PROGRAM SARJANA
Oleh :
Fransiskus Albert
2018-0451-0118
FAKULTAS TEKNIK
CISAUK
2021
i
ABSTRAKSI
Sebuah bangunan perkantoran tentu memiliki sistem pengkondisian udara untuk
menjamin kenyamanan penghuni. Umumnya sistem yang digunakan adalah sistem
refrigerasi yang menggunakan chiller. Sistem yang digunakan oleh gedung
perkantoran 65 lantai di Jakarta adalah Chilled Water Cooling System. Perhitungan
COP sebuah mesin chiller dapat membantu untuk mengetahui jumlah energi yang
dikonsumsi sebuah chiller. Sebuah chiller dengan nilai COP yang tinggi mampu
memberikan efek refrigerasi tinggi dengan daya listrik yang minimum. Jadi, dengan
menganalisa kinerja chiller, dapat diketahui sistem yang memakan energi paling
banyak dan bagaimana solusinya untuk lebih menghemat energi. Waktu yang
dibutuhkan untuk menganalisa kinerja chiller pada Gedung perkantoran enam
puluh lima lantai di Jakarta sekitar sembilan bulan dimulai dari bulan Maret 2021
sampai November 2021.
Kata kunci: Sistem Pengkondisian Udara, COP, Water Chiller.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.5. Batasan Masalah ....................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1. Sistem Refrigerasi ........................................................................................ 5
2.1.1. Siklus Kompresi Uap ............................................................................. 5
2.1.2. Chilled Water Cooling System .............................................................. 8
2. 2. Centrifugal Water Chiller .......................................................................... 10
2.3. Perhitungan Kinerja Chiller ....................................................................... 11
2.3.1 Perhitungan Daya Kapasitas Pendinginan ............................................ 11
2.3.2 Perhitungan Daya yang Dibutuhkan Kompresor .................................. 11
2.3.3 Perhitungan Coefficient of Performance (COP) ................................... 12
BAB 3 METODE PENELITIAN.......................................................................... 13
3.1. Penentuan Parameter .................................................................................. 14
3.1.1. Kerja Pendinginan (Qin) ...................................................................... 14
3.1.2. Konsumsi Daya (Win) ......................................................................... 15
3.2. Pengumpulan Data ..................................................................................... 16
3.3. Perhitungan ................................................................................................. 17
3.4. Verifikasi data ............................................................................................ 18
BAB 4 RENCANA WAKTU PENELITIAN ....................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Menurut penelitian Lee dan Chang, orang akan menghabiskan 90% waktunya
untuk beraktivitas di dalam ruangan [1]. Karena itu, banyak dilakukan studi
terkait pengkondisian udara pada suatu bangunan. Pengkondisian udara pada
suatu bangunan menjadi satu hal yang fundamental karena menyangkut
kenyamanan dan kesehatan dari pengguna bangunan itu sendiri. Kriteria agar
suatu bangunan dapat dikatakan nyaman diatur oleh berbagai standar, salah
satunya standar American Society of Heating, Refrigerating and Air-
Conditioning Engineers (ASHRAE) yang mengatakan kalau standar
kenyamanan suatu gedung perkantoran dapat diukur dari temperatur,
kelembaban, dan sirkulasi udara yang baik [2].
Sistem pengkondisian udara merupakan salah satu sistem pada suatu bangunan
yang memerlukan pasokan energi yang tinggi mencapai 60% total konsumsi
listrik suatu bangunan [3]. Data konsumsi energi listrik suatu bangunan
didapatkan dari hasil audit energi. Audit energi adalah usaha untuk
menganalisis energi yang digunakan suatu bangunan untuk mengoperasikan
sistem-sistemnya dengan tujuan penghematan energi tanpa menimbulkan efek
samping yang signifikan terhadap output yang dirasakan penghuni gedung.
Proses audit energi membantu kita untuk lebih memahami bagian mana yang
membutuhkan pasokan energi lebih banyak, mengetahui sistem apa yang
paling boros dan menemukan solusi untuk mengurangi pemakaian energi.
1
2
sebuah bangunan 65 lantai yang terletak di Jakarta yang akan dianalisis ini,
digunakan sistem refrigerasi chilled water cooling system. Sistem refrigerasi
ini memanfaatkan air dingin sebagai media pendingin yang akan
didistribusikan ke setiap lantai yang memiliki Air Handling Unit (AHU) dan
Fan Coil Unit (FCU). Untuk menghasilkan air dingin, diperlukan sebuah
chiller plant yang akan beroperasi dengan mengkonsumsi energi listrik sesuai
dengan cooling load yang dibutuhkan.
Chiller plant adalah kumpulan mesin yang akan menjalankan sistem refrigerasi
dan heat rejection pada suatu gedung. Chiller plant pada gedung perkantoran
65 lantai di Jakarta ini menggunakan lima buah chiller, sebuah chilled water
pump, sebuah condenser water pump, dan empat buah cooling tower. Untuk
mengetahui sebuah chiller bekerja dengan baik atau tidak dapat dilakukan
analisa terhadap coefficient of performance (COP). COP adalah perbandingan
dari daya pendinginan yang dilakukan chiller plant terhadap total daya yang
dibutuhkan untuk mengoperasikan chiller plant [4].
Pada penelitian ini akan dilakukan pengambilan data pada pipa chilled water
untuk dapat menghitung nilai cooling load, dan kompressor untuk mengetahui
daya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan chiller. Kedua data di atas dapat
digunakan untuk mencari tujuan akhir dari penelitian ini yaitu COP, dengan
variasi flowrate agar dapat mengetahui peningkatan performa chiller.
3
1.2.Rumusan Masalah
• Berapakah nilai COP dari chiller pada gedung perkantoran 65 Lantai di
Jakarta?
• Apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai COP dari chiller pada
gedung perkantoran 65 lantai di Jakarta?
1.3.Tujuan
• Mengetahui nilai COP aktual chiller pada gedung perkantoran 65 Lantai di
Jakarta.
• Meningkatkan nilai COP chiller pada gedung perkantoran 65 Lantai di
Jakarta.
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Melakukan penghematan energi listrik tanpa mengesampingkan
kenyamanan pengguna gedung perkantoran.
2. Mengurangi biaya operasional chiller pada Gedung perkantoran 65 lantai di
Jakarta.
1.5.Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini antara lain:
1. Total kapasitas pendinginan chiller yang akan dianalisis adalah 14.880 kW
dengan rincian dua buah chiller dengan kapasitas 3720 kW dan dua buah
chiller dengan kapasitas 1860 kW.
2. Asumsi luas area yang tercakup oleh sistem pengkondisian udara adalah
kurang lebih 86.645 m2.
3. Asumsi beban pendinginan yang terjadi adalah sama dengan efek
pendinginan yang diberikan chiller kepada air.
4. Asumsi efek pendinginan yang diberikan chiller ke air sama dengan kalor
yang diterima oleh refrigerant pada evaporator.
5. Data-data yang akan digunakan untuk analisis, debit, temperatur, dan daya,
diambil setiap satu jam sekali selama 24 jam. Pengambilan data dilakukan
setiap hari selama satu bulan dengan kondisi pembanding yang berbeda,
4
satu bulan operasional seperti biasa dan satu bulan setelah dilakukan proses
maintenance.
6. Perhitungan menggunakan asumsi steady state, steady flow, mengabaikan
perubahan energi potensial dan energi kinetik pada pipa chilled water, dan
mengabaikan heatloss yang terjadi pada pipa chilled water.
7. Data properti air yang digunakan dalam analisis diambil sesuai dengan tabel
pada literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi merupakan suatu sistem yang menjadikan kondisi
temperature suatu sistem berada dibawah temperatur mula-mulanya.
Kondisi ini dapat terjadi karena penyerapan panas oleh reservoir dingin (low
temperature source) dan panas yang diserap serta kerja yang diberikan akan
dilepaskan pada bagian reservoir panas (high temperature sink)[4]. Untuk
system refrigerasi sangat penting untuk menentukan kuantitas panas yang
diserap karena menunjukan berapa kapasitas pendingin yang dapat
diberikan oleh sistem refrigerasi.
Kapasitas pendinginan dari suatu sistem pendingin dinyatakan dalam
ton pendinginan. Kapasitas pendinginan 1 ton adalah kemampuan
membekukan 1 ton (2000 lbm) air cair pada 0oC menjadi es pada 0oC dalam
24 jam. 1 ton pendinginan ekuivalen degan 211 kJ/min atau 200 Btu/min[5].
Zat kerja yang mengalir dalam proses pendinginan menggunakan
refrigerant. Refrigerant yang umum digunakan adalah ammonia, metil
klorida, Freon R-12, Freon R-134, dll[5].
5
6
Jadi, cara kerja dari chilled water cooling system adalah dengan
mensirkulasikan air dingin yang dihasilkan evaporator chiller melalui pipa
chilled waterflow menuju ke Air Handling Unit (AHU) yang bertugas untuk
mendinginkan ruangan pada gedung dengan cara melakukan proses heat
transfer dari temperatur air dingin dengan temperatur ruangan. Air dingin
yang telah mengalami proses heat transfer akan mengalami kenaikan
temperatur sehingga harus kembali didinginkan dengan cara disirkulasikan
kembali menuju chiller. Menurut Kuei-Peng, salah satu cara untuk
meningkatkan efisiensi dari chilled water cooling system dapat dengan
mengatur kembali temperatur set-point dari chilled water dan cooling water
[10].
10
Dimana :
q = total rate of heat transfer (kW)
𝑚̇= aliran massa (kg/s)
𝐶𝑝 = panas spesifik (kJ/kg.K)
𝑇ℎ = temperatur panas (K)
𝑇𝑐 = temperatur dingin (K)
Pada kasus Chiller Plant, karena yang diketahui adalah laju aliran air,
maka persamaannya dapat diubah menjadi persamaan (2.2):
𝑞 = 𝑉̇ . 𝜌. 𝐶𝑝 . ( 𝑇ℎ − 𝑇𝑐 ) (2.2)
Pada persamaan (2), untuk mencari aliran massa menggunakan 𝑉̇ yaitu
debit air dan 𝜌 adalah massa jenis air pada suhu 𝑇𝑐 , jka aliran massa air
semakin tinggi maka dapat meningkatkan nilai COP[13].
2.3.2 Perhitungan Daya yang Dibutuhkan Kompresor
Jumlah daya yang dibutuhkan oleh suatu kompresor dapat diketahui
nilainya dengan cara menghitung dengan rumus berdasarkan aliran, dan
12
Dari hasil rumus diatas dapat dilihat bahwa nilai COP berbanding
terbalik dengan jumlah dari besarnya daya yang diberikan. Maka dari itu,
pengurangan daya yang diberikan maka dari itu hasil peningkatan nilai COP
akan menyebabkan nilai daya yang dibutuhkan untuk melakukan pendinginan
yang semakin berkurang[15].
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian dilakukan mulai dari studi literatur sampai dengan
menganalisis hasil perhitungan Coefficient of Performance (COP) dari water chiller
pada gedung perkantoran 65 lantai di Jakarta sesuai dengan Gambar 3.1.
19
14
massa jenis air digunakan nilai 997 kg/m3 untuk suhu air yang berkisar diantara 0oC
dan 25oC, panas spesifik menggunakan nilai 4.18 kJ/Kg.K diantara 0oC dan 25oC[9]
3.3. Perhitungan
Sebelum melakukan perhitungan harus dilakukan penentuan parameter yang
nantinya akan berpengaruh pada perhitungan setelah itu dilakukan perhitungan
terhadap daya konsumsi dan kerja pendinginan. pada perhitungan kerja daya
pendinginan akan menggunakan pada persamaan (2.2),
(3.1)
setelah menemukan Win dan Qin maka dapat dihitung nilai COP dari water chilller
18
(2.4.)
19
DAFTAR PUSTAKA
[1] E. I. Santoso, (2012): Kenyamanan Termal Indoor Pada Bangunan di
Daerah Beriklim Tropis Lembab, Indonesia. Green Technology Journal.,
Vol. 1, Surabaya.
[2] ASHRAE, Handbook HVAC Applications. 2019.
[3] J. Untoro, H. Gusmedi, dan N. Purwasih, (2014): Audit Energi dan
Analisis Penghematan Konsumsi Energi Pada Sistem Peralatan Listrik
Di Gedung Pelayanan Unila, Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro,
Vol. 8, Lampung.
[4] A. Pudjanarsa dan D. Nursuhud, (2012): Mesin Konversi Energi, 3rd ed.
Penerbit Andi, Yogyakarta.
[5] S. Himran, (2018): Termodinamika Teknik. Penerbit Andi, Yogyakarta.
[6] Y. A. Cengel dan M. A. Bolles, (2015): Thermodynamics An Engineering
Approach. McGraw-Hill Education, New York.
[7] R. B. S. Majanasastra, (2015): Analisis Kinerja Mesin Pendingin
Kompresi Uap Menggunakan Fe-36 Sebagai Alternatif Pengganti R-
22, Jurnal Imiah Teknik Mesin, Vol. 3, Bekasi.
[8] Y. A. Pratama, (2020): Karakteristik Water Chiller Pada Sistem
Pengkondisian Udara Denga Variasi Udara Segar, Disertasi, Teknik
Mesin, Universitas Sanata Dharma.
[9] S. A. Tirmizi, P. Gandhidasan, dan S. M. Zubair, (2012): Performance
analysis of a chilled water system with various pumping schemes,
Applied Energy Journal, Vol. 100, Dhahran.
[10] K. P. Lee dan T. A. Cheng, (2012): A simulation-optimization approach
for energy efficiency of chilled water system, Applied Energy Journal,
vol. 100, Taipei.
[11] J. Tomczyk, Eugene, B. Silberstein, B. Whitmann, dan Johnson, (2017):
Refrigeration and Air Conditioning Technology, 8th ed. Cengage
Learning, New York.
[12] H. W. Standford, (2012): HVAC Water Chillers and Cooling Towers
Fundamentals, Application, and Operation, 2nd ed. CRC Press 2012,
20
21
Florida.
[13] F. Incropera, (2011): Fundamentals of Heat and Mass Transfer, 7th ed.
United State of America.
[14] H. Ramadan dan A. D. Cappenberg, (2018): Uji Prestasi Refrigeran R22
Pada Mesin Pendingin Kompresi Uap Dengan Metode Pengujian
Aktual dan Simulasi, Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur UNJ, Vol.
5, Jakarta.
[15] N. D. Cahyono dan T. Suheta, (2016): Analisa Optimasi Manajemen
Energi Listrik Chiller Pada Central Air Conditioning Plan Di Mall
Marvell City – Surabaya, Seminar Nasional Sains dan Teknologi.
Terapan IV, Surabaya.