Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu, kami
mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga
dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
`
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..........................................................................................3
C. Manfaat........................................................................................................3
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................53
B. Saran...........................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................55
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2011, kementerian kesehatan republik indonesia menyatakan
bahwa penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian terbanyak di
Indonesia (Sekretariat Jendral Kementerian Kesehatan RI,2011). Permasalahan
penyakit tidak menular yang muncul dimasyarakat adalah kanker (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia,2011).
Kanker merupakan masalah kesehatan global yang mengancam
penduduk dunia, tanpa memandang ras, gender, ataupun status sosial ekonomi
tertentu (Noorhidayah,2015). Saat ini, kanker menjadi penyebab kematian nomor
dua dinegara maju dan nomor tiga dinegara berkembang (Rasjidi,2010).
Kanker adalah suatu kondisi dimana seltelah kehilangan pengendalian
dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak
normal, cepat, dan tidak terkendali. Kanker bisa terjadi dari berbagai sel dalam
organ tubuh seperti kulit, hati, darah, otak, lambung, usus, paru, saluran kencing,
payudara dan berbagai macam sel organ tubuh lainnya. Sejalan dengan
pertumbuhan dan perkembangbiakannya, sel–sel kanker membentuk suatu massa
dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnnya (inpasif) dan bisa
menyebar ke seluruh tubuh (Kanita,2012)
Menurut International Union Against Cancer (UICC), sebuah lembaga
non pemerintah internasional yang bergerak dibidang pencegahan kanker, kanker
telah membunuh orang lebih banyak daripada total kematian yang diakibatkan
AIDS, tuberkulosis, dan malaria (Rasjidi,2010).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013), menyebutkan prevalensi kanker
tertinggi pada perempuan. WHO (World Health Organization) tahun 2014 yang
`
menyatakanan kejadian kanker tertinggi di Indonesia terjadi pada perempuan,
terbanyak dengan kasus kanker payudara (48.998 kasus).
Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Di Indonesia, lebih dari
80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya
pengobatan sulit dilakukan (Komite Nasional Penanggulangan Kanker, 2015).
Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan fungsi nomal, seingga mengalami pertumbuhan yang tidak
normal. Sel-sel tersebut membelah diri lebih cepat dari sel normal dan
berakumulasi, yang kemudian membentuk benjolan atau massa (Putra, 2015).
Menurut data WHO (World Health Organization ) Kanker payudara
adalah bentuk kanker paling umum pada wanita. 2,1 juta wanita terkena kanker
payudara pada tahun 2018. Sebanyak 630.000 di antaranya meninggal karena
kurangnya pengetahuan akan penyakit ini dan kurangnya biaya pengobatan
(WHO, 2019). Para penderita kanker payudara kebanyakan datang ke rumah
sakit untuk melakukan perawatan telah masuk kedalam stadium lanjut,
penyebabnya yaitu kurangnya pengetahuan dan tidak melakukan deteksi dengan
SADARI (Periksa Payudara Sendiri), sehingga kasus ini terus mengalami
peningkatan (Irawan, 2018).
Badan Internasional untuk Penelitian Kanker WHO memperkirakan
bahwa pada tahun 2040 jumlah kanker payudara yang di diagnosis akan
mencapai 3,1 juta, dengan peningkatan terbesar di negara-negara berpenghasilan
rendah dan menengah (WHO, 2019). Angka kejadian penyakit kanker di
Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 8 di Asia Tenggara,
sedangkan di Asia urutan ke 23 (Globocan, 2018). Angka 2 kejadian untuk
perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000
penduduk penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk
(Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia
menunjukkan adanya peningkatan dari 1,4 per 1000 penduduk di tahun 2013
menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi
adalah di provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera
Barat 2,47 per 1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk
(Riskesdas, 2018).
Pada penderita kanker payudara aspek psikologis pasien dipengaruhi
oleh perubahan citra tubuh, konsep diri, dan hubungan sosial. Dampak
psikososial yang dialami penderita kanker payudara yaitu distres yang akan
memengaruhi kualitas hidup pasien. Pemicu stres pada penderita kanker
payudara berasal dari tergganggunya fungsi tubuh, keputusasaan,
ketidakberdayaan, dan perubahan perubahan citra diri (Utami, 2017).
Kualitas hidup yang baik sangat diperlukan agar seseorang mampu
mendapatkan status kesehatan yang baik dan mempertahankan fungsi atau
kemampuan fisik seoptimal mungkin, seseorang yang memiliki kualitas hidup
yang baik maka akan memiliki keinginan kuat untuk sembuh dan dapat
meningkatkan derajat kesehatannya.
Sebaliknya, ketika kualitas hidup menurun maka keinginan untuk
sembuh juga menurun (Haryati & Sari, 2019). Dengan perubahan kualitas hidup
yang terjadi pada pasien, asuhan perawatan dilakukan berdasarkan model
perawatan Virginia henderson. Model perawatan ini berfokus pada keseimbangan
fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan sehat maupun sakit sehingga
dapat menigkatkan kualitas hidup pasien yang bertjuan mengembalikan
kemandirian, kemampuan dan pengetahuan terhadap kondisi yang dialami
(Desmawati, 2019).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
`
Untuk memperoleh gambaran nyata untuk pelaksanaan asuhan
kebidanan pada pasien Ny “Y” yang mengalami Ca.Mammae Metastasedi
RSUD Bahteramas kota kendari ruangan laika waraka bedah.
2. Tujuan khusus
Untuk memperoleh pengalamannya dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan pada pasien Ibu yang mengalami Ca Mammae Metastase di
RSUD Bahteramas kota kendari ruangan laika waraka bedah serta
menganalisa kesenjangan-kesenjangan antara teori dan kasus, khususnya
dalam hal:
a. Diagnosis
b. Perencanaan
c. Implementasi
d. Evaluasi
C. Manfaat
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pengalaman belajar
dilapangan dan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang Asuhan
Kebidanan pada pasien dengan Kanker Payudara.
2. Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau saran
dan bahan dalam merencanakan Asuhan kebidanan pada pasien dengan
Kanker Payudara.
3. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Hasi lpenelitian ini diharapkan dapat menambah keluasan ilmu
dibidang ke perawatan dalam Asuhan Kebidanan pada pasien dengan Kanker
Payudara.
`
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
`
1) Suplai arterial payudara:
a. Cabang mammaria medial cabang – cabang perforantes dan
cabang – cabang intercostalis anterior pada arteria thoracica
interna, yang berasal dari arteria subclavia.
b. Arteria thoracica lateral dan arteria thoracoacromialis, cabang–
cabang arteria axillaris.
c. Arteria intercostalis posterior, cabang–cabang aorta thoracica
pada spatium intercostale II, III, dan IV.
2) Drainase vena payudara terutama ke vena axillaris, tetapi terdapat
beberapa drainase ke vena thoracica interna. Selain itu, drainase
limfatik payudara penting karena perannya pada metastasis sel –
sel kanker. Limf berjalan dari putting, areola, dan lobuli
glandulae ke plexus lymphaticus subareolar. Dari plexus ini
(Moore & Dalley, 2013):
`
mencapai kulit, yang meliputi payudara pada jaringan subkutan
yang menutupi otot tersebut. Cabang nervi intercostales membawa
serabut sensorik kekulit payudara dan serabut simpatis ke
pembuluh darah pada payudara dan otot polos pada kulit di atasnya
dan putting (Moore & Dalley, 2013).
3. Fisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, lalu masa fertilitas, sampai klimakterium, hingga menopause.
Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi
ovarium dan juga hormon hipofisis menyebabkan berkembangnya
duktus dan timbulnya asinus (Sjamsuhidayat & deJong, 2012).
Perubahan selanjutnya terjadi sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke–
8 haid, payudara membesar, dan pada beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Selama beberapa hari
menjelang haid, payudara menegang dan nyeri sehingga pemeriksaan
fisik, terutama palpasi, sulit dilakukan. Pada waktu itu, mamografi
menjadi rancu karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai,
semua hal di atas berkurang (Sjamsuhidayat & deJong, 2012).
Perubahan terakhir terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada
kehamilan, payudara membesar karena epitel duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru (Sjamsuhidayat & de Jong,
2012).
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi.Air susu
diproduksi oleh sel – sel alveolus, mengisi sinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke putting susu yang dipicu oleh oksitosin
(Sjamsuhidayat & deJong, 2012).
4. Faktor Resiko
Penyakit kanker payudara belum dapat diketahui etiologi dan perjalanan
penyakitnya secara jelas. Akan tetapi, banyak penelitian yang
menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan
peningkatan risiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara.
Faktor – faktor tersebut disebut faktor risiko.Faktor risiko yang utama
berhubungan dengan keadaan hormonal (estrogen dominan) dan genetik
(Rasjidi,2010).
Faktor–faktor risiko mencakup:
a. Sekitar 99% kasus kanker payudara terjadi pada wanita dan wanita
semakin berisiko berdasarkan bertambahnya usia (Smeltzer &
Bare,2010).
b. Riwayat pribadi tentang kanker payudara
Setelah terdiagnosis kanker payudara, seseorang berisiko
mengalami kanker payudara pada payudara yang sama atau
disebelahnya (Smeltzer & Bare, 2010).
c. Riwayat keluarga dan mutasi genetik
Pada kanker payudara, telah diketahui beberapa gen yang
dikenali mempunyai kecenderungan untuk terjadinya kanker payudara
yaitu gen BRCA1, BRCA2, dan juga pemeriksaan histopatologi faktor
proliferasi “p53 germline mutation” (Rasjidi, 2010; Smeltzer & Bare,
2010).
Pada masyarakat umum yang tidak dapat memeriksakan gen dan
faktor proliferasinya, maka riwayat kanker pada keluarga merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya penyakit (Rasjidi, 2010):
1) Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena
kanker payudara atau ovarium
2) Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker
payudara atau ovarium dibawah 40 tahun
3) Adanya keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara dan
ovarium
4) Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga
5) Adanya riwayat kanker payudara pada pria dalam keluarga
`
d. Riwayat adanya penyakit tumor jinak pada payudara
Wanita yang didiagnosis dengan kelainan – kelainan payudara
(tumor jinak yang dapat bermutasi menjadi ganas), dapat
meningkatkan risiko kanker payudara, seperti atipikal duktal
hyperplasia atau lobular hyperplasia atau lobular karsinoma in situ
(Rasjidi, 2010; Smeltzer & Bare, 2010).
e. Faktor reproduksi dan hormon
Beberapa hal yang menjadi faktor risiko kanker payudara (Rasjidi,
2010; Smeltzer & Bare, 2010) diantaranya:
1) Menarche atau menstruasi pertama pada usia relatif muda
(kurang dari 12 tahun)
2) Menopause pada usia relatif tua (lebih dari 55 tahun)
3) Nulipara/belum pernah melahirkan
4) Melahirkan anak pertama pada usia relatif lebih tua (lebih dari
30tahun)
5) Tidak menyusui
6) Terapi sulih hormon (Hormone replacement theraphy) pada
wanita pasca menopause yang menggunakan TSH kombinasi
antara estrogen–progesteron dengan jangka pemakaian panjang
(lebih dari 10 tahun)
f. Intake alkohol
Studi menunjukkan bahwa risiko kanker payudara meningkat
berkaitan dengan asupan alkohol jangka panjang atau 2–5g alkohol
perhari. Hal tersebut mungkin disebabkan karena alkohol
mempengaruhi aktivitas estrogen. Hubungan antara peningkatan risiko
kanker payudara dengan intake alkohol lebih kuat didapatkan pada
wanita menopause. Alkohol dapat menyebabkan hiperinsulinemia,
yang mana keadaan ini akan menghambat terjadinya regresi spontan
dari lesi prakanker selama masa menopause. Dan pertumbuhan lesi ini
dapat berubah dari estrogen –dependent menjadi autonom
(Rasjidi,2010).
g. Obesitas
Peningkatan berat badan wanita selama masa pasca menopause
meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Hal tersebut, terjadi
karena setelah menopause ketika ovarium terhenti memproduksi
hormon estrogen, jaringan lemak merupakan tempat utama dalam
produksi estrogen endogen. Oleh karena itu, wanita dengan berat
badan berlebih dan BMI yang tinggi, mempunyai level estrogen yang
tinggi. Obesitas juga berkaitan dengan rendahnya jumlah sex
hormonebinding globulin (SHBG), yang berfungsi untuk berperan
dalam peningkatan jumlah estradiol (Rasjidi, 2010).
h. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi
Risiko ini meningkat jika jaringan payudara yang terpajan
adalah jaringan yang sedang berkembang, seperti wanita yang terkena
radiasi (kearea dada) untuk mengobati Hodgkin lymphoma dalam usia
yang muda (Smeltzer & Bare, 2010).
5. Patofisiologi
Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel
yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat
hiperplasia sel dengan perkembangan sel – sel yang atipikal. Sel– sel ini
kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan mengivasistroma.
Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi
massa yang cukup besar untuk dapat dipalpasi (kira–kira berdiameter 1
cm). Pada ukuran itu, sekitar 25% kanker payudara sudah mengalami
metastasis (Price & Wilson, 2014)
Penyebaran kanker payudara terjadi dengan invasi langsung
keparenkim payudara, sepanjang duktus mamaria, pada kulit permukaan
dan meluas melalui jaringan limfatik payudara. Kelenjar getah bening
regional yang terlibat adalah aksilaris, mamaria interna, dan kelenjar supra
klavikular (Price & Wilson, 2014).
`
Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk
kepembuluh darah, juga dapat langsung menginvasi masuk pembuluh
darah hingga terjadi metastasis jauh yang dapat mengenai sembarang
organ, tetapi tempat paling umum adalah tulang (71%), paru–paru (69%),
hepar (65%), pleura (51%), adrenal (49%), kulit (30%), dan otak (20%).
(Smeltzer & Bare, 2010).
6. Jenis Kanker Payudara
Menurut Andrews (2010), sel kanker yang tetap berada dalam
strukturnya disebut sel kanker non invasif atau in situ. Sedangkan, sel
kanker yang memiliki kemampuan untuk menyebar diluar membran
dasar duktus dan lobulus tersebut dideskripsikan sebagai sel kanker
invasif.
Menurut Andrews (2010), terdapat beberapa jenis kanker
payudara, diantaranya:
a. Karsinoma in situ
Karsinoma in situ ditandai dengan proliferasi sel epitel maligna yang
tetap terkurung dalam duktus terminal. Terdapat dua jenis penyakit in situ
yang dideskripsikan sebagai karsinoma lobulus in situ atau karsinoma duktus
in situ.
b. Kanker payudara invasif
Karsinoma invasif memiliki kemampuan untuk menyebar dari struktur
payudara. Kanker ini memiliki potensi untuk metastasis. Dua jenis utama
kanker payudara invasif adalah karsinoma lobulus dan duktus.
c. Penyakit paget
Biasanya, penyakit ini mengenai jaringan epidermis putting dan
terdapat rabas dari putting, perubahan kulit seperti ekzema, retrak siputting,
dan kadang – kadang adanya penebalan pada jaringan dasar payudara.
d. Kanker payudara inflamasi
Kanker jenis ini menunjukkan pembengkakan dan kemerahan pada
payudara, serta edema pada kulit dengan indurasi pada jaringan dasar
payudara (peaud’Orange).
7. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer & Bare (2010), manifestasi klinis dari kanker
payudara adalah:
a. Kanker payudara umumnya terjadi pada payudara sebelah kiri.
b. Retraksi putting susu dan lesi yang terfiksasi pada dinding dada.
c. Saat payudara dipalpasi, massa teraba tunggal atau soliter dalam satu
payudara, bentuknya tidak teratur, lebih keras, tidak berbatas tegas,
terikat pada kulit atau jaringan dibawahnya, dan biasanya tidak nyeri
tekan.
d. Penonjolan vena yang meningkat.
e. Terjadinya inversi putting susu.
f. Adanya peaud’Orange, yaitu keadaan kulit payudara yang mempunyai
penampilan ‘orange – peel’, pori – pori kulit membesar, kulit menjadi
tebal, keras, tidak dapat digerakkan, dan dapat terjadi perubahan
warna.
g. Penyakit Paget’s. Yaitu suatu keadaan payudara, dimana pada tahap
awal, payudara mengalami eritema putting susu dan areola. Kemudian,
ditahap lanjut, payudara mengalami penebalan, bersisik, dan erosi
putting serta areola.
h. Metastasis ke kulit dapat dimanifestasikan oleh lesi yang mengalami
ulserasi dan berjamur.
8. Stadium Klinis
Stadium klinis berdasarkan klasifikasi TNM (Tumor size, Node, &
Metastasis) kanker payudara berdasarkan American Joint Committee on
Cancer Staging Manual (dikutip oleh Rasjidi, 2010),yaitu:
a. Stadium 0 : Tahap sel kanker payudara tetap didalam kelenjar
payudara, tanpa invasi kedalam jaringan payudara normal yang
berdekatan.
`
b. Stadium I : Tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang dan batas yang
jelas (kelenjar getah bening normal).
d. Stadium II B : Tumor yang lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak ada yang
lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening
yang berhubungan dengan ketiak, atau tumor yang lebih besar dari 5
cm tapi belum menyebar kekelenjar getah bening ketiak.
Gambar2.5 StadiumII B(American SocietyofClinicalOncology)
`
lainnya, atau kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening
didekat tulang dada. Kanker payudara inflamatori (berinflamasi)
dipertimbangkan paling tidak pada tahap III B.
g. Stadium III C : Ada atau tidak tanda kanker di payudara atau mungkin
telah menyebar kedinding dada dan/atau kulit payudara dan kanker
telah menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas atau di bawah
tulang belakang dan kanker mungkin telah menyebar kekelenjar getah
bening ketiak atau kekelenjar getah bening didekat tulang dada.
I T1 N0 M0 5 – years survival
Rate 85%
T0 N1 M0
IIA T1 N1 M0 5 – years
T2 N0 M0 survival rate
T2 N1 M0 60 – 70%
IIB
T3 N0 M0
T0 N2 M0
IIIA T1 N2 M0
T2 N2 M0 5 – years
T3 N1,N2 M0 survival rate
T4 N apapun N3 M0 30 – 50%
IIIB
T apapun M0
`
9. Penatalaksanaan Medis
Menurut Sjamsu hidayat & de Jong (2012), tatalaksana kanker
payudara meliputi:
a. Pembedahan
Pembedahan dapat bersifat kuratif maupun paliatif. Indikasi
pembedahan yaitu tumor stage Tis – 3, N0 – 2, dan M0. Jenis
pembedahan kuratif yang dapat dilakukakn adalah breast conserving
treatment (BCT), mastektomi radikal klasik, mastek tomi radikal
dimodifikasi, areolaskin – sparing mastectomy, mastektomi radikal
extended, mastektomi simpel, atau lumpektomi.
1) Mastektomi radikal klasik
Pembedahan radikal klasik meliputi pengangkatan seluruh
kelenjar payudara dengan sebagian besar kulitnya, otot pektoralis
mayor dan minor, dan seluruh kelenjar limf level I, II dan III.
2) Mastektomi radikal dimodifikasi
Suatu tindakan pembedahan dengan mempertahankan
ototpektoralis mayor dan minor seandainya jelas otot – otot
tersebutbebas dari tumor, sehingga hanya kelenjar limf level I dan
II yang terangkat. Mastektomi radikal dimodifikasi ini selalu
diikuti dengan diseksi aksila dan merupakan terapi pembedahan
bakukankerpayudara.
3) Mastektomi simpel
Seluruh kelenjar payudara diangkat termasuk putting,
namun tidak menyertakan kelenjar limf aksila dan otot pektoralis.
Mastektomi simpel atau disebut juga mastektomi total hanya
dilakukan bila dipastikan tidak ada penyebaran kekelenjar aksila.
4) Breast conserving treatment (BCT)
Breast conserving treatment bertujuan untuk membuang
massa dan jaringan payudara yang mungkin terkena tumor namun
dengan semaksimal mungkin menjaga tampilan kosmetik
payudara.
Breast conserving treatment paling sering dilakukan pada
tumor stage Tis, T1, dan T2 yang penampangnya < 3 cm.
Kontraindikasi absolut breast conserving treatment antara lain
multi sentrisitas (fokus tumor terdapat pada lebih dari satu
kuadran), mikro kalsifikasi maligna luas atau di atas 3 cm, margin
positif luas (extensive intraductal component, EIC) pasca eksisi
ulang, ada riwayat radiasi payudara, dan pasien memilih
mastektomi karena merasa lebih tuntas.
Pada breast conserving treatment, hanya tumor dan
jaringan payudara sehat disekitarnya yang dibuang, oleh karena itu
pembedahan ini sering juga disebut sebagai lumpektomi.
5) Rekonstruksi segera
Rekonstruksi segera terbukti tidak mengganggu deteksi
rekurensi tumor dan tidak mempengaruhi onset kemoterapi,
asalkan tidak ada kontraindikasi secara onkologis untuk melakukan
prosedur ini.
6) Bedah paliatif
Bedah paliatif pada kanker payudara jarang dilakukan. Lesi
tumor lokoregional residif yang soliter kadang dieksisi, tetapi
biasanya pada awalnya saja tampak soliter, padahal sebenarnya
sudah menyebar, sehingga pengangkatan tumor residif tersebut
sering tidak berguna.
b. Radioterapi
Radioterapi kanker payudara dapat digunakan sebagai terapi ada
juga yang kuratif pada pembedahan BCT, mastektomi simpel,
mastektomi radikal dimodifikasi, serta sebagai terapi paliatif.
Radioterapi dapat diberikan setelah BCT untuk tumor invasif
insitu, stageI, dan stage II. Sebagai terapi adjuvan, radioterapi
diberikan pasca mastektomi tumor stage I dan II, dan sebagai
`
sandwich therapy (pembedahan dikombinasi dengan penyinaran
pradan pascabedah) pada tumor stage III.
