Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan tenaga listrik dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini
disebabkan oleh karena semakin meningkatnya taraf hidup masyarakat serta banyaknya
pembangunan di sektor industri dan pariwisata, maka ketersediaan listrik harus semakin
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas menyangkut mutu dan keandalan,
sedangkan kuantitas adalah menyangkut kontinuitas sistem penyalurannya. Untuk lebih
meningkatkan keandalan mutu penyaluran dan pelayanan energi listrik kepada konsumen,
maka diperlukan sistem pengaman yang handal dan sistem pemeliharaan instalasi.
Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem distribusi yang
berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk
membagikan/mendistribusikan tenaga listrik pada beban/konsumen baik konsumen
tegangan menengah maupun konsumen tegangan rendah
Gardu distribusi tipe portal merupakan salah satu gardu distribusi untuk konsumen
tegangan rendah, gardu portal adalah gardu listrik tipe outdoor memakai konstruksi tiang
yang kedudukan transformatornya minimal 3 meter di atas platform dengan peralatan
pengaman lebur cut out (FCO) dan Lightning arrester (LA) sebagai peralatan pengaman
pada transformator
Pemeliharaan merupakan suatu pekerjaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan
jaminan bahwa suatu sistem / peralatan akan berfungsi secara optimal, umur teknisnya
meningkat dan aman bagi personil maupun bagi masyarakat.
Pemeliharaan pada gardu distribusi sangat penting untuk kontinyunitas penyaluran
listrik karena banyak sekali gangguan yang dapat terjadi pada gardu distribusi seperti trafo
daya tidak stabil, beban tidak seimbang, pembebanan yang melebihi kapasitas trafo dan
masalah lain yang sering terjadi pada pusat-pusat beban, serta kurang terpeliharanya
peralatan-peralatan pengaman pada gardu.
Pemeliharaan pada gardu distribusi portal terdapat dua jenis pemeliharaan yaitu
pemeliharaan yang rutin atau secara terjadwal agar tidak terjadinya gangguan yang tidak
diinginkan dan pemeliharaan korektif yaitu pemeliharaan pada saat terjadinya gangguan
1
Berdasakan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan kerja praktek dengan
judul “ PEMELIHARAAN GARDU DISTRIBUSI TIPE PORTAL 20 kV PADA PT
PLN (PERSERO) ULP KUPANG ” Hasil yang di harapkan penulis untuk menambah ilmu
yang sudah di dapatkan pada perkuliahan dan bisa terjun langsung ke lapangan dan melihat
langsung peralatan peralatan listrik yang ada pada sistem distribusi listrik khususnya pada
gardu distribusi tipe portal.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana cara melakukan pemeliharan pada gardu distribusi tipe portal.?
2. Bagaimana cara menanggulangi gangguan pada gardu distribusi tipe portal.?

1.3. Batasan Masalah

Laporan Kerja Praktek ini membahas tentang Permasalahan-permasalahan Gardu


Distribusi 20 kV tipe portal,serta metode pemeliharaannya.

1.4 Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam kerja praktek ini adalah :
1. Kapan gardu tipe portal digunakan ?
2. Komponen peralatan listrik apa saja yang terdapat pada gardu distribusi ?
3. Apa yang dimaksud dengan gardu tipe portal ?

1.5. Manfaat Kerja Praktek

Manfaat yang diharapkan dari kerja praktek ini adalah:


1. Menerapkan materi yang sudah di dapat di perkuliahan dan bisa dilihat langsung
di lapangan .
2. Menambah keterampilan, wawasan dan pengalaman khususnya di bidang
kelistrikan pada keahlian ketenagaan didunia kerja secara langsung.
3. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dalam mengumpulkan,
menganalisa dan menyimpulkan suatu permasalahan teknis.
2
1.6. Metode Penulisan

Metode penulisan yang di gunakan pada penyusunan laporan ini adalah


sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Metode ini dilakukan dengan membaca beberapa referensi buku dari berbagai
sumber yang terdapat di perpustakaan kampus atau perpustakaan lain yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas serta mencari data dari
berbagai situs internet yang diharapkan dapat mendukung terealisasinya laporan
kerja praktek ini.
2. Observasi
Metode ini dilakukan dengan melakukan pengamatan di lokasi tempat praktek, yaitu
di PT PLN (persero) ULP Kupang
3. Diskusi
Metode ini dilakukan dengan berdiskusi atau sharing kepada pembimbing akademik
dan pembimbing lapangan, serta karyawan PT. PLN (persero) ULP Kupang

1.7. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika pembahasan yang akan diuraikan dalam laporan ini terbagi dalam bab-
bab yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang, tujuan, permasalahan, batasan masalah, metoda
penelitian, dan sistematika penulisan laporan yang digunakan dalam pembuatan
laporan ini.
BAB II : GAMBARAN UMUM PT PLN (Persero) ULP KUPANG
Membahas tentang sejarah singkat, visi, misi, motto perusahaan, tata nilai
perusahaan, dan struktur organisasi PT.PLN (Persero)ULP KUPANG.
BAB III : DASAR TEORI
Teori-teori yang digunakan dalam menyelesaikan laporan ini akan dibahas dalam
bab ini.
BAB IV : HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN
Membahas tentang pemeliharaan gardu distribusi 20 kV tipe portal yang ada di kota Kupang

3
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan serta analisa yang diperoleh, untuk
meningkatkan mutu dari sistem yang telah dibuat serta saran-saran untuk perbaikan
dan penyempurnaan sistem.

4
BAB II
GAMBARAN UMUM PT. PLN (PERSERO) ULP KUPANG
2.1 Lokasi Perusahaan
Nama : PT. PLN (PERSERO) ULP KUPANG
Alamat: Jl. Palapa No. 27 Kupang
Telepon : ( 0380 ) 821 217
Call Center: 123
PLN merupakan Perusahaan yang berwenang untuk menyediakan energi listrik
untuk kebutuhan masyarakat. Tampak depan PT. PLN (PERSERO) ULP KUPANG
ditunjukan dalam Gambar berikut ini:

