Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN JIWA “

Dosen Pengajar : Ns. Welmin Lumi, S.Kep., M.Kes

Kelompok 1:

1. Riedel Moningka
2. Michelle Poli
3. Stevania Pasumiin
4. Meysi Sumual
5. Falensia Lolora
6. Sevania Kani
7. Octhafia Montol

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BETHESDA TOMOHON

T.A 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah

diberikan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Model Konseptual Keperawatan Jiwa” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari

penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari tentang

konseptual keperawatan jiwa.Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan

terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moral

maupun materi sehingga makalah ini dapat selesai.

Tomohon, 24 Agustus 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1. Latar Belakang.......................................................................................................1
2. Rumusan Masalah..................................................................................................2
3. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Model konseptual Keperawatan Jiwa.....................................................................3
B. Model konseptual Sosial........................................................................................6
BAB III............................................................................................................................10
PENUTUP.......................................................................................................................10
A. Kesimpulan..........................................................................................................10
B. Saran....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dengan berkembangnya teknologi maka manusia harus dituntut untuk


berkembang dengan kemajuan teknologi saat ini.seseorang atau individu itu
sendiri harus mampu mengikuti perkembangan tersebut dengan kemampuan dan
support system dalam beradaptasi. Karena akan banyaknya timbul stressor yang
berasal dari lingkungan luar maupun dalam lingkup individu itu sendiri. Seiring
dengan semakin tingginya stressor yang dihadapi individu dalam masyarakat,
seperti tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin kompleks, berdampak
pada tingkat stress individu. Kondisi tersebut beresiko tinggi menyebabkan
gangguan fisik dan jiwa, sehingga dapat diprediksi angka kesakitan semakin
meningkat khususnya gangguan jiwa.Disinilah konsep – konsep keperawatan jiwa
akan disampaikan khususnya pada konsep modal sosial.

Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam


lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu menciptakan
perubahan yang adaptif baik secara mandiri maupun bantuan perawat. Model
konseptual keperawatan jiwa merupakan upaya yang dilakukan baik oleh perawat
untuk menolong seseorang dalam mempertahankan keseimbangan melalui
mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stresor yang dialaminya
(Videbeck, 2008 : 54).

Sedangkan model sosial itu sendiri adalah lingkungan sosial. Lingkungan


sosial tersebut dapat berakibat terhadap individu dan pengalaman individu dalam
hidupnya. Menurut Szass & Caplan dalam Stuart & Laraia (2005), budaya dapat
berguna dalam mengartikan gangguan jiwa, terapi dan memastikan masa depan
pasien.

1
Masalah Ganguan jiwa pada individu bisa terjadi karena kehidupan sosial
individu tersebut di dalam masyarakat. Ganguan jiwa yang disebabkan faktor
lingkungan sosial ini seperti isolasi sosial. Dimana tindakan isolasi sosial ini akan
membuat individu tersebut akan menimbulkan masalah ganguan jiwa yang lebih
kompleks yaitu halusinasi yang akan terjadi oleh individu tersebut terhadap
lingkungannya, keluarga, orang lain , bahkan dirinya sendiri. Berdasarkan
masalah-masalah di atas, kami tertarik untuk membahas model konseptual
keperawatan jiwa secara lebih mendalam khususnya tentang model sosial.

2. Rumusan Masalah
Apa saja konseptual dari Keperawatan Jiwa ?

3. Tujuan

a. Tujuan umum

Mahasiswa mampu mengetahui tentang model konseptual keperawatan jiwa


(model sosial)

b. Tujuan khusus

1. Menjelaskan model konseptual keperawatan jiwa

2. Mengidentifikasi model konseptual sosial

3.Menjelaskan aplikasi model sosial

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model konseptual Keperawatan Jiwa

1. Pengertian

Model adalah cara mengorganisasi pokok pengetahuan yang kompleks.


Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu,
kelompok, situasi, atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya
(Brockopp, 1999).

Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang


situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model
konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat
mendapatkan informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu
saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat
kerjakan (Brockopp, 1999 : 73).

Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam


situasi lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa
menciptakan perubahan yang adaktif dengan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia. Model konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong
orang tersebut mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang
positif unutk mengatasi stresor ini (Videbeck, 2008 : 54).

2. Macam –macam model konseptual keperawatan jiwa

Menurut Yosep (2009 : 12), konseptual model keperawatan, dapat dikelompokkan


menjadi beberapa model yaitu :

a. Model psikoanalisa ( Freud, Erickson )

3
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila
ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting).
Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya ( ego ) untuk mematuhi
tata tertib, peraturan, norma, agama (super ego/das uber ich), akan mendorong
terjadinya penyimpangan perilaku (defiation of behavioral).

Proses terapeutik Psikoanalisa memakai : Free association, analisa mimpi


dan transfer untuk membentuk kembali perilaku. Free association : mencurahkan
seluruh pikiran dan perasaan tanpa ada sensor. Terapist akan mencari pola kata-
kata dan area yang secara tidak sadar dihindari. Kemudian dibandingkan dengan
ilmu terapist tentang pengetahuan tentang jiwa dan konflik. konflik yang dihindari
klien dianggap hambatan dan harus diselesaikan. Analisa mimpi : menjadi
gambaran konflik intra psikis yang menjadi hambatan klien dalam berperilaku.
Simbol-simbol mimpi dianalisa dan disimpulkan. Kedua proses ini dilengkapi
dengan transfer yaitu terapist menjadi sasaran perilaku atau perasaan klien.

b. Model interpersonal

Teori ini dikemukakan oleh Harri Stack Sullivan. Dia menganggap


perilaku itu merupakan bentukan karena adanya interaksi dengan orang lain atau
lingkungan sosial. Kecemasan disebabkan perilakunya tidak sesuai atau tidak
diterima orang lain sehingga akan ditolak oleh lingkungan. Perilaku timbul karena
adanya dorongan untuk kepuasan dan dorongan untuk keamanan. Perilaku karena
adanya dorongan untuk memuaskan diri disebabkan karena adanya kelaparan,
tidur, kenyamanan dan kesepian. Keamanan berhubungan dengan penyesuaian
diri terhadap nila-nilai budayaseperti nilai-nilai masyarakat dan suku. Sulivan
beranggapan bila kemampuan untuk memenuhi kebutuhan akan kepuasan dan
keamanan terganggu maka dia akan mengalami sakit mental.

c. Model sosial

Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa


perilaku dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa situasi
sosial dan menjadi faktor predisposisi klien mengalami gangguan mental, seperti
kejadian kemiskinan, masalah keluarga dan pendidikan yang rendah. Karena

4
kondisi ini akhirnya individu mengalami ketidakmampuan mengkoping stes,
ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit. Individu mengembangkan
koping yang patologis. Krisis juga bisa menyebabkan klien mengalami perubahan
perilaku. Koping yang selama ini dipakai dan dukungan dari lingkungan tidak
dapat dipakai lagi sehingga klien mengalami penyimpangan perilaku.

d. Model eksistensi

Menurut teori model eksistensi ganguan prilaku atau ganguan jiwa terjadi
bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak
memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami ganguan
dalam body image – nya.

e. Model komunikasi

Konsep ini dikemukan oleh Eric Berne. Dia mengatakan bahwa setiap
perilaku, baik verbal maupun non verbal adalah bentuk komunikasi. Ketidak
mampuan komunikasi mengakibatkan kecemasan dan frustasi

f. Model behavioral

Konsep ini berdasarkan teori belajar, dan mengatakan bahawa semua


perilaku itu dipelajari. Perilaku seseorang karena dia belajar itu dari
lingkungannya. Fokus konsep ini terletak pada tindakan, bukan pada pikiran atau
perasaan individu. Perubahan perilaku membuat perubahan pada kognitif dan
afektif.

g. Model medical

Menurut konsep ini ganguan jiwa cendrung muncul akibat multi factor
yang kompleks meliputi aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial.
Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan
diagnostic, terapi somatic, farmakologi, dan teknik interpersonal.

h. Model keperawatan

5
Konsep ini dikemukan oleh Dorethea, Orem, Joan Richi, Roy dan Martha
Rogers. Konsep ini berdasarkan teori sistem, teori perkembangan dan teori
interaksi yang bersifat holistik : bio-psiko-sosial spiritual. Perawat mengarah pada
perubahan perilaku, menyediakan waktu banyak, menciptakan hubungan yang
terapeutik dan sebagai pembela klien.

B. Model konseptual Sosial

1. Pengertian

Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa perilaku
dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa situasi sosial
dan menjadi faktor predisposisi klien mengalami gangguan mental, seperti
kejadian kemiskinan, masalah keluarga dan pendidikan yang rendah. Karena
kondisi ini akhirnya individu mengalami ketidak mampuan mengkoping stres,
ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit. Individu mengembangkan
koping yang patologis. Seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor sosial dan factor lingkungan
yang akan memicu munculnya stress pada seseorang (social and environmental
factor create stress, which cause anxiety and symptom). Beberapa factor
predisposisi stress yaitu :

a. Pengaruh genetic

b. Pengaruh masa lalu

c. Pengaruh konflik lain

Pada lingkungan sosial yang mempengaruhi individu dan pengalaman hidupnya.


kondisi sosial bertanggung jawab terhadap penyimpangan perilaku. Prilaku yang
dianggap normal pada suatu daerah tertentu mungkin sebagai penyimpangan pada
daerah yang lain. Individu yang sudah dilabel atau dicap jika tidak dapat
menyesuaikan diri dengan norma lingkungan, maka perilaku tersebut memerlukan

6
perawatan atau dirawat. Kaplan, meyakini bahwa situasi sosial dapat mencetuskan
gangguan jiwa. Oleh karena itu situasi yang dapat menjadi pencetus:

a. Kemiskinan, situasi keuangan tidak stabil, pendidikan tidak adekuat.

b. Kurang mampu mengatasi stress.

c. Kurang support system

2. Faktor - faktor perubahan prilaku

Di dalam kehidupan sosial masyarakat, individu memiliki beberapa aspek factor


terjadinya ganguan prilaku sosial terhadap individu.

a. Fisik

Kondisi fisik adalah salah satu kondisi tejadinya kehilangan organ tubuh
akibat bencana yang memerlukan pelayanan dalam rangka adaptasi terhadap
kondisi fisiknya. Tetapi disini lingkungan tidak dapat menerima dan memberikan
adaptasi yang baik sesuai dengan keadaan normal sebelumnya. Maka hal ini bisa
menyebabkan sesorang tidak mau bersosialisasi pada masyarakat sekitarnya. Ini
merupakan salah satu factor pemicu terjadinya HDR pada sesorang tersebut.

b. Psikologi

Berbagai masalah psikologi yang dialami masyarakat atau individu seperti


ketakutan, trauma, kecemasan maupun kondisi yang lebih berat di karenakan
kondisi suatu peristiwa atau insiden yang terjadi di lingkungan pada masa lalu.

c. Sosial

Dimana seseorang akan mengalami keadaan duka dan konflik


berkepanjangan seperti kehilangan keluarga yang di cintai, kehilangan pekerjaan,
tempat tinggal dan harta benda akibat musibah yang melanda. Akibat tidak adanya
pelayanan dari berbagai sektor dapat memicu ketidakpuasan dalam kehidupan
sosial.

d. Budaya

7
Semakin berkembangnya budaya idealism di dalam masyarakat kita
menjadi lebih mementingkan diri masing – masing, yang seharusnya budaya lebih
mementingkan kebersamaan untuk menciptakan masyarakat yang lebih nyaman.
Hal ini lah yang dapat membuat terjadinya kesenjangan di dalam masyarakat.

e. spiritual

Nilai – nilai agama yang terlalu kuat di dalam masyarakat dapat


menimbulkan deskriminasi terhadap agama minoritas. Potensi inilah yang dapat
berkembang di masyarakat terjadinya konflik dan berbagai masalah yang tidak
dapat terselesaikan.

3. Model Terapi

Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien
harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat
melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan terapis
berupaya menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di
sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.

a. peran klien :

1) Bekerja samalah dengan terapis dengan menceritakan seluruh masalah


yang dialaminya dan aktif terlibat dalam proses pemulihan. Disini tujuannya yaitu
perawat mampu menganalisa faktor utama yang menyebabkan klien mengalami
gangguan jiwa, selain itu klien juga dapat membina hubungan baik antara perawat
sehingga lebih mudah dalam proses pemulihan.

2) Menggunakan sistem pendukung sosial. yang dimaksud kan system


pendukung sosial disini adalah selain terapis dalam proses pemulihan juga
diharapkan berperannya anggota keluarga lain yang dapat membantu karena klien
akan lebih mudah mengerti tujuan utama yang diharapkan oleh terapis jika yang
menyampaikan adalah orang terdekat klien. Selain itu dalam proses sosialisasi
juga dibutuhkan alat bantu pendukung seperti gambar, buku cerita sehingga klien
lebih mudah untuk mengerti.

8
3) Mengubah perilaku sehingga menjadi sehat

Disini klien diharapkan secara bertahap mampu untuk memulihkan prilaku


yang kurang baik menjadi baik, juga klien dapat mengerjakan sesuatu dimulai dari
hal yang terkecil seperti mengurusi mandi sendiri pada setiap hari.

b. peran terapis :

Terapi yang dianjurkan adalah terapi sosial dan pasien tidak dianjurkan
untuk dirawat di rumah sakit. Terapis dianjurkan untuk ke mengunjungi pasien di
masyarakat. Dan aktivitas yang dilakukan adalah penyuluhan terhadap kelompok
masyarakat dan konseling

Ketentuan hubungan pasien dan terapis (perawat) adalah terapi akan dapat
menolong pasien hanya apabila pasien meminta pertolongan. Pasien datang ke
terapis untuk menjelaskan masalahnya dan meminta untuk dibantu
menenyelesaikan masalahnya. Pasien juga mempunyai hak menolak intervensi
terapeutik yang diberikan. Terapi akan sukses jika pasien puasa dengan perubahan
yang terjadi dalam hidupnya. Terapis bersama-sama dengan pasien meningkatkan
perubahan. Perubahan tersebut menyangkut membuat rekomendasi tentang arti
yang mungkin dari apa elemen penyesuain diri yang efektif, tidak termasuk
beberapa elemen yang termasuk dalam paksaan terhadap tindakan di rumah sakit
jika pasien tidak setuju dengan rekomendasi yang dianjurkan oleh terapis.
Ketentuan dari terapi juga termasuk didalamnya perlindungan pasien dari tuntutan
sosial terhadap prilaku kekerasan di lingkungan sosial (Caplan dalam Stuart &
Laraia, 2005).

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model sosial merupakan salah satu contoh model yang dapat dikembangkan
dan diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan khususnya keperawatan
jiwa. Fokus model sosial ini adalah lingkungan sosial yang dapat berpengaruh
terhadap individu dan pengalaman hidupnya.

Aplikasi model sosial ini dapat diterapkan pada proses keperawatan jiwa yaitu
pada saat perawat mengkaji pasien dengan gangguan sosial dan saat melakukan
tindakan keperawatan. Dengan mengaplikasikan model sosial ini maka diharapkan
dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan jiwa.

B. Saran

1. Perawat diharapkandapat menerapkan model konseptual keperawatan jiwa


khususnya model sosialdalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dirumah sakit
maupun dilingkungan masyarakat.

2. Institusi pelayanan keperawatan khususnya rumah sakit maupun puskesmas


diharapkan mampu melayani masyarakat dengan menggunakan model konseptual
sosial kepada masyarakat baik yang mengalami gangguan maupun tidak.

3. Institusi pendidikan keperawatan dapat memberikan pendidikan yang


mendalam mengenai model konseptual khususnya model sosialsehingga ketika
turun kelapangan mahasiswa dan mahasiswi dapat melakukan perawatan yang
baik dan benar.

10
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, sundeen. 1998. Buku saku Keperawatan jiwa edisi 3. Jakarta ; EGC

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan jiwa. Bandung : PT Refika Aditama

Suliswati, Dkk. 2004. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa.Jakarta : EGC

Anna, budi. 2004. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

11

Anda mungkin juga menyukai