Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

KAPITA SELEKTA

“10 Penyakit Terbanyak di Indonesia”

Dosen Pengampuh :

Besse Nurul Kafilawati, S. KM., M. Kes

OLEH:

NAMA: DHEMELSI LUKAS


NIM: B1B119059

FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
2022/2023
10 PENYAKIT TERBANYAK DI INDONESIA

Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan peningkatan jumlah


penderita 10 penyakit terbanyak tersebut. Data Kementerian Kesehatan RI juga
mencatat 35,7% penduduk usia 15 tahun keatas merokok setiap hari, 93,6%
kurang konsumsi buah dan sayur, serta 48,2% kurang aktivitas fisik. Apalagi 10
penyakit ini sebagian besar termasuk golongan penyakit kronik yang memerlukan
waktu lama dan biaya besar untuk penyembuhannya. 10 Penyakit tersebut yaitu:

1. Jantung Koroner
2. Tuberkolosis (TBC)
3. Diabetes Mellitus
4. Hipertensi/Tekanan Darah Tingg
5. Stroke
6. Kanker
7. Penyakit Paru Kronis
8. Diare
9.  Infeksi Saluran Pernafasan/Pneumonia
10. HIV/AIDS

A. Diabetes Mellitus (Kencing Manis)

Diabetes melitus adalah salah satu jenis penyakit yang tidak menular
namun salah satu penyakit tertinggi di Indonesia. Indonesia menduduki peringkat
ke empat dengan pasien diabetes melitus terbanyak. Diabetes Melitus (DM)
adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi insulin
yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
dihasilkan. Insulin adalah hormon yang mengatur gula darah. Hiperglikemia atau
gula darah yang meningkat, merupakan efek umum dari diabetes yang tidak
terkontrol dan dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius pada banyak
sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah (WHO, 2011).
Penyakit yang disebabkan oleh sistem kekebalan (imunitas) tubuh
penderita/pasien menghancurkan dan menyerang sel-sel pankreas yang bekerja
untuk memproduksi insulin disebut dengan Diabetes Melitus. Hal tersebut dapat
menyebabkan kadar glukosa darah mengalami peningkatan, yang berakibatkan
organ-organ dalam tubuh mengalami kerusakan. Diabetes melitus merupakan
penyakit yang masuk dalam kategori tidak menular, namun tingkat kematian
menjadi salah satu tertinggi di dunia. Penyakit ini juga mengakibatkan pasien
kurang aktivitas, misalnya dalam hal pekerjaan yang berdampak pada
berkurangnya penghasilan, serta kurangnya kualitas hidup pasien karena
komplikasi dari penyakitnya (Nur Baharia Marasabessy, dkk, 2020). Menurut
dinas kesehatan Sumatera Utara, diprediksi angka prevalensi pasien diabetes pada
tahun 2030 mencapai 21,3 juta orang di Indonesia. Riset kesehatan dasar
(riskendas) yang dilakukan pada tahun 2007, menghasilkan pada kelompok umur
45 tahun sampai 54 tahun di daerah pedesaan menempati rangking-6 yaitu 5,8%,
dan daerah perkotaan menempati rangking-2 sebesar 14,7% yang mati akibat dari
diabetes. Sebanyak 10,8 juta lebih orang menderita diabetes pertahun 2020 di
Indonesia. Dan diprediksi akan terus mengalami peningkatan pertahunnya.

B. Identifikasi Penyebab (When, Who, Where)


1. When

Diabetes terjadi ketika tubuh pengidapnya tidak lagi mampu mengambil


gula (glukosa) ke dalam sel dan menggunakannya sebagai energi. Kondisi ini
akhirnya menghasilkan penumpukan gula ekstra dalam aliran darah tubuh.

2. Who

Pada sebagian penderita DM, sering disertai adanya obesitas, riwayat


keluarga mengidap diabetes seperti orang tua, atau saudara kandung, faktor usia
(berusia lebih dari 45 tahun), kelompok etnis tertentu, dan kehamilan. Pada
sebagian penderita DM yang lain terdapat peningkatan tekanan darah, kadar
trigliserida, kadar kolesterol, inaktivitas fisik, dan proses penuaan (Sherwood,
2001). Karakteristik penderita DM menurut kelompok umur terbanyak adalah
kelompok umur 50–59 tahun. Didapatkan jumlah sebanyak 17 penderita
(47,22%), pada kelompok kasus dan 18 penderita (50%) pada kelompok kontrol.
Karakteristik penderita DM menurut jenis kelamin dapat diketahui sebagian besar
penderita DM berjenis kelamin perempuan dengan jumlah sebanyak 21 penderita
(58,33%) pada kelompok kasus dan 23 penderita (63,89%) pada kelompok
kontrol.

C. Analisis faktor-fakor yang berpengaruh menurut teori HL. BLUM


1. Faktor Lingkungan

Mengingat Negara kita adalah Negara agraris yang hampir semua


masyarakatnya mengkonsumsi beras (nasi) sebagai makanan pokok dan sumber
utama karbohidrat maka tak heran penyakit diabetes mellitus masuk jajaran
sepuluh besar penyakit dengan angka kesakitan terbesar di Indonesia. Berdasarkan
data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia kini menempati urutan ke-4
terbesar dalam jumlah penderita diabetes melitus didunia. Kebanyakan
masyarakat Indonesia yang berpersepsi jika belum makan nasi berarti belum
makan. Orang Indonesia cenderung mengkonsumsi nasi (60%) dengan lauk
sedikit tanpa memperhitungkan jumlah kalori karbohidrat yang diperlukan tubuh.
Kelebihan karbohidrat/glukosa inilah yang kemudian menyebabkan diabetes
mellitus.

2. Perilaku

Pola makan menjadi utama, karena disampaikan oleh hampir semua


partisipan. Makanan yang dikonsumsi diyakini menjadi penyebab penyakit dan
meningkatnya gula darah. Perubahan diet, seperti mengkonsumsi makanan tinggi
lemak menjadi penyebab terjadinya penyakit diabetes, terutama di daerah-daerah
(Duc Son, Kusama, Hung, Loan, N. dkk, 2004). Hal ini bisa disimpulkan jika
seseorang makan mempunyai gaya hidup dengan pola makan tertentu pada suatu
hari maka akan sedikit banyak akan berpengaruh terhadap gula darahnya, apalagi
jika makanan yang dia konsumsi tersebut banyak mengandung gula tanpa
diimbangi dengan gaya hidup yang baik, misalnya berolah raga rutin. Olah raga
menurut Heled, Shapiro, Shani, Moran, Langzam dkk (2002), terbukti mencegah
dan memperlambat progresivitas diabetes. Olah raga perlu ditekankan mengingat
penelitian terkait membuktikan bahwa dengan olah raga teratur dapat
memperlambat progresivitas penyakit.

3. Pelayanan Kesehatan

Fasilitas kesehatan pengobatan dan deteksi dini penyakit diabetes masih


minim. Fasilitas kesehatan seperti sarana prasarana yang mampu mendeteksi dan
menangani penyakit diabetes mellitus hanya terdapat di Rumah Sakit, sedangkan
di Puskesmas belum  ada. Pelayanan yang tepat oleh para tenaga kesehatan juga
harus ditingkatkan agar orang-orang yang menunjukkan gejala dan beresiko bisa
ditangani dengan baik, agar tidak terjadi diabetes. Pelayanan kesehatan yang
kurang tepat dapat memperburuk kondisi penderita. Pelayanan diagnosapun harus
baik, karena disinilah orang akan diketahui bahwa dia terkena diabetes atau tidak.
Jangan sampai ada kekeliruan misalnya orang yang tidak menderita diabetes
divonis menderita diabetes begitu juga sebaliknya.

4. Keturunan

Diabetes mellitus juga cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan


ditularkan. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar
terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak
menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit
yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi
penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang
membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.

Anda mungkin juga menyukai