Disusun Oleh
KONSENTRASI HUKUMBISNIS
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014M
ABSTRAK
GALIH NOVIANTO. NIM 109048000070. ANALISIS ATURAN
PERLINDUNGAN DATA PRIBADI NASABAH BERDASARKAN PBI No.
7/6/PBI/2005 TENTANG TRANSPARANSI INFORMASI PRODUK DAN
PENGGUNAAN DATA PRIBADI NASABAH. Program Studi Ilmu Hukum,
Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/2014 M. + 79 halaman + 6 halaman daftar
pustaka + 30 halaman lampiran.
Penelitian ini dilakukan karena adanya permasalahan dalam perlindungan
hukum data pribadi nasabah. Masalah yang banyak terjadi adalah banyaknya kasus
nasabah yang data pribadinya bocor ke pihak yang tidak dikehendaki oleh nasabah.
Data pribadi nasabah merupakan bagian dari rahasia bank yang sebagaimana telah
diamanatkan oleh Undang-undang terkait masalah perbankan. Jelas hal ini merupakan
suatu pelanggaran hukum dan harus segera diatasi. Untuk mencegah pelanggaran ini
terus terjadi maka dari itu diperlukan adanya peraturan perundang-undangan yang
memadai serta pelaksanaan yang optimal dari peraturan perundang-undangan tersebut
di samping tentunya peran serta dari seluruh lapisan masyarakat.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah
socio-legal. Penelitian socio-legal menggunakan pendekatan ilmu hukum mapun
ilmu-ilmu sosial. Selanjutnya sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain data primer yaitu wawancara terhadap narasumber yaitu Wawan Setyawan selaku
Compliance Regulatory and Policy Manager Divisi Kepatuhan PT. Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk dan Endah Kusumaningrum selaku Manager Customer
Care PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, karena memiliki pengetahuan dan
informasi yang relevan dengan skripsi yang disusun. Data sekunder yang terdiri dari
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.
Kata Kunci : Nasabah, Perlindungan Hukum, Data Pribadi Nasabah
Pembimbing : 1. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H.
2. Burhanudin, S.H., M.Hum.
Daftar Pustaka : Tahun 1960 s.d Tahun 2011
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar,
atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW.
Penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik materiil dan immateriil, oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MM beserta seluruh jajaran
dekanat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dr. Djawahir Hejazziey, SH, MA dan Drs. Abu Thamrin, SH, M.Hum selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum;
3. H. Ah. Azharudin Lathif, M. Ag., M.H. dan Burhanudin, SH, M.Hum selaku
pembimbing skripsi Penulis, terima kasih atas semua kritik dan saran yang
membangun untuk Penulis;
4. Ibu Sri Hastuti dan Bapak Roesman Ibrahim, kedua orang tua tercinta, yang
selalu mengirimkan doa dan mencurahkan kasih sayangnya, serta
memberikan bantuan baik moril dan materiil dalam penyusunan skripsi ini.
Terimakasih juga untuk kakak Gatot Kurniawan yang selalu memberikan
dorongan semangat untuk penulis;
5. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya dosen program studi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu
v
pengetahuan selama penulis menjadi mahasiswi Ilmu Hukum. Semoga ilmu
yang diajarkan dapat bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT;
vi
10. Seluruh teman-teman Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis angkatan
2009;
11. Teman-teman Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum 2010;
12. Teman-teman seperjuangan Bussiness Law Community 2012;
13. Barista-barista Starbucks Cilandak Town Square yang selalu meenyediakan
kopi terbaik pada saat penulis mengerjakan skripsi;
14. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Atas seluruh bantuan dari semua pihak baik materiil maupun imateriil, Penulis
memanjatkan doa semoga Allah memberikan balasan yang berlipat dan
menjadikannya amal jariyah yang tidak pernah berhenti mengalir, amin. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan bagi para
pembaca umumnya.
Galih Novianto
vii
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ........................... 10
1. Identifikasi Masalah .......................................................... 10
2. Pembatasan Masalah ........................................................ 11
3. Rumusan Masalah ............................................................ 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 11
1. Tujuan Penelitian ............................................................. 11
2. Manfaat Penelitian ........................................................... 12
a. Manfaat Teoritis ................................................... 12
b. Manfaat Praktis .................................................... 12
D. Tinjauan(Review)Kajian Terdahulu ............................................. 12
E. Kerangka Konseptual .................................................................... 14
F. Metode Penelitian ........................................................................ 16
1. Tipe Penelitian ................................................................. 16
2. Pendekatan Masalah ......................................................... 17
3. Sumber Data ..................................................................... 18
4. Prosedur Pengumpulan Bahan ......................................... 19
5. Pengolahan Dan Analisis Bahan Hukum ......................... 19
G. Sistematika Penulisan ................................................................. 20
viii
BAB II : TINJAUAN UMUM REGULASI PERLINDUNGAN HUKUM
DATA PRIBADI NASABAH DI INDONESIA
A. Pengertian Perlindungan Hukum ................................................ 22
B. Ruang Lingkup dan Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum Data
Pribadi Nasabah Perbankan .......................................................... 24
C. Perlindungan Hukum Data Pribadi Nasabah Dalam Peraturan
Perundang-undangan ................................................................... 26
1. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ............ 26
2. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan ........................................................................ 31
3. Menurut Perundang-Undangan Lainnya .......................... 42
ix
C. Bentuk-Bentuk Mekanisme Perlindungan Hukum Atas Pelanggaran
Data Pribadi Nasabah Perbankan ................................................. 70
D. Model Ideal Perlindungan Hukum Terhadap Pelanggaran
Perlindungan Data Pribadi Nasabah Perbankan ........................... 75
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 78
B. Saran ............................................................................................ 79
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
peranan yang amat penting dalam bidang perkenomian. Selain fungsinya sebagai
pelayanan yang maksimal terhadap hak-hak dari nasabah, yaitu dengan ketatnya
aturan dan regulasi yang dibuatnya untuk menjamin keamanan dan kerahasiaan
1
2
dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang
leluasa untuk memilih produk dan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhannya.
bebas telah memacu bank untuk beroperasi dengan iklim usaha yang kompetitif.
lainnya menjadi semacam tren mode di sektor perbankan akhir-akhir ini. Nasabah
kini dimanjakan agar tetap bersedia menyimpan dananya di bank tertentu serta
terakhir ini memperlihatkan kemajuan yang sangat pesat. Berbagai macam produk
1
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2000), h.
9.
3
melayani kebutuhan para pengguna jasa perbankan. Produk dan jasa yang
perbankan.
menjadi salah satu daya tarik bagi seseorang yang ingin menjadi nasabah suatu
bank. Misalnya, iming-iming hadiah mobil mewah, hadiah rumah bagi nasabah
yang giat meningkatkan saldo tabungannya, sampai hadiah sebuah jam tangan
cantik dari merk ternama bagi nasabah yang membuka aplikasi kartu kredit.
diversifikasi produk dan menawarkan layanan bank berbasis all in one. Bank-
kartu ATM, nasabah dapat membayar tagihan telepon rumah, telepon genggam,
tagihan rekening listrik, rekening air, tagihan kartu kredit dan berbagai
informasi mengenai produk dan atau jasa pelayanan bank yang ditawarkan. Pada
yang melekat pada suatu produk bank itu sendiri. Akibatnya hak-hak nasabah
Nasabah seperti mendapatkan informasi yang lengkap, akurat, terkini, dan utuh
perbankan. Di sisi lain, bentuk perlindungan yang memadai untuk hak privasi
untuk mengurangi potensi tuntutan hukum kepada bank dalam hal nasabah
2
Ringkasan: Kajian Akademik RUU tentang Perlindungan Data dan Informasi Pribadi,
(Jakarta: Kementrian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, 4 September 2007), h. 4.
