Anda di halaman 1dari 3

Aku tu paling gabisa diginiin… Masa, kemarin tugas, sekarang tugas lagi.

Kapan si
bisa belajar tanpa stres kek gini..

 Apa Merdeka Belajar?


Melihat sistem pendidikan kita yang masih terbelakang, wajar bagi kita untuk
introspeksi. Membuka gapura, berjalan memahami dunia. Agaknya, itulah yang
dilakukan pemerintah belakangan ini sebelum menyongsong merdeka belajar, suatu
pendekatan baru yang dilakukan agar siswa dan mahasiswa bisa memilih pelajaran
yang diminati sehingga diharapkan bakatnya bisa teroptimalkan untuk berkarya bagi
bangsa. Dalam pelaksanaannya, ada tiga indikator keberhasilan yakni, partisipasi
murid dalam pendidikan Indonesia yang merata, pembelajaran yang efektif, dan tidak
adanya ketertinggalan anak didik. Untuk mewujudkan ini, diperlukan perbaikan
infrastruktur dan teknologi pendidikan yang menyeluruh hingga pelosok. Mudahnya,
Merdeka Belajar adalah tentang “kebebasan” , pengurangan tekanan psikologis pada
siswa, serta pengembangan minat bakat pada siswa menuju arah yang lebih baik.

 Mengapa Merdeka Belajar Harus Terwujud?


Melihat hasil survei yang dilakukan oleh PISA (Programme for International
Student Assessment) rapada tahun 2019, Indonesia berada pada posisi keenam dari
bawah dalam bidang numerasi dan literasi. Posisi ini bahkan dibawah banyak negara
tetangga lain seperti Malaysia dan Singapura. The Star, perusahaan berita Malaysia,
menyatakan bahwa pemerintah Negri Jiran bangga dengan hasil PISA yang tidak lagi
menduduki bagian dari peringkat bawah. "Kita sekarang berada di tengah dan kita
seharusnya bisa menjadi di top 30 persen dalam dua siklus selanjutnya," ujar Dirjen
Pendidikan Kementerian Pendidikan Malaysia, Datuk Dr Amin Senin.

“Guru Indonesia yang tercinta, tugas Anda adalah yang termulia sekaligus
tersulit. Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering
diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan. Anda ingin membantu murid yang
mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu Anda habis mengerjakan tugas
administratif tanpa manfaat yang jelas. Anda tahu betul bahwa potensi anak tidak
dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak
berbagai pemangku kepentingan. Anda ingin mengajak murid keluar kelas untuk
belajar dari dunia sekitarnya, tetapi kurikulum yang begitu padat menutup
petualangan. Anda frustasi karena Anda tahu bahwa di dunia nyata kemampuan
berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan
menghapal. Anda tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi
keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar
birokrasi. Anda ingin setiap murid terinsfirasi, tetapi Anda tidak diberi kepercayaan
untuk berinovasi.” Demikianlah penggalan dari pidato oleh Bapak Nadiem Makarim
kala peringatan Hari Guru tahun 2019. Program ini adalah wujud implementasi dari
Pembukaan UUD 1945 alinea IV: dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
Pasal 31, pada ayat 3, yang menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional, dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, UU Sisdiknas Tahun 2003 yang telah lama dicanangkan, namun
belum jua terealisasi sebelumnya.

 Bagaimana Sistem Pendidikan Merdeka Belajar Berlangsung ?


Program pendidikan “Merdeka Belajar” meliputi empat pokok kebijakan, antara lain:
1) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN); 2) Ujian Nasional (UN); 3) Rencana
Pelaksanaan Pembelajaan (RPP), dan 4) Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB) zonasi. Berikut adalah uraian ringkas tentang program berikut :

1. USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional)


Sesuai namanya, ujian ini digunakan untuk menilai pencapaian standar kompetensi
lulusan untuk semua mata pelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah berupa
portofolio, penugasan, tes tertulis, atau bentuk kegiatan lain. Sesuai dengan UU
Sisdiknas, sekolah berhak mengatur, karena guru lebih memahami siswanya
dibandingkan dengan pemerintah. Makanya kawan, kalau nugas yang serius ya..

2. Ujian Nasional (UN)


Terkhir kali UN dilaksanakan pada tahun 2020, lalu di tahun 2021 UN berganti
menjadi Asesmen Kompetensi Minimun dan Survey Karakter. Asesmen dimaksudkan
untuk mengukur kemampuan peserta didik untuk bernalar menggunakan bahasa dan
literasi, kemampuan bernalar menggunakan matematika atau numerasi, dan penguatan
pendidikan karakter. Asesmen ini dilakukan bagi siswa kelas 4, 8, dan 11 ya guys.
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaan (RPP)
Pada sistem Merdeka Belaja berdasarkabn Surat Edaran Mendikbud Nomor 14 Tahun
2019, RPP meliputi penyusunan RPP dilakukan secara efisien, efektif, dan
berorientasi pada siswa. Komponen inti dari rancangan ini adalah, tujuan
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian pembelajaran
(assesment) yang wajib dilaksanakan oleh guru, serta guru secara bebas dapat
memilih, membuat, menggunakan, dan mengembangkan format RPP secara mandiri
untuk sebesar-besarnya keberhasilan belajar siswa.

4. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)


Berbeda dengan Kurikulum 2013, sistem penerimaan siswa berubah. Paling sedikit
50% untuk zonasi, jalur afirmasi paling sedikit 15 %, jalur perpindahan tugas orang
tua/wali lima persen, dan jalur prestasi (sisa kuota dari pelaksanaan jalur zonasi,
afirmasi dan perpindahan orang tua /wali (0-30 persen).

Untuk saat ini, beberapa sekolah masih menganut sistem sebelumnya, sekolah kita
sendiri akan mengubah sistem pendidikan pada tahun ajaran berikutnya. Hingga
perjalanannya kini, Merdeka Belajar telah banyak membawa angin segar dan juga
polusi bagi dunia akademisi. Pertentangan yang terjadi amat lumrah mengingat hal ini
adalah suatu inovasi. Proses falsifikasi diperlukan guna kemajuan negeri.Penasaran?
Yuk kepoin infonya di WIN selanjutnya!

Anda mungkin juga menyukai