5
Gambar 2.1 Tampak depan PT. PLN (PERSERO)ULP KUPANG

2.2 Visi dan Misi Perusahaan


1. Visi
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul dan
Terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
2. Misi
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yan terkait, berorientasi pada
kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
2.3 Motto Perusahaan
Motto dari Perusahaan yaitu: Listrik Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik
(Electricity for a better life).
2.4 Sejarah PT. PLN (Persero) ULP Kupang
Pada tanggal 27 Oktober 1945, secara resmi terbentuklah PT. PLN (Persero)
yang ditugasi mengelola sektor ketenagalistrikan di seluruh Wilayah Indonesia.Dalam
menjalankan usahanya, PT. PLN (Persero) ditopang oleh beberapa unit bisnis yang
salah satu diantaranya adalah PLN Wilayah XI dengan Wilayah Kerja meliputi Bali,
Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Seiring dengan lahirnya kebijakan Pemerintah tentang otonomi daerah dan
restrukturisasi sektor ketenagalistrikan pada tahun 1998, maka PT. PLN (Persero)
melakukan restrukturisasi organisasi dalam bentuk pembentukan wilayah / unit bisnis
baru. PLN Wilayah XI merupakan salah satu unit bisnis dengan wilayah kerja yang
sangat luas sehingga dipandang perlu untuk melakukan pengembangan organisasi
terhadap unit bisnis ini. Langkah-langkah persiapan pemekaran pun mulai dilakukan,
tepatnya pada tanggal 20 Februari 2001 terbitlah Surat Keputusan Direksi nomor
032.K/010/Dir/2001 yang menetapkan terbentuknya PT. PLN (Persero) Wilayah
UsahaNusa Tenggara Timur. PT PLN (Persero) Wilayah UsahaNusa Tenggara Timur
saat itu masih menginduk ke PLN Wilayah XI. Masa itu merupakan masa persiapan

6
dan cikal bakal terbentuknya PLN NTT. Berkat komitmen, usaha dan kerja keras
seluruh pegawai yang tak kenal lelah, masa-masa persiapan itupun dapat dilalui
dengan baik. PLN NTT akhirnya, pada tanggal 25 Juni 2002 berdasarkan Surat
Keputusan Direksi nomor 087.K/010/Dir/2002, resmi terbentuk dengan status sebagai
Unit Bisnis PT PLN (Persero) yang mempunyai wilayah kerja di seluruh Propinsi
Nusa Tenggara Timur. PLN NTT awalnya memiliki dua Unit Cabang, yaitu Cabang
Kupang dengan 8 Unit ranting dan 86 Unit Sub Ranting, serta Cabang Endedengan 4
Unit Ranting dan 56 Unit Sub Ranting. Dalam perkembangannya telah terjadi
perubahan status 5 (lima) unit sub ranting menjadi ranting, yaitu Labuan Bajo,
Lembata, Mbay dan Adonara di Cabang Ende dan Rote Ndao di Unit Cabang Kupang.
Selain itu, PLTD Tenau dan Kuanino di PLN Cabang Kupang berubah status menjadi
Pusat Listrik Tenaga Diesel Kupang, PLTD Mautapaga Cabang Ende menjadi Pusat
Listrik Tenaga Diesel Ende, PLTD Kambajawa menjadi Pusat Listrik Waingapu,
PLTD Wolomarang menjadi Pusat Listrik Maumere dan Pembangunan PLTP
Mataloko di Bajawa serta pembentukan Rayon Kupang.
PLN NTT kini telah ditopang oleh 4 Unit Cabang, 15 Unit Ranting, 5 Unit Pusat
Listrik dan 1 Unit Rayon. Kesemuanya itu adalah perwujudan tekad untuk semakin
memberikan pelayanan terbaik bagi para pelanggannya. PLN NTT Cabang Kupang
secara historis diketahui bahwa sebelum tahun 1945 yaitu jauh sebelum PLN Cabang
Kupang didirikan di Kota Kupang, telah terdapat sebuah perusahaan listrik milik
swasta (bangsa Tionghoa/China) dengan nama EMTO (Eletriche Matscaphapy Timor
On Order Heiden). Kemudian pada tahun 1964 didirikan lagi sebuah perusahaan listrik
di Kota Kupang dengan nama Perusahaan Listrik Negara Eksploitasi VIII Cabang
Kupang milik negara, sehingga pada saat itu di Kota Kupang terdapat dua perusahaan
listrik. Perusahaan listrik swasta (EMTO) beroperasi melayani masyarakat yang
berdomisili disekitar pabrik yaitu Bonipoi, Merdeka, Oeba, Kampung Solor, LLBK,
Fontein Bawah, Air Mata, Benteng dan sekitarnya, sedangkan perusahaan Listrik
Negara Eksploitasi VIII Cabang Kupang beroperasi mulai dari Fontein atas, Kampung
Baru, Merdeka bagian atas, Kuanino, Oebobo, Naikoten I dan II, Tingkat I,
Oepura,dan Bakunase.
Perusahaan Listrik Negara Eksploitasi VIII di Kupang tersebut adalah berdasarkan
undang-undang no.9 tahun 1960, tentang nasionalisasi perusahaan asing yang bersifat

7
vital yaitu semua perusahaan swasta diseluruh wilayah Indonesia di ambil alih oleh
pemerintah dan dilebur menjadi perusahaan listrik negara, khusus bagi propinsi Nusa
Tenggara Timur, pelaksanaan peleburan EMTO kedalam Perusahaan Listrik Negara
Eksploitasi VIII Cabang Kupang baru mulai dilakukan pada tanggal 1 Oktober
1965.Perusahaan Listrik Negara Eksploitasi VIII Cabang Kupang tahun 1975 mulai
ditingkatkan statusnya menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara Wilayah XI Cabang
Kupang. Dan sejak itu sampai tahun 2000 PLN Cabang Kupang bernaung dibawah PT
PLN (Persero) Wilayah XI yang bekedudukan di Denpasar. Pada Bulan Juli tahun
2001 dengan PT PLN (Persero) Wilayah XI membuka kantor unit Bisnis Wilayah
Usaha Nusa Tenggara Timur dengan nama PT PLN (Persero) Wilayah Usaha NTT
dan kemudian berubah status menjadi PLN NTT.PT PLN (Persero) Cabang Kupang
berada dibawah naungan PLN NTT. PLN NTT Cabang Kupang yang mengemban
tugas sangat penting dalam memberikan pelayanan dan informasi kepada masyarakat
luas khususnya pelanggan PLN yang berada di wilayah Kota/Kabupaten antara lain :
Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten TTS, Kabupaten TTU, Kabupaten Belu,
Kabupaten Rote Ndao, dan Kabupaten Alor.
PLN NTT Cabang Kupang dalam pendistribusian tenaga listrik mewadahi
daerah Tingkat II Kota dan Kabupaten dimana kantor yang berkedudukan di
Kota/Kabupaten ini berstatus kantor ranting. Kecuali kantor PT PLN (Persero)
Wilayah NTT Cabang Kupang Ranting Oesao yang berlokasi diluar Kota/Kabupaten
yaitu di Kota Kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Kupang
Kecamatan Kupang Timur.
Unit-unit yang berada dibawah naungan PLN NTT Cabang Kupang yaitu:
1. PT PLN (Persero) Wilayah NTT Cabang Kupang Rayon Kupang
2. PT PLN (Persero) Wilayah NTT Cabang Kupang Ranting Oesao
3. PT PLN (Persero) Wilayah NTT Cabang Kupang Ranting Soe
4. PT PLN (Persero) Wilayah NTT Cabang Kupang Ranting Kefamenanu
5. PT PLN (Persero) Wilayah NTT Cabang Kupang Ranting Atambua
6. PT PLN (Persero) Wilayah NTT Cabang Kupang Ranting Rote Ndao
7. PT PLN (Persero) Wilayah NTT Cabang Kupang Ranting Kalabahi
8. PT PLN (Persero) Wilayah NTT Cabang Kupang PLTD Kupang

8
Pada tanggal 21 November 2011 berdasarkan Surat Keputusan Direksi nomor
1351.K/010/DIR/2011, 1352.K/010/DIR/2011, dan 1353.K/010/DIR/2011 Cabang Kupang
berubah menjadi Unit Layanan yang terbagi menjadi 3 (tiga) Unit Layanan, yaitu Unit
Layanan Soe, Unit Layanan Atambua, dan Unit Layanan Kupang. Namun, organisasi Unit
Layanan hanya berlangsung beberapa bulan saja. Sesuai Keputusan Direksi nomor
083.K/Dir/2012 tanggal 28 Februari 2012 tentang Organisasi PT PLN (Persero) Wilayah
Nusa Tenggara Timur Area Kupang maka PLN Unit Layanan Kupang berganti nama
menjadi Area Kupang . Adapun wilayah kerja PLN Area Kupang meliputi Rayon Kupang,
Rayon Oesao, Rayon So’E, Rayon Kefamenanu, Rayon Atambua, Rayon Kalabahi, dan
Rayon Rote Ndao.Dengan demikian PLN Wilayah Nusa Tenggara Timur kini telah ditopang
oleh 4 Unit Cabang dan 16 Unit Ranting. Kesemuanya itu adalah perwujudan tekad untuk
semakin memberikan pelayanan terbaik bagi para pelanggannya. Berbagai hambatan telah
terlewati, sederet prestasi mampu diraih, kesemuanya sungguh bukanlah akhir tetapi awal
yang harus memotivasi kita menghasilkan karya-karya yang lebih berharga demi PLN
tercinta.

2.5 Struktur Organisasi


Struktur organisasi PT.PLN (Persero) ULP Kupang

MANAJER ULP Kupang

Margi Setiyono

SPV. PELAYANAN SPV. TEKNIK SPV TRANSAKSI PJ. PELAKSANA K3L


PELANGGAN DAN ENERGI
ADMINISTRASI

Gede Ambara Natha Josep Maruli Tambunan Dwi Prasetyo Utomo Maharesmi Apsari

Marthin Udju Lazio Rahamando Yulius Amin Triyono


Medo Alce Febrina Djari Aditya Parlindungan N Siregar Hubertus Neni
Mohamad Rizaniani Yemerson Paulus Oematan Dimas Wijaya
Januarivan Edy Frans Hutagaol Dennis Riadi Ambi
Jitron Orlando Ismau
I Gede August Santra Jaya
9
Keterangan Gambar :
ULP : Unit Layanan Pelanggan
SPV : Supervisor
PJ K3L : Pejabat Keselamatan, Kesehatan Kerja, Kemanan dan Lingkungan

2.6 Uraian Tugas Perusahaan pada PT. PLN (Persero) ULP Kupang
2.6.1 Manager ULP Kupang
Dalam hal ini manager bertanggungjawab atas pengelolaan operasi dan
pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik, niaga, pelayanan pelanggan sesuai
dengan kewenangannya dalam rangka meningkatkan pelayanan ketenagalistrikan
secara efisiensi dan efektif dengan mutu dan keandalan untuk mencapai target kinerja
unit.

Tugas pokok dari manager ULP yaitu:


 Mengkoordinasikan program kerja dan anggaran sebagai pedoman kerja
untuk mencapai kinerja unit.
 Mengkoordinir pelaksanaan Pedoman Keselamatan Ketenagalistrikan
(K2) dan K3 untuk keselamatan dan keamanan pegawai dalam bekerja.
 Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi untuk
mempertahankan keandalan pasokan energi tenaga listrik.
 Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan Tata Uaha
Langganan (TUL).
 Mengkoordinir proses pengelolaan keuangan dan pendapatan.
 Melakukan evaluasi Realisasi Kinerja Unit Layanan Pelanggan.
 Melakukan evaluasi teknis kegiatan sistem operasi dan pemeliharaan
jaringan distribusi.
 Melakukan pengendalian komunikasi dan hubungan kerja internal dan
eksternal dengan stakeholder perusahaan.

10
2.6.2 Supervisor Pelayanan Pelanggan dan Administrasi
Dalam hal ini supervisor pelayanan pelanggan dan administrasi
bertanggungjawab atas pengelolaan administrasi tata usaha langganan,
perkantoran, sarana kerja, keamanan serta administrasi keuangan di Unit
Layanan Pelanggan.
Tugas pokok dari supervisor pelayanan pelanggan dan administrasi yaitu:
 Mengelola keamanan dan K3 di lingkungan gedung ULP.
 Melaksanakan Fungsi Tata Usaha Langganan.
 Mengatur administrasi perkantoran, pemeliharaan gedung/kantor dan
fasilitas kerja.
 Mengelola Fungsi Keuangan di ULP.
 Mengelola fungsi kehumasan

2.6.3 Supervisor Teknik


Dalam hal ini supervisor teknik bertanggungjawab atas pengendalian
operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi, pemantauan susut distribusi, dan
upaya penurunannya, pengelolaan dan pengembangan asset jaringan dan
konstruksi distribusi serta penyambungan dan pemutusan.
Tugas pokok dari supervisor teknik yaitu:
 Meningkatkan keandalan sistem operasi jaringan distribusi.
 Memelihara jaringan distribusi.
 Mengendalikan pelayanan gangguan dan mengkoordinir petugas
pelayanan teknik.
 Memantau dan mengevaluasi susut distribusi dan upaya penurunannya.
 Mengelola asset jaringan dan konstruksi distribusi.
 Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan penyambungan dan pemutusan.
 Memastikan penyusunan RAB dan SPK pekerjaan Distribusi sesuai
ketentuan yang berlaku.

2.6.4 Supervisor Transaksi Energi

11
Dalam hal ini supervisor transaksi energi bertanggungjawab dalam
kegiatan manajemen billing dan settlemen energi listrik untuk memenuhi
standar yang berlaku.
Tugas pokok dari supervisor transaksi energi yaitu:
 Melakukan koordinasi pelaksanaan manajemen billing, pengendalian
APP dan penyaluran energi dengan bagian terkait.
 Melakukan koordinasi dan membuat kinerja vendor pelaksana
manajemen billing.
 Memantau hasil baca meter pelanggan dengan pengukuran tidak
langsung termasuk AMR.
 Mengevaluasi data penyaluran energi untuk settlement.
 Mengevaluasi gagal baca meter AMR dan tindak lanjutnya.
 Melakukan koordinasi hasil proses billing dengan ULP.
 Menyiapkan usulan kebutuhan material APP.
 Mengendalikan PK PB/PD dan pembongkaran dengan pengukuran tidak
langsung.
 Melakukan sampling peneraan kWh baru hasil Meterologi dan tera ulang
yang dilakukan pihak ketiga.

BAB III
DASAR TEORI

3.1 Sistem Distribusi


(Suswanto,2009). Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik.
Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar
(Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah; 1)
pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan 2)
merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena
catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengan tegangan dari 11

12
kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik
tegangan menjadi 70 kV ,154 kV, 220 kV atau 500 kV kemudian disalurkan melalui saluran
transmisi.

3.1.1 Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik


Sistem jaringan tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik dari pembangkit
tenaga listrik (power station) hingga sampai kepada konsumen (pemakai) pada tingkat
tegangan yang diperlukan. Sistem tenaga listrik ini terdiri dari unit pembangkit, unit
transmisi dan unit distribusi. Sistem pendistribusian tenaga listrik dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu sistem pendistribusian langsung dan sistem pendistribusian tak langsung
1. Sistem Pendistribusian Langsung Sistem pendistribusian langsung merupakan
sistem penyaluran tenaga listrik yang dilakukan secara langsung dari Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik, dan tidak melalui jaringan transmisi terlebih dahulu.
Sistem pendistribusian langsung ini digunakan jika Pusat Pembangkit Tenaga Listrik
berada tidak jauh dari pusat-pusat beban, biasanya terletak daerah pelayanan beban
atau dipinggiran kota.
2. Sistem Pendistribusian Tak Langsung Sistem pendistribusian tak langsung
merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang dilakukan jika Pusat Pembangkit
Tenaga Listrik jauh dari pusat-pusat beban, sehingga untuk penyaluran tenaga listrik
memerlukan jaringan transmisi sebagai jaringan perantara sebelum dihubungkan
dengan jaringan distribusi yang langsung menyalurkan tenaga listrik ke konsumen.

Gambar 3.1 Sistem pendistribusian langsung dan tak langsung

13
Sumber : (Suswanto, 2009)

3.1.2 Struktur Jaringan Distribusi


Sistem distribusi tenaga listrik terdiri dari beberapa bagian, yaitu
1. Jaringan Distribusi Primer
Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik dari Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik ke konsumen untuk sistem pendistribusian langsung. Sedangkan
untuk sistem pendistribusian tak langsung merupakan tahap berikutnya dari jaringan
transmisi dalam upaya menyalurkan tenaga listrik ke konsumen. Jaringan distribusi primer
atau jaringan distribusi tegangan tinggi (JDTT) memiliki tegangan sistem sebesar 20 kV.
Untuk wilayah kota tegangan diatas 20 kV tidak diperkenankan, mengingat pada tegangan
30 kV akan terjadi gejala-gejala korona yang dapat mengganggu frekuensi radio, TV,
telekomunikasi, dan telepon

Gambar 3.1 : Jaringan distribusi primer 20 kV


Sumber : ( Suswanto,2019)

Sifat pelayanan sistem distribusi sangat luas dan komplek, karena konsumen yang
harus dilayani mempunyai lokasi dan karaktristik yang berbeda. Sistem distribusi harus
dapat melayani konsumen yang terkonsentrasi di kota, pinggiran kota dan konsumen di
daerah terpencil. Sedangkan dari karaktristiknya ada konsumen perumahan dan konsumen
dunia industri. Sistem konstruksi saluran distribusi terdiri dari saluran udara dan saluran
bawah tanah. Pemilihan konstruksi tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:

14
alasan teknis yaitu berupa persyaratan teknis, alasan ekonomis, alasan estetika dan alasan
pelayanan yaitu kontinuitas pelayanan sesuai jenis konsumen

2. Gardu Pembagi/Gardu Distribusi

Berfungsi merubah tegangan listrik dari jaringan distribusi primer menjadi tegangan
terpakai yang digunakan untuk konsumen dan disebut sebagai jaringan distribusi sekunder.
Kapasitas transformator yang digunakan pada Gardu Pembagi ini tergantung pada
jumlah beban yang akan dilayani dan luas daerah pelayanan beban. Bisa berupa
transformator satu fasa dan bisa juga berupa transformator tiga fasa.

Gambar 3.2 : Gardu distribusi jenis tiang


Sumber : (Suswanto,2009)
3. Jaringan Distribusi Sekunder

Jaringan distribusi sekunder atau jaringan distribusi tegangan rendah (JDTR)


merupakan jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan konsumen. Oleh
karena itu besarnya tegangan untuk jaringan distribusi sekunder ini 130/230 V dan 130/400
V untuk sistem lama, atau 230/400 V untuk sistem baru. Tegangan 130 V dan 230 V
merupakan tegangan antara fasa dengan netral, sedangkan tegangan 400 V merupakan
tegangan fasa dengan fasa.

15
Gambar 3.3 : Jaringan distribusi sekunder 220 V
Sumber : (Suswanto,2009)
3.2 Macam – macam Gardu Distribusi
Berdasarkan ( SPLN 605.K/DIR,2010), Gardu distribusi dibagi menjadi 5 jenis
gardu yaitu gardu Portal , gardu cantol , gardu beton , gardu kios , gardu pelanggan
khusus
1. Gardu Portal : Gardu Tiang yang dicatu dari SUTM dengan peralatan
pengaman Pengaman Lebur Cut-Out (FCO) sebagai pengaman hubung singkat
transformator dengan elemen pelebur (pengaman lebur link type expulsion) dan
Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya tegangan pada
transformator akibat surja petir
2. Gardu Distribusi Cantol : Biasanya transformator yang terpasang adalah
transformator dengan daya ≤ 100 kVA Fase 3 atau Fase 1. Transformator
terpasang adalah jenis CSP (Completely Self Protected Transformer) yaitu
peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap dalam tangki
transformator
3. Gardu Beton : Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan
peralatan switching/proteksi, terangkai didalam bangunan sipil yang dirancang,
dibangun dan difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan beton
4. Gardu Kios : Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari
konstruksi baja, fiberglass atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi
rencana pembangunan gardu distribusi. Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu
Kios Kompak, Kios Modular dan Kios Bertingkat
5. Gardu Pelanggan Khusus : Gardu ini dirancang dan dibangun untuk
sambungan tenaga listrik bagi pelanggan berdaya besar. Selain komponen utama

16
peralatan hubung dan proteksi, gardu ini di lengkapi dengan alat-alat ukur yang
dipersyaratkan.

3.3 Gardu Distribusi Tipe Portal

Gardu Portal adalah gardu listrik tipe terbuka (out-door) dengan memakai konstruksi
dua tiang atau lebih. Tempat kedudukan transformator sekurang –kurangnya 3 meter di atas
tanah dan ditambahkan platform sebagai fasilitas kemudahan kerja teknisi operasi dan
pemeliharaan. Transformator dipasang pada bagian atas dan lemari panel / PHB-TR pada
bagian bawah. Jenis – jenis adalah
1. Gardu Portal 50 kVA – 100 kVA, 2 jurusan TR PHB-TR : Gardu ini
dirancang untuk 2 Jurusan Jaringan Tegangan Rendah.
2. Gardu Portal 160 – 400 kVA, 4 Jurusan TR PHB-TR : Gardu ini dirancang
untuk 4 Jurusan Jaringan Tegangan Rendah.
3. Gardu Portal Pelanggan Khusus : Gardu Portal untuk pelanggan khusus
Tegangan Rendah dan Tegangan Menengah.
4. Gardu Portal SKTM Antenna : Gardu Portal ini lazimnya dibangun pada
sistem distribusi Tegangan Menengah dengan kabel bawah tanah yang karena
keterbatasan lahan, catu daya TM diperoleh dari Gardu Beton terdekat dengan
SKTM bawah tanah dengan panjang tidak melebihi 100 meter. Untuk gardu
portal antenna, kubikel pengaman transformator ditempatkan pada gardu
pemberi catu daya.
5. Gardu Portal RMU/Modular : Gardu Portal ini adalah gardu listrik dengan
konstruksi sama dengan gardu Portal, dengan penempatan kubikel jenis
RMU/modular dalam lemari panel (metal clad) yang terhindar dari air hujan dan
debu, dan dipasangkan pada jaringan SKTM.

17
Gambar 3.4 : Konstruksi Gardu Distribusi tipe portal
Sumber : SPLN 605.K/DIR,2010

Keterangan Gambar :
1. Paralel Grove ( Live – Line – Connector ) adalah connector atau joint untuk
menghubungkan SUTM dan fuse cut out (FCO)
2. Bimetal adalah terminal untuk menghubungkan Fuse cut out ke trafo terbuat dari
alumunium dan tembaga
3. Lightning arrester adalah pengaman petir untuk transformator
4. Fuse cut out adalah pengaman arus lebih pada transformator
5. Transformator adalah alat untuk menurunkan tegangan listrik dari jaringan distribusi
tegangan menengah ke jaringan distribusi tegangan rendah
6. PHB TR adalah papan hubung bagi tegangan rendah
7. Elektroda Bumi Netral transformator adalah pentanahan untuk transformator

18
8. Elektroda Bumi dan LA adalah pentanahan untuk Lightning arrester
9. Elektroda Bumi BKT
10. Pipa Galvanis 41 mci biasanya digunakan untuk penempatan kabel dari trafo menuju ke
PHB TR
11. Pipa galvanis 5/8 mci biasanya digunakan untuk penempatan kabel jurusan supaya tidak
kena air hujan
12. Jaringan tegangan rendah adalah kabel untuk disalurkan ke konsumen tegangan rendah
380/220 V
13. Ranjau panjat

3.4 Komponen Utama Gardu Distribusi Portal

Komponen ini adalah komponen yang harus ada pada gardu distribusi portal dari
penyuplai daya seperti trafo sampai ke peralatan switching dan peralatan proteksinya

3.4.1 Transformator 3 fasa


( SPLN 605.K/DIR , 2010 ) . Untuk transformator fase tiga , merujuk pada SPLN, ada tiga
tipe vektor grup yang digunakan oleh PLN, yaitu Yzn5, Dyn5 dan Ynyn0. Titik netral
langsung dihubungkan dengan tanah. Untuk konstruksi, peralatan transformator distribusi
sepenuhnya harus merujuk pada SPLN D3.002-1: 2007. Transformator gardu pasangan luar
dilengkapi bushing Tegangan Menengah isolator keramik. Sedangkan Transformator gardu
pasangan dalam dilengkapi bushing Tegangan Menengah isolator keramik atau
menggunakan isolator plug-in premoulded.

19
Gambar 3.5 : Transformator 3 fasa
Sumber : Dokumentasi lapangan

NO Vektor Grup Daya ( kVA) Keterangan


50
1 Yzn5 100 Untuk Sistem 3 kawat

160
200
250
2 Dyn5 Untuk Sistem 3 kawat
315
400
500
630
50
100
160
200
3 Ynyn0 Untuk Sistem 4 kawat
250
315
400
500

20
630

3.4.2 PHB Sisi Tegangan Rendah ( PHB – TR )

PHB-TR adalah suatu kombinasi dari satu atau lebih Perlengkapan Hubung Bagi
Tegangan Rendah dengan peralatan kontrol, peralatan ukur, pengaman dan kendali yang
saling berhubungan. Keseluruhannya dirakit lengkap dengan sistem pengawatan dan
mekanis pada bagian-bagian penyangganya. Secara umum PHB TR sesuai untuk pasangan
dalam adalah jenis terbuka. Rak TR pasangan dalam untuk gardu distribusi beton. PHB
jenis terbuka adalah suatu rakitan PHB yang terdiri dari susunan penyangga peralatan
proteksi dan peralatan Hubung Bagi dengan seluruh bagian-bagian yang bertegangan,
terpasang tanpa isolasi. Jumlah jurusan per transformator atau gardu distribusi sebanyak-
banyaknya 8 jurusan, disesuaikan dengan besar daya transformator dan Kemampuan Hantar
Arus ( KHA ) Penghantar JTR yang digunakan. Pada PHB-TR harus dicantumkan
diagram satu garis arus pengenal proteksi dan kendali serta nama jurusan JTR.

Gambar 3.6 PHB TR tampak luar dan dalam


Sumber : Dokumentasi Lapangan

1. Komponen komponen dalam PHB TR


a. Saklar utama : Sebagai peralatan sakelar utama saluran masuk PHB-TR,
dipasangkan Pemutus Beban (LBS) atau NFB (No Fused Breaker). Saklar utama
pada PHB-TR dipersyaratkan memiliki arus pengenal sekurang-kurangnya 115%
IN transformator distribusi

21
b. Pengaman Lebur : Jenis pengaman lebur ini paling banyak digunakan pada
PHB-TR adalah tipe NH atau NT. Pemilihan besar rating pengaman pelebur
harus disesuaikan dengan kapasitas transformator. Penentuan rating NH/NT fuse
Kapasitas trafo
dapat ditentukan dengan rumus berikut :
400 X jumlah jurusan X √ 3
c. Rel bus bar : Sistem busbar terbuat dari Tembaga Elektrolit. Pemasangan dan
penyambungan hanya dapat dilakukan dengan mur-baut. Pemboran lubang
berulir pada tembaga tidak dianjurkan. KHA rel PHB dipersyaratkan sekurang-
kurangnya 125% arus pengenal saklar pemisah. Busbar tembaga harus dicat
dengan warna sebagai berikut : - Busbar Fase : Merah, Kuning, Hitam - Busbar
Netral Biru - Busbar Pembumian . hijau dengan strip kuning Setiap sambungan
busbar harus diberi lapisan timah atau perak
d. Kabel penghubung trafo : dengan rak tr 220 v 1 inti jenis kabel NYY dengan
penampang 70, 95, 150, 240 mm2 (disesuaikan dengan kebutuhan dan Trafo
Distribusi yang terpasang)
e. Kabel Jurusan : ( bisa berupa NYY atau NYFGBY ) dengan ukuran sesuai
dengan kebutuhan. Contoh : 3x70 + 1x50 mm
f. Fuse Base : Fuse Base dipasaran terdiri dari bermacam-macam spesifikasi yang
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan penggunaan untuk gardu distribusi

3.4.3 Fuse Cut Out ( FCO )

Fuse atau Pelebur berfungsi sebagai pengaman pada sistem distribusi terhadap arus
gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi atau trafo distribusi. Letak pemasangan Fuse
/ Pelebur adalah Sisi primer trafo pada Gardu Distribusi Tiang / Tembok Fuse pengaman
pada sisi 20 kV (TM) berupa fuse cut out (FCO).

Biasanya bahan-bahan yang digunakan untuk fuse cut out adalah kawat perak, kawat
tembaga, kawat seng, kawat timbel atau kawat paduan dari bahan – bahan tersebut.

Terdapat 3 jenis karakteristik fuse link disertai kemampuan hantar arusnya sebagai
berikut : Tipe T, Tipe K dan Tipe H

22
1. Kemampuan hantar arus terus menerus pelebur ( FCO ) jenis letupan ( expulsion) tipe T
(lambat) dan tipe K (cepat) ditetapkan : - 1.5 kali arus pengenalnya (arus pengenal 6.3 A
s.d.100 A) - 1.3 kali arus pengenalnya (arus pengenal 125 A s.d.160 A) - Sama dengan
nilai arus pengenalnya (arus pengenal 200 A)

2. Pelebur letupan tipe H sama dengan arus pengenalnya

Gambar 3.7 : Fuse Cut Out


Sumber : Dokumentasi Lapangan

3.4.4 Lightning Arester (LA)


Umumnya digunakan sebagai proteksi pada gardu pasangan luar. Memiliki
kapasitasnya 5 kA, 10 kA, 15 kA dipasang di kabel keluar / masuk dan di dekat trafo. Untuk
tingkat IKL diatas 110, sebaiknya tipe 15 KA. Sedang untuk perlindungan Transformator
yang dipasang pada tengah-tengah jaringan memakai LA 5 KA, dan di ujung jaringan
dipasang LA – 10 KA

Gambar 3.8 : Lightning Arraster

23
Sumber : SPLN 605.K/DIR,2010

3.4.5 Konektor

Konektor adalah komponen yang dipergunakan untuk menyadap atau


mencabangkan kawat penghantar SUTM ke gardu. Jenis konektor yang digunakan untuk
instalasi gardu ini ditetapkan menggunakan Live Line Connector (sambungan yang bisa
dibuka- pasang) untuk memudahkan membuka/ memasang pada keadaan bertegangan.
Penyadapan trafo dari SUTM dan pencabangan harus di depan tiang peletakan trafo dari
arah Pembangkit Listrik / Gardu Induk

Gambar 3.9 : Tab Konektor


Sumber : SPLN 605.K/DIR,2010

24
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK

4.1 Sistem Distribusi Kota Kupang

Sistem distribusi kupang di suplai dari Gardu Induk Bolok dan Gardu Induk Maulafa
kemudian di salurkan ke Gardu hubung, yang sudah di turunkan tegangannya dari 70 kV ke
20 kV menjadi Jaringan Tegangan Menengah (JTM), dan di salurkan lagi ke Penyulang
distribusi. Sistem distribusi Kupang terdapat 6 Gardu Hubung yaitu :
1. Gardu Hubung Tenau
2. Gardu Hubung Kuanino
3. Gardu Hubung Oesao
4. Gardu Hubung Penfui
5. Gardu Hubung Undana
6. Gardu Hubung Sikumana
Dari Gardu Hubung tersebut kemudian disalurkan ke masing masing penyulang
terdekat lalu di salurkan ke gardu distribusi jaringan tegangan rendah untuk ke konsumen
atau pelanggan. Lebih jelasnya lagi bisa di lihat pada gambar single line diagram Kota
Kupang terdapat pada lampiran 1.

4.2 Tujuan Pemeliharaan

Pemeliharaan pada gardu distribusi bertujuan agar instalasi jaringan distribusi


beroperasi dengan aman,handal,efektif dan efesien. Selain itu ada faktor di luar teknis yaitu
mendapatkan simpati serta kepuasan pelanggan dalam pelayanan tenaga listrik.
Untuk melaksanakan pemeliharaan yang baik perlu di perhatikan hal hal sebagai
berikut :
1. Pemeliharaan di rencanakan dengan baik dan benar memakai standart peralatan
yang benar dan berkualitas bagus
2. Sistem distribusi yang baru di bangun harus di periksa dengan teliti, apabila
terdapat kerusakan kecil harus segera di perbaiki
3. Petugas pemeliharaan harus terlatih dengan jumlah petugas yang memadai

25
4. Mempunyai peralatan kerja yang memadai untuk melaksakan pemeliharan dalam
keadaan tidak bertegangan maupun yang pada saat bertegangan
5. Mempunyai brosur atau buku peralatan pabrik pembuat peralatan tersebut dan
harus diberikan kepada petugas pada saat pemeliharaan
6. Catatan pelaksanaan pemeliharaan yang di buat untuk bahan pada pekerjaan
pemeliharaan berikutnya
7. Membuat jadwal pemeliharaan yang baik dan teratur
8. Menggunakan Alat pelindung diri saat melakukan pemeliharaan

4.3 Pelaksanaan Pemeliharaan Pada Gardu Distribusi Tipe Portal

Ada dua jenis pelaksanaan pemeliharaan yaitu : Pemeliharaan dalam keadaan bebas
tegangan dan pemeliharaan dalam keadaan bertegangan.

1. Pemeliharaan Dalam Keadaan Bertegangan ( PDKB )

Pemeliharaan pada gardu distribusi yang dilakukan objeknya dalam keadaan bertegangan
atau dalam keadaan tidak padam. Contohnya adalah Pemeriksaan rutin kondisi gardu
distribusi yang sedang beroperasi dan pengukuran beban dan tegangan gardu

2. Pemeliharaan Dalam Keadaan Bebas Tegangan

Pemeliharaan pada gardu distribusi yang dilakukan dalam keadaan bebas tegangan atau
dalam keadaan padam. Hal ini bukan berarti objek pemeliharaan benar- benar sama sekali
tidak bertegangan. Contohya adalah pada waktu pemeliharaan PHB TR maka Fuse cut out
pada trafo perlu dipadamkan dalam keadaan tertentu seperti mengganti komponen listrik
yang ada pada PHB TR, dengan demikian segi keamanan terhadap tegangan sentuh dapat
diperhatikan
Keuntungan pemeliharaan dalam keadaan bebas tegangan yaitu :
a. Terjadinya kecelakaan kerja terhadap sentuhan tegangan listrik dapat dihindarkan
b. Pekerjaan dapat dilakukan pada saat hujan
c. Biaya pekerjaan yang lebih murah

26
Kerugiannya pemeliharaan dalam keadaan bebas tegangan yaitu :
a. Akibat pemadaman berarti energi listrik tidak disalurkan kepada pelanggan

4.4 Jadwal Pemeliharaan Gardu Distribusi


Tabel ini menunjukan jadwal kerja praktek pemeliharaan gardu distribusi di ULP
Kupang.
Tanggal Jenis Pemeliharaan Tempat Pelaksanaan
19 mei 2019 Menaikan PHB TR KS 03

20 mei 2019 Menaikan PHB TR KU 55

29 mei 2019 Mengganti skun kabel, fuse KT 065, KT 241 , KT 185,


base KT 014
18 Juni 2019 Menaikan PHB TR KT 02

21 Juni 2019 Memperbaiki grounding KT 01


bertegangan

4.5 Jenis Pemeliharaan Pada Gardu Distribusi Tipe Portal

Ada dua jenis pemeliharaan pada gardu distribusi portal yaitu pemeliharaan
preventif dan pemeliharaan korektif :

1. Pemeliharaan preventif yaitu : mencegah atau mengatasi masalah pada gardu


distribusi sehingga menghilangkan kemungkinan - kemungkinan yang tidak
diinginkan pada gardu untuk ke depannya
2. Pemeliharaan Korektif yaitu : memperbaiki atau memulihkan kembali komponen
komponen gardu distribusi yang sudah rusak agar kembali seperti semula.

27
4.5.1 Pemeliharaan Preventif

Pemeliharaan preventif yaitu mencegah atau mengatasi masalah pada gardu


distribusi sehingga menghilangkan kemungkinan - kemungkinan yang tidak diinginkan pada
gardu untuk ke depannya. Adapun jenis jenis pemeliharaan preventif sebagai berikut :

1. Menaikan PHB - TR

Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan apabila ada laporan dari tim inspeksi bahwa
telah ditemukan PHB-TR yang telah terpasang pada gardu distribusi 20kV tipe portal,
bergeser posisinya dari posisi semula atau ada penimbunan tanah di sekitar gardu tersebut
sehingga PHB-TR sangat dekat dengan permukaan tanah.

Hal ini dapat menyebabkan PHB-TR tersebut terendam banjir, dan gangguan-
gangguan lain yang tidak diinginkan.Oleh karena itu tim Preventif menaikan PHB-TR ke
posisi yang sesuai aturannya, yaitu ½ meter dari permukaan tanah.

Gambar 4.1 : PHB TR sebelum dan sesudah di naikan


Sumber : Dokumentasi lapangan

28
Alat Kerja dan material untuk menaikan PHB TR adalah sebagai berikut :

1. Radio Komunikasi ( HT )
2. Camera digital
3. Tangga Isolasi
4. Alat Penegang jaringan
5. Toolkit
6. Sacle stock 20 kV
7. Multitester
8. Tali tambang
9. Tangpress
10. Gunting
11. Mur Baut
12. Konektor
13. Ratchet puller
14. WD – 40
15. Kabel skun
16. Joint konektor

Prosedure kerja untuk menaikan PHB TR adalah sebagai berikut :


1. Tim preventif turun ke Target Operasi ( TO )
2. Tim preventif menggunakan peralatan K3 / alat pelindung diri ( APD ) yang sudah
di siapkan
3. Menyiapkan alat dan material yang akan di gunakan
4. Melakukan pemotretan sebelum melaksanakan pekerjaan menggunakan camera
digital
5. Mengkonfirmasi ke dispatcher untuk melakukan pemadaman listrik pada TO
tersebut
6. Mengecek Tegangan pada PHB TR menggunakan multitester
7. Melakukan pemadaman dari pada gardu dengan cara melepas Fuse Cut Out pada
trafo dan menonaktfkan sakelar utama pada PHB TR dan melepaskan semua NH
Fuse
8. Melepaskan Mur - baut pada PHB TR

29
9. Melepaskan kabel yang terhubung pada PHB TR dan pada trafo
10. Menaikan PHB TR menggunakan Racket puller
11. Menggencangkan kembali baut pada PHB TR
12. Memasang kembali kabel pada PHB TR dan Trafo
13. Memasang kembali NH fuse dan Fuse Cut Out
14. Mengecek kembali tegangan pada PHB TR
15. Mengambil gambar setelah pekerjaan selesai dilakukan
16. Melaporkan ke dispatcher bahwa pekerjaan telah selesai dilakukan

2. Penggantian Skun Kabel

Penggantian skun kabel ini biasanya dilakukan apabila kondisi skun kabel yang lama
sudah rusak atau sudah tidak layak dipakai lagi,sehingga perlu adanya penggantian.
Adapun manfaat dari penggantian skun kabel yaitu untuk mencegah gangguan yang
terjadi seperti panas yang berlebihan pada kabel yang mengakibatkan keandalan penyaluran
listrik terganggu .

Gambar 4.2 : Kondisi skun kabel sebelum dan sesudah diganti


Sumber : Dokumentasi lapangan

Prosedur penggantian skun kabel sebagai berikut :


1. Tim preventif turun ke Target Operasi ( TO )

30
2. Tim preventif menggunakan peralatan K3 / alat pelindung diri ( APD ) yang sudah
di siapkan
3. Menyiapkan alat dan material yang akan di gunakan
4. Melakukan pemotretan sebelum melaksanakan pekerjaan menggunakan camera
digital
5. Mengecek Tegangan pada PHB TR menggunakan multitester
6. Melakukan pemadaman dari pada gardu dengan cara melepas Fuse Cut Out pada
trafo dan menonaktfkan sakelar utama pada PHB TR dan melepaskan semua NH
Fuse
7. Melepaskan skun kabel yang lama dan Memasang skun kabel yang baru
8. Memasukan daya listrik kembali dengan cara PMT dalam posisi tertutup kemudian
menutup Fuse cut out kembali
9. Mengecek kembali tegangan pada PHB TR
10. Mengambil gambar setelah pekerjaan selesai dilakukan
11. Melaporkan ke dispatcher bahwa pekerjaan telah selesai dilakukan

4.5.2 Pemeliharaan Korektif


Pemeliharaan Korektif yaitu memperbaiki atau memulihkan kembali komponen
komponen gardu distribusi yang sudah rusak agar kembali seperti semula maupun gardu
distribusi yang mengalami gangguan. Adapun jenis- jenis pemeliharaannya sebagai berikut :

1. Penggantian Fuse Base

Fuse base adalah tempat bagi NH fuse jurusan apabila mengalami kerusakan maka
harus di ganti dengan yang baru, biasanya fuse base yang digunakan pada PHB TR
distribusi kupang adalah tipe keramik.

31
Gambar 4.3 : Penggantian fuse base
Sumber : Dokumentasi lapangan

Prosedur penggantian fuse base sebagai berikut :

1. Tim korektif turun ke Target Operasi ( TO )


2. Tim korektif menggunakan peralatan K3 / alat pelindung diri ( APD ) yang sudah di
siapkan
3. Menyiapkan alat dan material yang akan di gunakan
4. Mengecek tegangan pada PHB TR
5. Melakukan pemadaman dari pada gardu dengan cara melepas Fuse Cut Out pada
trafo dan menonaktifkan sakelar utama pada PHB TR dan melepaskan semua NH
Fuse
6. Mengganti Fuse base yang rusak
7. Memasukan daya listrik kembali dengan cara PMT dalam posisi tertutup kemudian
menutup Fuse cut out kembali
8. Mengecek kembali tegangan pada PHB TR
9. Mengambil gambar setelah pekerjaan selesai dilakukan
10. Melaporkan ke dispatcher bahwa pekerjaan telah selesai dilakukan

32
2. Perbaikan grounding bertegangan

Grounding atau pentanahan pada PHB TR harusnya tidak bertegangan, nilai tahanan
pada grounding maximal 5 ohm sesuai standartnya, Tujuan nilai pentahanan serendah
mungkin agar keamanan penyaluran listrik terjaga dan aman ketika terjadi gangguan yang
tidak diinginkan

Gambar 4.4 : Perbaikan grounding bertegangan


Sumber : Dokumentasi lapangan

Prosedur perbaikan grounding bertegangan sebagai berikut :

1. Tim korektif turun ke Target Operasi ( TO )


2. Tim korektif menggunakan peralatan K3 / alat pelindung diri ( APD ) yang
sudah di siapkan
3. Menyiapkan alat dan material yang akan di gunakan
4. Mengecek tegangan pada PHB TR
5. Memperbaiki grounding bertegangan
6. Mengecek kembali tegangan pada PHB TR
7. Melaporkan ke dispatcher bahwa pekerjaan sudah selesai dilakukan

33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil kerja praktek Pemeliharaan Gardu distribusi tipe portal di PT PLN ULP
Kupang, dan setelah melakukan analisis pembahasan kami berkesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan adanya pemeliharaan gardu distribusi, semua komponen gardu dapat bekerja
dengan baik dan keadalan penyaluran listrik ke pelanggan menjadi semakin bagus.
2. Mengetahui prosedur atau proses pemeliharaan gardu portal pada saat melakukan
pemadaman dan prosedur menyalurkan kembali energi listrik ke pelanggan.
3. Pemeliharaan gardu dilakukan secara rutin, sehingga jika terjadi gangguan yang
tidak diinginkan untuk kedepannya dapat segera teratasi.

5.2 Saran

1. Tim inspeksi maupun tim pemeliharaan gardu harus selalu menggunakan alat
pelindungun diri ( APD ), agar kecelakaan kerja bisa selalu dihindarkan
2. Sebelum melakukan pemeliharaan gardu tim korektif maupun tim preventif harus
selalu melihat peralatan kerja apakah masih layak dipakai atau tidak, lengkap atau
tidak.
3. Waktu pemeliharaan dilakukan seefektif mungkin untuk mengurangi lamanya jam
padam yang dapat merugikan pihak PLN maupun konsumen.
4. Disebarluaskan surat atau informasi pemadaman dalam rangka pemeliharaan gardu,
sehingga konsumen bisa tau dan mempersiapkan diri akan adannya jam pemadaman.

34
Daftar Pustaka

Daman Suswanto ,(2009), Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Padang: Universitas Negeri
Padang.

SPLN.605K/DIR,(2010), Standart Konstruksi Gardu Distribusi Dan Gardu Hubung Tenaga


Listrik : PT PLN Persero

Novi Gusti Pahiyanti,(2016) ,Gangguan Pada Gardu Distribusi Tipe Portal : Sekolah
Tinggi Teknik PLN.

SPLN 118-3 -1,(1996) ,Spesifikasi Perangkat Hubung Bagi Tegangan Menengah Gardu
Distribusi : PT PLN Persero , Jakarta

Pusat Pelatihan Dan Pendidikan ( Tanpa Tahun ) , Pemeliharaan PHB TR : PT PLN Persero
,Jakarta

35

Anda mungkin juga menyukai