Anda di halaman 1dari 22

M1.

Konsep dan Tujuan Akuntansi Biaya


a. Ruang Lingkup dan Tujuan Akuntansi biaya
Penerapan akuntansi biaya tidak terbatas pada perusahaan manufaktur. Akuntansi biaya sudah
menjadi tuntutan bukan hanya manufaktur tetapi perusahaan jasa seperti perbankan, perusahaan
asuransi, dan usaha nir-laba seperti lembaga pendidikan, rumah sakit, dan badan –badan social untuk
menerapkan konsep dan teknik akuntansi biaya.

b. Peran Akuntansi Biaya dalam Implementasi Strategi

1. Penentuan Harga Pokok


Fungsi akuntansi biaya yang pertama adalah untuk menentukan penentuan harga pokok
atas suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Jangan sampai harga yang
ditawarkan terlalu tinggi ataupun terlalu rendah oleh konsumen. Penentuan harga pokok
diperoleh dengan cara mencatat, menggolongkan, memonitor, dan meringkas seluruh
komponen biaya yang berhubungan dengan proses produksi dari data histori yang
dijadikan acuan pihak manajemen dalam penentuan harga pokok produksi.

2. Perencanaan & Pengendalian Biaya


Dasar yang digunakan dalam estimasi biaya adalah data histori dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain yang diprediksi akan memengaruhi biaya. Dalam
perencanaan dan pengendalian biaya,  pihak manajemen akan memonitor apakah terjadi
penyimpangan (ada selisih antara biaya sesungguhnya dengan perencanaan biaya). Jika
ada, pihak manajemen akan menganalisis penyebab terjadinya selisih serta
mempertimbangkan tindakan koreksi yang memang perlu dilakukan sebagai bentuk
pengendalian.
3. Pengambilan Keputusan Khusus
Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya masa yang akan datang (future cost)
karena pengambilan keputusan berhubungan dengan masa depan. Proses pengambilan
keputusan ini, sebagian besar merupakan tugas manajemen perusahaan dengan
memanfaatkan informasi biaya tersebut. Manajemen di suatu perusahaan dapat
dikelompokkan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a) Manajemen operasi, meliputi mandor dan supervisor
b) Manajemen menengah, meliputi kepala- kepala bagian, manajer divisi,
dan manajer cabang.
c) Manajer puncak, meliputi presiden direktur, wakil-wakil presiden
direktur bidang eksekutif, dan para eksekutif yang memegang fungsi
dalam perusahaan seperti fungsi produksi, pemasaran, keuangan dan
fungsi administrasi dan umum
M2. Konsep Biaya dan Sistem Akuntansi Biaya
A.pengertian biaya
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis untuk memproduksi barang/ jasa baik yang lalu,
sekarang, maupun yang akan datang, sampai barang/jasa itu dijual. Sehingga Akuntansi Biaya dapat
diartikan sebagai proses pencatatan, peringkasan, penggolongan, penyajian transaksi biaya dengan
cara-cara tertentu yang tujuannya membuat laporan biaya.
B.biaya vs beban
Di dalam semua bisnis akan terjadi biaya (cost) dan biaya (expense) . Biaya sebagai cost berbeda
dengan expense.
Pengertian Cost
Cost adalah semua biaya (kas atau sejenisnya yang dikorbankan) untuk memperoleh atau
memproduksi barang yang dianggap akan memberi manfaat di waktu yang akan datang dan oleh
sebab itu akan dicantumkan dalam neraca.
Pengertian Expense
Expense adalah pengeluaran untuk mendapatkan pendapatan pada suatu periode tertentu yang
dikurangkan pada pendapatan untuk memperoleh laba.

M3. Analisis Perilaku Biaya :


a. Klasifikasi biaya
Ada 7 dasar yang digunakan untuk mengklasifikasikan biaya, yakni:
1. Berdasarkan hubungan dengan produk:
a. Biaya Produksi
b. Biaya Periodik
2. Berdasarkan periode akuntansi/pembukuan:
a. Pengeluaran Modal
b. Pengeluaran Penghasilan
3. Berdasarkan hubungan dengan volume produksi:
a. Biaya Variabel
b. Biaya Tetap
c. Biaya Semi Variabel
4. Berdasarkan hubungan dengan tujuan pengawasan:
a. Biaya Standar
b. Biaya Taksiran
c. Biaya Sesungguhny
5. Berdasarkan hubungan dengan departemen produksi:
a. Biaya Departemen Produksi
b. Biaya Departemen Pembantu
c. Biaya Langsung Departemen
d. Biaya Tidak Langsung Departemen
6. Berdasarkan hubungan dengan fungsi dalam perusahaan:
a. Biaya Produksi,
b. Biaya Pemasaran
c. Biaya Administrasi dan Umum
d. Biaya Keuangan

B.Metode Titik Tertinggi dan Terendah (High and Low Point Method).

Contoh 1

Berikut disajikan data kegiatan dan biaya reparasi & pemelihara an pada PT Mustika tahun 2003
yakni :

Bulan Ke Biaya Reparasi & Pemeliharaan Jam Mesin

1 750.000 6.000
2 715.000 5.500
3 530.000 4.250
4 600.000 4.000
5 600.000 4.500
6 875.000 7.000
7 800.000 6.000
8 1.000.000 8.000
9 800.000 6.000
10 750.000 6.000
11 550.000 4.500
12 600.000 4.500

8.570.000 66.250

Bia Reparasi & Pemeliharaan pd Tingkat Kegia-

tan Tertinggi dan Terendah

Tertinggi Terendah Selisih


Jumlah Jam Mesin 8.000 4.000 4.000
Biaya Repr & Pemelhr. Rp. 1.000.000 Rp. 600.000 Rp. 400.000

Gambar 01. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan pada


Tingkat Kegiatan Tertinggi dan Terendah
Unsur Biaya Variabel dalam biaya reparasi dan pemeliharaan dihitung sebagai berikut :

Biaya variabel = Rp. 400.000 : 4.000 = Rp. 100 per jam mesin

Perhitungan unsur biaya tetap dalam biaya reparasi dan pemeliharaan mesin disajikan sebagai
berikut :

Titik Kegiatan Tertinggi Titik Kegiatan Terendah


Biaya Reparasi & peme- Rp. 1000.000 Rp. 600.000
liharaan mesin yg terja
di.
Rp. 100 x 8.000 800.000
Rp. 100 x 4.000 Rp. 400.000

Biaya Reparasi & Peme Rp. 200.000 Rp. 200.000


liharaan Tetap

Gambar 02. Perhitungan Unsur Biaya Tetap

Fungsi biaya reparasi dan pemeliharaan tersebut dinyatakan secara matematis, berbentuk fungsi linier
yakni :

Y = 200.000 + 100x

2) Metode Scattergraph
Metode scattergraph dapat digunakan untuk menganalisis perilaku biaya . Dalam metode ini, biaya
yang dianalisis disebut variabel dependen dan diplot digaris vertical atau yang disebut sumbu y .
aktivitas terkait disebut variabel independent misalnya biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja
langsung dan diplot sepanjang garis horizontal disebut sumbu x .Sumbu x menunjukkan jumlah jam
tenaga kerja langsung dan sumbu y menunjukkan biaya listrik .

Peningkatan biaya listrik ketika jam kerja langsung meningkat , peningkatannya dapat dihitung :

Rata-rata biaya bulanan – elemen tetap = Rata-rata bulanan elemen variabel dari biaya

$570 - $440 = $130

Rata-rata bulanan elemen variabel biaya = biaya variable perjam tenaga kerja langsung

Rata-rata bulanan jam tenaga kerja langsung

$130 = $0,0037 per jam tenaga kerja langsung

Metode scattergraph merupakan kemajuan dari metode tinggi rendah karena metode ini menggunakan
semua data yang tersedia bukan hanya dua titik data . Metode ini memungkinkan inspeksi data secara
visual untuk menentukan apakah biaya tersebut tampak terkait dengan aktivitas itu apakah
hubungannya mendekati linear . Meskipun demikian, suatu analisis perilaku biaya menggunakan
metode scattergraph bisa saja menjadi bias karena garis biaya yang digambar melalui plot data
berdasarkan pada interpretasi visual .

Metode Biaya Berjaga ( Standby Cost Method)


Metode ini mencoba menghitung berapa biaya yang harus tetap dikeluarkan andaikata perusahaan
ditutup untuk sementara, jadi produknya sama dengan nol.

Contoh : Berdasarkan data di atas, misal pada tingkat reparasi dan pemeliharaan 8.000 jam mesin per
bulan biaya yang dikeluar kan sebesar Rp. 1.000.000. Sedangkan menurut perhitungan, apabila
perusahaan tidak berproduksi, biaya reparasi yang tetap harus dikeluarkan adalah sebesar Rp. 400.000

Maka penentuan biaya variable dan tetap dapat ditentukan sebagai berikut :

Biaya yang dikeluarkan pada Rp. 1.000.000


tingkat 8000 jam mesin

Biaya Tetap ( Biaya berjaga) Rp. 400.000

Selisih Rp. 600.000

Biaya Variabel per jam = Rp. 600.000 : 8000 = Rp. 75 per jam mesin
Dengan demikian fungsi biaya reparasi dan pemeliharaan tersebut dapat dinyatakan secara matematis
sbb

Y = 4.00.000 + 75 x

Metode Kuadrat Terkecil ( Least Squares Method)

Dalam persamaan garis regresi : y = a + bx, dimana y merupakan variable tidak bebas
(dependent variable), yaitu variabel yang perubahannya ditentukan oleh perubahan pada variabel
x yang merupakan variabel bebas (independent variable). Variabel y menunjukkan biaya,
sedangkan variabel x menunjukkan volume kegiatan.

Rumus perhitungan a dan b dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :

b = n ∑(xy) - ∑x ∑ y
n ∑x2 - (∑x)2
a = ∑y - b(∑x)
n

Bln ke Bia Repr&Peml


(Rp.1000) Jam Mesin
y. x. xy. x2
1 750 6000 4500000000 36000000
2 715 5500 3932500000 30250000
3 530 4000 2120000000 16000000
4 600 4000 2400000000 16000000
5 600 4500 2700000000 20250000
6 875 7000 6125000000 49000000
7 800 6000 4800000000 36000000
8 1000 8000 8000000 64000000
9 800 6000 4800000000 36000000
10 750 6000 4500000000 36000000
11 550 4500 2475000000 20250000
12 600 4500 2700000000 20250000

∑y ∑x. ∑xy. ∑x2


8570000 66000 41060500000 380000000

b. = 12 x 41.060.500.000 – 66.000. x 8570000 =


12 x 380.000.000 – (66.000)2

a. = 8.570.000 – b x 66.000 =
12

Jadi biaya reaparasi dan pemeliharaan mesin tersebut terdiri dari


Biaya variabel = Rp. 115 per jam mesin ( 0,115 x Rp.1.000)
Biaya tetap = Rp. 79.270 per bulan
Atau fungsi linier biaya tersebut adalah : Y = 79.270 + 115x

M.4 SISTEM PERHITUNGAN BIAYA


Aliran Biaya dalam Perusahaan Manufaktur
Akuntansi biaya berkaitan dengan pencatatan dan pengukuran elemen biaya saat sumber dana yang berhubungan mengalir melalui proses produksi. Saat terjadinya pencatatan akuntansi, biaya manufaktur mengalir melalui perkiraan- perkiraan dalam cara yang parallel dengan aliran sumber daya melalui proses
produksi. Semua biaya manufaktur tidak mempedulikan biaya tetap maupun biaya
manufaktur. Artinya bahwa semua biaya manufaktur mengalir melalui perkiraan
barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Sehingga merefleksikan asumsi
penyerapan tenaga kerja penuh (full absorption cost).
Buku besar umum dari suatu perusahaan manufaktur berisi perkiraan-
perkiraan yang sama dengan yang biasa ditemukan dalam buku besar umum lainnya,
diantaranya bahan baku, beban gaji, pengandalian overhead, barang dalam proses,
barang jadi, dan harga pokok penjualan. Akun-akun tersebut digunakan untuk
mengatur dan mengukur aliran biaya dari perolehan bahan baku, melalui operasi
pabrik, sampai ke harga pokok penjualan. Akun-akun biaya adalah perlunasan dari
akun-akun buku besar dan berhubungan dengan akun buku besar.
Aliran Biaya Manufaktur Menggunakan Ayat Jurnal Umum dan Akun T
pembayaran secara kredit beban dibayar dimuka

kas utang usaha kas beban dibayar dimuka


xxx xxx xxx xxx

pembelian dan perbaikan aktiva tetap pembayaran untuk sumber daya


kas bangunan & peralatan kas (nama akun)
xxx xxx xxx xxx

pembayaran upah dan gaji pembelian bahan baku & perlengkapan secara
kredit
kas beban gaji ymh dibayar utang usaha persediaan bahan baku
xxx xxx xxx xxx

Pencatatan beban gaji Mengeluarkan perlengkapan pabrik (bahan baku


tidak langsung ke produksi)

Pengendali overhead
beban gaji ymh dibayar beban gaji persediaan bahan baku pabrik
xxx xxx xxx xxx

Mengeluarkan berbagai biaya manufaktur tidak Bagian manufaktur dari pembayaran dimuka yang
langsung secara kredit telah habis masa berlakunya

Pengendali overhead Pengendali overhead


utang usaha pabrik beban dibayar dimuka pabrik
xxx xxx xxx xxx

Bagian manufaktur dari penyusutan Bagian manufaktur dari berbagai sumber daya lain
yang digunakan

Pengendali overhead Pengendali overhead


Akumulasi penyusutan pabrik (nama akun) pabrik
xxx xxx xxx xxx
Membebankan semua tipe biaya tenaga kerja tidak langsung
Mengeluarkan
ke produksibahan baku langsung ke produksi

Pengendali overhead pabrik


beban gaji xxx Persediaan bahan baku Barang dalam proses
xxx xxx xxx

Membebankan biaya overhead ke produksi Membebankan biaya tenaga kerja langsung ke produksi

Pengendali overhead
pabrikDarang dalam prosesBeban gajiBarang dalam proses
xxxxxxxxxxxx

Membebankan biaya dari unit yang telah selesai keMembebankan biaya dari unit yang terjual ke akun akun barang jadiharga

Barang dalam proses Barang jadi Barang jadi Harga pokok penjualan
xxx xxx xxx xxx

B.Pelaporan Hasil Operasi


Hasil operasi dari perusahaan manufaktur dilaporkan dalam bentuk laporan
keuangan konvensional, sama seperti jenis bisnis lainnya. Laporan keuangan tersebut
mengikhtisarkan operasi suatu periode dan menunjukkan posisi finansial pada suatu
periode.
1. Laporan Laba Rugi
Dalam laporan laba rugi, harga pokok penjualan ditampilkan sebagai satu
angka. Meskipun praktik ini diikuti untuk laporan yang dipublikasikan, tambahan
informasi diperlukan untuk kebutuhan internal

Laporan harga pokok penjualan merupakan suatu daftar biaya produksi termasuk estimasi
untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead dibebankan yang
diperlukan untuk periode anggaran tersebut.
Bentuk dari laporan harga pokok penjualan:
PT “X”
LAPORAN HARGA POKOK PENJUALAN
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL…………….
Bahan baku
Persediaan bahan baku awal XXX
Pembelian XXX
Bahan baku tersedia digunakan
XXX
Dikurangi:
XXX
Bahan baku tidak langsung yang digunakan
XXX
Persediaan bahan baku akhir
XXX
Bahan baku yang XXX
digunakan Tenaga kerja XXX
langsung Overhead pabrik:
Bahan baku tidak langsung
XXX
Tenaga kerja tidak langsung XXX
Penyusutan XXX
Asuransi XXX
Overhead pabrik umum XXX
XXX
Total biaya manufaktur XXX
Ditambah persediaan barang dalam proses awal XXX
XXX
Dikurangi persediaan barang dalam proses akhir XXX
Harga pokok produksi XXX
Ditambah persediaan barang jadi awal XXX
Barang tersedia untuk dijual XXX
Dikurangi persediaan barang jadi akhir XXX
Harga pokok penjualan XXX
Bentuk dari laporan laba rugi perusahaan manufaktur:
PT “X”
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL…………….
Penjualan XXX
Dikurangi harga pokok penjualan XXX
Laba kotor XXX
Dikurangi beban komersial XXX
Laba operasi XXX
Dikurangi provisi pajak penghasilan XXX
Laba bersih XXX

2.Neraca
Neraca merupakan laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan
(aktiva, kewajiban, dan equitas pemilik) di akhir periode.
Bentuk neraca untuk perusahaan manufaktur

PT “X”
NERACA
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL…………….
Aktiva
Aktiva lancar: Kas
Surat-surat berharga Piutang XXX
usaha Persediaan: XXX
Barang jadi
XXX
Barang dalam proses Bahan
baku
XXX
XXX
XXX
XXX
Beban dibayar dimuka Total XXX

aktiva lancar XX
Aktiva tetap: X
Tanah Bangunan XXX
Mesin dan peralatan
XXX
XXX
Dikurangi akumulasi penyusutan
XXX
XXX
XXX
Total aktiva tetap XX
X
Total aktiva XX
X
Kewajiban
Kewajiban lancar: Utang
usaha XXX
Estimasi utang pajak penghasilan
Utang wesel
XXX
XXX
Total kewajiban lancar XXX
Utang jangka panjang XXX
Total kewajiban XX
X
Ekuitas
pemegang
saham
Saham biasa Laba XXX
ditahan: XXX

Saldo awal XXX

Laba bersih bulan Januari


XXX
M5. Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing 
Job Order Costing (Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan)
· Dalam sistim perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing), biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan yang terpisah.
· Untuk menghitung biaya berdasarkan pesanan secara efektif, pesanan harus dapat diintifikasikan secara terpisah.
· Perhitungan biaya berdasarkan pesanan mengakumulasikan biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang
dibebankan ke setiap pesanan.
· Dasar dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan hanya melibatkan delapan ayat jurnal berikut ini :
1.     Pembelian bahan baku
2.     Pengakuan biaya tenaga kerja pabrik
3.     Pengakuan biaya overhead pabrik
4.     Penggunaan bahan baku
5.     Distribusi beban gaji tenaga kerja
6.     Pembebanan estimasi biaya overhead
7.     Penyelesaian pesanan
8.     Penjualan produk

4.2  Akuntansi Untuk Bahan Baku

· Pembelian Bahan Baku


Contoh : dibeli bahan baku sebesar $ 25.000
Ayat Jurnal :        Bahan Baku                            $ 25.000
                                      Utang Usaha                           $ 25.000
· Penggunaan Bahan Baku
Contoh : Sejumlah $ 31.000 bahan baku diminta untuk produksi
Ayat Jurnal :         Barang Dalam Proses    $ 31.000
                                      Bahan Baku                                      $ 31.000
· Jika Bahan Baku Dikembalikan Ke Gudang Karena Tidak Dipakai 
Contoh : Produksi mengembalikan Bahan Baku ke Gudang sebesar $ 5.000
Ayat Jurnal :        Bahan Baku                            $ 5.000
                                      Barang Dalam Proses              $ 5.000
· Bahan Baku Tidak Langsung Dan Perlengkapan
a) Jika digunakan di pabrik, maka dibebankan ke “Pengendali Overhead Pabrik”. 
Contoh : Perlengkapan senilai $ 6.000 dikeluarkan dari gudang untuk 
               produksi.
Ayat Jurnal :   Pengendali Overhead Pabrik   $ 6.000
                                 Bahan Baku                                                $ 6.000
b) Jika tidak digunakan di pabrik, maka dibebankan ke “Beban Pemasaran Dan Administrasi”.
Contoh : Perlengkapan senilai $ 6.000 dikeluarkan dari gudang untuk 
 pemasaran.
Ayat Jurnal :   Beban Pemasaran Dan Administrasi  $ 6.000
                                 Bahan Baku                                                         $ 6.000

4.3  Akuntansi Untuk Tenaga Kerja


· Biaya Tenaga Kerja Yang Terjadi
Contoh : beban gaji pabrik $ 31.000 dihitung dan dicatat pada tanggal 31 
              Januari dan akan dibayar pada awal Pebruari
Ayat Jurnal :        Beban Gaji            $ 31.000
                                  Beban Gaji Yang Masih Harus Dibayar  $ 31.000

· Biaya Tenaga Kerja Yang Didistribusikan


Contoh : beban gaji pabrik $ 31.000, sebesar $ 27.000 untuk proses produksi dan sebesr $ 4.000 untuk tenaga kerja tidak langsung.
Ayat Jurnal : Barang Dalam Proses                     $ 27.000
                        Pengendali Overhead Pabrik         $   4.000
                             Beban Gaji                                                  $ 31.000

4.4  Akuntansi Untuk Biaya Overhead Pabrik


· Overhead pabrik terdiri atas semua biaya yang tidak dapat ditelusuri langsung ke pasanan tetapi terjadi dalam proses produksi. Oleh karena itu
biaya overhead diakumulasikan tanpa mengacu ke pesanan tertentu, dan total biaya overhead kemudian dialokasikan ke semua pesanan.
·  Biaya Overhead Actual 
Contoh : Rayburn Company menghitung penyusutan mesin sebesar $ 4.929 dan asuransi pabrik yang sudah jatuh tempo sebesar $ 516
untuk bulan tersebut.
Ayat Jurnal  : Pengendali Overhead Pabrik           $ 4.929
                              Akumulasi Penyusutan Mesin                    $ 4.929
                      Pengendali Overhead Pabrik           $ 516
                              Asuransi dibayar dimuka                                     $ 516
· Estimasi Biaya Overhead Dialokasikan
Contoh : Overhead pabrik sebesar $ 13.200 dibebankan ke barang dalam proses.
Ayat Jurnal  : Barang Dalam Proses                     $ 13.200
                              Overhead Dibebankan                                $ 13.200
Ayat Jurnal Penutup pada akhir bulan :
                      Overhead Pabrik Dibebankan                   $ 13.200
                              Pengendali Overhead Pabrik                       $ 13.200

4.5  Akuntansi Untuk Barang Jadi Dan Produk Yang Dijual


· Barang  jadi senilai $ 56.926 ditransfer ke gudang untuk mengisi persediaan.
Ayat Jurnal : Barang Jadi                                     $ 56.926
                             Barang Dalam Proses                                 $ 56.926
· Dijual barang  jadi senilai $ 52.300, dengan harga jual sebesar $ 70.000
Ayat jurnal : Piutang Usaha                                 $ 70.000
                             Penjualan                                                    $ 70.000
                     Harga Pokok Penjualan                            $ 52.300
                             Barang Jadi                                                $ 52.300

M6. Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses (Proces Costing) :


a. Laporan Biaya Produksi (FIFO dan Average/rata-rata tertimbang)
Penentuan biaya proses adalah suatu metode dimana bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik
dibebankan ke pusat biaya atau departemen.
Biaya yang dibebankan ke setiap unit produk yang dihasilkan ditentukan dengan membagi total biaya yang
dibebankan ke pusat biaya tersebut dengan jumlah unit yang diproduksi pada pusat biaya yang
bersangkutan.

Ekuivalen unit dalam penentuan biaya proses


Unit ekuivalen produksi atau ekuivalen produksi adalah penyetaraan produk dalam proses tersebut menjadi
produk jadi.
Terdapat dua metode aliran biaya untuk mengkalkulasi biaya produksi produk dalam proses, dengan
perhitungan unit ekuivalen yaitu:
1.       Aliran biaya rata-rata tertimbang
Rumus: Produk selesai + (PDP Akhir x tingkat penyelesaian)
2.       Aliran biaya FIFO
Rumus: Produk selesai + (PDP Akhir x tingkat penyelesaian) – (PDP Awal x tingkat penyelesaian)

Contoh:
PT. ICO Com adalah perusahaan perakitan radio dengan merk”ICOM” perusahaan mempunyai dua
departemen perakitan dan departemen penyelesaian. Untuk kedua departemen tersebut perusahaan
mempunyai akun produk dalam proses yang terpisah.
Perusahaan membebankan biaya overhead pabrik berdasarkan jam mesin, dengan tarif ditentukan dimuka
untuk departemen perakitan Rp3.500 per jam mesin dan departemen penyelesaian Rp3.900 per jam mesin.
Selama bulan September jam mesin yang digunakan  pada departemen perakitan 4.050 jam mesin,
departemen penyelesaian  3.700 jam mesin, BOP aktual Rp30.290.000
Diminta:
Buatlah jurnal:
PDP- Departemen perakitan                                                      14.175.000
PDP-Depatemen penyelesaian                                                 14.430.000
                Biaya overhead pabrik dibebankan                                         28.605.000

Biaya overhead pabrik dibebankan:


4.050 x Rp3.500                 = Rp14.175.000
3.700 x Rp3.900                 = Rp14.430.000

BOP Aktual                         Rp30.290.000


BOP Dibebankan              Rp28.605.000
                                                -----------------
Under Applied                  Rp  1.685.000

LAPORAN BIAYA PRODUKSI

Contoh soal 1:
Pemotongan Perakitan
Jumlah unit barang dalam proses, persediaan awal 100 180
Jumlah unit dimulai di Departemen Pemotongan 600
Jumlah unit ditransfer ke Departemen Perakitan 500
Jumlah unit diterima dari Departemen Pemotongan 500
Jumlah unit ditransfer ke Persediaan Barang Jadi 580
Jumlah unit Barang dalam proses, persediaan akhir 200 100

Supervisor masing2 departemen melaporkan bahwa persediaan akhir barang dalam proses 60% selesai untuk
bahan baku di Departemen Pemotongan dan 100% selesai untuk bahan baku Perakitan. Persediaan akhir 20%
selesai untuk Tenaga Kerja di Departemen Pemotongan dan 70% selesai di Departemen Perakitan. Untuk
overhead pabrik, persediaan akhir 40% selesai di Departemen Pemotongan dan 70% selesai di Departemen
Perakitan. (Persentase penyelesaian dari pers. awal barang dalam proses tidak diperlukan jika metode rata2
tertimbang yang digunakan).
Data biaya untuk bulan Januari adalah sebagai berikut:

Barang dalam proses, Persediaan awal: Pemotongan Perakitan


Biaya dari Departemen sebelumnya - $ 8.320
Bahan Baku $ 1.892 830
Tenaga Kerja 400 475
Overhead pabrik 796 518

Biaya yang ditambahkan ke proses selama periode berjalan:


Bahan Baku $ 13.608 $ 7.296
Tenaga Kerja 5.000 9.210
Overhead pabrik 7.904 11.052

Jawab:
Departemen Pemotongan:
1)     Skedul Kuantitas
Persediaan awal 100
Dimulai periode ini 600 700
Ditransfer ke Dep. Perakitan 500
Persediaan akhir (60%, 20%, 40%) 200 700

2)    Biaya dibebankan:


Bahan Baku 1.892
Tenaga Kerja 400
Overhead Pabrik 796+
->3.088

Biaya ditambahkan Ekuivalen Harga/unit


Bahan Baku 13.608 500 + (200 x 60%) = 620 (1.892 + 13.608) : 620    
= 25
Tenaga Kerja 5.000 500 + (200 x 20%) = 540 ( 400 + 5.000) : 540 = 10
Overhead Pabrik 7.904+ 500 + (200 x 40%) = 580 ( 796 + 7.904) : 580 =  15+
-> 26.512+
50
Total biaya dibebankan ke Dep.              29.600

3)    Biaya dipertanggungjawabkan


Selesai ditransfer ke Perakitan 500 x 50 =                      25.000
Persediaan akhir:
Bahan Baku (200 x 60% x 25) = 3.000
Tenaga Kerja (200 x 20% x 10) = 400
Overhead Pabrik (200 x 40% x 15) = 1.200+
4.600+
29.600
Departemen Perakitan:
1)     Skedul Kuantitas
Persediaan awal 180
Dimulai periode ini 500 680
Ditransfer ke Dep. Perakitan 580
Persediaan akhir (100%, 70%, 70%) 100 680

2)    Biaya dibebankan:


B.dari Dep. Sebelumnya 8.320
Bahan Baku 830
Tenaga Kerja 475
Overhead Pabrik 518 +
10.143

Biaya ditambahkan Ekuivalen Harga/unit


B.dari Dep. Sebelumnya 25.000      580 + (100 x 100%) = 680   (8.320 + 25.000) : 680   = 49
Bahan Baku 7.296      580 + (100 x 100%) = 680        (830 + 7.296) : 680 = 11,95
Tenaga Kerja 9.210       580 + (100 x 70%) = 650        (475 + 9.210) : 650 = 14,9
Overhead Pabrik 11.052+      580 + (100 x 70%) = 650      (518 + 11.052) : 650 = 17,8 +
52.558+                                                                       93,65
Tot. b.dibebankan ke Dep. 62.701

3)    Biaya dipertanggungjawabkan


Selesai ditransfer ke Perakitan 580x 93,65 =                         54.317
Persediaan akhir 100 x 49 = 4.900
Bahan Baku (100 x 100% x 11,95) = 1.195
Tenaga Kerja (100 x 70% x 14,9) = 1.043
Overhead Pabrik (100 x 70% x 17,8) = 1.246+
8.384+
62.701
M7. Akuntansi Untuk Kerugian Biaya Proses Produksi Dalam Sistem Perhitungn Biaya
Berdasarkan Proses (Proses Costing)
BARANG CACAT DIAKIBATKAN KEGEGALAN INTERNAL (FIFO DAN
AVERAGE/RATA-RATA TERTIMBANG)
#contoh :
PT Mulyo memproses produknya melalui dua departemen produksi, yaitu
Departemen 1 dan Departemen 2. Berikut ini adalah data produksi yang terjadi di
Departemen 1 dan Departemen 2 selama Agustus 1999.

Departemen 1 Departemen 2
BDP awal (100% bahan, 40% konversi) 4.000 unit
BDP awal (100% bahan, 20% konversi) 6.000 unit
Barang masuk proses Mei 1999 40.000 unit
Barang yang ditransfer ke Departemen 2 35.000 unit
Tambahan unit pada Departemen 2 5.000 unit
Barang jadi ditransfer ke gudang 44.000 unit
BDP akhir (100% bahan, 60% konversi) 9.000 unit
BDP akhir (100% bahan, 30% konversi) 2.000 unit
Harga pokok barang dalam proses awal:
Harga pokok dari Departemen 1 - 4,000.000
Biaya bahan baku 1.400.000 1.200.000
Biaya tenaga kerja langsung 656.000 1.206.000
Biaya overhead pabrik (dibebankan) 1.100.000 460.000
Biaya yang ditambahkan Agustus 1999:
Biaya bahan baku 14.000.000 8.000.000
Biaya tenaga kerja langsung 5.000.000 7.000.000
Biaya overhead pabrik (dibebankan) 9.000.000 4.000.000

Pertanyaan:
Jika penilaian persediaan barang dalam proses awal menggunakan metode rata-rata:
1.Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi Departemen 1 untuk bulan Agustus 1999.
2.Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi Departemen 2 untuk bulan Agustus 1999.

PT Mulyo
Laporan Harga Pokok Produksi - Departemen 1
Agustus  2007 METODE RATA-RATA
Kuantitas:
   Unit masukan:
Barang dalam proses awal 4.000
Unit masuk proses 40.000 44.000
   Unit keluaran:
Unit barang jadi & ditransfer ke Dep. 35.000
2 9.000 44.000
Unit barang dalam proses akhir
Unit Ekuivalen: Bahan Baku Konversi
Unit barang jadi & ditransfer ke Dep. 35.000 35.000
2
Unit barang dalam proses akhir:
9.000 x 100% 9.000
9.000 x 60%            .  5.400
44.000 40.400
Perhitungan Harga Pokok per Unit: Unit Harga Pokok
Total Biaya Ekuivalen     per Unit
Biaya bahan baku:
Barang dalam proses awal Rp1.400.000,00
Ditambahkan periode ini     14.000.000,00
Jumlah biaya bahan baku Rp15.400.000,00 44.000 Rp350,00
Biaya tenaga kerja langsung:
Barang dalam proses awal Rp     656.000,00
Ditambahkan periode ini       5.000.000,00
Jumlah biaya tenaga kerja langsung Rp  5.656.000,00 40.400 140,00
Biaya overhead pabrik:
Barang dalam proses awal Rp  1.100.000,00
Ditambahkan periode ini       9.000.000,00
Jumlah biaya overhead pabrik Rp10.100.000,00 40.400      250,00
Total biaya Rp31.156.000,00 Rp740,00
Perhitungan Harga Pokok:
Barang jadi ditransfer ke Dep. 2
(35.000 x Rp740,00) Rp25.900.000,00
Barang dalam proses akhir:
Biaya bahan baku
(9.000 x Rp350,00) Rp3.150.000,00
Biaya tenaga kerja langsung
(9.000 x 60% x Rp140,00) 756.000,00
Biaya overhead pabrik
(9.000 x 60% x Rp250,00) 1.350.000,00
5.256.000,00
Rp31.156.000,00

Format laporan biaya produksi dept kedua dan seterusnya Persedian BDP awal
menggunakan metode rata-rata tertimbang :

* Total Biaya = Biaya produksi BDP awal + Biaya produksi periode sekarang
** Unit Ekuivalen = unit produk selesai + (unit BDP akhir x % penyelesaian )
*** HP per unit = Total biaya / unit ekuivalen
**** Nilai BDP akhir = Unit BDPakhir x % penyelesaian x HP/unit masing-masing elemen
#CONTOH

PT Mulyo
Laporan Harga Pokok Produksi - Departemen 2
Agustus 1999
Kuantitas:
   Unit masukan:
Barang dalam proses awal 6.000
Unit yang diterima dari Dep. 1 35.000
Unit yang ditambahkan di Dep. 2   5.000 46.000
   Unit keluaran:
Unit barang jadi ditransfer ke gudang 44.000
Unit barang dalam proses akhir 2.000 46.000

Unit Ekuivalen: Bahan Baku Konversi


Unit barang jadi ditransfer ke gudang 44.000 44.000
Unit barang dalam proses akhir:
2.000 x 100% 2.000
2.000 x 30%            .     600
46.000 44.600
Perhitungan Harga Pokok per Unit Harga Pokok
Unit: Total Biaya Ekuivalen     per Unit

Harga pokok dari Dep.1 : Rp  4.000.000,00 6.000


Barang dalam proses awal 25.900.000,00 35.000
Ditransfer dari Dep. 1 periode ini                        --   5.000
Unit yang ditambahkan di Dep. 2 Rp29.900.000,00 46.000 Rp  650,00
Harga pokok dari Dep. 1 dises.
Biaya bahan baku: Rp 1.200.000,00
Barang dalam proses awal       8.000.000,00
Ditambahkan periode ini Rp 9.200.000,00 46.000 200,00
Jumlah biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung: Rp 1.028.000,00
Barang dalam proses awal      7.000.000,00
Ditambahkan periode ini Rp 8.028.000,00 44.600 180,00
Jumlah biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik: Rp    460.000,00
Barang dalam proses awal       4.000.000,00
Ditambahkan periode ini Rp  4.460.000,00 44.600        100,00
Jumlah biaya overhead pabrik Rp51.588.000,00 Rp1.130,00
Total biaya
Perhitungan Harga Pokok:
Barang jadi ditransfer ke gudang  (44.000 x Rp49.720.000,00
Rp1.130,00)
Barang dalam proses akhir: Rp1.300.000,00
Harga pokok dari Dep. 1 (2.000 x 400.000,00
Rp650,00) 108.000,00
Biaya bahan baku (2.000 x Rp200,00)         60.000,00        1.868.000,00
Biaya tenaga kerja langsung (2.000 x 30% Rp51.588.000,00
x Rp180,00)
Biaya overhead pabrik (2.000 x 30% x
Rp100,00)

Format Laporan biaya produksi departemen pertama, persediaan awal BDP metode
MPKP/FIFO
* Total Biaya Hp BDP awal = Jumlah BBB, BTK, BOP dari BDP awal
** Unit Ekuivalen = ((100% - % BDP awal) x unit BDP awal) + (unit Produk selesai – unit
BDP awal) + (unit BDP akhir x %penyelesaian)
*** HP per unit = Total biaya / unit ekuivalen
**** ((100% - % BDP awal) x Unit BDP awal) x HP/unit
*# Nilai BDP akhir = Unit BDP akhir x %penyelesaian x
HP/unit masing-masing elemen
M8.Akuntansi Untuk Kerugian Biaya Proses Produksi Dalam Sistem Perhitungn Biaya
Berdasarkan Proses (Proses Costing)
PRODUK HILANG DALAM PROSES PRODUK
Selama proses produksi berlangsung, ada kemungkinan terjadi produk hilang yaitu
apabila jumlah unit yang dimasukkan dalam proses tidak sesuai dengan yang dihasilkan.
Misalnya: Masuk proses 1000 unit, jadi 900 unit dan masih dalam proses 50 unit. Maka ada
yang hilang 50 unit.
Produk yang hilang dalam proses didalam laporan harga pokok produksi harus disertakan
sebagai pertanggungjawaban (kapan hilangnya).
Contoh:
PT. ABC mengolah produknya melalui dua departemen Produksi I dan II. Kegiatan
selama bulan Februari th 2000 adalah sebagai berikut:
Dept. I Dept. II
Masuk proses: 1.500 unit 1.250 unit
 Selesai 1.250 unit 1.100 unit
 Dalam proses 100 unit 100 unit
 Hilang awal proses 150 unit 50 unit
BBB Rp. 1.485.000 -
BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.052.000
BOP Rp. 1.170.000 Rp. 1.044.000
Tk. Penyl BDP  BB 100% -
TK 70% 40%
BOP 50% 60%
Diminta, buat laporan harga pokok produksi Dept. I & Dept. II
Jawab:
1. Perhitungan harga pokok produksi per unit Dept. I
Biaya Jumlah Ekuivalen Unit HP per Unit
BBB Rp.1.485.000 1.250 +(100 x 100%) = 1.350 Rp. 1.100
BTKL Rp.2.640.000 1.250 +(100 x 70%) = 1.320 Rp. 2.000
BOP Rp.1.170.000 1.250 +(100 x 50%) = 1.300 Rp. 900
Jml Rp.5.295.000 Rp. 4.000
2. Perhitungan harga pokok barang jadi Dept. I yang ditransfer ke Dept. II & barang
dalam proses Dept. I
HP Brg jadi Dept. I yang ditransfer ke Dept. II
1.250 x Rp. 4.000 Rp.5.000.000
H.P Barang dalam proses Dept. I
- BBB = 100 x 100% x Rp. 1.100 = Rp.110.000
- BTKL = 100 x 70% x Rp. 2.000 = Rp.140.000
- BOP = 100 x 50% x Rp. 900 = Rp. 45.000 Rp. 295.000
Jumlah biaya produksi bulan Februari Rp. 5.295.000

3. Laporan H.P Produksi Dept. I


PT. ABC
Lap. H.P Produksi Dept. I
Bln Februari th 2.000
Data Produksi
- Masuk proses 1.500 unit
- Barang jadi ditransfer ke Dept. II 1.250 unit
- Barang dalam proses 100 unit
- Hilang (awal proses) 150 unit
1.500 unit
Pembebanan Biaya Dept. I
Biaya Jumlah Per Unit
- BBB Rp. 1.485.000 Rp. 1.100
- BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.000
- BOP Rp. 1.170.000 Rp. 900
Jumlah Rp. 5.295.000 Rp. 4.000

Perhitungan Biaya
HP Brg jadi Dept. I yang ditransfer ke Dept. II
1.250 x Rp. 4.000 Rp. 5.000.000
H.P Barang dalam proses Dept. I
- BBB = 100 x 100% x Rp. 1.100= Rp. 110.000
- BTKL = 100 x 70% x Rp. 2.000 = Rp. 140.000
- BOP = 100 x 50% x Rp. 900 = Rp. 45.000 Rp. 295.000
Jumlah biaya produksi Dept. I Rp. 5.295.000

DEPT. II
1. Penyesuaian perhitungan H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I
H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I
Rp. 5.000.000 : 1.250 Rp. 4.000
H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I
Setelah adanya produk yang berasal dari Dept. I
Sebanyak 50 unit adalah Rp. 5.000.000: (1.250 – 50) Rp. 4.166,67
Penysn H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I Rp. 166,67
2. Perhitungan harga pokok produksi per unit Dept. II (yang ditambah)
Jenis bi Jumlah Ek. Unit H.P per unit
- BTKL Rp. 2.052.000 1.100 + (100 x 40%) = 1.140 Rp. 1.800
- BOP Rp. 1.044.000 1.100 + (100 x 60%) = 1.160 Rp. 900
Jumlah Rp. 3.096.000 Rp.2.700
3. Perhitungan H.P barang jadi dari Dept. II yang ditransfer ke gudang & H.P barang
dalam proses akhir periode Dept. II
Harga barang jadi yang ditransfer ke gudang
- H.P dari Dept. I : Rp. 4.166,67 x 1.100 Rp. 4.583.337
- Ditambah H.P di Dept. II : Rp. 2700 x 1.100 Rp. 2.970.000
H.P barang jadi Rp. 7.553.337
H.P barang dalam proses Dept. II
- H.P dari Dept. I : 100 x Rp. 4.166,67 = Rp. 416.667
- Ditambah biaya di Dept. II
BTKL = 100 x 40% x Rp. 1.800 = Rp. 72.000
BOP = 100 x 60% x Rp. 900 = Rp. 54.000 Rp. 542.667
Jml biaya komulatif Dept. II Rp. 8.096.004
4. Laporan H.P Produksi Dept. II
PT. ABC
Lap. H.P Produksi Dept. II

Data Produksi
- Menerima dari Dept. I 1.250 unit
- Ditransfer ke gudang 1.100 unit
- BDP akhir 100 unit
- Hilang (awal proses) 50 unit
1.250 unit
Biaya Yang Dibebankan di Dept. II
Biaya Jumlah Per Unit
- H.P dari Dept. I (1250) Rp. 5.000.000 Rp. 4.000
- Penyusn. H.P/unit karena
adanya prod. hilang pada
awal proses Rp. 166,67
Rp. 5.000.000 Rp.4.166,67
Biaya yang ditambah di Dept. II
- BTKL Rp. 2.052.000 Rp. 1.800
- BOP Rp. 1.044.000 Rp. 900
Jumlah Rp. 8.096.000 Rp. 6.866,67
Perhitungan Biaya
- H.P barang jadi yang ditransfer ke gudang
Rp. 6.866,67 x 1.100 Rp. 7.553.337
- H.P barang dalam proses akhir
H.P dari Dept. I : 100 x Rp. 4.166,67 =Rp 416.667
- Biaya tambahan di Dept. II
BTKL = 100 x 40% x Rp. 1800 = Rp 72.000
BOP = 100 x 60% x Rp. 900 = Rp 54.000 Rp. 542.667
Jumlah biaya komulatif di Dept. II Rp. 8.096.004

Anda mungkin juga menyukai