Anda di halaman 1dari 104

KAJIAN FISKAL REGIONAL (KFR) TRIWULAN III TAHUN 2021

PROVINSI SULAWESI TENGAH

SCAN BARCODE DI BAWAH


INI UNTUK MENGUNDUH
KFR TRIWULAN III TAHUN
2021 PROVINSI SULAWESI
TENGAH SECARA DARING
TIM PENYUSUN

PENANGGUNG JAWAB
Kepala Kanwil DJPb Provinsi Sulawesi Tengah
Irfa Ampri

KETUA TIM
Kepala Bidang PPA II
Eko Erifianto

PENULIS
Rino Radiansyah
Bayu Kusuma Putra
Dona Junianto
Andi Dheayana Octavera
Gusti Ngurah Rai
Rumaisah Musfiroh

PENYAJI DATA
Rino Radiansyah
Bayu Kusuma Putra
Dona Junianto
Andi Dheayana Octavera
Gusti Ngurah Rai
Rumaisah Musfiroh

DESAIN GRAFIS
Andi Dheayana Octavera
Gusti Ngurah Rai

Kantor Wilayah DJPb Provinsi Sulawesi Tengah


Jl. Tanjung Dako No. 15 Palu 94111
Telepon : (0451) 454040
Email : ppa2.kanwilpalu@gmail.com
Website : www.kanwildjpbsulteng.net
Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulawesi Tengah KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam Sejahtera bagi kita semua.

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat dan karunia-Nya maka Kajian Fiskal Regional
Triwulan III Tahun 2021 dapat kami selesaikan dengan konsep dan format
baru.

Kajian Fiskal Regional ini merupakan output dari pelaksanaan tugas


Regional Chief Economist dan fungsi Kantor Direktorat Jenderal
Perbendaharaan di bidang pengelolaan fiskal sebagai bagian dari monev
pelaksanaan anggaran pusat dan daerah yang menghubungkan antara
implementasi kebijakan fiskal dengan perkembangan makro ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat Provinsi Sulawesi Tengah. Kajian Fiskal
Regional Triwulan III Tahun 2021 ini menjadi kajian yang menarik dan agak
berbeda dari KFR yang sebelum-sebelumnya. Ada beberapa kajian baru
yang kami coba analisa dan kami susun sebagai upaya untuk melihat dan
mengetahui lebih dalam terkait peluang-peluang yang dapat mendorong
pertumbuhan perekonomian di Sulawesi Tengah. Seperti perkembangan
capaian output strategis sektoral, analisis tematik terhadap kesejahteraan
petani dan nelayan, serta juga peluang investasi di daerah Sulawesi
Tengah.

Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang


diperoleh dari berbagai pihak, antara lain pemerintah
provinsi/kabupaten/kota di Sulawesi Tengah, BPS Provinsi Sulawesi
Tengah, BI perwakilan Sulawesi Tengah, satuan kerja vertikal maupun
daerah, Regional Economist/Ekonom Kementerian Keuangan Sulawesi
Tengah dan sumber-sumber lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu. Oleh karena itu, kepada semua pihak tersebut kami mengucapkan
terima kasih dan semoga kerja sama serta hubungan baik ini dapat
ditingkatkan di masa yang akan datang.

Dengan selesainya penyusunan Kajian Fiskal Regional Triwulan III Tahun


2021 ini, kami berharap apa yang kami tuangkan dalam setiap tulisan di
kajian ini dapat menjadi suatu pemantik, untuk perbaikan-perbaikan yang
berguna bagi perkembangan dan kemajuan daerah, serta menjadi salah
satu media informasi terkini yang bernilai strategis bagi mitra kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tengah,
baik satuan kerja kementerian/ lembaga, pemerintah provinsi/ kabupaten/
kota di Sulawesi Tengah, para pemangku kepentingan, akademisi, maupun
masyarakat yang memiliki kepedulian dan perhatian terhadap
perekonomian Sulawesi Tengah.

Kami menyadari bahwa Kajian Fiskal Regional Triwulan III Tahun 2021
masih belum sempurna dan masih membutuhkan banyak masukan
membangun guna penyempurnaan hasil kajian yang selanjutnya.

Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palu, November 2021


Kepala Kanwil DJPb
Provinsi Sulawesi Tengah

Irfa Ampri

i
Daftar Isi
Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Grafik, i
Ringkasan Eksekutif, Dashboard Makro Fiskal, dan -
Daftar Istilah, Daftar Singkatan xxi
BAB I
Analisis Ekonomi Regional 01
1.1 Perkembangan & Analisis Indikator
-
05
Makroekonomi

1.2 Perkembangan & Analisis Indikator


Kesejahteraan

BAB II
Analisis Fiskal Regional 06
2.1 Pelaksanaan APBN
-
2.2 Pelaksanaan APBD

2.3 Pelaksanaan Aanggaran Konsolidasian


15
BAB III
Analisis Tematik 16
3.1 Peran Fiskal Kesejahteraan Petani dan -
Nelayan :Analisis NTP dan NTN

3.2 Analisis Peluang Investasi Daerah 45


BAB IV
46
-
Kesimpulan & Rekomendasi

50
4.1 Kesimpulan

4.2 Rekomendasi

Daftar Pustaka, Lampiran

ii
Kanwil Ditjen Perbendaharan
DAFTAR TABEL
Provinsi Sulawesi Tengah

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pagu dan Realisasi APBN Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III
6
Tahun 2020 dan 2021 (dalam miliar rupiah)
Tabel 2.2. Perkiraan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Sulawesi Tengah
8
s.d. TW IV-2021 (dalam juta rupiah)
Tabel 2.3. APBD Lingkup Sulteng Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi, 2020-
10
2021 (Rp miliar)
Tabel 2.4. Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Sulawesi Tengah s.d.
13
Triwulan IV Tahun 2021 (Rp Miliar)
Tabel 2.5. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah
Provinsi Sulawesi Tengah s.d.Triwulan III Tahun 2021 (dalam 13
miliar Rupiah)
Tabel 2.6. Perbandingan Surplus/Defisit Konsolidasian Triwulan III (Rp
15
miliar)
Tabel 3.1. Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian,
17
Kehutanan dan Perikanan
Tabel 3.2. Luas Panen dan Produksi Padi di Sulawesi Tengah 2018-2021 17
Tabel 3.3. Rata-rata harga Produsen Obat-obatan dan Pupuk menurut
18
Jenisnya
Tabel 3.4. Rata-rata harga Produsen Obat-Obatan dan Pupuk Menurut
19
Jenisnya
Tabel 3.5. Rata-rata harga Produsen Pertanian 19
Tabel 3.6. Perbandingan Sentra Produksi Padi dengan tingkat Kemiskinan
20
2019-2020
Tabel 3.7. Sumbangan Sektor Perikanan dan Kelautan Terhadap PAD
22
2019-2021
Tabel 3.8. Perbandingan Sentra Produksi Padi dengan tingkat Kemiskinan
23
2019-2020
Tabel 3.9. Dukungan Pemerintah Daerah pada Sektor Perikanan tahun
24
2019-2021
Tabel 3.10. Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di Kementerian
26
Pertanian
Tabel 3.11. Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di Kementerian
26
Kelautan dan Perikanan
Tabel 3.12. Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di Kementerian PUPR 27
Tabel 3.13. Penyaluran KUR Sektor Pertanian dan Perikanan di Provinsi
27
Sulawesi Tengah 2017 – 2021 (Rp miliar)
Tabel 3.14. Alokasi Penyaluran DAK Fisik Bidang Irigasi, Kelautan dan
27
Perikanan dan Pertanian 2019-2020
Tabel 3.15. Perbandingan Trend antara Pengeluaran Pemerintah dengan
28
NTP
Tabel 3.16. Perbandingan Trend antara Pengeluaran Pemerintah dengan
29
NTN
Tabel 3.17. Nilai Investasi PMA dan PMDN 2017-Triwulan III 2021 di Provinsi
32
Sulawesi Tengah
Tabel 3.18. Perkembangan Realisasi Investasi Berdasarkan Sektor (2017-
33
Triwulan III 2021

iii
Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulawesi Tengah DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL
Tabel 3.19. Pertumbuhan Rata-rata Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi
36
Sulawesi Tengah Tahun 2016-2020 (Rp Miliar)
Tabel 3.20. Target dan Realisasi PAD pada APBD Provinsi Sulawesi Tengah
37
(Rp miliar)
Tabel 3.21. Realisasi Belanja daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2016-
37
2020 (Rp miliar)
Tabel 3.22. Realisasi Pembiayaan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2016-
38
2020 (Rp miliar)
Tabel 3.23. Proyek di Sulteng Yang Membutuhkan Pembiayaan 41

iv
Kanwil Ditjen Perbendaharan
DAFTAR GRAFIK Provinsi Sulawesi Tengah

DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. PDRB Sulteng dan Nasional 2018 - TW III 2021 1
Grafik 1.2. Persentase Inflasi IHK Palu, Luwuk, dan Gabungan Tahun 2020-
2
2021
Grafik 1.3. Persentase Penduduk Miskin Sulteng Hingga Maret Tahun 2021 3
Grafik 1.4. Tren Gini Ratio, Perkotaan dan Perdesaan Sulteng 5
Grafik 1.5. Tren Nilai Tukar Petani (NTP) Sulteng 5
Grafik 1.6. Tren Nilai Tukar Nelayan (NTN) Sulteng 5
Grafik 2.1. Realisasi PNBP BLU Triwulan III Tahun 2021 (Rp Miliar) 7
Grafik 2.2. Tax Ratio Triwulan III Tahun 2019-2021 (dalam triliun rupiah) 7
Grafik 2.3. Realisasi TKDD Triwulan III Tahun 2021 di Provinsi Sulawesi
8
Tengah
Grafik 2.4. Capaian Output Sektor Pendidikan 9
Grafik 2.5. Capaian Output Sektor Kesehatan 9
Grafik 2.6. Capaian Output Sektor Infrastruktur 9
Grafik 2.7. Realisasi Pertumbuhan Pendapatan Daerah TW III-2020 dan TW
11
III-2021
Grafik 2.8. Pagu, Realisasi, dan Pertumbuhan Belanja Provinsi Sulawesi
12
Tengah
Grafik 2.9. Komposisi Pendapatan Konsolidasian 14
Grafik 2.10. Tax Ratio Konsolidasian (Rp triliun) 14
Grafik 2.11. Komposisi Belanja Konsolidasian 14
Grafik 2.12. Rasio Belanja Pemerintah Konsolidasian terhadap PDRB 15
Grafik 3.1. Perkembangan Struktur PDRB Sektor Pertanian, Kehutanan dan
16
Perikanan 2019- Q2 2021
Grafik 3.2. Peranan PDRB Pada 3 Lapangan Usaha 17
Grafik 3.3. Perkembangan NTP dan Indeks Harga Diterima/Dibayar Petani
19
Januari 2021 – September 2021
Grafik 3.4. Perkembangan NTN dan Indeks Harga Diterima/Dibayar Petani
21
Januari 2021 – September 2021
Grafik 3.5. Produksi Hasil Perikanan di Sulawesi Tengah Tahun 2019-
22
Semester I 2021
Grafik 3.6. Distribusi PDRB ADBH Komponen Investasi 31
Grafik 3.7. Laju Pertumbuhan PDRB ADBH Komponen Investasi (yoy) 31
Grafik 3.8. Target dan Realisasi Pendapatan APBD Sulteng 35

v
Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulawesi Tengah DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Peranan PDRB Pada 3 Lapangan Usaha 18
Gambar 3.2. Pembangunan ruas Jalan Tambu-Kasimbar dan Pelabuhan
42
laut di Tambu dan Kasimbar

vi
Kanwil Ditjen Perbendaharan
RINGKASAN EKSEKUTIF
Provinsi Sulawesi Tengah

RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Indikator Ekonomi Makro dan Kesejahteraan

Sejak Pandemi Covid-19 melanda perekonomian pada awal Tahun 2020, tren
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah (Sulteng) mengalami penurunan s.d Triwulan I
Tahun 2020, namun mampu mempertahankan pertumbuhan positif tertinggi ke-3 secara
nasional (4,58%). Seiring dengan digalakkannya program vaksinasi secara masal serta
berbagai intervensi kebijakan pemerintah berupa program subsidi dan insentif bagi pelaku
usaha yang terdampak Covid-19, berangsur-angsur perekonomian nasional mulai
menunjukkan ke arah positif mulai awal Tahun 2021 termasuk Sulteng.
Pada Triwulan III Tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Sulteng dapat mencapai 10,21%
dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya (yoy). Namun demikian, bila
dibandingkan dengan Triwulan II Tahun 2021, pertumbuhan ekonomi pada Triwulan III
mengalami kontraksi menjadi sebesar 2,03% (q-to-q). Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) selama Triwulan III Tahun 2021 berdampak terhadap menurunnya
pertumbuhan ekonomi di Sulteng.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Sulteng berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi di wilayah Sulawesi termasuk Kalimantan. Sulteng menjadi produsen komoditas
seperti pangan dan tambang dan konsumen produk-produk manufaktur dan konsumsi rumah
tangga. Sulteng memiliki potensi besar sebagai lumbung pangan nasional, khususnya untuk
wlayah ibukota baru di Kalimantan Timur, mengingat Sulteng memiliki keunggulan kompetitif
selaku produsen tanaman pangan dan jalur logistik yang dekat.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sulteng padaTriwulan III Tahun 2021
lebih dipengaruhi oleh sisi ekspor sebagai menjadi motor penggerak utama, dan memberi
pengaruh besar bagi pertumbuhan perekonomian di Sulteng. Produk utama ekspor adalah
besi baja dan nikel yang meningkat permintaannya dari waktu dari pasar luar negeri, dan
berkontribusi sebesar 85,97% dari total nilai ekspor.
Selain itu, perekonomian Sulteng tidak terlepas dari membaiknya kinerja sektor
lapangan usaha di Bidang Konstruksi, Informasi dan Komunikasi, serta Perdagangan Besar
dan Eceran. Perbaikan kinerja terkait erat dengan berbagai faktor antara lain utamanya adalah
beberapa Kebijakan Pemerintah terkait pemberlakuan diskon Pajak Penjualan Barang Mewah
(PPnBM) 0% serta down payment (DP) 0% untuk Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan
Kredit Kepemilikan Rumah (KPR). Sektor Pertanian juga memberikan kontribusi positif dalam
pertumbuhan ekonomi Sulteng dengan berhasilnya panen raya Padi di awal Triwulan III, serta
kenaikan harga-harga komoditas perkebunan seperti CPO, Kelapa, Kakao, dan Jagung.

vii
Kanwil Ditjen Perbendaharan
RINGKASAN EKSEKUTIF
Provinsi Sulawesi Tengah

Inflasi Sulteng pada Triwulan III Tahun 2021 hanya sebesar 1,90% (q-to-q) sedikit
mengalami kenaikan dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 1,69% (yoy). Namun,
kenaikan inflasi masih berada di bawah ambang batas inflasi yang ditetapkan sebesar 3% +/-
1%. Menguatnya inflasi tahunan Sulteng dibandingkan triwulan sebelumnya terjadi akibat
menguatnya tekanan inflasi dari Kota Palu yang tercatat 2,21% (yoy). Sedangkan untuk inflasi
di Kota Luwuk justru mengalami penurunan, dengan inflasi hanya sebesar 0,63% (yoy).
Beberapa indikator kesejahteraan masyarakat Sulteng mulai membaik pada Triwulan
III Tahun 2021 dibanding periode tahun sebelumnya. Jumlah penduduk miskin pada Maret
Tahun 2021 turun 700 orang atau 0,06% dibandingkan September Tahun 2020. Disamping
itu,Gini Ratio mengalami penurunan dari 0,321% pada September Tahun 2020 menjadi 0,316
pada Maret Tahun 2021. Angka Gini Ratio Sulteng pada Maret 2021 merupakan terendah di
kawasanSulawesi.
Indikator kesejahteraan lainnya adalah tingkat pengangguran terbuka, dimana terjadi
penurunan sebesar 0,02% dibandingkan bulan yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini
menunjukan bahwa kinerja berbagai lapangan usaha ekonomi yang sebelumnya terdampak
pandemi Covid-19 mulai menggeliat dan memberikan dampak peluang lapangan kerja bagi
masyarakat di wilayah Sulteng.

Perkembangan dan Pengaruh Fiskal di Daerah (APBN dan APBD)

Realisasi Penerimaan Negara pada pada Triwulan III tahun ini mengalami peningkatan
signifikan jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Persentase realisasi terhadap
target penerimaan pada periode ini telah mencapai 98,30% dengan realisasi sebesar Rp4,16
triliun, atau naik 31,48% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya dengan
realisasi Rp3,16 triliun. Kenaikan penerimaan negara disebabkan oleh kenaikan seluruh
komponen pajak (36,20%) dan komponen PNBP (2,48%) dibandingkan realisasi periode yang
sama pada tahun sebelumnya. Kenaikan penerimaan dipicu oleh meningkatnya Penerimaan
Bea Masuk serta peningkatan pada pendapatan BLU, khususnya Universitas Tadulako.
Dari sisi Belanja Negara, realisasi belanja menurun 8,99% bila dibanding periode yang
sama Tahun 2020, terutama disebabkan menurunnya realisasi TKDD sebesar 16,45%.
Beberapa faktor yang berkontribusi bagi rendahnya realisasi TKDD adalah terlambatnya
pemenuhan dokumen persyaratan penyaluran DAK Fisik, Dana Desa, serta BOS oleh
pemerintah daerah (Pemda) maupun pemerintah desa. Keterlambatan terjadi pada
pendaftaran kontrak yang perlu ditandatangani melalui OMSPAN, kasus hukum yang
menjerat beberapa kepala desa, terlambatnya Peraturan Desa (Perdes) tentang APBDes
yang disahkan, adanya pergantian kepala desa, serta terlambatan penentuan Keluarga
Penerima Manfaat (KPM) yang menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa.

viii
Kanwil Ditjen Perbendaharan
RINGKASAN EKSEKUTIF
Provinsi Sulawesi Tengah

Realisasi Anggaran Pemerintah Daerah (APBD) Sulteng pada Triwulan III Tahun 2021
secara keseluruhan mengalami penurunan, baik pada sisi Penerimaan maupun Belanja.
Realisasi pendapatan terealisasi Rp12,29 triliun atau 62,29% dari pagu, turun 8,94% jika
dibanding periode yang sama Tahun 2020. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan
peraturan daerah (Perda) APBD sebagai syarat penyaluran TKDD dan juga perubahan
mekanisme pengelolaan dana transfer sehingga Pemda dan organisasi perangkat daerah
(OPD) membutuhkan waktu untuk penyesuaian proses bisnisnya. Sedangkan realisasi
belanja dan transfer baru mencapai Rp10,81 triliun, atau turun sebesar 7,23% bila dibanding
periode yang sama Tahun 2020. Beberapa faktor yang menyebabkan keterlambatan
diantaranya adalah (i) peralihan penggunaan aplikasi SIMDA ke SIKD yang belum berjalan
lancar; dan (ii) penurunan aktivitas kantor akibat pandemi dan beberapa pejabat/pegawai
yang terpapar Covid-19.
Sumber kontraksi terbesar dari menurunnya realisasi belanja daerah disumbangkan
oleh realisasi Belanja Tak Terduga sebesar 62,52% (yoy). Sebaliknya, komponen belanja
transfer mengalami peningkatan sebesar 28,25% (yoy), terutama dari sisi belanja bagi hasil
pajak.

Peran Fiskal Untuk Kesejahteraan Petani dan Nelayan (NTP dan NTN) dan Peluang
Investasi Daerah

Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulteng pada Triwulan III Tahun 2021 secara konsisten
mengalami kenaikan setiap triwulannya hingga mencapai angka 101,76 pada September
2021. Capaian ini melampaui target pada RPJMD Provinsi Sulteng 2021-2026 yang
ditetapkan sebesar 99,58. Namun untuk Nilai Tukar Nelayan (NTN) Sulteng pada September
2021 berada pada level 104,61 atau turun 0,49 poin dibanding bulan Agustus 2021. Hal ini
disebabkan menurunnya aktivitas jual beli selama pandemi dan, ditambah lagi perubahan
cuaca akibat pergantian musim tangkap ikan dan cuaca laut yang ekstrim.
Meskipun NTN masih berada di atas 100, namun capaian tersebut belum sesuai
dengan target NTN seperti yang tertuang pada RPJMD Provinsi Sulteng. Oleh karenanya,
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulteng mencanangkan kebijakan untuk meningkatkan target
NTN melalui pelatihan khusus bagi nelayan melalui Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN)
yang bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta
pelatihan diversifikasi olahan ikan yang diselenggarakan Kabupaten Sigi bersama dengan
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Sejak Triwulan IV Tahun 2020, Sektor Pertanian tidak lagi menjadi pembentuk
struktur PDRB tertinggi di Sulteng. Namun sektor ini masih memiliki kontribusi yang cukup
besar terhadap struktur PDRB dari sisi lapangan usaha dan pekerja. Bersama dengan Sektor
Kehutanan dan Perikanan, Sektor Pertanian berkontribusi sebesar 17,73% pada PDRB di

ix
Kanwil Ditjen Perbendaharan
RINGKASAN EKSEKUTIF
Provinsi Sulawesi Tengah

Triwulan III Tahun 2021. Oleh karena itu, kedua sektor ini masih memiliki potensi yang cukup
besar untuk dapat dikembangkan lagi, mengingat salah satu program prioritas untuk
mewujudkan “Sulteng lebih sejahtera dan Sulteng lebih Maju” yang diusung oleh Gubernur
baru di Tahun 2021 – 2026 adalah mendorong peningkatan produktivitas tanaman pangan,
perkebunan, perikanan, peternakan dan komoditi pertanian lainnya melalui sinergitas
pembangunan antar sesama perangkat daerah di sektor pertanian, perkebunan, perikanan,
dan peternakan untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan di
Sulteng.
Pada Tahun 2021, Pemerintah Pusat dalam mendukung ketahanan pangan dan
peningkatan sektor pertanian telah menganggarkan dana sebesar Rp99,53 miliar melalui
enam belas satuan kerja lingkup Kementerian Pertanian di Sulteng dengan realisasi hingga
saat ini (Triwulan III) sebesar 54,9%. Selain itu, dalam peningkatan kinerja Sektor Pertanian
juga dianggarkan pengembangan infrastruktur sebesar Rp229,36 miliar yang dikelola oleh
berbagai satker lingkup Kementerian PUPR. Sedangkan anggaran yang dialokasikan untuk
mendukung program Ketahanan Pangan di wilayah Sulteng yang dikelola oleh 9 satker di
lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan mencapai Rp15 miliar.
Selain memanfaatkan dana APBN untuk mendukung program ketahanan pangan,
Pemda juga memanfaatkan dana APBD untuk memperkuat sisi produksi Sektor Pertanian
dan Perikanan di Sulteng dengan mengalokasikan anggaran sebesar Rp92,21 miliar untuk
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng
serta sebesar Rp25,23 miliar untuk OPD Kelautan dan Perikanan di lingkup Provinsi Sulteng.
Pelaksanaan Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian dan Perikanan meliputi
pemanfaatan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan realisasi penyaluran sebesar Rp65,92
miliar untuk 2.194 debitur pada Sektor Perikanan dan sebesar Rp822,62 miliar untuk 25.827
debitur pada Sektor Pertanian dan Kehutanan. Selain itu, berbagai program yang didanai DAK
Fisik juga dialokasikan untuk mendukung kedua sektor tersebut dengan total alokasi sebesar
Rp186,05 miliar. Program DAK Fisik menyasar bidang irigasi yang menjadi prioritas utama
guna mendukung Sektor Pertanian dan dalam rangka mendukung pemenuhan kebutuhan
pangan masyarakat baik di lingkup Sulteng, spasial, dan nasional.
Komponen Investasi menjadi salah satu penyokong utama tingginya PDRB di Sulteng
selama 5 tahun terakhir (2017-2021). Capaian realisasi investasi di provinsi ini mencapai
90,23 % sampai dengan Triwulan III Tahun 2021 dari target yang ditetapkan oleh Kementerian
Investasi/BKPM. Capaian investasi tersebut mengantarkan Sulteng menduduki peringkat
ketujuh se-Indonesia. Potensi alam yang melimpah seperti Logam Nikel, Besi Baja, Cobalt
beragam komoditas pertanian, perkebunan dan perikanan, mampu memberikan nilai tambah
bagi para investor untuk berinvestasi di Sulteng.

x
Kanwil Ditjen Perbendaharan
RINGKASAN EKSEKUTIF
Provinsi Sulawesi Tengah

Alokasi anggaran belanja modal di Sulteng masih yang terendah dibandingkan dengan
alokasi belanja lainnya dalam struktur APBD Tahun Anggaran 2021. Kebutuhan belanja
modal seperti di Bidang Infrastruktur semakin meningkat mengingat Sulteng memiliki potensi
kontribusi yang besar dalam menyediakan berbagai kebutuhan terkait pemindahan Ibu Kota
Negara (IKN) baru ke Provinsi Kalimantan Timur. Beberapa proyek strategis telah
dipersiapkan oleh Pemda seperti pembangunan dan peningkatan ruas jalan, pembangunan
jembatan dan juga pembangunan pelabuhan baru, namun Pemda memiliki keterbatasan fiskal
untuk membiayai beragam proyek strategis tersebut. Oleh karenanya dibutuhkan sumber
pendanaan lain yang dapat diakses oleh Pemda.
Provinsi Sulteng memiliki banyak nilai tambah dalam mendukung penanaman
investasi seperti letak geografis yang sangat strategis sebagai pintu keluar masuknya menuju
IKN baru bagi wilayah Indonesia Timur, PDRB yang selalu mengalami pertumbuhan positif
dan tinggi setiap tahunnya, jumlah tenaga kerja yang banyak tersedia, potensi kekayaan
sumber daya alam yang dimiliki, dan juga terdapatnya Kawasan Ekonomis Khusus seperti di
Palu dan Morowali yang menjadi pusat logistik terpadu dan industri pengolahan
pertambangan di wilayah Sulawesi. Faktor-faktor tersebut sebagai magnet yang turut
memperbesar nilai investasi yang terus masuk ke Sulteng, khususnya bagi penanaman modal
asing (PMA). Faktor-faktor penghambat investasi seperti bencana alam, konflik dan risiko
keamanan perlu diantisipasi dan diminimalisir oleh Pemerintah Pusat dan Pemda agar
investor dapat menjalankan bisnisnya sesuai rencana.

xi
Kanwil Ditjen Perbendaharan
DAFTAR ISTILAH
Provinsi Sulawesi Tengah

DAFTAR ISTILAH

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah sebuah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

Bea adalah pungutan yang dikenakan atas keluar masuknya barang/komoditas yang
berkaitan yang masuk dan keluar wilayah pabean. Pungutan bea ini bersifat wajib dan
dikenakan pada produk hasil ekspor dan impor. Bea yang dikenakan atas barang impor
disebut bea masuk, dan bea yang dikenakan atas barang keluar disebut bea keluar.

Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.

Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.

Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang
mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam Undang-undang Cukai.

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA adalah dokumen
pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
yang disahkan oleh Direktur Jenderal Anggaran atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

Ekspor barang adalah transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (baik berupa penjualan,
barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dari residen suatu wilayah Provinsi terhadap pelaku
ekonomi luar negeri (non-resident).

Impor barang adalah transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (mencakup pembelian,


barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dari pelaku ekonomi luar negeri (non-resident)
terhadap residen suatu wilayah Provinsi.

xv
Kanwil Ditjen Perbendaharan
DAFTAR ISTILAH
Provinsi Sulawesi Tengah

Indeks Harga konsumen (IHK) adalah Indeks yang menghitung rata-rata perubahan
hargadari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun
waktu tertentu.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah
pengukuran perbandingan dari harapan hidup, pendidikan, dan standar hidup untuk semua
negara. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam
memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang
berlangsung secara terus menerus.

Inventori adalah persediaan yang dikuasai oleh unit yang menghasilkan untuk digunakan
dalam proses lebih lanjut, dijual, atau diberikan pada pihak lain, atau digunakan dengan cara
lain.

Laju pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara
secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Nilai tukar adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan
dengan unit mata uang negara lain.

Nilai Tukar Nelayan (NTN) adalah rasio antara indeks harga yang diterima nelayan (It)
dengan indeks harga yang dibayar nelayan (Ib) dinyatakan dalam persentase. Secara
konsepsional, NTN pengukur kemampuan tukar produk perikanan tangkap yang dihasilkan
nelayan dengan barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga nelayan dan keperluan
mereka dalam menghasilkan produk perikanan tangkap.

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah indikator proxy kesejahteraan petani sebagai perbandingan
antara Indeks harga yg diterima petani (It) dengan Indeks harga yg dibayar petani (Ib). NTP
merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di
perdesaan.

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak. Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan pada barang yang tergolong mewah
kepada produsen untuk menghasilkan atau mengimpor barang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya.

xvi
Kanwil Ditjen Perbendaharan
DAFTAR ISTILAH
Provinsi Sulawesi Tengah

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan dalam setiap proses produksi
maupun distribusi/pungutan terhadap konsumsi Barang Kena Pajak/Jasa Kena pajak di dalam
daerah Daerah Pabean.

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah pengeluaran unit produksi untuk
menambah aset tetap dikurangi dengan pengurangan aset tetap bekas.

Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-
tahun anggaran berikutnya.

Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih.

Pendapatan Hibah adalah setiap penerimaan Pemerintah Pusat dalam bentuk uang, barang,
jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar
kembali, yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri, yang atas pendapatan hibah
tersebut, pemerintah mendapat manfaat secara langsung yang digunakan untuk mendukung
tugas dan fungsi K/L, atau diteruskan kepada Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara,
dan Badan Usaha Milik Daerah.

Pendapatan Negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat
yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.

Penerimaan Perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan
pajak perdagangan internasional.Pajak Penghasilan (PPh) adalah

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah adalah nilai seluruh jenis output pemerintah dikurangi
nilai output untuk pembentukan modal sendiri dikurangi nilai penjualan barang/jasa (baik yang
harganya signifikan dan tdk signifikan secara ekonomi) ditambah nilai barang/jasa yang dibeli
dari produsen pasar untuk diberikan pada RT secara gratis atau dengan harga yang tidak
signifikan secara ekonomi (social transfer in kind-purchased market production).

