Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI ENERGI


LISTRIK MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING
PADA SISWA KELAS VI B MI NEGERI 3 PARIGI

Oleh:
Nama : NGATMAN
NIM :
Rombel : Guru Kelas MI_ Rombel 6
Angkatan : 2 Tahun 2022

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Selama ini pembelajaran IPA khususnya materi energy listrik di kelas yang
dilaksanakan di kelas VI B MI Negeri 3 Parigi pada umumnya cendrung masih
mengikuti pola pembelajaran model klasik, yaitu lebih banyak sekedar bersumber dari
buku penunjang saja. Hal ini menyebabkan pengerahuan atau ilmu yang diterima peserta
didik hanya sebatas konsep, teori, dan hukum yang menjadi hafalan dan cerita saja.
Baiknya pembelajaran IPA pada materi energi listrik dibuat agar lebih bermakna
sehingga mampu meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan peserta didik pada
kelas VI B MI Negeri 3 Parigi, selain itu menumbuhkan minat dan semangat belajar
peserta didik juga menjadi faktor utama dalam upaya terwujudnya tujuan belajar. sebab
tidak mungkin peserta didik yang dalam hatinya tidak memiliki semangat belajar akan
dapat menerima ilmu yang diberikan oleh guru dengan baik.
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menekankan pada pemberian langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah
(Khoerunisa, 2013: 107). Sehingga jelaslah bahwa pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
harus memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk dapat memahami alam
sekitar yang nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu tujuan
pembelajaran IPA menurut Permendikbud No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah, Deskripsi Kompetensi mata pelajaran IPA Sekolah
Dasar kelas V dan VI adalah Menunjukkan perilaku keimanan kepada Tuhan Yang Maha
Esa sebagai hasil dari pengamatan terhadap objek IPA, menunjukkan sikap ilmiah: rasa
ingin tahu, jujur, logis, kritis, disiplin, dan tanggung jawab melalui IPA, mengajukan
pertanyaan: apa, mengapa, dan bagaimana tentang alam sekitar, melakukan pengamatan
objek IPA dengan menggunakan panca indra dan alat sederhana, menyajikan data hasil
pengamatan alam sekitar dalam bentuk tabel atau grafik, membuat kesimpulan dan
melaporkan hasil pengamatan alam sekitar secara lisan dan tulisan secara sederhana, dan
menjelaskan konsep dan prinsip energi listrik.
Berdasarkan kenyataan, ada beberapa faktor yang menyebabakan beberapa peserta
didik mengalami kesulitan dalam memahami konsep, kurang memahami materi, bahkan
ada beberapa peserta didik yang justru mengganggu tamannya pada saat belajar, antara
lain :
1. Faktor pendidik, pada saat peserta didik tampak kurang aktif, kemudian guru
mencoba mengambil tindakan lebih aktif dibanding peserta didik, Hal ini tidak sesuai
dengan kaidah pembelajaran IPA dimana yang terjadi harus sebaliknya.
2. Faktor peserta didik,
3. Hasil prestasi akademik peserta didik yang rendah, hal ini terlihat dari hasil penilaian
pada nilai-nilai yang diperoleh pada ujian mata pelajaran sebelumnya.

Dari hasil observasi yang dilakukan, ditemukan fakta bahwa peserta didik lebih
pasif, sedangkan guru cenderung aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
cenderung masih bersifat satu arah. Maka dibutuhkan suatu proses pembelajaran yang
dapat membuat siswa dapat lebih memahami konsep energi listrik berdasarkan aktifitas
sendiri.

Salah satu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi peserta didik untuk dapat
melakukan pembelajaran dengan aktif dan memahami konsep energi listrik adalah model
Discovery Learning

Penemuan (Discovery) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa
dimana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan untuk mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang
digariskan secara jelas. Seperti yang telah diungkapkan oleh Russefendi dalam
(Nurdiansyah 2008: 93) yang menyatakan bahwa Discovery Learning adalah metode
mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tanpa pemberitahuan langsung;
sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, terdapat beberapa masalah yang
ditemukan di lapangan, maka dapat disusun identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Rata-rata peserta didik belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
diinginkan, hal tersebut disebabkan peserta didik tidak diajak melakukan penemuan
melalui kegiatan pengamatan atau penyelidikan langsung.
2. Pembelajaran Student Centre Learning, tidak berjalan sebagaimana mestinya. Guru
masih mendominasi proses pembelajaran, sedangkan peserta didik cenderung pasif
3. Peserta didik kurang bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut
disebabkan kurangnya aktivitas peserta didik dalam menyimak pelajaran.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, dengan
melihat batasan waktu maka penulis membatasi penelitian ini pada:

1. Penelitian hanya dilakukan di salah satu madrasah Ibtidaiyah Negeri Parigi yang
berada di Kabupaten Parigi Moutong, Prov. Sulawesi Tengah
2. Penelitian yang dipilih merupakan peserta didik kelas VIb MI Negeri 3 Parigi
3. Materi yang digunakan sebagai konten penelitian merupakan materi kelas VI tema 4
subtema 1 KD. 3.6 Menjelaskan cara menghasilkan, menyalurkan, dan menghemat energi
listrik.

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah aktivitas belajar peserta didik kelas VIb MI Negeri 3 Parigi selama
mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada
materi energi listrik?
2. Bagaimanakah hasil belajar peserta didik kelas VIb di MI Negeri 3 Parigi setelah
peserta didik mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model Discvery
Learning dalam materi energi listrik?

E. Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas VIb MI Negeri 3 Parigi selama
mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada
materi energi listrik
2. Meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIb di MI Negeri 3 Parigi setelah
peserta didik mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model Discvery
Learning dalam materi energi listrik

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoretis penelitian ini bermanfaat untuk memberi informasi dan
masukan bagi pengembangan pembelajaran, terutama untuk meningkatkan hasil
belajar dan aktivitas siswa dalam materi Energi Listrik pada siswa kelas VI MI Negeri
3 Parigi dengan menggunakan model discovery learning
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
Memberi masukan bagi guru agar lebih bervariasi dalam menggunakan model
pembelajaran dan lebih meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses
belajra mengajar dengan menggunakan model discovery learning untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi energi listrik kelas VI MI
Negeri 3 Parigi.
b. Bagi peserta didik
Model Discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta
didik dalam materi energi listrik pada kelas VI MI Negeri 3 Parigi. Sehingga
hasil belajar peserta didik dapat memenuhi KKM
c. Bagi madrasah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pikiran bagi
peningkatan proses belajar mengajar di MI Negeri 3 Parigi.
BAB II
KAJIAN TEORETIS

A. Hasil Belajar
Para ahli banyak mengemukakan pendapatnya tentang hasil belajar, diantaranya
Robert M. Gagne (Sagala, 2008:17) menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan
yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses
pertumbuhan saja.

James L. Mursell dalam Sagala (2008:13), mengemukakan belajar adalah upaya


yang dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri, dan memperoleh
sendiri.

Dari kedua pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
kegiatan baru yang dialami oleh seseorang yang mengalami sendiri dengan bermacam
cara.

Sedangkan menurut Gage dalam Sagala (2008:13) belajar adalah sebagai suatu
proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Artinya belajar adalah proses perubahan menuju kearah yang lebih baik berdasarkan
pengalaman yang dialami pelakunya.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar, Carrol dalam Sudjana (2010:40)


mengatakan, “hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor yaitu:

1) Bakat belajar;
2) Waktu yang tersedia untuk belajar;
3) Waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran;
4) Kualitas pengajaran;
5) Kemampuan individu

Sedangkan menurut Sudjana (2010, h. 39) Hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor
yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam
diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya.Faktor kemampuan siswa besar sekali
pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Di samping faktor kemampuan yang
dimiliki siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap
dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Adanya
pengaruh dari dalam diri siswa merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat
perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang


mempengaruhi hasil belajar berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri (internal)
dan adayang bersumber dari faktor eksternal. Faktor eksternal seperti motivasi belajar,
kebiasaan, sikap, sosial, ekonomi, faktor fisik, dan sebagainya. Sedangkan faktor
internal berupa kemampuan individu, serta kondisi fisik dan psikis

Upaya yang harus dilakukan guru dalam rangka meningkatkan hasil belajar
peserta didik menurut Pristiani dalam Rahayu (201:43 - 44) adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan fisik dan mental peserta didik


2. Meningkatkan konsentrasi
3. Meningkatkan motivasi belajar
4. Menggunakan strategi belajar
5. Belajar sesuai gaya belajar
6. Belajar secara menyeluruh
7. Biasakan berbagi

B. Model Discovery Learning

1. Definisi model pembelajaran


Mills berpendapat dalam Suprijono (2009:45) bahwa model adalah bentuk
refresentasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.

Sedangkan menurut Trianto (2010:51) model pembelajaran adalah suatu


perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

Dari beberapa pendapat yang telah disebutkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran untuk merancang bahan-bahan pembelajaran dan
membimbing pembelajaran di kelas

2. Karakterisitik discovery learning


Berikut merupakan beberapa ciri-ciri proses pembelajaran dengan menggunakan
model Discovery Learning oleh Humairoh dalam http://googleweblight.com yang
sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu:

a. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar


b. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.
c. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.
d. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil.
e. Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.
f. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
g. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
h. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.
i. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip kognitif.
j. Banyak menggunakan terminilogi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran;
seperti predeksi, inferensi, kreasi dan analisis.
k. Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar.
l. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain
dan guru.
m. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
n. Menekankan pentingnya konteks dalam belajar.
o. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
p. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman
baru yang didasari pada pengalaman nyata.

3. Langkah-langkah Pembelajaran Model Discovery Learning


Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan Discovery Learning di kelas, ada
beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran secara
umum sebagai berikut:

a. Stimulation (Stimulasi atau Pemberian Rangsangan).


Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri Taba dalam Affan
(1990:198).
Menurut Syah (2004:244) Disamping itu guru dapat memulai kegiatan
pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
c. Data Collection (Pengumpulan Data).
d. Data Processing (Pengolahan Data).
e. Verification (Pentahkikan atau Pembuktian)
f. Generalization (Menarik Kesimpulan atau Generalisasi).

C. Energi
Dikutip dari Wikipedia.com “Dalam fisika, energi atau disebut juga tenaga adalah
properti fisika dari suatu objek, dapat berpindah melalui interaksi fundamental, yang
dapat diubah bentuknya namun tak dapat diciptakan maupun dimusnahkan.” Hukum
kekekalan energi menyatakan bahwa “energi tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat diubah
ke dalam bentuk yang lain dan dimanfaatkan untuk kepentingan energi.”

Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat banyak sekali energi di sekitar manusia,


diataranya adalah energi matahari, energi listrik, energi kinetic, energi panas, dan masih
banyak lagi.

Energi listrik adalah energi utama yang dibutuhkan bagi peralatan listrik atau
energi yang tersimpan dalam arus listrik. Listrik memiliki satuan amper yang disimbolkan
dengan A dan tegangan listrik dengan satuan volt yang dilambangkan dengan V dengan
daya listrik Watt yang dilambangkan dengan W.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setingan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3
Parigi yang berada di desa Tinombala Barat Kecamatan Ongka malino Kabupaten Parigi
Moutong Provinsi Sulawesi tengah. Penulis mengambil tempat ini dengan pertimbangan
bekerja pada Madrasah tersebut sehingga dapat memudahkan dalam mencari data dan
memaksimalkan waktu yang sangat singkat.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VI b pada MI Negeri 3 Parigi.
Jumlah peserta didik yang menjadi subjek dalam penelitian ini sebanyak 23 peserta didik
C. Teknik dan Instrumen pengumpulan data
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap proses
pembelajaran secara langsung. Seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (2010) observasi
adalah proses mencermati jalannya tindakan. Pengamatan ini dilakukan dengan
mengisi lembar observasi yang disediakan oleh peneliti untuk mengamati aktivitas
guru dan peserta didik.
2. Tes.
Tes dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang hasil belajar
terhadap materi persamaan dan perbedaan 2 teks. Tes diberikan pada setiap siklus.
Kemampuan membaca diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda Seperti yang
diungkapkan oleh Burhan Nurgiyantoro (2010: 377) yang menyatakan bahwa ada dua
macam tes kompetensi membaca yaitu tes kompetensi membaca dengan merespon
jawaban dan tes kompetensi membaca dengan mengonstruksi jawaban sendiri. Tes
kompetensi membaca dengan merespon jawaban menurut Burhan Nurgiyantoro
(2010: 377) digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dengan cara
memilih jawaban yang disediakan oleh pembuat soal
3. Tes wawancara
Tes wawancara dilakukan guna memperoleh informasi dengan cara menanya
langsung kepada peserta didik tentang pelajaran yang diberikan oleh guru. Sehingga
guru dapat mengevaluasi apa saja yang harus benahi pada pembelajaran selanjutnya.
D. Analisis Data
Sumber data penelitian ini adalah peserta didik, teman sejawat, dan kepala
madrasah. Sedangkan dalam pengumpulan data menggunakan teknik operasional
langsung (peneliti senidiri sekaligus pengajar), tes tulis dan observasi. Jenis data yang
diperlukan adalah jenis data kualitatif dan kuantitatif yang berkenaan dengan :

1. Analisis data kuantitatif


Dalam pengolahan data kuantitatif, penulis mengambil pedoman penskoran tes tulis.
2. Analisis data kualitatif
Analisis data kualitatif terdiri atas analisis data hasil observasi.

E. Indikator Kinerja/Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian ini meliputi keberhasilan proses dan
keberhasilan hasil. Keberhasilan proses yaitu terlaksananya RPP dalam proses
pembelajaran. Terlaksananya RPP dikatakan berhasil jika setelah proses analisis data
dilakukan didapatkan hasil rata-rata 3,49-4,00 atau terlaksananya RPP dalam proses
pembelajaran terlaksana dengan baik.

Indikator keberhasilan hasil dapat dilihat dari peningkatan pemahaman siswa


selama proses pembelajaran. Jika pemahaman siswa 85 % memiliki kategori baik selama
pembelajaran. Selain itu juga peningkatan prestasi dengan mengadakan pretes dan postes.
Dikatakan berhasil jika 85% siswa telah mencapai nilai minimal 70 (sesuai KKM yang
ditentukkan MI Negeri 3 Parigi).

F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas. Menurut
Isacc (dalam Muslich, 2009:144) penelitian tindakan kelas didesain untuk memecahkan
masalahmasalah yang diaplikasikakn secara langsung di dalam kelas

Siklus 1

Pelaksanaan Siklus 2
Tindakan 2 /
Observasi 2

Siklus 3
Pelaksanaan
Tindakan 3 /
Observasi 3

Mengacu pada Gambar di atas, maka tahapan perencanaan tindakan yang akan
dilakukan pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap rencana tindakan
a. Permintaan izin kepada Kepala MI Negeri 3 Parigi
b. Permintaan kerjasama dengan guru kelas VI MI Negeri 3 Parigi
c. Observasi dilakukan untuk mengetahui gambaran awal mengenai situasi,
kondisi dan proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya di kelas VI.
Kegiatan observasi meliputi pengamatan terhadap teknik pembelajaran yang
digunakan oleh guru, kondisi kelas, keterampilan, dan sikap siswa pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran serta prestasi atau capaian pengetahuan
(kognitif) yang didapatkan dari rata-rata nilai ulangan sebelumnya.
d. Identifikasi Masalah Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi rendahnya
kemampuan membandingkan isi dua teks dengan membaca sekilas dalam
kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang dirasakan perlu adanya perbaikan.
e. Merumuskan alternatif tindakan Merumuskan alternatif tindakan yang akan
dilaksanakan dalam pembelajaran dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas V dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi persoalan
faktual.
f. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran siklus 1.
g. Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas.
h. Membuat alat evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa.
2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
a. Membuka pelajaran dengan salam dilanjutkan dengan berdoa
b. Mengecek kehadiran siswa
c. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai koran dan tabloid yang
diperlihatkan.
d. Guru memberikan pertanyaan tentang teks bacaan sebagai penggalian apersepsi
siswa.
e. Guru menjelaskan materi ajar yang akan dilaksanakan.
f. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
g. Guru menggali konsepsi awal siswa dengan mengajukan pertanyaan mengenai
definisi dari membaca sekilas.
h. Guru membagi siswa kedalam 7 kelompok.
i. Guru mempersilahkan siswa untuk bergabung dengan kelompoknya masing-
masing.
j. Guru memperlihatkan gambar kuda poni dan kuda zebra.
k. Guru menstimulus siswa untuk dapat bertanya untuk merumuskan masalah
mengenai gambar yang ditampilkan.
l. Guru menulis beberapa perumusan masalah yang diharapkan dari siswa di
papan tulis.
m. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami kembali
rumusan masalah yang ditulis di depan.
n. Guru mempersilahkan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang ada
berupa jawaban sementara (hipotesis) dari apa yang telah siswa ketahui
sebelumnya.
o. Guru menuliskan beberapa hipotesis yang diajukan oleh siswa di papan tulis.
p. Guru membagikan teks bacaan tentang "Kuda poni" dan "Mengenal kuda"
kepada masingmasing anggota dalam kelompok.
q. Guru membimbing siswa dalam menjawab satu persatu hipotesis dengan cara
membaca sekilas kedua teks yang diberikan.
r. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya.
s. Guru membagikan tes membandingkan dua teks kepada setiap siswa.
t. Siswa dimta mengerjakan tes dalam waktu sepuluh menit dengan cara
membaca sekilas.
u. Siswa mengumpukan jawaban tes.
v. Siswa diminta menyimpulkan hasil pembelajaran.
w. Guru menutup pembelajaran
3. Observasi
Tahap observasi adalah mengamati seluruh proses tindakan dan pada saat
selesai tindakan. Fokus observasi adalah aktivitas guru dan peserta didik. Aktifitas
guru dapat diamati mulai pada tahap awal pembelajaran, saat pembelajaran, dan
akhir pembelajaran. Data aktivitas guru dan peserta didik diperoleh dengan
menggunakan lembar observasi dan tes.
Observasi ini dilakukan bersamaan dengan saat melakukan tindakan.
Kegiatan observasi ini dilakukan oleh guru kelas VI dan juga beberapa orang
lainnya yang berperan sebagai observer
4. Refleksi
Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau
yang dilakukan oleh guru maupun peserta didik (Arikunto, 2010: 19). Refleksi
merupakan pengkajian terhadap data yang dihasilkan dikorelasikan dengan hasil
observasi yang dilakukan oleh bebrapa observer, sehingga mendapatkan perbaikan
dari proses pembelajaran sebelumnya untuk diterapkan pada pembelajaran
selanjutnya. Refleksi dilakukan dengan mengacu pada hasil observasi yang telah
dianalisa selama proses dan pada saat selesai pembelajaran, yang terdiri atas
aktivitas guru maupun peserta didik. Jika hasil yang dicapai pada siklus I belum
sesuai indikator keberhasilan yang direncanakan, maka akan dilakukan refleksi
mengenai proses pembelajaran. Kemudian akan dianalisa tentang alternatif
pemecahannya dan selanjutnya direncanakan untuk melaksanakan tindakan
berikutnya. Dengan demikian, diharapkan pada siklus selanjutnya indikator
kebersahilan dapat tercapai.

Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan tindakan
siklus I. Hanya dilakukan beberapa perbaikan terhadap kelemahan siklus I berdasarkan
hasil refleksi. Pelaksanaan siklus II merupakan penyempurnaan dari pelaksanaan siklus
I. Begitu seterusnya hingga tercapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
Siklus III

Pelaksanaan tindakan pada siklus III tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan tindakan
siklus II. Hanya dilakukan beberapa perbaikan terhadap kelemahan siklus II
berdasarkan hasil refleksi. Pelaksanaan siklus III merupakan penyempurnaan dari
pelaksanaan siklus II. Begitu seterusnya hingga tercapai kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai