Anda di halaman 1dari 10

TUGAS TEORI BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR ANAK

MATA KULIAH

PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARANNYA

DOSEN PENGAMPU: Prof. Dr Ratnawulan., M.Si

PPG FISIKA ROMBEL 001

AYU PUTRI NINGSIH

MAHARANI

TRI ULFA FEBRIANI

VAIZATUL UZFA

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya
Teori Pembelajaran dan Motivasi Anak
T1-4 Ruang Kolaborasi

1. Berikan penjelasan bagaimana penerapan teori behavioristik, teori sosial kognitif, dan
teori konstruktivisme di dalam kelas!
a. Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku
peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran Cara yang paling sederhana untuk membentuk
perilaku siswa adalah dengan memberikan umpan balik pada hasil kerja siswa, yang bisa
berupa pujian, persetujuan, pemahaman, atau motivasi. Dengan adanya penguatan-penguatan
ini, prestasi siswa dalam belajar semakin meningkat. Teori belajar behavioristik ini digunakan
untuk menunjukkan kepada siswa bagaimana mereka harus bereaksi dan menanggapi
rangsangan tertentu. Penguatan yang kita berikan juga harus dilakukan secara berulang-ulang
dan teratur untuk mengingatkan siswa tentang perilaku apa yang menjadi tujuan
pembelajaran.
b. Teori sosial kognitif (social cognitive theory = teori kognitif sosial) adalah salah satu teori
belajar yang  menjelaskan pola-pola perilaku. Teori yang dikembangkan oleh Albert
Bandura sejak tahun 1960an ini menitikberatkan pada bagaimana dan mengapa orang
cenderung untuk meniru atau meneladani apa yang mereka lihat melalui media atau orang
lain. Teori sosial kognitif merupakan pengembangan dari teori belajar sosial yang
menyediakan kerangka kerja untuk memahami, memprediksi, dan merubah perilaku manusia.
c. Teori konstruktivisme merupakan teori belajar yang mengusung pembangunan kompetensi,
keterampilan, atau pengetahuan secara mandiri oleh peserta didik yang difasilitasi oleh
pendidik melalui berbagai macam rancangan pembelajaran serta tindakan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan oleh peserta didik.

2. Berikan penjelasan model-model pembelajaran apa saja yang terbentuk berdasarkan


prinsip konstruktivisme!

Model-model yang diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran konstruktivisme merupakan


metode yang di dalamnya memuat atau merepresentasikan karakteristik pembelajaran
konstruktivis Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007 hal 44) (Model pembelajaran tersebut antara lain:

1) Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)


2) Contextual Teaching And Learning (CTL)
3) Inquiry learning
4) Pembelajaran berbasis masalah (problem bassed learning)
a. Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok
mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikam kesetaraan gender.( aryanto dan Muljo Rahardjo, Model Pembelajaran
Inovatif, (Yogyakarta: Gava Media, 2012), hal. 242 ).

Sintaks Strategi Pembelajaran Pooperatif


1. Fase 1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai danmemotivasi siswa
2. Fase 2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
3. Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompokkelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
embantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
4. Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka
5. Fase 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
6. Fase 6 Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu atau
kelompok

Pembelajaran Kooperatif memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:


a) tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan dapat
belajar dari siswa yang lain.
b) dapat mengembangkan kemampuan, mengembangkan ide atau gagasan dengan kata-kata
secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain
c) dapat membantu anak untuk respect pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan
d) dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajar

Pembelajaran Kooperatif memiliki kekurangan seperti berikut:


a) Membutuhkan waktu untuk memahami dan mengerti filosofis kooperatif
b) Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran langsung didasarkan kepada hasil
kerja kelompok.
c) Keberhasilan pembelajaran langsung dalam upaya mengembangkan kesadaran
berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang

b. Model pembelajaran kontekstual

Contextual teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Ada tiga hal yang
harus dipahami. Pertama CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi, kedua CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, ketiga mendorong siswa untuk dapat
menerapkan dalam kehidupan.
Kontekstual tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:

a) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna


apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya.
b) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan sesuai dengan bakat minat
dan kegemaran siswa.
c) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas
yang bermakna
d) Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, tanya
jawab, dan sebagainya. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa
kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara
mendalam.
e) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model bahkan
media yang sebenarnya.
f) Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa
g) Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada
setiap siswa. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang
diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau
pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah.
Adapun beberapa keunggulan dari pembelajaran Kontekstual adalah:
a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil.
b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa
karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang
siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
c) Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara
penuh, baik fisik maupun mental
d) Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di
lapangan
e) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari guru
f) Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
bermakna

Sedangkan kelemahan dari pembelajaran Kontekstual adalah sebagai berikut:


a) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual berlangsung
b) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang
kurang kondusif
c) Guru lebih intensif dalam membimbing.
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri
ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan
strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar.

c. Model Inquiry learning


Bell (dalam Priansa & Donni, 2017, hlm. 258) menyatakan bahwa pembelajaran
inquiry merupakan pembelajaran yang terjadi sebagai hasil kegiatan peserta didik dalam
memanipulasi, membuat struktur, dan mentransformasikan informasi sedemikian rupa
sehingga ia menemukan informasi baru. Menurut Clevery 2003 (dalam Wardoyo 2015, hlm.
67) terdapat beberapa langkah dalam proses pembelajaran menggunakan metode inquiry
learning, yaitu sebagai berikut

1. Exploration tutorial Dalam tahap ini, siswa akan melakukan kegiatan eksplorasi untuk
menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pemahaman awal yang dimiliki mereka.
2. Self directed learning Selanjutnya, siswa belajar secara mandiri berdasarkan dari
perkembangan pemahaman setelah tahapan eksplorasi didapatkannya. Artinya bahwa
setelah melakukan tahapan eksplorasi maka siswa akan menemukan konsep baru yang
harus dipelajari, dan dipahami secara mandiri.
3. Review tutorial Merupakan tahapan ketiga dimana pada tahapan ini siswa
mempresentasikan hasil temuan yang didapatkannya dari proses self directed learning.
4. Consolidation tutorial siswa bersama-sama dengan anggota kelompoknya melakukan
konsolidasi terhadap hal-hal yang mereka temukan. Konsolidasi dilakukan dengan diskusi
kelompok maupun presentasi.
5. Plenary tutorial yaitu siswa merefleksikan pembelajaran individu dan kelompok dengan
fasilitator. Dalam tahapan ini penguatan diberikan oleh fasilitator pendamping yang
memberikan pembimbingan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

inquiry learning memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri pula. Keunggulan strategi


pembelajaran inquiry menurut Roestiyah (2012, hlm. 76) dikemukakan sebagai berikut.

1. Dapat membentuk dan mengembangkan (self-concept) pada diri siswa, sehingga siswa
dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide pokok dengan lebih baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang
baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif,
jujur dan terbuka.
4. Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang..

Selain memiliki keunggulan model pembelajaran inquiry juga memiliki beberapa kelemahan.
Menurut Suherti dan Rohimah (2016, hlm. 53) kelemahan model pembelajaran inquiry adalah
sebagai berikut.

1. Kesulitan pengontrolan kegiatan dan keberhasilan peserta didik


2. Model pembelajaran inkuiri sulit dilaksanakan karena terbentur dengan kebiasaan pesert
didik dalam belajar
3. Terkadang dalam implementasinya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering
pendidik sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta menguasai
materi pelajaran, maka model pembelajaran ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap
pendidik

d. Pembelajaran berbasis masalah (problem bassed learning)


Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses
dimana peserta didik secara aktif mengkontruksi pengetahuan (Gijselaers, 1996)
1. Orientasi masalah
 Menginformasikan tujuan pembelajaran
 Menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadi pertukaran ide yang
terbuka
 Mengarahkan pada pertanyaan atau masalah
 Mendorong siswa mengekspresikan ide-ide secara terbuka
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
 Membantu siswa menemukan konsep berdasar masalah
 Mendorong keterbukaan, proses-proses demokrasi dan cara belajar siswa aktif
 Menguji pemahaman siswa atas konsep yang ditemukan
3. Membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok
 Memberi kemudahan pengerjaan siswa dalam mengerjakan/menyelesaikan
masalah
 Mendorong kerjasama dan penyelesaian tugas-tugas
 Mendorong dialog, diskusi dengan teman
 Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang
berkaitan dengan masalah
 Membantu siswa merumuskan hipotesis
 Membantu siswa dalam memberikan solusi
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja
 Membimbing siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKP)
 Membimbing siswa menyajikan hasil kerja
5. Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan
 Membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah
 Memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemcahan masalah
 Mengevaluasi materi
PBM memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
a) Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan
konsep tersebut
b) Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir
siswa yang lebih tinggi
c) Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran
lebih bermakna
d) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalahmasalah yang diselesaikan
nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang
dipelajari
e) Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima
pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara siswa
f) Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap
pembelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat
diharapkan.
g) Diyakini pula dapat menumbuhkan-kembangkan kemampuan kreatifitas siswa, baik
secara individual maupun secara kelompok karena hampir di setiap langkah menuntut
adanya keaktifan siswa.

PBM memiliki beberapa kelemahan diantaranya:


a) Sangat tergantung pada ketersediaan sumber belajar bagi siswa, alat-alat untuk menguji
jawaban atau dugaan. Menuntut adanya perlengkapan praktikum, memerlukan waktu
yang cukup apalagi data harus diperoleh dari lapangan, serta kemampuan guru dalam
mengangkat dan merumuskan masalah.
b) Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, pembimbing dan motivator. Guru
mengajukan masalah otentik/mengorientasikan siswa kepada permasalahan nyata (real
world), memfasilitasi/membimbing (scaffolding) dalam proses penyelidikan,
memfasilitasi dialog antara siswa, menyediakan bahan ajar siswa serta memberikan
dukungan dalam upaya meningkatkan temuan dan perkembangan intektual siswa.
c) Memungkinkan peserta didik menjadi jenuh karena harus berhadapan langsung dengan
masalah. langsung dikaitkan dengan kehidupan
d) Memungkin peserta didik kesulitan dalam memperoses sejumlah data dan informasi
dalam waktu singkat, sehingga PBL ini membutuhkan waktu yang relatif lama

3. Diskusikan dalam kelompok, buatlah rencana untuk meningkatkan motivasi para siswa
yang ada di kelas dengan gambaran sebagai berikut:

a. Tania, 7 tahun, memiliki kemampuan rendah dan keinginan yang rendah untuk sukses.

Rencana yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi tania adalah:

 Berdiskusi atau mengajak Tania dengan berkomuniaksi secara personal. Hal ini dilakukan
agar menimbulkan kenyamanan dan mau untuk bercerita terkait apa yang dirasakan dan
diinginkan oleh Tania.
 Memberikan motivasi kepada Tania seperti membangun rasa percaya diri Tania dan
memberikan reward kepadanya untuk menimbulkan semangatnya dalam belajar. Ketika
Tania telah mulai bersemangat dalam belajar maka kemampuan dan informasi yang
dimiliki Tania akan bertambah banyak bahkan menimbulkan rasa keingintahuan yang lebih
akan sesuatu dalam dirinya. Kita juga dapat dengan memperlihatkan gambaran contoh
perilaku orang yang telah mencapai cita-cita yang sama seperti yang Tania inginkan.
Lama-kelamaan akan membuat Tania tertarik akan suatu hal atau profesi yang bisa saja
menjadi cita-cita Tania saat dewasa.
 Melibatkan pembelajaran sambil bermain yang digemari oleh Tania dengan memberikan
kesempatan untuk berdiskusi sesuai dengan pembelajaran di jenjang seusianya
 Membuat pembelajaran yang menarik, bertahap dan berkelanjutan untuk agar dapat
meningkatkan kemampuan Tiana

b. Samuel, 10 tahun, yang  bekerja keras untuk menjaga harga dirinya pada tingkat tinggi, tetapi
memiliki rasa takut akan gagal yang kuat

Rencana yang digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah:

 Melakukan konsultasi secera personal dengan Samuel untuk menganalisi factor-faktor yang
menjadi penyebab mengapa Samuel memiliki rasa takut yang kuat
 mengkomunikasi secara perlahan kepada Samuel bahwa kegagalan bukalah sebuah akhir
tetapi merupa kan proses bagi seseorang untuk memperbaiki diri dan masih memiliki
kesempatan untuk memcapai hasil yang lebih baik.
 Mencoba memberikan pemahaman yang sederhana kepada Samuel tentang dampak
negative yang dapat ditimbulkan saat seseorang terlalu menjaga dirinya terlihat
perfeksionis. Sebagai contoh : Ketika Samuael terlalu focus untuk meraih sesuatu hal dan
selalu ingin menjadi yang terbaik di saat yang sama dia akan mengabaikan kondisi
sekitarnya seperti teman-teman sekolahmya.
 Memncoba membangkitkan motivasi secara instrinsik dengan menerapkan motivasi
ekstrinsik terlebih dahulu.
 Motivasi ekstrinsik yang dapat diterapkan adalah dengan cara ketika melibatkan seluruh
peserta didik di dalam kelas untuk berbagi pengetahuan dan pendapatnya , diberikan
peraturan dilarang menghakimi dan mengolok pendapat peserta didik lainnya. Hal ini bisa
dilakuan secara berulang-ulang sehingga perlahan-lahan menjaid terbiasa dan munculnya
motivasi dalam diri untuk tidak takut gagal dan perlahan-lahan Samuel menjadi percaya diri
dan tidak memiliki rasa takut akan gagal lagi.

c. Sandra, 13 tahun, yang tenang di kelas dan meremehkan keterampilan mereka.

Rencana yang digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah:

 Mengajak Sandra untuk berbicara secara personal atau mendekati Sandra agar kita bisa
mengetahui apa sebenarnya yang menjadi permasalahan Sandra
 Menggali permasalahan yang dialami Sandra hingga mengetahui penyebab kenapa dia
banyak diam dan meremehkan orang lain. Secara perlahan kita mengajak Sandra agar bisa
bercerita apa yang sedang dia rasakan mengenai suasana kelas saat pembelajaran
berlangsung dan juga terkait teman-temannya dikelas. Dengan demikian, kita bisa tahu apa
penyebab Sandra meremehkan keterampilan teman-temannya. Apakah Cuma karena Sandra
usil kepada teman-temannya ataukah karena ada sesuatu. Setelah mengetahui alasannya
maka kita bisa menasehati Sandra bahwa mungkin teman-temannya saat itu tidak bermaksud
serius dan bisa saja bermaksud untuk bisa lebih akrab dengan Sandra. Serta apabila teman-
teman kelasnya ada salah dengan Sandra, kita bisa meminta mereka meminta maaf kepada
Sandra dan menasehati mereka agar tidak melakukan hal tersebut Kembali.
 Memberikan pemahaman kepada Sandra bahwa setiap anak terlahir unik dengan kelebihan
masing-masing sesuai dengan minat dan bakatnya.
 Memberikan pembelajaran berbasis kelompok agar Sandra bisa belajar menerima dan
menghargaikemampuan dan kondisi siswa lainnya.
 Memberitahukan dampak positif dari proses kerja sama kelompok
 Menambahkan ice breaking di tengah pembelajaran dengan mengajak bermain para siswa
untuk mengakrabkan Sandra dan teman-temannya yang lain, dan membuat Sandra mau
membuka diri untuk berteman dengan temannya.

d. Robert, 16 tahun, yang menunjukkan sedikit minat di sekolah dan saat ini tinggal bersama
dengan bibinya (Anda sudah tidak dapat menghubungi orangtuanya)

Rencana yang digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah:


 Melakukan pendekatan pada Robert dengan mengajak Dia berbicara secara pribadi dan
menggali permasalahan yang dialaminya hingga mengetahui kira-kira apa yang menjadi
penyebab dia kurang berminat saat menjalani pembelajaran di sekolah.
 Memberikan semangat secara tulus kepada dia terkait kondisi keluarga yang dia alami
 Memberikan penguatan secara mental kepada peserta didik.
 Memberika stimulus secara berulang kepada dia secara berulang agar kembali
menumbuhkan rasa minat dalam pembelajaran di sekolah seperti mengikut serta kan dia
dalam kegiatan kelas atau sekolah sesuai dengan bakat dia sehingga dia merasa nyaman di
sekolah.
 Mencoba berkomunikasi dengan keluarganya saat ini terkait kondisi yang dialami pleh
Robert, serta berusaha memberikan pengertian agar keluarga saling mendukung dan proaktif
satu sama lain agar Robert bisa merasakan kenyamanan dan merasa terjaga walaupun dia
tidak bersama orangtua nya.
 Mengajak dan bekerja sama dengan wali kelas dan guru BK untuk selalu memonitoring
pekerbangan Robert dengan harapan cepat dia bisa menumbuhkan rasa minat di sekolah.
 Membuat suasana sekolah atau kelas yang lebih family dengan nya karena dalam kondisi
seperti ini peserta didik membutuhkan rasa nyaman yang lebih dibandingkan teman-temanya
yang lain.

Anda mungkin juga menyukai