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) merupakan pengeluaran atas barang dan
jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi.

xvii
Kanwil Ditjen Perbendaharan
DAFTAR ISTILAH
Provinsi Sulawesi Tengah

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun,
sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa
tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai
dasar.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk di
suatu daerah, yang diperoleh dari hasil pembagian pendapatan penduduk suatu daerah
(PDRB) dengan jumlah penduduk regional tersebut.

Rasio gini (gini ratio) yang merupakan salah satu alat yang mengukur tingkat kesenjangan
pembagian pendapatan relatif antar penduduk suatu wilayah.

Rasio pajak (tax ratio) adalah perbandingan atau persentase penerimaan pajak terhadap
produk domestik bruto (PDB) dimana hal itu juga merupakan salah satu indikator untuk menilai
kinerja penerimaan pajak.

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah rencana pembangunan tahunan nasional, yang
memuat prioritas pembangunan nasional, rancangan kerangka ekonomi makro yang
mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta
program kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga kewilayahan dalam bentuk
kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif. RKP merupakan pedoman bagi
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran RPJMD, memuat


rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, serta rencana kerja
dan pendanaan untuk satu tahun, mengacu pada RKPD.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran visi,


misi dan program Gubernur terpilih yang menjadi pedoman pelaksanaan pembangunan
dalam lima tahun pemerintahan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah penjabaran dari


visi, misi dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJPN, yang

xviii
Kanwil Ditjen Perbendaharan
DAFTAR ISTILAH
Provinsi Sulawesi Tengah

memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga


dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka
ekonomi makro yang mencangkup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk
arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP Daerah) adalah dokumen


perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (disingkat RPJP Nasional) adalah


dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

Suku bunga adalah persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga)
dalam suatu periode tertentu.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase jumlah pengangguran terhadap


jumlah angkatan kerja.

xix
Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulawesi Tengah DAFTAR SINGKATAN

ADHB : Atas Dasar Harga Berlaku KUR : Kredit Usaha Rakyat


ADHK : Atas Dasar Harga Konstan LPE : Laju Pertumbuhan
AHH : Angka Harapan Hidup Ekonomi
AMH : Angka Melek Huruf LPP : Laju Pertumbuhan
APBD : Anggaran Pendapatan dan Penduduk
Belanja Daerah Monev : Monitoring dan Evaluasi
APBN : Anggaran Pendapatan dan m-to-m : month to month
Belanja Negara Morut : Morowali Utara
APK : Angka Partisipasi Kasar NPWP : Nomor Pokok Wajib Pajak
ASN : Aparatur Sipil Negara NTP : Nilai Tukar Petani
Banglut : Banggai Laut PAD : Pendapatan Asli daerah
Bangkep : Banggai Kepulauan Parimo : Parigi Moutong
BI : Bank Indonesia P2D2 : Dana Proyek Pemerintah
BLU : Badan Layanan Umum Daerah dan Desentralisasi
BLUD : Badan Layanan Umum PBB : Pajak Bumi dan Bangunan
Daerah PDAM : Perusahaan Daerah Air
BUMD : Badan Usaha Milik Daerah Minum
BUMN : Badan Usaha Milik Negara PDRB : Produk Domestik Regional
BPS : Badan Pusat Statistik Bruto
DAK : Dana Alokasi Khusus PKRT : Pengeluaran Konsumsi
DAU : Dana Alokasi Umum Rumah Tangga
DBH : Dana Bagi Hasil PMA : Penanaman Modal Asing
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan PMDN : Penanaman Modal Dalam
Anggraran Negeri
DJPB : Direktorat Jenderal PMTB : Pembentukan Modal
Perbendaharaan Tetap Bruto
Kuasa : Kuasa Bendahara Umum PNBP : Penerimaan Negara
BUN Negara Bukan Pajak
DJP : Direktorat Jenderal Pajak PNS : Pegawai Negeri Sipil
DJBC : Direktorat Jenderal Bea PNSD : Pegawai Negeri Sipil
dan Cukai Daerah
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat PPh : Pajak Penghasilan
FGD : Focus Group Discussion PPI : Pelabuhan dan
HDI : Human Development Pendaratan Ikan
Index PPK : Pembinaan Pengelolaan
HDR : Human Development Keuangan
Report PPN : Pajak Pertambahan Nilai
HPH : Hak Pengusahaan Hutan PPP Peabuhan Perikanan
HA Hektar Pantai
IB : Industri Besar Prov. : Provinsi
IHK : Indeks Harga Konsumen qoq : quarter to quater
IKM : Industri Kecil dan RDI : Rekening Dana Investasi
Menengah RDP : Rekening Dana
IMH : Indeks Melek Huruf Pemerintah
IPM : Indeks Pembangunan RKPD : Rencana Kerja
Manusia Pemerintah Daerah
IRLS : Indeks Rata-rata Lama RLS : Rata-Rata Lama Sekolah
Sekolah RM : Rupiah Murni
Kab. : Kabupaten Rp : Rupiah
KD : Kantor Daerah RPJMD : Rencana Pembangunan
KP : Kantor Pusat Jangka Menengah Daerah
KPP : Kantor Pelayanan RPJPD : Rencana Pembangunan
Perpajakan Jangka Panjang Daerah
KPPN : Kantor Pelayanan RSU : Rumah Sakit Umum
Perbendaharaan Negara

xx
Kanwil Ditjen Perbendaharan
DAFTAR SINGKATAN
Provinsi Sulawesi Tengah

RSUD : Rumah Sakit Umum


Daerah
SDM : Sumber Daya Manusia
SILPA : Sisa Lebih Penerimaan
Anggaran
SIM : Surat Ijin Mengemudi
SIKP Sistem Informasi Kredit
Program
SKPD : Satuan Kerja Perangkat
Daerah
SLA : Subsidiary Loan
Agreement
SPM : Standar Pelayanan
Minimum
SRG : Subsidi Resi Gudang
STNK : Surat Tanda Nomor
Kendaraan
Sulteng : Sulawesi Tengah
TA : Tahun Anggaran
The Fed The Federal Reserve
TKI : Tenaga Kerja Indonesia
TNKB : Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor
Touna : Tojo Una-Una
TP : Tugas Pembantuan
TPAK : Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja
TPT : Tingkat Pengangguran
Terbuka
UB : Urusan Bersama
UU : Undang-undang
yoy : year on year

xxi
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL
Provinsi Sulawesi Tengah

BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL


1.1 Perkembangan dan Analisis Indikator Makro Ekonomi
1.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Perekonomian Sulawesi Tengah Grafik 1.1. PDRB Sulteng dan Nasional 2018 - TW III 2021
20,00
(Sulteng) periode Triwulan III Tahun 2021 15,00 10,79
10,00 10,21
tumbuh positif 10,21% (yoy) 5,00
3,51
-
dibandingkan periode yang sama di (5,00) -2,03
(10,00)
tahun sebelumnya (Grafik 1.1) Namun Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2018 2019 2020 2021
demikian, bila dibandingkan dengan
Sulteng c-to-c Sulteng y-on-y
Triwulan II Tahun 2021, perekonomian Sulteng q-to-q Nasional y-on-y

Sulteng mengalami kontraksi sebesar Sumber: BPS (data diolah)

2,03% (q-to-q). Terjadinya perlambatan ini disebabkan oleh penurunan dari sisi pengeluaran,
khususnya komponen pengeluaran konsumsi pemerintah, dan kontraksi pada sebagian besar
sektor lapangan usaha, terutama pada lapangan usaha administrasi pemerintahan,
pertahanan, dan jaminan sosial wajib.
a. Berdasarkan Pengeluaran
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sulteng Triwulan III Tahun 2021 lebih
dipengaruhi oleh sisi ekspor yang sedikit mengalami peningkatan. Kinerja ekspor naik menjadi
32,43% (yoy) dibanding Triwulan sebelumnya yang sebesar 32,37% (yoy). Sayangnya,
kenaikan komponen ekspor tersebut tidak didukung oleh komponen lainnnya yang justru
mengalami penurunan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya secara yoy. Bahkan
untuk konsumsi pemerintah (PKP) yang pada triwulan sebelumnya tumbuh positif 11,40%
(yoy), pada di Triwulan III hanya tumbu sebesar 12,97% (yoy). Hal tersebut disebabkan oleh
tindak lanjut kebijakan realokasi dan refocusing (penyesuaian) pembatasan kegiatan akibat
peneripan kembali PPKM Darurat yang berdampak pada realisasi pengeluaran yang rendah.
Akibat penyesuaian tersebut, sebagian alokasi anggaran satuan kerja kementerian
negara/lembaga (K/L) dialihkan kepada pos-pos anggaran yang menjadi prioritas pemerintah
dalam mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Dengan bobot nilai persentase tertinggi terhadap struktur Produk Domestik Bruto (PDRB)
Sulteng, komponen ekspor menjadi motor penggerak utama dengan kontribusi sebesar
99,03%. Peningkatan permintaan ekspor ini lebih banyak dipengaruhi oleh permintaan produk
besi baja dan nikel dari luar negeri. Kontribusi produk besi baja dan nikel terhadap ekspor di
Sulteng mencapai 85,97% dari total nilai ekspor yang mana berdasarkan data KPPBC TMP
C Morowali sebagian besar ekspor dilakukan melalui Pelabuhan Bahodopi, di Kabupaten
Morowali. Ekspor juga bersumber dari produk minyak kelapa murni atau Virgin Cocunut Oil
(VCO) dari Kabupaten Banggai, dan Crude Palm Oil (CPO) yang di ekspor melalui pelabuhan

1
Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulawesi Tengah BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL

di luar wilayah Sulteng. Dari sisi impor, nilainya tercatat mengalami penurunan menjadi 44%
(yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 48,37% (yoy). Sebagai komponen
pengurang pertumbuhan ekonomi, menurunnya komponen impor dapat berdampak baik bagi
pertumbuhan ekonomi Sulteng sepanjang penurunan tersebut disebabkan oleh meningkatnya
produk lokal substitusi impor.
b. Berdasarkan Sektor Lapangan Usaha
Perekonomian Sulteng yang tumbuh positif, tidak terlepas dari kinerja sektor lapangan usaha
di Bidang Konstruksi, Informasi dan Komunikasi, serta Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran. Pada Triwulan III ini, ketiga sektor tersebut mencatatkan pertumbuhan tertinggi
dibanding sektor-sektor lainnya dengan pertumbuhan secara berurutan 20,63% (yoy), 9,77%
(yoy), dan 9,27% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan Triwulan sebelumnya yang
sebesar 15,36% (yoy), 6,13%(yoy), dan 5,06% (yoy). Peningkatan ini terkait langsung dengan
beberapa kebijakan relaksasi dan subsidi Pemerintah antara lain terkait pemberlakuan diskon
Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn-BM) 0% serta down payment (DP) 0% untuk Kredit
Kendaraan Bermotor (KKB) dan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).
Sektor Pertanian berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Sulteng dengan peningkatan
sekitar 2,12%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,35% (yoy). Peningkatan
tersebut didukung oleh masa panen raya Padi di awal Triwulan III, serta kenaikan harga-harga
komoditas perkebunan seperti CPO, Kelapa, Kakao, dan Jagung. Sektor Pendidikan juga
tumbuh lebih baik jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang didorong oleh
dimulainya tahun ajaran baru serta mulai diselenggarakannya pembelajaran tatap muka di
beberapa daerah di Sulteng.
1.1.2 Inflasi
Pada Triwulan III Tahun 2021, Provinsi Grafik 1.2. Persentase Inflasi IHK Palu, Luwuk, dan
Gabungan Tahun 2020-2021
1
Sulteng mengalami tekanan inflasi yang
rendah dan relatif terkendali. Indeks 0,5
-0,01
Harga Konsumen (IHK) pada September 0 -0,04
-0,16
2021 mengalami deflasi 0,04% (mtm), -0,5

setelah pada bulan sebelumnya mencatat -1


Mar
Apr
Mei

Agu

Nov

Mar
Apr
Mei

Agu
Feb

Okt
Jun

Jun
Jul

Des

Feb
Sep

Jul

Sep
Jan

Jan

inflasi 0,36% (Grafik 1.2). Secara tahunan Palu (%) Luwuk (%)
Gabungan (%)
(yoy) inflasi di Sulteng Triwulan III Tahun Sumber: BPS (data diolah)

2021 mencapai 1,90% (sedikit mengalami kenaikan dibanding Triwulan III Tahun 2020
sebelumnya yang sebesar 1,66%. Menguatnya inflasi tahunan Sulteng dibandingkan triwulan
sebelumnya secara spasial terjadi akibat menguatnya tekanan inflasi dari Kota Palu,
meskipun terjadi penurunan inflasi di Kota Luwuk. Inflasi di Palu tercatat 2,21% (yoy) naik dari
inflasi tahun sebelumnya yang hanya 1,78% (yoy). Sedangkan untuk inflasi di Kota Luwuk
justru mengalami penurunan, tercatat inflasi tahunan hanya sebesar 0,63% (yoy) dari yang

2
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL
Provinsi Sulawesi Tengah

sebelumnya sebesar 1,17% (yoy). Namun demikian, inflasi Sulteng tersebut berada dalam
target inflasi tahunan yaitu berkisar 3+1%.
Terjadinya deflasi pada Triwulan III dipengaruhi oleh turunnya indeks harga pada Kelompok
Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 0,53% dan Kelompok Perawatan Pribadi dan
Jasa Lainnya (0,11%). Di sisi lain, terjadi kenaikan indeks harga pada Kelompok Kesehatan
(0,72%) dan Kelompok Transportasi (0,42%). Sementara untuk komoditas penyumbang
deflasi terbesar, baik di Kota Palu maupun di Kota Luwuk, adalah komoditas Cabe Rawit (Palu
-0,11%, Luwuk -0,25%), dan diikuti komoditas Perikanan untuk Kota Palu (-0,07%) dan
komoditas Bawang Merah (-0,09%) untuk Kota Luwuk. Penyebab komoditas Cabe Rawit dan
Bawang Merah mengalami penurunan harga pada Triwulan III ini adalah tercukupinya
pasokan air di wilayah tersebut dan juga didorong kondisi cuaca atau curah hujan yang baik.
Namun, turunnya harga komoditas Cabai dan Bawang Merah menyebabkan Nilai Tukar
Petani (NTP) Subsektor Hortikultura pada Bulan September turun 2,83 (mtm) dari nilai 100,17
menjadi 97,34. Turunnya beberapa harga ikan juga turut menyumbang turunnya Nilai Tukar
Nelayan (NTN) menjadi 104,61, setelah di bulan sebelumnya menyentuh angka 105,10.

1.2. Perkembangan dan Analisis Indikator Kesejahteraan


1.2.1 Kemiskinan
Angka persentase penduduk miskin di Grafik 1.3. Persentase Penduduk Miskin Sulteng Hingga
Maret Tahun 2021
Sulteng pada periode Maret 2021 sebesar 20
15,41
13%, sedikit menurun dibandingkan 15
13,69
14,73 14,69
10 9,5
September 2020 yang sebesar 13,06%, dari 13 13,48
Perkotaan
9,15 5 9,32
populasi penduduk, atau 404,44 ribu orang 0
Perdesaan
9,21 8,9 Gabungan
(Grafik 1.3.). Namun sebaliknya bila 13,06 8,76 13,18 15,01
14,76
12,92
dibandingkan dengan Maret 2020 terjadi
14,69
peningkatan sebesar 0,8% dari
sebelumnya 12,92%. Jumlah penduduk Sumber: BPS (data diolah)

miskin pada Maret 2021 bertambah 5.710 orang dari posisi Maret 2020. Jika dilihat dari
komposisi garis kemiskinan selama September 2020 hingga Maret 2021, garis kemiskinan di
Sulteng naik mencapai 2,73%. Hal tersebut dipengaruhi oleh tingginya peranan komoditi
makanan sebesar 76,68% terhadap garis kemiskinan dibandingkan dengan peranan komoditi
non makanan yang hanya sebesar 23,32%. Komoditas yang paling memberi pengaruh besar
baik di Desa maupun di Kota adalah Beras dan Rokok Kretek Filter dengan kontribusi kedua
komoditas ini berada di angka dua digit, jauh berbeda dengan komoditas lainnya.
Indeks Tingkat Keparahan Kemiskinan (P2) di Sulteng adalah 0,64 pada Maret 2021, berada
di atas nilai P2 nasional yang sebesar 0,42. Meski demikian dibandingkan mayoritas provinsi-
provinsi lainnya yang mengalami kenaikan kemiskinan yang cukup tinggi selama periode

3
Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulawesi Tengah BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL

Pandemi Covid-19, kemiskinan, Sulteng tidak berdampak signifikan. Hal tersebut berkaitan
dengan respon cepat penanganan dampak pandemi dan meningkatnya aktivitas
perekonomian yang mendorong perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat Sulteng.
1.2.2 Pengangguran
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulteng pada Agustus 2021 mencapai 3,75% sedikit
membaik dibandingkan Agustus tahun lalu yang sebesar 3,77%. Namun jika dibandingkan
dengan periode Februari Tahun 2021 terjadi kenaikan minor sebesar 0,02%. Berdasarkan
wilayah, TPT perkotaan mengalami penurunan dari 6,33% pada Agustus Tahun 2020 menjadi
5,74%, sedangkan TPT Perdesaan mengalami kenaikan menjadi 2,86% dari TPT Agustus
Tahun 2020 yang sebesar 2,66%.
Peningkatan TPT Perdesaan tersebut terjadi sebagai dampak berkurangnya tenaga kerja
yang terserap pada Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dimana terjadi perubahan
distribusi sebanyak 24,260 ribu orang dari Agustus Tahun 2020. Fenomena ini dapat dilihat
dari peningkatan TPT per kabupaten/kota, di mana daerah yang mencatatkan peningkatan
TPT adalah kabupaten-kabupaten yang mengandalkan potensi pertanian, kehutanan, dan
perikanan seperti Banggai, Bangkep, Donggala, Tojo Una-Una, dan juga Parigi Moutong.
Jumlah angkatan kerja per Agustus Tahun 2021 mencapai 1,580 juta orang, meningkat
dibanding periode Agustus Tahun 2020 yang sebesar 1,575 juta orang. Kenaikan tersebut
berkaitan dengan berakhirnya tahun ajaran 2020/2021 yang menghasilkan lulusan baru
menambah jumlah angkatan kerja di Sulteng. Jumlah pengangguran turun sedikit menjadi
59,37 ribu orang (yoy) pada Agustus Tahun 2021 dari sebelumnya (Agustus Tahun 2020)
sebanyak 59,38 ribu orang. Namun di sisi lain Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
justru mengalami penurunan dari 69,44% pada Agustus Tahun 2020 menjadi 68,73% pada
periode Agustus Tahun 2021. Penurunan TPAK ini menjadi salah satu indikator yang
menunjukkan bahwa kinerja berbagai lapangan usaha di Sulteng masih terdampak pandemi
Covid-19.
Dengan berkurangnya jumlah pengangguran, menjadi sinyal positif kondisi ketenagakerjaan
di Sulteng. Hal ini juga bisa dilihat dari berkurangnya jumlah penduduk usia kerja yang
terdampak Covid-19 pada periode Agustus Tahun 2021 menjadi 217,62 ribu orang atau
berkurang 11,29 ribu orang dibanding Agustus Tahun 2020.
1.2.3 Ketimpangan Pendapatan
Gini Ratio Sulteng konsisten mengalami penurunan (Grafik 1.4.). Gini Ratio pada Maret
Tahun 2021 tercata 0,316, terendah di regional Sulawesi dan masih lebih rendah dari
Gini Ratio nasional sebesar 0,384. Penurunan tersebut didorong oleh membaiknya kondisi
Gini Ratio wilayah perdesaan yang turun menjadi 0,279 pada Maret 2021 dari sebelumnya
0,295 pada September 2020.

4
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL
Provinsi Sulawesi Tengah

Pada Maret Tahun 2021, distribusi pengeluaran Grafik 1.4. Tren Gini Ratio, Perkotaan dan Perdesaan
Sulteng
pada kelompok 40% terbawah adalah sebesar
Mar-21 0,316
21,17%. Jika dirinci berdasarkan wilayah, Sep-20 0,321
Mar-20 0,326
tingkat ketimpangan di daerah perkotaan 0,33
Sep-19
tercatat sebesar 18,92%, di perdesaan sebesar Mar-19 0,327
Sep-18 0,331
23,07%, yang artinya pengeluaran penduduk
0 0,1 0,2 0,3 0,4
masih berada pada kategori tingkat Perdesaan + Perkotaan Perkotaan Perdesaan

ketimpangan rendah menurut ukuran Bank Dunia. Sumber: BPS (data diolah)

1.2.4 Nilai Tukar Petani


Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulteng periode Grafik 1.5. Tren Nilai Tukar Petani (NTP) Sulteng
101,76
Triwulan III Tahun 2021 konsisten mengalami 105
100,76
100 100,08
kenaikan (Grafik 1.5.). NTP di Sulteng 95,11
95 95,27 95,92
94,59
mencapai angka 101,76 pada September 2021 93,29 93,59
90
yang berarti pendapatan para petani lebih besar 85
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
dibanding pengeluarannya. Meskipun nilai NTP
2019 2020
ini masih di bawah nilai NTP Nasional (105,68 Sumber: BPS (data diolah)

%), namun nilai NTP ini masih melampaui target NTP tahun 2021 sebagaimana tercantum
pada RPJMD Provinsi Sulteng 2021-2026 yang sebesar 99,58. Jika dibandingkan dengan
tahun 2020 pada periode yang sama, NTP mengalami kenaikan sebesar 7,17 poin. NTP
tertinggi terjadi pada Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (105,06) dan NTP terendah
ada pada Subsektor Hortikultura (94,32).
1.2.5 Nilai Tukar Nelayan
Grafik 1.6. Tren Nilai Tukar Nelayan (NTN) Sulteng Nilai Tukar Nelayan (NTN) Sulteng pada
120 114,98

115 112,58 113,41


September Tahun 2021 berada pada level
105,10
110
104,39
105 98,95 104,61 104,61 atau turun 0,49 poin dibandingkan NTN
100 98,43
95 96,84 Agustus Tahun 2021. Namun nilai NTN
90
tersebut masih naik 7,77 poin dibanding
85
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2019 2020 2021
September 2020. Namun demikian, NTN pada
Sumber: BPS (data diolah) Triwulan III ini belum menyentuh target NTN
tahun 2021 sebesar 108,76 sebagaimana yang tertuang pada RPJMD Provinsi Sulteng 2021-
2026. Oleh karena itu, Gubernur Sulteng telah menyiapkan berbagai kebijakan seperti
membuka pelatihan khusus bagi nelayan melalui Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN),
bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Melalui SLCN
ini, BMKG memberikan dukungan informasi cuaca dan iklim bagi petani dan nelayan dalam
mengantisipasi musim tanam, musim panen, serta musim melaut dalam rangka meningkatkan
hasil produksi pertanian dan pertanian. Selain itu, terdapat pelatihan diversifikasi olahan ikan
di Kabupaten Sigi bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

5
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL
Provinsi Sulawesi Tengah

BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL


2.1 Pelaksanaan APBN
Tabel 2.1. Pagu dan Realisasi APBN Prov insi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2020 dan 2021 (dalam miliar rupiah)
2020 (Q3) 2021 (Q3) %
URAIAN
PAGU REAL % PAGU REAL % Growth
A. PENDAPATAN NEGARA 4.267 3.164 74,15% 4.232 4.160 98,30% 31,48%
I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 4.267 3.164 74,15% 4.232 4.160 98,30% 31,48%
1. Penerimaan Pajak 3.886 2.721 70,02% 3.908 3.706 94,83% 36,20%
2. PNBP 381 443 116,27% 324 454 140,12% 2,48%
B. BELANJA NEGARA 24.063 17.589 73,10% 23.263 16.007 68,81% -8,99%
I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 7.714 4.206 54,52% 7.455 4.825 64,72% 14,72%
1. Belanja Pegawai 2.459 1.747 71,05% 2.469 1.828 74,04% 4,64%
2. Belanja Barang 3.578 1.651 46,14% 3.031 1.802 59,45% 9,15%
3. Belanja Modal 1.669 805 48,23% 1.946 1.191 61,20% 47,95%
4. Belanja Bantuan Sosial 8 3 37,50% 9 4 44,44% 33,33%
II. TRANSFER KE DAERAH DAN
16.349 13.383 81,86% 15.808 11.182 70,74% -16,45%
DANA DESA (TKDD)
1. Transfer ke Daerah 14.759 12.047 81,62% 14.210 10.002 70,39% -16,98%
Dana Perimbangan 14.759 12.047 81,62% 14.210 10.002 70,39% -16,98%
a. Dana Transfer Umum 10.306 8.085 78,45% 9.768 7.673 78,55% -5,10%
1). Dana Bagi Hasil (DBH) 1.239 459 37,05% 827 501 60,58% 9,15%
2). Dana Alokasi Umum (DAU) 9.067 7.626 84,11% 8.941 7.172 80,21% -5,95%
b. Dana Transfer Khusus 4.110 3.654 88,91% 4.072 2.063 50,66% -43,54%
1). Dana Alokasi Khusus Fisik 2.063 1.945 94,28% 2.017 706 35,00% -63,70%
2). Dana Alokasi Khusus Non-Fisik 2.047 1.709 83,49% 2.055 1.357 66,03% -20,60%
c. Dana Insentif Daerah (DID) 343 308 89,80% 370 266 71,89% -13,64%
2. Dana Desa 1.590 1.336 84,03% 1.598 1.180 73,84% -11,68%
C. SURPLUS DEFISIT -19.796 -14.425 72,87% -19.031 -11.847 62,25% -17,87%
Sumber : GFS Preliminary Triwulan III 2021 Kanwil DJPb Sulteng, OMSPAN, SIMTRADA DJPK, data diolah
Postur APBN di atas menjadi gambaran kebijakan fiskal Pemerintah yang countercyclical
dalam menekan dampak negatif dari Pandemi Covid-19. Pendapatan negara sejak awal
diproyeksikan menurun akibat menurunnya aktivitas perekonomian sebagai dampak
diberlakukannya pembatasan kegiatan masyarakat untuk mencegah penularan Covid-19. Di
tengah tekanan berkurangnya aktivitas perekonomian, pendapatan negara masih mengalami
pertumbuhan positif sebesar 31,48%, namun di sisi lain realisasi belanja negara mengalami
penurunan sebesar 8,99% (yoy). Hal ini dipicu menurunnya realisasi TKDD sebesar 16,45%,
walaupun realisasi Belanja Pemerintah Pusat meningkat 14,72% dibanding periode yang
sama Tahun 2020.
Dari gambaran kinerja pendapatan dan belanja di atas, terlihat indikasi perekonomian di
Sulawesi Tengah (Sulteng) menuju pemulihan normal, realisasi belanja program-program
satuan kerja (satker) kementerian/lembaga negara (K/L) yang lebih agresif, dan belum
optimalnya pemerintah daerah (Pemda) dalam penggunaan TKDD untuk membiayai program-
program Pemda.
2.1.1 Pendapatan Negara
Realisasi pendapatan APBN di Sulteng lebih tinggi 31,48% dibandingkan dengan realisasi
periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Hal ini disebabkan oleh mulai menggeliatnya
roda perekonomian di Sulteng dan tumbuhnya nilai ekspor ke luar negeri. Bila dianalisis lebih
dalam, peningkatan realisasi pendapatan ini didorong oleh insentif pajak berupa penambahan
objek dan dasar pengenaan pajak baru.

