Anda di halaman 1dari 12

11 AMALAN KETIKA

BERBUKA PUASA
Pertama: Menyegerakan
berbuka puasa.

Yang dimaksud menyegerakan


berbuka puasa, bukan berarti kita
berbuka sebelum waktunya.
Namun yang dimaksud adalah
ketika matahari telah tenggelam
atau ditandai dengan
dikumandangkannya adzan
Maghrib, maka segeralah berbuka.
Dan tidak perlu sampai selesai
adzan atau selesai shalat Maghrib.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

ْ ِ‫الَ يَزَا ُل النَّاسُ بِ َخي ٍْر َما َع َّجلُوا ْالف‬


‫ط َر‬

“Manusia akan senantiasa berada


dalam kebaikan selama mereka
menyegerakan berbuka.” (HR.
Bukhari no. 1957 dan Muslim no.
1098)
Dalam hadits yang lain disebutkan,

ْ ِ‫اَل تَزَا ُل ُأ َّمتِى َعلَى ُسنَّتِى َما لَ ْم تَ ْنتَ ِظرْ بِف‬


‫ط ِرهَا النُجُوْ َم‬

“Umatku akan senantiasa berada di


atas sunnahku (ajaranku) selama
tidak menunggu munculnya
bintang untuk berbuka puasa.”
(HR. Ibnu Hibban 8/277 dan Ibnu
Khuzaimah 3/275, sanad shahih).
Inilah yang ditiru oleh Rafidhah
(Syi’ah), mereka meniru Yahudi
dan Nashrani dalam berbuka
puasa. Mereka baru berbuka ketika
munculnya bintang. Semoga Allah
melindungi kita dari kesesatan
mereka. (Lihat Shifat Shoum Nabi,
63)

Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa


sallam biasa berbuka puasa
sebelum menunaikan shalat
Maghrib dan bukanlah menunggu
hingga shalat Maghrib selesai
dikerjakan. Inilah contoh dan
akhlaq dari suri tauladan kita
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagaimana Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu berkata,

‫ يُ ْف ِط ُر َعلَى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫َكانَ َرسُو ُل هَّللا‬


‫ات فَ َعلَى‬ َ ُ‫ت قَب َْل َأ ْن ي‬
ٌ َ‫صلِّ َى فَِإ ْن لَ ْم تَ ُك ْن ُرطَب‬ ٍ ‫ُرطَبَا‬
‫ت ِم ْن َما ٍء‬ٍ ‫ت فَِإ ْن لَ ْم تَ ُك ْن َح َسا َح َس َوا‬
ٍ ‫تَ َم َرا‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam biasanya berbuka dengan
rothb (kurma basah) sebelum
menunaikan shalat. Jika tidak ada
rothb, maka beliau berbuka dengan
tamr (kurma kering). Dan jika
tidak ada yang demikian beliau
berbuka dengan seteguk air.” (HR.
Abu Daud no. 2356 dan Ahmad
3/164, hasan shahih)

Kedua: Berbuka dengan rothb,


tamr atau seteguk air.

Sebagaimana disebutkan dalam


hadits Anas bin Malik di atas,
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam sangat menyukai berbuka
dengan rothb (kurma basah) karena
rothb amat enak dinikmati. Namun
kita jarang menemukan rothb di
negeri kita karena kurma yang
sudah sampai ke negeri kita
kebanyakan adalah kurma kering
(tamr). Jika tidak ada rothb,
barulah kita mencari tamr (kurma
kering). Jika tidak ada kedua
kurma tersebut, maka bisa beralih
ke makanan yang manis-manis
sebagai pengganti. Kata ulama
Syafi’iyah, ketika puasa
penglihatan kita biasa berkurang,
kurma itulah sebagai pemulihnya
dan makanan manis itu semakna
dengannya (Kifayatul Akhyar,
289). Jika tidak ada lagi, maka
berbukalah dengan seteguk air.
Inilah yang diisyaratkan dalam
hadits Anas di atas.

Ketiga: Sebelum makan


berbuka, ucapkanlah ‘bismillah’
agar tambah barokah.

Inilah yang dituntunkan dalam


Islam agar makan kita menjadi
barokah, artinya menuai kebaikan
yang banyak.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ِإ َذا َأ َك َل َأ َح ُد ُك ْم فَ ْليَ ْذ ُك ِر ا ْس َم هَّللا ِ تَ َعالَى فَِإ ْن نَ ِس َى َأ ْن‬


ُ‫يَ ْذ ُك َر ا ْس َم هَّللا ِ تَ َعالَى فِى َأ َّولِ ِه فَ ْليَقُلْ بِس ِْم هَّللا ِ َأ َّولَه‬
ُ‫َوآ ِخ َره‬

“Apabila salah seorang di antara


kalian makan, maka hendaknya ia
menyebut nama Allah Ta’ala
(yaitu membaca ‘bismillah’). Jika
ia lupa untuk menyebut nama
Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia
mengucapkan: “Bismillaahi
awwalahu wa aakhirohu (dengan
nama Allah pada awal dan
akhirnya)”.” (HR. Abu Daud no.
3767 dan At Tirmidzi no. 1858,
hasan shahih)

Dari Wahsyi bin Harb dari


ayahnya dari kakeknya bahwa para
sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata,

‫ قَا َل « فَلَ َعلَّ ُك ْم‬.ُ‫يَا َرسُو َل هَّللا ِ ِإنَّا نَْأ ُك ُل َوالَ نَ ْشبَع‬
‫ قَا َل « فَاجْ تَ ِمعُوا َعلَى طَ َعا ِم ُك ْم‬.‫ قَالُوا نَ َع ْم‬.» َ‫تَ ْفت َِرقُون‬
‫» َو ْاذ ُكرُوا ا ْس َم هَّللا ِ َعلَ ْي ِه يُبَا َر ْك لَ ُك ْم فِي ِه‬

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya


kami makan dan tidak merasa
kenyang?” Beliau bersabda:
“Kemungkinan kalian makan
sendiri-sendiri.” Mereka
menjawab, “Ya.” Beliau bersabda:
“Hendaklah kalian makan secara
bersama-sama, dan sebutlah nama
Allah, maka kalian akan diberi
berkah padanya.” (HR. Abu Daud
no. 3764, hasan). Hadits ini
menunjukkan bahwa agar makan
penuh keberkahan, maka
ucapkanlah bismilah serta
keberkahan bisa bertambah dengan
makan berjama’ah (bersama-
sama).

Keempat: Berdo’a ketika


berbuka “Dzahabazh zhoma-u
…”

Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma


berkata,
‫ال‬َ َ‫ ِإ َذا َأ ْفطَ َر ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫َكانَ َرسُو ُل هَّللا‬
‫ق َوثَبَتَ اَألجْ ُر ِإ ْن َشا َء‬ ِ َّ‫َب الظَّ َمُأ َوا ْبتَل‬
ُ ‫ت ْال ُعرُو‬ َ ‫« َذه‬
ُ ‫» هَّللا‬.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam ketika telah berbuka
mengucapkan: ‘Dzahabazh
zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa
tsabatal ajru insya Allah (artinya:
Rasa haus telah hilang dan urat-
urat telah basah, dan pahala telah
ditetapkan insya Allah)’.” (HR.
Abu Daud no. 2357, hasan). Do’a
ini bukan berarti dibaca sebelum
berbuka dan bukan berarti puasa
itu baru batal ketika membaca do’a
di atas. Ketika ingin makan, tetap
membaca ‘bismillah’ sebagaimana
dituntunkan dalam penjelasan
sebelumnya. Ketika berbuka,
mulailah dengan membaca
‘bismillah’, lalu santaplah
beberapa kurma, kemudian
ucapkan do’a di atas ‘dzahabazh
zhoma-u …’. Karena do’a di atas
sebagaimana makna tekstual dari “‫ِإ‬
‫“ َذا َأ ْفطَ َر‬, berarti ketika setelah
berbuka.

Catatan: Adapun do’a berbuka,


“Allahumma laka shumtu wa ‘ala
rizqika afthortu (Ya Allah, kepada-
Mu aku berpuasa dan kepada-Mu
aku berbuka)” Do’a ini berasal dari
hadits hadits dho’if (lemah).
Begitu pula do’a berbuka,
“Allahumma laka shumtu wa bika
aamantu wa ‘ala rizqika afthortu”
(Ya Allah, kepada-Mu aku
berpuasa dan kepada-Mu aku
beriman, dan dengan rizki-Mu aku
berbuka), Mula ‘Ali Al Qori
mengatakan, “Tambahan “wa bika
aamantu” adalah tambahan yang
tidak diketahui sanadnya,
walaupun makna do’a tersebut
shahih. Sehingga cukup do’a
shahih yang kami sebutkan di atas
(dzahabazh zhomau …) yang
hendaknya jadi pegangan dalam
amalan.

Kelima: Berdo’a secara umum


ketika berbuka.

Ketika berbuka adalah waktu


mustajabnya do’a. Jadi janganlah
seorang muslim melewatkannya.
Manfaatkan moment tersebut
untuk berdo’a kepada Allah untuk
urusan dunia dan akhirat. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

َ‫ثَالَثَةٌ الَ تُ َر ُّد َد ْع َوتُهُ ُم اِإل َما ُم ْال َعا ِد ُل َوالصَّاِئ ُم ِحين‬
ْ ‫يُ ْف ِط ُر َو َد ْع َوةُ ْال َم‬
ِ ُ‫ظل‬
‫وم‬

“Ada tiga orang yang do’anya


tidak ditolak : (1) Pemimpin yang
adil, (2) Orang yang berpuasa
ketika dia berbuka, (3) Do’a orang
yang terzholimi.” (HR. Tirmidzi
no. 2526 dan Ibnu Hibban 16/396,
shahih). Ketika berbuka adalah
waktu terkabulnya do’a karena
ketika itu orang yang berpuasa
telah menyelesaikan ibadahnya
dalam keadaan tunduk dan
merendahkan diri (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 194).
Keenam: Memberi makan
berbuka.

Jika kita diberi kelebihan rizki oleh


Allah, manfaatkan waktu
Ramadhan untuk banyak-banyak
berderma, di antaranya adalah
dengan memberi makan berbuka
karena pahalanya yang amat besar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

ُ‫صاِئ ًما َكانَ لَهُ ِم ْث ُل َأجْ ِر ِه َغي َْر َأنَّهُ الَ يَ ْنقُص‬
َ ‫َم ْن فَطَّ َر‬
‫ِم ْن َأجْ ِر الصَّاِئ ِم َش ْيًئا‬

“Siapa memberi makan orang yang


berpuasa, maka baginya pahala
seperti orang yang berpuasa
tersebut, tanpa mengurangi pahala
orang yang berpuasa itu sedikit
pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807,
Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad
5/192, hasan shahih)

Ketujuh: Mendoakan orang


yang beri makan berbuka.

Ketika ada yang memberi kebaikan


kepada kita, maka balaslah semisal
ketika diberi makan berbuka. Jika
kita tidak mampu membalas
kebaikannya dengan memberi
yang semisal, maka doakanlah ia.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫صنَ َع ِإلَ ْي ُك ْم َم ْعرُوفًا فَ َكافُِئوهُ فَِإ ْن لَ ْم ت َِج ُدوا َما‬


َ ‫َو َم ْن‬
‫ْأ‬
ُ‫تُ َكافُِئونَهُ فَا ْد ُعوا لَهُ َحتَّى ت ََروْ ا َأنَّ ُك ْم قَ ْد َكافَ تُ ُموه‬
“Barangsiapa yang memberi
kebaikan untukmu, maka balaslah.
Jika engkau tidak dapati sesuatu
untuk membalas kebaikannya,
maka do’akanlah ia sampai engkau
yakin engkau telah membalas
kebaikannya.” (HR. Abu Daud no.
1672 dan Ibnu Hibban 8/199,
shahih)

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam diberi minum, beliau pun
mengangkat kepalanya ke langit
dan mengucapkan,

‫ْق َم ْن َأ ْسقَانِى‬ ْ ‫ط ِع ْم َم ْن َأ‬


ِ ‫ط َع َمنِى َوَأس‬ ْ ‫اللَّهُ َّم َأ‬

“Allahumma ath’im man


ath’amanii wa asqi man asqoonii”
[Ya Allah, berilah ganti makanan
kepada orang yang memberi
makan kepadaku dan berilah
minuman kepada orang yang
memberi minuman kepadaku]”
(HR. Muslim no. 2055)

Kedelapan: Ketika berbuka


puasa di rumah orang lain.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


ketika disuguhkan makanan oleh
Sa’ad bin ‘Ubadah, beliau
mengucapkan,

‫َأ ْفطَ َر ِع ْن َد ُك ُم الصَّاِئ ُمونَ َوَأ َك َل طَ َعا َم ُك ُم اَألب َْرا ُر‬


ُ‫ت َعلَ ْي ُك ُم ْال َمالَِئ َكة‬
ْ َّ‫صل‬
َ ‫َو‬

“Afthoro ‘indakumush shoo-


imuuna wa akala tho’amakumul
abroor wa shollat ‘alaikumul
malaa-ikah [Orang-orang yang
berpuasa berbuka di tempat kalian,
orang-orang yang baik menyantap
makanan kalian dan malaikat pun
mendo’akan agar kalian mendapat
rahmat].” (HR. Abu Daud no. 3854
dan Ibnu Majah no. 1747 dan
Ahmad 3/118, shahih)

Kesembilan: Ketika menikmati


susu saat berbuka.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu


‘anhuma, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ار ْك لَنَا ِفي ِه‬ ْ ‫َم ْن َأ‬


ِ َ‫ط َع َمهُ هَّللا ُ الطَّ َعا َم فَ ْليَقُ ِل اللَّهُ َّم ب‬
‫ َو َم ْن َسقَاهُ هَّللا ُ لَبَنًا فَ ْليَقُ ِل اللَّهُ َّم‬.ُ‫ط ِع ْمنَا َخ ْيرًا ِم ْنه‬ ْ ‫َوَأ‬
ُ‫ار ْك لَنَا فِي ِه َو ِز ْدنَا ِم ْنه‬ ِ َ‫ب‬

“Barang siapa yang Allah beri


makan hendaknya ia berdoa:
“Allaahumma baarik lanaa fiihi wa
ath’imnaa khoiron minhu” (Ya
Allah, berkahilah kami padanya
dan berilah kami makan yang lebih
baik darinya). Barang siapa yang
Allah beri minum susu maka
hendaknya ia berdoa:
“Allaahumma baarik lanaa fiihi wa
zidnaa minhu” (Ya Allah,
berkahilah kami padanya dan
tambahkanlah darinya). Rasulullah
shallallahu wa ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Tidak ada sesuatu yang
bisa menggantikan makan dan
minum selain susu.” (HR. Tirmidzi
no. 3455, Abu Daud no. 3730,
Ibnu Majah no. 3322, hasan)
Kesepuluh: Minum dengan tiga
nafas dan membaca ‘bismillah’.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu


‘anhu, ia berkata,

‫كان يشرب في ثالثة أنفاس إذا أدنى اإلناء إلى فيه‬


‫سمى هللا تعالى وإذا أخره حمد هللا تعالى يفعل ذلك‬
‫ثالث مرات‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam biasa minum dengan tiga
nafas. Jika wadah minuman
didekati ke mulut beliau, beliau
menyebut nama Allah Ta’ala. Jika
selesai satu nafas, beliau bertahmid
(memuji) Allah Ta’ala. Beliau
lakukan seperti ini tiga kali.”
(Shahih, As Silsilah Ash Shohihah
no. 1277)

Kesebelas: Berdoa sesudah


makan.

Di antara do’a yang shahih yang


dapat diamalkan dan memiliki
keutamaan luar biasa adalah do’a
yang diajarkan dalam hadits
berikut. Dari Mu’adz bin Anas,
dari ayahnya ia berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫ط َع َمنِى هَ َذا‬ ْ ‫َم ْن َأ َك َل طَ َعا ًما فَقَا َل ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذى َأ‬
‫ ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم‬.‫َو َرزَ قَنِي ِه ِم ْن َغي ِْر َحوْ ٍل ِمنِّى َوالَ قُ َّو ٍة‬
‫ِم ْن َذ ْنبِ ِه‬

“Barang siapa yang makan


makanan kemudian mengucapkan:
“Alhamdulillaahilladzii ath’amanii
haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi
haulin minnii wa laa quwwatin”
(Segala puji bagi Allah yang telah
memberiku makanan ini, dan
merizkikan kepadaku tanpa daya
serta kekuatan dariku), maka
diampuni dosanya yang telah lalu.”
(HR. Tirmidzi no. 3458, hasan)

Namun jika mencukupkan dengan


ucapan “alhamdulillah” setelah
makan juga dibolehkan
berdasarkan hadits Anas bin
Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

ُ‫ضى َع ِن ْال َع ْب ِد َأ ْن يَْأ ُك َل اَأل ْكلَةَ فَيَحْ َم َده‬ َ ْ‫ِإ َّن هَّللا َ لَيَر‬
‫ب ال َّشرْ بَةَ فَيَحْ َم َدهُ َعلَ ْيهَا‬ َ ‫َعلَ ْيهَا َأوْ يَ ْش َر‬

“Sesungguhnya Allah Ta’ala


sangat suka kepada hamba-Nya
yang mengucapkan tahmid
(alhamdulillah) sesudah makan
dan minum” (HR. Muslim no.
2734) An Nawawi rahimahullah
mengatakan, “Jika seseorang
mencukupkan dengan bacaan
“alhamdulillah” saja, maka itu
sudah dikatakan menjalankan
sunnah.” (Al Minhaj Syarh Shahih
Muslim, 17: 51)

Demikian beberapa amalan ketika


berbuka puasa. Moga yang
sederhana ini bisa kita amalkan.
Dan moga bulan Ramadhan kita
penuh dengan kebaikan dan
keberkahan. Wallahu waliyyut
taufiq.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi
tatimmush sholihaat.
Panggang-Gunung Kidul, 27
Sya’ban 1432 H (29/07/2011)
www.rumaysho.com

Anda mungkin juga menyukai