasa mengonsumsi alkohol hampir setiap hari
Riwayat kehamilan, persalinan dan pasca persalinan baik.
Riwayat makanan : kuantitas dan kualitas kurang
Riwayat tumbuh kembang sesuai dengan usia.

Page 2
Riwayat imunisasi dasar sesuai jadwal.
Riwayat sosial ekonomi kurang.
Riwayat lingkungan beresiko terhadap penyakit pasien.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil :
KU : lemah
VS : N : 95 x/menit | S : 36,2 oC | RR : 21 x/menit | SpO2: 99%
Kepala : konjungtiva anemis (-), edema palpebra (-), epistaksis (-), stomatitis (-), bibir
kering (-) lidah kotor (-)
Leher : warna normal, benjolan (-), limfadenopati (-)
Thorax : I  dada simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-), ictus cordis tidak terlihat
P  ketinggalan gerak (-), fremitus normal, ictus cordis tidak teraba
P  batas jantung normal
A  SDV (-/-), S1/S2 reguler, bising jantung (-)
Abdomen : dinding perut sejajar dinding dada, supel, BU (+), perkusi timpani, pekak
beralih (-), undulasi (-), nyeri tekan epigastrik (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, nadi ADP teraba kuat
Gen: BAK (+) BAB (+)

Hasil Laboratorium:
Pemeriksaan Hematologi (31 Juli 2019)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan

Hemoglobin 11.6 12-16 Rendah

Eritrosit 4.98 4,2-5,4

Hematokrit 28.5 38-47 Rendah

MCV 81 80-97

MCH 27 26-32

MCHC 32 31-36

Leukosit 8.0 4,1-10,9

Trombosit 416 140-440

Page 3
Gol.darah ABO A

RDW-CV 12 11,5-14,5

MPV 7.3 0,1-14

Eosinofil% 1 1-3

Basofil% 0 0-1

Neutrofil% 64 44-77

Limfosit% 29 22-40

Monosit% 6 2-8

Pemeriksaan USG abdomen (1 Agustus 2019)


PEMERIKSAAN HASIL
USG Abdomen Tak tampak kelainan
KESIMPULAN Dispepsia, vomitus profus
DIAGNOSIS
SARAN endoskopi

Assesment : Dispepsia, vomitus profus


Terapi:
 Inf KAEN 3A 25 tpm makro
 Inj Asam tranexamat 500mg/8jam
 Inj norages 500 mg/8 jam
 Inj ondansentron 4 mg/8 jam
 Inj cefotaxime 500 mg/12 jam
 Sukralfat syr 3x1

2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus


Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri atau rasa
tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh,
sendawa, regurgitasi, dan rasa panas yang menjalar di dada. Berdasarkan pendapat para ahli
bahwa 15-30% anak-anak pernah mengalami dispepsia . Sindrom dispepsia dapat disebabkan
oleh banyak hal. Penyebab timbulnya dispepsia diantaranya karena faktor diet dan lingkungan,

Page 4
sekresi cairan asam lambung, fungsi motorik lambung, persepsi viseral lambung, psikologi, dan
infeksi Helicobacter pylori. Pada sindrom dispepsia dapat pula berkaitan dengan
ketidakteraturan pada pola makan dan jeda antara jadwal makan yang lama. Ketidakteraturan
pola makan sangat dipengaruhi oleh aktivitas dan kegiatan yang padat. Ketidakteraturan pola
makan dipengaruhi oleh melemahnya pengawasan dari orang tua padahal orang tua menjadi
penjaga pintu (gatekeeper) dimana memiliki peran dalam mengatur pola makan anak-anak.

3. Refleksi dari aspek Etika


Penulis mencoba merefleksikan kasus yang terjadi pada pasien diatas dari aspek
etika/moral. Dalam aspek etika moral ilmu kedokteran, terdapat 4 kaidah dasar moral
(moral principle) dalam segala tindakan yang dilakukan oleh dokter (Risky, 2013), yaitu
segala seuatu yang dilakukan oleh dokter harus memegang prinsip:
o Beneficence dimana dokter harus mengutamakan tindakan yang ditujukan
kepada kebaikan pasien dimana rawat inap adalah tindakan yang ditujukan
untuk mengawasi keadaan pasien, dan memberikan terapi yang sesuai dengan
keadaan pasien, tidak berlebih-lebihan dalam memberikan terapi. Pada kasus
ini dokter sudah memberikan penanganan yang sesuai dengan kebutuhan
pasien.
o Prinsip non-maleficiene dimana tindakan dokter harus menghindari tindakan
yang dapat memperburuk keadaan pasien, sebagai dokter apapun pilihan pasien
dokter harus melakukannya sesuai dengan kompetensi, identifikasi dan
dilakukan dengan hati-hati.
o Prinsip justice dimana dokter harus adil pada seluruh pasien tanpa membeda-
bedakan pasien. Disini dokter tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap
pasien walaupun pasien datang dengan menggunakan BPJS, pelayanan yang
diberikan dokter sesuai dengan seharusnya.
o Prinsip autonomy dimana prinsip moral ini mengharuskan dokter untuk
menghormati hal-hak pasien dalam mengambil keputusan setelah sebelumnya
diberikan informasi lengkap tentang suatu tindakan disini bila pasien menerima
pasien mengisi informed concent bila menolak pasien mengisi informed refusal.
Pada kasus ini dokter sudah meminta izin dan memberi informasi terkait
Page 5
tindakan yang akan dilakukan dan keluarga pasien sudah memberikan
persetujuan .

4. Refleksi dari aspek Medikolegal


Penulis mencoba merefleksikan kasus yang terjadi pada pasien diatas dari aspek
medikolegal. Keputusan Presiden Tentang Pengawasan Dan Pengendalian Minuman
Beralkohol diatur dalam Keppres RI Nomor 3 Tahun 1997. Bab 1 Pasal 1 berbunyi
“Yang dimaksud dengan minuman beralkohol dalam Keputusan Presiden ini adalah
minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang
mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa
destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak,
menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur
kosentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol”.
Untuk golongan alkohol sendiri tertuang pada Bab 3 Pasal 3, yang isinya menggolongkan
minuman beralkohol menjadi :

a. Minuman beralkohol golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar


ethanol (C2H5OH) 1% (satu persen) sampai dengan 5% (lima persen)
b. Minuman beralkohol golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar
ethanol (C2H5OH) lebih dari 5 % (lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh
persen);

c. Minuman beralkohol golongan C adalah minuman beralkohol dengan kadar


ethanol (C2H5OH) 20% (dua puluh persen) sampai dengan 55% (lima puluh
persen).

d. Minuman beralkohol golongan B dan golongan C adalah kelompok minuman


keras yang diproduksi, pengedaran dan penjualannya ditetapkan sebagai barang
dalam pengawasan

Pasien sebenarnya merupakan korban dari kurang ketatnya regulasi mengenai minuman
beralkohol ini. Seharusnya pemerintah daerah bisa menindaklanjuti darimana dan
bagaimana barang ini bisa diakses untuk anak-anak usia di bawah umur. Padahal dalam
Bab 4 pasal 5 dan Perpres no. 74 tahun 2013, telah dijelaskan peraturan mengenai
penjualan dan peredaran barang tersebut, meliputi :
1. Dilarang mengedarkan dan atau menjual minuman beralkohol sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) di tempat umum, kecuali di hotel, bar, restoran
dan di tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Bupati/Walikotamadya
Kepala Daerah Tingkat II dan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta
untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2. Tempat tertentu lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilarang

Page 6
berdekatan dengan tempat peribadatan, sekolah, rumah sakit, atau lokasi tertentu
lainnya yang ditetapkan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II
dan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.

Adapun salah satu penyebab seseorang melakukan tindak pidana kejahatan yaitu
karena individu atau kelompok dengan bebasnya mengkonsumsi minuman beralkohol.
Kejadian seperti ini biasa terjadi di dalam masyarakat disebabkan karena lemahnya
sanksi yang ada di masyarakat sekitar.
Salah satu dampak modernisasi dari faktor sosial-ekonomi baru ini cukup nyata di
tengah masyarakat kita adalah penyalahgunaan minuman-minuman keras. Minuman
beralkohol apabila dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus dapat merugikan dan
membahayakan jasmani, rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan cara berfikir
kejiwaan sehingga lebih lanjut akan mempengaruhi kehidupan keluarga dan hubungan
dengan masyarakat sekitar.

KUHP masalah tindak pidana minuman keras diatur dalam 3 buah Pasal, yaitu
Pasal 300, Pasal 492, dan Pasal 536. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal- pasal tersebut,
maka unsur-unsur tindak pidana minuman keras adalah sebagai berikut:
a. Dengan sengaja menjual atau menyerahkan minuman yang memabukkan
kepada orang yang dalam keadaan mabuk (pasal 300 ayat (1) ke 1).
b. Dengan sengaja membuat mabuk seorang anak dibawah usia 16 tahun (pasal
300 ayat (1) ke 2).
c. Dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan sengaja memaksa orang
untuk meminum yang memabukkan (pasal 300 ayat (1) ke 3).
d. Dalam keadaan mabuk berada di jalan umum (pasal 536 ayat (1)) Seseorang
yang betul-betul mabuk, tidak bisa berbuat apa-apa.
Terhadap orang yang melakukan tindakan pidana dianggap bertanggungjawab atas
perbuatannya karena sebelum mabuk seseorang sudah bisa berpikir akibat akibat apa
yang bisa terjadi pada seseorang yang sedang mabuk. Minuman yang memabukkan
kepada orang lain yang dalam keadaan mabuk, membuat mabuk seseorang anak dibawah
umur, dalam keadaan mabuk mengganggu ketertiban umum dan dalam keadaan mabuk
berada di jalan umum.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana atau KUHP mengatur mengenai masalah


penyalahgunaan alkohol atau tindak pidana minuman keras yang tersebar dalam beberapa
pasal, antara lain Pasal 300; Pasal 492; Pasal 536; Pasal 537; Pasal 538; Pasal 539
KUHP, hal tersebut dikarenakan miras dapat berakibat fatal yakni menyebabkan
kematian bagi penggunanya.

Dalam kasus ini, pasien tidak dipidanakan karena masih dibawah umur. Seharusnya
apabila diselidiki maka yang diselidiki adalah penjualnya bukan korban anak-anak
dibawah umur. Selanjutnya diharapkan pasien ini mendapatkan rehabilitasi medis dan
psikologis terkait masalah ini.

Page 7
Hal ini sedikit banyak mempengaruhi keadaan sosial pasien. Pasien saat ini sering
bergaul tidak jelas dengan anak jalanan. Tentunya kita sebagai orangtua, apalagi dengan
kondisi broken home, tentunya harus lebih lagi memberi perhatian, kasih sayang serta
pengawasan terhadap anak, agar mereka tidak stres dan terjerumus kepada pergaulan
yang salah. Selain itu, aspek sosial ini sebisa mungkin harus dikendalikan dalam
kehidupan keluarga karena terkait dengan masalah perkembangan dan pertumbuhan anak
di masa yang akan datang.

5. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai


Dalam ajaran agama Islam, sebagai umat Allah SWT, setiap manusia kita harus
memiliki pedoman hidup yang paling utama yaitu al quran dan sunnah. Anak merupakan
salah satu amanah titipan dari Allah sekaligus anugerah yang indah. Sudah kewajiban
setiap orang tua dimana hendaknya memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak-
anaknya agar mereka tumbuh menjadi anak yang sehat, baik jasmani dan rohani, dan
berakhlak yang baik. Seperti yang tercantum dalam ayat berikut ini :
“Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At-Tahrim: 6)
Anak yang disebutkan dalam ayat ini berhak untuk mendapatkan perhatian dari
kedua orang tuanya. Begitu besarnya perhatian Islam terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Dalam kondisi apapun sebuah keluarga, perhatian orangtua (ayah
dan ibu) kepada anak harus tetap terjaga. Anak harus tetap dipenuhi hak-haknya.
Pada kasus ini pasien tidak mendapatkan kasih sayang dan pengawasa sejak pasien
berusia 13 tahun karen perceraian orang tua . Sebagai orang tua harusnya lebih peduli
terhadap kesehatan anak dengan cara memberikan nutrisi sesuai dengan usia dan
kebutuhan pasien. Dengan begitu kekebalan tubuh pasien akan lebih baik dan hal-hal
yang tidak diinginkan seperti pada kasus ini tidak terjadi.
Terkait kebiasaan pasien mengonsumsi alkohol, hendaknya sebagai orangtua dan
tenaga medis, kita dapat mengedukasi pasien secara perlahan bahwa konsumsi alkohol
adalah hal yang tidak baik, berdosa di sisi Allah SWT sebagaimana yang tercantum
dalam :
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban

Page 8
untuk) berhala, mengundi nasib dengan anak panah, adalah termasuk perbuatan setan. Maka
jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.” (Q. S. Al-Ma’idah : 90).
Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya: “Alkohol adalah induk dari segala kejahatan
dan ini adalah kejahatan yang paling memalukan.”

Umpan balik dari pembimbing

Yogyakarta, September 2019


TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda

dr. Handayani Dwi Utami M.Sc, Sp. F Agung Ilham Suharyanto

Page 9

Anda mungkin juga menyukai