6
Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulawesi Tengah BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

Grafik 2.1. Realisasi PNBP BLU Triwulan III Dari data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak
Tahun 2021 (Rp Miliar)
(KPP) lingkup Sulteng, peningkatan penerimaan
300 200%
250
200
155.58% 150% pajak berasal dari Pajak Penghasilan (PPh) sebesar
150 109.45% 100%
100
50%
Rp1,86 triliun, dan Pajak Penjualan (PPN) dan Pajak
50 40.09%
0
RUMKIT UNTAD BANDARA
0% Penjualan atas Barang Mewah (PPN BM) sebesar
BHAYANGKARA MUTIARA
Pagu Realisasi %Realisasi Rp1,26 triliun. Untuk penerimaan pajak per sektor,
Sumber: OMSPAN (data diolah) penerimaan tertinggi sebesar Rp1,3 triliun berasal
dari sektor Industri Pengolahan. Peningkatan realisasi pajak juga dipicu oleh meningkatnya
Bea Masuk (BM) dengan penerimaan terbesar sebesar Rp347,45 miliar berasal dari Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) Pantoloan. Seiring dengan itu, realisasi Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) juga mengalami peningkatan sebesar 2,48% (yoy) yang
mencapai Rp454 miliar di akhir September 2021 (Grafik 2.1.). Kenaikan PNBP ini didukung
dengan realisasi Pendapatan BLU tertinggi yang berasal dari Universitas Tadulako sebesar
Rp252,72 miliar (155,58% dari pagu) yang utamanya berasal dari penerimaan mahasiswa
baru. Sedangkan Pendapatan BLU terendah berasal dari Kantor Unit Penyelenggara Bandar
Udara (UPBU) Mutiara Sis - Al Jufri yaitu Rp16,84 miliar dari pagu awal sebesar Rp42 miliar
(40,1%) atau dari pagu setelah revisi yang sebesar Rp30 miliar (56,13%). Rendahnya realisasi
penerimaan PNBP BLU Mutiara terkait erat dengan kebijakan pembatasan kegiatan masyarat
yang berdampak pada penurunan frekuensi penerbangan, penumbang, dan kargo.
Grafik 2.2. Tax Ratio Triwulan III Tahun
Tax ratio/rasio pajak digunakan untuk menilai kinerja 2019-2021 (dalam triliun rupiah)
penerimaan pajak yang dihitung dengan membagi 100 62.8 6.0%
5.91%
49.46
realisasi penerimaan pajak terhadap PDRB. Di wilayah 47.9
50 5.50% 5.5%
5.37%
Sulteng, rasio pajak tahun 2021 masih rendah, yaitu 3.71 2.72 2.57
0 5.0%
sebesar 5,91% (Grafik 2.2.). Rendahnya tax ratio ini 2021 2020 2019
PDRB Pajak
ditengarai terkait dengan pelaporan pajak sebagian
Sumber: BPS, DJP (data diolah)
penghasilan atau keuntungan wajib pajak orang pribadi (WP OP) maupun badan (WP Badan)
yang didapatkan dari aktivitas ekonomi di Sulteng, yang dilaporkan di KPP di luar wilayah
Sulteng. Dengan demikian, penerimaan sebagian pajak tidak dihitung sebagai penerimaan
Sulteng. Namun, tax ratio pada tahun 2021 ini meningkat cukup signifikan dibanding tahun-
tahun sebelumnya (misalnya naik 7,5% dibanding tahun 2020). Adapun faktor-faktor lain yang
mempengaruhi adalah berbagai kebijakan Pemerintah dalam mendorong perekonomian,
utamanya insentif perpajakan yang diterima beberapa sektor ekonomi, dan kebijakan PPKM
yang diberlakukan ketat selama Triwulan III Tahun 2021.
2.1.2 Belanja Negara
Berbeda dengan pendapatan, realisasi belanja APBN di Sulteng lebih rendah dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja sampai dengan akhir September
2021 mencapai Rp16,01 triliun atau sekitar 68,81% dari pagu APBN, lebih rendah

7
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL
Provinsi Sulawesi Tengah

dibandingkan periode yang sama Tahun 2020 (Rp17,59 triliun). Penurunan realisasi dipicu
olehmenurunnya realisasi TKDD sebesar 16,45% dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Sedangkan untuk realisasi belanja Pemerintah Pusat mengalami pertumbuhan
sebesar 14,72% (yoy) yang didorong dengan meningkatnya realisasi belanja modal (47,95%)
dan belanja barang (9,15%). Peningkatan belanja dipengaruhi oleh implementasi kebijakan
akselerasi belanja termasuk belanja terkait penanganan Covid-19 oleh Pemerintah Pusat.
Grafik 2.3. Realisasi TKDD Triwulan III Penurunan realisasi TKDD dipicu dengan turunnya
Tahun 2021 di Provinsi Sulawesi Tengah
penyaluran Dana Transfer Khusus sekitar Rp1,6 triliun,
Dana Insentif 266
Q3-2021
Daerah 308 DAU sebesar Rp454 miliar, dan Dana Insentif Daerah
Q3-2020
Rp Miliar

2,063
Dana Transfer (Grafik 2.3.). Penurunan ini tidak hanya dialami di
Khusus 3,654

7,673
Sulteng, namun juga di tingkat nasional yang
Dana Transfer
Umum 8,085 disebabkan oleh terkendalanya pemenuhan persyaratan
Sumber: SIMTRADA, data diolah penyaluran pada beberapa jenis transfer. Hal tersebut
terjadipada tahapan penyaluran DAK Fisik yang baru direalisasikan setelah direviu oleh
Aparat Pemeriksa Instansi Pemerintah (APIP). Sementara itu, salah satu penyebab utama
rendahnya realisasi Dana Desa adalah proses revisi APBDes sebagai konsekuensi adanya
kebijakan earmarked sebesar 8% dari total pagu dana desa yang ditujukan untuk
penanggulangan Covid-19.
2.1.3 Surplus/Defisit
APBN Triwulan III Tahun 2021 di Sulteng masih mengalami defisit senilai Rp11,85 triliun.
Namun angka defisit ini masih di bawah nilai defisit pada periode yang sama tahun lalu yang
sebesar Rp14,43 triliun.Penurunan ini bersumber dari 2 faktor, yaitu terjadinya kenaikan
pendapatan negara dan belum optimalnya penyerapan TKDD.
2.1.4 Prognosis APBN
Tabel 2.2. Perkiraan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2021 (dalam juta rupiah)
Realisasi s.d. Triwulan III Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV
Uraian % Perkiraan Realisasi
Pagu Realisasi % Rp
(Trend & Forecast)
Pendapatan Negara 4.231.303 4.160.090 98,32% 5.129.667 121,23%
Belanja Negara 23.263.859 16.007.861,38 68,81% 20.736.742 89,14%
Surplus/Defisit - 19.032.557 -11.847.771 62,25% - 15.607.075 82,00%
Seiring dengan pemulihan ekonomi secara global dan nasional, realisasi APBN sampai akhir
Tahun 2021 jika diproyeksikan menggunakan trend & forecast analysis dengan rentang data
tahun 2015 s.d 2020 menghasilkan perkiraan realisasi pendapatan sebesar Rp5,13 triliun.
Dengan analisis yang sama, realisasi belanja diperkirakan Rp20,74 triliun sehingga
menghasilkan defisit anggaran yang diperkirakan sebesar Rp15,61 triliun .
2.1.5 Analisis Capaian Ouput: Layanan Dasar Publik
Analisis capaian output dilakukan atas 3 sektor, yaitu pendidikan, kesehatan, dan
infrastruktur. Capaian setiap sektor dijelaskan pada Grafik 2.4. (Pendidikan), 2.5.

8
Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulawesi Tengah BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

Grafik 2.4. Capaian Output Sektor Pendidikan Grafik 2.5. Capaian Output Sektor Kesehatan

500,000 80% 0.00% Rp Miliar


Cegah HIV AIDS Provinsi
69.92% 41.70%
400,000 Makanan (Loka POM I)
58.65% 60%
Rp Miliar
Bantuan Pend. Kemenkes 42.10%
300,000 51.61% 45.00%
Makanan (BB/BPOM)
40% 45.10%
200,000 36.43% Cegah HIV AIDS
Sarana (Loka POM I) 53.20%
100,000 20% 58.50%
Sarana (BB/BPOM)
Desa Pangan Aman 73.40%
- 0%
Alokasi Guru KIP Kuliah Penerima Sekolah (PJAS aman) 73.90%
BOS Honor BOS Pasar aman 82.80%
0 500 1000
Volume Real Fisik Real %Real
%Real Real Real Fisik Volume

Grafik 2.6. Capaian Output Sektor Infrastruktur


0
Pelatihan Sanitasi Total
0
Pembangunan Jembatan 21,562
63,135
Bandar Udara Baru 4,014
2,492
Angkutan Laut Perintis 34,266
12,992
Bandar Udara 17,027
6,461
Angkutan Jalan Perintis 1,650
691
Jalan (Prioritas Nasional) 30,340
19,891
Perlengkapan Jalan 1 675
0 20000 40000 60000 80000
Real Volume

Sumber : MEBE (data diolah)

(Kesehatan), dan 2.6. (Infrastruktur). Pada Sektor Pendidikan, belanja dengan penyerapan
yang mendekati rencana apa pada Program Alokasi dan Penerima BOS. Sementara, pada
Program KIP dan Guru Honor realisasi belanjanya masih cukup rendah. Di Sektor Kesehatan,
masih ada kelompok output yang anggarannya belum terealisasi dan ada capaian outputnya.
Hal ini ditengarai berkaitan dengan belum dilakukannya input/ update data oleh operator
dan/atau masih ada bebrapa kegiatan masih yang masih dalam tahap perencanaan program.
Pada Sektor Infrastruktur, Kendala utama terjadi pada rendahnya penyerapan belanja pada
berbagai program terkait Hunian Tetap (Huntap) bagi penyintas terdampak gempa bumi dan
likuifaksi Tahun 2018. Perkembangan pembangunan Huntap masih terkendala dengan
pembebasan lahan untuk pembangunan Huntap sehingga berdampak pada tertundanya
proses lelangpembangunan Huntap. Kondisi ini terdapat pada . Proyek Huntap Tondo 2 pada
Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi Sulteng dan Proyek Huntap Paket 2A
pada Satker Penyediaan Perumahan Provinsi Sulteng.

2.2 Pelaksanaan APBD


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan refleksi sumber daya
yang dimiliki Pemda dalam melaksanakan kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemda dalam
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan daerah. Target pendapatan
Tahun 2021 mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode sebelumnya yang
merefleksikan dampak Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung (Tabel 2.3.). Hal yang
sama terjadi pada alokasi pendapatan Transfer yang Pemda mengalami penurunan sebagai
kelanjutan dari kebijakan nasional terkait refocusing serta Realokasi anggaran.

9
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL
Provinsi Sulawesi Tengah

Tabel 2.3. APBD Lingkup Sulteng Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi, 2020-2021 (Rp miliar)
Q3-2020 Q3-2021 %
URAIAN
PAGU REAL % PAGU REAL % Growth
PENDAPATAN DAERAH 19.851 13.493 67,97% 19.724 12.286 62,29% -8,94%
Pendapatan Asli Daerah 1.406 1.623 115,41% 2.693 1.718 63,79% 5,86%
Pajak Daerah 395 882 223,39% 1.389 995 71,64% 12,77%
Retribusi Daerah 261 167 64,11% 320 189 59,24% 13,19%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
26 46 176,93% 49 39 78,56% -15,87%
yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
724 527 72,78% 935 494 52,90% -6,15%
Sah
Pendapatan Transfer 17.821 11.625 65,23% 16.539 10.510 63,55% -9,59%
Transfer Pemerintah Pusat 17.410 11.335 65,10% 16.139 10.256 63,55% -9,51%
Transfer Antar Daerah 411 290 70,53% 400 254 63,41% -12,42%
Lain-lain Pendapatan Daerah yang
624 246 39,36% 493 58 11,77% -76,39%
Sah
Hibah 410 97 23,77% 164 22 13,63% -77,01%
Lain-lain Pendapatan Sesuai dengan
Ketentuan Peraturan Perundang- 214 148 69,23% 328 36 10,84% -75,99%
undangan
BELANJA DAERAH 22.533 11.651 51,71% 20.593 10.809 52,49% -7,23%
Belanja Operasi 15.555 9.171 58,96% 14.319 8.447 58,99% -7,89%
Belanja Pegawai 8.047 5.243 65,15% 7.640 5.042 65,99% -3,84%
Belanja Barang dan Jasa 4.119 1.847 44,84% 5.340 2.517 47,14% 36,29%
Belanja Bunga 2 1 44,90% 2 1 56,46% 31,35%
Belanja Subsidi 2 1 32,69% 1 1 75,36% 10,43%
Belanja Hibah 1.451 722 49,75% 861 551 63,99% -23,69%
Belanja Bantuan Sosial 1.934 1.357 70,18% 475 335 70,60% -75,31%
Belanja Modal 3.474 1.293 37,22% 3.158 979 31,00% -24,28%
Belanja Modal 3.474 1.293 37,22% 3.158 979 31,00% -24,28%
Belanja Tidak Terduga 166 154 92,62% 208 58 27,72% -62,52%
Belanja Tidak Terduga 166 154 92,62% 208 58 27,72% -62,52%
Belanja Transfer 3.338 1.034 30,97% 2.908 1.326 45,58% 28,25%
Belanja Bagi Hasil 459 257 56,04% 487 657 134,90% 155,52%
Belanja Bantuan Keuangan 2.879 777 26,97% 2.422 669 27,62% -13,88%
SURPLUS/(DEFISIT) -2.681 1.842 -68,70% -869 1.477 -170,06% -19,82%
PEMBIAYAAN 2.832 2.639 93,20% 869 1.467 168,91% -44,40%
Penerimaan Pembiayaan 2.855 2.646 92,70% 965 1.476 152,91% -44,24%
SILPA 2.854 2.646 92,73% 964 1.476 153,06% -44,24%
Penerimaan Kembali Pemberian
1 0 0,00% 1 0,04 0,00% 100,00%
Pinjaman Daerah
Penerimaan Pembiayaan Lainnya
Sesuai dengan Ketentuan Peraturan 0 0 0,00% 0 0,00 0,00% 100,00%
Perundang-Undangan
Pengeluaran Pembiayaan 23 7 30,90% 96 8 8,40% 13,92%
Pembayaran Cicilan Pokok Utang
4 0 0,00% 3 0,58 21,49% 100,00%
Jatuh Tempo
Penyertaan Modal Daerah 18 7 39,07% 92 7,5 8,11% 5,70%
Pemberian Pinjaman Daerah 1 0 0,00% 1 0 0,00% 0,00%
SISA LEBIH PEMBIAYAAN
150 4.481 0 2.944 -34,29%
ANGGARAN (SILPA)
Sumber : GFS Preliminary, Dit. APK (data diolah)

Sampai dengan Triwulan III Tahun 2021, realisasi pendapatan mengalami kontraksi sebesar
8,94% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh
menurunnya realisasi pada Pendapatan Transfer sebesar 9,59%yang terutama terjadi pada
Kabupaten Poso dan Banggai. Di sisi lain, terjadi peningkatan pada Penerimaan Asli Daerah
(PAD) sebesar 5,86% dari periode yang sama pada Tahun 2020, terutama dari Sektor
Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah (meningkat sekitar 13%). Meskipun terjadi
peningkatan pada realisasi PAD, namun PAD tersebut belum bisa mengatasi ketergantungan
Pemda yang tinggi terhadap pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat yang masih
mencapai di atas 83% dari total pendapatan.
Seiring dengan hal tersebut, realisasi Belanja Daerah mengalami penurunan sebesar 7,23%
(yoy), khususnya disebabkan oleh rendahnya realisasi Belanja Tak Terduga, Belanja
Barangdan Belanja Modal. Namun di sisi lain, realisasi komponen Belanja Transfer
mengalami peningkatan 28,25% (yoy).

10
Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulawesi Tengah BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

2.2.1 Pendapatan Daerah


Grafik 2.7. Realisasi Pertumbuhan Pendapatan Daerah
Realisasi PAD seluruh Pemda di Sulteng TW III-2020 dan TW III-2021

pada Triwulan III Tahun 2021 adalah 14,000 11,625 20.00%


12,000 5.86%
10,510 0.00%
Rp1,72 triliun atau 63,79% dari target dan 10,000
-20.00%

Rp Miliar
8,000 -9.59%
berkontribusi 13,98% dari seluruh -40.00%
6,000 1,718
-76.39% -60.00%
pendapatan daerah (Tabel 2.3.). Realisasi 4,000
1,623
2,000 246 -80.00%
58
PAD ini mengalami kenaikan sebesar 0 -100.00%
Pendapatan Pendapatan Lain-Lain PAD
5,86% (yoy). Kenaikan utamanya Asli Daerah Transfer yang Sah

Real Q3-2020 Real Q3-2021 Growth


dipengaruhi dari penerimaan pajak asli
daerah, yang berasal dari penerimaan bea Sumber: GFS Preliminary (data diolah)

balik nama (BBN) maupun pajak rokok dan pendapatan transfer (Grafik 2.7.). Selain itu,
kontribusi pajak juga berasal dari penerimaan retribusi perizinan tertentu, terutama pada
Kabupaten Morowali. Dalam rapat paripurna bersama DPRD Kabupaten Morowali, Pemda
dan DPRD Morowali menyetujui rencana perubahan retribusi perizinan tertentu tentang
retribusi izin mendirikan bangunan (IMB) yang akan diubah menjadi retribusi Perizinan
Berusaha guna mendorong peningkatan PAD dari maraknya jumlah bangunan/rumah yang
menjadi tempat kos/kontrakan dari para pegawai yang bekerja di Kawasan Industri IMIP.
Tingkat kemandirian keuangan Pemda berdasarkan rasio realisasi PAD terhadap total
pendapatan seluruh kabupaten/kota di Sulteng pada Triwulan III 2021 baru sebesar 10,26%.
Hal ini menunjukkan masih tingginya tingkat ketergantungan seluruh kabupaten/kota di
Sulteng terhadap TKDD.
Pendapatan Transfer terealisasi sebesar Rp10,51 triliun (63,55%). Capaian ini lebih rendah
9,59% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang diantaranya disebabkan
adanya proses revisi Perda APBD sebagai syarat penyaluran TKDD sehingga Pemda
membutuhkan waktu dalam melakukan penyesuaian atas perubahan tersebut. Selain itu,
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sangat rendah realisasinya yang baru mencapai Rp58
miliar (11,8% dari target) atau menurun tajam lebih 76% dibanding tahun lalu.
2.2.2 Belanja Daerah
Sebagai dampak refocusing dan realokasi anggaran, alokasi belanja daerah tahun 2021
menurun 8,61% dari periode yang sama tahun lalu menjadi sebesar Rp20,59 triliun.
Berdasarkan analisis besaran alokasi belanja daerah di Provinsi Sulteng, diperoleh nilai
koefisien determinasi mencapai 0,9617 dengan demikian variabel terikat besaran alokasi
belanja dipengaruhi oleh empat variabel bebas yaitu faktor luas area, jumlah penduduk,
alokasi PAD, dan jumlah penduduk miskin sebesar 96,17% dan sisanya 3,83% dipengaruhi
faktor-faktor lain diluar dari perhitungan ini.

11
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL
Provinsi Sulawesi Tengah

Grafik 2.8. Pagu, Realisasi, dan Pertumbuhan Belanja Realisasi belanja daerah sampai dengan
Provinsi Sulawesi Tengah
Triwulan III Tahun 2021 baru mencapai
20,000 14,319 28.25% 50.00%

15,000
Rp10,81 triliun atau 52,48% dari alokasi
-7.89% -24.28% 0.00%
10,000 8,447 -63.26% belanja. Sebagaimana terlihat pada
3,158 2,908 -50.00%
5,000
979 208 56 1,326 Grafik 2.3, bila dibandingkan dengan
0 -100.00%
B. Operasi B. Modal BTT B. Transfer periode yang sama Tahun2020, terjadi
PAGU REALISASI % Growth
penurunan realisasi sebesar 7,23%.
Sumber: GFS Preliminary, Dit. APK (diolah) Kurang optimalnya realisasi belanja
daerah tampaknya terkait dengan kebijakan refocusing sehingga Pemda perlu melakukan
revisi APBD tersebut, peralihan penggunaan aplikasi Sistem Manajemen Informasi Daerah
(SIMDA) ke Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) yang tbelum berjalan lancar,
kebijakan PPKM, dan adanya penyintas pejabat dan staff yang aterpapar oleh Covid-19.
Namun demikian, terdapat peningkatan pada Belanja Transfer yang mencapai Rp283 miliar,
atau naik 27,38% dibandingkan Triwulan yang sama tahun sebelumnya (yoy) terutama dari
sisi Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah yang melonjak tajam hingga 155,52%.
2.2.3 Surplus/Defisit APBD
APBD Sulteng menetapkan kebijakan defisit dengan rata-rata sebesar 8,31%, namun dalam
realisasinya hingga Triwulan III Tahun 2021 masih mengalami rata-rata surplus sebesar
17,80% terhadap realisasi belanja daerah. Jika dibandingkan dengan periode yang sama
pada tahun sebelumnya, terjadi penurunan surplus sebesar 19,82%. Rata-rata rasio surplus
terhadap realisasi pendapatan per Kabupaten/Kota di Sulteng sebesar 14,11% pada Triwulan
III Tahun 2021. Mengingat realisasi belanja daerah akan meningkat tajam di Triwulan IV
mendatang, diperkirakan surplus saat ini akan menurun dan bahkan menjadi defisit.
2.2.4 Pembiayaan Daerah
Penerimaan pembiayaan Pemda lingkup Sulteng sebagian besar berasal dari Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran (SiLPA) tahun anggaran sebelumnya. Secara keseluruhan, total
pembiayaan telah melampaui target hingga mencapai Rp1,47 triliun (168,91%). Adapun total
realisasi penerimaan pembiayaan mencapai Rp1,48 triliun (152,91%), namun nilai ini
mengalami penurunan sebesar 44,24% (yoy). Di lain sisi, realisasi pengeluaran pembiayaan
mencapai Rp8 miliar, naik 13,92% (yoy) dengan kontributor tertinggi berasal dari penyertaan
modal daerah sebesar 92,78% yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Sulteng dan pendayagunaan aset daerah dalam rangka penciptaan lapangan usaha,
lapangan kerja, dan membantu peningkatan PAD di Sulteng.

12
Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulawesi Tengah BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

2.2.5 Prognosis APBD


Tabel 2.4. Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Sulawesi Tengah s.d. Triwulan IV Tahun 2021 (Rp Miliar)

Realisasi s.d. TW- III Perkiraan Realisasi s.d. TW-IV


Uraian Pagu
Rp % Real Rp % Perkiraan Real
Pendapatan Daerah 19,724 12,286 62,29 21,265 107,81
Belanja Daerah 20,593 10,809 52,49 19,663 95,48
Surplus/Defisit -869 1,477 -170,06 1,602 -184,37

Proyeksi realisasi pendapatan dan belanja daerah sampai dengan Triwulan IV- Tahun 2021
dilakukan dengan menggunakan trend analysis dan forecasting analysis dalam kurun waktu
tahun 2015 s.d. 2020. Berdasarkan analisis tren tersebut, diperkirakan pendapatan daerah
pada akhir tahun anggaran 2021 dapat terealisasi sebesar Rp21,27 triliun dan belanja daerah
terealisasi sebesar Rp19,66 triliun. Dengan demikian sehingga APBD diperkirakan mengalami
surplus sebesar Rp1,6 triliun.
Namun demikian, sebagaimana yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, anggaran
diperkirakan akan mengalami penurunan defisit di akhir tahun anggaran 2021 yang
disebabkan menumpuknya pengeluaranbelanja daerah, khususnya belanja modal, pada
akhir tahun. Seiring dengan hal tersebut, pendapatan daerah, terutama pendapatan transfer,
juga akan terealisasi signifikan pada tahap akhir penyaluran menjelang batas akhir
pemenuhan dokumen persyaratan penyaluran dana transfer oleh Pemda. Selain itu,
perekonomian di Sulteng hingga akhir tahun diperkirakan dapat meningkat dengan turunnya
level PPKM pada mayoritas daerah di Sulteng.

2.3 Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian


Tabel 2.5. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah
s.d.Triwulan III Tahun 2021 (dalam miliar Rupiah)
2020 2021
URAIAN %yoy
Konsolidasi Pusat Daerah Konsolidasi
A. Pendapatan Negara 5.544.733 4.160.090 12.032.144 5.940.918 7,15%
I. Penerimaan Perpajakan 3.602.974 3.705.995 995.096 4.701.091 30,48%
II. Penerimaan Negara Bukan Pajak 1.941.759 454.095 11.037.048 1.239.827 -36,15%
Pendapatan Hasil Pengelolaan
46.002 0 38.703 38.703 -15,87%
Kekayaan Negara Yang Dipisahkan
PNBP Lainnya 373.749 176.041 189.401 365.442 -2,22%
Lain-lain PAD Yang sah 526.893 0 494.489 494.489 -6,15%
Pendapatan Transfer 513.097 0 10.256.477 5.161 -98,99%
Lain Pendapatan Daerah yang Sah 148.150 0 35.570 35.570 -75,99%
Pendapatan Hibah 97.457 0 22.408 22.408 -77,01%
Pendapatan BLU 236.412 278.054 0 278.054 17,61%
B. Belanja dan Transfer 18.095.631 16.005.417 10.555.142 16.309.242 -9,87%
I. Belanja Pemerintah 14.823.484 4.824.421 9.483.366 14.307.786 -3,48%
II. Transfer 3.272.147 11.180.996 1.071.776 2.001.456 -38,83%
C. Surplus (Defisit) Anggaran (A - B) -12.550.897 -11.845.327 1.477.002 -10.368.324 -17,39%
D. Pembiayaan 2.638.445 0 1.467.476 1.467.476 -44,38%
I. Penerimaan Pembiayaan Daerah 2.646.240 0 1.475.559 1.475.559 -44,24%
II. Pengeluaran Pembiayaan Daerah 7.795 0 8.083 8.083 3,69%
E. Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan
-9.912.452 -11.845.327 2.944.478 -8.900.848 -10,21%
Anggaran-(D+C)
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Prov. Sulawesi Tengah (diolah)

13
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL
Provinsi Sulawesi Tengah

Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau Pendapatan


Konsolidasian Tingkat Wilayah Sulteng pada Triwulan III tahun 2021 mengalami kenaikan
sebesar 7,15% (yoy). Sedangkan Belanja Konsolidasian mengalami kontraksi sebesar
18,66%. Defisit yang terjadi menjadi sebesar Rp10,37 triliun, turun sebesar 17,39% dibanding
periode yang sama tahun 2020 (Tabel 2.5.).
2.3.1 Pendapatan Konsolidasian
A. Analisis kontribusi komponen Pendapatan Konsolidasian terhadap total Pendapatan
Konsolidasian
Grafik 2.9. Komposisi Pendapatan Realisasi Pendapatan Konsolidasian sampai dengan
Konsolidasian
Triwulan III Tahun 2021 mencapai Rp5,94 triliun atau
20.87% naik 7,15% (yoy). Kontributor terbesar pada
Pendapatan Konsolidasian adalah penerimaan pajak
Pajak
dengan nilai Rp4,7 triliun atau 79,13% dari total
PNBP
79.13% Pendapatan Konsolidasian dan sisanya berasal dari
PNBP, yaitu sebesar Rp1,24 triliun atau 20,87% dari
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Sulteng (diolah)
total pendapatan konsolidasian.
B. Analisis Pertumbuhan (Growth) Komponen Pendapatan Konsolidasian
Kenaikan Pendapatan Konsolidasian pada Triwulan III Tahun 2021 dipicu oleh kenaikan
penerimaan pajak sebesar 30,48%. Namun di sisi lain, PNBP mengalami kontraksi sebesar
36,15% yang disebabkan pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan
Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah.
C. Analisis Tax Ratio Konsolidasian
Grafik 2.10. Tax Ratio Konsolidasian (Rp triliun)
Tax ratio konsolidasian Triwulan III 2021 di 100.00 62.84 7.60%
Sulteng meningkat sebesar 7,48% dibandingkan 49.46
7.48% 7.40%
50.00 7.28%
tahun 2020 atau naik 0,20 poin (Grafik 2.10.). 7.20%
3.60 4.70
Peningkatan ini menunjukkanindikasi mulai 0.00 7.00%
2020 2021
pulihnya perekonomian dan perdagangan di PDRB Pajak Tax Ratio
Sulteng. Sumber: BPS, LKPK Kanwil DJPb Sulteng (diolah)

2.3.2 Belanja Konsolidasian


A. Analisis kontribusi komponen Belanja Pemerintah terhadap total Belanja
Konsolidasian
Grafik 2.11. Komposisi Belanja Konsolidasian Struktur Belanja Pemerintah Konsolidasian di Sulteng
s.d. Triwulan III Tahun 2021 didominasi oleh belanja
33.72%
Pemda dengan nilai Rp9,48 triliun (66,28% dari total
66.28% Pusat belanja konsolidasian).
Daerah
Sedangkan sisanya adalah belanja pemerintah pusat
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Sulteng (diolah) dengan nilai Rp4,82 triliun (Grafik 2.11).

14
Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulawesi Tengah BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

B. Analisis Pertumbuhan (Growth) Belanja Pemerintah dan TKDD


Penurunan realisasi belanja dan transfer konsolidasian sebesar 9,87% dipicu dengan
turunnya TKDD menjadi Rp2,001 triliun atau turun 38,83%. Terkendalanya pemenuhan
persyaratan penyaluran pada beberapa jenis transfer menjadi sebab dari turunnya realisasi
TKDD konsolidasian ini. Seiring dengan itu, belanja pemerintah juga mengalami penurunan
sebesar 3,48% (yoy). Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi pada BTT di daerah.
C. Analisis Rasio Belanja Pemerintah Konsolidasian
Grafik 2.12. Rasio Belanja Pemerintah Konsolidasian Rasio Belanja Konsolidasian pada
terhadap PDRB
Triwulan III Tahun 2021 turun 7,20 poin
80.00 40.00%
29.9… 62.84 dibanding periode yang sama tahun lalu
60.00 30.00%
22.7… (Grafik 2.12.). Hal ini menunjukkan
40.00 49.46 20.00%

20.00 10.00%
bahwa perlu ditingkatkan kinerja belanja
14.82 14.31
0.00 0.00% di Sulteng dalam mendorong
2020 2021
perekonomian dan produksi daerah.
PDRB
Belanja Pemerintah Konsolidasian
Rasio
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Sulteng (diolah)

2.3.3 Surplus/Defisit Konsolidasian


Tabel 2.6. Perbandingan Surplus/Defisit Pada Triwulan III Tahun 2021, Defisit Konsolidasian
Konsolidasian Triwulan III (Rp miliar)
2020 2021 %yoy
mengalami penurunan sebesar 17,39% (yoy).
-12,550,897 -10,368,324 -17.39% Penurunan defisit disumbang oleh meningkatnya
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Sulteng (diolah) Pendapatan Konsolidasian seiring dengan
menurunnya Belanja Konsolidasian di wilayah Sulteng hingga Triwulan III Tahun 2021.