5
merasa hak-hak pribadinya tidak dilindungi oleh bank. Jika data-data ini sampai
bocor ke pihak lain tanpa adanya persetujuan langsung dari nasabah itu sendiri
rahasia bank maupun bukan. Adanya aktivitas di dunia maya untuk melakukan
aktivitas jual beli data nasabah paling tidak telah membuat nasabah maupun calon
incarannya adalah nasabah dengan investasi diatas Rp. 100 juta. Dalam email
service bank yang dianggap memiliki akses ke database yang menampung data-
data sensitif tersebut. Data yang dibutuhkan seperti nama, nomor telepon, fax,
alamat rumah, hingga alamat kantor.3 Tak jarang mereka mencantumkan jabatan
simpanan yang dimilikinya pada bank. Data yang diberikan belum tentu diberikan
atas izin dari nasabah yang bersangkutan. Data yang diberikan berkemungkinan
besar hanya untuk kepentingan komersil para pihak penjual dan pembeli data
nasabah tersebut. Bahkan beredarnya kasus jual-beli data nasabah ini telah
3
Ardhi Suryadi, Awas, Jadi Korban Jual-Beli Data Nasabah, diakses pada tanggal 4 Juni
2013 dari http://inet.detik.com/read/2009/08/25/123426/1189237/323/awas-jadi-korban-jual-beli-
data-nasabah
6
jasa tak terkecuali perbankan. Pelaku perdagangan ini tidak hanya pada bagian
marketing tetapi juga pada bagian customer service ataupun bagian IT perusahaan
seorang nasabah. Sehingga ada pihak yang diuntungkan dalam jual-beli data dan
Atas latar belakang tersebut maka jelaslah amat dibutuhkan suatu sistem
dalam dunia perbankan nasional yang dikenal dengan nama Arsitektur Perbankan
Indonesia (API).5
Dengan adanya API ini jelas industri dunia perbankan telah mempunyai
tatanan perbankan nasional yang lebih baik yang berguna untuk penentu arah
Melihat keadaan sekarang, jelas bahwa API tidak hanya diperlukan bagi industri
gambaran atau peta perbankan di masa depan.6 Melalui API Bank Indonesia (BI)
4
Imam Budi P, Jual Beli Database di Internet, diakses pada tanggal 4 Juni 2013 dari
http://www.mail-archieve.com/referensi_maya@yahoogroups.com/msg01268.html
5
Ade Arthesa & Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, (Jakarta:
PT. INDEKS Kelompok Gramedia, 2006), h. 25.
6
Agus Sugiarto, Membangun Fundamental Perbankan yang Kuat, diakses pada tanggal
4 Juni 2013 dari http://www.ppatk.go.id/content.php?s_sid=400
7
berkesinambungan.
2. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu
3. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saiang yang tinggi
mendapatkan perhatian khusus pada pilar keenam API mengingat bahwa masalah
saat ini belum mendapatkan tempat yang baik di dalam sistem perbankan
khusus di dalam API, hal ini menunjukkan bahwa besarnya komitmen BI untuk
7
Agus Sugiarto, Membangun Fundamental Perbankan yang Kuat, diakses pada tanggal
4 Juni 2013 dari http://www.ppatk.go.id/content.php?s_sid=400
8
Dua hal paling berat yang dihadapi oleh industri perbankan di Indonesia
mendeteksi praktik kecurangan yang dilakukan pengurus dan pejabat bank. Kedua
adalah masalah yang paling berat yaitu kegagalan badan pengawas bank dalam
bank.8
Nasabah yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Januari 2005 oleh Gubernur
8
Leo J. Susilo & Karlen Simarmata, Good Corporate Governance pada Bank Umum,
(Bandung: PT. Hikayat Dunia, 2007), h. 1.
9
termasuk untuk memperoleh informasi data pribadi nasabah yang digunakan bank
untuk tujuan komersial. Hal ini berdasarkan ketentuan alinea kedua PBI No.
data pribadi nasabah oleh bank kepada pihak lain di luar bank tersebut
jarang sekali disadari oleh nasabah itu sendiri sampai pada akhirnya terjadi
9
Sabaruddin Siagian, Mencermati Paket Kebijakan BI, diakses pada tanggal 4 Juni 2013
dari http://www.freelists.org/archive/listindonesia/02-2005/msg00154.html
10
sengketa dengan bank. Nasabah tinggal menerima atau menolak atas perjanjian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dari
itu penulis tertarik untuk membahas mengenai seperti apa bentuk pelindungan
tidak berhak mengetahui data rahasia nasabah tetapi dapat mengetahui dan
untuk mengadakan penelitian tentang perlindungan data pribadi pada bank, dan
1. Identifikasi Masalah
10
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, cet. I, (Jakarta: PT Grasindo,
2006), h. 41.
11
2. Pembatasan Masalah
3. Rumusan Masalah
diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang akan penulis kaji adalah
sebagai berikut:
pribadi nasabah?
c. Apa bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh bank dalam kasus
1. Tujuan Penelitian
nasabah;
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
11
Tahun 2008, yang mengkaji data-data nasabah pengguna jasa layanan
terhadap pihak yang melanggar, tanggung jawab bank terhadap nasabah, dan
ketentuan rahasia bank untuk mendukung akses informasi untuk perpajakan. Tesis
bersangkutan. Yang membedakan tesis ini dengan penelitian yang akan diangkat
oleh penulis adalah apabila didalam tesis ini data-data nasabah justru diharuskan
untuk dibuka atau diberikan kepada pihak berwajib dalam hal ini pihak
yang seharusnya tidak dapat diberikan ke pihak lain yang tidak berhak dan
adalah tesis dengan judul “Perlindungan Data Pribadi Nasabah Pemegang Kartu
Kredit Ditinjau Dari Aspek Hukum Perlindungan Konsumen” yang disusun oleh
Ruly Ferdian Fakultas Hukum Universitas Indonesia Tahun 2009, 12 tesis ini
11
Marina Yulia Herina Manurung, Keterbukaan Data Nasabah bank Untuk Kepentingan
Perpajakan, (Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Depok, 2008).
12
Ruly Ferdian, Perlindungan Data Pribadi Nasabah Pemegang Kartu Kredit Ditinjau
dari Aspek Hukum Perlindungan Konsumen, (Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia,
Depok, 2009).
14
tanggung jawab pelaku usaha, bank indonesia, dan pemerintah serta upaya
untuk mengkritisi penggunaan data pribadi nasabah pemegang kartu kredit. Yang
membedakan tesis ini dengan penelitian yang akan diangkat oleh penulis adalah
apabila didalam tesis ini data-data nasabah hanya dikhususkan dari nasabah
pengguna kartu kredit sedangkan yang penulis akan teliti adalah bagaimana
perbankan secara umum yang seharusnya tidak dapat diberikan ke pihak lain yang
E. Kerangka Konseptual
pengertian dari istilah-istilah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, maka
13
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI-
Press), 2006), h. 143.
15
kegiatan usahanya.
2. Bank adalah badan usaha yang berbadan hukum yang lingkup kegiatannya
4. Data Pribadi Nasabah adalah identitas yang lazim disediakan oleh nasabah
5. Peraturan Bank Indonesia (PBI) adalah ketentuan hukum yang ditetapkan oleh
BI dan mengikat setiap orang atau badan, dimuat dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
F. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
isi dari sebuah peraturan yang akan dikaji. Sedangkan pendekatan ilmu sosial
14
Janus Sidablok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2006), h. 9.
15
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, cet. I, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h. 12.
16
Sulistyowati Irianto dan Sidharta, Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan Refleksi,
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009), h. 174.
17
dan Makro).17
2. Pendekatan Masalah
yaitu penelitian yang menggunakan studi hukum (normative) dan studi sosial
17
Soetandyo Wignyosoebroto, Keragaman dalam Konsep Hukum Tipe Kajian dan
Metode Penelitiannya, (Universitas Airlangga, t.t).
18
Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum, cet. IV, (Surabaya: Kencana, 2010), h. 96.
18
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
dengan staf di bagian Satuan Kerja Hukum dan Kepatuhan Kantor Pusat Bank
Sedangkan data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum
hukum primer dan sumber hukum sekunder, seperti kamus bahasa dan
secara komprehensif.
selanjutnya adalah terjun ke lapangan, yang dalam hal ini adalah PT Bank
nasabah pengguna jasa layanan perbankan dan seperti apa hal-hal yang
perbankan ini.
20
G. Sistematika Penulisan
Skripsi disusun dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-
masing bab terdiri atas beberapa subbab guna lebih memperjelas ruang lingkup
dan cakupan permasalahan yang diteliti. Adapun urutan dan tata letak masing-
Perbankan Indonesia.
BAB V Merupakan bab penutup yang akan menguraikan kesimpulan dan saran.
menjadi bermasalah.
BAB II
NASABAH DI INDONESIA
khusus baik berbentuk simpati atau empati yang dapat diberikan kepada
pedoman untuk mencapai keadilan.3 Yang kedua, kata “hukum” merujuk kepada
manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008),
h. 750.
2
Cf. Roscoe Pound, Law Finding Through Experience and Reason. Three Lectures,
University of Georgia Press, Athens, 1960, (Roscoe oun I), h. 1.
3
Cf. Roscoe Pound, Law Finding Through Experience and Reason, h. 2.
4
Cf. Roscoe Pound, Law Finding Through Experience and Reason, h. 3.
22
23
dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan
tidak hanya memandang hukum itu sebagai suatu perangkat kaidah dan asas-asas
yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat tetapi harus pula mencakup
lembaga (institusi) dan proses yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu
dalam kenyataan.5
terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat
preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Dengan kata lain perlindungan hukum adalah gambaran dari fungsi hukum, yaitu
Sebagai suatu konsep istilah hukum itu sendiri mempunyai definisi yang
sangat luas sehingga dapat diartikan apa saja sesuai dengan paradigma hukum
5
Putra, Definisi Hukum menurut Para Ahli, diakses pada tanggal 27 September 2013 dari
http://www.putracenter.net.
24
yang ajeg, jaringan nilai, atau bahkan suatu seni. Lebih lanjut, akan diuraikan
kepastian bahwa seseorang akan mendapatkan apa yang telah menjadi hak dan
Nasabah Perbankan
yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank yang efektif, yang
efektif, yang dilakukan oleh Bank Indonesia, (3) upaya menjaga kelangsungan
6
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Ilmu Hukum & Filsafat Hukum. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), h. 40.
7
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 133.
25
bank, (5) melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian, (6) cara
pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah, dan
mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut.
8
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, cet. VI, (Jakarta: Kencana, 2010), h.
175.
26
Perundang-Undangan
Hubungan antar manusia yang satu dengan manusia yang lain maupun
yang mana dalam hubungan hukum tersebut antara yang satu dengan lainnya
akan menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh masing-
masing pihak.
berhubungan antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya tidaklah sama
karena ada yang beretika baik dan ada pula yang beretika tidak baik. 9 Maka
mengenai hal itikad baik ini. Isi pasal itu sendiri adalah
Dan dalam membuat perjanjian selain adanya itikad baik dari masing-
masing pihak juga harus dikarenakan adanya sebab yang halal. Sesuai dengan
4 (empat) syarat sahnya perjanjian yang disebutkan didalam Pasal 1320 Kitab
9
Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 1.
27
a. sepakat
dapat mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian, dan nantinya isi dari
undang-undang bagi para pihak tersebut. Hal ini sesuai dengan amanah Pasal
Bank dan nasabah merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Hubungan bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur yang saling terkait,
yaitu hukum dan kepercayaan.10 Dasar hubungan hukum antara bank dan
dan nasabah. Hak dan kewajiban antara bank dan nasabah tergantung dengan
adanya perjanjian awal yang terjadi diantara kedua belah pihak atau perintah
yang diberikan kepada bank sebagai penyedia layanan jasa perbankan untuk
10
Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan
dan Deposito (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), h. 32.
11
Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan
dan Deposito, h. 33.
28
perjanjian baku yang berisi kesepakatan antara kedua belah pihak dan berlaku
bank telah menyiapkan persyaratan yang harus dipatuhi oleh nasabah secara
baku dalam bentuk formulir produk bank tersebut. Dan nasabah tidak
tersebut.
pertama mengenai keabsahan dari perjanjian itu sendiri yang jelas melanggar
12
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Bugerlijk Wetbook), diterjemahkan oleh R. Subekti
dan R. Tjitrosudibio, cet. XXXIV (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2004), Pasal 1233.
13
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Bugerlijk Wetbook), diterjemahkan oleh R. Subekti
dan R. Tjitrosudibio, cet. XXXIV, h. 27.
29
membayar sejumlah uang kepada bank sebagai ongkos pengganti atas jasa
yang telah dikerjakan oleh pihak bank. Hubungan ini disebut kontraktual
untuk mempergunakan jasa dari pihak bank maka secara tidak langsung dapat
perjanjian yang dibuat oleh pihak bank.15 Penundukkan diri secara diam-diam
ini sama halnya seperti seseorang yang ingin menaiki bus umum dimana
sejumlah uang sesuai tarif angkutan dan kondektur yang bertindak atas nama
14
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Bugerlijk Wetbook), diterjemahkan oleh R. Subekti
dan R. Tjitrosudibio, cet. XXXIV, h. 29.
15
Lina, Perlindungan Hukum Bagi Msyarakat Pengguna Jasa Perbankan (Walk In Interview
dalam kaitannya dengan Ketentuan Rahasia Bank, (Tesis Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2004), h. 78.
30
nasabah kategori walk in costumer ini terjadi pada nasabah yang melakukan
sebagainya.
Hal kedua yang mendasari hubungan bank dan nasabah adalah rasa
bank tersebut.
Bedasarkan bentuk rasa kepercayaan ini yang selama ini sudah lumrah
berhak untuk menggunakan dana tersebut untuk keperluan apapun juga dan
sementara itu nasabah penyimpan dana tidak mempunyai hak apapun untuk
tersebut. Hal ini tercermin didalam Pasal 1740 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata mengenai ketentuan umum tentang pinjam pakai. Isi pasal tersebut
sendiri adalah
16
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata (Jakarta: Intermasa, 1993), h. 135.
31
“Pinjam pakai adalah suatu perjanjian dengan nama pihak yang satu
memberikan suatu barang kepada pihak lainnya untuk dipakai dengan cuma-
cuma dengan syarat bahwa yang menerima barang ini setelah memakainya
kewajiban bagi bank untuk tidak membuka rahasia nasabahnya kepada pihak
yang berlaku.17
Oleh karena itu, hubungan antara nasabah dengan bank mirip dengan
juga untuk rahasia yang terbit dari hubungan seperti ini disebut dengan istilah
“rahasia jabatan”.
adanya perjanjian. Hubungan ini melahirkan hak dan kewajiban dari bank dan
17
Adrian Sutedi, Hukum Perbankan (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 5.
32
a. Kewajiban Bank
menentukan lain.
telah disepakati
b. Hak Bank
nasabah.
disepakati bersama.
praktek).
c. Kewajiban Nasabah
3) Menyetor dana awal yang ditentukan oleh bank. Dalam hal ini dana
awal tersebut cukup bervariasi tergantung dari jenis layanan jasa yang
diinginkan.
d. Hak Nasabah
18
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan (Bandung: CV. Mandar Maju, 2000), h. 35.
34
jumlah yang sama apabila diminta oleh nasabah, baik untuk jumlah yang
bank tersebut.
d. Bank bukanlah kuasa dari nasabah tetapi debitur dari nasabah. Bahwa
Tentang Perbankan yang dimaksud dengan rahasia bank adalah segala sesuatu
simpanannya. Isi dari pasal ini adalah sebuah revisi dari Undang-Undang
mengenai apa-apa saja unsur didalam sebuah rahasia bank itu sendiri, yaitu
sebagai berikut:
3. Pihak yang dilarang membuka rahasia bank adalah pihak bank sendiri
sebagai berikut.
konsultan lainnya.
Ada dua teori tentang kekuatan berlakunya asas rahasia bank ini, yaitu:
1. Teori Mutlak
Dalam hal ini rahasia keuangan dari nasabah bank tidak dapat dibuka
kepada siapa pun dan dalam hal apa pun. Dewasa ini hampir tidak ada
lagi negara yang menganut teori mutlak ini. Bahkan, negara-negara yang
negara tax heaven seperti Kepulauan Bahama atau Cayman Island juga
2. Teori Relatif
Menurut teori ini, rahasia bank tetap diikuti, tetapi dalam hal-hal khusus,
yakni dalam hal yang termasuk luar biasa prinsip kerahasiaan bank
umum yang harus dipentingkan terlebih dahulu dari pada kepentingan pribadi.
Jika definisi kepentingan umum diartikan demi untuk kepentingan negara dan
20
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, h. 6.
21
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 89.
37
umum.
Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44 dan Pasal 44A.”
diperlukan permintaan. Hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 35 ayat 1 dan
penyelesaian piutang bank merupakan ketentuan yang baru yang tidak diatur
Kepala Badan Urusan Piutang Negara dan Lelang Negara serta Ketua
nama dan jabatan Badan Umum Piutang dan Lelang Negara atau Panitia
kepada polisi, jaksa, atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank
Keuangan akan diberikan jika ada permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian
menjadi bahwa hanya Pimpinan Bank Indonesia saja yang dapat memberikan
izin kepada polisi, jaksa, atau hakim untuk mendapat keterangan tentang
tersebut akan diberikan jika ada permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian
dan nasabah.
kepentingan peradilan perdata antara bank dan nasabah dapat diberikn tanpa
kegiatan bank dalam hal tukar-menukar informasi antar bank. Tukar menukar
41
usaha bank, antara lain untuk mencegah kredit rangkap maupun mengetahui
keadaan dan status seseorang nasabah debitur dari suatu bank ke bank lain
kredit macet. Sehingga hal ini mengurangi resiko yang dihadapi bank.
Beberapa peraturan Bank Indonesia yang terkait dengan ketentuan ini adalah
permintaan pemegang rekening. Hal ini dapat dilakukan oleh nasabah itu
Pasal 44 A ayat 2 ini mengecualikan rahasia bank apabila dalam hal nasabah
penyimpan telah meninggal dunia maka ahli waris dari nasabah tersebut
kepentingan ahli waris tersebut. Hal ini bisa saja untuk menyelesaikan hak
nasabah kepada pihak lain atau pihak berwajib. Maka dari itu jelas
(OJK).
Dilihat dari isi pasal tersebut jelas bahwa OJK berhak secara penuh
berbunyi :
Undang No. 8 Tahun 1999 jelas adanya bahwa nasabah yang merupakan
yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 1946. hanya
mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yakni ORI atau Oeang Republik
Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5
membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank
sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan
kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses
1
Sejarah Bank BNI, diakses pada tanggal 1 Desember 2013 dari
http://www.bni.co.id/id-id/tentangkami/sejarah.aspx .
46
47
ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional.
identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai
akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal
sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank
Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank
publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun
1996.3
identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga
2
Sejarah Bank BNI, diakses pada tanggal 1 Desember 2013 dari
http://www.bni.co.id/id-id/tentangkami/sejarah.aspx .
3
Sejarah Bank BNI, diakses pada tanggal 1 Desember 2013 dari
http://www.bni.co.id/id-id/tentangkami/sejarah.aspx .
48
secara terus-menerus.4
untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan
'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan dalam logo perusahaan untuk
meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era
saham BNI, sementara sisanya 40% dimiliki oleh pemegang saham publik baik
Saat ini, BNI adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan total
aset, total kredit maupun total dana pihak ketiga. BNI menawarkan layanan jasa
keuangan terpadu kepada nasabah, didukung oleh perusahaan anak: Bank BNI
Syariah, BNI Multi Finance, BNI Securities dan BNI Life Insurance.
Pada akhir tahun 2012, BNI memiliki total asset sebesar Rp333,3 triliun
BNI mengoperasikan jaringan layanan yang luas mencakup 1.585 outlet domestik
dan 5 cabang luar negeri di New York, London, Tokyo, Hong Kong dan
Singapura, 8.227 unit ATM milik sendiri, 42.000 EDC serta fasilitas Internet
banking dan SMS banking. BNI selalu berusaha untuk menjadi bank pilihan yang
4
Sejarah Bank BNI, diakses pada tanggal 1 Desember 2013 dari http://www.bni.co.id/id-
id/tentangkami/sejarah.aspx
49
menyediakan layanan prima dan solusi bernilai tambah kepada seluruh nasabah.
Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya, BNI bertekad
untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa menjadi
kebanggaan negara.5
remittance/pengiriman uang yang didukung oleh jaringan cabang luar negeri dan
kurang lebih 1000 bank koresponden di seluruh dunia. Saham BNI tercatat di
Bursa Eefek Indonesia (BEI) dengan kode BBNI sejak tahun 1996.
a. Visi BNI
“Menjadi bank yang unggul, terkemuka dan terdepan dalam layanan dan
kinerja.”
Pernyataan Visi
menjadi the bank of choice dengan menyajikan kualitas layanan yang terbaik,
5
Sejarah Bank BNI, diakses pada tanggal 1 Desember 2013 dari http://www.bni.co.id/id-
id/tentangkami/sejarah.aspx
50
b. Misi BNI
seluruh nasabah, dan selaku mitra pillihan utama (the bank choice)
dan berprestasi.
sosial.
baik.6
Bank BNI
Ketentuan rahasia bank dan rahasia jabatan yang ketat dapat dianggap
atau pelaku pasar sangat sedikit dan sulit diperoleh. Selain itu, sering kali sangat
sulit bagi pihak di luar bank atau masyarakat untuk mengetahui proses
6
Visi & Misi Bank BNI, diakses pada tanggal 1 Desember 2013 dari
http://www.bni.co.id/id-id/tentangkami/visimisi.aspx
51
belas pasal terkait rahasia bank, yaitu Pasal 1 angka 28, Pasal 40, 41, 41A, 42,
42A, 43, 44, 44A, 45, dan 47A. Begitupun, pengaturan ini masih belum sempurna
Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan dinyatakan bahwa rahasia bank hanya
bank tersebut masih terlalu singkat, sederhana, dan kurang tajam, sehingga belum
“segala sesuatu” masih belum diperjelas, selain itu istilah “keterangan mengenai
penyimpan dana” juga harus diperjelas pengertiannya, yaitu keterangan apa saja
hak privasi data pribadi nasabah, namun masih terbatas jika digunakan untuk
penggunaan oleh pihak lain untuk memperoleh keuntungan. Pengertian ini relatif
7
Yunus Husein, Rahasia Bank Privasi versus Kepentingan Umum. (Jakarta: Program
Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003), h. 3.
8
Yunus Husein, Rahasia Bank Privasi versus Kepentingan Umum, h. 185.
52
Dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah tersebut juga belum mengatur secara
persetujuan nasabah.
penerapan konsep perlindungan data pribadi nasabah yang terdapat di dalam PBI
tersebut pada salah satu Bank Umum Nasional yaitu Bank BNI.
9
Wawancara Pribadi dengan Wawan Setyawan, Compliance Regulatory and Policy
Manager Divisi Kepatuhan PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk., Jakarta 06 Januari 2014.
53
serta Ibu Endah Kusumaningrum selaku Manager Customer Care Divisi BNI
“Bank BNI sudah dan akan selalu menjalankan segala aturan perbankan yang
berlaku di Indonesia. Baik aturan secara umum maupun aturan secara khusus
yang contohnya seperti aturan-aturang yang diterbitkan Bank Indonesia dalam
bentuk PBI. Namun memang kami akui bahwa dalam segi tekhnis
pelaksanaan kami tidak langsung secara persis mengikutinya tetapi terkadang
mengadopsi kembali ketentuan yang dimaksud PBI dengan alasan efisiensi
tetapi tetap tidak terhitung itu sebuah pelanggaran.”
10
Wawancara Pribadi dengan Wawan Setyawan, Compliance Regulatory and Policy
Manager Divisi Kepatuhan PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk., Jakarta 06 Januari 2014.
55
pemasaran produk bank yang sulit dihindari dan diubah secara cepat
3) Cost-Benefit
akan sepadan dengan pencapaian tujuan yang artinya hal ini tidak
efisien. 11
Bank BNI
Dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah menyatakan bahwa pemberian kuasa oleh
nasabah untuk penggunaan data pribadinya harus dibuat dalam suatu formulir
khusus tetapi pada kenyatannya terlihat jelas bahwa pemberian kuasa ini
11
Wawancara Pribadi dengan Endah Kusumaningrum, Manager Customer Care Divisi
BNI Contact Center PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk., Jakarta 07 Januari 2014.
57
ketentuan baku tersebut tidak pernah dibaca oleh nasabah jika diberikan bahkan
Bank tersebut bahwa data pribadi yang diserahkan kepada Bank hanya akan
digunakan untuk kepentingan internal Bank saja dan atau sesuai dengan ketentuan
kepada pihak lain di luar badan hukum Bank tersebut untuk tujuan komersial
pembukaan rekening salah satu produk simpanan yang dipasarkan Bank BNI
12
Wawancara Pribadi dengan 5 (lima) orang nasabah PT. Bank Negara Indonesia
(Persero), Tbk., Jakarta 08 Januari 2014.
58
Penggunaan data dari pihak lain diakui petugas terkait jarang dilakukan
dalam operasional Bank BNI mengingat jumlah nasabah Bank BNI sendiri belum
semuanya dapat dikelola, namun pemberian data kepada pihak lain sebagai
seperti hanya memberikan nama dan nomor telepon yang tidak boleh dalam
bentuk softcopy. Walau sebenarnya hal ini melanggar ketentuan didalam PBI
Penggunaan Data Pribadi Nasabah namun hal ini sulit dihindari dalam mekanisme
Informasi Produk Bank Dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah tidak mengubah
penjualan produk lain, penambahan fasilitas atas produk, dan sebagainya. Artinya
59
Produk Bank Dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah. Padahal bagi Bank yang
Produk Bank Dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah tersebut dimasukkan dalam
masing-masing bank.
BAB IV
Indonesia yang pernah terekspos adalah pembuatan alamat situs palsu Bank BCA
oleh seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Jawa Barat yang dalam
sehari bisa mendapatkan ribuan nomor PIN beserta password nasabah pengguna
lainnya) untuk menjaring nasabah yang mungkin salah ketik lalu mengira sudah
masuk dam menginput data PIN dan passwordnya yang langsung direkam secara
ototmatis oleh website yang dibuat pelaku. Jenis kejahatan ini juga sering
diistilahkan sebagai phising atau typosquatting dan juga termasuk dalam jenis
cyber fraud.1
yang menjadi korban identity theft oleh oknum pegawai bagian kartu kredit
sebuah Bank Swasta Nasional ternama. Saudara Irving yang tidak pernah merasa
1
klikBCA.com Typosquatting atau Phising, diakses pada 18 November 2013 dari
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4936/klikbca.com-typosquatting-atau-phishing.
60
61
mengajukan aplikasi kartu kredit tiba-tiba mendapat kiriman tagihan kartu kredit.
Saudara Irving yang kemudian tidak merasa memiliki kartu kredit pada bank
kredit atas namanya tersebut. Oleh pihak bank saudara Irving kemudian diminta
untuk datang ke salah satu kantor cabang bank tersebut. Disana diketahui ternyata
salah satu pegawai bank tersebut membuka rekening kartu kredit dan kredit tanpa
agunan atas nama saudara Irving dan mencairkan ke rekening tabungan si pelaku
dan setelah itu pelaku mengambil uang tersebut untuk keperluan pribadi.2
Satu contoh kasus lainnya adalah yang dialami Saudari Tety Candra yang
menjadi korban identity theft oleh pelaku Ridho Kurniawan Gustam. Pelaku
bekerja secara lepas di rekanan pembuat kartu kredit Bank Danamon mencari
Modus operandinya data dan aplikasi yang dicatat tersangka milik korban
Blok M Plaza dan Mal Ambassador. Alamat rumah dan nomor telepon para calon
mengirimkan kartu kredit yang sudah selesai untuk disetujui ke rumah pelaku.
2
Bukan Nasabah Dikirimi rekening Koran, Surat Pembaca Kompas, diakses pada
tanggal 18 November 2013 dari
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/12/01042134/redaksi.yth
3
Palsukan Data, Sales Kartu Kredit Bobol 46 Juta, Tempo Interaktif, diakses pada
tanggal 18 November 2013 dari http://202.158.52.210/hg/jakarta/2005/09/26/brk,20050926-
67107,id.html
62
melakukan transaksi pengambilan uang tunai di Mal Pondok Indah, ITC Roxy
aplikasinya ditolak karena kartu kredit tidak pernah sampai ke tangan mereka.
Tersangka menggunakan uang hasil transaksi ilegal ini untuk kepentingan pribadi
Bank mencium ada yang tidak beres dengan salah satu nasabahnya. Pada
saat ditagih, nasabah tidak tinggal di alamat yang tertera pada data aplikasi. Pihak
pembuatan kartu kredit Bank HSBC, yaitu PT Bona Jasa Sumber Sarana sebagai
4
Palsukan Data, Sales Kartu Kredit Bobol 46 Juta, Tempo Interaktif, diakses pada
tanggal 18 November 2013 dari http://202.158.52.210/hg/jakarta/2005/09/26/brk,20050926-
67107,id.html .
5
Palsukan Data, Sales Kartu Kredit Bobol 46 Juta, Tempo Interaktif, diakses pada
tanggal 18 November 2013 dari http://202.158.52.210/hg/jakarta/2005/09/26/brk,20050926-
67107,id.html .
6
Palsukan Data, Sales Kartu Kredit Bobol 46 Juta, Tempo Interaktif, diakses pada
tanggal 18 November 2013 dari http://202.158.52.210/hg/jakarta/2005/09/26/brk,20050926-
67107,id.html .
63
membobol kartu kredit HSBC, Bank Mega, Bank General Electric Finance, dan
meskipun korban mungkin saja tidak mengalami kerugian secara materiil, namun
karena tindakan pelaku korban harus berurusan dengan masalah hukum selain itu
korban kejahatan identity theft harus merelakan nama baiknya tercoreng karena
Pribadi Nasabah
perlindungan data pribadi nasabah tidak saja hanya dikarenakan oleh ulah oknum
pegawai bank atau pegawai dari pihak yang terafiliasi dengan bank sebagaimana
yang sudah penulis sampaikan di pendahuluan pada Bab I, tetapi juga karena
pegawai bank itu sendiri secara umum di atur di dalam Al-Quran Surat Al-Falaq
yang berbunyi:
7
Palsukan Data, Sales Kartu Kredit Bobol 46 Juta, Tempo Interaktif, diakses pada
tanggal 18 November 2013 dari http://202.158.52.210/hg/jakarta/2005/09/26/brk,20050926-
67107,id.html .
64
kelemahan dari segi struktur, substansi dan budaya hukum. Segi substansi dan
hukum yang dilakukan oleh pelaku usaha adalah tidak memberikan informasi
yang benar, jelas dan jujur mengenai hak konsumen yang berkaitan dengan
penindakan yang ketat kepada pelaku usaha agar tidak merugikan konsumen.
65
serta ruang gerak bagi pelaku usaha dan pelaku kejahatan perbankan untuk
sangat merugikan kepentingan nasabah itu sendiri. Hal lain di Indonesia yaitu
data pribadi nasabah oleh pelaku usaha. Pada saat ini satu-satunya lembaga
pribadi yang ada sekarang ini. Penggunaan data pribadi oleh pelaku usaha
belum diatur secara lebih detil misalnya mengenai batasan berapa lama pelaku
Kedua, masih lemahnya sanksi terhadap pelaku usaha yang lalai atau
dan pengawasan terhadap bank serta sanksinya terkesan masih terlalu lunak.
nasabah hanya dikenakan sanksi teguran tertulis dan baru dikenakan sanksi
pencabutan izin usaha setelah terlebih dahulu dilakukan tiga kali teguran
tertulis.
terhadap pelaku usaha perbankan. Namun demikian tugas dan fungsi Bank
Indonesia sendiri sudah cukup berat selaku otoritas moneter sehingga akan
penegak hukum seperti polisi, jaksa dan hakim sehingga hukum dapat
67
nasional.
hingga kini, undang-undang ini paling banyak dicari orang, namun bisa jadi
hak konsumen sangat kasat mata. Belum ada format politik hukum yang jelas
8
Yusuf Shofie, Kapita Selekta Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT Citra
Aditya Bakti, 2008), h. 231.
68
masyarakat. Budaya hukum yang timbul pun tidak terlepas dari lemahnya
produk bagi barang maupun jasa serta adanya jaminan kepastian hukum
pendidikan rendah akan menjadi sasaran empuk bagi pelaku usaha yang
9
Munculnya Kesadaran Konsumen Untuk Menggugat, diakses pada tanggal 20
November 2013 dari http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=19346&cl=Berita
69
nasabah tersebut.
pelaku usaha.
terhadap penerapan aturan hukum yang berlaku dalam perbankan. Hal ini
terjadi antara pihak bank sebagai pelaku usaha dan nasabah sebagai
gerak bagi pelaku usaha yang dari segi bisnis menguntungkan namun dari
berjalan dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari pengaduan nasabah. Pengaduan
ini jika tidak terselesaikan dengan baik berpotensi menjadi perselisihan atau
sengketa yang akhirnya akan menurunkan reputasi bank di mata masyarakat dan
mempunyai beberapa kelemahan yang kurang disukai seperti lamanya waktu yang
dan kasasi) yang harus dilalui dan sifat pengadilan yang terbuka untuk umum.
10
Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2006), h. 2.
71
dipublikasikan.11
hubungan antara bank sebagai pelaku usaha dan nasabah sebagai konsumen
hal ini diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tentang
a. Penerimaan pengaduan;
Bank wajib menerima setiap pengaduan yang diajukan oleh nasabah dan
atau perwakilan nasabah yang terikat dengan Transaksi keungan yang dilakukan
oleh nasabah. Pengaduan tersebut dapat dilakukan secara tertulis dan atau lisan.
Dalam hal pengaduan secara tertulis, maka pengaduan tersebut wajib dilengkapi
11
Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, h.3.
72
pengaduan dilakukan secara lisan wajib diselesaikan dalam waktu 2 (dua) hari
kerja.
Dalam hal pengaduan yang diadukan secara lisan tidak dapat diselesaikan
oleh Bank dalam jangka waktu yang telah ditentukan, Bank wajib meminta
nasabah dan atau perakilan nasabah untuk mengajukan pengaduan secara tertulis
Penerimaan pengaduan dapat dilakukan pada setiap Kantor Bank dan tidak
terbatas hanya pada Kantor Bank tempat nasabah membuka rekening dan atau
kebijakan dan prosedur penyelesaian pengaduan pada saat nasabah dan atau
c. Nama nasabah;
d. Nama dan nomor telepon petugas bank yang menerima pengaduan; dan
c. Nama nasabah;
kerja setelah tanggal penerimaan pengaduan tertulis. Dalam hal terdapat kondisi
tertentu, bank dapat memperpanjang jangka waktu sampai dengan paling lama 20
(dua puluh) hari kerja. Yang dimaksud dengan kondisi tertentu adalah:
a. Kantor bank yang menerima pengaduan tidak sama dengan kantor bank
b. Transaksi keuangan yang diadukan oleh nasabah dan atau perwakilan nasabah
c. Terdapat hal-hal lain yang berada diluar kendali bank, seperti adanya
dilakukan nasabah.
74
diberitahukan secara tertulis kepada nasabah dan atau perwakilan nasabah yang
pejabat bank yang tingkatannya lebih tinggi. Apabila pengaduan terkait dengan
maka penanganan dan penyelesaian pengaduan diselesaikan oleh unit dan atau
fungsi khusus penanganan dan penyelesaian pengaduan di kantor bank yang lebih
tinggi tingkatannya.
nasabah dan atau perwakilan nasabah meminta penjelasan kepada bank mengenai
pengaduan yang diajukannya. Dalam hal ini pengaduan diajukan secara tertulis,
nasabah dan atau perwakilan nasabah sesuai batas waktu yang ditentukan. Dalam
penyelesaian pengaduan secara tertulis dan atau kisan kepada nasabah dan atau
cukup.
Indonesia.
melampaui 1 (satu) bulan sejak akhir batas waktu penyampaian laporan. Bank
nasabah. Hal ini terjadi oleh karena masih banyaknya faktor yang menyebabkan
pelanggaran ini terus terjadi. Salah satu faktor yang terus menyebabkan
76
Bank Dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah, penulis tidak menemukan adanya
sanksi pidana bagi pelaku tindak pelanggaran perlindungan hukum data nasabah
maupun oknum pegawai perusahaan perbankan. Hal ini menjadi kelemahan dari
peraturan tersebut, karena sanksi pidana bagi perseorangan yang melanggar tidak
disebutkan.
BNI terkait mekanisme perlindungan data nasabah. Dalam studi tersebut penulis
namun tidak dijelaskan secara rinci oleh beberapa pegawai Bank BNI. Sehingga
nasabah tidak mendapatkan kejelasan soal penggunaan data pribadinya oleh pihak
bank tersebut.
Penulis juga menemukan tidak adanya keefesiensian dari Bank BNI ketika
terjadi pengaduan nasabah yang merasa data pribadinya telah sampai ke pihak
77
lain selain Bank BNI tanpa sepengatahuan nasabah itu sendiri. Karena pengaduan
hal ini ditangani juga oleh seorang pegawai yang menjabat sebagai Customer
bersamaan dengan para nasabah yang baru akan membuka rekening tabungan,
Jadi dalam hal model yang ideal untuk perlindungan hukum data pribadi
Produk Bank Dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah, memuat sanksi pidana bagi
PBI tersebut paling tidak juga dijelaskan mengenai sanksi admnistratif bagi bank
nasabah, serta membuat suatu kebijakan bagi perusahaan bank untuk dapat
PENUTUP
A. Kesimpulan
oleh oknum pegawai bank itu sendiri tanpa sepengetahuan dan seizin nasabah
data pribadi nasabah juga dikarenakan oleh ulah oknum pegawai dari
diberikan oleh bank tersebut yaitu selalu menerapkan setiap regulasi yang
78
79
B. SARAN
menjalankan secara konsisten sistem dan prosedur internal terkait yang telah
Kode Etik Bankir, termasuk kegiatan edukasi bagi nasabah. Bank pun
keberlakuannya.
4. Bagi badan legislatif negara dan pemerintah selaku penyusun kebijakan publik
harus sedapat mungkin menyikapi dan mempertimbangkan wacana eksistensi
Undang-Undang yang melindungi data dan informasi pribadi nasabah secara
nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Arthesa, Ade & Handiman, Edia, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, Jakarta:
Bako, Ronny Sautma Hotma, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk
Ferdian, Ruly, Perlindungan Data Pribadi Nasabah Pemegang Kartu Kredit Ditinjau
Fuady, Munir, Hukum Perbankan Modern, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003.
2010.
Husein, Yunus, Rahasia Bank Privasi versus Kepentingan Umum, Jakarta: Program
Irianto, Sulistyowati dan Sidharta, Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan Refleksi,
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-IV, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008.
2004.
80
81
Depok, 2008.
Marzuki, Peter Mahmud Penelitian Hukum, cet. IV, Surabaya: Kencana, 2010.
Prasetyo, Teguh dan Barkatullah, Abdul Halim, Ilmu Hukum & Filsafat Hukum,
Roscoe Pound, Cf, Law Finding Through Experience and Reason. Three Lectures,
Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
2006.
Press), 2006.
82
Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, cet. III, Jakarta: UI Press, 2008.
Susilo, Leo J. & Simarmata, Karlen, Good Corporate Governance pada Bank Umum,
Peraturan Perundang-undangan:
Ringkasan: Kajian Akademik RUU tentang Perlindungan Data dan Informasi
September 2007), h. 4.
Undang Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang Undang No. 7 Tahun
Perpajakan.
Internet:
Ardhi Suryadi, Awas, Jadi Korban Jual-Beli Data Nasabah, diakses pada tanggal 4
http://inet.detik.com/read/2009/08/25/123426/1189237/323/awas-jadi-
korban-jual-beli-data-nasabah
Imam Budi P, Jual Beli Database di Internet, diakses pada tanggal 4 Juni 2013 dari
http://www.mail-
archieve.com/referensi_maya@yahoogroups.com/msg01268.html
Sabaruddin Siagian, Mencermati Paket Kebijakan BI, diakses pada tanggal 4 Juni
2005/msg00154.html
Putra, Definisi Hukum menurut Para Ahli, diakses pada tanggal 27 September 2013
dari http://www.putracenter.net
84
http://www.bni.co.id/id-id/tentangkami/sejarah.aspx
Visi & Misi Bank BNI, diakses pada tanggal 1 Desember 2013 dari
http://www.bni.co.id/id-id/tentangkami/visimisi.aspx
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4936/klikbca.com-
typosquatting-atau-phishing
Bukan Nasabah Dikirimi rekening Koran, Surat Pembaca Kompas, diakses pada
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/12/01042134/redaksi.yth
Palsukan Data, Sales Kartu Kredit Bobol 46 Juta, Tempo Interaktif, diakses pada
http://202.158.52.210/hg/jakarta/2005/09/26/brk,20050926-67107,id.html
http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=19346&cl=Berita
Wawancara:
Waktu : 16.00
Waktu : 10.00
Jawaban :
Apa yang dijelaskan oleh pak Wawan kemarin pada dasarnya sama dengan
apa yang akan saya jelaskan.
Pihak kami tidak langsung menerapkan apa yang menjadi ketentuan dari PBI
tersebut. Hal itu terjadi karena banyaknya pertimbangan yang
melatarbelakanginya yaitu diantaranya fleksibilitas usaha bank. Lagipula pihak
kami memikirkan efisiensi terhadap cara untuk menyampaikan ketentuan
tersebut kepada calon nasabah.
3. Apa yang dilakukan BNI jika menerima keluhan dari nasabah perihal nasabah yang
merasa terganggu dengan penawaran-penawaran produk BNI lainnya?
Jawaban :
Tentunya kami akan selalu menampung setiap keluhan yang disampaikan oleh
nasabah, dan kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan
masalah yang nasabah alami.
Lampiran Hasil Wawancara
Narasumber :
Ny. A sebagai nasabah pertama, Tn. B sebagai nasabah kedua, Ny. C sebagai
nasabah ketiga, Ny. D sebagai nasabah keempat, dan Tn. E sebagai nasabah
kelima.
Hari :
Waktu :
14.00
Tempat :
Pertanyaan :
4. Apakah bapak/ibu tahu data pribadi yang ibu berikan kepada Bank BNI itu
dilindungi secara hukum?
Ny. A : Wah saya tidak begitu mengerti, mas, memang iya ya?
Tn. B : Iya saya mengetahuinya, mas.
Ny. C : Tidak tahu, mas.
Ny. D : Tidak, mas.
Tn. E : Tidak.
5. Kalau saya boleh tau pada saat bapak/ibu membuka rekening tabungan di
Bank BNI. Dijelaskan tidak oleh pihak BNI mengenai perihal data pribadi
bapak/ibu sekalian dilindungi secara hukum?
Ny. A : Saya tidak mendapatkan penjelasan mengenai hal tersebut, mas.
Tn. B : Tidak, mas.
Ny. C : Tidak mendapatkan penjelasan sama sekali, mas.
Ny. D : Tidak, mas. Saya baru tahu dari mas aja mengenai hal ini.
Tn. E : Tidak sama sekali, mas.
6. Apakah bapak/ibu pada saat membuka rekening tabungan di Bank BNI sudah
membaca semua isi klausula-klausula yang terdapat di formulir pembukaan
rekening tabungan?
Ny. A : Tidak, mas. Hehe
Tn. B : Iya, saya membacanya. Namun tidak semuanya, mas.
Ny. C : Iya sedikit, mas.
Ny. D : Tidak, mas.
Tn. E : Saya membacanya sedikit, mas.
7. Apakah bapak/ibu bersedia apabila dihubungi pihak Bank BNI atau pihak
yang bekerja sama dengan Bank BNI perihal penawaran produk-produk
lainnya?
Ny. A : Boleh-boleh saya, mas.
Tn. B : Tidak bersedia, mas.
Ny. C : Tidak mau, mas.
Ny. D : Boleh saja tidak masalah, mas.
Tn. E : Tidak, mas.
PERATURAN BANK INDONESIA
NOMOR: 7/6/PBI/2005
TENTANG
TRANSPARANSI INFORMASI PRODUK BANK DAN
PENGGUNAAN DATA PRIBADI NASABAH
Indonesia .....
-2-
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
dimaksud …..
-3-
Pasal 2
(1) Bank wajib menerapkan transparansi informasi mengenai Produk Bank dan
penggunaan Data Pribadi Nasabah.
(2) Dalam menerapkan transparansi informasi mengenai Produk Bank dan
penggunaan Data Pribadi Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bank wajib menetapkan kebijakan dan memiliki prosedur tertulis yang
meliputi:
a. transparansi informasi mengenai Produk Bank; dan
b. transparansi penggunaan Data Pribadi Nasabah;
(3) Kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
diberlakukan di seluruh Kantor Bank.
Pasal 3
BAB II
TRANSPARANSI INFORMASI
PRODUK BANK
Pasal 4
(1) Bank wajib menyediakan informasi tertulis dalam bahasa Indonesia secara
lengkap dan jelas mengenai karakteristik setiap Produk Bank.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan kepada
Nasabah secara tertulis dan atau lisan.
(3) Dalam memberikan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2), Bank dilarang memberikan informasi yang menyesatkan (mislead) dan
atau tidak etis (misconduct).
Pasal 5
d. Persyaratan …..
-5-
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
(1) Bank wajib menyediakan layanan informasi karakteristik Produk Bank yang
dapat diperoleh secara mudah oleh masyarakat.
BAB III
TRANSPARANSI PENGGUNAAN
DATA PRIBADI NASABAH
Pasal 9
(1) Bank wajib meminta persetujuan tertulis dari Nasabah dalam hal Bank akan
memberikan dan atau menyebarluaskan Data Pribadi Nasabah kepada Pihak
Lain untuk tujuan komersial, kecuali ditetapkan lain oleh peraturan
perundang-undangan lain yang berlaku.
(2) Dalam permintaan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank
wajib terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan konsekuensi dari pemberian
dan atau penyebarluasan Data Pribadi Nasabah kepada Pihak Lain.
Pasal 10
Pasal 11 …..
-7-
Pasal 11
Dalam hal Bank akan menggunakan data pribadi seseorang dan atau sekelompok
orang yang diperoleh dari Pihak Lain untuk tujuan komersial, Bank wajib
memiliki jaminan tertulis dari Pihak Lain yang berisi persetujuan tertulis dari
seseorang dan atau sekelompok orang tersebut untuk menyebarluaskan data
pribadinya.
BAB IV
SANKSI
Pasal 12
BAB V
PENUTUP
Pasal 13
Ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini tidak berlaku bagi Badan Kredit
Desa yang didirikan berdasarkan Staatsblad Tahun 1929 Nomor 357 dan
Rijksblad Tahun 1937 Nomor 9.
Pasal 14 …..
-8-
Pasal 14
Ketentuan lebih lanjut mengenai Peraturan Bank Indonesia ini akan diatur dalam
Surat Edaran Bank Indonesia.
Pasal 15
Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku 6 (enam) bulan sejak tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 20 Januari 2005
BURHANUDDIN ABDULLAH
DPNP/DPbS/DPBPR
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN BANK INDONESIA
NOMOR: 7/6/PBI/2005
TENTANG
TRANSPARANSI INFORMASI PRODUK BANK DAN
PENGGUNAAN DATA PRIBADI NASABAH
UMUM
Pemilihan produk bank oleh nasabah seringkali lebih didasarkan pada aspek
informasi mengenai manfaat yang akan diperoleh dari produk bank tersebut. Hal
ini pada satu sisi terjadi karena pada umumnya informasi mengenai produk bank
yang disediakan bank belum menjelaskan secara berimbang manfaat, risiko
maupun biaya-biaya yang melekat pada suatu produk bank. Oleh karena itu,
tidak jarang timbul perselisihan antara bank dengan nasabah yang disebabkan
karena adanya kesenjangan informasi mengenai karakteristik produk bank yang
ditawarkan bank kepada nasabah. Akibatnya, hak-hak nasabah untuk
mendapatkan informasi yang lengkap, akurat, terkini, dan utuh menjadi tidak
terpenuhi. Pada sisi yang lain, kurangnya informasi yang memadai mengenai
produk bank memungkinkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan kegiatan
usaha perbankan yang dapat merugikan nasabah sehingga diperlukan adanya
transparansi informasi mengenai produk bank untuk meningkatkan good
governance di sektor perbankan.
Selain aspek transparansi informasi mengenai produk bank yang masih
kurang memadai, nasabah dihadapkan pula pada masalah pemberian data pribadi
oleh bank kepada pihak lain di luar bank tersebut untuk tujuan komersial tanpa
izin .....
-2-
izin nasabah. Oleh karena itu, transparansi penggunaan data pribadi nasabah
perlu dilakukan agar hak-hak nasabah tetap terlindungi.
Dengan memperhatikan hal-hal diatas, maka transparansi informasi
mengenai produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah menjadi suatu
kebutuhan yang tidak dapat dihindari untuk menjaga kredibilitas lembaga
perbankan sekaligus melindungi hak-hak nasabah sebagai konsumen pengguna
jasa perbankan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
ayat (1)
Cukup jelas
ayat (2)
Cukup jelas
ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
ayat (1)
Informasi tertulis antara lain dalam bentuk leaflet, brosur, atau
bentuk …..
-3-
Pasal 5
ayat (1)
huruf a
Cukup jelas
huruf b
Jenis Produk Bank mengacu kepada kegiatan usaha Bank
sebagaimana tercantum dalam ketentuan perundang-undangan
yang berlaku seperti giro, tabungan, deposito, dan
kredit/pembiayaan.
huruf c
Bank menjelaskan secara terinci setiap manfaat yang dapat
diperoleh Nasabah dari suatu Produk Bank dan potensi risiko
yang …..
-4-
huruf h .....
-5-
huruf h
Informasi mengenai penerbit Produk Bank antara lain
mencakup keterangan mengenai siapa penerbitnya (Bank atau
lembaga keuangan bukan bank), hubungan hukum antara
penerbit dengan Bank dan Nasabah, serta hak dan kewajiban
masing-masing pihak.
ayat (2)
Informasi mengenai program penjaminan antara lain mengenai
kejelasan apakah Produk Bank tersebut termasuk dalam program
penjaminan.
Pasal 6
ayat (1)
Cukup jelas
ayat (2)
Untuk Produk Bank tertentu yang frekuensi perubahan
karakteristiknya relatif tinggi, seperti perubahan suku bunga
tabungan, pemberitahuan dapat dilakukan melalui pengumuman di
Kantor Bank dan atau media lain yang mudah diakses oleh Nasabah.
Pasal 7
Penempatan tulisan, bentuk huruf, dan warna tulisan dalam penjelasan
karakteristik Produk Bank disajikan secara proporsional dan wajar sehingga
mudah dibaca.
Kalimat yang digunakan dalam menjelaskan Produk Bank disajikan secara
singkat dan jelas sehingga mudah dimengerti.
Pasal 8 …..
-6-
Pasal 8
ayat (1)
Layanan informasi dapat berupa publikasi tertulis di setiap Kantor
Bank dan atau dalam bentuk informasi secara elektronis yang
disediakan melalui hotline service / call center atau website.
ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 9
ayat (1)
Yang dimaksud dengan tujuan komersial adalah pengunaan Data
Pribadi Nasabah oleh Pihak Lain untuk memperoleh keuntungan.
Peraturan perundang-undangan yang berlaku misalnya di bidang
informasi debitur.
ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 10
ayat (1)
Cukup jelas
ayat (2)
Klausula permintaan persetujuan bersifat opt-in, yaitu Bank dilarang
melakukan hal-hal yang menjadi tujuan pencantuman klausula
tersebut, sebelum Nasabah memberikan persetujuan.
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12 …..
-7-
Pasal 12
ayat (1)
Cukup jelas
ayat (2)
Perhitungan dalam komponen penilaian tingkat kesehatan Bank
dilakukan pada aspek manajemen.
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas