Anda di halaman 1dari 21

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa II

 NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 :

1.  Mahelah Saupi 21230126P


2.   Neti Herawati 21230139P

3.   Riska Amelia 21230141P


4.  Ayustin Putri Ningsih 21230140P
5.    Meieva Permata Sari 21230127P
6.    Redo Lioba 21230148P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2022
PENDAHULUAN

Konsep Teoritis Defisit Perawatan Diri

1. Pengertian

Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai kelainan


dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
sehari hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur,
tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan
tidak rapi.
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan diri,
makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil
sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan
 pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky &
Hanik,2015:154)
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan
diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan
BAB atau BAK (toileting)  (Fitria, 2009).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
 perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri diantaranya mandi, makan dan minum secara mandiri,
 berhias secara mandiri, dan toileting.
2. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri 

Menurut Nanda (2012),jenis perawatan diri terdiri dari :


1.   Defisit perawatan diri : mandi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan


mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2.   Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
 berpakaian dan berhias untuk diri
sendiri 3.  Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
secara mandiri
4.  Defisit perawatan diri : eliminasi / toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas

eliminasi sendiri.
3. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2010) Penyebab kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut :
a.  Kelelahan fisik
 b.  Penurunan kesadaran
Menurut Depkes (2010: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah:
1.  Faktor prediposisi
a.  Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
 perkembangan inisiatif terganggu.
 b.  Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
 perawatan diri.
c.  Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d.  Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
2.   Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang


 penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2010: 59) Faktor  –  faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
a.  Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
 peduli dengan kebersihan dirinya.
 b.  Praktik Sosial
Pada anak  –  anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c.   Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
d.   Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang


 baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e.   Budaya

Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh


dimandikan.
f.   Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam


 perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

4. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.

1.   Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya


kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
1.   Gangguan integritas kulit

2.   Gangguan membran mukosa


mulut 3.  Infeksi pada mata dan
telinga

4.   Gangguan fisik pada kuku


2.  Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
1.  Gangguan kebutuhan rasa nyaman
2.   Kebutuhan dicintai dan mencintai

3.   Kebutuhan harga diri


4.  Aktualisasi diri
5.  Gangguan interaksi sosial
5. Tanda dan Gejala 

Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah
sebagai berikut :
1.   Mandi/Hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan


 badan,memperoleh atau mendapatkan sumber air,mengatur suhu atau
aliran air mandi,mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh,
serta masuk dan keluar kamar mandi
2.   Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
 pakaian ,menanggalkan pakaian,serta memperoleh atau menukar
 pakaian.Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian
dalam,memilih pakaian,mengambil pakaian dan mengenakan sepatu
3.   Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan


makanan,mempersiapkan makanan,melengkapi makanan,mencerna
makanan menurut cara yang diterima masyarakat,serta mencerna cukup
makanan dengan aman
4.   Eliminasi

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan

 jamban atau kamar kecil,duduk atau bangkit dari jamban,memanipulasi


 pakaian untuk toileting,membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan
tepat,dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Menurut Depkes (2010: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
a.  Fisik
1)  Badan bau, pakaian
kotor 2) Rambut dan kulit
kotor 3) Kuku panjang dan
kotor
4) Gigi kotor disertai mulut
bau 5) Penampilan tidak rapi
 b.  Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai
norma 4) Cara makan tidak teratur
5) Gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

6.  Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan tidak melakukan


seimbang diri tidak seimbang  perawatan diri

Keterangan :
1.   Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2.   Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor
kadang kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3.   Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
7. Mekanisme Koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongan nya di bagi 2 (Stuart & Sundeen,


2000), yaitu :
1.   Mekanisme Koping Adaptif

Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,


 belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah : Klien bisa memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2.   Mekanisme Koping Mal Adaptif

Mekanisme koping yang menghambat, fungsi integrasi, memecah


 pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategori nya adalah : Tidak mau merawat diri.
8.   Fase defisit perawatan diri

Pada mula klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak
nyaman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan
yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana-mana, tidak mungkin
mengembangkan kehangatan emosional, dan hubungan positif dengan orang lain
yang melibatkan diri dalam situasi yang baru. Begitu menyakitkan sehingga rasa
nyaman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia membayangkan nasionalisasi dan
mengaburkan realitas dari pada kenyataan. Keadaan dimana seseorang individu
mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidak mampuan dalam mengalami
stressor interval atau lingkungan dengan adekuatnya.

9. Batasan Karakteristik

Menurut Nanda – I 2012 batasan karakteristik klien dengan defisit perawatan diri
adalah :
a)   Defisit perawatan diri : mandi
1.   Ketidakmampuan untuk mengakses kamar
mandi 2.  Ketidakmampuan mengeringkan
tubuh
3.  Ketidakmampuan mengambil perlengkapan
mandi 4.  Ketidakmampuan menjangkau sumber
air
5.  Ketidakmampuan mengatur air
mandi 6.  Ketidakmampuan
membasuh tubuh

 b) Defisit perawatan diri : berpakaian


1.  Ketidakmampuan mengancing pakaian
2.  Ketidakmampuan mendapatkan
pakaian
3.  Ketidakmampuan mengenakan atribut
pakaian 4.  Ketidakmampuan mengenakan
sepatu
5.   Ketidakmampuan mengenakan kaos kaki

6.   Ketidakmampuan melepaskan atribut


pakaian 7.  Ketidakmampuan melepas sepatu
8.  Ketidakmampuan melepas kaos
kaki 9.  Hambatan memilih pakaian
10.  Hambatan mempertahankan penampilan yang memuaskan
11.  Hambatan mengambil pakaian
12.  Hambatan mengenakan pakaian pada bagaian tubuh bawah
13.  Hambatan mengenakan pakaian pada tubuh atas
14.  Hambatan memasang sepatu
15.  Hambatan memasang kaos
kaki
16.  Hambatan melepas kaos kaki
17.  Hambatan melepaskan pakaian
18.  Hambatan melepas sepatu
19.  Hambatan menggunakan alat bantu
20.  Hambatan menggunakan resleting

c)   Defisit perawatan diri : makan

1.   Ketidakmampuan mengambil makan dan memasukkan ke


mulut 2.  Ketidakmampuan mengunyah makanan
3.   Ketidakmampuan menghabiskan makanan

4.   Ketidakmampuan menempatkan makanan ke perlengkapan


makan 5.  Ketidakmampuan menggunakan perlengkapan makan
6.   Ketidakmampuan memakan makanan dalam cara yang dapat diterima
secara sosial
7.   Ketidakmampuan memakan makanan dengan aman

8.   Ketidakmampuan memakan makanan dalam jumlah memadai


9.   Ketidakmampuan memanipulasi makanan dalam
mulut 10.  Ketidakmampuan membuka wadah makanan
11.  Ketidakmampuan mengambil gelas dan cangkir
12.  Ketidakmampuan makanan untuk dimakan
13.   Ketidakmampuan menelan makanan

14.   Ketidakmampuan menggunakan alat bantu

d)  Defisit perawatan diri : eliminasi

1.   Ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat

2.   Ketidakmampuan menyiram toilet atau kursi buang air


(commode) 3.  Ketidakmampuan naik ke toilet atau commode
4.  Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk
eliminasi 5.  Ketidakmampuan berdiri dari toilet atau
commode
6.  Ketidakmampuan untuk duduk di toilet atau commode
Konsep Teoritis Asuhan Keperawatan
Defisit Perawatan Diri

1.   Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan,
terhadap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, pengelompokkan data dan
analisa data.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan
spiritual, dimana pengumpulan data dilakukan pada saat klien masuk dan
dilanjutkan secara terus menerus selama keperawatan berlangsung (Stuart dan
Sudden, 2005). Cara
 pengkajian lain berfokus pada (5) lima dimensi: Fisik, Emosional, Intelektual,

Sosial dan Spiritual. Isi pengkajian


meliputi: a.  Identitas Klien
Biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, nomor register dan tanggal pengkajian.
 b.  Keluhan Utama
Klien dibawa kerumah sakit pada umumnya karena Defisit dalam merawat
diri, dari perawatan -perawatan diri yang biasa dilakukan, dan sekarang
 jarang dilakukan dengan diawali masalah seperti senang menyendiri, tidak
mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung.
c.  Faktor Predisposisi
1)  Pada umumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
2)  Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
 perawatan diri.
3)   Pengobatan sebelumnya kurang berhasil.

4)   Harga diri rendah, klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri
5)  Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak,
dihina, dianiaya, dan saksi penganiyaan

6)   Ada anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa.


7)   Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu kegagalan
yang dapat menimbulkan frustasi.
d.  Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada system dan fungsi organ; yang meliputi:
1)  Ukur dan observasi tanda – tanda vital, tekanan darah, nadi, suhu, dan
 pernapasan klien.
2)   Ukur tinggi badan dan berat badan klien

3)   Keluhan fisik: biasanya tidak ada keluhan


fisik. e.  Aspek Psikososial
1)   Gambaran diri: pada umumnya klien bisa menerima anggota tubuh yang
dimiliki.
2)   Identitas diri: klien mengetahui status dan posisi klien sebelum
dirawat. 3)  Peran: klien tidak mampu melaksanakan perannya
sebagaimana
mestinya, baik peran dalam keluarga ataupun dalam kehidupan
masyarakat.
4)   Ideal diri: klien memiliki harapan untuk segera sembuh dari

 penyakitnya, dan kembali hidup normal seperti sebelum klien sakit.


