Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PROGRAM SARJANA

ANALISIS KINERJA CHILLER PADA GEDUNG PERKANTORAN ENAM


PULUH LIMA LANTAI DI JAKARTA

PERIODE 2 SEMESTER GENAP 2020/2021

Oleh :
Fransiskus Albert
2018-0451-0118

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

CISAUK

2021
i
ABSTRAKSI
Sebuah bangunan perkantoran tentu memiliki sistem pengkondisian udara untuk
menjamin kenyamanan penghuni. Umumnya sistem yang digunakan adalah sistem
refrigerasi yang menggunakan chiller. Sistem yang digunakan oleh gedung
perkantoran 65 lantai di Jakarta adalah Chilled Water Cooling System. Perhitungan
COP sebuah mesin chiller dapat membantu untuk mengetahui jumlah energi yang
dikonsumsi sebuah chiller. Sebuah chiller dengan nilai COP yang tinggi mampu
memberikan efek refrigerasi tinggi dengan daya listrik yang minimum. Jadi, dengan
menganalisa kinerja chiller, dapat diketahui sistem yang memakan energi paling
banyak dan bagaimana solusinya untuk lebih menghemat energi. Waktu yang
dibutuhkan untuk menganalisa kinerja chiller pada Gedung perkantoran enam
puluh lima lantai di Jakarta sekitar sembilan bulan dimulai dari bulan Maret 2021
sampai November 2021.
Kata kunci: Sistem Pengkondisian Udara, COP, Water Chiller.

ii
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.5. Batasan Masalah ....................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1. Sistem Refrigerasi ........................................................................................ 5
2.1.1. Siklus Kompresi Uap ............................................................................. 5
2.1.2. Chilled Water Cooling System .............................................................. 8
2. 2. Centrifugal Water Chiller .......................................................................... 10
2.3. Perhitungan Kinerja Chiller ....................................................................... 11
2.3.1 Perhitungan Daya Kapasitas Pendinginan ............................................ 11
2.3.2 Perhitungan Daya yang Dibutuhkan Kompresor .................................. 11
2.3.3 Perhitungan Coefficient of Performance (COP) ................................... 12
BAB 3 METODE PENELITIAN.......................................................................... 13
3.1. Penentuan Parameter .................................................................................. 14
3.1.1. Kerja Pendinginan (Qin) ...................................................................... 14
3.1.2. Konsumsi Daya (Win) ......................................................................... 15
3.2. Pengumpulan Data ..................................................................................... 16
3.3. Perhitungan ................................................................................................. 17
3.4. Verifikasi data ............................................................................................ 18
BAB 4 RENCANA WAKTU PENELITIAN ....................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Diagram Sistem Refrigerasi Kompresi Uap [7]. ............................... 5


Gambar 2. 2.Siklus Kompresi Uap pada Diagram P-h [8]. ..................................... 6
Gambar 2. 3.Siklus Kompresi Uap pada Diagram T-s [8]. ..................................... 6
Gambar 2. 4.Skema Chilled Water Cooling System [9]. ........................................ 9
Gambar 2. 5.Komponen Centrifugal Water Chiller [11]. ..................................... 10
Gambar 3. 1.Diagram Alir Metode Penelitian. ..................................................... 13
Gambar 3. 2.Diagram Skematik Water Chiller. .................................................... 14
Gambar 3. 3.Grafik Sistem Refrigerasi Kompresi Uap. ....................................... 15
Gambar 3. 4.Diagram P-h R134a[6]. .................................................................... 16
Gambar 3. 5.Spesifikasi Chiller. ........................................................................... 16
Gambar 3. 6.Diagram Pengumpulan Data. ........................................................... 17
Gambar 3. 7.Diagram Metode Perhitungan. ......................................................... 18

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1.Rencana Kegiatan dan Waktu Penyelesaian Tugas Akhir. .................. 18

v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Menurut penelitian Lee dan Chang, orang akan menghabiskan 90% waktunya
untuk beraktivitas di dalam ruangan [1]. Karena itu, banyak dilakukan studi
terkait pengkondisian udara pada suatu bangunan. Pengkondisian udara pada
suatu bangunan menjadi satu hal yang fundamental karena menyangkut
kenyamanan dan kesehatan dari pengguna bangunan itu sendiri. Kriteria agar
suatu bangunan dapat dikatakan nyaman diatur oleh berbagai standar, salah
satunya standar American Society of Heating, Refrigerating and Air-
Conditioning Engineers (ASHRAE) yang mengatakan kalau standar
kenyamanan suatu gedung perkantoran dapat diukur dari temperatur,
kelembaban, dan sirkulasi udara yang baik [2].

Sistem pengkondisian udara merupakan salah satu sistem pada suatu bangunan
yang memerlukan pasokan energi yang tinggi mencapai 60% total konsumsi
listrik suatu bangunan [3]. Data konsumsi energi listrik suatu bangunan
didapatkan dari hasil audit energi. Audit energi adalah usaha untuk
menganalisis energi yang digunakan suatu bangunan untuk mengoperasikan
sistem-sistemnya dengan tujuan penghematan energi tanpa menimbulkan efek
samping yang signifikan terhadap output yang dirasakan penghuni gedung.
Proses audit energi membantu kita untuk lebih memahami bagian mana yang
membutuhkan pasokan energi lebih banyak, mengetahui sistem apa yang
paling boros dan menemukan solusi untuk mengurangi pemakaian energi.

Pada negara beriklim tropis, umumnya pengkondisian udara yang dilakukan


adalah sistem refrigerasi. Sistem refrigerasi adalah sistem yang dapat menyerap
kalor pada suatu ruangan lalu dipindahkan ke lingkungan, sehingga temperatur
udara pada suatu ruangan menjadi lebih rendah dibanding lingkungannya. Pada

1
2

sebuah bangunan 65 lantai yang terletak di Jakarta yang akan dianalisis ini,
digunakan sistem refrigerasi chilled water cooling system. Sistem refrigerasi
ini memanfaatkan air dingin sebagai media pendingin yang akan
didistribusikan ke setiap lantai yang memiliki Air Handling Unit (AHU) dan
Fan Coil Unit (FCU). Untuk menghasilkan air dingin, diperlukan sebuah
chiller plant yang akan beroperasi dengan mengkonsumsi energi listrik sesuai
dengan cooling load yang dibutuhkan.

Chiller plant adalah kumpulan mesin yang akan menjalankan sistem refrigerasi
dan heat rejection pada suatu gedung. Chiller plant pada gedung perkantoran
65 lantai di Jakarta ini menggunakan lima buah chiller, sebuah chilled water
pump, sebuah condenser water pump, dan empat buah cooling tower. Untuk
mengetahui sebuah chiller bekerja dengan baik atau tidak dapat dilakukan
analisa terhadap coefficient of performance (COP). COP adalah perbandingan
dari daya pendinginan yang dilakukan chiller plant terhadap total daya yang
dibutuhkan untuk mengoperasikan chiller plant [4].

Chiller yang terdapat pada gedung perkantoran 65 lantai di Jakarta ini


beroperasi setiap hari tanpa henti. Pengoperasian suatu mesin tanpa henti
mempunyai potensi untuk mengalami kondisi lelah, sehingga diperlukan suatu
perawatan untuk mempertahankan kinerja mesin dan mampu beroperasi sesuai
dengan keinginan [5].

Pada penelitian ini akan dilakukan pengambilan data pada pipa chilled water
untuk dapat menghitung nilai cooling load, dan kompressor untuk mengetahui
daya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan chiller. Kedua data di atas dapat
digunakan untuk mencari tujuan akhir dari penelitian ini yaitu COP, dengan
variasi flowrate agar dapat mengetahui peningkatan performa chiller.
3

1.2.Rumusan Masalah
• Berapakah nilai COP dari chiller pada gedung perkantoran 65 Lantai di

Jakarta?
• Apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai COP dari chiller pada
gedung perkantoran 65 lantai di Jakarta?

1.3.Tujuan
• Mengetahui nilai COP aktual chiller pada gedung perkantoran 65 Lantai di

Jakarta.
• Meningkatkan nilai COP chiller pada gedung perkantoran 65 Lantai di
Jakarta.

1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Melakukan penghematan energi listrik tanpa mengesampingkan
kenyamanan pengguna gedung perkantoran.
2. Mengurangi biaya operasional chiller pada Gedung perkantoran 65 lantai di
Jakarta.

1.5.Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini antara lain:
1. Total kapasitas pendinginan chiller yang akan dianalisis adalah 14.880 kW
dengan rincian dua buah chiller dengan kapasitas 3720 kW dan dua buah
chiller dengan kapasitas 1860 kW.
2. Asumsi luas area yang tercakup oleh sistem pengkondisian udara adalah
kurang lebih 86.645 m2.
3. Asumsi beban pendinginan yang terjadi adalah sama dengan efek
pendinginan yang diberikan chiller kepada air.
4. Asumsi efek pendinginan yang diberikan chiller ke air sama dengan kalor
yang diterima oleh refrigerant pada evaporator.
5. Data-data yang akan digunakan untuk analisis, debit, temperatur, dan daya,
diambil setiap satu jam sekali selama 24 jam. Pengambilan data dilakukan
setiap hari selama satu bulan dengan kondisi pembanding yang berbeda,
4

satu bulan operasional seperti biasa dan satu bulan setelah dilakukan proses
maintenance.
6. Perhitungan menggunakan asumsi steady state, steady flow, mengabaikan
perubahan energi potensial dan energi kinetik pada pipa chilled water, dan
mengabaikan heatloss yang terjadi pada pipa chilled water.
7. Data properti air yang digunakan dalam analisis diambil sesuai dengan tabel
pada literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi merupakan suatu sistem yang menjadikan kondisi
temperature suatu sistem berada dibawah temperatur mula-mulanya.
Kondisi ini dapat terjadi karena penyerapan panas oleh reservoir dingin (low
temperature source) dan panas yang diserap serta kerja yang diberikan akan
dilepaskan pada bagian reservoir panas (high temperature sink)[4]. Untuk
system refrigerasi sangat penting untuk menentukan kuantitas panas yang
diserap karena menunjukan berapa kapasitas pendingin yang dapat
diberikan oleh sistem refrigerasi.
Kapasitas pendinginan dari suatu sistem pendingin dinyatakan dalam
ton pendinginan. Kapasitas pendinginan 1 ton adalah kemampuan
membekukan 1 ton (2000 lbm) air cair pada 0oC menjadi es pada 0oC dalam
24 jam. 1 ton pendinginan ekuivalen degan 211 kJ/min atau 200 Btu/min[5].
Zat kerja yang mengalir dalam proses pendinginan menggunakan
refrigerant. Refrigerant yang umum digunakan adalah ammonia, metil
klorida, Freon R-12, Freon R-134, dll[5].

2.1.1. Siklus Kompresi Uap


Siklus pendinginan yang banyak digunakan adalah siklus kompresi uap.
Siklus kompresi uap terjadi dimana fluida kerja mengalami kondensasi dan
evaporasi secara bergantian [6].

Gambar 2. 1. Diagram Sistem Refrigerasi Kompresi Uap [7].

5
6

Pada sistem pendinginan, kompresor digunakan untuk membuat perbedaan


tekanan, sehingga fluida pendingin dapat mengalir dari komponen satu ke
komponen lainnya [7].

Siklus Kompresi Uap pada Diagram P-h dan T-s


Siklus kompresi uap dalam diagram P-h dan T-s tersaji masing-masing pada
Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.

Gambar 2. 2.Siklus Kompresi Uap pada Diagram P-h [8].

Gambar 2. 3.Siklus Kompresi Uap pada Diagram T-s [8].


7

a) Proses Kompresi (proses 1-2)


Pada proses 1-2 terjadi proses kompresi pada refrigeran oleh komponen
kompresor secara isentropik adiabatik. Proses kompresi yang terjadi secara
isentropik mengakibatkan entropy pada diagram T-s dalam keadaan konstan
dan menaikkan suhu refrigeran. Kompresor memerlukan kerja dari luar
sistem, sehingga enthalpy pada diagram P-h akan naik dari h1 ke h2.
Kenaikan enthalpy merupakan besarnya kerja yang dilakukan oleh
kompresor.

b) Proses Desuperheating (proses 2-2a)


Pada proses Desuperheating, refrigeran mengalami penurusan suhu dalam
tekanan konstan. Penurunan suhu ini disebabkan oleh perpindahan panas
dari refrigeran ke lingkungan luar karena suhu refrigeran lebih tinggi
dibanding suhu lingkungan ketika refrigeran mengalir dari kompresor ke
kondensor.

c) Proses Kondensasi (proses 2a-3a)


Pada proses kondensasi, refrigeran dalam fase uap jenuh akan didinginkan
hingga terjadi perubahan fase menjadi cair jenuh. Proses pendinginan ini
terjadi perpindahan panas dari refrigeran ke lingkungan luar. Proses
pendinginan ini juga terjadi pada kondisi isobarik dan isotermal.

d) Proses Pendinginan Lanjut (proses 3a-3)


Proses pendinginan lanjut bertujuan untuk menurunkan suhu refrigeran cair
menjadi lebih rendah lagi dengan begitu refrigeran yang keluar dari
kondensor sudah benar-benar dalam fase cair. Proses ini dilakukan secara
isobarik.

e) Proses Penurunan Tekanan (proses 3-4)


Pada proses 3-4, refrigeran akan diekspansi pada pipa-pipa kapiler menuju
evaporator. Dalam pipa-pipa kapiler, tekanan refrigeran akan diturunkan.
Dengan begitu suhu refrigeran juga akan mengalami penurunan. Proses
8

ekspansi yang terjadi secara adiabatik ini mengakibatkan refrigeran tidak


mengalami perubahan enthalpy. Keluaran dari pipa-pipa kapiler
menghasilkan refrigeran dengan fase cari-gas yang memiliki suhu lebih
rendah dibanding suhu lingkungan.

f) Proses Penguapan (proses 4-1a)


Proses penguapan atau evaporasi terjadi dalam komponen evaporator.
Dalam komponen evaporator, refrigeran dalam fase cair-gas akan menerima
panas dari lingkungan secara isobarik. Dengan menerima panas dari
lingkungan membuat refrigeran berubah fase seluruhnya menjadi gas jenuh.

g) Proses Pemanasan Lanjut (proses 1a-1)


Proses pemanasan lanjut bertujuan untuk menaikan suhu refrigeran dalam
fase gas menjadi lebih tinggi, sehingga gas refrigeran yang meninggalkan
evaporator sudah benar-benar dalam keadaan gas dan dapat dikompresi oleh
kompresor [8].

2.1.2. Chilled Water Cooling System


Chilled water cooling system umumnya digunakan untuk sistem
pengkondisian pada gedung-gedung besar karena air lebih mudah untuk
disirkulasikan daripada refrigerant yang memiliki resiko untuk mengalami
kebocoran apabila disirkulasikan ke gedung yang besar.
9

Gambar 2. 4.Skema Chilled Water Cooling System [9].

Jadi, cara kerja dari chilled water cooling system adalah dengan
mensirkulasikan air dingin yang dihasilkan evaporator chiller melalui pipa
chilled waterflow menuju ke Air Handling Unit (AHU) yang bertugas untuk
mendinginkan ruangan pada gedung dengan cara melakukan proses heat
transfer dari temperatur air dingin dengan temperatur ruangan. Air dingin
yang telah mengalami proses heat transfer akan mengalami kenaikan
temperatur sehingga harus kembali didinginkan dengan cara disirkulasikan
kembali menuju chiller. Menurut Kuei-Peng, salah satu cara untuk
meningkatkan efisiensi dari chilled water cooling system dapat dengan
mengatur kembali temperatur set-point dari chilled water dan cooling water
[10].
10

2. 2. Centrifugal Water Chiller


Centrifugal water chiller adalah jenis water chiller yang menggunakan
kompresor sentrifugal untuk menaikkan tekanan fluida refrigeran agar dapat
mengalir.

Gambar 2. 5.Komponen Centrifugal Water Chiller [11].

Gambar 2.5. menunjukkan komponen centrifugal water chiller. Guide vane,


salah satu komponen pada centrifugal water chiller, adalah suatu sudu atau
baling-baling dengan sudut yang dapat diatur menggunakan motor listrik.
Guide vane berfungsi untuk mengatur kapasistas pada kompresor agar
beban pada motor tidak berlebih atau untuk mengurangi kapasitas
kompresor pada saat chiller baru dijalankan [11].
Water chiller dengan kompresor sentrifugal memiliki laju aliran
volumetrik minimum agar dapat bekerja dengan baik. Ketika laju aliran
volumetrik minimum tidak tercapai, maka kompresor akan menjadi tidak
stabil dan mengakibatkan fluida refrigeran mengalir secara bolak-balik
sehingga menimbulkan suara bising. Fenomena pada kalimat sebelumnya
disebut dengan surge. Surge pada umumnya tidak berbahaya, namun
apabila water chiller dioperasikan dengann surge secara terus-menerus,
11

maka kompresor dapat mengalami kerusakan [12]. Walaupun demikian,


centrifugal water chiller memiliki kelebihan, yaitu dapat memberikan kerja
pendinginan yang tinggi dalam waktu yang singkat.

2.3. Perhitungan Kinerja Chiller


Untuk mengetahui kinerja chiller terdapat dua hal utama yang perlu
diketahui yaitu kapasitas pendinginan dan nilai Coeffisien of Performance
(COP), berikut ini merupakan cara mencari nilai daya kapasitas pendinginan
dan nilai COP.
2.3.1 Perhitungan Daya Kapasitas Pendinginan
Kapasitas pendinginan yang terjadi di evaporator dapat dicari nilainya
dengan menggunakan metode counter flow heat exchanger[13]. Pada
chiller sentrifugal, pipa chilled water akan masuk ke evaporator chiller, dan
terjadi perpindahan panas dengan persamaan (2.1) :
𝑞 = 𝑚̇ 𝐶𝑝 (𝑇ℎ − 𝑇𝑐 ) (2.1)

Dimana :
q = total rate of heat transfer (kW)
𝑚̇= aliran massa (kg/s)
𝐶𝑝 = panas spesifik (kJ/kg.K)
𝑇ℎ = temperatur panas (K)
𝑇𝑐 = temperatur dingin (K)
Pada kasus Chiller Plant, karena yang diketahui adalah laju aliran air,
maka persamaannya dapat diubah menjadi persamaan (2.2):
𝑞 = 𝑉̇ . 𝜌. 𝐶𝑝 . ( 𝑇ℎ − 𝑇𝑐 ) (2.2)
Pada persamaan (2), untuk mencari aliran massa menggunakan 𝑉̇ yaitu
debit air dan 𝜌 adalah massa jenis air pada suhu 𝑇𝑐 , jka aliran massa air
semakin tinggi maka dapat meningkatkan nilai COP[13].
2.3.2 Perhitungan Daya yang Dibutuhkan Kompresor
Jumlah daya yang dibutuhkan oleh suatu kompresor dapat diketahui
nilainya dengan cara menghitung dengan rumus berdasarkan aliran, dan
12

temperature dan tekanan refrigerant saat kondisi pengoperasian sesuai


persamaan (2.3) berikut

𝑤 = 𝑚̇. (ℎ3 − ℎ2) (2.3)

2.3.3 Perhitungan Coefficient of Performance (COP)


Coefficient of Performance (COP) adalah perbandingan efek refrigerasi
yang diberikan oleh mesin chiller dengan daya yang dikonsumsi oleh
chiller. Berdasarkan Standard Nasional Indonesia, nilai COP minimum
untuk gedung adalah adalah 6,05[14]. Untuk mencari nilai COP dapat
menggunakan persamaan (2.4) :
𝑞 𝑟𝑒𝑓𝑟𝑖𝑔𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 (𝑘𝑊)
𝐶𝑂𝑃 = (2.4)
𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑘𝑊)

Dari hasil rumus diatas dapat dilihat bahwa nilai COP berbanding
terbalik dengan jumlah dari besarnya daya yang diberikan. Maka dari itu,
pengurangan daya yang diberikan maka dari itu hasil peningkatan nilai COP
akan menyebabkan nilai daya yang dibutuhkan untuk melakukan pendinginan
yang semakin berkurang[15].
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian dilakukan mulai dari studi literatur sampai dengan
menganalisis hasil perhitungan Coefficient of Performance (COP) dari water chiller
pada gedung perkantoran 65 lantai di Jakarta sesuai dengan Gambar 3.1.

Gambar 3. 1.Diagram Alir Metode Penelitian.

19
14

3.1. Penentuan Parameter


Penentuan parameter ini berfungsi untuk mengetahui pengaruh parameter terhadap
nilai (Coefficient of Performance) COP dari water chiller. Parameter tersebut terdiri
dari kerja pendinginan (Qin) dan konsumsi daya (Win).) Untuk mendapatkan nilai
Qin maka diperlukan pengambilan data debit (V) temperatur masuk (Th) dan
keluar (Tc) pipa chilled water. Berikutnya untuk dapat menghitung nilai Win
diperlukan data flowrate in (Vcin) dan flowrate out (Vcout), entalpi in (h2) dan out
(h3), tekanan in (P2) dan out (P3) dan temperatur in (T2) dan out (T3).

3.1.1. Kerja Pendinginan (Qin)

Gambar 3. 2.Diagram Skematik Water Chiller.


Kerja pendinginan diasumsikan bahwa kalor yang diterima oleh chilled water dari
lingkungan sama dengan kalor yang diterima oleh refrigerant pada evaporator,
sehingga nilai dari kalor yang diterima oleh evaporator dapat dicari sesuai dengan
persamaan (2.2) dimana terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi seperti debit air
diukur dengan menggunakan flowmeter, suhu air mengggunakan termokopel, untuk
15

massa jenis air digunakan nilai 997 kg/m3 untuk suhu air yang berkisar diantara 0oC
dan 25oC, panas spesifik menggunakan nilai 4.18 kJ/Kg.K diantara 0oC dan 25oC[9]

3.1.2. Konsumsi Daya (Win)

Gambar 3. 3.Grafik Sistem Refrigerasi Kompresi Uap.


nilai konsumsi daya dapat dihitung menggunakan selisih antara entalpi (h) fluida
yang keluar dari kompresor dengan fluida yang masuk ke kompresor dan. Entalpi
(h) didapatkan dengan menggunakan data pengukuran tekanan dan data operating
temperatur refrigerant yang masuk dan keluar dari kompresor. Operating
temperature in dan out kompresor adalah 14°C dan 29.5°C secara berurut.
Kemudian dari nilai tekanan dan temperatur dapat dicari nilai entalpi dengan
diagram P-h R134a yang dapat dilihat pada Gambar 3.4. untuk menemukan nilai
entalpi refrigerant pada kondisi superheated. Nilai dari flowrate refrigerant
mengikuti spesifikasi chiller yaitu flowrate in sebesar 148,3 L/s dan flowrate out
sebesar 189,3 L/s sesuai Gambar 3.5.
16

Gambar 3. 4.Diagram P-h R134a[6].

Gambar 3. 5.Spesifikasi Chiller.

3.2. Pengumpulan Data


Data yang diambil untuk mendapatkan nilai kerja pendinginan perlu dilakukan
pengukuran terhadap debit air pipa chilled water dan temperatur masuk pipa (Th)
dan temperatur keluar pipa (Tc). Pengukuran debit air pipa chilled water dilakukan
menggunakan flowmeter, sedangkan temperatur pipa chilled water supply dan
return menggunakan alat termokopel. Flowmeter memiliki tingkat akurasi 2-30
17

L/menit dengan temperatur kerja −10°𝐶 − 180°𝐶. Termokopel memiliki tingkat


akurasi ±1°𝐶 dengan temperatur kerja −200°𝐶 − 500°𝐶. Kalibrasi dilakukan saat
sebelum dilakukan pengukuran dengan mengikuti instruksi manual dari alat ukur.
Kemudian data yang dibutuhkan untuk mengetahui konsumsi daya terdiri dari debit,
temperatur dan tekanan pada refrigeran yang keluar dari kompresor dan masuk
menuju kompresor didapatkan dari kondisi kerja chiller berdasarkan spesifikasi
resmi vendor DAIKIN, untuk proses pengambilan datanya sesuai Gambar 3.6.

Gambar 3. 6.Diagram Pengumpulan Data.

3.3. Perhitungan
Sebelum melakukan perhitungan harus dilakukan penentuan parameter yang
nantinya akan berpengaruh pada perhitungan setelah itu dilakukan perhitungan
terhadap daya konsumsi dan kerja pendinginan. pada perhitungan kerja daya
pendinginan akan menggunakan pada persamaan (2.2),

Sehingga didapatkan nilai kerja pendinginan (Qin). Berikutnya dilakukan


perhitungan daya konsumsi (Win) sehingga didapatkan pengurangan antara
perkalian laju aliran massa dan entalpi yang nantinya akan dihasilkan besar
konsumsi daya yang persamaannya sebagai berikut :

(3.1)
setelah menemukan Win dan Qin maka dapat dihitung nilai COP dari water chilller
18

dengan persamaan (2.4).

(2.4.)

Gambar 3. 7.Diagram Metode Perhitungan.

3.4. Verifikasi data


Untuk menentukan ketepatan dalam mengumpulkan data dan melakukan
perhitungan diperlukan proses verifikasi data hasil perhitungan dengan nilai
efisiensi yang ditampilkan oleh algoritma dari building automation system dengan
tingkat error harus di bawah 10%. Data perhitungan pada monitor dipilih karena
terus dilakukan perawatan pada sensor-sensornya sehingga hasil perhitungannya
dapat dipertanggung jawabkan keakurasian dan presisinya. Setelah data sudah
sesuai dengan hasil pada monitor, maka langkah berikutnya adalah
membandingkan hasil perhitungan nilai COP dari chiller sebelum dengan sesudah
dilakukan maintenance.
BAB 4
RENCANA WAKTU PENELITIAN
Rencana kegiatan dan waktu penyelesaian tugas akhir dijelaskan melalui tabel
4.1. di bawah ini

Tabel 4. 1.Rencana Kegiatan dan Waktu Penyelesaian Tugas Akhir.

19
DAFTAR PUSTAKA
[1] E. I. Santoso, (2012): Kenyamanan Termal Indoor Pada Bangunan di
Daerah Beriklim Tropis Lembab, Indonesia. Green Technology Journal.,
Vol. 1, Surabaya.
[2] ASHRAE, Handbook HVAC Applications. 2019.
[3] J. Untoro, H. Gusmedi, dan N. Purwasih, (2014): Audit Energi dan
Analisis Penghematan Konsumsi Energi Pada Sistem Peralatan Listrik
Di Gedung Pelayanan Unila, Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro,
Vol. 8, Lampung.
[4] A. Pudjanarsa dan D. Nursuhud, (2012): Mesin Konversi Energi, 3rd ed.
Penerbit Andi, Yogyakarta.
[5] S. Himran, (2018): Termodinamika Teknik. Penerbit Andi, Yogyakarta.
[6] Y. A. Cengel dan M. A. Bolles, (2015): Thermodynamics An Engineering
Approach. McGraw-Hill Education, New York.
[7] R. B. S. Majanasastra, (2015): Analisis Kinerja Mesin Pendingin
Kompresi Uap Menggunakan Fe-36 Sebagai Alternatif Pengganti R-
22, Jurnal Imiah Teknik Mesin, Vol. 3, Bekasi.
[8] Y. A. Pratama, (2020): Karakteristik Water Chiller Pada Sistem
Pengkondisian Udara Denga Variasi Udara Segar, Disertasi, Teknik
Mesin, Universitas Sanata Dharma.
[9] S. A. Tirmizi, P. Gandhidasan, dan S. M. Zubair, (2012): Performance
analysis of a chilled water system with various pumping schemes,
Applied Energy Journal, Vol. 100, Dhahran.
[10] K. P. Lee dan T. A. Cheng, (2012): A simulation-optimization approach
for energy efficiency of chilled water system, Applied Energy Journal,
vol. 100, Taipei.
[11] J. Tomczyk, Eugene, B. Silberstein, B. Whitmann, dan Johnson, (2017):
Refrigeration and Air Conditioning Technology, 8th ed. Cengage
Learning, New York.
[12] H. W. Standford, (2012): HVAC Water Chillers and Cooling Towers
Fundamentals, Application, and Operation, 2nd ed. CRC Press 2012,

20
21

Florida.
[13] F. Incropera, (2011): Fundamentals of Heat and Mass Transfer, 7th ed.
United State of America.
[14] H. Ramadan dan A. D. Cappenberg, (2018): Uji Prestasi Refrigeran R22
Pada Mesin Pendingin Kompresi Uap Dengan Metode Pengujian
Aktual dan Simulasi, Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur UNJ, Vol.
5, Jakarta.
[15] N. D. Cahyono dan T. Suheta, (2016): Analisa Optimasi Manajemen
Energi Listrik Chiller Pada Central Air Conditioning Plan Di Mall
Marvell City – Surabaya, Seminar Nasional Sains dan Teknologi.
Terapan IV, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai