” nah pembahasan
ini tentu masih berkaitan dengan pembahasan minggu lalu yaitu tentang “Menjemput Janji Allah”,
apa janji Allah ? “Memberikan kemenangan dan pertolongan kepada kaum muslim”.
Kalau ukhtyfillah semua sudah menyimak kajian minggu lalu tentu masih ingat dengan firman Allah
yang berbunyi :
“ Wahai orang-orang yang beriman! jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu “ (T.QS. Muhammad : 07)
siapa sih yang gak mau dapat pertolongan dari Allah ya kan? sebab pertolongan dari Allah ini tidak
akan ada yang bisa menghalang-halangi dan pertolongan dari Allah itu jauh lebih besar jika
dibandingkan misalnya dengan 10 ribu perlindungan dari tentara.
Selama ini kita mungkin tidak sadar ada banyak sekali pertolongan yang Allah berikan dalam hidup
kita termasuk dalam perkara-perkara kecil , padahal mungkin kita bukan orang yang berjuang atau
berjihad di jalan Allah? pernahkah kita merasa malu dengan Maha baik-Nya Allah meski kita belum
taat sepenuhnya tapi Allah masih memberikan kita banyak sekali pertolongan? tak adakah rasa
dihati kita ingin berbuat sesuatu yang membuat Allah senang sehingga kita layak mendapatkan
pertolongan-Nya dalam segala hal di hidup kita? Bagaimana pertolongan Allah yang luar biasa itu jika
kita dapatkan sebabkan Keta’atan tentu akan jauh lebih besar ? Bagaimana caranya?
Dahulu, ketika Hajar dan putranya Ismail ditinggalkan sendirian oleh Ibrahim di padang gersang,
Hajar hanya diminta bekerja. Mencari sumber mata air. Hajar tak menggunakan logika, Hajar hanya
meyakini janji Allah SWT, dan percaya perintah-Nya tak mungkin sia-sia. Hajar berlari dari bukit Safa
dan Marwah, selama tujuh kali. Ternyata, setelah bekerja dan bersusah payah, justru mata air itu
muncul dari dekat tendangan kaki Ismail kecil. Allah SWT benar-benar menolong Hajar, bukan
karena ikhtiarnya, tetapi karena ketaatannya.
Dari sepenggal kisah di atas, kisah yang diabadikan Alquran, maka jelaslah kemenangan itu karena
pertolongan Allah SWT. Bukan karena logika kekuatan dan jumlah, apalagi logika suara.
“Keta’atan” adalah kata kunci-nya. Taat artinya menjalankan semua perintah Allah dan
meninggalkan apa yang dilarang oleh-Nya dan ini adalah konsekuensi dari Keimanan.
Sebagai umat muslim dimana kita dikatakan oleh Rasulullah seperti satu tubuh yang bilamana ada
anggota tubuh yang sakit maka semuanya akan ikut sakit. Maka sebagai muslim kita tidah hanya
ingin mendapatkan pertolongan Allah untuk diri kita sendiri melainkan untuk semua umat muslim
dan pertolongan yang paling diharapkan oleh umat ini adalah “Kemenangan” umat islam
sebagaimana yang dijanjikan Allah dalam Q.s An-Nur ayat 55. Apalagi jika melihat kondisin umat
islam saat ini yang sangat memprihatinkan ada sauadara-saudara kita dibelahan bumi lain yang
sedang terjajah karena membela agamanya dan dibelahan bumi lain ada saudara-saudara kita yang
semakin jauh dari syariat Islam. Apakah kita hanya diam saja?
Kata kunci yang kedua untuk meraih pertolongan Allah adalah dengan “Dakwah” dan dakwah ini
juga merupakan implementasi dari Ketaatan kita kepada Allah. Dengan berdakwah maka kita telah
membantu menolong (agama) Allah. Berdakwah, menolong agama Allah SWT, itu dasarnya akidah,
keyakinan atas Allah SWT, bukan berdasarkan logika dan jumlah.
Kemenangan dakwah adalah suatu keniscayaan. Pertolongan itu ternyata ada pada puncak
penderitaan dan kesabaran. Ketika Rasul saw. dan para sahabat mengalami penderitaan, mereka
tetap bersabar dan tetap berpegang teguh pada syariat-Nya.
Tentu dalam berdakwah kita akan menemui yang namanya tantangan, oleh karenanya agar kita
tidak mudah menyerah metode dakwah yang kita gunakan harus sesuai dengan apa yang diajarkan
oleh Rasulullah Saw. Tantangan para pengemban dakwah pada hari ini pun tak berbeda dengan apa
yang pernah dialami oleh Rasulullah saw. dan para sahabat. Berbagai upaya dilakukan untuk
menjegal dan membungkam dakwah, antara lain dengan cara: Pertama, mengkriminalisasi para da’i
dengan tuduhan kaum radikal, mengancam kebhinekaan, membawa ajaran yang tidak sesuai budaya
lokal, dll. Kedua, menangkap para pegiat dakwah. Ketiga, mengkriminalisasi ajaran Islam, terutama
syariah dan khilafah.
Dakwah yang benar adalah dakwah yang didasarkan pada manhaj dakwah Rasulullah saw. Ini adalah
prinsip. Allah SWT berfirman:
“Sungguh bagi kalian pada diri Rasulullah saw. itu terdapat teladan yang baik, yakni bagi siapa saja
yang menginginkan Allah dan Hari Akhir, serta banyak mengingat Allah.” (QS al-Ahzab [33]: 21).
Keteladanan ini mencakup metode dakwah untuk menegakkan kehidupan Islam secara totalitas
(kâffah). Dengan merujuk pada Sirah Nabawiyah, dapat disimpulkan bahwa tharîqah dakwah itu
harus melalui jalan umat (‘an tharîq al-ummah), dengan tiga tahapan di dalamnya, yakni: tahapan
pembinaan (tatsqîf), tahapan interaksi dengan umat (tafa’ul ma’a al-ummah), dan tahapan
penyerahan kekuasaan (istilâm al-hukm) yang ditandai dengaan penerapan hukum Islam secara
menyeluruh dan daakwah ke seluruh penjuru dunia.
Sebagaimana Rasulullah SAW ketika berdakwah di Mekah, terus memahamkan umat, mencari
pertolongan ahlun nushroh dan tidak tergoda tawaran rekonsiliasi dari kafir Quraisy untuk berbagi
kekuasaan. Bahkan, tegas Rasululah menyatakan jika saja konsesi itu tidak sebatas kekuasaan,
bahkan hingga matahari dan bulan sebagai imbalan, Rasulullah tak mau kompromi. Rasulullah SAW
memilih tetap berada di parit-parit perjuangan, hingga Allah SWT turunkan kemenangan atau beliau
binasa karenanya.
Tak disangka, Allah SWT menggenapi syarat kemenangan, syarat berdirinya kekuasaan Islam. Tetiba
datanglah kafilah haji dari Madinah, dari suku Aus dan Khazrat. Kemudian mereka memeluk Islam.
Diutuslah Mus’ab bin Umair untuk membina masyarakat Madinah. Lagi dan lagi, Allah SWT
menggenapi syarat kemenangan. Jenderal Terkenal dan paling berpengaruh di Madinah, Sa’ad bin
Muadz, memeluk Islam dan membela dakwah Nabi. Hingga terjadi peristiwa hijrah, peristiwa
berdirinya Daulah Islam di Madinah.
Saat ini pun sama, kita fokus saja bekerja, berdakwah kepada umat tentang kewajiban menegakkan
khilafah agar syariah diterapkan. Tak perlu risau, tak perlu banyak logika, tak perlu banyak tanya,
bekerja saja dengan sabar dan ikhlas. Insya Allah, pada saatnya Allah SWT akan menggenapi syarat
kemenangan.
Doa dan dzikruLlâh tatkala Islam dan pengemban dakwahnya dipersekusi semakin penting. Doa dan
zikir bisa menguatkan ma’iyatuLlâh (kebersamaan dengan Allah) dalam setiap langkah perjuangan.
Karena itu, doa dan zikir harus menghiasi kalbu dan lisan para pejuang sebagai senjata ampuh (silâh
al-mu’min) menghadapi berbagai tantangan. Dengan doa yang khusyuk, seseorang mengingat Allah.
Dengan dzikruLlâh ia mawas diri menegakkan Islam dalam kehidupan. Sebab konsistensi pada
syariah adalah syarat pengabulan doa dari Allah.
Orang yang istiqamah dan sabar di jalan Allah, niscaya akan mendapatkan banyak keutamaan. Allah
SWT telah menjelaskan masalah ini dengan sangat jelas di dalam al-Quran dan al-Hadits. Di antara
ayat-ayat yang berbicara tentang keutamaan istiqamah adalah ayat berikut ini:
ٓ
َ ٱس َت ٰ َقمُو ْا َت َت َن َّز ُل َعلَ ۡي ِه ُم ۡٱل َم ٰلَِئ َك ُة َأاَّل َت َخافُو ْا َواَل َت ۡح َز ُنو ْا َوَأ ۡبشِ رُو ْا ِب ۡٱل َج َّن ِة ٱلَّتِي ُكن ُتمۡ ُتو َعد
ُون ۡ ِين َقالُو ْا َر ُّب َنا ٱهَّلل ُ ُث َّم
َ ِإنَّ ٱلَّذ
Sungguh orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah,” kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kalian
takut dan janganlah merasa sedih serta bergembiralah mereka dengan surga yang telah dijanjikan
Allah kepadamu.” (QS Fushshilat [41]: 30).
Karena itu sekali lagi, bekerjalah dengan ikhlas. Berdakwahlah penuh semangat. Kelak, Allah SWT
pasti akan menggenapi syarat kemenangan dan kita akan meraih pertolongan dari Allah SWT tidak
hanya dalam kehidupan pribadi kita tetapi juga pertolongan untuk seluruh kaum muslim.