Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ekstraksi merupakan jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan
pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang
datar antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan
cara difusi. Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena
kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran.Untuk memperoleh
materi murni dari suatu campuran, kita harus melakukan pemisahan.Berbagai teknik
pemisahan dapat diterapkan untuk memisahkan campuran. Perusahaan air minum,
memperoleh air jernih dari air sungai melalui penyaringan pasir dan arang. Air murni
untuk keperluan laboratorium atau farmasi diperoleh melalui teknik pemisahan
destilasi. Untuk memisahkan minyak bumi menjadi komponen-komponennya seperti
elpiji, bensin, minyak tanah, dilakukan melalui teknik pemisahan destilasi bertingkat.
Logam aluminium dipisahkan dari bauksit melalui teknik pemisahan elektroforesis.
Itulah beberapa contoh teknik pemisahan yang berguna untuk memperoleh materi
yang lebih murni. Melalui teknik pemisahan ternyata menghasilkan materi yang lebih
penting dan lebih mahal nilainya.

Pembahasan pada bab ini akan difokuskan pada teknik pemisahan ekstraksi.
Ekstraksi pelarut pada umumnya digunakan untuk memisahkan sejumlah gugus yang
diinginkan dan mungkin merupakan gugus pengganggu dalam analisis secara
keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugus pengganggu ini diekstraksi secara selektif.
Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang
mengandung gugus yang bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik diusahakan
agar kedua jenis pelarut (dalam hal ini pelarut organik dan air) tidak saling
tercampur satu sama lain. Selanjutnya proses pemisahan dilakukan dalamcorong
pemisah dengan jalan pengocokan beberapa kali. Partisi zat-zat terlarut antara dua
cairan yang tidak dapat campur (immiscible).

Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga
ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular. Alasan
utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
ataupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali
corong pemisah. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

1
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti
benzene, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat
ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat
digunakan untuk preparative dan pemurnian. Mula-mula metode ini dikenal dalam
kimia analisis, kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat
dan dapat digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor)
dan ion-ion logam dalam jumlah makrogram.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Ekstraksi?

2. Bagaimana pengklasifikasian ekstraksi pelarut?

3. Apa saja macam-macam ekstraksi pelarut?

4. Jelaskan apa itu ekstraksi fluida superkritis?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu ekstraksi

2. Untuk mengetahui pengklasifikasian ekstraksi pelarut

3. Untuk mengetahui macam-macam ekstraksi pelarut.

4. Untuk mengetahui apa itu ekstraksi fluida superkritis.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan
yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan
baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada
distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak
saling bercampur , seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasan nya
adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbada dalam kedua fase
pelarut.

Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran


berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling
bercampur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan sejmlah gugus
yang diinginkan dan mungkin merupakan gugs pengganggu dalam analisis secara
keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugs pengganggu ini diekstraksi secara selektif.

Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang
mengandung gugus yang bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik agar kedua
jenis pelarut (dalam hal ini pelarut organik dan air) tidak saling tercamupr satu
sama lain. Selanjutnya proses pemisahan dilakukan dalam corong pisah dengan jalan
pengocokan beberapa kali.

Untuk memilih jenis pelarut yang sesai harus diperhatikan faktor-faktor sebagai
berikut:

1. Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan konstanta
distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya.

2. Kelarutan pelarut organik rendah dalam air

3. Viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air

4. Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun

3
5. Mudah melepas kembali gugs yang terlarut didalamnya ntk keperluan analisa lebih
lanjut

Ekstraksi dapat dilakukan secara kontinue atau bertahap, ekstraksi bertahap


cukup dilakukan dengan corong pisah. Campuran dua pelarut dimasukkan dengan
corong pemisah, lapisan dengan berat jenis yang lebih ringan berada pada lapisan
atas.

Dengan jalan pengocokan proses ekstraksi berlangsung, mengingat bahwa proses


ekstraksi merupakan proses kesetimbanganmaka pemisahan salah satu lapisan
pelarut dapat dilakukan setelah kedua jenis pelarut dalam keadaan diam. Lapisan
yang ada dibagian bawah dikeluarkan dari corong dengan jalan membuka kran corong
dan dijaga agar jangan sampai lapisan atas ikut mengalir keluar. Untuk tujuan
kuantitatif, sebaiknya ekstraksi dilakukan lebih dari satu kali.

Analisis lebih lanjut setelah proses ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai


metode seperti volumetri, spektrofotometri dan sebagainya. Jika sebagai metode
analisis digunakan metode spekttrofotometri, tidak perlu dilakukan pelepasan
karena konsentrasi gugus yang bersangkutan dapat ditentukan langsung dalam
lapisan organik. Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk pelarut air maupun
organik.

Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari
padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik
karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa
mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika
bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi
berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun
sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya. [Lucas,
Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic Chemistry]

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:

 Tipe persiapan sampel


 Waktu ekstraksi
 Kuantitas pelarut
 Suhu pelarut
 Tipe pelarut

4
Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut yang
lebih kecil daripada jumlah pelarutnya banyak tetapi ekstraksinya hanya sekali
(Arsyad, 2001).

B.  Prinsip dasar dari Ekstraksi pelarut

Hukum fase Gibb’s menyatakan bahwa :

P + V = C + 2

Keterangan : P = fase

C = Komponen

V = Derjat kebebasan

Pada ekstraksi pelarut , kita mempunyai P = 2 , yaitu fase air dan organik, C= 1, yaitu
zat terlarut di dalam pelarut dan fase air pada temperatur dan tekanantetap,
sehingga V = 1, jadi kita akan dapat :

2 + 1 = 1+2, yaitu P + V = C + 2

Menurut Hukum distribusi Nernst :

Jika [X1] adalah kosentrasi zat terlarut dalam fase 1 dan [X 2] adalah kosentrasi zat
terlarut dalam fase 2, maka pada kesetimbangan,

X1, X2 didapat ; KD =

Dimana ; KD = Koefisien partisi. Partisi atau koefisien distribusi ini tidak tergantung
pada kosentrasi total zat terlarut pada kedua fase tersebut. Pada persamaan diatas
, kita dapat menuliskan koefesian aktivitas zat pada fase organik maupun pada fase
air.

Kita menggunakan istilah perbandingan distribusi (D) dengan memperhitungkan


kosentrasi total zat didalam kedua fase , Perbandingan Distribusi . Dinyatakan
sebagai berikut :

5
Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan: bila suatu zat terlarut
terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat campur, maka pada suatu
temperatur yang konstan untuk setiap spesi molekul terdapat angka banding
distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini
tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga angka
banding berubah dengan sifat dasar pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan
temperatur (Svehla, 1990).

Hukum ini dalam bentuk yang sederhana, tidak berlaku bila spesi yang
didistribusikan itu mengalami disosiasi atau asosiasi dalam salah satu fasa tersebut.
Pada penerapan praktis ekstraksi pelarut ini, terutama kalau kita perhatikan fraksi
zat terlarut total dalam fasa yang satu atau yang lainnya, tidak peduli bagaimanapun
cara-cara disosiasi, asosiasi atau interaksinya dengan spesi-spesi lain yang terlarut.
Untuk memudahkan, diperkenalkan istilah angka banding distribusi D (atau koefisien
ekstraksi E).

Jika tidak tejadi asosiasi , disosiasi atau polimerisasi pada fase – fase tersebut
dan keadaan yang kita punyai adlah ideal, maka harga K Dsama dengan D . Untuk
utjuan praktis sebagai ganti harga KD atau D , lebih sering digunakan istilah persen
eksrtaksi (E) . Ini berhubungan dengan perbandingan distribusi dalam persamaan
sebagai berikut.

D =  Dimana VW : Volume fase air

Vo : Volume fase Organik

Bila volume fase organic dan air sama , yaitu Vo = VW , D diubah menjadi :

D=

Ekstraksi dianggap kuantitatif bila : E = 100 berarti

D =  tidak tehingga ( jika Vo = VW )

C. Klasifikasi Ekstaksi

6
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara kalsik adalah

mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang diekstraksi., sebagai khelat atau

sistem ion berasosiasi. Sekarang klasifikasi didasarkan atas proses ekstraksi. Bila

ekstraksi ion logam berlangsung , maka proses ekstraksi berlangsung dengan

mekanisme tertentu Dan adapula Beberapa cara dapat mengklasifikasikan system

ekstraksi. Cara kalsik adalah mengklasifikasi berdasarkan sifat zat yang

diekstraksi, sebagai khelat atau system ion berasosiasi. Akan tetapi klasifikasi

sekarang didasarkan pada hal yang lebih ilmiah, yaitu proses ekstraksi. Bila

ekstraksi ion logam berlangsung, maka proses ekstraksi berlangsung dengan

mekanisme tertentu. Berarti jika ekstraksi berlangsung melalui pembentukan khelat

atau struktur cincin, ekstraksi dapat diklasifikasikan sebagai ekstraksi khelat.

Suatu zat pengkelat lain yang sangat penting untuk ekstraksi pelarut dari ion
logam adalah difeniltiokarbazon atau “ditizon”. Ditizon dan kelat logamnya sangat
tak-dapat larut dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut semacam kloroform dan
karbon letraklorida. Larutan reagensia itu sendiri adalah hijau tua, semenlara
kompleks logam adalah violet tua, merah, jingga, kuning atau warna lain bergantung
pada ion logamnya, logam yang membentuk ditizonat antara lain Mn, Fe, Co, Ni, Cu,
Zn, Pd, Ag, Cd, In, Sn, dan Pb. Konsentrasi kelat dalam ekstrak itu normalnya
ditetapkan secara spektrofotometris.

Golongan ekstraksi berikutnya dikenal sebagai ekstraksi melalui solvasi sebab


spesies ekstraksi disolvasi ke fase organik. Contoh dari golongan ini adalah
ekstraksi besi (III) dari asam hidroklorida dengan dietileter atau ekstraksi
uranium dari media asam nitrat dengan tributilfosfat.Kedua ekstraksi tersebut
dimungkinkan akibat solvasi spesies logam ke fase organic. Umumnya, garam logam
yang sederhana cenderung menjadi lebih dapat larut dalam pelarut yang sangat
polar seperti air daripada dalam pelarut organik yang tetapan dielektriknya jauh
lebih rendah. Banyak ion disolvasikan oleh air, dan energi solvasi itu disumbangkan
untuk merusak kisi kristal garam. Lagi pula dibutuhkan kerja yang lebih kecil untuk
memisahkan ion-ion yang muatannya berlawanan dalam pelarut dielektrik tinggi.
Kemudian, biasanya diperlukan terbentuknya suatu spesies yang tak bermuatan jika
suatu ion harus diekstrak dari dalam air ke dalam suatu pelarut organik.

7
Sebaliknya kadang-kadang, suatu spesies tak bermuatan yang dapat di-eksjrak
ke dalam suatu pelarut organik diperoleh lewat asosiasi ion-ion yang muatannya
berlawanan. Memang harus diakui bahwa sukar untuk membedakan antara pasangan
ion dan suatu molekul netral. Agaknya jika komponen-komponen-nya tetap bersama-
sama di dalam air, spesies itu akan disebut suatu molekul; jika komponen itu cukup
dipisahkan oleh air sehingga tak dapat dideteksi sebagai suatu kesatuan, maka
entitas itu akan disebut suatu pasangan ion jika memang muncul demikian dalam
suatu pelarut takpolar. Suatu contoh yang lazim dari suatu sistem ekstraksi yang
melibatkan pembentukan pasangan ion dalam fasa organiknya dijumpai dalam
penggunaan tetraphenilarsonium kloirida untuk mengekstrak permanganat, perrenat,
dan perteknetat dari air ke dalam kloroform. Spesies yang berpindah ke dalam fase
organik adalah suatu pasangan ion, [(C6H5)4As+,J. Serupa pula ekstraksi ion uranil,
UO]+, dari dalam larutan nitrat berair ke dalam pelarut seperti eter (sebuah proses
penting dalam kimia uranium) melibatkan suatu asosiasi dari [UO2+, 2NO]. Diduga
bahwa ion uranil disolvasi baik oleh eter maupun oleh air, suatu fakta yang tak
diragukan lagi mempermudah penembusan fasa organik oleh suatu pasangan ion yang
kemudian menyesuaikan diri lebih ke karakter dari pelarut itu.

Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan pembentukan pasangan


ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spesies netral yang tidak
bermuatan diekstraksi ke fase organic.Contoh yang terbaik dari golongan ini adalah
ekstraksi scandium dengan triotilamin atau uranium dengn trioktilamin.Dalam hal ini
pasangan ion terbentuk antara Sc atau U dalam asam mineral bersama-sama dengan

Sedangkan kategori terakhir merupakan ekstraksi sinergis. Nama yang digunakan


menyatakan adanya efek saling memperkuat yang berakibat penambahan ekstraksi
dengan memanfaatkan pelarut pengekstraksi. Misalkan ekstraksi Uranium dengan
Tributilfosfat (TBP) bersama-sama dengan 2-thenoyltrifluoroaseton (TTA).
Walaupun TBP maupun TTA masing-masing dapat mengekstraksi Uranium namun jika
kita menggunakan campuran dari dua pengekstraksi tersebut, kita mendapatkan
kenaikan pada hasil ekstarksi. Karena itulah ekstraksi jenis ini disebut sbagai
ekstaraksi sinergis. Pelarut organic yang dipilih untuk ekstraksi pelarut adalah
mempunyai kelarutan yang rendah dalam air (< 10%), dapat menguap sehingga
memudahkan penghilangan pelarut organic setelah dilakukan ekstraksi, dan
mempunyai kemurnian yang tinggi untuk meminimalkan adanya kontaminasi sampel.
Beberapa masalah sering dijumpai ketika melakukan ekstraksi pelarut yaitu
terbentuknya emulsi, analit terikat kuat pada partikulat, analit terserap oleh
partikulat yng mungkin ada, analit terikat pada senyawa yang mempunyai berat
molekul tinggi, dan adanya kelarutan analit secara bersama-sama dalam kedua fase.
8
Terjadinya emulsi merupakan hal yang sering dijumpai. Oleh karena itu, jika emulsi
antara kedua fase ini tidak dirusak maka recovery yang diperoleh kurang bagus.
Emulsi dapat dipecah dengan cara:

1. Penambahan garam ke dalam fase air (salting out)

2. Pemanasan atau pendinginan corong pisah yang digunakan

3. Penyaringan melalui glass-wood

4. Penyaringan dengan menggunakan kertas saring

5. Penambahan sedikit pelarut organic yang berbeda

6. Sentrifugasi

Jika senyawa-senyawa yang akan dilakukan ekstraksi pelarut berasal dari


plasma maka ada kemungkinan senyawa tersebut terikat pada protein sehingga
recovery yang dihasilkan rendah. Teknik yang dapat digunakan untuk memisahkan
senyawa yang terikat pada protein meliputi:

1. Penambahan detergen

2. Penambahan pelarut organic yang lain

3. Penambahan asam kuat

4. Pengenceran air

5. Penggantian dengan senyawa yang mampu mengikat lebih kuat.

D.Tujuan Ekstraksi

Adapun tujuan daripada ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen

kimia yang terdapat didalam simplisia. Basic daripada ekstraksi ini adalah

perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai

terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.

9
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:

1.   Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme.

Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat

modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan

kebutuhan pemakai.

2.   Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya

alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini

bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum

yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari

pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk

kelompok senyawa kimia tertentu.

3.   Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan

biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM)

seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk

diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan

melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk

memvalidasi penggunaan obat tradisional.

4.   Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara

apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya

adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada

penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi

khusus.

E. Mekanisme Ekstraksi

Proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap , yaitu :

1. Pembentukan Kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi.

10
2. Distribusi dari kompleks yang terektraksi

3. Interaksinya yang mngkin dalam fase organik.

 Pembentukan Kompleks tidak bermuatan

Pembentukan komleks tidak bermuatan merupakan tahap penting dalam ekstraksi


. Jelaslah bahwa kompleks bermuatan tidak akan terakstraksi sehingga mutlak
kompleks diekstraksi harus tampa muatan. Kompleks tidak bermuatan dapat di
bentuk melalui proses pembentukan khelat ( yaitu; khelat netral) , solvasi atau
pembentukan pasangan ion.

Pada fenomena solvasi ataupun pada ekstraksi yang melibatkan pembentukan


pasangan ion, komleks yang terbentuk dapat berupa anion atau kation yang
selanjutnya berasosiasi dengan masing – masing kation atau anion lain untuk
menghasilkan kompleks tidak bermuatan yang dapat diekstraksi ke fase organik.

Pada tahap ini penting unruk memperhatikan sifat kompleks logam dan faktor
faktor yang mempengaruhi pembentukannya . Pertama, akan dilihat kompleks
koordinasinya . Pembentukan kompleks oleh ion logam tergantung pada
kecendrungan untuk mengisi orbital atom kosong dalam usaha mencapai konfigurasi
elektron yang stabil. Sealama proses polarisasi , deformasi ion akan lebih disukai
dengan logam kation yang mempunyai muatan besar , ukuran ligan yang besar , dan
dengan ion logam yang mempunyai tipe konfigurasi atom gas yang bukan gas mulia.
Biasa nya kompleks bermuatan diusahakan untuk dinetralkan oleh muatan ion lain ,
untuk memudahkan ekstraksi.

Kestabilan kompleks koordinasi tergantung pada keasaman ion logam , kebasaan


ligan yang akan berkoordinasi, pertimbangan stereokimia serta konfigurasi kompleks
yang terbentuk . Jika logam mempunyai muatan atau valensi kation yang besar ,
keasamannya akan lebih besar pula. Perssamaan bohr menyatakan :

F=

Keterangan

 : Konstanta dielektrik
 R : jari – jari ion Z = muatan ionik
 F : Konstanta bolzman

11
Dari persamaan tampak bahwa kestabilan kompleks logam bertambah dengan
makin bertambahnya potensial ionik (Z2/2r) . Pada Umumnya , orbital – orbital atom
kosong pada unsur – unsur transisi mendukunga adanya koordinasi . Kompleks yang
berasal dari unsur – unsur yang lebih elektronegatif cendrung lebih stabil. Kita
dapat memberikan skala selektivitas dari bermacam ligan pembentuk kompleks
sebagai berikut :

CN– > SCN– > F– > OH– > Cl– > Br– > I– ( Unuk aniaon)

NH3 > RNH2 > R2NH > R3N ( Untuk ligan netral)

Golongan kompleks yang paling penting adalah Khelat. Ligan pengkhelat memunyai
peranan penting dalam ekstraksi logam sebab banyak logam – logam yang dapat
tereksitasi dan sekaligus dipisahkan . Khelat logam merupakan tipe senyawa
koordinasi dimana ion logam bergabung dengan basa polifungsional yang mampu
menempati dua atau lebih pposisi pada lingkaran koordinasi dari ion logam untuk
membentuk senyawa siklik.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan khelat

 Kekuatan basa dari gugus fungsi


 Elektronegativitas dari atom berkaitan
 Ukuran dan jumlah dari cicin khelat yang terbentuk

Tahap berikutnya yang penting pada mekanisme ekstraksi adalah proses distribusi
dari zat yang terekstraksi ke fase organik. Distribusi tergantung pada bermacam
faktor, yaitu :

 Kebasaan ligan
 Faktor stereokimia
 Adanya garam pada sistem ekstraksi

Ada beberapa elektrolit yang mempunyai kemampuan mempertinggi ekstraksi dari


kompleks. Peran utama dari elektrolit ini adalah :

· Mempertinggi kosentrasi kompleks anion melalui mekanisme aksi massa sehingga


akan menambahkan kosentrasi kompleks dan mempertinggi ekstraksi

· Akibat ikatan molekul air dengan ion elektrolit menjadikan pelarut tidak bebas
lagi.

12
· Konstanta dielektrik dari fase akua berkurang dengan bertambahnya kosentrasi
garam, selanjutnya akan mempertinggi pembentukan asosiasi ion.

Terakhir dalam pembahasan mekanisme ekstraksi adalah interahsi pada fase


organik. Interaksi ini mempengaruhi kosentrasi kompleks dan tingkat ekstraksi yang
dihasilkan. Pada ekstraksi dengan mekanisme solvasi , polimerisasi dapat terjadi.
Pada kosentrasi yang besar , polimerisasi dapat terjadi . Pada kosentrasi besar ,
polimerisasi berlangsung cepat. Polimerisasi ini mengurangi aktivitas zat asosiasi ion
dapat terjadi pada larutan polar yang encer sehingga menghasilkan pertambahan
ekstraksi .

E. Macam-macam Metode Ekstraksi

Teknik ekstraksi dapat dibedakan menjadi tiga cara yaitu ekstraksi bertahap
(batch-extraction = ekstraksi sederhana), ekstraksi kontinyu (ekstraksi samapi
habis), dan ekstraksi arah berlawanan (counter current extraction). Ekstraksi
bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan
menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula
kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi zat yang
akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan
dipisahkan. Ekstraksi kontinyu digunakan bila perbandingan distribusi relaitf kecil
sehingga untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapa tahap ekstraksi.
Efesiensi yang tinggi pada ekstraksi tergantung pada viskositas fase dan factor-
faktor lain yang mempengaruhi kecepatan tercapainya suatu kesetimbangan, salah
satu diantaranya adalah dengan menggunakan luas kontak yang besar. Ekstraksi
kontinyu counter current, fase cair pengekstraksi dialirkan dengan arah yang
berlawanan dengan larutan yang mengandung zt yang akan diekstraksi. Biasanya
digunakan untuk pemisahan zat, isolasi atau pemurnian.Sangat penting untuk
fraksionasi senyawa organik tetapi kurang bermanfaat untuk senyawa-senyawa an-
organik.

Disamping itu, terdapat macam-macam pembagian ekstraksi yang dihimpun dari


beberapa referensi. Adapun macam-macamnya adalah ekstraksi padat-cair,
ekstraksi cair-cair, ekstraksi fase padat, dan ekstraksi asam basa. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:

1. Ekstraksi padat cair (ekstraksi soxhlet)

13
Ekstraksi padat cair adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert
ke dalam pelarutnya atau digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada
padatan menggunakan pelarut organic. Proses ini merupakan proses yang bersifat
fisik, karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula
tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika
bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Padatan yang akan
diekstrak dilembutkan terlebih dahulu, dapat dengan cara ditumbuk atau dapat juga
di iris-iris menjadi bagian-bagian yang tipis. Kemudian padatan yang telah halus di
bungkus dengan kertas saring dan dimasukkan kedalam alat ekstraksi soxhlet.
Pelarut organic dimasukkan ke dalam labu godog.Kemudian peralatan ekstraksi di
rangkai dengan pendingin air.Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut
organic sampai semua analit terekstrak.

2. Ekstraksi Cair-Cair

Merupakan metode pemisahan yang baik karena pemisahan ini dapat dilakukan
dalam tingkat makro dan mikro. Dan yang menjadi pokok pembahasan dalam
ekstraksi cair-cair ini adalah kedua fasa yang dipisahkan merupakan cairan yang
tidak saling tercampur. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut
dengan perbandingan tetentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur
seperti benzene dan kloroform. Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk
praperlakuan sampel atau clean-up sampel untuk memisahkan analit-analit dari
komponen-komponen matriks yang mungkin menganggu pada saat kuantifikasi atau
deteksi analit. Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit
dari fasa air kedalam pelarut organic yang bersifat non-polar atau agak polar
seperti n-heksana, metil benzene atau diklorometana. Meskipun demikian, proses
sebaliknya juga mungkin terjadi. Analit-analit yang mudah tereksitasi dalam pelarut
organic adalah molekul-molekul netral yang berikatan secara kovalen dengan
konstituen yang bersifat non-polar atau agak polar.

3. Ekstraksi Fase Padat (Solid Phase Extraction)

Jika dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair, SPE merupakan teknik yang


relative baru, akan tetapi SPE cepat berkembang sebagai alat yang utama untuk
praperlakuan sampel atau untuk clean-up sampel-sampel kotor, misalnya sampel-
sampel yang mempunyai kandungan matriks yang tinggi seperti garam-garam,
protein, polimer, resin dan lain-lain. Keunggulan SPE dibandingkan dengan ekstraksi
cair-cair adalah:

14
1. Proses ekstraksi lebih sempurna

2. Pemisahan analit dari pengganggu yang mungkin ada menjadi lebih efesien

3. Mengurangi pelarut organic yang digunakan

4. Fraksi analit yang diperoleh lebih mudah dikumpulkan

5. Mampu menhilangkan partikulat

6. Lebih mudah diatomatisasi

Sementara itu kerugian SPE adalah banyaknya jenis cartridge (berisi penyerap
tertentu) yang beredar dipasaran sehingga reprodusibilitas hasil bervariasi jika
menggunakan cartridge yang berbeda dan juga adanya adsorbs yang bolak balik pada
cartridge SPE.

4. Ekstraksi asam basa

Merupakan ekstraksi yang didasarkan pada sifat kelarutannya. Senyawa asam


atau basa direaksikan dengan pereaksi asam atau basa sehingga terbentuk garam.
Garam ini larut dalam air tetapi tidak larut dalam senyawa organic. Salah satu
teknik yang paling penting dalam kimia analitik adalah titrasi, yaitu penambahan
secara cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A yang konsentrasinya
diketahui, kepada larutan kedua yang konsentrasinya belum diketahui, yang akan
mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Selesainya reaksi yaitu
pada titik akhir ditandai dengan semacam perubahan sifat fisis, misalnya warna
campuran yang berekasi. Titik akhir dapat dideteksi dalam campuran reaksi yang
tidak berwarna dengan menambahkan zat terlarut yang dinamakan indicator, yang
mengubah warna pada titik akhir.

F. Ekstraksi Fluida Superktiris

Fluida superkritik merupakan suatu zat yang berada dalam kondisi temperatur
dan tekanan diatas temperatur dan tekanan kritiknya. Fluida superkritik yang
berada dalam keadaa zat tersebut bersifat kompresibel dan  seperti gas (dimana
dapat menempati  ruang  dan  berbentuk  seperti ruangannya).

15
Fluida superkritik memiliki densitas yang mirip dengan fasa cairnya (diantara  0,1-1
g/ml), sehingga  memiliki kemampuan untuk melarutkan  suatu senyawa.

Oleh  karena  itu,  fluida  superkritik  dapat  juga didefinisikan sebagai  gas
berat dengan kemampuan  melarutkan  yang  dapat  dikontrol dimana fasa gas dan
cair tidak bisa dibedakan lagi. Fluida superkritik  sangat  sensitif terhadap
perubahan temperatur atau perubahan tekanan. Oleh karena itu, sifat fluida
superkritik dapat mudah disesuaikan supaya lebih kuat dengan  zat  terlarut  yang
ingin diekstrak.

Fluida supekritik dapat dicapai dengan dua cara. Pertama, menaikkan  temperatur
zat berfasa cair hingga melebihi temperatur kritiknya pada tekanan  yang yang
konstan. Kedua, apabila zat tersebut berfasa gas, maka zat tersebut harus
dikompresi pada temperatur konstan hingga melewati tekanan kritiknya. Keadaan
suatu zat direpresentasikan dengan diagram fasa seperti pada.

Titik  kritik  antara  senyawa  satu  dengan yang  lainnya  tidak sama. Oleh karena
itu, tiap senyawa memiliki karakteristik yang berbeda, khusunya pada densitas
kritiknya, dimana densitas kritik dapat menjadi penentu kefeektifan pada proses
ekstraksi. Pada tabel 1 ditampilkan kondisi berbagai pelarut pada temperatur dan
tekanan kritiknya.

Ekstraksi superkritik merupakan ekstraksi yang  menggunakan  fluida


superkritik  sebagai pelarutnya. Fluida superkritik memiliki kegunaan yang luas dan
kelebihan dibandingkan pelarut lain (Guvenc, 1998).

Menurut Randolph 1990, ekstraksi dengan fluida superkritik memiliki beberapa


kelebihan, khususnya pada industri bioteknologi. Kelebihan tersebut  antara  lain
adalah sebagai berikut:

Tingginya difusivitas fluida superkritik dapat mengatasi keterbatasan


perpindahan massa. Untuk ekstraksi pada matriks padatan berpori, dimana
manipulasi dinamika pelarut tidak memiliki efek pada laju perpindahan massa,
difusivitas yang tinggi pada fluida superkritik akan menghasilkan peningkatan  yang
sangat tinggi pada laju ekstraksi.

Fluida  superkritik  memiliki  tegangan permukaan  yang  kecil  sehingga  pori-pori


yang kecil pada matriks dapat terpenetrasi dan  terbasahi  olehnya  dibandingkan
dengan pelarut cairan biasa.

16
Kelarutan fluida superkritik sangat sensitif terhadap perubahan temperatur dan
tekanan, sehingga memberikan kemudahan memanipulasi selektivitasnya untuk suatu
ekstraksi. Ekstraksi dapat dirangkaikan dengan pemurnian  lebih lanjut dengan
fraksinasi hanya dengan mengubah tekanan atau temperaturnya.

Senyawa padatan dapat dikristalisasi dari fluida  superkritik dan ukurannya


dapat diatur dengan meengubah tekanan dan temperatur prosesnya.  Kelebihan ini
menarik perhatian industri farmasi dalam merekayasa  bentuk  obat-obatan
sehingga menjadi lebih mudah

Proses bertemperatur rendah dapat dijalankan dengan pelarut fluida


superkritik, sehingga memudahkan proses pemisahan senyawa-senyawa yang tidak
dapat  didistilasi akibat  ketidakstabilan termalnya.

Selain  kelebihan-kelebihan  yang  telah disebutkan  di  atas,  penggunaan  fluida


superkritik dapat mengurangi penggunaan pelarut organik, sehingga dapat
mengurangi masalah  lingkungan yang mungkin ditimbulkan oleh penggunaan pelarut
organik. Salah satu pelarut yang sering digunakan dalam  proses  ekstraksi
superkritik  ini  adalah karbon dioksida.

Secara umum, sistem ekstraksi superkritik terdiri dari 4 bagian: sistem


penyimpanan CO2, pompa  liquid  bertekanan  tinggi,  kolom ekstraksi, dan unit
penampung produk.

Pelarut  superkritik  dialirkan  menuju kolom ekstraksi yang di dalamnya terdapat


zat yang  akan  diekstrak  dari  rafinat. Temperatur dan tekanan dipilih sedemikian
sehingga didapatkan kelarutan zat terlarut  yang maksimum di  dalam  fluida
superkritik tersebut. Ekstraksi terjadi pada fasa superkritik tersebut. Setelah
fluida superkritik dan zat terlarut tercampur, campuran gas tersebut meninggalkan
kolom ekstraksi dan melewati kerangan ekspansi (throttle valve), dimana tekanan
menjadi menurun. Campuran kemudian ditempatkan pada separator. Oleh karena
kelarutan zat  terlarut turun drastis setelah tekanan diturunkan, presipitan zat
6terlarut terbentuk. Akhirnya, zat terlarut dapat dipisahkan dari  fluida
superkritik. Pelarut superkritik  yang  kemudian  keluar  dari separator memiliki
tekanan yang rendah dan sudah  terbebas  dari  zat  terlarut. Oleh karena itu,
supaya dapat digunakan kembali, tekanan fluida  superkritik ditingkatkan dan
dikembaliikan ke kolom ekstraksi. Ilustrasi  dari  proses  ekstraksi  dengan  fluida
superkritik ditampilkan.

17
Ekstraksi superkritik dapat dijalankan dalam berbagai mode. Pada  umumnya,
ekstraksi  pada  padatan  seringkali  dijalankan pada  mode  satu  tahap  dan
partaian. Hal ini disebabkan karena zat  padat cukup sulit ditangani secara kontinyu
pada kondisi bertekanan tinggi dan  dengan nilai faktor pemisahan yang tinggi. Pada
campuran fluida, seringkali memiliki faktor pemisahan yang membuatnya
memerlukan tahapan kontak yang multitahap, dengan mode countercurrent adalah
yang paling efektif.

G. Parameter-parameter pada proses ekstraksi dengan fluida superkritis:

1. Pengaruh temperature

Kenaikan temperature diiringi dengan penurunan densitas fluida dan penurunan


kelarutan minyak dalam fluida superkritis. Tekanan jenuh zat terlarut dalam fluida
zat terlarut meningkat seiring dengan kenaikan temperature yang akan memperbaiki
kelarutan.

2. Pengaruh tekanan

kenaikan tekanan diiringi kenaikan densitas fluida superkritis dan juga kelarutan.

3. Pengaruh ukuran partikel

Laju ektraksi akan menurun seiring dengan kenaikan ukuran partikel. Hal ini karena
resistansi difusi intrapartikel lebih kecil daripada ukuran partikel sehingga terjadi
lintasan difusi yang lebih pendek.

4. Pengaruh laju alir pelarut CO2

Laju alir pelarut yang meningkat, akan mendorong kenaikan hasil ekstraksi. Hal ini
karena laju alir massa CO2 yang tinggi akan meningkatkan efisiensi proses.

5. Pengaruh waktu ekstraksi

Waktu ektraksi terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu : ekstraksi cepat bebas solut,
tahap transisi difusi internal dan permukaan, tahap ekstraksi lambat. Waktu yang
digunakan pada tahap pertama, tergantung pada kelarutan solut dalam fluida
superkritis CO2 dan ukuran

18
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ekstraksi merupakan proses pemisahan, penarikan atau pengeluaran suatu


komponen cairan/campuran dari campurannya.

2. Berdasarkan jenis sampel yang hendak diekstrak, pemisahan kimia menggunakan


ekstraksi dibedakan menjadi 4 yaitu: Ekstraksi Padat-Cair, Ekstraksi Cair-Cair,
Ekstraksi Fase Padat dan Ekstraksi Asam Basa.

3. Teknik ekstraksi dapat dibedakan menjadi tiga cara yaitu: Ekstraksi bertahap
(batch-extraction= ekstraksi sederhana), Ekstraksi kontinyu (ekstraksi samapi
habis), dan Ekstraksi arah berlawanan (counter current extraction)

4. Beberapa masalah sering dijumpai ketika melakukan ekstraksi pelarut yaitu


terbentuknya

emulsi.

.    5 Metode ekstraksi mencakup ekstraksi secara dingin dan ekstraksi secara panas.

Ekstraksi secara dingin terdiri dari metode maserasi dan metode perkolasi.

Ekstraksi secara panas terdiri dari metode refluks dan metode destilasi uap.

6. Untuk memilih jenis pelarut yang sesuai harus diperhatikan faktor-faktor


sebagai berikut ini :

Pembanding distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan pembanding


distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya

Kelarutan rendah dalam air

Kekentalan rendah dan tidak membentuk emulsi dengan air

Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun

19
B. saran

Saran yang dapat diberikan pada makalah ini yaitu Ada suatu hubungan yang pasti
antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fasa. Nerst pertama kali memberikan
pernyataan yang jelas mengenai hukum distribusi (1981), ia menunjukan bahwa suatu
zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat campur
sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah
pada suatu temperature.

Dari pembelajaran materi ini, diharapkan kita bisa mengerti tentang ekstraksi

pelarut. Jadi, belajar itu tidak hanya dari satu buku tetapi dari buku lain kita juga

bisa, karena buku adalah ilmu pengetahuan untuk kita. Keraguan bukanlah lawan

keyakinan, keraguan adalah sebuah elemen dari kegagalan. Dan kita tidak harus

takut pada kegagalan. tetapi pada keberhasilan melakukan sesuatu yang tidak

berarti.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. N. 1997. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah . Gramedia. Jakarta.

Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik . Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press.


Jakarta.

Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro . PT.
Kalman Media Pustaka. Jakarta.

Underwood, A. L dan Day A. R. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.


Penerbit Erlangga. Jakarta.

A. Guvenc et al. 1998. Supercritical CO2 extraction of ethanol from  fermentation


broth in a semicontinuous system.  Journal  of  Supercritical Fluids. vol. 13, pp.
325-329.

Day.2002. Analisis Kimia Kuantitatif .Jakarta: Erlangga.

Khamidinal.2009. Teknik Laboratorium Kimia.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Oxtoby , David. 2001. Kimia Modern Edisi Ke Empat Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sri Mulyani. 2005. Kimia Fisika II. Malang: UM Press.

T. W. Randolph.1990. Supercritical fluid Extraction in Biotechnology.  TIBTECH,


vol. 8, pp. 78-82.

21

Anda mungkin juga menyukai