Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt, penulis panjatkan atas berkat
rahmat dan petunjuk-Nyalah sehingga makalah dengan judul “Kedudukan Ilmu
Akhlakul Karimah”, dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam
senantiasa kami haturkan atas junjungan Nabi Besar Muhammad saw, sebagai
penyampai risalah bagi seluruh umat manusia dan rahmat bagi sekalian alam.
Keberadaan makalah ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Olehnya itu penyusun menghaturkan
ucapan terima kasih yang pertama dan tak terhingga, kepada semua pihak yang
berkontribusi dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Akhlak 3
B. Landasan Hukum Tentang Akhlak 4
C. Ruang Lingkup Ajaran Akhlak… 5
D. Kegunaan Mempelajari Akhlak… 8
E. Pembagian Akhlak… 9
F. Aspek-aspek Yang Mempengaruhi Akhlak… 10
G. Karakteristik Ajaran Akhlak Dalam Dunia Sains 13
H. Hubungan Akhlak Dengan Sains Modern Dan Keadilan… 16
DAFTAR PUSTAKA 18
iii
BAB I
BAB I PENDAHULUAN
Kata akhlak merupakan bentuk dari kata khuluq dalam bahasa arab
mempunyai asal kata yang sama dengan yang khalik (Pencipta, Allah) dan
makhluk, semuanya itu berasal dari kata khalaqa (menciptakan). Dengan
demikian kata khuluq dan akhlaq tidak hanya mengacu kepada penciptaan
atau kejadian manusia melainkan mengacu juga pada konsep penciptaan alam
semesta sbagai makhluk.1
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang
penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh
bangunnya suatu masyarakat tergantung pada bagaimana akhlaknya. Apabila
baik akhlaknya, maka sejahteralah lahir batinnya, apabila rusak akhlaknya,
maka rusaklah lahir batinnya.
Konsep akhlaqul karimah adalah konsep hidup yang lengkap dan tidak
hanya mengatur hubungan antara manusia, alam sekitarnya tetapi juga terhadap
penciptaannya. Allah menciptakan ilmu pengetahuan bersumber dari al-Quran.
Namun, tidak semua orang mengetahui atau percaya akan hal itu. Ini dikarnakan
keterbatasan pengetahuan manusia dalam menggali ilmu-ilmu yang ada dalam al-
Quran itu sendiri . Oleh karna itu, permasalahan ini diangkat, yakni keterkaitan
akhlak islam dengan ilmu yang berdasarkan al-Quran dan Hadits.
B. Rumusan Masalah
1
2. Apa landasan hukum tentang akhlak?
C. Tujuan Penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AKHLAK
Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dalam bahasa arab yang berarti:
1. Perangai, tabiat, adat (diambil dari kata dasar khuluqun).
3
B. LANDASAN HUKUM TENTANG AKHLAK
1. Al-Quran
Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS al-Nisa‟:4/ 36
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa, dekat dan jauh di sini ada yang
mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara
yang Muslim dan yang bukan Muslim. Ibnus sabil ialah orang yang dalam
perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga
anak yang tidak diketahui ibu bapaknya. Ayat lain juga menjelaskan dalam
QS Ali Imran/3: 104.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.
2. Hadits
Dari Abdullah bin Amru berkata: Nabi tidak pernah berbuat keji sendiri tidak
pula berbuat keji kepada orang lain. Beliau bersabda: “Sesungguhnya
termasuk sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya” (HR.
Bukhari)
“Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah saw ditanya tentang hal yang paling
banyak memasukan manusia ke dalam surga? Rasulullah saw menjawab:
4
Taqwa kepada Allah, akhlak yang baik. Kemudian Rasulullah SAW ditanya
kembali tentang hal yang paling banyak memasukan manusia kedalam
neraka? Rasulullah saw menjawab: mulut dan farji’ (kemaluan). (HR.
Tirmidzi dan Ibnu Hiban dalam sahihnya dan Baihaqi dalam Bab zuhud dan
selainnya, dan Tirmidzi berkata: hadis ini hasan sahih gharib).
“Dari Abdullah bin „Amr bin Ash r.a berkata: Tidaklah Rasulullah itu orang
yang keji dan tidak pula orang yang berkata keji. Dan beliau bersabda:
Sesungguhnya yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling di
antara kalian akhlaknya.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmizdi)
Akhlak terhadap Allah adalah yang dapat diartikan sebagi sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan
sebagai khaliq. Abuddin Nata menyebutkan sekurang-kurangnya ada empat
alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah, yaitu:
a. Karena Allah menciptakan manusia
c. Allah telah mnyediakan bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan
hidup manusia, seperti udara, air dan lainnya.
d. Allah telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai
daratan dan lautan.8
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk berakhlak kepada Allah dan
5
kegiatan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada Allah yang sesungguhnya akan
membentuk pendidikan keagamaan. Diantara nilai-nilai ketuhanan yang sangat
mendasar adalah:
a. Iman. Yaitu, sikap batin yang penuh kepercayaan kepada tuhan. Jadi, tidak
hanya cukup dengan kata percaya. Namun, harus terus meningkat menjadi
sikap mempercayai tuhan dan menaruh kepercayaan kepada-Nya.
b. Ihsan. Yaitu, kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir
atau bersama manusia dimanapun manusia berada. Berkaitan dengan ini dan
karena menginsafi bahwa allah selalu mengawasi manusia, maka manusia
harus berbuat, berlaku dan bertindak menjalankan sesuatu dengan sebaik
mungkin dan penuh rasa tangguh jawab, tidak hanya sekedarnya saja.
c. Taqwa. Yaitu, sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi
manusia. Kemudian, manusia selalu berusaha untuk melakukan sesuatu
yang diridhai Allah, dengan menjauhi atau menjaga diri dari hal-hal yang
tidak diridhai Allah. Taqwa inilah yang mendasari budi pekerta luhur
(akhlakul karimah).
d. Ikhlas. Yaitu, sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan,
semata-mata demi memperoleh keridahaan Allah dan bebas dari pamrih
lahir dan batin.
e. Tawakkal. Yaitu, sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh
harapan kepada-Nya dan berkeyakinan bahwa Dia akan menolong
manusia dalam mencari dan menemukan jalan yang terbaik.
f. Syukur. Yaitu, sikap penuh rasa terima kasih dan pengahargaan atas
semua nikmat yang tak terbilang banyaknya yang dianugerahkan oleh
Allah kepada manusia.
g. Sabar. Yaitu, sikap tabah menhadapi segala kepahitan hidup, besar dan
kecil, lahir dan batin dan lainnya.
6
2. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
b. Persaudaraan (ukhuwah)
c. Persamaan(al-musawah)
d. Adil
e. Baik sangka
f. Rendah hati
g. Tepat janji
h. Lapang dada
i. Dapat dipercaya
j. Perwira
k. Hemat
l. Dermawan
7
semuanya diciptakan oleh Allah dan menjadi milik-Nya, serta
semuanya ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan
seorang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah umat tuhan
yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
Dari uraian di atas memperhatikan bahwa akhlak dalam islam
sangat komprehensif, menyeluruh dan mencakup berbagai makhluk
yang diciptakan tuhan. Hal yang demikian dilakukan secara fungsional,
karena seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling membutuhkan.
Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk tuhan akan
berdampak negatif bagi makhluk lainnya.
8
baik, tidak akan bahagia, sekalipun bergelimang kekayaan.
Keharmonisan keluarga terlahir dari akhlak yang luhur.
4. Kerukunan antar tetangga
E. PEMBAGIAN AKHLAK
a. Bersifat sabar
c. Memelihara amanah
d. Bersifat kasih sayang
e. Bersifat hemat (harta benda, tenaga, waktu)
f. Bersifat kuat (Al-Quwwah): kuat fisik, jiwa, dan akal
g. Bersifat malu
h. Memelihara kesucian diri (Al-„Ifafah)
i. Bersifat berani
j. Bersifat adil
k. Menepati janji
9
2. Akhlak yang Tidak Baik/ Tercela (Akhlaqul Madzmumah)
a. Sifat dengki
d. Sifat riya
e. Mengambil harta anak yatim, kecuali untuk keperluan anak itu sendiri
g. Mengurangkan timbangan
h. Berzina
i. Membunuh
10
Dalam ilmu akhlak ,insting berarti akal pikiran. Akal dapat
memperkuat akidah, namun harus ditopengi ilmu ,amal, dan takwa
pada Allah.
Naluri merupakan asa tingkah laku perbuatan manusia. Naluri
dapat diartikan sebagai kemauan tak sadar yang dapat melahirkan
perbuatan mencapai tujuan tanpa berfikir kearah tujuan dan tanpa
dipengaruhi oleh latihan berbuat.
Selain itu, banyak insting yang mendorong perilaku perbuatan
yang menjurus kepada akhlaqul karimah maupun akhlaqul
madzmumah, tergantung yang mengendalikannya.16
2. Nafsu
Nafsu berasal dari bahasa Arab, yaitu, nafsun yang artinya niat.
Nafsu ialah keinginan hati yang kuat. Nafsu merupakan kumpulan dari
kekuatan amanah dan syahwat yang ada pada manusia. Menurut
Kartini Kartono nafsu ialah dorongan batin yang sangat kuat,memili
kecenderungan yang sangat hebat sehingga dapat menggangu
keseimbangan fisik. Nafsu dapat menyingkirkan semua pertimbangan
akal, memengaruhi peringatan hati nurani dan menyingkirkan hasrat
baik yang lainnya.
Nafsu merupakan salah satu potensi yang diciptakan Allah dalam diri
manusia hingga ia dapat hidup,bersemangat,dan lebih kreatif. Nafsu
sangat penting bagi kehidupan manusia. Hanya saja mengingat tabiat
nafsu itu berkecenderungan untuk mencari kesenangan, lupa diri,
bermalas-malasan yang membawa kesesatan dan tidak pernah merasa
puas, maka manusia harus dapat mengendalikannya agar tidak
membawa kepada kejahatan.
Manusia yang tidak berkepribadian selalu mengikuti nafsunya
tanpa pertimbangan kemanusiaannya, yang dijadikan pedoman ialah
kepuasannya. Nafsu yang sudah menjadi-jadi sehingga bukan lagi
11
manusia yang menguasainya melainkan nafsulah yang menguasai
manusia itu.
12
keinginan, dan harapan yang keras. Kehendak yaitu fungsi jiwa untuk
dapat mencapai sesuatu yang merupakan kekuatan dari dalam hati,
bertautan dengan pikiran perasaan.
Kehendak mempunyai dua macam perbuatan , yaitu:
13
berbagai bidang disiplin ilmu keislaman. Bidang-bidang tersebut
sebagai berikut:
Pada surah al-„Alaq: 1-5 terdapat kata iqro‟ diulang dua kali.
Kata tersebut menurut A. Baiquni, berarti membaca dalam arti biasa,
menelaah, mengobservasi, membandingkan, mengukur,
mendeskripsikan, menganalisis, dan menyimpulkan secara deduktif.
Dari uraian ini maka karakteristik ajaran akhlaqul karimah dalam
bidang ilmu dan kebudayaan bersifat terbuka, akomodatif, tetapi juga
selektif.
14
menasehati, kesetiakawanan, tenggang rasa dan kebersamaan.
15
sangat dibutuhkan, sebab menerapkan sains modern pada seseorang,
membuat seseorang tersebut tetap berpegang teguh pada peraturan dan
takkan tergoyangkan akidahnya. Sebagai ajaran yang berkenaan
dengan berbagai bidang kehidupan, karakteristik ajaran akhlaqul
karimah tampil sebagai sebuah disiplin ilmu, yaitu ilmu akhlaqul
karimah.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
2007
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
2006
Al-Qosim, Abdul Malik Muhammad. Ibadah-Ibadah yang
Paling Mudah.
http://suhendraaw.blogspot.com/2015/05/makalah-tentang-
akhlak.html, di akses pada Pukul 11.05 WITA 15 Oktober
2018.
18