PROPOSAL PENELITIAN
OLEH:
Khumairon Nadia
3021210120
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2022
A. Latar Belakang
Pelaku tindak pidana ataupun korban dari tindak pidana itu sendiri akan
Kejahatan yang berkembang di masyarakat terdiri dari berbagai macam bentuk dan
jenis. Di Indonesia kejahatan secara umum diatur dalam buku kedua Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP), salah satu bentuknya adalah pembunuhan. Dalam
KUHP pembunuhan tergolong sebagai kejahatan terhadap nyawa yang terdiri dari
13 pasal yakni Pasal 338 sampai dengan Pasal 350. Pembunuhan berencana atau
moord merupakan salah satu bentuk dari kejahatan terhadap nyawa yang diatur
dalam Pasal 340 KUHP. Delik pembunuhan berencana merupakan delik yang
berdiri sendiri sebagaimana dengan delik pembunuhan biasa yang diatur dalam
Pasal 338 KUHP. Rumusan yang terdapat dalam delik pembunuhan berencana
merupakan pengulangan dari delik pembunuhan dalam Pasal 338 KUHP, kemudian
ditambah satu unsur lagi yakni “dengan rencana lebih dahulu”. Hal ini 2 berbeda
pembunuhan. 1
bersifat tetap. Hal ini menunjukan bahwa dalam hal terjadi suatu peristiwa
yang dianggap melanggar hukum harus ada pembuktian terlebih dahulu yang
kemudian akan dinilai oleh hakim apakah benar peristiwa tersebut merupak
adalah upaya untuk meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-
disebut dalam arti yuridis dari konteks pembuktian adalah upaya untuk
1
Adami Chazawi. 2013. Kejahatan Terhadap Tubuh & Nyawa. Jakarta: Rajawali Pers, hlm.
82
2
Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Pradnya Paramitha, 2001), hlm 1.
3
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Liberty), Yogyakarta, 2006, hlm
135
Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah
“Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa
pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,
paling lama dua puluh tahun”. Pembunuhan berencana itu dimaksudkan oleh
dan unsur obyektif. unsur subyektif, yaitu : dengan sengaja, dengan rencana
maksud untuk membunuh dengan pelaksanaannya itu masih ada tempo bagi
pembunuhan yang dimaksud pasal 338 itu dilakukan seketika pada waktu
timbul niat, sedang pembunuhan berencana pelaksanan itu ditangguhkan
setelah niat itu timbul, untuk mengatur rencana, cara bagaimana pembunuhan
itu akan dilaksanakan. Jarak waktu antara timbulnya niat untuk membunuh
masih dapat berfikir, apakah pembunuhan itu diteruskan atau dibatalkan, atau
Perbedaan lain terletak dalam apa yang terjadi didalam diri si pelaku
itu terpisah oleh suatu jangka waktu yang diperlukan guna berfikir secara
berencana yaitu hukuman mati, sanksi terberat yang berlaku dalam suatu
adalah pembunuhan berencana yang tercantum pada Pasal 340 KUHP. Ketika
merujuk pada pasal ini jelas ancaman hukuman maximal nya adalah hukuman
mati dan paling rendah yaitu selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun, namun pada kenyataan nya hal tersebut tidak terealisasi sebagai mana
dengan pembunuhan dalam 338 maupun 339 diletakkan pada adanya unsur
dengan rencana terlebih dahulu itu. Dengan rencana lebih dahulu diperlukan
saat pemikiran dengan tenang dan berfikir dengan tenang. Untuk itu sudah
cukup jika si pelaku berfikir sebentar saja sebelum atau pada waktu ia akan
4
Andi Hamzah dan M. Solehudin, 2006:111
Andi Hamzah dan M. Solehudin, 2006:112
Bassar, M. Sudrajat. 2003:14
Bassar, M. Sudrajat. 2003:16
Majelis Hakim berdasarkan fakta-fakta di persidangan menilai bahwa
bahwa pada saat melakukan perbuatannya terdakwa sadar akan akibat yang
tunduk dan taat terhadap norma hukum, tetapi dalam kenyataannya tidak
semua unsur dalam lapisan masyarakat siap dan bersiap tunduk kepada aturan
yang ada. Oleh karena itu timbul perbuatan yang melanggar hukum seperti
juga menjadi salah satu faktor pendukung pelaku dalam melakukan kejahatan.
berfikir terlebih dahulu akan akibat dari tindakannya kemudian. Dalam hal
tetap terjadi dan bahkan beberapa tahun terakhir ini nampak bahwa laju
hukumannya lebih berat dari pembunuhan biasa karena adanya unsur yang
diakibatkan oleh tingkat pendidikan, moral, akhlak dan agama yang tidak
berfungsi lagi terhadap sesama manusia. Ada hal yang perlu dicermati bahwa
sistem peradilan kita masih belum dapat menjamin sebuah proses peradilan
yang jujur dan adil. Dimana kadangkala masih terdapat hukuman yang kurang
adil atau kesalahan dalam penanganan perkara. Berkaitan dengan hal tersebut,
secara bersama-sama dan juga membahas dakwaan dan tuntutan dari jaksa
- undangan yang berlaku di Negara kita. Agar kita mengetahui apakah sudah
pidana materiil terhadap kasus pembunuhan berencana ini yakni pasal 340
5
(Marpaung, Leiden. 2010:55)
Moeljatno. 2002:8)
KUHP telah sesuai dengan fakta-fakta hukum baik keterangan para sanksi,
yang dijatuhkan oleh hakim terhadap terdakwa dalam kasus tersebut untuk
sebagian telah sesuai dengan teori hukum pemidanaan tetapi untuk bagian
memberatkan bagi para terdakwa, tidak lazim dalam suatu putusan tidak
terdakwa, dimana dalam perkara ini hanya hal-hal yang memberatkan yang
tindak pidana yang dipandang sebagai salah satu tindak pidana berat, karena
sebagian orang sebagai suatu hukuman yang setimpal, tetapi banyak juga
yang memandang bahwa pidana seumur hidup adalah hukuman yang cukup
moord merupakan salah satu bentuk dari kejahatan terhadap nyawa yang
delik yang berdiri sendiri sebagaimana dengan delik pembunuhan biasa yang
diatur dalam Pasal 338 KUHP. Rumusan yang terdapat dalam delik
dalam Pasal 338 KUHP, kemudian ditambah satu unsur lagi yakni “dengan
hukum “orang”, sebagai contoh subjek delik dalam Pasal 340 KUHP yakni
orang ini hanya satu. Pada kenyataannya kejahatan tidak melulu dilakukan
oleh satu orang. Terkadang, suatu kejahatan juga dilakukan oleh dua orang
atau lebih untuk menyelesaikan suatu delik. Dalam ajaran hukum pidana
dimana suatu delik dilakukan oleh satu orang atau lebih yang setiap orang
laku itulah lahirlah suatu tindak pidana yang disebut dengan penyertaan atau
penulis memilih judul skripsi ini, yaitu: “Analisa Putusan Pengadilan Dalam
1042/Pid.B/2019/PN Bdg)”.
B. Pokok Permasalahan
1042/Pid.B/2019/PN Bdg?
Terakreditasi yang berada dalam ruang lingkup yang sama, yaitu sebagai
berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Echwan Iriyanto & Halif dalam bentuk
sebagai berikut:
pada umumnya?
sebagai berikut:
yaitu materi yang diambil. Pada Jurnal dengan Unsur Rencana Dalam Tindak
tindak pidana yaitu Tindak Pidana Pembunuhan namun yang materi yang
Unsur rencana itu sendiri sedangkan dalam Penelitian ini lebih mengangkat
Pidana Pembunuhan namun Hukum Acara yang digunakan dalam kasus ini
adalah Restorative Justice yang mana diluar dari pesidangan sedangkan pada
sendiri. 8
atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara
F. Hipotesis
6
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986. hlm. 451
7
M.Yahya Harahap. 2008. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP :
Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali. Edisi Kedua. Jakarta.
Sinar Grafika. Hlm. 279
8
Indonesia, Undang-Undang No. 8 Republik Indonesia tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana,tahun 1981, Pasal 1 angka 16
9
Indonesia (a), Op.Cit., Pasal 1 angka 11
Hipotesis berasal dari kata hypo dan thesis yang masing-masing berart
sebelum dan dalil atau hukum atau pendapat dan kesimpulan. Hipotesis
Bdg dengan mangajukan alat bukti berupa Saksi, Bukti Surat dan
Keterangan Terdakwa.
Penuntut Umum dalam surat tuntutan tidak terbukti secara sah dan
10
Syamsul Arifin, Metode Penulisan Karya Ilmiah dan Penelitian Hukum, (Medan:
Medan Area University Press, 2012), hlm. 38
sebagaimana didakwakan dalam dakwaan primair, maka pembelaan
G. Metode Penelitian
pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan primer, bahan
(conceptual approach).
11
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Pres, 1986), hlm. 34.
12
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenanda Media Group,
2014), hlm. 47
paut dengan isu hukum yang sedang di tangani. Pendekatan undang-
hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi.
diperoleh lengsung dari masyarakat dan dari bahan Pustaka yaitu data
Menyusun skripsi ini, data yang digunakan adalah data sekunder, yang
diperoleh dari:
13
Ibid. hlm 133
14
Ibid. hlm 133
Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang
(KBBI).
dipecahkan;
hukum;
15
Ibid. hlm 213
yang dibahas. Hasil analisis bahan hukum tersebut kemudian dibahas
yaitu suatu metode berpagkal dari hal yang bersifat khusus atau suatu
BUKU
Pers, 2013.
Liberty, 2006.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
10 Desember 2019