Disusun Oleh:
Murni
DOSEN:
| Paradigma NPS
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pengantar Ilmu Administrasi Negara /
Publik, dengan judul “ New Public Service” dan penerapannya di Indonesia”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasannya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Semoga makalah yang kami buat ini dapata bermanfaat untuk pengetahuan
kita semua.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...........................................................................................................
2
Daftar Isi.......................................................................................................................
2 | Paradigma NPS
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...................................................................................
2. Ruang Lingkup Penulisan..................................................................
3. Tujuan dan Manfaat Penulisan..........................................................
PUBLIK SERVICE
A. PEMBAHASAN
1. Konsep New Public Service di Indonesia...................................
2. Dampak penerapan New Public Service di Indonesia................
3. Kendala dalam menerapkan New Public Service di
Indonesia.....................................................................................
BAB IV PENUTUP..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
New Public Service lahir sebagai anti thesa dan berusaha mengkritik
| Paradigma NPS
New Public Management, yang dianggap gagal di banyak negara. New Public
Management memang sukses diterapkan di Amerika Serikat, Kanada, Inggris,
Selandia Baru, dan beberapa negara maju lainnya, tetapi bagaimana
penerapannya di negara-negara berkembang? Kenyataannya, banyak negara
berkembang, termasuk Indonesia dan negara miskin, seperti negara-negara di
kawasan benua Afrika yang gagal menerapkan konsep New Public
Management karena tidak sesuai dengan landasan ideologi, politik, ekonomi,
dan sosial-budaya negara yang bersangkutan.
4 | Paradigma NPS
2. Ruang Lingkup Penulisan
5 | Paradigma NPS
dalam pengelolaan tata pemerintahan. Meskipun tidak mudah bagi pemerintah
untuk menjalankan ini, setelah sekian lama bersikap sewenang-wenang
terhadap publik. Di dalam paradigma ini semua ikut terlibat dan tidak ada lagi
yang hanya menjadi penonton. Gagasan Denhardt & Denhardt tentang
Pelayanan Publik Baru (PPB) menegaskan bahwa pemerintah seharusnya
tidak dijalankan seperti layaknya sebuah perusahaan tetapi melayani
masyarakat secara demokratis, adil, merata, tidak diskriminatif, jujur, dan
akuntabel. Disini pemerintah harus menjamin hak-hak warga masyarakat, dan
memenuhi tanggung jawabnya kepada masyarakat dengan mengutamakan
kepentingan warga masyarakat. “Citizens First” harus menjadi pegangan atau
semboyan pemerintah (Denhardt & Gray, 1998).
Akar dari New Public Service dapat ditelusuri dari berbagai ide tentang
demokrasi yang pernah dikemukakan oleh Dimock, Dahl, dan Waldo. NPS
berakar dari beberapa teori, yang meliputi:
1. Teori tentang demokrasi kewarganegaraan
Perlunya pelibatan warganegara dalam pengambilan kebijakan
dan pentingnya deliberasi untuk membangun solidaritas dan komitmen
guna menghindari konflik.
2. Model komunitas dan masyarakat sipil
Akomodatif terhadap peran masyarakat sipil dengan
membangun sosial trust, kohesi sosial, dan jaringan sosial dalam tata
pemerintahan yang demokratis.
3. Teori organisasi humanis dan administrasi negara baru
Administrasi negara harus fokus pada organisasi yang
menghargai nilai-nilai kemanusiaan (human beings) dan respon terhadap
nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan isu-isu sosial lainnya.
4. Administrasi negara postmodern
Mengutamakan dialog (dirkursus) terhadap teori dalam
memecahkan persoalan publik daripada menggunakan one best way
perspective.
6 | Paradigma NPS
New Public Service adalah paradigma yang berdasar atas
konsepkonsep yang pada hakikatnya sesuai dengan nilai-nilai yang ada di
masyarakat. Peran dari pemerintah adalah mengolaborasikan antara nilainilai
yang ada sehingga kongruen dan sesuai kebutuhan masyarakat. Sistem nilai
dalam masyarakat adalah dinamis sehingga membutuhkan pelayanan yang
prima dari pemerintah.
7 | Paradigma NPS
2. Reability → Kemampuan unit pelayanan untuk menciptakan yang dijanjikan
dengan tepat.
3. Responsiveness → Kemauan untuk membantu para provider untuk
bertanggung jawab terhadap mutu layanan yang diberikan.
4. Competence → Tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan, dan keterampilan
yang baik oleh aparatur dalam memberikan layanan.
5. Courtessy → Sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap
keinginan pelanggan serta mau melakukan kontak atau hubungan pribadi.
6. Credibility → Sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik kepercayaan
masyarakat.
7. Security → Jasa pelayanan yang diberikan harus dijamin dan bebas dari
bahaya dan resiko.
8. Access → Terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak dan pendekatan.
9. Communication → Kemampuan pemberi layanan untuk mendengarkan
suara, keinginan, atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu
menyampaikan informasi baru kepada masyarakat.
10.Understanding Customer → Melakukan segala usaha untuk mengetahui
kebutuhan pelanggan.
8 | Paradigma NPS
BAB III
A. Pembahasan
1. Konsep New Public Service di Indonesia
Di Indonesia sendiri penerapan New Public Service sudah sangat lama
dibicarakan dan berusaha untuk direalisasikan, namun dalam kenyataannya
masih terkendala banyak hal dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
2. Birokrasi kita tidak pernah menyadari bahwa ada perubahan besar di dunia.
Di mana semua hal harus mengacu kepada pasar, bisnis harus mengacu
kepada permintaan pasar, dan kalau mau berhasil dalam kompetisi harus
mampu melayani pasar. Pasar birokrasi adalah seluruh masyarakat, yang
dilayani oleh birokrasi bukannya pejabat pemerintahan atau pimpinan
birokrasi itu sendiri, tetapi rakyat.
9 | Paradigma NPS
6. Birokrasi juga dikenal enggan terhadap perubahan, ekslusif, kaku, dan terlalu
dominan sehingga hampir seluruh masyarakat membutuhkan sentuhan-
sentuhan birokrasi. (birokrasi lama)
7. Tingginya biaya yang dibebankan untuk pengurusan hal tertentu baik yang
berupa legal cost maupun illegal cost, waktu tunggu yang lama, banyaknya
pintu layanan yang harus dilewati dan tidak berprespektif harus dihormati oleh
rakyat.
Kemudian jika mengacu kepada prinsip-prinsip dari New Public Service itu
sendiri ada beberapa berinsip yang masih belum terpenuhi. Berikut beberapa
prinsip yang belum terpenuhi dan juga kendala yang dihadapi :
10 | Paradigma NPS
Namun pada kenyataannya para pelayan publik masih belum
mengutamakan kepentingan publik. Sebagai contoh misalnya dalam proses
pemberian pelayanan umum kepada masyarakat, penyelenggara layanan
secara berkali-kali menunda atau mengulur-ulur waktu dengan alasan yang
tidak dapat dipertanggung- jawabkan sehingga proses administrasi yang
sedang dikerjakan menjadi tidak tepat waktu sebagaimana ditentukan (secara
patut) dan mengakibatkan pelayanan umum tidak ada kepastian sehingga
menimbulkan masyarakat tak nyaman dan menghilangkan rasa kepercayaan
terhadap pelayan publik.
11 | Paradigma NPS
Democratically)
Ide utama prinsip ini adalah bahwa kebijakan dan program untuk
menjawab kebutuhan publik akan dapat efektif dan responsif apabila dikelola
melalui usaha kolektif dan proses kolaboratif. Prinsip ini berkaitan dengan
bagaimana administrasi publik menerjemahkan atau mengimplementasikan
kebijakan publik sebagai manifestasi dari kepentingan publik. Fokus utama
implementasi dalam New Publik Service pada keterlibatan citizen dan
pembangunan komunitas (community building). Keterlibatan citizen dilihat
sebagai bagian yang harus ada dalam implementasi kebijakan dalam sistem
demokrasi. Keterlibatan disini mencakup keseluruhan tahapan perumusan
dan proses implementasi kebijakan. Melalui proses ini, warga negara merasa
terlibat dalam proses kepemerintahan bukan hanya menuntut pemerintah
untuk memuaskan kepentingannya. Organisasi menjadi ruang publik dimana
manusia (citizen dan administrator) dengan perspektif yang berbeda bertindak
bersama demi kebaikan publik. Interaksi dan keterlibatan dengan warga
negara ini yang memberi tujuan dan makna pada pelayanan publik.
Namun partisispasi masyarakat dalam pemerintahan masih dibilang
minim. Selama ini menurut Paper 01/TK/2011LoGoWa/FISIP Universitas
Indonesia/TK/4Prasojo (2008), ruang bagi publik untuk berpartisipasi
dilakukan oleh masyarakat secara spontan melalui beberapa sarana. Diantara
sarana utama yang dipergunakan sebagai media partisipasi menurut Prasojo
adalah sarana public hearing di DPRD, pengaduan di kotak-kotak saran, dan
melalui lembaga-lembaga resmi lainnya. Meskipun demikian keterlibatan
masyarakat tersebut belum sampai pada tahapan citizen control, melainkan
hanya sampai pada tingkat informasi dan konsultasi saja. Apa yang
disampaikan oleh Prasojo (2008) tersebut, juga sejalan dengan pandangan
dari tim revisiUU No. 32/2004. Menurut tim revisi UU No. 32/2004 terdapat
sejumlah permasalahan yang terkait dengan peran masyarakat madani dalam
pemerintahan, yakni:
1) Tidak ada pengaturan yang menghubungkan antara pemerintah daerah
dan masyarakat
2) Tidak ada cukup tersedia informasi tentang kegiatan pemerintahan bagi
masyarakat
12 | Paradigma NPS
3) Proses kebijakan di daerah yang masih lebih banyak mewakili kepentingan
elit politik daripada kepentingan publik.
13 | Paradigma NPS
kewajiban publik menjadikan relasi negara dan publik tidak bersifat sukarela.
Karena itu, abdi negara tidak hanya responsif terhadap “customer”, tapi juga
fokus pada pemenuhan hak -hak publik serta upaya membangun hubungan
kepercayaan (trust) dan kolaborasi dengan warga negara.
Hal diatas masihlah belum terlaksana dengan baik karena kadang
kala ditemui adanya pelayanan publik yang mendahulukan pelayanan
terhadap pihak yang mempunyai kedudukan ataupun masyarakat yang
menggunakan uang untuk mempercepat proses dari pelayanan tersebut.
Misalnya pembuatan KTP, agar prosesnya cepat selesai maka seseorang
membayar si pelayan public tersebut sedangkan seseorang yang tidak
membayar dilayani dengan wajar dan kadang cenderung diundur-undur. Hal
ini menunjukan bahwa proses pelayanan masih mengikuti kemampuan
seseorang untuk membeli atau membayar suatu produk jasa.
14 | Paradigma NPS
diselenggarakan pemerintah untuk datang memberi pelayanan pada warga
negara yang menjangkau segala pelosok daerah. Dari adanya program-
program tersebut sebagai bukti bahwa paradigma New Public Service telah
memberi pemikiran baru dalam cara memerintah sebuah negara. New Public
Service adalah cara pandang baru dalam administrasi negara yang mencoba
menutupi (cover) kelemahan-kelemahan paradigma Old Public Administration
dan New Public Management.
2. mendahulukan kita tanpa proses antri, dan masih banyak contoh yang
lainnya. “Kenyamanan” yang dirasakan selama ini oleh jajaran birokrat
(status quo) membuat mereka sulit untuk merubah pola pikir maupun sikap
mental untuk mendukung kearah perubahan yang lebih baik. Intinya terjadi
penentangan oleh pihak internal (birokrat itu sendiri) terhadap usaha
perubahan yang menjadi inti dari reformasi pelayan public menuju New
Public Service ini. Ketidakinginan untuk merubah pola pikir termasuk
15 | Paradigma NPS
budaya kerja dari para birokrat yang ada tentunya menjadi kendala dalam
perubahan itu sendiri. Reformasi birokrasi tidak dapat terlaksana secara
optimal karena belum menyentuh hal yang paling mendasar yaitu “kultur”.
Selama ini reformasi birokrasi hanya menyangkut hal – hal yang
menyangkut kelembagaan, tata laksana, serta sumber daya manusia yang
masih terbatas pada tataran pendidikan dan pelatihan.
16 | Paradigma NPS
copot. Kemudian bisa di pastikan ada kesepakatankesepakatan politik
antara kepala daerah terpilih dengan partai yang mencalonkannya, minimal
pada pembagian proyek-proyek daerah. Dan masih banyak yang lainnya.
Dapat kita simpulkan bahwa permasalahan yang ada di Indonesia dalam
pelaksanaan administrasi publik, secara garis besar adalah pengaruh
budaya lokal yang tidak bisa bertransformasi langsung dengan baik
terhadap konsep-konsep yang kita ambil dari luar, oleh karena itu, kita
masih membutuhkan
waktu yang lama untuk melakukan perubahan budaya ke arah yang lebih
baik. Kemudian yang kedua adalah politisasi dalam pelaksanaan
administrasi publik yang sangat kental dan pengaruh politik ini bisaa
menjadi dominan, dalam menentukan kebijakan publik. Selagi administrasi
publik belum bisa melepaskan diri dari ranah politik maka kebijakan publik
pun tidak akan pernah lepas dari kepentingan politik.
17 | Paradigma NPS
Sudah jadi rahasia umum kan, kalau etos kerja pegawai pelayanan publik
kita buruk. Ini termasuk masalah kedisiplinan yang rendah, attitude dalam
memberikan pelayanan yang kurang baik, maupun kurang tegasnya sanksi
bagi pegawai yang berkinerja buruk. Ya, disini kita sedang membicarakan
tentang tidak ramah saat memberikan pelayanan, tidak tepat waktu, lambat,
kebanyakan ngobrol, sering bolos kantor untuk belanja di pasar, dan lain
sebagainya.
Jadi bagaimana pelayanan publik bisa maksimal kalau pegawai-nya tidak
disipilin, berkinerja rendah, dan tidak takut berbuat kesalahan karena tidak
adanya sanksi yang tegas. Sebagai contoh mudah, soal sering ngaret-nya
jam buka pos pelayanan (apapun itu), yang mengakibatkan antrean panjang.
Masyarakat jadi korban.
18 | Paradigma NPS
APBD lebih banyak dihabiskan untuk kegiatan rutin dibandingkan kegiatan
pembangunan.
BAB IV PENUTUP
Dengan demikian dari paradigma the new public service yang dipaparkan
diatas, penulis berpendapat bahwa semua ini menekankan pada partisipasi warga
negara dalam merumuskan program-program layanan publik yang berpihak pada
kebutuhan warga negara, memiliki hak yang sama, memberi ruang bagi partisipasi
publik dan transparansi para penyedia layanan dalam menghadapi warga negara,
akuntabilitas sesuai dengan program, norma dan implementasi yang dijalankan
lembaga birokrasi selama ini.
Hingga saat ini Indonesia sudah mulai mengadopsi konsep New Public
Service. Namun hanya saja dalam pelaksanaanya masih dihadapkan dengan
berbagai macam kendala, yaitu :
19 | Paradigma NPS
pembagian kekayaan daerah dengan pusat, walaupun hanya daerah-daerah
tertentu (daerah yang kaya, seperti Riau, Aceh, Kaltim, dsb) yang menuntut ruang
yang lebih besar dalam pengelolaan kekayaannya, atau mereka akan
melepaskan diri dari NKRI.
20 | Paradigma NPS