5)   Harga diri: klien mengalami harga diri rendah berhubungan dengan
kegagalan yang terjadi dimasa lampau dan klien merasa tidak dihargai
oleh orang lain.
f.  Status Mental
1)   Penampilan: penampilan klien tidak rapi, misalnya rambut acak  – 
acakan, kancing baju tidak tepat, dan baju tidak pernah diganti.
2)   Pembicaraan: pembicaraan yang ditemukan pada klien yaitu
 pembicaraan yang berbelit-belit.
3)   Aktivitas motorik: klien mengalami tegang, gelisah dan agitasi.
4)  Alam perasaan: putus asa atau sedih dan gembira yang berlebihan.
5)  Afek: labil yaitu emosi yang cepat berubah – ubah.
6)   Interaksi selama wawancara: Biasanya klien menunjukkan kurang
kontak mata dan kadang-kodang menolak bicara dengan orang lain.
7)   Persepsi: Biasanya gangguan persepsi terutama halusinasi pendengaran,
klien biasanya mendengan suara-suara yang mengancam, sehingga klien
cenderung menyendiri, pandangan kosong, kadang-kadang bicara
sendiri, sering menyendiri dan melamun,.
8)   Proses pikir:

a.  Arus pikiran


Sirkumtansial yaitu pembicaraan yang berbelit tetapi sampai dengan
tujuan pembicaraan dan perseverasi yaitu pembicaraan yang diulang
 berkali  –  kali. Selain sirkumtansial dan perseverasi klien dengan

halusinasi visual biasanya juga mengalami gangguan dalam bentuk


Blocking, yaitu jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di
tengah sebuah kalimat. Pasien tidak dapat menerangkan kenapa ia
 berhenti.
 b.  Bentuk pikiran
Klien lebih sering diam dan larut dengan menyendiri, bersikap seperti
malas-malasan
c.   Isi pikiran

Klien merasa lebih senang menyendiri daripada berkumpul dengan


orang lain. Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah, klien biasanya waham
curiga atau phobia.
d.   Tingkat kesadaran dan orientasi tempat dan waktu baik.

e.   Memori: memori klien biasanya baik.

f.   Kebutuhan persiapan
pulang 1)  Makan
Klien tidak bisa mengambil makanan sendiri, makanan berceceran,
dan makan tidak pada tempatnya
2)   Mandi

Klien biasanya jarang mandi, gangguan kebersihan diri, rambut kotor,


gigi kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor
3)   Berpakaian / berhias

Klien biasanya jarang mengganti pakaian, biasanya pakaian tidak


sesuai,rambut acak-acakan, pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak
sesuai, pada pasien laki-laki bercukur, pada pasien perempuan tidak
 berdandan.
4)   Istirahat dan tidur

Biasanya istirahat dan tidur klien terganggu.


2.   Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respon


klien baik aktual atau potensial (Stuart dan Sudden, 2005).Rumusan diagnosa dapat
menggunakan PE yaitu permasalahan (P) yang berhubungan dengan etiologi (E) dan
keduanya ada hubungan sebab akibat secara ilmiah. Rumusan PES sama dengan
PE hanya ditambah symtom (S) atau gejala sebagai data penunjang dalam
perawatan
 jiwa ditemukan diagnosa anak beranak (pohon masalah), dimana jika etiologi sudah
diberikan tindakan dan permasalahan belum selesai maka P dijadikan etiologi
pada diagnosa yang baru, demikian seterusnya. Hal ini dapat dilakukan
karena
 permasalahan tidak disebabkan oleh suatu etiologi yang sama sehingga walaupun
etiologi sudah diberi tindakan maka permasalahan belum selesai. Untuk jalan
keluarnya jika permasalahan tersebut menjadi etiologi maka tindakan diberikan
secara tuntas.
Setelah selesai pengkajian dilakukan maka data yang terkumpul tersebut
dianalisa sehingga dapat dirumuskan keperawatan yang ada dan selanjutnya
dibuat rencana keperawatan masalah yang dapat dirumuskan pada umumnya dari
apa yang klien perlihatkan sampai dengan adanya deficit perawatan diri.
 
3. Penjabaran Masalah
a)  Pohon Masalah
Effect Gangguan pemeliharaan
Kesehatan (BAB/BAK,
mandi, makan, minum)

Core problem Defisit perawatan diri

Causa Menurunnya motivasi


dalam Perawatan diri

Isolasi sosial : menarik diri

4. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji : 

Masalah yang ditemukan adalah : Defisit Perawatan Diri (SP 1 Kebersihan Diri,
SP 1 Makan, SP 1 Toileting (BAB / BAK), SP 1 Berhias). Contoh data yang biasa
ditemukan dalam Defisit Perawatan Diri : Kebersihan Diri adalah :
a)   Data Subjektif :

Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya


 b)  Data Objektif :
Rambut kotor acak-acakan,badan dan pakaian kotor serta bau, mulut
dan gigi bau,kulit kusam dan kotor,kuku panjang dan tidak terawat.
c)   Mekanisme Koping :

Regresi, penyangkalan, isolasi social menarik diri, intelektualisasi.


Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon masalah
(causa,core problem,effect) tetapi sebagai masalah pendukung.
a)   Effect
 b)  Core Problem
c)  Causa
d)  Defisit Perawatan Diri.
5. Diagnosa keperawatan 
1. Defisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan merawat kebersihan diri 2. 
Menurunnya motivasi dalam merawat diri
6.Intervensi
Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan

khusus dan rencana tindakan keperawatan.

Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa tertentu.
Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnosa tertentu. Tujuan
khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang harus dicapai atau dimiliki klien.
Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien. Umumnya
kemempuan pada tujuan khusus dapat dibagi jadi tiga aspek (Stuart dan Sudden, 2005) yaitu
kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa
keperawatan. 
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEFISIT
PERAWATAN DIRI : KEBERSIHAN DIRI
No Dx.
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1 Defisit TUM : Setelah …x interaksi klien Bina hubungan saling percaya


Perawatan dengan :
Klien dapat menunjukkan tanda – tanda
Diri : 1. Beri salam setiap
melakukan percaya
Merawat berinteraksi
 perawatan diri
Kebersihan  pada perawat : 2. Perkenalkan nama, nama
secara mandiri
Diri 1.  Wajah cerah, panggilan perawat, dan
tersenyum 2.  Mau tujuan perawat berinteraksi.
TUK 1 : berkenalan 3. Tanyakan dan panggil
Klien dapat 3.   Ada kontak mata nama kesukaan klien
membina 4. Tunjukkan sikap empati,
4.  
Bersedia menceritakan
hubungan saling jujur dan menepati janji
perasaan 5.  Bersedia
percaya setiap kali berinteraksi.
mengungkapkan
masalahnya 5. Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang dihadapi
klien
6. Buat kontrak interaksi yang
jelas
7. Dengarkan dengan empati
8. Penuhi kebutuhan dasar
klien

TUK 2 : Dalam…x interaksi klien Diskusikan dengan klien :


menyebutkan : 1. Penyebab klien tidak merawat diri
Klien mengetahui
pentingnya 2. Penyebab tidak merawat diri 2. Manfaat menjaga perawatan diri

perawatan diri 3. Manfaat menjaga perawatan untuk keadaan fisik, mental dan
diri sosial
4. Tanda-tanda bersih dan rapi 3. Tanda-tanda perawatan diri yang
5. Gangguan yang baik
dialami jika 4. Penyakit atau gangguan
perawatan diri tidak kesehatan yang bisa dialami oleh
diperhatikan klien bila perawatan diri tidak
adekuat

TUK 3 : Dalam …x interaksi klien . Diskusika frekuensi menjaga

Klien mengetahui menyebutkan perawatan diri selama ini


cara-cara 1.   Mandi
frekuensi menjaga
melakukan perawata
perawatan diri : 2.   Gosok gigi 3. 
n diri
1. Frekuensi mandi Keramas 4. 
Berpakain
2. Frekuensi gosok gigi 5.   Berhias

3. Frekuensi keramas
4. Frekuensi ganti pakaian
5. Frekuensi berhias

TUK 4 : Dalam …x interaksi klien Bantu klien saat perawatan diri :


Klien dapat mempraktekkan perawatan diri 1. Mandi
melaksanakan dengan dibantu oleh perawat : 2. Keramas
perawatan diri dengan 1.   Mandi 3. Gosok gigi
bantuan perawat 2.   Keramas 4. Berpakain
3. Gosok gigi
4. Berpakain 5. Berhias
5. Berhias 6. Gunting kuku
6. Gunting kuku

TUK 5 : Dalam …x interaksi klien Pantau klien dalam


Klien dapat melaksanakan melaksanakan praktek perawatan melaksanakan perawatan diri :
perawatan secara diri secara mandiri : 1. Mandi
mandiri 1. Mandi 2x sehari
2. Keramas
2. Gosok gigi sehabis makan
3. Gosok gigi
3. Keramas 2x seminggu
4. Ganti pakaian 1x sehari 4. Berpakain
5. Berhias sehabis mandi 5. Berhias
6. Gunting kuku setelah mulai 6. Gunting kuku
panjang

TUK 6 : Dalam …x interaksi keluarga a. Diskusikan dengan keluarga :


Klien mendapatkan menjelaskan cara-cara membantu 1. Penyebab klien tidak
dukungan keluarga klien dalam memenuhi kebutuhan melaksanakan
untuk meningkatkan perawatan dirinya
perawatan diri
perawatan diri 2. Tindakan yang telah
Dalam …x interaksi dilakukan klien selama di Rumah
keluarga Sakit dalam menjaga
menyiapakan sarana perawatan perawatan diri dan kemajuan
diri klien yang telah dialami oleh klien
: sabun mandi, pasta gigi, sikat 3. Dukungan yang bisa
gigi, sampo, handuk, pakaian diberika oleh keluarga untuk
bersih, sandal meningkatkan kemempuan
dan alat berhias klien dalam perawatan diri

b. Diskusikan denagn keluarga


tentang :
1.   Sarana yang diperlukan untuk
menjaga
 perawatan diri klien
2.   Anjurkan kepada keluarga
menyiapkan sarana tersebut

c. Diskusikan dengan keluarga hal-


hal yang
 perlu dilakukan keluarga dalam
perawatan diri :
1.   Anjurkan keluarga untuk
mempraktekan
 perawatan diri (mandi, gosok
gigi, keramas, ganti baju,
berhias dan gunting kuku)
2.   Ingatkan klien waktu mandi,
gosok gigi,
keramas, ganti baju, berhias
dan gunting kuku
3.   Bantu jika klien mengalami
hambatan
dalam perawatan diri
7.   Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum
melaksanakan tindakan yang telah direncanakan perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan
masih dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya saat ini. Pelaksanaan terdiri dari lima aspek, yaitu diagnosa,
pelaksanaan, evaluasi, modifikasi dan paraf.

8.  Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai respon dan efek dari tindakan keperawatan
klien. Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus, membandingkan respon klien dengan kriteria
hasil yang telah ditemukan. Evaluasi dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan SOAP (S :
respon subyektif klien, O : respon obyektif klien yang dapat diobservasi oleh perawat, A : analisa
ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah tetap atau muncul
masalah baru. P : bila ada masalah baru rencanakan kembali untuk intervensi selanjutnya).

9.Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


a. Sp 1
Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat defisit perawatan diri serta melatih klien merawat diri: mandi
 Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat defisit perawatan diri
 Menjelaskan cara perawatan diri : mandi (tanyakan alasan tidak mau mandi, berapa kali mandi dalam sehari,
manfaat mandi, peralatan mandi, cara mandi yang benar)
 Melatih klien cara perawatan diri: mandi
 Melatih klien memasukkan kegiaatan berdandan dalam jadual kegiatan harian
b. Sp 2
Menjelaskan dan melatih klien perawatan kebersihan diri: berhias
 Mendiskusikan tentang cara perawatan diri berdandan (alat yang dibutuhkan, kegiatan berdandan, cara
berdandan, waktu berdandan, manfaat berdandan, kerugian jika tidak berdandan.
 Melatih cara berdandan
 Melatih klien memasukkan kegiatan berdandan dalam jadual kegiatan harian
c. Sp 3
Melatih cara melakukan perawatan diri: makan/minum
 Mendiskusikan cara perawatan diri; makan/minum (tanyakan alat-alat yang dibutuhkan, cara makan minum,
waktu makan minum, manfaat makan minum dan kerugian jika tidak makan minum
 Melatih cara perawatan diri: makan minum
 Melatih klien memasukkan kegiatan makan/minum dalam jadwal kegiatan harian
d. Sp 4
Melatih cara melakukan perawatan diri: BAB/BAK
 Mendiskusikan cara perawatan diri BAB/BAK (alat yang dibutuhkan, kegiatan BAB/BAK, cara melakukan
BAB/BAK yang benar, manfaat BAB/BAK yang benar, kerugian jika BAB/BAK tidak benar)
 Melatih cara perawatan diri: BAB/BAK
 Melatih klien memasukkan kegiatan BAB/BAK dalam jadwal kegiatan harian

Anda mungkin juga menyukai