Radioterapi diberikan dengan dua cara yaitu radiasi dari luar dan
dalam. Radiasi dari luar, seperti yang lazim dilakukan, luasnya daerah
penyinaran bergantung pada jenis prosedur bedah yang dilakukan dan
ada – tidaknya keterlibatan kelenjar getah bening. Radiasi dari dalam
atau disebut juga dengan brakiterapi, adalah menanambahan radioaktif
di jaringan payudara sekitar lesi.
c. Terapisistemik
Pada dasarnya terapi sistemik dapat berfungsi sebagai terapi
kuratif – paliatif, namun dapat juga sebagai terapi adjuvan, maupun
neo adjuvan paliatif.
1) Terapi hormonal
Terapi hormonal terdiri dari obat – obatan anti estrogen
(tamoksifen, toremifen), analog LHRH, inhibitor aromatase selektif
(anastrazol, letrozol), agen progestasional (megesterolasetat),agen
androgen, dan prosedur ooforektomi.
2) Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker payudara dapat terdiri atas kemoterapi
adjuvan atau paliatif. Kemoterapi adjuvan adalah kemoterapi yang
diberikan pasca mastektomi untuk membunuh sel – sel tumor yang
walaupun asimtomatik mungkin tertinggal atau menyebar secara
mikroskopik. Kemoterapi neo adjuvan adalah kemoterapi uang diberikan
sebelum pembedahan untuk memperkecil besar tumor sehingga dapat
diangkat dengan lumpektomi atau dengan mastektomi simpel. Regimen
kemoterapi yang paling sering digunakan yaitu CMF (siklofosfamid,
metotreksat, dan 5 – fluorourasil), FAC (siklofosfamid, adriamisin, dan 5
– fluorourasil), AC (adriamisin dan siklofosfamid), CEF (siklofosfamid,
epirubisin, dan 5 – fluorourasil).
3) Terapi biologi
Terapi biologi berupa terapi anti ekspresi HER2 / neu
menggunakan pemberi trastuzumab. Trastuzumab diberikan setiap 3
minggu selama 1 tahun pada pasien dengan reseptor HER2/neu yang
positif 3 bersamaan dengan kemoterapi adjuvan.
10. Komplikasi
Menurut Smeltzer & Bare (2010), kanker payudara yang bermetastasis
dapat menyebabkan peningkatan mortalitas. Kanker dapat bermetastasis
ke pembuluh limfatik dan hematogen yang menyebabkan limf edema,
ketulang, paru–paru, hepar, pleura, adrenal, kulit, dan otak.
Menurut Andrews (2010), kanker payudara dapat bermetastasis dan
menyebab gangguan diorgan–organ tertentu,diantaranya:
a. Metastasis hati. Metastasis kanker payudara kehati memiliki prognosis
buruk.
b. Metastasis paru – paru. Metastasis kanker payudara ke paru – paru
biasanya ditandai dengan napas pendek.
c. Efusi pleura. Pengumpulan cairan pada ruang pleura ini disebabkan
oleh penumpukan sel kanker dan berefek menekan paru – paru.
Biasanya menunjukkan napas pendek dan nyeri saat inspirasi.
d. Efusi perikardium. Pengumpulan cairan dalam perikardium yang
disebabkan oleh infiltrasi tumor jarang terjadi.
e. Asites maligna. Merupakan penyakit sekunder yang jarang terjadi pada
wanita penderita kanker payudara. Penumpukan sel kanker diantara
peritoneum abdomen dapat menyebabkan akumulasi cairan dalam
rongga peritoneum. Volume akumulasi cairan tersebut dapat sangat
banyak dan menyebabkan ketidaknyamanan serta menimbulkan sesak
napas jika cairan mengakibatkan penekanan pada diafragma.
f. Hiperkalsemia. Kondisi ini merupakan komplikasi kanker payudara
yang sering terjadi dan disebabkan oleh peningkatan destruksi tulang
osteoklastik sehingga terjadi pelepasan kalsium kedalam aliran darah.
Kadar kalsium darah yang lebih tinggi dari normal dapat menyebabkan
mual, rasa haus yang tinggi, disorientasi, dehidrasi,dan poliuri, serta
`
kadang kala dapat menyebabkan perubahan tingkat kesadaran.
g. Metastasi otak. Manifestasi kondisiini sangat bervariasi termasuk gejala
peningkatan tekanan intrakranial, seperti sakit kepala, muntah, limbung,
gangguan penglihatan, dan kerusakan fungsi intelektual,
defisitneurologis spesifik pada area penyakit, seperti lemah atau hilang
keseimbangan, atau yang jarang terjadi, kejang.
h. Kompresi medula spinalis. Penumpukan metastasis penyakit dalam
vertebrata atau dura dapat menyebabkan kompresi medula spinalis.
Gangguan ini dimanifestasikan dengan kelemahan pada lengan atau
tungkai, gangguan spinkter,dan perubahan sensori.
i. Meningitis karsinoma. Keterlibatan dalam metastasis kanker payudara
dapat menyebabkan sakit kepala, konfusi, diplopia, paralisis saraf
kranial, dan gangguan sensasi.
`
Satu dari lima kanker payudara memiliki sejenis protein pemicu
pertumbuhan yang disebut HER2/neu (disingkat HER2). Kanker payudara
yang memiliki status ER (-), PR (-), dan HER2/neu (-), yang disebut sebagai
tripel negatif, cenderung agresif dan prognosisnya buruk.
f. Biopsi
1) FineNeedleAspirationBiopsy(FNAB)
Dengan jarum halus sejumlah kecil jaringan dari tumor diaspirasi
keluar lalu diperiksa di bawah mikroskop. Jika lokasi tumor terpalpasi
dengan mudah, biopsi dapat dilakukan sambil mempalpasi tumor.
2) Corebiopsy
Biopsi ini menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar
sehingga dapat diperoleh spesimen silinder jaringan tumor yang
tentu saja lebih bermakna dibandingkan Fine Needle Aspiration 3.
Biopsy (FNAB).
Corebiopsy dapat membedakan tumor yang non ivasif dengan
yang invasif serta grade tumor. Corebiopsy dapat digunakan untuk
membiopsi kelainan yang tidak dapat dipalpasi,tetapi terlihat pada
mamografi.
3) Biopsi terbuka
Biopsi terbuka dilakukan bila pada mamografi terlihat adanya
kelainan yang mengarah ke tumor maligna, hasil Fine Needle
Aspiration Biopsy (FNAB) atau corebiopsy yang meragukan.
4) Sentinelnodebiopsy
Biopsi ini dilakukan untuk menentukan status keterlibatan kelenjar
limf aksila dan parasternal (internal mammary chain) dengan cara
pemetaan limfatik. Prosedur ini bermanfaat untuk staging nodus,
penentuan / prediksi terapi adjuvan sistemik, dan penentuan
tindakan diseksi regional.
`
Penanganan yang dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi
peningkatan pada pasien kanker payudara adalah dengan melakukan deteksi
dini dan bagaimana upaya untuk menurunkan angka kejadian tersebut
(American cancer society, 2014).
Penerapan EBM dilakukan di ruangan rawat inap laika waraka RSUD
Bahteramas kota Kendari pada tanggal 25 agustus sampai 27 agustus.
Prosedur dalam penerapan EBM ini dilakukan dengan memperhatikan kondisi
klinis pasien, mengkaji data dasar pasien yang meliputi umur, berat badan,
tinggi badan, IMT, dan protokol ataua gen kemoterapi.
Adapun penerapan EBM yang dapat diberikan atau dilakukan pada Ny
“Y” dengan kasus ca mammae stadium akhir yaitu :
1. Kemoterapi
Pada kanker payudara stadium 4, kemoterapi menjadi metode
penanganan utama. Kemoterapi dapat diberikan dalam bentuk cairan, pil,
ataupun dalam bentuk infus. Sasaran obat yang diberikan tidak hanya sel
kanker di lokasi utama, tapi juga sel kanker yang sudah menyebar
kebagian tubuh lain. Sayangnya, obat kemoterapi ini selain mematikan sel
kanker, juga dapat berdampak pada sel-sel sehat dalam tubuh. Selain itu,
juga dapat memberi efek samping yang cukup berat. Pada stadium lanjut,
kemoterapi mungkin diberikan bersama dengan terapi hormon.
2. Terapi hormon
Terapi hormon dapat diberikan pada wanita yang perkembangan
kankernya dipengaruhi hormon. Dengan kata lain, terapi hormon dapat
diberikan pada penderita kanker dengan reseptor hormon yang positif.
Obat-obatan yang termasuk dalam terapi hormon antara lain adalah
tamoxifen, anastrozole, exemestane, dan letrozol.
3. Terapi target
Sekitar 20% wanita penderita kanker payudara, memiliki sel-sel
kanker yang berkembang cepat karena terlalu banyak kandungan protein
yang disebut HER2. Salah satu obat yang bisa menargetkan protein
tersebut adalah trastuzumab.Obat ini dapat diberikan untuk menghambat
pertumbuhan sel kanker secara spesifik, sekaligus membantu menambah
kekebalan tubuh.
4. Terapi radiasi
Langkah ini digunakan untuk menghancurkan atau menghambat
pertumbuhan sel-sel kanker melalui pemberian radiasi Rontgen. Terapi
jenis ini tepat digunakan jika penyebaran sel kanker telah diketahui secara
pasti. Selain dapat disinari pada area kanker berkembang, radiasi juga bisa
dimasukkan melalui jarum atau selang kedekat lokasi tumor.
5. Operasi
Penerapan operasi tergantung kepada bentuk dan pada bagian mana
kanker telah menyebar. Misalnya, kelenjar getah bening yang telah terkena
penyebaran kanker, atau metastasis pada paru-paru yang bentuknya
masih dapat dioperasi. Selain itu, pada kasus-kasus tertentu, operasi
mungkin diperlukan untuk mengangkat ovarium guna mengurangi kadar
hormon estrogen.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN CA MAMAE
Identitas Pasien
Nama : Ny “Y”
Umur : 38 tahun
Suku : Muna
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat :Watuputih
`
DATA PERKEMBANGAN I
Subjektif
Seorang wanita usia 38 tahun berasal dari raha datang kerumah sakit
bahteramas kota kendari dengan keluhan utama nyeri pada area payudara, nyeri
dada, lemas, sesak dan susah tidur dikarenakan rasa sakit yang dirasakan.
Objektif
Kesadaran : Composmentis
N : 121 x/ menit
S : 36,5
R : 28 x/ menit
Assessment
Planning
1. Psien masuk di ruangan rawat inap dalam keadaan infus telah terpasang
dari IGD(Cairan RL)
2. Menjelaskan pada keluarga pasien bahwa akan dilakukan pemasangan
oksigen (O2) dikarenakan pasien mengalami sesak nafas
3. Meminta persetujuan pasien jika bersedia untuk dipasangkan oksigen (O2)
4. Melakukan tindakan pemasangan oksigen (O2)
5. Setelah dilakukan pemasangan oksigen pasien merasa lebih baik
Evaluasi
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 125/45mmHg
N : 120 x/menit
S : 36,6
R : 28 x/menit
DATA PERKEMBANGAN II
Subjektif
Objektif
`
N : 68 x/ menit
S : 36,7
R : 20 x/ menit
Assesment
Diangnosa yang di dapatkan pada Ny “Y” yaitu pasien menderita penyakit
kanker payudara stadium IV ( camamae).
Planning
Tanggal 26 Agustus 2022 Pukul 06:15 WITA
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa akan dilakukan pemeriksaan tanda
tanda vital dan rencana pemberian terapi yang akan di jadwalkan terlebih
dahulu oleh dokter.
2. Melakakuakn tindakan pemeriksaan TTV
Keadaan umum : Composmentis
Keluhan utama : Nyeri akut
Tekanan darah : 90/60
Nadi : 68x/menit
Suhu : 36,7
Pernapasan : 20x/menit
3. Pasien mengerti apa yang di jelaskan oleh petugas bahwa ia akan di
berikan pemberian terapi yang akan di jadwalkan oleh dokter kemudian
meberitakukan kepada pasien hasil observasi yang telah kita lakukan
bahwa tekanan darah pasien rendah yaitu 90/60 di karenakan pasien
kurang tidur.
Evaluasi
`
N : 68 x/ menit
S : 36,7
R : 20 x/ menit
Assessment
Diagnosa yang didapatkan pada Ny “Y” yaitu pasien menderita penyakit
kanker payudara stadium IV (camamae)
Planning
Tanggal: 27 Agustus 2022 Pukul: 06.020 WITA
Evaluasi
Tanggal: 27 Agustus 2022 Pukul: 06.35 WITA
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Skenario
Ibu Yeni berusia 38 tahun datang ke RSUD Bahteramas Kendari
dengan keluhan nyeri Akut Pada payudara. Suami Ny “Y” mengatakan 3
tahun yang lalu Ny”Y’ sudah merasakan benjolan disekitar payudara
sebelah kiri, namun pihak keluarga lebih mempercayai Dukun sebagai
tempat berobat dibandingkan medis. Dari riwayat keluarga bahwa ibu
`
Ny”Y” meninggal dunia 10 tahun yang lalu akibat menderita kanker
payudara. Kemudian suami membawa Ny”Y” berobat ke dokter dimana
sudah dengan kondisi sel kanker lebih besar atau tumbuh lebih dalam ke
jaringan. Dokter mendiagnosis bahwa pasien menderita kanker payudara
Stadium III. Pada tahun 2022 tepatnya bulan 3 tanggal 22 Ny”Y”
melakukan poto Thorax diruangan Radiologi RSUD Bahteramas Kota
Kendari dan melakukan Operasi serta kemotrapi untuk mengangkat sel
kanker pada payudara. Kemudian setelah dilakukan operasi dan dilakukan
kemotrapi dan perawatan selama beberapa hari keluarga membawa ny”Y”
pulang dan melakukan perawatan rawat jalan (kontrol) dikarenakan
masalah ekonomi rawat jalan yang seharusnya tetap dilakukan terhenti
begitu saja dikarenakan ketidak cukupan biaya, setelah Ny”Y” tidak kuat
menahan rasa sakit pihak keluargapun membawa Ny”Y’ ke RSUD
Bahteramas pada tanggal 24 agustus dan dipindahkan ke Ruang Rawat
Inap Laika Waraka Bedah pada hari kamis tanggal 25 Agustus 2022.
Dari hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan kanker telah menyebar dari
payudara ke Organ Tubuh yang lain seperti paru-paru, jantung, hati, kulit,
dan tulang. Dimana ibu terus menerus menangis karna kesakitan,nyeri
pada dada,nafsu makan turun drastis,berat badan turun,sesak nafas serta
lemas. Dan pada hari minggu pagi ibu mengalami pendarahan sekitar 300-
500 cc.
`
Angka harapan hidup yang ada di tiap jenis kanker juga umumnya
berdasarkan statistik dari keberhasilan pengobatan, maupun data kematian
pasien jenis kanker tersebut selama beberapa tahun ke belakang. Sehingga di
kemudian hari, angka ini masih bisa berubah menjadi lebih baik, terutama jika
ditemukan perawatan baru yang lebih efektif.
Hal yang terpenting untuk para pasien kanker adalah untuk terus
menjalani perawatan yang dianjurkan oleh dokter dan tetap membekali diri
dengan pengetahuan seputar kanker yang diderita. Bahkan, sebuah penelitian
menyebutkan bahwa pasien kanker yang aktif menjalani pengobatan dan
menggali lebih banyak informasi mengenai penyakitnya, memiliki angka
keberhasilan perawatan lebih tinggi.
Pemeriksaan klinis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
radiologi untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas terkait kondisi
payudara pasien. Selain itu pemeriksaan radiologi juga bisa digunakan untuk
kepentingan penentuan stadium. Adapun pemeriksaan radiologi yang
dianjurkan pada diagnosis kanker payudara yaitu: Mamografi, Ultrasonografi
(USG), CT Scnan, BoneTumor, dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
`
Misalnya menjaga pola makan atau menambah porsi olahraga.
2. Mencari tahu informasi tindakan penanganan segera
Dokter onkologi biasanya sudah mengetahui bagaimana
penanganan untuk pasien kanker payudara stadium IV. Beberapa
penanganannya antara lain adalah kemoterapi yang biasanya menjadi obat
utama penanganan kanker stadium lanjut.Kemudian terapi hormon yang
akan diberikan jika sel kanker tumbuh karena ada pengaruh hormon yang
ada di dalam tubuh. Selanjutnya ada terapi radiasi yang bertujuan untuk
menghambat penyebaran sel kanker. Terakhir ada operasi yang biasanya
dilakukan ketika ukuran dan lokasi tumor masih dapat dioperasi.
3. Komitmen untuk melakukan terapi
Hal terakhir yang harus Anda lakukan adalah komitmen. Memiliki
kanker payudara stadium IV ini sangat bergantung dengan terapi, oleh
karena itu harus konsisten dan berkomitmen dalam menjalani terapi.
Jangan sampai malas atau bahkan lupa untuk menjalani terapi.Tentu tidak
mudah menjalani pengobatan dan penanganan kanker payudara stadium
IV.
JURNAL
`
`
`
`
`
`
`
`
`
`
`
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ca.mamae adalah suatu kanker yang terbentuk di sel-sel payudara.
Kanker payudara dapat terjadi pada wanita dan jarang pada pria. Gejala
kanker payudara termasuk benjolan di payudara, keluarnya cairan berdarah
dari puting, dan perubahan bentuk atau tekstur puting atau payudara.
Penanganan kangker payudara tergantung pada stadium kanker yang dialami.
Adapun penanganan yang dapat dilakukan pada pasien kanker payudara dapat
terdiri dari kemoterapi, radiasi, dan operasi.
Setelah memberikan asuhan keperawatan pada Ny “Y” yang mengalami
Ca. mammae metastase di RSUD Bahteramas Kota Kendari ruangan laika
waraka bedah yang dilaksanakan selama 3 hari yaitu tanggal 25 Agustus 2022
– 27 agustus 2022, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada pasien Ny “Y”, yang
mengalami Ca mammae metastase didapatkan keluhan, sebagai berikut :
sesak nafas, nyeri akut, nyeri dada, susah tidur di karenakan rasa sakit
yang dirasakan, nyeri dipunggung, dan lemas.
2. Pada kasus Ny “Y” ini, ditemukan 6 diagnosa kebidanan aktual dan 3
diagnosa risiko, antara lain:
a. Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan.
b. Risiko syok dengan faktor risiko hipovolemik
c. Nyeri kronis berhubungan dengan agen pencedera (Ca. mammae)
d. Kerusakanintegritaskulitberhubungandengangangguansirkulasi
e. Risiko infeksi dengan faktor risiko kerusakan integritas kulit
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas
g. Defisi perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan
h. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi
i. Risiko jatuh dengan faktor risiko anemia.
3. Perencanaan disusun dengan cara mencantumkan prioritas masalah,
tujuan, kriteria hasil, dan berdasarkan pada intervensi yang sesuai dengan
diagnosa yang ada pada tinjauan teori. Dan perencanaan yang disusun
penulis dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi pasien, kemampuan
bidan, situasi dan sarana yang mendukung yang ada di RSUD Bahteramas
di ruangan laika waraka bedah.
`
4. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat
untuk mengatasi masalah dan dalam pelaksanaannya tidak semua
intervensi dilaksanakan sendiri oleh penulis, akan tetapi turut melibatkan
keluarga pasien dan tim kesehatan lainnya.
5. Evaluasi yang dilakukan setelah melakukan tindakan kebidanan atau
disebut juga evaluasi proses, sedangkan evaluasi hasil dilakukan sesuai
dengan batasan waktu yang ditentukan dalam tujuan kebidanan. Dalam
evaluasi ini, ada masalah yang hasilnya teratasi, yaitu masalah pasien
sesak nafas dapat teratasi dengan pemasanagn O2, Anemia dapat tetatasi
dengan dilakukannya transfusi darah. Dan diagnosa lainnya belum teratasi,
dikarenakan kondisi pasien yang belum stabil.
6. Pada tahap dokumentasi asuhan kebidanan pada pasien Ny “Y” yang
mengalami Ca.mammae metastase, penulis mendokumentasikan semua
masalah kebidanan dengan baik, baik dalam bentuk catatan kebidanan
pada status pasien maupun dalam catatan asuhan perawatan yang penulis
miliki.
B. Saran
Adapun saran – saran yang dapat penulis berikan untuk perbaikan
dalam meningkatkan mutu asuhan kebidanan adalah sebagai berikut:
a. Bagi mahasiswa
Diharapkan pada mahasiswa untuk lebih aktif mencari informasi
dan ilmu – ilmu kesehatan guna mendapatkan pengetahuan yang lebih dan
bisa diterapkan saat praktek (memberikan asuhan kebidanan) dan hal
tersebut juga akan memudahkan dalam hal penyusunan laporan untuk
diseminarkan.
b. Bagi institusi pendidikan
Kepada pihak institusi pendidikan hendaknya juga memperhatikan
sarana dan prasarana pendidikan, seperti buku – buku perpustakaan dan
literature kebidanan lainnya yang terbaru, agar lebih memudahkan dan
memfasilitasi mahasiswa dalam hal penyelesaian tugas.
c. Bagi rumah sakit
Diharapkan rumah sakit dapat terus memberikan pelayanan
perawatan kepada pasien dengan tepat dan sesuai dengan prosedur dan
melakukan pemeriksaan penunjang, serta pendokumentasian dengan
lengkap sehingga dapat terlaksananya suatu proses kebidanan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, Gilly. 2010. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Bulechek, Gloria M., dkk. 2013. Nursing: Intervention Classification (NIC) Sixth
Edition. US America : Elsevier Mosby.
Haryati, F., & Sari, D. N. A. (2019). Hubungan body image dengan kualitas hidup
pada pasien kanker payudara yang menjalankan kemoterapi. Health Sciences and
Pharmacy Journal, 3(2), 54.https://doi.org/10.32504/hspj.v3i2.138
KNKP.http://kanker.kemkes.go.id/guidelines_read.php?id=2&cancer=1 diakses
pada 18 Juni 2016.