15
BAB III ANALISIS TEMATIK Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulteng

BAB III ANALISIS TEMATIK


3.1 Peran Fiskal Untuk Kesejahteraan Petani dan Nelayan: Analisis NTP dan NTN
Sulawesi Tengah (Sulteng) merupakan provinsi di Pulau Sulawesi yang memiliki luas daratan
paling luas yaitu 65.526,72 km2 atau 6.552.672 ha. Dengan sekitar 942.206 ha merupakan
kawasan potensi pertanian dan sekitar 681.686 ha merupakan kawasan potensi perkebunan,
provinsi Sulteng memiliki potensi yang tinggi untuk pengembangan sektor pertanian. Menurut
data dari Kementerian Pertanian, luas lahan pertanian yang bisa dikembangkan seluas
334.528 ha, yang merupakan lahan pertanian yang bisa dikembangkan terbesar kedua
setelah Sulawesi Selatan. Dari angka tersebut, sekitar 95.484 ha (28,5%) diarahkan untuk
komoditas tanaman tahunan, 47.219 ha (14,1%) diperuntukkan komoditas tanaman semusim,
dan sisanya sebesar 57,3% untuk area padi dan sawah.
Grafik 3.1. Perkembangan Struktur PDRB Sektor Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan 2019- Q2 2021 Komoditas strategis pertanian di
29 Sulteng terdiri dari padi, jagung dan
27 26,63 26,71 27,07
25
25,87
24,9724,33 25,52 kedelai, sedangkan untuk perkebunan
23 terdiri dari kelapa, kakao, cengkeh dan
21 20,89
20,38 juga kopi. Pembangunan Sulawesi
19 18,86
17 17,73 sudah saatnya bertumpu pada sektor
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
pertanian yang memiliki kontribusi
2019 2020 2021
Struktur PDRB Pertanian, Kehutanan dan Perikanan terhadap struktur PDRB menurut
Sumber: BPS (data diolah) lapangan usaha bersama dengan sektor
kehutanan dan perikanan di triwulan II 2021 sebesar 18,86%, turun ke 17,73% di triwulan III
2012. Sektor ini merupakan pembentuk struktur PDRB terbesar kedua setelah Industri
Pengolahan. Sektor Pertanian memang tidak lagi menjadi sektor pembentuk struktur PDRB
tertinggi pertama sejak triwulan IV 2020 yang mulai digantikan dengan sektor Industri
pengolahan. Setiap tahun sektor ini selalu mengalami penurunan sebagai pembentuk struktur
PDRB tertinggi di wilayah Sulteng. Hal ini perlu mendapatkan perhatian lebih mengingat masih
banyak potensi yang perlu diolah dalam pengembangan sektor pertanian ini agar mampu
memberikan kontribusi yang lebih besar lagi kedepannya.
Laju pertumbuhan ekonomi pada sektor Pertanian, kehutanan dan perikanan ini terus
mengalami penurunan, dan mencapai pertumbuhan negatif di tahun 2020. Hal ini disebabkan
adanya dampak bencana gempa dan adanya pandemi Covid-19. Namun seiring berjalannya
waktu sektor ini tumbuh kembali dengan adanya kenaikan laju pertumbuhan di triwulan I, II
dan III tahun 2021. Salah satu program prioritas untuk mewujudkan “Sulteng lebih sejahtera
dan Sulteng lebih Maju” yang diusung oleh Gubernur Sulteng yang baru di tahun 2021 – 2026
adalah mendorong peningkatan produktivitas tanaman pangan, perkebunan, perikanan,
peternakan dan komoditi pertanian lainnya melalui sinergitas pembangunan antar sesama

16
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB III ANALISIS TEMATIK
Provinsi Sulteng

perangkat pertanian daerah. Program ini dibuat untuk membangun sektor pertanian agar
semakin memiliki kontribusi yang lebih besar lagi dalam menopang pertumbuhan ekonomi
dan untuk pembangunan berkelanjutan di wilayah Sulteng.
Tabel 3.1. Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Keterangan 2017 2018 2019 2020 Q1 2021 Q2 2021 Q3 2021
Laju Pertumbuhan ekonomi
sektor Pertanian, kehutanan dan 4,46 4,32 2,23 -1,34 1,11 1,35 2,12
perikanan (y-o-y)
PDRB ADHB Pertanian,
kehutanan dan perikanan (miliar 38.823 41.766 43.092 42.962 10.943 11.406 11.143
Rp) (y-o-y)
Sumber : BPS (data diolah)

Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulteng Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
pada Triwulan III 2021 mencapai Rp62,84 triliun. Kontribusi sektor Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan di triwulan III mencapai 17,73% dari nilai PDRB ADHB. Adanya kontraksi laju
pertumbuhan di tahun 2020 mengakibatkan terjadinya penurunan nilai PDRB ADHB juga
sebesar Rp130 miliar. Diperkirakan di tahun 2021, nilainya akan mengalami kenaikan
mengingat laju pertumbuhan ekonomi sektor ini di triwulan I, II dan III terus mengalami
kenaikan ke arah positif.
Grafik 3.2. Peranan PDRB Pada 3 Lapangan Usaha
Setiap tahunnya Kontribusi PDRB sektor
40
Pertanian, Kehutanan dan Pertanian terus
30 29,59 28,86 24,96 23,45 27,18
Persen

23,05
mengalami penurunan. Sejak tahun 2016,
20 21,38 22,06
13,63 14,64
14,93 15,61 16,43 sektor ini terus mengalami penurunan dan
10 12,04 12,5

0 sampai tahun 2020 penurunan yang terjadi


2016 2017 2018 2019 2020
Pertanian, Kehutanan dan Pertanian
sebesar 7,52%. Sektor Pertanian,
Industri Pengolahan
Pertambangan dan Penggalian Kehutanan dan Perikanan mulai bergeser
Sumber: BPS (data diolah) bukan sebagai sektor tertinggi pembentuk
PDRB di tahun 2020 dan mulai digantikan oleh sektor Industri Pengolahan. Penyebab utama
turunnya kontribusi sektor ini disebabkan oleh turunnya kontribusi dari subsektor tanaman
pangan dan jasa pertanian dan perburuan. Terdapat 2 sektor lapangan usaha yang terus
mengalami kenaikan dari tahun 2016 sebagai penyumbang kontribusi terbesar perekonomian
di Sulteng yakni Sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertambangan dan Penggalian.
Peranan sektor Industri Pengolahan terus mengalami kenaikan dari 12,04% pada tahun 2016
menjadi 27,18% pada tahun 2020. Begitupula sektor pertambangan dan penggalian yang
terus mengalami kenaikan dari 13,63% di tahun 2016 menjadi 16,43% di tahun 2020.
Tabel 3.2. Luas Panen dan Produksi Padi di Sulteng 2018-2021
Keterangan 2018 2019 2020 2021*
Luas Panen Padi (hektar) 201.279,24 186.100,44 178.066,94 147.183,00
Produksi Padi (Ton-GKG) 926.978,66 844.904,30 810.108,00 860.664,00
Sumber: BPS dan OPD Hortikultura dan tanaman Pangan Prov. Sulteng, diolah (data 2021 s.d Agustus 2021)

Turunnya kontribusi sektor Pertanian, Kehutanan dan perikanan terhadap PDRB cukup
beralasan mengingat hampir setiap tahunnya dari 2018 sampai dengan tahun 2020, sektor
produksi tanaman pangan khususnya pertanian padi terus menunjukkan penurunan. Menurut

17
BAB III ANALISIS TEMATIK Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulteng

hasil pendataan BPS di tahun 2021, produksi padi terus mengalami penurunan dari tahun ke
tahun sampai dengan tahun 2020. Penurunan produksi padi sampai dengan tahun 2020
disebabkan luas panen padi yang juga mengalami penurunan sebesar 23,21 ribu hektar area
sawah yang tidak berproduksi/beralih fungsi dalam periode yang sama. Namun sejak tahun
2021, total produksi padi di Sulteng sampai dengan bulan Agustus 2021 mulai mengalami
kenaikan sebesar 860,7 ribu ton-GKG dengan luas panen padi seluas 147,18 ribu hektar.
Angka ini diharapkan akan terus mengalami kenaikan dibandingkan dengan produksi padi
tahun 2020 sampai dengan bulan Desember 2021, mengingat puncak panen tertinggi di
wilayah Sulteng dalam kurun waktu satu tahun selalu terjadi di bulan Oktober.
Salah satu tolok ukur tingkat kesejahteraan petani dan nelayan yang digunakan adalah Nilai
Gambar 3.1. Peranan PDRB Pada 3 Lapangan Usaha Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar
Nelayan (NTN). Nilai tukar petani dan
nelayan sangat responsif terhadap
setiap kebijakan pemerintah, baik
kebijakan terkait berupa subsidi input
maupun kebijakan harga Output, untuk
memberikan insentif bagi petani untuk
terus berproduksi dan berdiversifikasi.
Sampai dengan triwulan III-2021, NTP provinsi Sulteng di bulan September 2021 sebesar
101,76 naik cukup tinggi sebesar 1% apabila dibandingkan dengan NTP bulan sebelumnya.
Berbeda dengan bulan Agustus 2021, yang mana terjadi kenaikan pada indeks harga yang
dibayarkan (Ib) dan indeks harga yang diterima petani (It). Pada bulan September 2021,
kenaikan terjadi hanya pada indeks harga yang diterima petani (It) dengan tingkat kenaikan
sebesar 0,91%, sedangkan indeks harga yang dibayar (Ib) mengalami penurunan indeks
sebesar 0,08%. Kenaikan indeks harga yang diterima petani utamanya dipengaruhi oleh
naiknya subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,36, sedangkan penurunan pada
indeks harga yang dibayar petani (Ib) disebabkan oleh turunnya subsektor Konsumsi Rumah
Tangga, yakni pada subkelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,41%. NTP
tertinggi pada bulan September 2021 terjadi pada subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat
sebesar 105,06 sedangkan NTP terendah terjadi pada subsektor Hortikultura sebesar 94,32.
NTP pada subsektor Tanaman perkebunan rakyat menjadi NTP dengan kenaikan tertinggi
sebesar 2,36 apabila dibandingkan dengan NTP bulan Agustus. Hal ini disebabkan terjadi
kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) tanaman perkebunan rakyat, sedangkan
indeks harga yang dibayarkan (Ib) mengalami penurunan. Berbeda halnya dengan subsektor
Hortikultura, baik indeks harga yang diterima (It) dan indeks harga yang dibayarkan
mengalami penurunan. Bahkan penurunan tertinggi terjadi pada indeks yang diterima petani
tanaman Hortikultura di bulan September sebesar 2,65.

18
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB III ANALISIS TEMATIK
Provinsi Sulteng

Grafik 3.3. Perkembangan NTP dan Indeks Harga Diterima/Dibayar Petani Januari 2020 – September 2021

115
110
105 97,43 98,3
95,91 99,68 100,08 101,76
100 93,59
95 96,92 96,72 95,94
93,29 94,59 94,38 95,98 96,81 98,14 100,76
90 95,64 95,7
94,01 94,94
85
80

It Ib NTP

Sumber: BPS (data diolah)

NTP gabungan di tahun 2020 di Provinsi Sulteng mencapai angka 95,27 dengan Indeks harga
yang diterima petani (It) sebesar 102,22 dan Indeks harga yang dibayarkan (Ib) sebesar
107,29. Apabila dibandingkan dengan NTP Nasional sebesar 101,65 angka ini terpaut cukup
jauh.
Rata-rata harga produsen obat-obatan dan pupuk yang di perlukan petani dalam menjaga
produksi dan kualitas produk tanaman dari tahun ke tahun nilainya terus mengalami kenaikan.
Hal ini mengakibatkan harga produksi yang ditanggung oleh petani mengalami kenaikan.
Kemudian apabila melihat dari rata-rata harga produsen pertanian untuk komoditas utama,
nilai jualnya belum menunjukkan tingkat kenaikan yang cukup besar, bahkan terdapat
beberapa komoditas yang nilai jualnya terus mengalami penurunan.
Tabel 3.4. Rata-rata harga Produsen Obat-obatan dan Pupuk menurut Jenisnya
Pupuk dan Pestisida 2017 2018 2019 2020
Urea (Rp/kg) 2.476 2.502 4.237 4.442
ZA (Rp/kg) 2.169 2.251 2.809 4.718
SP 36 (Rp/kg) 2.427 3.172 4.461 5.410
KCL (Rp/kg) 11.395 10.071 12.450 17.363
Insektisida (Rp/liter) 108.806 120.293 125.940 132.042
Sumber: BPS (data diolah)

Tidak stabilnya harga pestisida dan pupuk, rendahnya harga komoditas pertanian di Sulteng
dan inflasi merupakan faktor yang turut mempengaruhi rendahnya tingkat kesejahteraan para
petani di Sulteng.
Tabel 3.5. Rata-rata harga Produsen Pertanian
Komoditas Pertanian/Perkebunan 2017 2018 2019 2020
Gabah (kg) 3.500 3.500 3.500 3.500
Jagung Pipilan (Rp/100 kg) 371.712 365.457 386.571 386.734
Kacang Kedelai (Rp/100 kg) 908.627 812.105 853.989 826.583
Kentang (Rp/100 kg) 1.847.824 2.335.018 1.812.176 1.792.696
Bawang Merah (Rp/100 kg) 2.646.865 2.118.694 2.283.138 2.706.742
Kopi (Rp/100 kg) 2.597.500 1.898.598 2.490.459 2.307.759
Sumber: BPS (data diolah)

Untuk komoditas tanaman pangan di wilayah Sulawesi, khususnya padi, Sulteng merupakan
area penghasil padi terbesar kedua setelah Sulawesi Selatan dengan total produksi padi di
tahun 2020 sebanyak 810,11 ribu ton-GKG. Terdapat tiga daerah yang menjadi sentra
lumbung padi terbesar di wilayah Sulteng yakni Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten
Banggai dan Kabupaten Poso. Ketiga daerah tersebut menjadi penyumbang lebih dari 50%
produksi padi di wilayah Sulteng. Meskipun menjadi sentra lumbung padi di Sulteng, yang
cukup memprihatinkan adalah dua dari tiga daerah tersebut menjadi daerah dengan

19
BAB III ANALISIS TEMATIK Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulteng

presentase dan populasi penduduk miskin tertinggi di Sulteng. Kabupaten Parigi Moutong
memiliki jumlah penduduk miskin tertinggi se-wilayah provinsi Sulteng dengan populasi
penduduk miskin sebanyak 78,76 ribu orang di tahun 2020. Sedangkan wilayah Kabupaten
Poso menempati posisi ketiga dengan jumlah penduduk miskin sebesar 40,20 ribu orang di
tahun 2020. Berbeda dengan wilayah Kabupaten Parigi Moutong yang bisa menurunkan
jumlah penduduk miskin, Kabupaten Poso mengalami peningkatan dari jumlah penduduk
miskinnya di tahun 2020.
Tabel 3.6. Perbandingan Sentra Produksi Padi dengan tingkat Kemiskinan 2019-2020
Jumlah Penduduk Miskin (ribu
Kabupaten Produksi Padi (ribu ton) Persentase Penduduk Miskin
orang)
Penghasil Padi Terbesar
2019 2020 2019 2020 2019 2020
Parigi Moutong 253,92 218,32 81,36 78,76 16,64 15,85
Banggai 163,73 154,72 29,3 28,16 7,8 7,39
Poso 118,79 96,61 39,92 40,2 15,65 15,45
Sumber: BPS (data diolah)

Tingkat kemiskinan yang tinggi menjadi tantangan berat di provinsi Sulteng, hal ini dirasakan
karena angka kemiskinan cukup tinggi masih berada di angka 2 digit sebesar 13%. Tingginya
angka kemiskinan ini ditopang oleh tingginya tingkat kemiskinan di perdesaan dengan angka
14,73%, sedangkan di daerah perkotaan sudah berada di 1 digit angka kemiskinan, yaitu di
angka 9,15%. Berdasarkan data BPS, hampir 77% konsentrasi kemiskinan di Sulteng
disebabkan atau berada pada sektor pertanian yakni pada pertanian tanaman pangan dan
Hortikultura. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan konsentrasi kemiskinan berada pada
sektor pertanian yakni:
1. Ketergantungan penduduk terhadap beras sangat tinggi. Berdasarkan data statistik tahun
2020 sebanyak 39,23% penduduk di Sulteng mengkonsumsi protein kelompok komoditas
padi-padian perhari. Konsumsi protein komoditas padi-padian setara 22,47 gram perkapita
sehari. Angka ini merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan konsumsi protein pada
kelompok komoditas lainnya. Walaupun terdapat daerah lumbung pangan, namun mata
rantai pembeli hasil panen petani didominasi oleh pedagang dari luar daerah yakni dari
Gorontalo, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Akibatnya suplai beras di wilayah Sulteng
berkurang dan harus membeli dari daerah lain. Tingginya kebutuhan akan beras di Sulteng
juga tidak ditopang oleh kalender tanam petani yang tidak pasti. Hal ini pun berakibat
cadangan pangan di gudang Bulog menjadi tidak pasti.
2. Harga ikan yang cenderung tinggi ditunjang dengan tingkat konsumsi ikan yang tinggi
menjadi penyebab tingginya tingkat kemiskinan di Sulteng. Proporsi konsumsi harian
protein ikan dan sejenisnya menempati urutan tertinggi kedua penduduk Sulteng di
bandingkan protein lainnya. Dalam sehari tingkat konsumsi penduduk terhadap Ikan dan
jenisnya mencapai 11,27 gram/jiwa. Harga Ikan menjadi naik karena hasil laut tangkapan
nelayan banyak dijual ke daerah lain seperti ke Kalimantan dan juga ke Jakarta dan banyak
Ikan yang di ekspor ke negara Jepang dan negara asia lainnya membuat nilai jualnya lebih

20
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB III ANALISIS TEMATIK
Provinsi Sulteng

tinggi dibandingkan dijual di Sulteng. Hal ini menyebabkan stok ikan di pasaran kota Palu
sering langka sehingga memicu terjadinya inflasi.
3. Rokok menjadi salah satu penyebab tingkat kemiskinan pada sektor pertanian. Konsumsi
Rokok dan tembakau yang tinggi menempati urutan posisi kedua terbesar setelah
makanan dan minuman jadi dengan persentase 15,01% pada pengeluaran makanan
penduduk Sulawesi tengan di tahun 2020. Angka ini setara dengan pengeluaran sebesar
Rp77.566,00 perbulan dan mengalami kenaikan sebesar Rp2.094,00 apabila
dibandingkan dengan tahun 2019.
4. Pembelian Pulsa Telepon yang tinggi turut juga mempengaruhi tingkat kemiskinan di sektor
pertanian. Kebutuhan komunikasi dan akses internet yang tinggi turut menyumbang tingkat
kemiskinan sektor pertanian dan Hortikultura. Dengan rata-rata upah/pendapatan bersih
sebesar Rp935 ribu sebulan untuk pekerja bebas di sektor pertanian di tahun 2020,
menjadi pendapatan terendah diantara sektor lainnya. Penggunaan pulsa yang tinggi dan
berlebihan menjadi pemicu kemiskinan karena pada umumnya para petani
mengalokasikan penghasilannya untuk membeli pulsa.
Grafik 3.4. Perkembangan NTN dan Indeks Harga Diterima/Dibayar Nelayan
Januari 2021 – September 2021

120 115,87
113,68 114 115 114,31
115 112,71
109,19 109,85
110 107,44 108,87
105 108,37 108,24 108,58 108,86 108,94 109,2 109,41 109,27
106,43 105,1
100 103,53 104,35 104,39 104,61
95 100,75 101,17
99,26
90
Jan-21 Feb-21 Mar-21 Apr-21 Mei-21 Jun-21 Jul-21 Agu-21 Sep-21

It Ib NTN

Sumber: BPS (data diolah)

Dibandingkan dengan tingkat kesejahteraan petani di Sulteng, kesejahteraan nelayan sedikit


lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan NTN yang persentasenya lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan NTP. Kenaikan NTN sejak awal tahun diharapkan akan terus
mengalami perbaikan sampai dengan akhir tahun 2021 yang akan mempengaruhi tingkat
kesejahteraan para nelayan.
Sektor perikanan merupakan sektor potensial unggulan di wilayah Sulteng karena mampu
menyumbangkan kontribusi pertumbuhan ekonomi sebesar Rp8,98 triliun di tahun 2020.
Dengan produksi hasil perikanan yang melimpah dan meningkat setiap tahunnya, sektor
perikanan mampu memberikan kontribusi secara langsung kepada kesejahteraan para
nelayan. Produksi perikanan di tahun 2020 mampu tumbuh sebesar 31,36 ribu ton
dibandingkan tahun 2019. Produksi hasil perikanan yang mengalami pertumbuhan cukup
pesat adalah produk hasil perikanan, udang dan sejenisnya. Untuk hasil perikanan,
produksinya mengalami tingkat pertumbuhan sangat tinggi sebesar 259%, meskipun baru

21
BAB III ANALISIS TEMATIK Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulteng

memasuki semester I 2021, apabila dibandingkan dengan produksi periode yang sama di
tahun 2019. Berikutnya produksi udang juga mengalami pertumbuhan sebesar 9% di tahun
2020. Sampai dengan semester I 2021, tingkat produksi udang dan sejenisnya juga masih
menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Hal tersebut sampai dengan akhir tahun
diharapkan jumlahnya akan naik dibandingkan tahun sebelumnya.
Grafik 3.5. Produksi Hasil Perikanan Di Sulteng Potensi Produk perikanan khususnya
Tahun 2019- Semester I 2021
udang dan rumput laut di Sulteng
Total Produksi Perikanan 1.247.618,48
518.701,35 sangat menjanjikan. Produk
produksi produk hasil perikanan
89.909,00 198.435,00 unggulan perikanan khususnya jenis
(kg)
925.391,99
produksi rumput laut (ton)
243.175,47
udang Vaname banyak dilirik oleh

produksi udang dan sejenisnya (ton)


24.972,05 para Investor. Di tahun 2020,
12.998,08
207.345,44
produksi udang Vaname bisa
produksi ikan (ton)
64.092,80 mencapai 20 ribu ton. Jenis udang
- 1.000.000,00 2.000.000,00
Vaname merupakan salah satu jenis
2019 2020 2021
Sumber: OPD Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulteng (2021) udang yang paling banyak diekspor
khususnya ke negara Jepang. Selain menguntungkan secara ekonomi, kandungan gizi dan
nutrisi udang vaname juga tinggi. Saat ini Pemerintah Provinsi Sulteng menggencarkan
pembangunan beberapa kolam perbenihan udang Vename dan memfungsikan beberapa
tambak udang yang sebelumnya sempat rusak akibat gempa untuk meningkatkan jumlah
pasokan dan juga produksi udang Vename.
Rumput laut juga menjadi salah satu potensi sektor perikanan dan kelautan yang sangat
besar. Dalam hal produksi rumput laut, Sulteng merupakan produsen rumput laut ketiga
terbesar se-nasional, setelah Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Dengan capaian
produksi sebesar 925,39 ribu ton di tahun 2020, diharapkan di tahun ini akan mampu
menaikkan hasil produksi paska dilakukannya penandatanganan Memorandum of
Understanding (MoU) dengan Southeast Asian Regional Center for Tropical Biology
(SEAMEO BIOTROP). Kerjasama tersebut berupa budidaya bibit rumput laut melalui Teknik
Kultur Jaringan yang memiliki keunggulan waktu pertumbuhan jauh lebih cepat dibandingkan
bibit lokal sehingga hasil produksi akan meningkat.
Tabel 3.7. Sumbangan sektor perikanan terhadap PAD 2019-2021
2021*
Keterangan 2019 2020
(realisasi s.d Smt I)
Sumbangan sektor perikanan dan kelautan terhadap PAD 4.954.919.850 9.262.575.300 11.857.260.750
Sumber: OPD Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulteng (2021)

Sektor perikanan turut menyumbangkan Penerimaan Asli Daerah (PAD) yang dikelola oleh
OPD Kelautan dan Perikanan. Jenis PAD perikanan didapatkan dari layanan jasa pemerintah
dan sewa bangunan/asset. Realisasi PAD Perikanan sejak tahun 2019 sampai 2021 terus
mengalami kenaikan khususnya pada pendapatan pelayanan jasa usaha pelabuhan
perikanan, izin usaha perikanan dan penjualan hasil produksi perikanan (UPTD Perbenihan).

22
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB III ANALISIS TEMATIK
Provinsi Sulteng

Beberapa Kebijakan dan dukungan Pemerintah yang turut mempengaruhi NTP dan NTN di
Sulteng antara lain:
a. Kebijakan Input Pertanian dan Perikanan
Sektor pertanian memliki peran strategis di tahun 2020 sebagai mesin penggerak
perekonomian Indonesia dan di tahun 2021 ini terus digalakkan oleh pemerintah guna
mendorong pertumbuhan ekonomi. Mengacu pada outlook Ekonomi Pertanian di tahun 2021,
sektor pertanian diproyeksikan akan tumbuh sebesar 3,30% sampai dengan 4,27% secara
Nasional. Untuk mencapai pertumbuhan tersebut dibutuhkan dorongan dari sisi produksi
disertai dukungan dari sisi permintaan.
Telah dialokasikan anggaran untuk memperkuat sisi produksi sektor pertanian dan perikanan
di wilayah Sulteng di tahun 2021 dalam APBD sebesar Rp92,21 miliar untuk Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng dan sebesar
Rp25,23 miliar untuk OPD Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulteng dalam rangka bantuan
untuk pelaku usaha nelayan. Dari tahun ke tahun, nilai alokasi anggaran untuk membantu
sektor pertanian yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi cenderung mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan selama Covid-19, anggaran dialokasikan untuk penanganan dampak
pandemi dan juga realokasi untuk anggaran prioritas.
Tabel 3.8. Perbandingan Sentra Produksi Padi dengan tingkat Kemiskinan 2019-2021
2019 2020 2021
Dukungan Pemerintah Daerah Kelompok Kelompok Kelompok
Rp Rp Rp
Tani Tani Tani
Bantuan Benih 251 2.806.737.500 331 1.910.943.250 306 2.826.138.450
Bantuan Alat dan Mesin Pertanian 337 2.268.736.498 393 15.297.624.000 169 10.734.835.000
Pembangunan Irigasi 9 1.507.000.000 33 2.846.687.500 9 1.288.209.200
Bantuan Sarana Prasarana Pasca Panen
27 694.903.001 76 369.628.290 116 504.450.000
tanaman pangan
Bantuan Pupuk, Pestisida dan Pakan 101 448.417.600 287 813.149.030 64 751.250.000
Total 725 17.725.794.599 1.120 21.238.032.070 664 16.104.882.650
Sumber: OPD Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulteng (2021), diolah

Tabel di atas merupakan jenis-jenis kebijakan dan dukungan pemerintah daerah untuk
memperkuat sektor pertanian, ketahanan pangan dan sebagai program pengentasan
kemiskinan. Alokasi dana tersebut terdiri dari alokasi APBD regular maupun berasal dari Dana
Alokasi Khusus (DAK) (lampiran 13-15).
Pada tahun 2020, alokasi anggaran untuk membantu para petani dan jumlah kelompok tani
penerima bantuan tercatat paling tinggi selama tiga tahun terakhir. Tingginya alokasi
anggaran pada sektor pertanian di tahun 2020 tersebut merupakan salah satu bentuk
perhatian pemerintah kepada petani pasca rekonstruksi bencana alam yang terjadi di Sulteng.
Setiap tahunnya, dukungan pemerintah terbesar berada pada bantuan alat dan mesin
pertanian. Bantuan tersebut berupa pemberian hand tractor, pompa air, pemotong rumput,
mesin perontok padi dan lain sebagainya yang bisa membantu menaikkan produktifitas dan
hasil pertanian.
Bantuan benih termasuk dukungan terbesar kedua diwilayah Sulteng. Di tahun 2021, bentuk
bantuan ini merupakan yang terbesar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jenis bantuan

23
BAB III ANALISIS TEMATIK Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulteng

benih tersebut hampir sebagian besar berupa bibit tanaman hortikultura dan tanaman pagan.
Selain itu, terdapat juga bantuan bibit perkebunan seperti bibit durian, mangga dan juga
anggrek.
Tabel 3.9. Dukungan Pemerintah Daerah pada Sektor Perikanan tahun 2019-2021
Jenis Dukungan Pemerintah 2019 2020 2021
Bantuan Pelaku Usaha 12.270.514.700 5.724.896.000 13.597.968.859
Perikanan tangkap 3.157.764.700 3.663.406.000 6.198.974.750
Perikanan Budidaya 2.531.750.000 1.081.890.000 3.035.108.822
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan 3.932.000.000 200.000.000 1.335.491.050
Pengelolaan Ruang Laut 1.405.000.000 779.600.000 249.500.000
Pengawasan Sumber Daya 1.244.000.000 - 2.778.894.237
Pelatihan 259.760.000 247.015.800 251.126.550
Perikanan tangkap 101.845.000 59.800.500 74.932.100
Perikanan Budidaya 42.125.000 82.215.300 117.610.700
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan 83.790.000 105.000.000 2.453.750
Pengelolaan Ruang Laut 32.000.000 56.130.000
Pembangunan Pelabuhan Perikanan 8.762.428.981 868.299.000 11.390.267.854
Total Dukungan Dana Pemerintah Daerah 21.292.703.681 6.840.210.800 25.239.363.263
Sumber: OPD Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulteng (2021), diolah

Hal yang berbeda terlihat pada dukungan anggaran untuk sektor perikanan. Di tahun 2020,
bentuk dukungan pemerintah dalam bentuk anggaran lebih kecil dibandingkan tahun 2019
dan tahun 2021. Hal ini disebabkan adanya realokasi dan refocusing anggaran serta
berkurangnya alokasi anggaran yang berasal dari Dana Transfer maupun Tugas
Pembantuan. Namun di tahun 2021, alokasi anggaran mengalami peningkatan yang sangat
tinggi dengan total alokasi sebesar Rp25,24 miliar dengan alokasi anggaran terbesar dalam
bentuk bantuan pelaku usaha khususnya pada perikanan tangkap. Jenis bantuan tersebut
seperti perahu fiberglass dengan mesin, alat bantu penagkap ikan dan lainnya.
b. Kebijakan Output Pertanian dan Perikanan
Beberapa kebijakan yang sudah dilakukan oleh pemerintah dalam penentuan kebijakan harga
komoditas pertanian diantaranya adalah:
1. Bulog dan OPD Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng telah menetapkan
harga pembelian khususnya hasil tanaman pangan di tingkat petani untuk melindungi sisi
produksi dan sisi permintaan dari konsumen. Selama 2019 – 2021, harga pangan yang
ditetapkan Bulog dalam bentuk gabah sebesar Rp3.500/kg dan beras sebesar Rp10
ribu/kg.
2. Bulog dan Pemerintah Daerah juga telah membentuk Beras Cadangan ASN dalam rangka
menyerap pasokan beras selama masa panen dan menjaga ketersediaan beras di masa
tanam. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya serap gabah/padi oleh Bulog.
3. Penetapan peraturan daerah mengenai penyanggah harga. Perda ini dikeluarkan oleh
Pemerintah Kabupaten Sigi yang bertujuan agar ketersediaan pangan di wilayahnya
tercukupi. Para petani dilarang untuk menjual hasil panennya ke daerah lain ataupun para
tengkulak sebelum stok pangan lokal tercukupi.
4. Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang digawangi oleh Bank Indonesia dan pemerintah
daerah telah melakukan banyak program dan kegiatan dalam mengendalikan harga-harga,

24
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB III ANALISIS TEMATIK
Provinsi Sulteng

khususnya barang kebutuhan pokok, yang nantinya akan dikonsumsi oleh para petani dan
nelayan dengan tujuan mempengaruhi Indeks Harga yang dibayarkan oleh petani (Ib).
Beberapa program dan kegiatan tersebut diantaranya:
I. Rutin melakukan sidak pasar dalam rangka memastikan ketersediaan barang serta
mengantisipasi tindakan kecurangan dan penimbunan bahan pokok yang dilakukan
oleh pedagang.
II. Melaksanakan pasar murah dalam menyambut perayaan hari besar keagamaan.
III. Mendorong pengembangan hidroponik dan pemasaran produk di Kampung Peduli
Inflasi.
IV. Menyelenggarakan forum tani seperti pada Kabupaten Parigi Moutong dalam rangka
mendorong peningkatan produktivitas pertanian melalui replikasi metode tanam padi
Hazton.
V. Penandatanganan SK Bupati Parigi Moutong untuk mendorong replikasi metode
tanam padi Hazton yang nantinya juga diharapkan menjadi pemicu daerah lain untuk
mengadopsi hal yang sama.
5. Pemerintah Daerah membeli ikan dari para nelayan dan pembudidaya untuk kegiatan
pasar murah dan didistribusikan ke beberapa tempat selama pandemi Covid-19 dan
penerapan PSBB. Produksi Ikan yang melimpah membuat stok berlebih akibat kesulitan
memasarkan hasil perikanan. Harga ikan turun drastis dikarenakan banyak perusahaan
eksportir ikan tutup, imbas dari sebagian besar negara tujuan ekspor melakukan lockdown
serta pembeli dari luar kabupaten mengurangi pembelian sebagai dampak karantina
wilayah.
3.1.1 Reviu Program Pemerintah untuk Petani dan Nelayan
a. Belanja K/L Sektor Pertanian dan Perikanan
Belanja Bantuan Pemerintah yang disalurkan melalui Kementerian Pertanian dan
Kementerian Kelautan dan Perikanan secara tidak langsung berpengaruh pada Indeks
Harga Yang Dibayar Petani/Nelayan (Ib) yakni pada komponen Biaya Produksi dan
Penambahan Barang Modal.
1) Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di Kementerian Pertanian
Anggaran yang digelontorkan oleh Pemerintah Pusat untuk mendukung ketahanan pangan
dan peningkatan sektor pertanian di tahun 2021 cukup besar dengan pagu sebesar Rp99,53
miliar. Anggaran tersebut dikelola oleh 16 satuan kerja lingkup Kementerian Pertanian se-
Sulteng. Sampai dengan akhir triwulan III realisasinya telah mencapai 54,9%. Angka ini
terbilang cukup rendah apabila mengikuti arahan presiden terkait akselerasi penyerapan
belanja di triwulan III minimal sebesar 70%. Dilihat dari persentase penyerapan, memang
masih ada anggaran yang masih belum ada penyerapan sama sekali atau nihil. Alokasi
anggaran terbesar untuk sektor ini juga masih terlihat belum optimal, terutama pada Area

25
BAB III ANALISIS TEMATIK Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulteng

Penyaluran Benih Jagung (PEN) yang baru mencapai 23% dari alokasi pagu sebesar
Rp30,13 miliar. Kinerja (Rincian Output/RO) juga belum menunjukkan hasil yang optimal.
Masih banyak kinerja capaian output yang belum terisi. Hal ini disebabkan satker melum
lengkap mengisi atau melaporkan data capaian output-nya.
Tabel 3.10. Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di Kementerian Pertanian

Belanja Kinerja (Rincian Output)


Uraian RO capaian % Capaian
Pagu Realisasi % Target Satuan
Output Output
Area penyaluran benih jagung 4.662.511.000 4.537.072.110 97,3% 19578 Unit 19578 100%
Area Penyaluran Benih Jagung (PEN) 30.134.396.000 6.936.851.670 23,0% 47832 Area 0 0%
Area penyaluran benih padi 5.218.888.000 5.218.888.000 100% 34718 Unit 35000 101%
Area Penyaluran Benih Padi (PEN) 3.358.062.000 1.941.675.250 57,8% 12793 Area 0 0%
Insentif Kinerja Penyuluh Pertanian 7.190.546.000 4.639.189.850 64,5% 1269 Orang 2573 203%
Irigasi Perpipaan 1.300.000.000 1.283.560.000 98,7% 13 Unit 0 0%
Irigasi Perpompaan Besar Wilayah
2.100.000.000 1.990.240.000 94,8% 25 Unit 0 0%
Tengah
Irigasi Perpompaan Menengah Wilayah
1.155.000.000 1.134.120.000 98,2% 16 Unit 0 0%
Tengah
Jaringan Irigasi Tersier 14.025.000.000 14.025.000.000 100% 187 Unit 0 0%
Kawasan Jagung 1.195.260.000 21.600.000 1,8% 300 Unit 0 0%
Kawasan Kedelai 6.061.894.000 3.624.083.500 59,8% 4000 Unit 2 0%
Kawasan Kedelai (PEN) 10.413.452.000 1.948.427.000 18,7% 6469 Unit 0 0%
Kawasan Padi 39.160.000 - 0,0% 0 Unit 0 0%
Kawasan Padi (PEN) 4.176.840.000 - 0,0% 3100 Unit 0 0%
Kelompok
Optimalisasi Reproduksi 1.238.145.000 1.124.868.500 90,9% 9859 Masyarak 8992 91%
at
Kelompok
Optimalisasi Reproduksi (PEN) 1.773.075.000 1.064.556.000 60,0% 17000 Masyarak 6973 41%
at
Optimasi Lahan 1.452.650.000 1.111.625.000 76,5% 0 km2 0 0%
Sarana Pascapanen Tanaman Pangan 4.040.486.000 4.040.483.836 100% 94 Unit 0 0%
Total 99.535.365.000 54.642.240.716 54,9%
Sumber: OMSPAN, diolah

2) Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di KKP


Tabel 3.11. Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di Kementerian Kelautan dan Perikanan
Belanja Kinerja (Rincian Output)
Uraian RO capaian % Capaian
Pagu Realisasi % Target Satuan
Output Output
Kapal perikanan bantuan
161.220.000 161.050.000 99,9% 8 unit 8 100%
yang disalurkan
Sumber : OMSPAN, diolah

Dari total alokasi anggaran sebesar Rp15 miliar untuk sembilan satuan kerja di lingkungan
Kementerian Kelautan dan Perikanan, hanya sebesar 1,1% saja yang berupa belanja Output
Strategis. Terdapat satu jenis output strategis dengan jumlah yang tidak terlalu besar dan
signifikan, berupa pemberian 8 unit Kapal Perikanan sebesar Rp161 juta. Output tersebut
diampu oleh Satker Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulteng berupa bantuan kapal
perikanan jenis 5 GT yang sudah terealisasi seluruhnya sampai dengan triwulan III. Capaian
Output-nya juga terlihat telah terisi dengan lengkap.
3) Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di PUPR
Dukungan alokasi anggaran untuk peningkatan sektor Pertanian paling banyak disalurkan
untuk anggaran Infrastruktur yang dikelola oleh satuan kerja lingkup Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Dari sejumlah pagu anggaran Rp229,36 miliar,
tingkat serapannya cukup rendah dibandingkan dengan kedua Output strategis sebelumnya
dengan serapan sebesar 38,6%. Rendahnya tingkat serapan tersebut dipengaruhi oleh RO
dengan alokasi terbesar yakni Daerah Irigasi Gumbasa (EARR dan IRSL) yang direhabilitasi

26
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB III ANALISIS TEMATIK
Provinsi Sulteng

oleh Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Ws.Palu-
Lariang, Ws.Parigi-Poso, Ws.Kaluku-Karama Provinsi Sulteng yang sampai dengan saat ini
belum terdapat realisasinya. Output tersebut merupakan pekerjaan Multi Years Contract
berupa pekerjaan rehabilitasi untuk dua jaringan irigasi yakni Irigasi D.I Singkoyo Kab.
Banggai dan Irigasi D.I Sinorang Ombulu Kab. Banggai.
Tabel 3.12. Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di Kementerian PUPR
Belanja Kinerja (Rincian Output)
Uraian RO capaian % Capaian
Pagu Realisasi % Target Satuan
Output Output
Daerah irigasi Meko yang dibangun 7.237.207.000 3.458.151.495 47,8% 3 km 3 100%
Daerah irigasi Salugan yang dibangun 70.170.491.000 59.352.007.135 84,6% 6 km 5 83,3%
Daerah irigasi Sausu Atas yang
direhabilitasi
10.935.475.000 8.358.587.525 76,4% 2 km 2 100%
Daerah irigasi tambak di Kab. Parigi
1.945.863.000 1.945.862.000 100,0% 1 km 1 100%
Moutong yang dibangun
Daerah irigasi Gumbasa (EARR dan IRSL)
yang direhabilitasi
113.707.526.000 - 0,0% 70 km 0 0,0%
Daerah irigasi Singkoyo (IPDMIP) yang
direhabilitasi
7.626.245.000 7.035.120.597 92,2% 22 km 10 45,5%
Daerah Irigasi Sinorang Ombulu (IPDMIP)
yang direhabilitasi
16.235.789.000 7.611.541.660 46,9% 10 km 6 60,0%
Desain Jaringan Pipa Transmisi Air Baku
1.500.000.000 858.810.590 57,3% 1 Dokumen 0 0%
Bendungan Budong-Budong
Total 229.358.596.000 88.620.081.002 38,6%
Sumber : OMSPAN, diolah

b. Pembiayaan KUR Sektor Pertanian dan Perikanan


Tabel 3.13. Penyaluran KUR Sektor Pertanian dan Perikanan di Provinsi Sulteng 2017 – 2021 (Rp miliar)
Provinsi dan Sektor 2017 2018 2019 2020 2021
Penyaluran KUR Jml Debitur Rp Penyaluran Jml Debitur Rp Penyaluran Jml Debitur Rp Penyaluran Jml Debitur Rp Penyaluran Jml Debitur Rp Penyaluran
Sulteng 19.155 427,58 20.995 518,75 22.259 568,75 28.626 905,29 28.021 885,55
Perikanan 1.336 27,38 1.401 29,06 1.520 35,08 2.108 59,73 2.194 62,92
Pertanian,
Perburuan, dan 17.819 400,2 19.594 489,68 20.739 533,67 26.518 845,56 25.827 822,63
Kehutanan
Sumber : SIKP, diolah

Penyaluran KUR setiap tahunnya terus mengalami peningkatan baik dari dari sisi jumlah
penyaluran maupun jumlah debitur. Dari kedua sektor diatas, pembiayaan KUR sektor
Pertanian, Perburuan dan Kehutanan lebih banyak dikucurkan dibandingkan dengan sektor
Perikanan. Target penyaluran KUR terus mengalami kenaikan dari tahun 2017 yang hanya
ditargetkan sebesar 40% menjadi 60% sejak tahun 2019.
c. Pembiayaan UMi Sektor Pertanian dan Perikanan
Sampai dengan saat ini masih belum ada pembiayaan UMi untuk sektor Pertanian dan
Perikanan di wilayah Sulteng.
d. DAK Fisik
Tabel 3.14. Alokasi Penyaluran DAK Fisik Bidang Irigasi, Kelautan dan Perikanan dan Pertanian 2019-2021
2019 2020 2021
Bidang DAK Fisik
Pagu Penyaluran Pagu Penyaluran Pagu *Penyaluran
Irigasi 189.205.251.000 178.707.443.548 36.628.829.000 35.919.241.182 90.227.706.000 44.378.987.933
Kelautan dan perikanan 23.285.113.000 22.383.341.237 21.714.441.000 16.517.282.904 34.387.191.000 12.934.247.096
Pertanian 69.323.548.000 64.868.094.808 14.658.996.000 13.467.112.250 61.434.863.000 29.181.380.441
Sumber : OMSPAN, diolah (*penyaluran 2021 s.d September)

Alokasi anggaran DAK Fisik sektor Pertanian dan Perikanan di Sulteng mengalami perubahan
yang fluktuatif. Dalam tiga tahun terakhir, alokasi DAK Fisik tertinggi berada di tahun 2019
terutama pada bidang Irigasi. Paska bencana alam, Provinsi Sulteng memang lebih banyak
mendapatkan kucuran dana dari Pemerintah Pusat khususnya untuk program rehabilitasi.
Bidang irigasi mendapatkan prioritas utama untuk mendukung sektor pertanian dan dalam

27
BAB III ANALISIS TEMATIK Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulteng

rangka memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.


3.1.2 Analisis Perbandingan Tren Antara Pengeluaran Pemerintah dengan NTP dan
NTN
a. Analisis tren Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) dengan kebijakan input sektor
pertanian (Belanja K/L Sektor Pertanian, DAK Fisik Bidang Pertanian, KUR dan UMi Sektor
Pertanian).
Tabel 3.15. Perbandingan Trend antara Pengeluaran Pemerintah dengan NTP
Alokasi Anggaran/Pembiayaan dan Ib 2019 2020 2021
Pagu RO Strategis K/L 419.342.877.000 125.499.716.000 328.893.961.000
Alokasi Bantuan OPD Tanaman Pangan 17.725.794.599 21.238.032.070 16.104.882.650
DAK Fisik Bidang pertanian 258.528.799.000 51.287.825.000 151.662.569.000
KUR 533.667.250.000 845.557.957.357 822.625.439.468
Ib Petani Tanaman Pangan 140,04 104,23 106,28
Ib Petani Hortikultura 137,5 104,17 105,89
Ib Petani Perkebunan 137,68 104,27 106,15
Ib Petani Peternakan 127,3 104,19 105,98
Ib Gabungan 135,89 104,17 106,06
Sumber : OMSPAN, OPD Tanaman Pangan & Hortikultura Provinsi, SIKP dan BPS, diolah

Terdapat perbedaan perhitungan indeks antara tahun 2019 dengan data di tahun 2020 dan
seterusnya. Pada tahun 2019, perhitungan untuk indeks harga yang dibayar oleh Petani
menggunakan formula Laspeyres dengan tahun dasar 2012, sedangkan di tahun 2020
menggunakan tahun dasar 2018. dimulai bulan Januari tahun 2020 tahun dasar yang
digunakan dalam perhitungan adalah 2018=100. Perbedaan penggunaan tahun dasar
tersebut menyebabkan terdapat perubahan pada nilai Indeks perhitungan NTP dan NTP.
Untuk tahun 2021 Indeks nilai yang digunakan merupakan nilai rata-rata mulai bulan Januari
– September 2021.
Apabila dilihat dari alokasi anggaran yang telah digelontorkan oleh pemerintah untuk sektor
pertanian, anggaran di tahun 2019 terbesar berada pada belanja strategis K/L sebesar
Rp419,34 miliar disusul DAK Fisik sebesar Rp258,53 miliar. Secara total anggaran yang
sudah digelontorkan oleh pemerintah sebesar Rp1,23 triliun. Anggaran tersebut terbilang
cukup besar mengingat Sulteng sedang berada pada proses rekonstruksi pasca bencana
untuk membangun kembali wilayahnya khususnya yang terdampak gempa dan likuifaksi.
Di tahun 2020, guncangan besar menimpa kembali provinsi Sulteng dengan ancaman yang
sama di seluruh tanah air dan juga dunia yakni wabah Covid-19. Akibatnya terjadi realokasi
anggaran dan juga efesiensi anggaran dengan memprioritaskan anggaran untuk
penanganan pandemi Covid-19. Sektor pertanian dan juga perikanan juga terdampak
khususnya adanya pembatasan gerak atau yang dikenal dengan PSBB yang turut
mempengaruhi tingkat produktifitas dan penghasilan para petani dan nelayan. Kucuran
pembiayan KUR merupakan satu-satunya bidang pembiayaan yang banyak digelontorkan
selama tahun 2020, disaat seluruh bidang pengeluaran pemerintah turun.
Kucuran anggaran dan juga pembiayaan mulai menunjukkan peningkatan di tahun 2021

28
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB III ANALISIS TEMATIK
Provinsi Sulteng

dengan nilai total alokasi anggaran sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2019 yakni
sebesar Rp1,32 triliun. Alokasi terbesar berada pada bidang pembiayaan KUR yang secara
target pembiayaan mengalami kenaikan yang cukup tinggi diatas 60%. Menyusul kemudian
anggaran tertinggi pada belanja strategis K/L baik pada K/L Pertanian maupun PUPR
sebesar Rp328,89 miliar.
Dengan alokasi anggaran yang besar ditahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2021,
Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) juga mengalami kenaikan dan perbaikan sebesar
1,89 poin pada Ib gabungan. Nampak juga seluruh Indeks lainnya mengalami kenaikan yang
sama apabila dibandingkan dengan tahun 2020. Hasil nyata dapat terlihat dari kenaikan
indeks dengan adanya peningkatan alokasi anggaran dan pembiayaan yang digelontorkan
oleh pemerintah. Kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah dapat mempengaruhi
pengeluaran konsumsi rumah tangga, biaya produksi dan penambahan barang modal para
petani dan juga nelayan. Meskipun terdapat kesamaan trend kenaikan antara peningkatan
nilai NTP setiap tahunnya dengan peningkatan alokasi anggaran (APBN dan APBD) berikut
KUR/UMi yang dikucurkan oleh pemerintah, namun perlu dilakukan pengujian lebih dalam
lagi secara statistic keterkaitan antara kedua nya.
b. Analisis tren Indeks Harga Yang Dibayar Nelayan (Ib) dengan kebijakan input sektor
Kelautan dan perikanan (Belanja K/L Sektor Kelautan dan perikanan, DAK Fisik Bidang
Kelautan dan perikanan, KUR dan UMi Sektor Kelautan dan perikanan).
Tabel 3.16. Perbandingan Trend antara Pengeluaran Pemerintah dengan NTN
Alokasi Anggaran/Pembiayaan dan Ib 2019 2020 2021
Pagu RO Strategis K/L 374.314.000 141.695.000 161.220.000
Alokasi Bantuan OPD Kelautan dan Perikanan 21.292.703.681 6.840.210.800 25.239.363.263
DAK Fisik Bidang Kelautan dan Perikanan 23.285.113.000 21.714.441.000 34.387.191.000
KUR 35.078.000.000 59.730.800.000 62.921.929.471
Ib Petani Perikanan 132,52 104,08 105,34
Sumber : OMSPAN, OPD Tanaman Pangan & Hortikultura Provinsi, SIKP dan BPS, diolah

Hal yang sama juga terlihat pada tabel diatas. Alokasi anggaran untuk sektor perikanan terus
mengalami kenaikan tiap tahunnya. Alokasi yang terus mengalami kenaikan adalah dari
bidang pembiayan KUR, sedangkan untuk bidang lainnya selalu mengalami perubahan yang
fluktuatif. Alokasi anggaran yang sudah digelontorkan oleh pemerintah mampu menaikkan
indeks sebesar 1,26 poin di tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2020.
3.1.3 Rekomendasi Kebijakan
Di tengah pandemi Covid-19, sektor pertanian merupakan kontributor pertumbuhan positif
perekonomian. Sektor pertanian sekali lagi menjadi penyelamat di tengah krisis yang terjadi.
Sebagian besar tenaga kerja yang terdampak di perkotaan terutama di sektor industri
manufaktur dan jasa berpindah ke sektor informal, di antaranya ke sektor pertanian. Selain
itu, sektor pertanian masih mencatatkan pertumbuhan positif nilai tambah pada masa
pandemi. Hal ini selaras dengan tren positif NTP dan NTN. Kenaikan NTP dan NTN di tengah
pandemi mengindikasikan terjadinya perbaikan kesejahteraan petani yang bukan hanya bagi

29
BAB III ANALISIS TEMATIK Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulteng

petani sektor tanaman namun juga bagi nelayan dan para peternak.
Beberapa Rekomendasi Kebijakan fiskal yang berpengaruh pada input maupun output
berdasarkan hasil reviu dan analisis sebelumnya adalah :
1. Pemerintah Daerah perlu membuat Perda penyanggah harga agar dapat mengendalikan
stock pangan diwilayahnya sebelum dijual ke daerah lain.
2. Pemerintah Daerah harus melakukan pembangunan secara imparsial yakni membangun
bersama-sama dengan daerah lainnya agar terdapat kesamaan visi dan misi khususnya
dalam menggerakkan dan meningkatkan sektor potensial pertanian dan juga perikanan.
3. Pemerintah daerah perlu melakukan Kerjasama regional antar wilayah seperti Kerjasama
se-daerah teluk Tolo dan Teluk Tomini untuk dapat meningkatkan potensi pertanian dan
perikanan.
4. Penanganan kemiskinan harus kolaboratif tidak hanya antar OPD namun juga dapat
bekerjasama dengan NGO.
5. Pemerintah daerah perlu menyediakan dan memantau bantuan bibit, pupuk dan juga
peralatan pertanian yang disalurkan kepada kelompok petani. Diperlukan juga
pendampingan dan pengawasan yang intensif kepada kelompok tani agar dapat
memanfaatkan dan memelihara bantuan pemerintah dengan baik dan produktif.
6. Diperlukan penyediaan bibit atau varietas unggul bagi para petani dan nelayan agar dapat
meningkatkan produksi pertanian dan perikanan.
7. Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) harus secara aktif dan juga berkala terus
melakukan pemantauan dan kegiatan yang bisa menekan laju Inflasi agar terkendali.
8. Perlu dilakukan sosialisasi kepada para petani agar memanfaatkan teknologi pangan
tepat dan berhasil guna untuk peningkatan produksi.
9. Para petani khususnya produk perkebunan dan hortikultura tidak melakukan penjualan
ekspor langsung berupa bahan mentah namun harus diolah agar mendapatkan nilai
tambah.
10. Program padat karya perlu ditingkatkan di sektor pertanian dan perikanan untuk
membantu petani menaikkan level pendapatan sehingga meningkatkan konsumsi
belanjanya.
11. Perlu mengembangkan wilayah agropolitan, agroindustri, agribisnis dan agrowisata di
Sulteng.
12. Perlu meningkatkan jumlah populasi ternak dan produktivitas ternak seperti unggas, sapi
sebagai komoditas andalan di bidang peternakan
3.2 Analisis Peluang Investasi Daerah
Investasi menjadi kunci dalam penciptaan output, nilai tambah (Produk Domestik Bruto (PDB)/
PDRB, pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja melalui nilai pengganda
(multiplier) yang dimiliki oleh setiap sektor dalam perekonomian suatu wilayah. Selain itu,

30
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB III ANALISIS TEMATIK
Provinsi Sulteng

investasi juga membawa dampak, baik terhadap pengurangan kemiskinan maupun


pengurangan ketimpangan antar wilayah. Investasi merupakan salah satu indikator
keberlanjutan dan daya saing ekonomi, baik nasional maupun daerah. Selain bermanfaat
secara ekonomi, investasi juga memiliki manfaat sosial dan manfaat lainnya.
Peningkatan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2021 didorong oleh peningkatan kinerja
ekspor, konsumsi rumah tangga, investasi, dan konsumsi pemerintah. Di triwulan III-2021,
meskipun kinerja investasi mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan II, namun
angkanya tergolong masih cukup tinggi sebesar 3,74% (yoy).
Di Provinsi Sulteng, distribusi PDRB dari sisi pengeluaran, selama periode 2016-2020 struktur
PDRB memang masih didominasi oleh Komponen Konsumsi Rumah Tangga dengan
kontribusi rata-rata pertahun sebesar 49,76%. Sedangkan untuk Komponen Investasi atau
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) merupakan pembentuk struktur PDRB terbesar
kedua dengan kontribusi rata-rata pertahun sebesar 41,80%. Di tahun 2021 ini, distribusi
terhadap PDRB mencatatkan angka yang cukup baik dengan perolehan sebesar 43,90% di
triwulan I, naik di triwulan II sebesar 49,15% kemudian turun di Triwulan III ke angka 45,62%.
Laju pertumbuhan Investasi di tahun 2021 juga mencatatkan peningkatan tertinggi apabila
dibandingkan dengan triwulan lain di tahun tahun sebelumnya. Data menyebutkan bahwa laju
pertumbuhan investasi di triwulan III-2021 mengalami penurunan ke level 44,56% (yoy) atau
lebih rendah sebesar 17,71% dibandingkan dengan triwulan II 2021. Capaian di triwulan II
2021 tersebut merupakan capaian laju pertumbuhan tertinggi sejak 5 tahun terakhir.
Penurunan laju pertumbuhan investasi di triwulan III disebabkan pemberlakuan kembali
pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) akibat melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia.
Grafik 3.6. Distribusi PDRB ADBH Komponen Investasi Grafik 3.7. Laju Pertumbuhan PDRB ADBH Komponen Investasi (yoy)
55
70
50 49,15 60
50
45 45,62 40
30
40 20
35 10
0
30 -10
-20
25 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2017 2018 2019 2020 2021
2017 2018 2019 2020 2021

Sumber: BPS (data diolah)

Diberlakukan Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020 dan petunjuk


operasionalnya yaitu PP No.5 Tahun 2021 tentang Penyelanggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko telah memberikan sentiment positif kepada para investor untuk tetap
merealisasikan investasinya, baik yang sedang dalam masa persiapan, konstruksi, maupun
masa produksi, meskipun masih dibayangi Covid-19.
Realisasi investasi di Sulteng selama triwulan III-2021 mengalami peningkatan yang cukup
tinggi sebesar 30,52% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Dari target

31
BAB III ANALISIS TEMATIK Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulteng

yang telah ditetapkan sebesar Rp31,75 triliun di tahun 2021, capaian kumulatif realisasi
investasi sampai dengan triwulan III sebesar Rp28,65 triliun. Angka ini memberikan kontribusi
sebesar 90,23% dari target yang ditetapkan oleh Kementerian Investasi/BKPM RI. Capaian
tersebut berasal dari kontribusi Penanaman Modal Asing (PMA) yang mencapai 91%
dibandingkan dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar 9%. Kontribusi PMA
pada periode ini mampu menyerap sebanyak 8.222 orang tenaga kerja Indonesia. Capaian
tersebut membuat peringkat realisasi investasi Sulteng naik ke peringkat ke-7 yang
sebelumnya dari peringkat ke-11 se-Indonesia pada periode yang sama.
Investasi yang mengalami pertumbuhan tertinggi di Sulteng selama 5 tahun terakhir berada
pada sektor Industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya. Hal ini
disebabkan potensi tambang, khususnya bahan nikel, aspal, bijih besi dan logam mineral
lainnya, memiliki jumlah yang melimpah di wilayah Sulteng. Tiga negara asal investasi PMA
terbesar berturut-turut adalah China, Singapura dan Hongkong. Sebagian besar investasi
PMA tersebut bertumpu pada sektor industri logam yang berada di wilayah Kabupaten
Morowali dan Morowali Utara. Wilayah Kabupaten Morowali bersaudara selama ini dikenal
memiliki sumber daya alam khususnya mineral logam yang melimpah, sehingga banyak
investor menanamkan investasinya ke daerah ini. Sedangkan untuk investasi dalam negeri,
Kabupaten Poso menempati peringkat pertama sebagai wilayah dengan nilai investasi
terbesar.
Tabel 3.17. Nilai Investasi PMA dan PMDN 2017 - Tw III 2021 di Provinsi Sulteng
PMA (2017-2021) PMDN (2017-2021)
Kab/Kota
Proyek Nilai Investasi US$ Proyek Nilai Investasi US$
Kabupaten Morowali 566 5,895,857.9 108 2,397,366.7
Kota Palu 129 48,904.8 986 1,698,405.2
Kabupaten Tajo Una-una 76 15,077.0 61 227,123.5
Kabupaten Toli Toli 22 961.0 76 543,130.8
Kabupaten Morowali Utara 72 619,890.3 132 4,987,968.7
Kabupaten Parigi Moutong 115 14,961.3 54 64,485.4
Kabupaten Buol 3 3,269.8 12 174,663.1
Kabupaten Banggai 62 294,743.1 208 695,922.7
Kabupaten Sigi 29 2,844.0 99 281,348.4
Kabupaten Donggala 11 5,897.9 81 609,665.5
Kabupaten Banggai Kepulauan 1 0.0 23 6,559.9
Kabupaten Poso 14 292.0 99 10,269,501.6
Kabupaten Banggai Laut - - 29 15,396.2
Total (Provinsi) 1,100 6,902,699.1 1,968 21,971,537.7
Sumber : BKPM, diolah

Dilihat dari besarnya nilai investasi yang masuk, Kabupaten Poso menempati urutan pertama
dalam kurun waktu lima tahun terakhir dalam hal besaran nilai investasi. Dengan persentase
sebesar 35,6% dari total nilai investasi, hampir sebagian besar investasi yang masuk berasal
dari PMDN. Sektor utama investasi yang masuk ke wilayah ini adalah sektor tersier yakni
listrik, gas dan air dengan nilai investasi mencapai 90% dari seluruh nilai investasi yang
masuk. Berikutnya disusul oleh Kabupaten Morowali dan Morowali Utara dengan nilai
investasi terbesar. Pada kedua wilayah ini sektor yang cukup berperan besar adalah sektor
pertambangan berupa nikel dan besi baja yang juga banyak diekspor sebagai penghasil

32
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB III ANALISIS TEMATIK
Provinsi Sulteng

devisa negara. Pangsa ekspor untuk kedua komoditas ini semakin tahun semakin tinggi dan
mampu menyumbang pertumbuhan ekspor di triwulan II 2021 sebesar 82,72% (yoy).
Tabel 3.18. Perkembangan Realisasi Investasi Berdasarkan Sektor (2017 – Tw III 2021)
PMA PMDN
Jenis
Sektor Investasi Investasi (Rp
Sektor Proyek Proyek
(US$. Ribu) Juta)
Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan 52 2,706.4 228 6,360,282.1
Kehutanan 13 4,107.8 18 67,304.7
Sektor
Perikanan 50 1,974.8 39 170,348.1
Primer
Pertambangan 94 75,867.0 281 2,358,708.8
Total (Sektor) 209 84,656.0 566 8,956,643.7
Industri Makanan 99 38,970.8 73 998,734.4
Industri Tekstil 0 - 1 300.0
Industri Kayu 12 1,670.2 4 15,905.0
Industri Kertas dan Percetakan 0 - 1 -
Industri Kimia Dan Farmasi 56 460,180.4 24 441,994.9
Industri Mineral Non Logam 18 1.6 25 7,001.1
Sektor Industri Karet dan Plastik 5 123.5 - -
Sekunder Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan
396 5,838,533.5 34 38,739.7
Peralatannya
Industri Mesin, Elektronik, Instrumen Kedokteran,
4 453.0 7 1,267.1
Peralatan Listrik, Presisi, Optik dan Jam
Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain 18 5,236.1 4 1,020.0
Industri Lainnya 27 6,189.7 9 13,350.0
Total (Sektor) 635 6,351,358.8 182 1,518,312.2
Listrik, Gas dan Air 315 1,282,451.6 202 10,302,245.6
Konstruksi 160 14,278.0 158 177,951.4
Perdagangan dan Reparasi 805 55,710.5 710 715,239.6
Sektor Hotel dan Restoran 125 22,201.5 92 255,214.1
Tersier Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi 184 310,351.2 107 92,153.3
Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 221 339,270.0 167 736,003.8
Jasa Lainnya 131 6,757.6 116 57,987.4
Total (Sektor) 1,941 2,031,020.4 1,552 12,336,795.2
Total seluruh sektor 2,785 8,467,035.1 2,300 22,811,751.1
Sumber : BKPM, diolah

Dilihat dari sektor investasi yang masuk ke wilayah Sulteng, sektor tersier cukup mendominasi
besaran nilai investasi yang masuk khususnya untuk sektor listrik, gas dan air yang berasal
dari PMDN yang banyak masuk ke wilayah Kabupaten Poso. Sedangkan untuk investasi dari
PMA, sektor listrik, gas dan air juga banyak masuk ke Kabupaten Morowali dalam mendukung
proyek Industri pengolahan yang berada di lokasi tersebut.
Berikutnya nilai investasi terbesar kedua berada pada sektor primer, khususnya pada sektor
tanaman pangan, perkebunan dan peternakan. Sebagai wilayah yang memiliki potensi lahan
pertanian dan perkebunan yang cukup luas sekitar 942.206 ha untuk kawasan potensi
pertanian dan 681.686 ha untuk kawasan potensi perkebunan, sudah semestinya potensi di
sektor ini dilirik oleh para investor. Jenis investasi di sektor tanaman pangan, perkebunan dan
peternakan ini masih didominasi investor dalam negeri, namun kedepannya akan banyak
investor asing yang akan melirik sektor ini dengan pertimbangan besarnya potensi yang bisa
dikembangkan.
Sebanyak 72% investasi pada sektor tanaman pangan, perkebunan dan peternakan masuk
ke wilayah Kabupaten Morowali Utara, disusul Kabupaten Poso. Berikutnya untuk sektor
tersier, investasi asing banyak masuk pada sektor industri logam dasar, barang logam, bukan
mesin, dan peralatannya dengan lokasi Morowali dan Morowali Utara. Sebagian besar, para
investor berasal dari negara Tiongkok, Singapura dan Hongkong.

33
BAB III ANALISIS TEMATIK Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulteng

1. Profil Keuangan Daerah


Pengalokasian APBD merupakan kerangka kebijakan publik guna melaksanakan hak dan
kewajiban Pemerintah Daerah dan masyarakat yang tetap mengacu pada norma dan prinsip
anggaran yaitu: transparan, akuntabel, disiplin, keadilan, efisien serta efektif. Rencana
pendanaan pada RPJMD menjadi dasar dalam penetapan kerangka penganggaran dan
pembangunan tahunan dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) maupun
Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan Kebijakan Umum Anggaran (KUA).

Untuk itu, kebutuhan APBD di provinsi Sulteng setiap tahun dititikberatkan pada 10 (sepuluh)
upaya, yaitu :

1) Percepatan Reformasi Birokrasi Menuju Birokrasi Yang Bersih Dan Melayani Serta
Terwujudnya Kepastian Hukum Dan Perlindungan HAM;
2) Terbangunnya Ketentraman, Ketertiban Dan Perlindungan Masyarakat Serta
Harmonisasi Politik Daerah Serta Memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) dan Kebangsaan;
3) Akselerasi pembangunan dan peningkatan infrastruktur serta penataan ruang guna
konektivitas dan pemerataan pembangunan antar wilayah Kabupaten/kota;
4) Mendukung percepatan kemandirian energi baru terbarukan;
5) Percepatan pemberdayaan ekonomi kerakyatan, pengentasan kemiskinan dan
kesejahteraan sosial;
6) Pemantapan Iklim Investasi dan Penanaman Modal yang Kondusif dan Market Friendly;
7) Melanjutkan Pengelolaan Sumberdaya Agribisnis dan Maritim Serta Pariwisata yang
Berdaya Saing;
8) Revitalisasi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Secara
Berkelanjutan;
9) Optimalisasi Pengelolaan Pendidikan Menengah Dan Khusus Sesuai Standar Pelayanan
Minimal (SPM);
10) Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Prima Bagi Masyarakat Yang Terjangkau Dan
Berkualitas.
2. Kinerja Pelaksanaan APBD
Pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran
tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan
pembangunan daerah. Analisis pengelolaan keuangan daerah menjelaskan tentang aspek
kebijakan keuangan daerah yang berkaitan dengan pendapatan, belanja dan pembiayaan
daerah guna mewujudkan visi dan misi daerah serta prioritas pembangunan nasional. Struktur
APBD Provinsi Sulteng terdiri atas: (1) Penerimaan Daerah yang di dalamnya terdapat

34
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB III ANALISIS TEMATIK
Provinsi Sulteng

Pendapatan Daerah dan Penerimaan Pembiayaan Daerah; (2) Pengeluaran Daerah yang di
dalamnya terdapat Belanja Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah.
1) Kinerja Pengelolaan Pendapatan Daerah dan penerimaan Pembiayaan Daerah
Kebijakan pengelolaan pendapatan daerah diarahkan pada pengelolaan anggaran
pendapatan daerah dengan memperhatikan upaya peningkatan pendapatan pajak,
khususnya retribusi daerah, dengan tidak menambah beban bagi masyarakat. Pendapatan
Daerah Provinsi Sulteng selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir memperlihatkan
perkembangan yang cukup berarti. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

a) Kebijakan pemerintah,
b) Pendapatan masyarakat,
c) Fluktuasi harga komoditas andalan,
d) Berkembangnya investasi di sektor pertambangan, dan
e) Kondisi daerah yang cukup aman.
Grafik 3.8. Target dan Realisasi Pendapatan APBD Sulteng
5.000
Realisasi Pendapatan Daerah
4.000 Provinsi Sulteng dalam kurun
miliar rupiah

3.000 waktu 2016-2020 selalu


4.268

4.193
4.170

4.128
3.861
3.831
3.699

3.638
3.283

3.176

2.000
mengalami peningkatan setiap
1.000
tahunnya. Rata-rata realisasi
-
2016 2017 2018 2019 2020 pendapatan daerah dalam periode
Target Realisasi
Sumber : RPJMD 2021-2026 Provinsi Sulteng tersebut mencapai 98,62%
terhadap target pendapatan. Hanya di tahun 2018, capaian realisasi pendapatan dapat
melampaui target, selebihnya realisasi pendapatan hanya mampu tercapai di kisaran angka
98%. Pendapatan terbesar daerah setiap tahunnya berasal dari pendapatan transfer sebesar
72% dari total pendapatan daerah. Sedangkan untuk PAD hanya sekitar 27% dari total
pendapatan daerah. Tingkat ketegantungan fiskal daerah provinsi Sulteng masih cukup tinggi
terhadap pendapatan transfer oleh pemerintah pusat.
Dalam kurun waktu 2016-2020, Pendapatan Daerah meningkat secara konsisten dengan
rata-rata 7,29% per tahun. Rata-rata pertumbuhan tertinggi terletak pada Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 50,29%, kemudian disusul oleh Pendapatan Transfer
sebesar 8,44%. Sedangkan untuk komponen PAD merupakan terendah pertumbuhannya
diantara pendapatan lainnya, yaitu sebesar 4,59%.
Pendapatan terbesar dari PAD adalah pendapatan pajak daerah. Tax ratio atau tingkat
elastisitas pendapatan pajak daerah, dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan PDRB
Harga Berlaku (HB) periode 2016-2020 yaitu sebesar 13,45% pertahun, hanya sebesar
0,3138 poin, jauh di bawah elastisitas pajak teoretis, yaitu 1 atau lebih. Hal ini disebabkan
67,89% perubahan/kenaikan PDRB HB merupakan hasil dari kontribusi Sektor Industri (yang

35
BAB III ANALISIS TEMATIK Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulteng

didominasi oleh Industri Logam Dasar) dan Sektor Pertambangan dan Penggalian (yang
didominasi oleh Pertambangan Bijih Logam) yang pajaknya, yaitu Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Pendapatan, dimiliki oleh Negara/Pemerintah Pusat.
Tabel 3.19. Pertumbuhan Rata-rata Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Sulteng Tahun 2016-2020 (Rp Miliar)
Rata-Rata
Uraian 2016 (Rp.) 2017 (Rp.) 2018 (Rp.) 2019 (Rp.) 2020 (Rp.)
Pertumbuhan (%)
PENDAPATAN 3.175,7 3.638,3 3.861,0 4.128,2 4.193,3 7,29
Pendapatan Asli Daerah 939,1 958,2 1.016,6 1.090,9 1.122,7 4,59
Pendapatan Pajak Daerah 776,3 790,4 835,5 896,3 914,8 4,22
Pendapatan Retribusi Daerah 7,0 8,9 11,2 12,7 14,7 20,31
Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang 23,6 18,5 16,9 18,4 21,9 (0,57)
Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah 132,1 140,4 153,0 163,5 171,3 6,72
Pendapatan Transfer 2.210,6 2.647,2 2.731,4 2.994,3 3.030,6 8,44
Dana Perimbangan 2.210,6 2.647,2 2.731,4 2.994,3 3.030,6 8,44
Dana Bagi Hasil Pajak/Hasil
102,1 124,8 196,3 149,6 275,9 35,05
Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum 1.272,9 1.546,2 1.586,2 1.637,6 1.488,8 4,55
Dana Alokasi Khusus 835,6 976,2 948,9 1.207,1 1.265,9 11,53
Lain-Lain Pendapatan Daerah
26,0 32,9 113,0 43,0 40,0 50,29
yang Sah
Hibah 21,0 25,4 10,6 13,7 14,4 (0,79)
Dana Penyesuaian dan Otonomi
5,0 7,5 - 20,7 24,9 70,46
Khusus

Bantuan Keuangan dari Provinsi


- - 102,3 8,6 0,7 (183,68)
dan Pemerintah Daerah Lainnya

Dana Bagi Hasil Pajak dari


Provinsi dan Pemerintah Daerah - - - - - -
Lainnya
Sumber : RPJMD 2021-2026 Provinsi Sulteng
Retribusi daerah merupakan komponen dari PAD yang tingkat pertumbuhan pertahunnya
sangat tinggi dibandingkan dengan komponen lainnya. Peningkatan ini lebih banyak disokong
oleh meningkatnya pendapatan retribusi perizinan tertentu dan juga retribusi jasa usaha.
Untuk kontribusi perubahan Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan dalam perubahan PAD justru mengalami penurunan sebesar 0,57%. Sumber PAD
dari kelompok Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan ini antara
lain dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yaitu berupa keuntungan yang dibagi kepada
pemegang saham, yakni pemegang saham utama pemerintah daerah. Fenomena ini
menunjukkan bahwa BUMD belum dapat berfungsi sebagai kontributor positif terhadap
pendapatan daerah pada umumnya, dan terhadap PAD pada khususnya, terutama bila
dikaitkan dengan kekayaan variasi berbagai Sumber Daya Alam yang sangat potensial.
Pendapatan dari Hasil Pengelolaan BUMD harus berkontribusi besar terhadap PAD, salah
satunya melalui reorganisasi dan revitalisasi BUMD yang dimiliki.
Pendapatan Lain-lain Yang Sah didominasi oleh pendapatan Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) yaitu Rumah Sakit Undata dan Rumah Sakit Madani yang menyokong rata-rata
pertumbuhan sebesar 6,72% pertahun. Peningkatan yang signifikan pada tahun 2018
bersumber pada pos Bantuan Keuangan Dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
sehubungan dengan terjadinya Bencana Gempa Bumi, Tsunami, dan Likuifaksi pada tahun
2018.

36
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB III ANALISIS TEMATIK
Provinsi Sulteng

Tabel 3.20. Target dan Realisasi PAD pada APBD Provinsi Sulteng (Rp miliar)
Target Realisasi
Tahun Ratio Efektifitas
PAD (Rp) Growth (%) PAD (Rp) Growth (%)
2016 984.8 0 939.1 0 95.36
2017 937.2 -4.84 958.2 2.04 102.24
2018 992.0 5.85 1,016.6 6.1 102.48
2019 1,032.0 4.03 1,090.9 7.3 105.69
2020 1,054.6 2.19 1,122.9 2.94 106.48
rata-rata/tahun 1.81 rata-rata/tahun 4.6 102.45
Sumber : RPJMD 2021-2026 Provinsi Sulteng
Pemerintah Daerah menaikkan target Pendapatan Asli Daerah rata-rata setiap tahun sebesar
1,81%. Seiring degan target pendapatan yang naik setiap tahunnya, rata-rata realisasi
pendapatan yang dicapai per tahun meningkat sebesar 4,60%. Rasio efektifitas yaitu rasio
realisasi PAD terhadap target PAD secara rata-rata dalam kurun waktu 2016-2020 adalah
sebesar 102,45%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Provinsi Sulteng sudah efektif
dalam merealisasikan Rencana Pendapatan Asli Daerah. Namun, bila dibandingkan antara
pertumbuhan PDRB Harga Berlaku dalam periode yang sama, 2016-2020, yakni sebesar
13,45% pertahun dengan pertumbuhan realisasi Pendapatan Asli Daerah sebesar 4,60%
pertahun, maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah belum dapat menggali secara
efektif sumber-sumber pendapatan daerah dalam perekonomian. Dengan demikian dapat
diyakini bahwa masih banyaknya potensi daerah yang dapat dikembangkan sebagai sumber-
sumber pendapatan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi sehingga pendapatan Provinsi
Sulteng dapat lebih ditingkatkan lagi secara nyata.

2) Kinerja Pengeluaran Daerah yakni Belanja Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan


Daerah

Kebijakan belanja daerah Tahun 2016-2020 dilaksanakan untuk mendanai urusan


pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar, urusan pemerintahan tidak terkait pelayanan
dasar, dan urusan pemerintahan pilihan yang merupakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah provinsi. Belanja daerah dianggarkan dengan batas tertinggi
sehingga realisasi belanja tidak melebihi jumlah anggaran belanja yang ditetapkan. Berikut
merupakan belanja daerah selama periode 5 tahun berjalan.
Tabel 3.21. Realisasi Belanja daerah Provinsi Sulteng Tahun 2016-2020 (Rp miliar)
Uraian 2016 2017 2018 2019 2020 Porsi Anggaran Rata-rata per Tahun
Belanja Daerah 3,178.1 3,445.8 3,628.0 4,098.8 4,281.1 100%
Belanja pegawai 682.4 1,175.9 1,318.9 1,315.4 1,348.5 31.0%
Belanja Barang jasa 1,008.2 786.0 954.8 1,046.3 907.4 26.6%
Belanja Modal 504.0 465.1 459.8 836.6 665.4 15.6%
Belanja Lainnya 983.6 1,018.8 894.5 900.4 1,359.7 26.8%
Sumber : GFS kanwil DJPb, diolah
Seiring dengan bertambahnya pendapatan daerah yang diterima, semakin tinggi pula alokasi
anggaran belanja yang dianggarkan untuk mendanai urusan pemerintahan. Dilihat dari porsi
pembebanan anggaran, belanja pegawai menempati urutan tertinggi alokasi anggaran yang
disediakan. Belanja Pegawai setiap tahunnya menunjukkan tren yang meningkat seiring
dengan bertambahnya tanggungan pembayaran gaji ASN yang pindah dari Pemerintah

37
BAB III ANALISIS TEMATIK Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulteng

Kabupaten/Kota di Sulteng ke pemerintah provinsi Sulteng karena kebijakan pengalihan


kewenangan. Tren ini juga menunjukkan masih “gemuknya” organisasi dan prosentase
pegawai di Sulteng.
Pemberian gaji dan tunjangan untuk para pejabat daerah dan juga ASN di daerah masih
membebani APBD dibandingkan dengan belanja lainnya, khususnya belanja dalam rangka
peningkatan layanan publik serta belanja modal untuk mendukung pembangunan wilayah.
Biaya penyelenggaraan birokrasi masih memerlukan biaya yang cukup besar di bandingkan
dengan biaya lainnya, khususnya untuk belanja modal. Semakin besar persentase dana yang
dialokasikan untuk belanja operasional, maka semakin kecil persentase Belanja Modal yang
digunakan untuk penyediaan sarana prasarana ekonomi masyarakat. Khusus untuk belanja
modal di tahun 2019 terjadi peningkatan yang cukup besar. Hal ini disebabkan pemerintah
mulai menggalakkan kembali pembangunan terhadap beberapa sarana dan prasarana yang
rusak akibat bencana alam yang melanda provinsi Sulteng. Tingkat kenaikan alokasi belanja
modal di tahun 2019 naik sebesar 82% dibandingkan tahun sebelumnya dengan nilai Rp459,1
miliar di tahun 2018. Alokasi anggaran belanja modal mengalami penurunan di tahun 2020,
disebabkan anggarannya mengalami refocusing dan realokasi anggaran untuk belanja
prioritas seperti penanganan dampak pandemi Covid-19 dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat yang terdampak Covid-19.
Minimnya anggaran yang dialokasikan untuk belanja modal, khususnya pembangunan
infrastruktur yang mendukung perekonomian masyarakat, mengindikasikan pemerintah
daerah masih kurang mendukung pembangunan dan pengembangan wilayahnya.
Pembangunan di wilayah ini masih mengandalkan pembangunan infrastruktur yang berasal
dari DAK Fisik dan juga alokasi anggaran K/L yang bersumber dari APBN.
Tabel 3.22. Realisasi Pembiayaan Provinsi Sulteng Tahun 2016-2020 (Rp miliar)
Uraian 2016 2017 2018 2019 2020
Pembiayaan Daerah Netto 72.9 33.1 186.4 400.6 429.9
Penerimaan Pembiayaan daerah 77.4 70.4 225.6 439.6 429.9
SiLPA TAYL 77.4 70.4 225.6 439.6 429.9
Penerimaan Pinjaman Daerah - - - - -
Penerimaan Piutang Daerah - - - - -
Pengeluaran Pembiayaan Daerah 4.5 37.3 39.2 39 0
Penyertaan Modal Pemda - - - - -
Pembayaran Utang - - - - -
Sumber : GFS kanwil DJPb, diolah
Kebijakan umum pembiayaan daerah pada periodisasi 2016-2020 ditujukan untuk
keberlangsungan jalannya pemerintahan, dengan harapan tidak mengganggu likuiditas
keuangan Pemerintah Provinsi Sulteng. Hal ini merupakan upaya preventif dalam menyikapi
pendapatan daerah yang relatif terbatas. Sementara di sisi lain, kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan, dan kegiatan pelayanan masyarakat semakin meningkat dari
waktu ke waktu. Selama 5 periode berjalan, upaya untuk menutup defisit anggaran
pemerintah daerah hanya berasal dari pembiayaan SiLPA. Dalam periode tersebut, terdapat
dua kali defisit akibat jumlah belanja negara lebih besar dari realisasi penerimaannya yakni

38
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB III ANALISIS TEMATIK
Provinsi Sulteng

pada tahun 2016 dan 2019. Nilai SiLPA dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.
Adanya SiLPA dalam jumlah yang sangat besar pada Tahun 2017-2019 merupakan
fenomena kontras atas kondisi keterbatasan anggaran. Besarnya SiLPA terutama pada tiga
tahun tersebut menunjukkan lemahnya manajemen fiskal daerah.
Fenomena besarnya SiLPA dari tahun ketahun disebabkan oleh beberapa faktor seperti : 1).
Rencana pendapatan yang pesimistis dan tidak percaya diri, 2). Eksekusi kegiatan yang
lemah, 3). Proses Pengawasan yang lemah dan 4). Pengalokasian anggaran yang kurang
tepat yang seharusnya diperuntukkan bagi kegiatan prioritas. Pemerintah daerah dalam
keadaan kondisi keuangan defisit dan tidak dapat tercukupi lewat SiLPA seharusnya dapat
memanfaatkan dana pinjaman yang telah disediakan oleh pemerintah pusat. Sampai dengan
saat ini pemerintah daerah masih enggan untuk melakukan pinjaman ke pemerintah pusat,
khususnya untuk membiayai proyek-proyek strategis di daerah yang memiliki potensi untuk
peningkatan PAD ataupun peningkatan perekonomian masyarakat yang belum dibiayai oleh
pemerintah pusat. Pemerintah daerah masih belum dapat memetakan proyek-proyek
potensial yang pembiayaannya dapat dilakukan melalui pinjaman daerah untuk menutupi
fiscal gap yang terjadi. Pemerintah daerah masih mengandalkan pola KPBU (Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha) untuk membiayai proyek-proyek potensial kedepannya.
3.2.1 Peluang Potensi Investasi di Provinsi Sulteng
Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi,
mengurangi kesenjangan antarwilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu
wilayah. Kebijakan pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi fisik geografis,
sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan
wilayah lainnya sehingga penerapan kebijakan pengembangan wilayah itu sendiri harus
disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan isu permasalahan di wilayah bersangkutan.

Ketersediaan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi memiliki keterkaitan sangat erat.


Pembangunan infrastruktur menimbulkan pertumbuhan dan perluasan pergerakan ekonomi
melalui efek multiplier. Pembangunan infrastruktur diharapkan mampu menggerakkan sektor
riil, menyerap tenaga kerja, meningkatkan konsumsi masyarakat dan pemerintah, serta
memicu kegiatan produksi. Mengingat begitu pentingnya keberadaan infrastruktur, sudah
sewajarnya jika pembangunan infrastruktur mendapatkan prioritas dalam pembangunan
nasional.
Saat ini Provinsi Sulteng tengah berbenah dan bersiap diri sebagai daerah yang memiliki
wilayah strategis dan relatif dekat dengan calon Ibu Kota Negara baru (IKN) yang berada di
Provinsi Kalimantan Timur. Sebagai daerah penyangga Ibu Kota baru, Sulteng harus mampu
melihat segala potensi dan peluang emas yang dimiliki agar mampu mengembangkan dan
meningkatkan kapasitas wilayahnya agar dapat bersaing dengan propinsi lainnya khususnya

39
BAB III ANALISIS TEMATIK Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulteng

di daerah timur Indonesia. Sudah banyak hal yang telah dilakukan oleh pemerintah Provinsi
Sulteng dengan provinsi yang akan menjadi Ibu Kota baru Indonesia tersebut. Baru-baru ini,
Pemerintah Provinsi Sulteng dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timut telah memformalkan
dan menandatangani kesepakatan kerjasama untuk mempererat hubungan antara kedua
belah pihak, utamanya dalam mendukung terselenggaranya pembangunan ibukota baru di
wilayah Kalimantan Timur, terutama dalam mendukung kebutuhan pangan pokok, seperti
komoditas pertanian dan komoditas perkebunan.
Provinsi Sulteng juga dikenal dengan salah satu wilayah yang memiliki sumber daya batu
terbaik untuk kebutuhan infrastruktur jalan dan gedung. Ke depannya, suplai batuan tersebut
akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur IKN di Kalimantan Timur, dengan estimasi
kebutuhan sekitar kurang lebih 4 juta metrik ton. Kerjasama tersebut diharapkan mampu
meningkatkan dan memberikan manfaat bagi masyarakat di kedua wilayah tersebut.
Untuk menyambut dibangunnya IKN tersebut, Provinsi Sulteng juga tengah bersiap-siap untuk
meningkatkan sarana dan prasana infrastruktur untuk pengembangan wilayah penyangga
IKN baru. Sebagai wilayah yang sangat strategis dan sebagai pintu masuk menuju IKN dari
wilayah Indonesia Timur, Sulteng harus segera menyiapkan segala infrastruktur pendukung
untuk kelancaran mobilitas dan juga pergerakan ekonomi yang akan masuk dari dan ke
wilayah Indonesia Timur melalui IKN. Salah satu infrastruktur yang harus dipersiapkan adalah
media mobilitas masyarakat berupa penyiapan dukungan akses jalan yang layak, jembatan
penghubung, maupun pelabuhan penyeberangan.
Pemerintah Provinsi Sulteng telah menyiapkan beberapa skenario dalam menghadapi
pemindahan IKN baru di daerah Kalimantan Timur dengan rencana pembangunan
infrastruktur strategis sebagai daerah penyangga IKN baru, antara lain pembangunan dan
peningkatan ruas jalan, pembangunan jembatan dan juga pembangunan pelabuhan baru.
Skenario-skenario tersebut mendukung peranan Sulteng terhadap IKN baru. Peranan
yang pertama adalah sebagai jembatan antara IKN dan Kawasan Timur Indonesia (IKT).
Yang kedua, sebagai daerah penyangga IKN, serta ketiga, sebagai destinasi pariwisata. Visi
gerak cepat dari Pemerintah Provinsi menuju Sulteng lebih sejahtera dan lebih maju serta misi
untuk mewujudkan peningkatan pembangunan infrastruktur daerah akan menciptakan
akselerasi dalam pengembangan wilayah, pertumbuhan ekonomi, interaksi antar wilayah,
serta distribusi hasil komoditi melalui ketersediaan infrastruktur yang berkualitas.
Beberapa program penunjang persiapan Sulteng sebagai daerah penyangga IKN baru sudah
dipersiapkan dengan beberapa proyek strategis seperti pembangunan ruas jalan,
pembangunan jembatan, maupun pembangunan pelabuhan sebagai integrasi akses tol laut
dan tol darat. Berikut ini merupakan beberapa perencanaan pembangunan sebagai daerah
penyangga IKN:

40
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB III ANALISIS TEMATIK
Provinsi Sulteng

Tabel 3.23. Proyek di Sulteng Yang Membutuhkan Pembiayaan


Nama Panjang
NO Lokasi Maksud/Tujuan Jalan (Rp) Jembatan (Rp) Jumlah (Rp)
Proyek Jalan (KM)
Interkoneksi moda transportasi
dari dan ke Ibu Kota Negara
Kab.
Baru – Alur Laut Kepulauan
Tol Tambu - Donggala
1 Indonesia ALK II dan ALK III, ±28 KM 597.310.230.300 43.050.000.000 640.360.230.300
Kasimbar dan Parigi
mendorong pertumbuhan
Moutong
ekonomi dan wilayah Indonesia
Timur
Kab. Sigi, 1. Pembukaan jalan daerah
Ruas Jalan Kab. kantong produksi
Baru Gimpu Poso 2. Mendukung akses destinasi
2 ±89 KM 972.565.884.320 25.663.000.000 998.228.884.320
– Batas sampai pariwisata nasional Toraja –
Sulsel Kab Luwu Lore Lindu dan sekitarnya
Utara
Ruas Jalan Kota Palu Mendorong peningkatan
3 Palu – Bora dan Kab. perputaran roda perkonomian di ±39,8 KM 436.332.384.224 125.342.000.000 561.674.384.224
– Pandere Sigi daerah-daerah terpencil
Kab. Sigi Membuka pertumbuhan ekonomi
Ruas Jalan
sampai baru bagi masyarakat dan
Boladangko
4 Batas percepatan distribusi hasil ±72 KM 787.281.951.360 278.547.000.000 1.065.828.951.360
– Batas
Prov. pertanian
Sulbar
Sulbar
Membuka pertumbuhan ekonomi
Banggai – Kab. Sigi
baru bagi masyarakat dan 1.976.406.955.9
5 Lalundu – dan Kab. ±183.6 KM 269.666.000.000 2.246.072.955.968
percepatan distribusi hasil 68
Watatu Donggala
pertanian
Interkoneksi moda transportasi
Pelabuhan Kab. dari dan ke Ibu Kota Negara
Kasimbar Parigi Baru – Alur Laut Kepulauan
6 dan Moutong Indonesia ALK II dan ALK III, 1.150.235.000.000
Pelabuhan dan Kab. mendorong pertumbuhan
Tambu Donggala ekonomi dan wilayah Indonesia
Timur
TOTAL 6.662.400.406.172
Sumber : Biro Ekbang Provinsi dan Tim penyusun RPJMD, diolah

Pembangunan ruas jalan tersebut diharapkan akan memperlancar arus distribusi menuju IKN
Baru dan menghubungkan antara wilayah Indonesia bagian timur dan bagian tengah. Dilihat
dari profil keuangan daerah diatas, kemampuan fiskal Sulteng masih belum memungkinkan
untuk merealisasikan pembangunan infrastruktur strategis tersebut. Skema pinjaman daerah
dapat dilakukan dalam rangka merealisasikan hal tersebut serta mempersiapkan seluruh
prasyarat yang mendukung percepatan realisasi program prioritas tersebut. Gubernur Sulteng
telah memberikan arahan kepada seluruh jajarannya agar mempersiapkan diri dan mencari
jalan untuk dapat mempercepat pembangunan infrastruktur tersebut untuk mencapai Visi
Gerak Cepat Menuju Sulteng Lebih Sejahtera dan Lebih Maju.
Beberapa proyek tersebut diatas sudah diajukan oleh Pemprov Sulteng untuk menjadi salah
satu program priortas dalam RPJMN 2020-2024 bidang infrastruktur. Yakni pembangunan
jalan tol Tambu Kasimbar serta pembangunan Pelabuhan Feri di wilayah Tambu Kabupaten
Donggala dan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong. Namun dari beberapa proyek strategis
yang diajukan baru satu yang terakomodir dalam usulan program prioritas tahun 2020, yakni
usulan peningkatan status ruas jalan Tambu Kasimbar menjadi status Jalan Strategis
Nasional.

3.2.2 Pembangunan ruas Jalan Tambu-Kasimbar dan Pelabuhan laut di Tambu dan
Kasimbar
Proyek ini dapat memposisikan sebagai jembatan penghubung antara Ibu Kota Negara Baru
dengan Kawasan Timur Indonesia seperti Papua, Maluku dan Maluku Utara dengan

41
BAB III ANALISIS TEMATIK Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulteng

Gambar 3.2. Pembangunan ruas Jalan Tambu-Kasimbar mengintegrasikan tol laut dan tol darat. Dari
dan Pelabuhan laut di Tambu dan Kasimbar
Ibukota Negara, kendaraan diangkut
menggunakan feri menuju ke pelabuhan
Tambu, Selat Makassar selanjutnya
melintas di jalan/tol darat Tambu-Kasimbar
dan sekitar 20 menit kemudian tiba di
pelabuhan feri Kasimbar dan meneruskan
perjalanan ke wilayah timur dan
sebaliknya. Berdasarkan analisis ekonomi,
integrasi tol laut dan tol darat tersebut
dapat meningkatkan efisiensi sampai 40 –
50% dibandingkan menggunakan tol laut
reguler yaitu harus berputar ke arah utara
Sumber : Tim Penyusun RPJMD Sulteng melewati Manado atau ke arah selatan
melewati Makassar. Jarak tempuh dari pelabuhan Tambu menuju IKN nantinya hanya
mencapai 8 jam perjalanan. Selain kepentingan ekonomi, integrasi ini juga dinilai akan
bermanfaat bagi kepentingan pertahanan keamanan.

Lokasi pembangunan proyek ini terletak di wilayah Kabupaten Parigi Moutong (Parimo)
dengan panjang ruas batas ruas batas antara Kabupaten Parimo-Kabupaten Donggala
kurang lebih ±28 KM. Berdasarkan analisis perhitungan untuk kedua proyek tersebut,
direncanakan membutuhkan alokasi anggaran sebesar ± Rp1,7 triliun. Proyek ini diharapkan
akan menjadi kawasan strategis dan berperan sebagai simpul pertumbuhan dan pemerataan
baik dari kawasan utara-selatan maupun dari kawasan timur-barat Sulteng. Jalur logistik yang
akan menghubungkan provinsi Sulteng dan Sulawesi Barat melalui ruas jalan Tambu-
Kasimbar nantinya tidak perlu lagi melalui Kota Palu. Dari Pelabuhan Feri Kabonga di
Donggala, kendaraan diseberangkan dengan Feri menuju ke Pelabuhan Tambu yang
diperkirakan hanya satu jam, sehingga akan menghemat waktu sekitar 5 jam dibandingkan
jika melalui kota Palu. Masih banyak lagi multiplier effect yang akan muncul bila rencana
proyek strategis ini didesain dan dikelola dengan baik.
3.2.3 Faktor yang berpengaruh terhadap Investasi
Keberadaan investasi menjadi elemen penting atau fondasi dalam menyokong perkembangan
dan kemajuan daerah secara berkelanjutan. Peningkatkan investasi secara terus menerus
akan meningkatkan kapasitas produksi dan produktivitas daerah. Investasi tentu
membutuhkan iklim usaha yang sehat dan kondusif, yang ditandai dengan kemudahan
perizinan (izin investasi), serta kejelasan prosedur investasi yang semakin mudah dan efisien.
Faktor-faktor ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya, serta ketersediaan infrastruktur

42
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB III ANALISIS TEMATIK
Provinsi Sulteng

daerah yang memadai diyakini merupakan faktor-faktor kunci pembentuk daya tarik investasi
daerah. Berikut ini merupakan faktor pendukung dan penghambat investasi di wilayah
Sulteng.
A. Faktor Pendukung Investasi
Secara umum beberapa pendukung investasi di Provinsi Sulteng dapat dikelompokkan
menjadi beberapa faktor, yaitu:
a. Ekonomi
Kinerja pembangunan ekonomi Provinsi Sulteng terus menunjukkan prestasi yang
spektakuler. Prestasi kinerja ini dapat dilihat dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi
sepanjang Tahun 2016-2020, kecuali pada Tahun 2018 dan 2020 sedikit melambat sebagai
konsekuensi adanya pembatasan larangan ekspor bahan mentah minerba, bencana Alam
berupa gempa bumi tsunami dan liquifaksi, serta bencana pandemi Covid-19. Namun secara
umum laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulteng selama periode Tahun 2016-2020 masih
lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan ekonomi nasional dan selalu menjadi wilayah dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi.
b. Geografis

Sulteng merupakan propinsi terbesar di pulau Sulawesi, dengan luas wilayah daratan 68.033
km2 yang mencakup semenanjung bagian timur dan sebagian semenanjung bagian utara
serta kepulauan Togian di Teluk Tomini dan Kepulauan Banggai di Teluk Tolo, dengan luas
wilayah laut adalah 189.480 km2. Luas wilayah tersebut merupakan potensi besar yang dapat
digunakan untuk pengembangan investasi khususnya di sektor pertanian, perkebunan dan
kehutanan serta sektor perikanan dan kelautan. Secara geografis juga merupakan wilayah
yang strategis sebagai daerah penyangga IKN baru dan sebagai akses masuk bagi mobilitas
masyarakat dari luar wilayah sekitar maupun dari wilayah Indonesia bagian timur.
c. Ketenagakerjaan
Berdasarkan data dari BPS, tingkat angkatan kerja di Sulteng pada bulan Agustus 2021
meningkat sebanyak 2,3 juta orang, naik 35,772 ribu orang dibanding Agustus 2020 yang
sekitar 2,2 juta orang. Sejalan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) juga naik sebesar 0,53%. Meningkatnya tingkat Angkatan kerja ini
menunjukkan bahwa usia produktif tenaga kerja di Sulteng cukup banyak tersedia sebagai
suplai tenaga kerja bagi aktivitas ekonomi yang semakin tumbuh.
d. Potensi Sumber Daya Alam
Kekayaan alam yang dimiliki oleh Sulteng sangatlah melimpah. Provinsi ini menyimpan
segudang potensi kekayaan alam yang sangat banyak dan perlu dimanfaatkan secara
seksama, baik potensi yang terkandung diatas permukaan seperti potensi pertanian,
perkebunan dan kehutanan dan juga perikanan dan kelautan maupun potensi bahan tambang

43
BAB III ANALISIS TEMATIK Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulteng

yang terkandung dibawah permukaan, yakni bahan logam seperti nikel dan besi baja. Provinsi
ini juga dikenal memiliki potensi cadangan batu-batuan yang sangat banyak untuk
penggunaan bahan material bangunan yang sudah di ekspor ke wilayah Singapura melalui
Pelabuhan di Kalimantan.
e. Terdapat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Sulteng telah memiliki KEK Palu. KEK Palu yang yang merupakan kawasan pertama yang
didesain oleh pemerintah sebagai pusat logistik terpadu dan industri pengolahan
pertambangan di wilayah Sulawesi. Beroperasinya KEK Palu mampu meningkatkan investasi
di sekitar kawasan tersebut. Secara geografis, KEK Palu terintegrasi dengan Pelabuhan
Pantoloan dan dilalui jalur strategis Alur Laut Kepulauan Indonesia 2. KEK Palu sangat
strategis karena dilalui jalur perdagangan nasional dan internasional, yang menghubungkan
kota-kota di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Malaysia, dan Filipina. Dengan potensi
geografis tersebut, KEK Palu diproyeksikan untuk menjadi hub strategis industri dan logistik
koridor Utara – Selatan.

f. Tingkat investasi yang masuk sangat tinggi


Berdasarkan data dari Dinas Penanaman Modal menyebutkan bahwa provinsi Sulteng berada
pada peringkat ketujuh se-Indonesia sebagai wilayah dengan tingkat realisasi investasi
terbesar, khususnya didominasi investor yang berasal dari PMA dengan sektor sekundernya,
yakni industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya. Melihat potensi
yang ada akan lebih banyak lagi investor yang akan masuk sehingga akan mendukung
percepatan ekonomi Sulteng.
B. Faktor Penghambat Investasi
Beberapa kondisi penghambat investasi di Provinsi Sulteng dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Bencana Alam
Salah satu isu utama yang berkaitan dengan wilayah Sulawesi adalah bencana alam yang
kerap melanda wilayah ini serta ditambah lagi dengan meningkatnya luasan lahan kritis dan
degradasi kualitas lingkungan yang berpotensi menambah ancaman bencana alam.
Berdasarkan profil bencana, wilayah Sulawesi menunjukkan rata-rata multirisiko tinggi
sebagai dampak bencana alam sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian pemanfaatan
ruang sampai dengan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam. Sulteng sendiri
memiliki beberapa tingkat rawan bencana yang cukup tinggi seperti gempa bumi, tsunami,
likuifaksi, patahan aktif, gunung berapi, dan banjir.
b. Ketidakcukupan pasokan energi listrik
Listrik menjadi sarana penting dalam pengembangan sebuah wilayah. Energi listrik sangatlah
penting pada masyarakat karena sangat dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga hingga

44
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB III ANALISIS TEMATIK
Provinsi Sulteng

industri. Sumber energi listrik juga diperlukan sebagai pasokan utama dalam menjalankan
aktivitas dan kegiatan masyarakat. Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa Rumah
Tangga (RT) pengguna listrik meningkat dari 62,90% pada 2016 menjadi 85,18 pada 2020.
Jumlah RT pengguna listrik meningkat dari 459.439 RT pada 2016 menjadi 748.246 RT pada
2020 atau mengalami peningkatan sebesar 12,79%. Hal ini berarti ada 14,82% RT di Sulteng
belum menggunakan listrik. Rasio ketersediaan daya listrik menurun dari 0,151 poin pada
2016 menjadi 0,147 pada 2020.
c. Isu Konflik dan Keamanan
Penciptaan rasa aman dan nyaman bagi investor dapat dilihat dari kondisi keamanan daerah,
suhu politik, dan kepastian hukum yang berlaku. Khusus keamanan di Provinsi Sulteng, saat
ini masih tergolong kurang menguntungkan bagi investor. Isu konflik yang sering terjadi,
khususnya Kabupaten Poso, Sigi, dan Kota Palu, menjadi sorotan nasional bahkan
internasional. Stigma Sulteng sebagai daerah yang masih belum aman bagi investasi
merupakan dampak lanjutan dari konflik horizontal di Poso pada Tahun 2000.
d. Rendahnya Kompetensi SDM Lokal
Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah tersedianya sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing. Investasi di Sulteng menghadapi
masalah daya serap tenaga kerja lokal yang masih rendah karena belum dipersiapkan
kompetensinya. Jumlah tenaga kerja yang terserap hanya meningkat dari 110 orang pada
2016 menjadi 551 orang pada 2020 atau meningkat 49,60% tanpa target.
Kompetensi SDM yang kurang dibuktikan dengan dengan peringkat Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Sulteng yang selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2018 tidak berubah,
dengan menempati urutan ke-25 dari 34 provinsi di Indonesia. Dibandingkan dengan provinsi
lain di Sulawesi, peringkat IPM Sulteng di tahun 2020 masih lebih tinggi dari pada IPM di
Gorontalo (ke-27) dan Sulawesi Barat (ke-31). Namun jika dibandingkan IPM Sulawesi
Selatan (ke-12) masih sangat jauh, bahkan bila dibandingkan dengan IPM Sulawesi Utara
(ke-6). Pembangunan atau investasi di bidang pendidikan dan kesehatan menempati posisi
urgen dan vital dalam mendukung skala prioritas pembangunan daerah. Melalui peningkatkan
kualitas SDM di bidang pendidikan dan kesehatan yang berkualitas dan merata lah,
pembangunan di wilayah Sulteng akan semakin terakselerasi baik dengan dukungan investasi
yang melimpah.

45
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulawesi Tengah

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


4.1. Kesimpulan
1. Ekonomi Sulawesi Tengah (Sulteng) pada Triwulan III Tahun 2021 masih melanjutkan
tren positif dengan pertumbuhan 10,21% (yoy). Terjaganya tren positif tersebut didorong
oleh kinerja ekspor barang dan jasa yang mencakup lebih dari separuh PDRB Sulteng.
Ekspor Sulteng masih didominasi oleh produk besi baja dan nikel yang mengalami
peningkatan permintaan dari pasar internasional. Ekonomi Sulteng cukup stabil dari
volatilitas harga karena tekanan inflasi yang rendah dan cukup terkendali.
2. Sampai dengan Triwulan III Tahun 2021, pendapatan APBN di Sulawesi Tengah telah
terealisasi 98,30% dari pagu atau sebesar Rp4,16 triliun. Realisasi tersebut tumbuh
31,48% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, realisasi belanja
APBN mencapai Rp16,007 triliun, atau tumbuh negatif 8,99% (yoy). Kontributor
penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh rendahnya realisasi TKDD yang turun
sebesar 16,45% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
3. Realisasi pendapatan APBD Sulteng hingga Triwulan III Tahun 2021 mencapai Rp12,29
triliun, atau turun 8,94% dibandingkan periode yang sama Tahun 2020. Dari sisi belanja
daerah, realisasinya menurun 7,23% dibanding periode yang sama Tahun 2020, menjadi
Rp10,81 triliun. Faktor utama rendahnya belanja adalah keterlambatan dalam memulai
proyek atau kegiatan.
4. Provinsi Sulteng memiliki potensi Sektor Pertanian dan Perikanan yang masih sangat
besar dan belum termanfaatkan dengan baik. Pengembangan dan pemanfaatan sektor-
sektor potensial ini perlu segera menjadi perhatianPemerintah, mengingat Sektor
Pertanian, Sektor Perikanan, dan juga Sektor Kehutanan merupakan salah satu sektor
yang memiliki laju pertumbuhan yang positif dan meningkat dari waktu ke waktu di masa
pandemi Covid-19, dan mampu menyerap banyak tenaga kerja.
5. Laju pertumbuhan ekonomi Sektor Pertanian, Sektor Perikanan, dan juga Sektor
Kehutanan pada Triwulan III tahun berjalan mengalami kenaikan 2,12% (yoy), setelah
pada triwulan sebelumnya naik sebesar 1,35% (yoy). Kontribusi Sektor Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan pada Triwulan III Tahun 2021 mencapai 17,73% dari PDRB
ADHB (Rp11,14 triliun) yang mencapai Rp62,84 triliun pada periode yang sama.
6. Sepanjang tahun 2021, nilai Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) di
Provinsi Sulteng mengalami kenaikan hingga di atas 100(>100). Nilai NTP menunjukkan
tren positif dengan posisi pada Juli Tahun 2021 telah berada di angka >100, dan berlanjut
hingga September Tahun 2021 yang berada di angka 101,76. Tren peningkatan ini
diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir tahun sehingga dapat memperbaiki taraf
hidup dan kesejahteraan para petani setelah pada tahun sebelumnya, nilai gabungan

46
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Provinsi Sulawesi Tengah

NTP berada di bawah angka surplus sebesar 95,27. Sejak awal Tahun 2021, angka NTN
terus mengalami fluktuasi dengan nilai NTN di bulan September Tahun 2021 mencapai
104,61. Perbaikan angka NTN di Tahun 2021 berpotensi berlanjut sehingga dapat
menaikkan tingkat kesejahteraan para nelayan, mengingat angka NTN di tahun
sebelumnya masih di bawah nilai 100 (98,26).
7. Kemiskinan di wilayah Sulteng sebagian besar terkonsentrasi di pedesaan, khususnya di
Sektor Pertanian yang hampir mencapai 77% dari jumlah kemiskinan. Penyebab
kemiskinan dipengaruhi oleh empat faktor, yakni (i) harga beras yang tinggi akibat
kekurangan suplai beras lokal, (ii) tingginya harga ikan karena para nelayan banyak
menjual ikan ke daerah lain yang menyebabkan pasokan ikan untuk kebutuhan lokal
menjadi berkurang, (iii) konsumsi rokok/tembakau yang tinggi, dan juga (iv) konsumsi
pulsa yang tinggi. Tingginya tingkat konsumsi dan tingkat harga komoditas tersebut
seiring dengan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat petani berdampak pada
meningkatnyatingkat kemiskinan.
8. Pemerintah perlu terus melakukan monitoring serta evaluasi terhadap kebijakan dan
implementasinya terhadap Sektor Pertanian dan Perikanan. Pemerintah Pusat maupun
daerah (Pemda) diharapkan dapat mengalokasikan anggaran yang terus meningkat
setiap tahunnya berikut program pelatihan yang dibutuhkan para petani dalam rangka
memperkuat Sektor Pertanian dan Perikanan sehingga berkontribusi bagi pencapaian
ketahanan pangan. Meskipun terdapat kesamaan trend kenaikan antara peningkatan nilai
NTP dan NTN setiap tahunnya dengan peningkatan alokasi anggaran (APBN dan APBD)
berikut KUR/UMi yang dikucurkan oleh pemerintah, namun perlu dilakukan pengujian
lebih dalam lagi secara statistik keterkaitan antara kedua nya.
9. Komponen Investasi menjadi salah satu penyokong utama tingginya PDRB di Sulteng
selama 5 tahun terakhir (2017-2021). Capaian realisasi investasi di provinsi ini mencapai
90,23% sampai dengan Triwulan III Tahun 2021 dari target yang ditetapkan oleh
Kementerian Investasi/BKPM. Capaian investasi tersebut mengantarkan Sulteng
menduduki peringkat ketujuh se-Indonesia. Potensi alam yang melimpah seperti Logam
Nikel, Besi Baja, Cobalt beragam komoditas pertanian, perkebunan dan perikanan,
mampu memberikan nilai tambah bagi para investor untuk berinvestasi diSulteng.
10. Alokasi anggaran belanja modal di Sulteng masih yang terendah dibandingkan dengan
alokasi belanja lainnya dalam struktur APBD Tahun Anggaran 2021. Kebutuhan belanja
modal seperti di Bidang Infrastruktur semakin meningkat mengingat Sulteng memiliki
potensi kontribusi yang besar dalam menyediakan berbagai kebutuhan terkait
pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) baru ke Provinsi Kalimantan Timur. Beberapa proyek
strategis telah dipersiapkan oleh Pemda seperti pembangunan dan peningkatan ruas
jalan, pembangunan jembatan dan juga pembangunan pelabuhan baru, namun Pemda

47
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulawesi Tengah

memiliki keterbatasan fiskal untuk membiayai beragam proyek strategis tersebut. Oleh
karenanya dibutuhkan sumber pendanaan lain yang dapat diakses oleh Pemda.
11. Sulteng memiliki banyak nilai tambah dalam mendukung penanaman investasi seperti
letak geografis yang sangat strategis sebagai pintu keluar masuknya menuju IKN baru
bagi wilayah Indonesia Timur, PDRB yang selalu mengalami pertumbuhan positif dan
tinggi setiap tahunnya, jumlah tenaga kerja yang banyak tersedia , potensi kekayaan
sumber daya alam yang dimiliki, dan juga terdapatnya Kawasan Ekonomis Khusus seperti
di Palu dan Morowali yang menjadi pusat logistik terpadu dan industri pengolahan
pertambangan di wilayah Sulawesi. Faktor-faktor tersebut sebagai magnet yang turut
memperbesar nilai investasi yang terus masuk ke Sulteng, khususnya bagi penanaman
modal asing (PMA). Faktor-faktor penghambat investasi seperti bencana alam, konflik
dan risiko keamanan perlu diantisipasi dan diminimalisir oleh Pemerintah Pusat dan
Pemda agar investor dapat menjalankan bisnisnya sesuai rencana .

4.2. Rekomendasi
1. Pertumbuhan Perekonomian dan Kesejahteraan di Sulteng terkait erat dengan
membaiknya penanganan pandemi sehingga mobilitas masyarakat semakin meningkat
dan menuju aktivitas normal. Oleh karena itu kunci untuk tetap dapat menjaga momentum
perbaikan tersebut adalah menyiapkan langkah antisipatif dan responsif terhadap
dinamika yang ada serta bekerja sama dengan seluruh otoritas untuk mendukung
efektivitas kebijakan dalam menjaga dan memperbaiki momentum pemulihan.
2. Realisasi belanja infrastruktur yang lambat karena terkendala dengan persyaratan
penyaluran pada beberapa jenis transfer seperti pada DAK Fisik yang baru bisa di review
oleh APIP setelah seluruh bidang kegiatan lengkap perlu dicari solusi seperti
penyederhanaan persyaratan penyaluran TKDD dan efektivitas birokrasi Pemda dalam
pemenuhan berbagai persyaratan penyaluran TKDD.
3. Perekonomian Sulteng sangat bergantung pada kinerja ekspor, khususnya dari Negara
Cina, terhadap produk-produk pertambangan seperti besi baja dan nikel yang dihasilkan
oleh Kabupaten Morowali dan Morowali Utara. Untuk mengurangi risiko ekspor pada satu
negara yang dominan, perlu disiapkan kebijakan dan pemasaran produk-produk
pertambangan dan penggalian tersebut ke pasar-pasar internasional yang baru.

Berdasarkan hasil analisis terhadap NTP dan NTN dapat diberikan rekomendasi
sebagai berikut :

1. Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) perlu terus aktif untukmelakukan pemantauan
secara berkala agar laju inflasi dapat terkendali. Selain itu, TPID juga perlu mendukung
sektor ekonomi tumbuh kreatif dan produktif dengan membantu produktifitas petani dan

48
Kanwil Ditjen Perbendaharan
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Provinsi Sulawesi Tengah

nelayan, serta memperkuat sektor UMKM agar mampu bertahan, bersaing dan naik
kelas.
2. Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah di hasil pertanian, perkebunan dan
perikanan dengan melakukan revitalisasi lahan pertanian dan perikanan yang sempat
terkena bencana, meningkatkan SDM sektor pertanian, perkebunan dan perikanan
dengan memberikan pelatihan dan penyuluhan, pemanfataan iptek untuk mendukung
bidang pertanian dan perikanan, dan mengoptimalkan pendampingan tenaga penyuluh
guna meningkatkan hasil produksi.
3. Untuk menjamin tersedianya bahan pangan tersedia secara memadai dan sesuai
kebutuhan (sisi penawaran), Pemda perlu menyusun dan memonitor program-program
pengendalian harga dapat berjalan efektif. Hal ini perlu dilakukan mengingat stock beras
dan ikan pada periode tertentu terbatas karena banyak dijual ke konsumen di luar provinsi
yang mampu memberikan harga yang tinggi.
4. Bibit unggul, pupuk dan pestisida menjadi bahan utama bagi para petani dalam
menghasilkan produksi panen yang baik, bermutu dan jumlahnya meningkat. Ketiga
bahan tersebut perlu dilakukan pengawasan ketersediaan dan harga jualnya di pasaran
sehingga dapat diperoleh dengan mudah dengan harga yang wajar.
5. Pemberian bantuan kepada para petani dan nelayan, khususnya yang berupa sarana
pertanian dan perikanan perlu dilakukan pengawasan dan pendampingan yang intensif
agar barang bantuan tersebut dapat berdaya dan berhasil guna untuk meningkatkan hasil
produksi petani dan nelayan. Bantuannya hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan
petani dan nelayan setempat, dan dilakukan pengawasan penggunaannya sesuai risiko
yang ada di lapangan agar barang bantuan dapat digunakan sendiri dan tidak dijual ke
pihak lain, selalu termanfaatkan, dan memastikan penerima memelihara barang bantuan
pemerintah dengan baik dan produktif.
6. Petani dan nelayan perlu mendapatkan akses, pelatihan, dan kemudahan dalam
memasarkan hasil pertanian dan perikanan khususnya untuk tujuan ekspor kepasar
internasional. Pelatihan dapat berwujud pembinaan dan penyuluhan kepada para petani
dan nelayan dengan memfasilitasi dan menyediakan wadah/forum diskusi bagi petani
dan nelayan yang sudah sukses melakukan ekspor, lembaga dan kementerian terkait
untuk berbagi ilmu dan akses pendanaan dalam pelaksanaan melakukan ekspor ke
negara lain. Hal ini sebagai transfer pengetahuan kepada para petani dan nelayan lainnya
agar taraf hidup lebih meningkat.
7. Para petani diharapkan tidak melakukan penjualan ekspor langsung berupa bahan
mentah namun hasil prosuk perlu diolah lebih lanjut agar mendapatkan nilai tambah.
Pemerintah Pusat dan Pemda perlu memberikan kemudahan perijinan bagi industri
manufaktur untuk membangun pabrik olahan, dan memfasilitasi petani agar

49
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kanwil Ditjen Perbendaharan
Provinsi Sulawesi Tengah

menghasilkan barang yang dibutuhkan dan diperlukan bagi kepentingan ekspor ke


negara lain.

Berdasarkan hasil analisis tematik Potensi Investasi Daerah yang telah dilakukan dapat
diberikan rekomendasi sebagai berikut :
1. Dari 14 Pemda di wilayah Sulteng, belum ada Pemda yang mengusulkan proposal
pembiayaan ke lembaga pembiayaan yang dibentukoleh Pemerintah Pusat. Kapasitas
fiskal daerah yang rendah dan perlunya perijinan ke DPRD yang memakan proses
panjang mengakibatkan peluang untuk mendapatkan pembiayaan investasi daerah
menjadi terhambat. Dalam rangka memberikan gambaran yang lebih nyata dan lengkap
terhadap profil dan produk pembiayaan yang dimiliki oleh PT.SMI sebagai BUMN
Kemenkeu, seyogyanya Kanwil DJPb selaku perwakilan Kementerian Keuangan di
daerah mendapatkan pengayaan pengetahuan, sosialisasi dan pelatihan agar mampu
meyakinkan Pemda untuk mengambil peluang pembiayaan yang dapat diandalkan bagi
investasi di daerahnya.
2. Perlu disiapkan aplikasi atau tools khusus, yang dengan mudah digunakan dan
dimanfaatkan oleh Kanwil DJPb dalam melakukan analisis potensi investasi daerah
sehingga hasil analisis dapat cepat diperoleh hasilnya.
3. Proyek-proyek infrastruktur strategis di Sulteng sebagai penunjang wilayah penyangga
IKN baru telah dimasukkan ke dalam RPJMD dan beberapa proyek sedang disusun
Feasibility Study dan Detailed Engineering Design (DED)-nya. Pemda perlu segera
menentukan pembiayaan proyek-proyek tersebut, apakah melalui pola Kemitraan
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) atau skema pembiayaan lainnya, sehingga
diharapkan proyek tersebut bisa segera dieksekusi dan dapat dimanfaatkan dengan
cepat mana kala pemindahan IKN akan diimplementasikan di Tahun 2024.

50
Kanwil Ditjen Perbendaharan
DAFTAR PUSTAKA
Provinsi Sulawesi Tengah
Aplikasi Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD), http://sikd.djpk.kemenkeu.go.id,
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Republik
Indonesia

Aplikasi Sistem Informasi Kredit Program (SIKP), https://sikp.kemenkeu.go.id, Direktorat


Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Aplikasi Sistem Informasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (SIMTRADA),


http://www.djpk.kemenkeu.go.id/simtrada/, Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Aplikasi Monitoring & Evaluation Budget Execution (MEBE), https://ditpa.kemenkeu.go.id,


Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Aplikasi Online Monitoring SPAN (OM-SPAN), https://spanint.kemenkeu.go.id, Direktorat


Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia,


https://www.bkpm.go.id.

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Berita Resmi Statistik. https://bps.go.id/.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah, Berita Resmi Statistik,


https://sulteng.bps.go.id/, Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah, Data Pendukung Analisis NTN,
Palu : Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah.

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tengah, Data Pendukung Analisis
NTP, Palu : Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah.

Kantor Wilayah DJPb Provinsi Sulawesi Tengah, 2021. GFS Preliminary Kantor Wilayah
Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2021. Palu : Direktorat Jenderal Perbendaharaan,
Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal, https://www.bkpm.go.id.

KPP Pratama Palu. 2021. Data dan Realisasi Perpajakan di Provinsi Sulawesi Tengah. Palu:
Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

51
Kanwil Ditjen Perbendaharan
DAFTAR PUSTAKA
Provinsi Sulawesi Tengah

KPP Pratama Poso. 2021. Data dan Realisasi Perpajakan di Provinsi Sulawesi Tengah s.d.
Triwulan III Tahun 2021. Poso : Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan
Republik Indonesia.

KPP Pratama Tolitoli. 2021. Data dan Realisasi Perpajakan di Provinsi Sulawesi Tengah s.d.
Triwulan III Tahun 2021. Tolitoli : Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan
Republik Indonesia.

KPPBC TMP C Pantoloan. 2021. Data dan Realisasi Penerimaan Bea dan Cukai di Provinsi
Sulawesi Tengah s.d. Triwulan II Tahun 2021. Morowali : Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

KPPBC TMP C Morowali. 2021. Data Devisa Impor-Ekspor BC Morowali 2021. Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah. 2021. Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2021-2026.

52
1. Petumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah s.d. Triwulan III 2021 (%)

Sulteng Sulteng Sulteng Nasional


Tahun / TW
c-to-c y-on-y q-to-q y-on-y
Q1 3,93 3,93 -0,01 5,01
Q2 5,27 6,57 6,43 4,67
2017
Q3 6,41 8,68 0,38 5,06
Q4 7,10 9,12 2,15 5,07
Q1 6,63 6,63 -2,29 5,06
Q2 6,41 6,20 6,00 5,05
2018
Q3 6,63 7,05 1,18 5,17
Q4 6,28 5,28 0,46 5,18
Q1 7,34 7,34 0,38 5,07
Q2 7,13 6,93 3,15 5,06
2019
Q3 8,11 9,99 4,50 5,02
Q4 8,83 10,92 2,51 4,97
Q1 7,88 7,88 -2,37 2,97
Q2 6,16 4,49 -0,08 - 5,32
2020
Q3 5,01 2,84 2,84 (3,49)
Q4 4,86 4,45 4,12 (2,19)
Q1 6,50 6,50 (0,46) (0,74)
2021 Q2 11,09 15,68 8,54 7,07
Q3 10,79 10,21 -2,03 3,51
2. Inflasi Gabungan 2 (dua) Kota di Sulwesi Tengah (%)

Tahun Bulan Palu Luwuk Gabungan Nasional


Jan -0,25 0,19 -0,17 0,39
Feb 0,54 0,06 0,45 0,28
Mar -0,35 -0,59 -0,40 0,10
Apr 0,17 0,54 0,24 0,08
Mei 0,15 -0,39 0,06 0,07
Jun 0,34 0,77 0,43 0,18
2020
Jul 0,16 -0,01 0,12 -0,10
Agu 0,07 0,35 0,12 -0,05
Sep -0,1 0,18 -0,05 -0,05
Okt 0,41 -0,32 0,26 0,07
Nov 0,04 0,32 0,09 0,28
Des 0,63 0,26 0,46 0,45
Jan 0,25 0,21 0,23 0,26
Feb 0,16 0,06 0,12 0,10
Mar 0,21 0,13 0,2 0,08
Apr 0,08 0,1 0,09 0,13
2021 Mei 0,68 0,78 0,7 0,32
Jun -0.86 0,12 -0,67 -0,16
Jul 0,11 -0,06 0,08 0,08
Agu 0,49 -0,17 0,36 0,03
Sep -0,01 -0,16 -0,04 -0,04
3. Gini Ratio Sulteng

Periode PERKOTAAN PERDESAAN KOTA + Naik / Turun


DESA
Maret-14 0,406 0,305 0,372 -
Sept-14 0,406 0,283 0,352 -0,02
Maret-15 0,425 0,329 0,374 0,022
Sept-15 0,415 0,303 0,37 -0,004
Maret-16 0,387 0,32 0,362 -0,008
Sept-16 0,372 0,308 0,347 -0,015
Maret-17 0,379 0,309 0,355 0,008
Sept-17 0,367 0,313 0,346 -0,009
Maret-18 0,37 0,307 0,346 0
Sept-18 0,331 0,28 0,317 -0,029
Maret-19 0,335 0,287 0,327 0,01
Sept-19 0,339 0,292 0,33 0,003
Maret-20 0,334 0,295 0,326 -0,004
Sept-20 0,334 0,295 0,321 -0,005
Maret-21 0,343 0,279 0,316 -0,005

4. Tingkat Kemiskinan Sulteng

Periode Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk


Penduduk Miskin Penduduk Miskin Penduduk Miskin (%)
Miskin (%) Miskin (%) Miskin
Perkotaan Perdesaan Gabungan
(ribu) (ribu) (ribu)

Sep-18 83,84 9,5 329,65 15,41 413,49 13,69


Mar-19 84,74 9,32 352,62 14,69 410,36 13,48
Sep-19 81,46 8,9 322,57 15,01 404,03 13,18
Mar-20 80,73 8,76 318 14,69 398,73 12,92
Sep-20 87,43 9,21 316,31 14,76 403,74 13,06
Mar-21 88,31 9,15 316,14 14,73 404,44 13

5. Tingkat Kedalaman dan Keparahan Sulteng

2017 2018 2019 2020 2021


Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar
Kota 2,05 1,85 2,02 1,3 1,43 1,98 1,68 1,83 1,55
Kedalaman
Desa 2,73 3,14 2,88 2,68 2,71 3,71 2,96 3,2 2,82
Kota+Desa 2,55 2,8 2,64 2,28 2,33 3,19 2,58 2,78 2,43
Kota 0,62 0,46 0,57 0,42 0,32 0,54 0,43 0,43 0,41
Keparahan
Desa 0,76 0,9 0,8 0,78 0,76 1,41 0,92 1,07 0,75
Kota+Desa 0,72 0,78 0,74 0,68 0,63 1,15 0,77 0,87 0,64
6. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Wilayah Sulteng (%)

Kabupaten/Kota 2018 2019 2020 Agu-2021


Sulteng 3,37 3,11 3,77 3,75
Bangkep 3,60 2,00 2,47 2,95
Banggai 3,00 2,18 2,42 3,57
Morowali 2,89 2,97 5,21 5,08
Poso 2,47 2,18 2,39 2,47
Donggala 2,85 2,76 2,58 3,50
Tolitoli 3,18 3,10 3,74 3,13
Buol 4,57 3,01 4,36 3,64
Parimo 2,70 2,36 2,70 2,97
Touna 3,74 2,92 2,84 3,44
Sigi 3,78 2,54 3,36 2,38
Banglut 3,35 3,04 3,09 3,35
Morut 2,12 3,05 5,16 2,98
Kota Palu 5,81 6,32 8,38 7,61

7. Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulteng 8. Nilai Tukar Nelayan (NTN) di Sulteng
Bulan/ 2019 2020 2021 Bulan/ 2019 2020 2021
Tahun Tahun

Jan 95,12 96,92 95,98 Jan 114,17 97,72 100,75

Feb 93,71 97,43 95,70 Feb 114,72 98,42 99,26

Mar 94,18 96,72 96,81 Mar 112,37 99,49 101,17

Apr 94,11 95,64 98,30 Apr 112,74 96,98 103,53

Mei 94,52 95,94 98,14 Mei 110,18 98,21 106,43

Jun 94,83 94,01 99,68 Jun 112,86 99,48 104,35

Jul 95,27 93,29 100,08 Jul 112,58 98,95 104,39

Agu 95,92 93,59 100,76 Agu 114,98 98,43 105,10

Sep 95,11 94,59 101,76 Sep 113,41 96,84 104,61

Okt 95,36 94,94 - Okt 111,17 95,93 -

Nov 95,40 94,38 - Nov 111,92 97,40 -

Des 96,22 95,91 - Des 96,60 99,47 -


9. Progres Belanja dan Capaian Output Strategis Lingkup Provinsi Sulawesi Tengah pada
September Tahun 2021 (Sektor Pendidikan) dalam Jutaan Rupiah
Kelompok Output Satuan Volume Real Fisik Pagu Real %

Alokasi BOS dari Dana Transfer Persen 285 169 671.690 469.643 69,92%
Tunjangan Profesi Guru PAI Non PNS Orang 326 407 2.118 1.093 51,61%
Mahasiswa Penerima KIP Kuliah Orang 349 0 3.623 1.320 36,43%
Siswa Penerima BOS Orang 22830 13455 34.533 20.253 58,65%

10. Progres Belanja dan Capaian Output Strategis Lingkup Provinsi Sulawesi Tengah pada
September Tahun 2021 (Sektor Kesehatan) dalam Jutaan Rupiah
Real
Kelompok Output Satuan Volume Pagu Realisasi %
Fisik

Pasar aman dari bahan berbahaya Pasar 4 0 166 138 82,8%


Sekolah dengan Pangan Jajanan Anak Sekolah
Sekolah 40 0 675 499 73,9%
(PJAS) aman
Desa Pangan Aman Desa 12 0 985 723 73,4%
Sarana Distribusi Obat, Obat Tradisional, Kosmetik,
Suplemen Kesehatan dan Makanan yang Diperiksa Persen 588 455 336 196 58,5%
oleh BB/BPOM
Sarana Distribusi Obat, Obat Tradisional, Kosmetik,
Suplemen Kesehatan dan Makanan yang Diperiksa Persen 165 127 143 76 53,2%
oleh Loka POM I
Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Layanan 4 0 24 11 45,1%
HIV AIDS
Sampel Makanan yang Diperiksa oleh BB/`BPOM Persen 617 384 547 246 45,0%
Bantuan Pendidikan Poltekkes Kemenkes Orang 104 52 1.085 456 42,1%
Sampel Makanan yang Diperiksa oleh Loka POM I Persen 55 35 18 8 41,7%
Koordinasi Pelaksanaan Pencegahan dan
Kegiatan 3 0 352 0 0,0%
Pengendalian Penyakit HIV AIDS Tingkat Provinsi

11. Progres Belanja dan Capaian Output Strategis Lingkup Provinsi Sulawesi Tengah
Triwulan III Tahun 2021 (Sektor Infrastruktur) dalam Jutaan Rupiah
Real
Kelompok Output Satuan Volume Pagu Realisasi %
Fisik

Perlengkapan Jalan (PEN) (blank) 1 0 675 675 100.0%


Sistem Pengelolaan Persampahan Skala Kota KK 42500 42500 19.938 19.891 99.8%
Perlengkapan Jalan (Prioritas Nasional) (PEN) (blank) 15 0 30.500 30.340 99.5%
Sistem Pengelolaan Persampahan Berbasis
KK 200 0 790 691 87.5%
Masyarakat
Layanan Angkutan Jalan Perintis (Prioritas
Trayek 1 0 2.911 1.650 56.7%
Nasional)
Rumah Susun Asrama Pendidikan Tinggi Unit 70 0 11.451 6.461 56.4%
Bandar Udara Paket 4 2 37.538 17.027 45.4%
Rumah Susun Hunian ASN/TNI/POLRI Unit 44 0 32.094 12.992 40.5%
Layanan Angkutan Laut Perintis Prioritas
Layanan 9 1 88.001 34.266 38.9%
Nasional
Rumah Susun Asrama Pendidikan Keagamaan Unit 49 0 6.677 2.492 37.3%
Bandar Udara Baru Paket 1 0 13.632 4.014 29.4%
Rumah Khusus Unit 1049 0 239.864 63.135 26.3%
Pembangunan Jembatan M 250 4 83.314 21.562 25.9%
Pelabuhan Penyeberangan direhabilitasi (PEN) (blank) 1 0 8.810 0 0.0%
Pelatihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Orang 30 0 173,055,000 - 0.0%
12. Data Alokasi Sektor Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 – 2021 (Dalam
Rupiah)
No. URAIAN 2019 2020 2021 KET
1. ALOKASI APBD 21.292.703.681 6.840.210.800 25.239.363.263
BANTUAN PELAKU USAHA

- PERIKANAN 3.157.764.700 3.663.406.000 6.198.974.750 2019 : Bantuan alat penangkap


TANGKAP ikan dan bantuan sarana
prasarana kepada nelayan
terdampak bencana gempa
dam tsunami Tahun 2018
(Sumber dana : Reguler)
2020 : bantuan alat bantu
penangkap ikan &
perencanaan dan
pembangunan perahu
penangkap fiberglass (Sumber
dana : Reguler)
2021: bantuan tali rumpon,
mesin katinting 5,5 9, 15, 20
PK, pukat mata, fish finder,
coolbox, pelampung,
keranjang basker ikan,
perencanaan, pengawasan &
pembangunan perahu
fiberglass lengkap dengan
mesin katinting 9 Pk (Sumber
dana : Reguler)

- PERIKANAN 2.531.750.000 1.081.890.000 3.035.108.822 2019 : Rehab Kolam Budidaya


BUDIDAYA Air Tawar di Kab. Parigi
Moutong yang Terdampak
Bencana Gempa dan Tsunami,
Rehabilitasi Bangsal Hatchery
BBIP Kampal Instalasi
Mamboro dan Rehab Bak
Supra Intensif dan
Pemasangan Instalasi Air dan
Aerasi Instalasi Mamboro
(Sumber dana : DAk + Reguler)
2020 : Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Kawasan
Budidaya Air Tawar, Payau dan
Laut Pasca Bencana di Kab.
Sigi, Donggala dan Kota Palu &
Bantuan sarana, prasarana ke
kelokpok budidaya, Bantuan
Bibit Ikan Mas, udang dan
Pakan (Sumber dana :
Reguler)
2021 : Percontohan Rumput
Laut, Percontohan Millenial
Farm, Percontohan
Pengembangan Kawasan
Budidaya Tawar,
Pembangunan Kolam Beton
Ikan Air Tawar, bantuan
saprodi rumput laut, bantuan
benih dan calon induk ikan
bandeng, Nila, lele, mas ,
gurame, udang vaname &
Pakan (Sumber dana : DAK
dan Reguler)
No. URAIAN 2019 2020 2021 KET
1. ALOKASI APBD 21.292.703.681 6.840.210.800 25.239.363.263
- PENGOLAHAN 3.932.000.000 200.000.000 1.335.491.050 2019: Pembangunan dan
DAN Pemasangan Pabrik Es Kap.
PEMASARAN 10 ton di PPI Mato Kab.
HASIL Banggai Laut, Perbaikan Mesin
PERIKANAN Pabrik Es dan Cetakan Es
Balok di Bungku, Kab.
Morowali dan Pengadaan
Perlengkapan Peralatan Dapur
Mobil Promosi Alih Teknologi
dan Inovasi (Sumber dana :
DAK dan Reguler)
2020 : bantuan peralatan &
pengolahan bagi UPI dan
UMKM (Sumber dana :
Reguler)

2021 : Bantuan Sarana dan


Prasarana Alat Produksi
Perikanan & Bantuan Fasilitasi
Peningkatan Kualitas Mutu
Produksi Pengolahan Hasil
Kelautan dan Perikanan bagi
UPI dan UMKM berupa alat
pengolahan dan sarana
penjamin mutu produksi olahan
perikanan (Sumber dana :
Reguler)

- PENGELOLAAN 1.405.000.000 779.600.000 249.500.000 2019: Bantuan sarana dan


RUANG LAUT prasarana bagi masyarakat
pesisir (Sumber dana :
Reguler)
2020 : sarana pemeliharaan
biota langka, rumah tunel
garam, saras penanganan
sampah, & perahu ekowisata
(Sumber dana : DAK dan
Reguler)
2021 : Pembangunan Sarana
Pendukung Kawasan Wisata
Mangrove & Pembuatan
Silvofishery Untuk
Pemberdayaan Masyarakat
Pesisir (Sumber dana :
Reguler)

- PENGAWASAN 1.244.000.000 - 2.778.894.237 2019: Bantuan perahu motor


SUMBERDAYA bagi POKMASWAS (Sumber
KELAUTAN DAN dana : DAK dan Reguler)
PERIKANAN

2020 : -
2021 : perahu pokmaswas,
bangunan pos pokmaswas,
jasa konsultan dan
pengawasan, sarana
prasaranan pokmaswas,
bantuan mesin katinting &
peralatan snorklin bagi
pokmaswas (Sumber dana :
Dak dan Reguler)

PELATIHAN

- PERIKANAN 101.845.000 59.800.500 74.932.100 2019 : Workshop Penguatan


TANGKAP Kelembagaan Koperasi / KUB,
Penyusunan Road Map
Pemberdayaan Nelayan dan
Pengelolaan Hasil Perikanan
(Sumber dana : Reguler)
No. URAIAN 2019 2020 2021 KET
1. ALOKASI APBD 21.292.703.681 6.840.210.800 25.239.363.263
2020 : Workshop
Pengendalian Penangkapan
Ikan dan Workshop Penguatan
Kelembagaan Koperasi/KUB
(Sumber dana : Reguler)
2021 : Sosialisasi Logbook
Penangkapan Ikan &
Sosialisasi Kepelabuhanan dan
Kesyahbandaran (Sumber
dana : Reguler)
- PERIKANAN 42.125.000 82.215.300 117.610.700 2019 : Kajian Pengembangan
BUDIDAYA Budidaya Bandeng di Kab.
Parimo (Sumber dana :
Reguler)
2020 : Pelatihan bioflok
(Sumber dana : Reguler)
2021 :pelatihan bioflok &
sosialisasi pendampingan
pembudidaya ikan (Sumber
dana : Reguler)

- PENGOLAHAN 83.790.000 105.000.000 2.453.750 2019 : Monitoring dan Supervisi


DAN Pelaksanaan Kegiatan Cold
PEMASARAN Chain System (CCS) di Daerah
HASIL (Sumber dana : Reguler)
PERIKANAN
2020 : gerakan masyarakat
makan ikan (Sumber dana :
Reguler)
2021 :Pelatihan Penguatan
Ekonomi Rumah Tangga
Masyarakat Pesisir bersama
Universitas Alkhairaat (Sumber
dana : Reguler)
- PENGELOLAAN 32.000.000 56.130.000 2019 : Pelatihan produk olahan
RUANG LAUT bagi masyarakat PPK (Sumber
dana : Reguler)

2020 : -
2021 : Bimbingan Teknis
Kelompok Penangkaran Penyu
(Sumber dana : Reguler)
PEMBANGUNAN 8.762.428.981 868.299.000 11.390.267.854 2019 : Sisa Pembayaran
PELABUHAN Penyusunan AMDAL
PERIKANAN Lingkungan Hidup Pelabuhan
Perikanan (PPI) Mato dan
Pembangunan Trestel
Dermaga Pelabuhan Perikanan
Mato (Sumber dana : DAK dan
Reguler)

2020 : pembangunan pagar


perikanan di pelabuhan
perikanan salakan,
Pembanguan TPI di Pelabuhan
perikanan kolonedale,
pengadaan cetakan es dan
rehab portal di PP ogotua
(Sumber dana : Reguler)
No. URAIAN 2019 2020 2021 KET
1. ALOKASI APBD 21.292.703.681 6.840.210.800 25.239.363.263
2021: Mastelan pelabuhan
perikanan lafeu, pembangunan
turap di PPI Kolonedale & PPI
Mato, pembangunan pabrik es
di PPI mato, pembuatan Mess
karyawan dan line clearing
area di PPI Paranggi (Sumber
dana : DAK dan Reguler)

2. PRODUKSI 1.216.261,34 1.247.618,48 518.701,35


- produksi ikan 207.820,84 207.345,44 64.092,80 * Data Produksi 2021
(ton) merupakan data semester 1

- produksi udang 22.963,41 24.972,05 12.998,08


dan sejenisnya
(ton)
- produksi rumput 930.244,09 925.391,99 243.175,47
laut (ton)
- produksi produk 55.233,00 89.909,00 198.435,00
hasil perikanan
(kg)
3. PAD
Sumbangan 4.954.919.850 9.262.575.300 11.857.260.750 Target TA 2021 :
sektor perikanan 5.944.728.000
dan kelautan
terhadap PAD

13. Belanja yang Diserahkan Ke Masyarakat, Alokasi Anggaran APBD, Data Produksi dan
Data Lainnya Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Tahun 2019
2019
Jumlah Keterangan
Kegiatan Alokasi
Uraian Kegiatan Kelompok Lainnya
Anggaran (Rp)
Tani
Alokasi APBD Belanja Langsung (BL) 69.066.481.414
Belanja Tidak Langsung (BTL) 33.859.194.542
Total BL dan BTL 102.925.675.956
Bantuan Benih Bantuan Jagung, Kedelai, Cabe 251 2.806.737.500
Rawit, Kentang, Bawang Merah,
Cabe Besar, Jahe, Jahe merah,
Durian, Mangga, Jeruk, Rambutan,
Anggrek, Krisan, Buah-buahan
lainnya
Bantuan Alat dan Mist Blower, Mesin Pemipil Jagung, 337 12.268.736.498
Mesin Pertanian Hand Traktor, Combine Harvester,
Cultivator, Pemotong Rumput, Power
Sprayer, Alat Tanam Jagung
Dorong, Hand Sprayer Elektrik,
Sensor Pertanian, Traktor Roda 4,
Alat Angkur Hasil Pertanian, Pompa
Air
Pembangunan Irigasi Jaringan Irigasi Tersier, Tata Air 9 1.507.000.000
Mikro, Pembangunan Irigasi Tanah
Dangkal
Bantuan Sarana Pengadaan Power Threser 27 694.903.001
Prasarana Pasca Multiguna, Teal, Lantai Jemur,
Panen Fasilitasi Agroindustri Pelaku Usaha
Tanaman Pangan, Fasilitasi
Agroindustri Pelaku Usaha Tempe
Bantuan Pupuk, Bantuan Pupuk NPK, Bantuan UPO, 101 448.417.600
Pestisida dan Pakan Herbisida, Pupuk
Urea, Pupuk Organik Cair, Pestisida
Upah Buruh Tani 100.000/Hari
2019
Jumlah Keterangan
Kegiatan Alokasi
Uraian Kegiatan Kelompok Lainnya
Anggaran (Rp)
Tani
Harga Gabah 3.500 (Harga
Gabah/Kg)
Harga Beras 10.000 (Harga
Beras/Kg)
Hasil Produksi Panen Komoditi Tanaman Pangan
Hasil Produksi Panen 844.904 Ton
Padi
Hasil Produksi Panen 5.336 Ton
Kedelai
Hasil Produksi Panen 564.404 Ton
Jagung
Hasil Produksi Panen 2.147 Ton
Kacang Tanah
Hasil Produksi Panen 367 Ton
Kacang Hijau
Hasil Produksi Panen 46.667 Ton
Ubi Kayu
Hasil Produksi Panen 19.072 Ton
Ubi Jalar
Hasil Produksi Panen Komoditi Hortikultura
Hasil Produksi Panen 6.508 Ton
Bawang Merah
Hasil Produksi Panen 5.342 Ton
Cabe Besar
Hasil Produksi Panen 22.632 Ton
Cabe Rawit
Hasil Produksi Panen 1.294 Ton
Kentang
Hasil Produksi Panen 299.388 Kg
Jahe
Hasil Produksi Panen 39.242 Kuintal
Jeruk
Hasil Produksi Panen 244.881 Kuintal
Pisang
Hasil Produksi Panen 252.881 Kuintal
Durian
Hasil Produksi Panen 56.237 Tangkai
Anggrek
Hasil Produksi Panen 10.469 Tangkai
Krisan
Sumbangan Sektor Rp1.317.113.380
Pertanian Terhadap (Realisasi PAD
PAD Tahun 2019)

Total 725 17.725.794.599


Catatan :
- Jumlah Total Alokasi Anggaran Kegiatan di Luar Alokasi Belanja Tidak Langsung
- Realisasi Produksi Komoditi Tanaman Pangan dan Hortikultura s/d Bulan Agustus Tahun 2021

14. Belanja Yang Diserahkan Ke Masyarakat, Alokasi Anggaran APBD, Data Produksi dan
Data Lainnya Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Tahun 2020
2020
Jumlah Keterangan
Kegiatan Alokasi
Uraian Kegiatan Kelompok Lainnya
Anggaran (Rp)
Tani
Alokasi APBD Belanja Langsung (BL) 41.643.649.665
Belanja Tidak Langsung (BTL) 34.405.409.566
Total BL dan BTL 76.049.059.231
Bantuan Benih Bantuan Benih Jagung, Padi, 331 1.910.943.250
Kacang Tanah, Cabe Rawit,
Bawang Merah, Tomat, Bayam,
Terong, Sawi, Kangkung, Kacang
Panjang, Pisang, Bawang Merah,
Durian
2020
Jumlah Keterangan
Kegiatan Alokasi
Uraian Kegiatan Kelompok Lainnya
Anggaran (Rp)
Tani
Bantuan Alat dan RMU, Hand Traktor, Combine 393 15.297.624.000
Mesin Pertanian Havester, Hand Sealer, Mist
Blower, Mesin Pemotong
Rumput, Traktor Roda 4,
Cultivator, Hand Sprayer, Hand
Sprayer Elektrik, Sensor
Pertanian, Mesin Semprot Hama,
Mesin, Pemipil Jagung, Mesin
Perontok Padi, Alat Angkut Hasil
Pertanian, Alat Tanam Jagung
Dorong
Pembangunan Irigasi Pembangunan JIDES/JITUT, 33 2.846.687.500
Pembuatan Sumur/Irigasi Tanah,
Sarana Pompanisasi (Sprinkel,
Mesin Alco dan Dudukan
Sprinkel), Rehabilitasi, Jaringan
Irigasi Tersier
Bantuan Sarana Fasilitasi Agroindustri Pelaku 76 369628290
Prasarana Pasca Usaha Tanaman Pangan,
Panen Tanaman Fasilitasi Penggilingan Jagung,
Pangan Fasilitasi Pengolahan Beras
jagung, Fasilitasi Sarana
Pengolahan Pemasaran Hasil
Pertanian, Bantuan Pengolahan
Hasil, Pengolahan Pemasaran
Hasil Pertanian, Bantuan
Pengolahan Hasil, Pengolahan
Tepung Ubi Kayu, Pengadaan
Terpal
Bantuan Pupuk, Pengadaan Pupuk Hayati Cair, 287 813.149.030
Pestisida dan Pakan Likat Kuning, Feromon Sex,
Pupuk NPK, Pupuk Urea, Pupuk
Organik Cair, Insektisida,
Fungisida, Herbisida
Purnatumbuh
Upah Buruh Tani 100.000/Hari
Harga Gabah 3.500 (Harga
Gabah/Kg)
Harga Beras 10.000 (Harga
Beras/Kg)
Hasil Produksi Panen Komoditi Tanaman Pangan
Hasil Produksi Panen 810.108 Ton
Padi
Hasil Produksi Panen 3.654 Ton
Kedelai
Hasil Produksi Panen 568.473 Ton
Jagung
Hasil Produksi Panen 2.099 Ton
Kacang Tanah
Hasil Produksi Panen 373 Ton
Kacang Hijau
Hasil Produksi Panen 40.046 Ton
Ubi Kayu
Hasil Produksi Panen 14.857 Ton
Ubi Jalar
Hasil Produksi Panen Komoditi Hortikultura
Hasil Produksi Panen 5.725 Ton
Bawang Merah
Hasil Produksi Panen 7.238 Ton
Cabe Besar
Hasil Produksi Panen 25.042 Ton
Cabe Rawit
Hasil Produksi Panen 802 Ton
Kentang
Hasil Produksi Panen 340.830 Kg
Jahe
Hasil Produksi Panen 50.328 Kuintal
Jeruk
2020
Jumlah Keterangan
Kegiatan Alokasi
Uraian Kegiatan Kelompok Lainnya
Anggaran (Rp)
Tani
Hasil Produksi Panen 244.221 Kuintal
Pisang
Hasil Produksi Panen 193.819 Kuintal
Durian
Hasil Produksi Panen 24.064 Tangkai
Anggrek
Hasil Produksi Panen 4.219 Tangkai
Krisan
Sumbangan Sektor Rp. 945.091.640
Pertanian Terhadap (Realisasi PAD)
PAD
Total 1.120 21.238.032.070
Catatan :
- Jumlah Total Alokasi Anggaran Kegiatan di Luar Alokasi Belanja Tidak Langsung
- Realisasi Produksi Komoditi Tanaman Pangan dan Hortikultura s/d Bulan Agustus Tahun 2021

15. Belanja Yang Diserahkan Ke Masyarakat, Alokasi Anggaran APBD, Data Produksi dan
Data Lainnya Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Tahun 2021
2021
Jumlah
Kegiatan Alokasi Keterangan Lainnya
Uraian Kegiatan Kelompok
Anggaran (Rp)
Tani
Alokasi APBD Belanja Langsung (BL) 56.304.125.533 Sebelum
Belanja Tidak Langsung (BTL) 35.909.742.943 Perubahan APBD
Total BL dan BTL 92.213.868.476 TA. 2021
Bantuan Benih Pengadaan Benih Padi, Benih 306 2.826.138.450
Kacang Tanah, Benih Kedelai,
Benih Jagung Komposit Kelas
BR, Benih Bawang Merah
Lembah Palu, Benih Bawang
Merah, Benih Cabe, Benih Jahe
Merah, Benih Kentang, Bibit
Durian Kani, Bibit Durian
Montong, Bibit Salak Pondoh
Madu, Anggrek
Bantuan Alat dan Pengadaan Seed Cleaner, 169 10.734.835.000
Mesin Pertanian Cultivator, Hand Traktor,Power
Sprayer, Mesin Pemotong
Rumput, Alat Tanam jagung
Dorong, Hand Sprayer elektrik,
Combine Harvester,Traktor Roda
4, Mesin Pemipil Jagung, Alat
Angkut Hasil Pertanian, Gerobak
Dorong, Vacum Sealer, Hand
Sealer
Pembangunan Irigasi Pembangunan Jaringan Irigasi 9 1.288.209.200
(JITUT/JIDES), Pembuatan
Sumur Pantek
Bantuan Sarana Pengadaan Terpal, Mesin Jahit 116 504.450.000
Prasarana Pasca Karung, Kemasan Beras 2Kg,
Panen Kemasan Beras 5Kg, Kemasan
Beras 10Kg, Kemasan Beras
20Kg, Timbangan Digital, Karung
Plastik, Artco, Keranjang
Kontainer Plastik, Wajan OK,
Blender Philips, Pompa Air,
Timbangan, Rak Bawang, Foam
Net, Blower, Gunting Stek, Ember
Plastik Besar, Pisau, Baskom
Plastik Besar, Sendok Untuk
Menggoreng, Serok
Saring/Tirisan, Timbangan Besar,
Sudet Besar, Keranjang
Kontainer, Topi Koki, Spiner,
Vacuum Frying, Mixer Uk. 5Kg,
Loyang Stainless, Plastik
2021
Jumlah
Kegiatan Alokasi Keterangan Lainnya
Uraian Kegiatan Kelompok
Anggaran (Rp)
Tani
Wrapping, Cool Box, Kursi plastik,
Tenda Pasar Tani, Roda 3
Bantuan Pupuk, Pengadaan Pupuk Urea, NPK, 64 751.250.000
Pestisida dan Pakan Organik, herbisida Purna
Tumbuh, Insektisida, Insektesida
kontak sistemik
Upah Buruh Tani 100.000 / Hari
Harga Gabah 3.500 (Harga Gabah
Per Kg)
Harga Beras 10.000 (Harga Beras
Per Kg)
Hasil Produksi Panen Komoditi Tanaman Pangan
Hasil Produksi Panen 860.664 Ton
Padi
Hasil Produksi Panen 10.131 Ton
Kedelai
Hasil Produksi Panen 473.451 Ton
Jagung
Hasil Produksi Panen 2.611 Ton
Kacang Tanah
Hasil Produksi Panen 449 Ton
Kacang Hijau
Hasil Produksi Panen 49.841 Ton
Ubi Kayu
Hasil Produksi Panen 17.296 Ton
Ubi Jalar
Hasil Produksi Panen Komoditi Hortikultura

Hasil Produksi Panen 7.117 Ton


Bawang Merah
Hasil Produksi Panen 6.692 Ton
Cabe Besar
Hasil Produksi Panen 23.733 Ton
Cabe Rawit
Hasil Produksi Panen 1.372 Ton
Kentang
Hasil Produksi Panen 568.338 Kg
Jahe
Hasil Produksi Panen 35.441 Kuintal
Jeruk
Hasil Produksi Panen 186.453 Kuintal
Pisang
Hasil Produksi Panen 178.378 Kuintal
Durian
Hasil Produksi Panen 41.798 Tangkai
Anggrek
Hasil Produksi Panen 24.080 Tangkai
Krisan
Sumbangan Sektor Rp484.595.900
Pertanian Terhadap (Realisasi PAD s/d
PAD September 2021)
Total 664 16.104.882.650
Catatan :
- Jumlah Total Alokasi Anggaran Kegiatan di Luar Alokasi Belanja Tidak Langsung
- Realisasi Produksi Komoditi Tanaman Pangan dan Hortikultura s/d Bulan Agustus Tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai