Kelompok 1:
1. Riedel Moningka
2. Michelle Poli
3. Stevania Pasumiin
4. Meysi Sumual
5. Falensia Lolora
6. Sevania Kani
7. Octhafia Montol
BETHESDA TOMOHON
T.A 2022
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah
“Model Konseptual Keperawatan Jiwa” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moral
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1. Latar Belakang.......................................................................................................1
2. Rumusan Masalah..................................................................................................2
3. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Model konseptual Keperawatan Jiwa.....................................................................3
B. Model konseptual Sosial........................................................................................6
BAB III............................................................................................................................10
PENUTUP.......................................................................................................................10
A. Kesimpulan..........................................................................................................10
B. Saran....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
Masalah Ganguan jiwa pada individu bisa terjadi karena kehidupan sosial
individu tersebut di dalam masyarakat. Ganguan jiwa yang disebabkan faktor
lingkungan sosial ini seperti isolasi sosial. Dimana tindakan isolasi sosial ini akan
membuat individu tersebut akan menimbulkan masalah ganguan jiwa yang lebih
kompleks yaitu halusinasi yang akan terjadi oleh individu tersebut terhadap
lingkungannya, keluarga, orang lain , bahkan dirinya sendiri. Berdasarkan
masalah-masalah di atas, kami tertarik untuk membahas model konseptual
keperawatan jiwa secara lebih mendalam khususnya tentang model sosial.
2. Rumusan Masalah
Apa saja konseptual dari Keperawatan Jiwa ?
3. Tujuan
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
3
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila
ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting).
Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya ( ego ) untuk mematuhi
tata tertib, peraturan, norma, agama (super ego/das uber ich), akan mendorong
terjadinya penyimpangan perilaku (defiation of behavioral).
b. Model interpersonal
c. Model sosial
4
kondisi ini akhirnya individu mengalami ketidakmampuan mengkoping stes,
ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit. Individu mengembangkan
koping yang patologis. Krisis juga bisa menyebabkan klien mengalami perubahan
perilaku. Koping yang selama ini dipakai dan dukungan dari lingkungan tidak
dapat dipakai lagi sehingga klien mengalami penyimpangan perilaku.
d. Model eksistensi
Menurut teori model eksistensi ganguan prilaku atau ganguan jiwa terjadi
bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak
memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami ganguan
dalam body image – nya.
e. Model komunikasi
Konsep ini dikemukan oleh Eric Berne. Dia mengatakan bahwa setiap
perilaku, baik verbal maupun non verbal adalah bentuk komunikasi. Ketidak
mampuan komunikasi mengakibatkan kecemasan dan frustasi
f. Model behavioral
g. Model medical
Menurut konsep ini ganguan jiwa cendrung muncul akibat multi factor
yang kompleks meliputi aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial.
Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan
diagnostic, terapi somatic, farmakologi, dan teknik interpersonal.
h. Model keperawatan
5
Konsep ini dikemukan oleh Dorethea, Orem, Joan Richi, Roy dan Martha
Rogers. Konsep ini berdasarkan teori sistem, teori perkembangan dan teori
interaksi yang bersifat holistik : bio-psiko-sosial spiritual. Perawat mengarah pada
perubahan perilaku, menyediakan waktu banyak, menciptakan hubungan yang
terapeutik dan sebagai pembela klien.
1. Pengertian
Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa perilaku
dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa situasi sosial
dan menjadi faktor predisposisi klien mengalami gangguan mental, seperti
kejadian kemiskinan, masalah keluarga dan pendidikan yang rendah. Karena
kondisi ini akhirnya individu mengalami ketidak mampuan mengkoping stres,
ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit. Individu mengembangkan
koping yang patologis. Seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor sosial dan factor lingkungan
yang akan memicu munculnya stress pada seseorang (social and environmental
factor create stress, which cause anxiety and symptom). Beberapa factor
predisposisi stress yaitu :
a. Pengaruh genetic
6
perawatan atau dirawat. Kaplan, meyakini bahwa situasi sosial dapat mencetuskan
gangguan jiwa. Oleh karena itu situasi yang dapat menjadi pencetus:
a. Fisik
Kondisi fisik adalah salah satu kondisi tejadinya kehilangan organ tubuh
akibat bencana yang memerlukan pelayanan dalam rangka adaptasi terhadap
kondisi fisiknya. Tetapi disini lingkungan tidak dapat menerima dan memberikan
adaptasi yang baik sesuai dengan keadaan normal sebelumnya. Maka hal ini bisa
menyebabkan sesorang tidak mau bersosialisasi pada masyarakat sekitarnya. Ini
merupakan salah satu factor pemicu terjadinya HDR pada sesorang tersebut.
b. Psikologi
c. Sosial
d. Budaya
7
Semakin berkembangnya budaya idealism di dalam masyarakat kita
menjadi lebih mementingkan diri masing – masing, yang seharusnya budaya lebih
mementingkan kebersamaan untuk menciptakan masyarakat yang lebih nyaman.
Hal ini lah yang dapat membuat terjadinya kesenjangan di dalam masyarakat.
e. spiritual
3. Model Terapi
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien
harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat
melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan terapis
berupaya menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di
sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
a. peran klien :
8
3) Mengubah perilaku sehingga menjadi sehat
b. peran terapis :
Terapi yang dianjurkan adalah terapi sosial dan pasien tidak dianjurkan
untuk dirawat di rumah sakit. Terapis dianjurkan untuk ke mengunjungi pasien di
masyarakat. Dan aktivitas yang dilakukan adalah penyuluhan terhadap kelompok
masyarakat dan konseling
Ketentuan hubungan pasien dan terapis (perawat) adalah terapi akan dapat
menolong pasien hanya apabila pasien meminta pertolongan. Pasien datang ke
terapis untuk menjelaskan masalahnya dan meminta untuk dibantu
menenyelesaikan masalahnya. Pasien juga mempunyai hak menolak intervensi
terapeutik yang diberikan. Terapi akan sukses jika pasien puasa dengan perubahan
yang terjadi dalam hidupnya. Terapis bersama-sama dengan pasien meningkatkan
perubahan. Perubahan tersebut menyangkut membuat rekomendasi tentang arti
yang mungkin dari apa elemen penyesuain diri yang efektif, tidak termasuk
beberapa elemen yang termasuk dalam paksaan terhadap tindakan di rumah sakit
jika pasien tidak setuju dengan rekomendasi yang dianjurkan oleh terapis.
Ketentuan dari terapi juga termasuk didalamnya perlindungan pasien dari tuntutan
sosial terhadap prilaku kekerasan di lingkungan sosial (Caplan dalam Stuart &
Laraia, 2005).
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model sosial merupakan salah satu contoh model yang dapat dikembangkan
dan diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan khususnya keperawatan
jiwa. Fokus model sosial ini adalah lingkungan sosial yang dapat berpengaruh
terhadap individu dan pengalaman hidupnya.
Aplikasi model sosial ini dapat diterapkan pada proses keperawatan jiwa yaitu
pada saat perawat mengkaji pasien dengan gangguan sosial dan saat melakukan
tindakan keperawatan. Dengan mengaplikasikan model sosial ini maka diharapkan
dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan jiwa.
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, sundeen. 1998. Buku saku Keperawatan jiwa edisi 3. Jakarta ; EGC
11