Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cita-cita Bangsa Indonesia dengan kemerdekaannya ialah kebebasan untuk

hidup mandiri membangun masyarakat adil dan makmur di atas tumpah darahnya

yang kaya akan berbagai sumber alam untuk bergerak bebas di dunia, membantu

atas dasar persamaan derajat dan mewujudkan suatu dunia yang damai. Agar cita-

cita luhur tersebut dapat diwujudkan, kemerdekaan yang telah berhasil direbut

harus diisi dengan berbagai bidang pembangunan. Karena dengan pembangunan,

yaitu pembangunan secara menyeluruh dalam semua sector yang melibatkan

semua lapisan masyarakat dalam pembangunan, tujuan mulia yang dicita-citakan

1
tersebut dapat terwujud.

Salah satu aspek yang berperan dalam pembangunan tersebut adalah

dengan adanya penanaman modal atau investasi yang besar. Kegiatan penanaman

modal di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1967, yaitu sejak dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.

Keberadaan kedua instrumen hukum itu diharapkan agar investor baik investor

2
asing maupun investor domestik dapat menanamkan investasinya di Indonesia.

1 Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta : PT.


Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 2.
2
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 1.

Universitas Sumatera Utara


Terlepas dari pendapat pro dan kontra terhadap kehadiran investasi asing,

dimana pihak investor dalam negeri takut didominasi dan dieksploitasi oleh para

investor asing. Padahal di sisi lain, pihak investor asing sangat dibutuhkan untuk

perkembangan suatu Negara. Namun secara teoritis kiranya dapat dikemukakan

bahwa kehadiran investasi asing di suatu negara mempunyai manfaat yang cukup

luas (multiplier effect). Manfaat yang dimaksud yakni kehadiran investor asing

dapat menyerap tenaga kerja di negara penerima modal, dapat menciptakan

demand bagi produk dalam negeri sebagai bahan baku, menambah devisa apalagi

investor asing yang berorientasi ekspor, dapat menambah penghasilan negara dari

sektor pajak, adanya alih teknologi (transfer of technology) maupun alih

3
pengetahuan (transfer of know how).

Sekalipun kehadiran investor membawa manfaat bagi negara penerima

modal, di sisi lain investor yang hendak menambahkan modalnya juga tidak lepas

dari orientasi bisnis (business oriented), apakah modal yang diinvestasikan aman

dan bisa menghasilkan keuntungan. Selain pertimbangan ekonomi, investor juga

mempertimbangkan non-ekonomi seperti jaminan keamanan, stabilitas politik,

penegakan hukum dan sosial budaya merupakan faktor penentu yang tidak kalah

4
pentingnya untuk menentukan keberhasilan investasi.

Pada masa Orde Baru, jumlah investasi yang diinvestasikan di Indonesia

cukup tinggi yaitu investasi infrastruktur dianggarkan 7 hingga 8 persen dari

Produk Domestik Bruto. Pertumbuhan penanaman modal swasta asing secara

3
Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, (Bandung : CV. Nuansa Aulia, 2007), hlm. 8.
4
Ibid., hlm. 9.

Universitas Sumatera Utara


langsung (foreign direct investment)-yakni, yang dana-dana investasinya langsung

digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat atau

fasilitas produksi seperti memberii lahan, membuka pabrik-pabrik, mendatangkan

mesin-mesin, membeli bahan baku, dan sebagainya di Negara-negara dunia ketiga

seperti di Indonesia ini, telah berlangsung secara sangat cepat selama sekian

dasawarsa terakhir ini. Apabila pada tahun 1962 nilai totalnya baru mencapai

sekitar US$ 2,4 milyar maka di tahun 1980 jumlahnya telah melonjak menjadi

sekitar US$ 11 milyar, kemudian naik lagi hingga US$ 35 milyar di tahun 1990,

5
serta berpuncak sebesar lebih dari US$ 120 milyar di tahun 1997. Hal ini

disebabkan karena stabilitas politik, ekonomi, keamanan dan pertahanan, sosial

dan kemasyarakatan dalam keadaan aman dan terkendali sehingga para investor

mendapat perlindungan dan jaminan keamanan dalam berusaha di Indonesia.

Sementara itu, jumlah investasi (khususnya saat investor asing masuk ke

Indonesia) pada masa Era Reformasi mengalami penurunan yang sangat

signifikan karena seringnya terjadi konflik di masyarakat, yaitu investasi

6
infrastruktur dianggarkan 3 hingga 4 persen dari Produk Domestik Bruto.

Ada dua hambatan atau kendala yang dihadapi dalam menggerakkan

investasi di Indonesia, sebagaimana diinventarisasikan oleh Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM), yaitu kendala internal dan eksternal. Kendala internal

yang dimaksud meliputi :

5NN, Perusahaan Multinasional, dikutip dari http://lifesupportalchemist.wordpress.com


diunggah terakhir pada tanggal 2 Aapril 2014.
6
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op. Cit., hlm. 4.

Universitas Sumatera Utara


1. Kesulitan perusahaan mendapatkan lahan atau lokasi proyek yangsesuai;

2. Kesulitan memperoleh bahan baku;

3. Kesulitan dana/pembiayaan;

4. Kesulitan pemasaran;

5. Adanya sengketa atau perselisihan di antara pemegang saham.

Sedangkan yang dimaksud dengan kendala eksternal, meliputi :

1. Faktor lingkungan bisnis, baik nasional, regional dan global yang tidak

mendukung serta kurang menariknya insentif atau fasilitas investasi yang

diberikan pemerintah;

2. Masalah hukum;

3. Keamanan maupun stabilitas politik yang merupakan faktor eksternal

ternyata menjadi faktor penting bagi investor untuk menanamkan modal di

Indonesia;

4. Adanya peraturan daerah, keputusan menteri, undang-undang yang turut

mendistorsi kegiatan penanaman modal; dan

5. Adanya undang-undang nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, yang

menimbulkan ketidakpastian dalam pemanfaatan areal hutan bagi industri

7
pertambangan.

Pada tahun 2006, karena melihat sudah terdapat situasi yang tidak relevan

lagi di bidang penanaman modal, maka Pemerintah telah mengajukan Rancangan

Undang-Undang tentang Penanaman Modal. Dan pada tanggal 29 Maret 2007,

7
Ibid., hlm. 4.

Universitas Sumatera Utara


RUU itu telah disahkan oleh DPR RI menjadi Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal.

Diharapkan dengan adanya UUPM ini, seluruh aspek yang berhubungan

dengan kegiatan penanaman modal baik bagi investor maupun negara penerima

penanaman modal dapat saling menguntungkan. Karena di dalam UUPM telah

diatur tentang fasilitas atau kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada

investor. Pemberian kemudahan ini dimaksudkan agar investor, khususnya

investor asing mau menanamkan investasinya di Indonesia. Manfaat adanya

investasi itu adalah menggerakkan ekonomi masyarakat, menampung tenaga

kerja, meningkatnya kualitas masyarakat yang berada di daerah investasi, dan

8
lain-lain.

UUPM ini merupakan UU yang mencerminkan sikap pro ataupun berpihak

terhadap investor. Karena UUPM ini begitu mengayomi berbagai kebutuhan dan

memberiikan manfaat bagi para investor. Investor yang dimaksud dalam UUPM

ini bukan hanya saja yang berasal dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri.

Sikap pemerintah di dalam UUPM ini sudah menuju kepada adanya jaminan atas

kepastian hukum yang diterapkan bagi investor. Hal ini terlihat dengan adanya

penerapan asas perlakuan yang sama bagi seluruh investor yang ingin

menanamkan modalnya.

Jika ditelaah secara khusus di dalam Pasal 3 angka (1) huruf d UUPM,

maka disebutkan bahwa asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal

8
Ibid., hlm. 7.

Universitas Sumatera Utara


negara adalah merupakan asas perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam

negeri dan penanam modal asing maupun penanam modal dari suatu negara asing

dan penanam modal dari negara asing lainnya.

Pasal 4 ayat (2) UUPM menetapkan perlakuan sama antara penanaman

modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) dengan tetap

mengacu kepada kepentingan nasional. Kaedah dalam Pasal 4 ayat (2)

mengandung dua variabel yang harus dimaknai secara utuh, yakni kewajiban

memberiiikan perlakuan sama dan mengacu pada kepentingan nasional. Hal ini

berarti perlakuan sama tersebut tidak bisa dipisahkan dengan kepentingan

nasional. Artinya, dalam keadaan-keadaan tertentu perlakuan sama tersebut dapat

tidak diterapkan kepada penanaman modal asing. Tentunya pengecualian

9
semacam ini harus sesuai dengan kesepakatan internasional.

Kemudahan yang dimaksud dalam UUPM ini terlihat juga dari adanya

peraturan akan adanya Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang bertujuan untuk

mengefisienkan proses prosedural pembuatan izin usaha. Pelayanan Terpadu Satu

Pintu (PTSP) ini merupakan cerminan dari peningkatan pelayanan pemerintah

kepada para investor. PTSP yang diatur dalam Pasal 25 ayat (5) dan 26 ayat (1)

UUPM ini bertujuan untuk membantu investor dalam memperoleh kemudahan

pelayanan, fasilitas fiskal dan informasi mengenai penanaman modal. PTSP yang

9
Asmin Nasution, Transparansi Dalam Penanaman Modal, (Medan : Pustaka Bangsa
Press, 2008), hlm. 94.

Universitas Sumatera Utara


dilakukan oleh pejabat yang berwenang ini merupakan satu kegiatan yang

memang dapat mengefisienkan waktu dan biaya para investor.

Dengan adanya pembaharuan yang sangat positif di dalam UUPM ini,

maka penulis merasa tertarik untuk mencari hubungan dari pemberlakuan asas

perlakuan yang sama bagi investor di dalam pelaksanaan PTSP di bidang

penanaman modal di Indonesia.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaturan pelayanan terhadap kegiatan penanaman

modal secara langsung (direct investment) di Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan

peraturan pelaksananya ?

2. Bagaimanakah asas perlakuan sama yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ?

3. Bagaimanakah pemberlakuan asas perlakuan yang sama dalam

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang penanaman modal ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaturan pelayanan terhadap kegiatan penanaman

modal secara langsung (direct investment) di Indonesia berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan

peraturan pelaksananya.

b. Untuk mengetahui asas perlakuan sama yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

c. Untuk mengetahui pemberlakuan asas perlakuan yang sama dalam

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang penanaman modal.

2. Manfaat Penelitian

Mengenai manfaat yang diharapkan melalui penelitian terhadap ketiga

pokok permasalahan di atas terdiri dari dua manfaat, yaitu:

a. Manfaat Teoritis.

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan menambah wawasan

ilmiah dalam khasanah ilmu hukum ekonomi, yang secara khusus terletak pada

pemahaman baru mengenai adanya suatu pengaturan tentang pemberian

pelayanan bagi para investor di dalam kegiatan penanaman modal. Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal berisikan kekayaan

akan cakupan materi yang terdiri dari seluruh aspek yang sangat berpihak kepada

kepentingan investor.

b. Manfaat Praktis.

Ditinjau dari permasalahan-permasalahan di atas, penulisan skripsi ini

diharapkan dapat memberii manfaat sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


1) Dengan adanya asas perlakuan yang sama bagi investor yang menanamkan

modalnya di Indonesia, maka asas itu akan menciptakan suatu kegiatan

investasi yang akan diminati oleh seluruh investor.

2) Dengan adanya peraturan yang tegas di bidang penanaman modal, maka

semakin terwujudlah suatu jaminan kepastian hukum berdasarkan Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

3) Dengan adanya penulisan ini, maka penulis semakin dapat mengetahui dan

memahami aspek lain yang ada di bidang penanaman modal, secara khusus di

bidang pemberian izin melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).

D. Keaslian Judul

Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di perpustakaan Pusat

Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

maka judul skripsi yang telah ada dan yang ada kaitannya dengan judul penulis

“Asas Perlakuan yang Sama dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam Bidang

Penanaman Modal” adalah sebahai berikut :

1. Winta Afrina ( 010200199 ) dengan judul skripsi “Penyelenggaraan

Penanaman Modal Asing di Indonesia menurut KEPRES No. 29 Tahun 2004.”

2. Ricky ( 040200068 ) dengan judul skripsi “ Kajian mengenai Hak Guna Usaha

dalam Rangka Penanaman Modal di Indonesia ( ditinjau dari UU No. 25 Tahun

2007.”

3. Panataran L. Raya ( 040200061 ) dengan judul skripsi “ Predictability UU No.

25 Tahun 2007 dalam Mendorong Investor Asing dalam Penanaman Modal di

Kabupaten Samosir.”

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan beberapa judul skripsi yang telah dipaparkan di atas maka

judul penulis “Asas Perlakuan yang Sama dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu

dalam Bidang Penanaman Modal ” berbeda dengan karya tulis yang pernah ada

sebelumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa skripsi ini adalah asli. Dengan

demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan terutama

secara ilmiah dan akademik.

E. Tinjauan Pustaka

1. Penanaman Modal

Di dalam pasal 1 ayat (1) UUPM disebutkan bahwa penanaman modal

adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam

negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara

Republik Indonesia.

Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan

kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman

modal untuk mengolah potensi ekonomi yang menjadi kekuatan ekonomi riil

dengan menggunakan modal yang berasal baik dari dalam maupun luar negeri.

Untuk itu, penanaman modal harus menjadi baian dari penyelenggaraan

10
perekonomian nasional.

11
Penanaman modal dapat dibagi menjadi beberapa hal berikut :

10 Dhaniswara K. Harjono, Op. Cit., hlm. 106.


11
Kuliah Hukum yang dikutip dari http://kuliahade.wordpress.com pada tanggal 20 Maret
2014.

Universitas Sumatera Utara


a. Penanaman modal dalam negeri merupakan penggunaan modal dalam negeri

baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk menjalankan usaha

berdasarkan UU 6/1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Yang

dimaksud dengan modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan

masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki

oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisisli di

Indonesia, yang disisihkan/disediakan untuk menjalankan usaha sepanjang

modal tersebut tidak diatur oleh UU 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing.

b. Penanaman modal langsung (direct-investment): penanaman modal yang

modalya yang diinvestasikan secara langsung ke dalam bidang usaha tertentu.

Modal tersebut dapat berupa uang, barang modal, know-how dan knowledge.

c. Penanaman modal tidak langsung (indirect investment): penanaman modal

yang modalnya diinvestasikan secara tidak langsung dengan melalui

mekanisme/sistem investasi lain, seperti lembaga pasar modal.

d. Joint-Venture merupakan kerja sama yang dilakukan modal asing dengan

modal nasional yang semata-mata berdasarkan perjanjian/kontrak saja

(contractual). Artinya tidak dibentuk badan hukum baru . misalnya perjanjian

kerja sama antara Van Sickel associates. Inc (badan hukum yang

berkedudukan di Delaware. USA) dengan PT. Kalimantan Plywood Factory

(badan hukum di Indonesia) untuk secara bersama-sama mengolah kayu di

Kalimantan selatan. Kerja sama ini disebut juga dengan contract of

cooperation. Corak/variasi dari joint –venture, yakni :

Universitas Sumatera Utara


1) Techinical Assisstance yaitu bentuk kerja sama yang dilakukan antara

pihak modal asing dan nasional yang berkaitan dengan skill dan cara

kerja/metode ,

2) Franchise and brand-use agreement yaitu bentuk kerja sama yang

digunakan apabila pemodal nasional ingin memproduksi barang yang

telah mempunyai reputasi terkenal. Misal: coca-cola, Mc Donalds,

Kentucky Fried Chicken dll

3) Management contract yaitu bentuk kerja sama pemodal asing dan nasional

yang berkaitan dengan pengelolaan management oleh pemodal asing

terhadap perusahaan nasional : misal dalam menajemen perhotelan,

manajemen rumah sakit, dll

4) Build, Operation, and Transfer (BOT) yaitu bentuk kerja sama antara

suatu pihak, dimana objek perjanjian dibangun, dikelola/dioperasikan

selama jangka waktu tertentu, kemudian setelah masa konsesi tersebut

diserahkan/ditransfer kepada pemilik. Misal : pembangunan department

store, hotel, jalan tol . dll

e. Joint Enterprise yaitu kerja sama antara penanaman modal nasional dan

penanaman modal asing dengan membentuk perusahaan atau badan hukum

baru sesuai hukum Indonesia sebagaimana diisyaratkan dalam Ps 2 UU PMA.

Joint enterprise lazimnya berupa PT, dengan modal berupa saham yang

berasal dari modal dalam nilai rupiah dan dalam valuta asing. Bentuk kerja

sama ini cukup diminati oleh para investor disebabkan karena :

Universitas Sumatera Utara


1) Setiap usaha di Indonesia membutuhkan rupiah untuk pembayaran harga-

harga yang lebih murah dan mudah diperoleh, pembayaran gaji pegawai,

other costs dan allowances (PMA);

2) Investor asing tidak harus menanamkan modal dalam bentuk valuta asing

dapat dalam bentuk mesin-mesin atau hasil prosuksi penanaman tersebut

(PMA);

3) Dengan bekerja sama dengan pengusaha nasional. Maka investor asing

dapat memperkecil risiko (PMA dan PMDN) .

f. Kontrak Karyamerupakan kerja sama antara modal asing dengan modal

nasional dengan membentuk badan hukum Indonesia, dan badan hukum ini

mengadakan perjanjian kerja sama dengan badan hukum lain yang

menggunakan modal nasional. Hingga saat ini ,bentuk kerja sama ini baru

terdapat dalam perjanjian kerja sama antara BUMN.

g. Production sharing adalah bentuk kerjasama, dimana pihak investor asing

memberiikan kredit kepada pihak nasional, dan pokok pinjaman dan

bunganya dikembalikan dalam bentuk hasil produksi dari perusahaan yang

bersangkutan dan mewajibkan perusahaan nasional yersebut untuk

mengekspor hasilnya ke Negara pemberi kredit.

h. Penanaman Modal denganDISC-RUPIAH (DISC: Debt Investment

Convertion Scheme), bentuk kerja sama campuran antara kredit dengan

penanaman modal. Pengembalian kredit dikonversi/diubah menjadi

penanaman modal asing. Pelunasan utang yang semula diperhitungkan

Universitas Sumatera Utara


berdasarkan valuta asing , tetapi dibayar dengan rupiah . biasanya dilakukan

untuk tagihan-tagihan kreditor asing yang tidak dijamin oleh pemerintah.

i. Penanaman modal dengan kredit investasi yang mana dalam praktik

penanaman modal ini banyak dilakukan oleh para investor nasional untuk

membiayai proyeknya yang ada di Indonesia. Awalnya berupa kredit

investasi dari dana-dana luar negeri, menjadi model nasional melalui joint-

venture yang prosesnya agak berbelit.

j. Portofolio investment merupakan investasi yang dilakukan melalui pembelian

saham baik melalui pasar modal maupun melalui penempatan modal pihak

ketiga dalam perusahaan. Bentuk kerja sama ini dalam praktik telah lama dan

lazim dilakukan oleh investor keturunan cina.

2. Asas Perlakuan yang Sama

Suatu produk hukum yang dikeluarkan oleh aparat pembentuk peraturan

perundang-undangan pastilah mengacu pada asas dianggap perlu untuk dapat

mewujudkan suatu tujuan yang ingin dicapai dari produk hukum tersebut. Sama

halnya dengan UUPM ini yang menganut ada 10 asas, yaitu asas kepastian

hukum, asas keterbukaan, asas akuntabilitas, asas perlakuan yang sama dan tidak

membedakan asal negara, asas kebersamaan, asas efisiensi berkeadilan, asas

berkelanjutan, asas berwawasan lingkungan, asas kemandirian dan asas

keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Jika ditelaah secara khusus di dalam Pasal 3 angka (1) huruf d UUPM,

maka disebutkan bahwa asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal

negara adalah merupakan asas perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam

negeri dan penanam modal asing maupun penanam modal dari suatu negara asing

dan penanam modal dari negara asing lainnya.

Pasal 4 ayat (2) UUPM menetapkan perlakuan sama antara penanaman

modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) dengan tetap

mengacu kepada kepentingan nasional. Kaedah dalam Pasal 4 ayat (2)

mengandung dua variabel yang harus dimaknai secara utuh, yakni kewajiban

memberiikan perlakuan sama dan mengacu pada kepentingan nasional. Hal ini

berarti perlakuan sama tersebut tidak bisa dipisahkan dengan kepentingan

nasional. Artinya, dalam keadaan-keadaan tertentu perlakuan sama tersebut dapat

tidak diterapkan kepada penanaman modal asing. Tentunya pengecualian

12
semacam ini harus sesuai dengan kesepakatan internasional.

Di dalam Pasal 6 ayat (1) UUPM ditetapkan juga bahwa adanya kewajiban

pemerintah memberiikan perlakuan yang sama kepada semua penanaman modal

yang berasal dari negara mana pun yang melakukan kegiatan penanaman modal di

Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan ini

merupakan penerapan dari prinsip most favoured nations dalam perdagangan

13
internasional.

Klausul Most-Favoured Nation (MFN) adalah klausul yang mensyaratkan

perlakun non-diskriminasi dari suatu negara terhadap negara lainnya. Perlakuan

12
Asmin Nasution, Op. Cit., hlm. 94.
13
Ibid., hlm. 99

Universitas Sumatera Utara


ini diberikan karena masing-masing negara terikat dalam suatu perjanjian

internasional. Berdasarkan klausul ini salah satu negara yang memberiikan

perlakuan khusus atau preferensi kepada suatu negara, maka perlakuan tersebut

harus juga diberikan kepada negara-negara lainnya yang tergabung dalam suatu

perjanjian. Klausul ini menurut Houtte, memberiikan suatu derajat perlakuan sama

(equitable treatment) dalam hubungan ekonomi internasional. Dengan klausul ini,

14
hubungan-hubungan perdagangan internasional dapat berkembang.

Negara Indonesia yang menganut sistem ekonomi yang bebas terkendali

atau mixed economy tidak terlepas dan sangat tergantung pada sistem perdagangan

internasional, dimana dewasa ini perdagangan internasional menggunakan sistem,

ketentuan, dan mekanisme yang telah diinisiasi oleh WTO ( World Trade

Organizations ) dengan salah satu bentuk aturan main (investasi) adalah TRIMs

( Agreement on Trade Related Investment Measures ). Atas dasar ketentuan

tersebut, kegiatan penanaman modal di Indonesia secara logis-yuridis terikat

kepada prinsip-prinsip penanaman modal internasional dari WTO dan TRIMs.

Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :

a) Prinsip Nondiskriminasi

Prinsip ini mengharuskan host country untuk memperlakukan secara sama

setiap penanam modal dan penanam modal di Negara tempat penanaman

modal dilakukan.

14 Roni, Sumber Hukum Perdagangan Internasional. Dikutip


dari http://roniqueenet.blogspot.com pada tanggal 24 Maret 2014.

Universitas Sumatera Utara


b) Prinsip Most Favoured Nations ( MFN )

Prinsip ini menuntut perlakuan yang sama dari Negara host terhadap

penanam modal dari Negara asing yang satu dengan penanam modal dari

Negara asing yang lainnya yang melakukan aktivitas penanaman modal di

Negara mana penanaman modal itu dilakukan.

c) Prinsip National Treatment

Prinsip ini mengharuskan Negara host untuk tidsk membedakan perlakuan

antara penanam modal asing dengan penanam modal daam negeri di Negara

15
host tersebut.

Perlakuan yang sama tidak berlaku bagi penanam modal dari suatu Negara

yang memperoleh hak istimewa. Hak istimewa itu antara lain hak istimewa yang

berkaitan dengan kesatuan kepabeanan, wilayah perdagangan bebas, pasar

bersama (common market), kesatuan moneter, kelembagaan yang sejenis, dan

perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah asing yang bersifat

bilateral, regional atau multilateral yang berkaitan dengan hak istimewa tertentu

16
dalam penyelenggaraan penanaman modal.

Dengan ditempatkannya berbagai asas di dalam UUPM ini maka dari sini

pastilah akan lahir suatu kebijakan tentang penanaman modal yang berjangka

panjang dan harus menjadi pusat perhatian oleh berbagai pihak yang terkait

dengan dunia penanaman modal ini.

15
Dhaniswara K. Harjono, Op. Cit., hlm. 110.

16 Ibid., hlm. 110.

Universitas Sumatera Utara


3. Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Dunia penanaman modal pastilah tidak terlepas dari dunia bisnis yang

mana lebih mengarah bagaimana pergerakan bisnis yang ada di suatu negara. Jika

berbicara tentang dunia bisnis, maka tidak akan terlepas kaitannya dengan

pelayanan publik. Karena dengan baiknya pelayanan publik maka akan semakin

baik.

Jika dikaitkan dengan UUPM, maka UUPM ini telah mengatur suatu

sistem yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik yang ada pada

bidang penanaman modal yang dinamakan “Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(PTSP)” yang dianggap dapat mempermudah penanam modal untuk mengurus

berbagai perizinan dalam rangka menjalankan kegiatan penanaman modal dengan

cara para calon investor tidak perlu lagi mendatangi ke berbagai instansi pemberi

izin.

Di dalam Pasal 26 ayat (1) UUPM dinyatakan bahwa Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP) ini bertujuan untuk membantu penanam modal dalam

memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas, fiskal dan informasi mengenai

penanaman modal. Segala sesuatu yang akan dibutuhkan oleh penanam modal

akan dijelaskan secara kompherensif oleh petugas yang telah diberi kewenangan

untuk itu.

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dilakukan oleh lembaga atau

instansi yang berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat

pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang

Universitas Sumatera Utara


memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan di tingkat pusat atau lembaga

atau instansi yang berwenang mengeluarkan perizinan dan non perizinan di

provinsi atau kabupaten/kota.

Jika Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dilakukan di bidang penanaman

modal secara efektif dengan didasari atas adanya asas perlakuan yang sama

terhadap penanam modal, maka sudah menjadi kepastian bahwa kegiatan

penanaman modal yang ada di Indonesia akan diminati dan dapat berkembang

dengan baik.

F. Metode Penelitian

Penelitian adalah termasuk dalam penelitian kepustakaan yang bersifat

normatif, yaitu penelitian yang menggunakan data sekunder. Data penelitian

17
tersebut meliputi :

1. Jenis penelitian
20
Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif .

Penelitian hukum normatif terutama dilakukan untuk penelitian norma hukum

dalam pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaidah atau apabila hukum

dipandang sebagai sebuah kaidah yang perumusannya secara otonom tanpa

18
dikaitkan dengan masyarakat.

17 Soejono Soekanto, Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hal 9-10.


18
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, ( Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2007 ), hal. 57.

Universitas Sumatera Utara


Penelitian normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer yaitu

peraturan–peraturan yang berkaitan dengan penerapan asas perlakuan yang sama

dan pengaturan tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).

2. Bahan Hukum

Bahan atau data yang dicari berupa data sekunder yang terdiri dari :

a) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri

dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 6 Tahun 2011

tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan dan Pelaporan Peayanan Terpadu

19
Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal.

b) Bahan hukum sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan

hukum primer yang bersumber dari peraturan perundang-undangan dan

dokumen hukum, dan data yang bersumber pada bahan hukum sekunder yang

20
terdiri dari buku-buku ilmiah dan tulisan-tulisan hukum.

c) Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang dapat memberiikan petunjuk

atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus,

ensiklopedi, indeks kumulatif, dll.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan

(library reaseacrh) yaitu serangkaian usaha untuk memperoleh data dengan jalan

19
Ibid. hal 23-24.
20
Ibid. hal. 24.

Universitas Sumatera Utara


membaca, menelaah, mengklarifikasi, mengidentifikasi, dan dilakukan

pemahaman terhadap bahan-bahan hukum yang berupa peraturan perundang-

undangan serta buku-buku literatur yang ada relevansinya dengan permasalahan

penelitian. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan

secara sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari

teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori,

pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan dengan

21
permasalahan penelitian .

4. Teknik Analisis Data.

Analisis data dilakukan dengan metode deduktif dan interpretative

sepanjang mengenai penerapan asas perlakuan yang sama dalam Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (PTSP) yangdipergunakan dengan metode pendekatan

perbandingan hukum.

G. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi yang berjudul “Asas Perlakuan Yang Sama Dalam

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Bidang Penanaman Modal”, sistematika

penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

21
Ibid. hal. 24.

Universitas Sumatera Utara


Berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan dan

metode penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II PELAYANAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL SECARA

LANGSUNG (DIRECT INVESTMENT) BERDASARKAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN

MODAL DAN PERATURAN PELAKSANANYA

Pada bab ini akan membahas tentang aspek hukum penanaman

modal secara langsung di Indonesia, pelayanan kegiatan

penanaman modal dan pengawasan kegiatan penanaman modal.

BAB III ASAS PERLAKUAN SAMA DALAM UNDANG -UNDANG

NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

Bab ini berisikan mengenai asas-asas penyelenggaraan kegiatan

penanaman modal di indonesia, asas perlakuan sama dalam

undang-undang nomor 25 tahun 2007

BAB IV PEMBERLAKUAN ASAS PERLAKUAN YANG SAMA DALAM

PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) DI BIDANG

PENANAMAN MODAL

Pada bab ini akan membahas tentang pelayanan terpadu satu pintu

(PTSP) di bidang penanaman modal, mekanisme pelayanan terpadu

satu pintu (PTSP), perlakuan sama antara penanam modal

Universitas Sumatera Utara


asing (PMA) dan penanam modal dalam negeri (PMDN) dalam

pelayanan terpadu satu pintu (PTSP).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang

dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai