Anda di halaman 1dari 90

Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika

Provinsi Sulawesi Selatan

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transportasi merupakan kebutuhan turunan dari kegiatan ekonomi, sehingga
pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah tercermin pada peningkatan intensitas
tranportasinya. Disamping transportasi memiliki peran yang sangat strategis terhadap
aspek ekonomi juga memiliki peran yang sangat penting terhadap aspek lainnya: sosial,
guna lahan atau kewilayahan, politik, keamanan, dan budaya (Kodoatie, 2003).
Kebutuhan transportasi antar wilayah kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
Selatan terkait erat dengan pergerakan penduduk dan pertumbuhan ekonomi serta
keberadaan kawasan strategis dan potensial. Kebutuhan angkutan bahan pokok dan
komoditas harus dapat dipenuhi oleh sistem transportasi yang membutuhkan suatu
moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda transportasi tersebut
dapat bergerak. Prasarana transportasi yang diperlukan tersebut biasa dikenal dengan
sistem jaringan meliputi jaringan jalan raya, terminal bus, bandara, dan pelabuhan
sungai/laut.
Bertambahnya pemilik kendaraan yang menggunakan fasilitas jalan raya tentu
saja akan mengakibatkan kepadatan arus lalulintas, pada akhirnya dapat mengakibatkan
ramainya arus lalulintas. Permasalahan yang sering timbul juga dapat disebabkan oleh
terganggunya pengguna jalan. Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang
sangat diperlukan. karena tanpa adanya jalan, maka akan sulit bagi masyarakat untuk
beraktifitas, sehingga kebutuhan jalan yang dirasakan sangat perlu apalagi dengan
semakin meningkatnya arus lalu lintas sekarang ini. Lalu lintas timbul karena adanya
aktifitas dalam masyarakat. Makin meningkatnya kegiatan yang ada, makin banyak pula
lalu lintas yang ditimbulkan. Agar lalu lintas tersebut dapat bergerak dengan lancar,
aman dan nyaman maka diperlukan prasarana yang memadai.
Sulawesi Selatan sebagai daerah yang sedang berkembang yang mana
perkembangannya tidak akan terlepas dari masalah transportasi, karena transportasi
sangat berperan penting dalam perkembangan daerah itu sendiri. Permasalahan yang
terjadi bukan saja disebabkan oleh sistem prasarana

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

transportasi yang ada, tetapi sudah ditambah lagi dengan permasalahan lainnya, yaitu
pertumbuhan penduduk, pendapatan rendah, urbanisasi yang sangat cepat, terbatasnya
sumber daya khususnya dana, dan kualitas sumber daya manusia yang rendah membuat
permasalahan transportasi menjadi semakin parah.
Dalam upaya peningkatan pelayanan jalan perlu diketahui tentang kelayakannya
untuk dapat memenuhi kebutuhan lalu lintas sekarang maupun yang akan datang. Untuk
itu perlu dilakukan analisa lalu lintas harian rata•rata (LHR) pada ruas jalan Provindi
Sulawesi Selatan. Dalam rangka perencanaan dan perancangan yang berkaitan dengan
lalu lintas, informasi mengenai Lalu Lintas Harian Rata•rata (LHR) mutlak diperlukan,
oleh sebab itu diadakan prediksi lalu lintas harian rata•rata. Lalu lintas harian rata•rata
atau Average DailyTraffic (ADT) tidak pernah diketahui secara pasti karena arus lalu
lintas berorientasi dari waktu ke waktu. Variasi itu berbeda setiap jam, harian,
mingguan, bulanan, bahkan tahunan. Variasi lalu lintas ini membentuk suatu pola arus
lalu lintas yang biasanya relatif tetap dari waktu ke waktu.
Timbulnya masalah yang berhubungan dengan lalu lintas seperti kerusakan
badan jalan, sebagai akibat dari meningkatnya akan kebutuhan transportasi sebagai alat
pembangunan di Perawang khususnya di ruas Jalan Raya Perawang yang merupakan
jalan lintas antar daerah. Karena sering terjadinya perubahan pola arus lalu lintas yang
signifikasi dari waktu kewaktu karena pertumbuhan penduduk yang begitu pesat, diikuti
dengan perlunya kendaraan sebagai alat transportasi, sangat berdampak pada
perkembangan model lalu lintas harian rata• rata, sehingga terjadi tingkat kemacetan
yang sangat tinggi pada jam•jam tertentu akibat perkembangan lalu lintas harian
rata•rata tersebut. Oleh karena itu diperlukan penanganan serta kajian yang baik demi
tercapainya lalu lintas yang aman, nyaman, dan lancar sesuai dengan tuntutan
masyarakat pengguna jalan.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

B. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini meliputi:
a. Untuk menentukan persentase lalu lintas harian rata•rata pada masing• masing
golongan kendaraan di ruas jalan tersebut.
b. Untuk menentukan prediksi lalu lintas harian rata•rata (LHR) dengan
efisiensi waktu penelitian.

2. Manfaat
Manfaat Kegiatan Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata adalah sebagai data dasar
untuk melakukan perencanaan yang berkaitan dengan pengembangan jalan di Provinsi
Sulawesi Selatan:
a. Meng-update data perkembangan volume arus lalu lintas yang terjadi pada
suatu ruas jalan.
b. Mengetahui dampak dari berkembangnya suatu daerah yang
berpengaruh langsung pada meningkatnya lalu lintas harian rata•rata.
c. Diharapkan dari kegiatan survei ini dapat dijadikan sebagai data acuan untuk
penelitian maupun perencanan di kemudian hari.

C. Landasan Hukum
1) KM. 49 Tahun 2005 Tentang Sistem Transportasi Nasional dan Undang- Undang
Transportasi.
2) Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan Dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.
3) Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Sistem
Transportasi Nasional Pada Tataran Transportasi Wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan.
4) Undang-Undanga Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

D. Ruang Lingkup Lokasi Pekerjaan


Lokasi pekerjaan Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata ini terletak di Provinsi
Sulawesi Selatan.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

E. Ruang Lingkup Kegiatan


Lingkup pekerjaan perencanaan ini adalah sebagai berikut:
 Menentukan skenario titik pengamatan pada jalan Provinsi Sulawesi Selatan.
 Membuat data terbaru terkait volume arus lalu lintas pada jalan-jalan yang
telah di tentukan.

F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari laporan pendahuluan ini disusun sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bagian ini merupakan pendahuluan dari Laporan Pendahuluan Kegiatan Survei Lalu
Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi Selatan. Bab ini berisi latar belakang, tujuan,
dan manfaat, landasan hukum, ruang lingkup kegiatan, dan sistematika penulisan
laporan.

BAB 2 KAJIAN KONSEP DAN TEORITIS


Bab ini berisi kajian konsep dan beberapa teori-teori terkait Survei Lalu Lintas Harian
Rata-rata.

BAB 3 METODOLOGI PERENCANAAN


Pada bab ini, membahas tentang kerangka pikir dan metode yang digunakan dalam
kegiatan Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi Selatan.

BAB 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH


Pada bab ini berisi gambaran umum wilayah kegiatan Survei Lalu Lintas Harian rata-
rata Provinsi Sulawesi Selatan.

BAB 5 HASIL SURVEI DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini berisi uraian tentang hasil Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi
Slawesi Selatan yang telah dilakukan antara lain, Karakteristik Pergerakan, Volume dan
Beban Puncak, Waktu Tempuh, dan Kinerja Jaringan Jalan.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

BAB 2 KAJIAN KONSEP DAN TEORITIS

A. Karakteristik Lalu Lintas Jalan


Di dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, dijelaskan prosedur yang
dapat digunakan dalam menghitung parameter – parameter yang dibutuhkan dari data-
data yang didapatkan baik itu data primer maupun sekunder. Pengambilan data dan
hitungan yang akurat sangatlah penting karena hal ini akan mempengaruhi perencanaan
lalu lintas yang baik. Parameter – parameter yang dibutuhkan diantaranya adalah
sebagai berikut:

Tabel 2. 1 Karakteristik Lalu Lintas

Karakteristik Lalu Lintas


Arus lalu Lintas
Kendaraan bermotor ber as dua dengan 4 roda dan dengan
LV Kendaraan Ringan (Light
jarak as 2,0-3,0 m (meliputi: mobil penumpang, oplet,
Vehicle) mikrobis, pick-up dan truk kecil
sesuai sistim klasifikasi Bina Marga).
Kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda (meliputi
bis, truk 2 as, truk 3 as dan truk kombinasi sesuai sistim
HV Kendaraan Berat (Heavy
klasifikasi Bina Marga). Catatan: Lihat Bab 2-5 dan 6-7
Vehicle)
untuk definisi khusus dari tipe kendaraan lainnya yang
digunakan pada metode
perhitungan jalan perkotaan dan luar kota.
Kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda
MC Sepeda Motor (Motor Cycle)
(meliputi sepeda motor dan kendaraan roda 3 sesuai
sistim klasifikasi Bina Marga).
Kendaraan dengan roda yang digerakkan oleh orang atau
hewan ( meliputi : sepeda, becak, kereta kuda, dan
Kendaraan Tak Bermotor (Un- kereta dorong sesuai sistim klasitikasi Bina Marga).
UM
motorized) Catatan: Dalam manual ini kendaraan tak bermotor tidak
dianggap sebagai bagian dari arus lalu lintas tetapi
sebagai unsur
hambatan samping.
Faktor konversi berbagai jenis kendaraan dibandingkan
dengan mobil penumpang atau kend. ringan lainnya
emp Ekivalensi Mobil Penumpang
sehubungan dengan dampaknya pada perilaku lalulintas
(untuk mobil penumpang
dan kendaraan ringan lainnya, emp = 1.0).
Satuan arus lalu lintas, dimana arus dari berbagai tipe
smp Satuan Mobil Penumpang kendaraan telah diubah menjadi kendaraan ringan
(termasuk mobil penumpang) dengan
menggunakan emp.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

Faktor untuk mengubah arus kendaraan campuran


FSMP Faktor smp
menjadi arus yang setara dalam srnp untuk keperluan
analisa kapasitas.
Ukuran Perilaku Lalu Lintas
Ukuran kualitatif yang digunakan di HCM 85 Amerika
Serikat dan menerangkan kondisi operasional dalam arus
Tingkat Pelayanan (Kinerja lalu-lintas dan penilaiannya oleh pemakai jalan (pada
Los
Jalan) “Level of Service” umumnya dinyatakan dalam kecepatan, waktu tempuh,
kebebasan bergerak, interupsi lalu-lintas, keenakan,
kenyamanan, dan keselamatan).

Arus lalu-lintas maximum yang dapat dipertahankan


(tetap) pada suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu
(misalnya: rencana geometrik, lingkungan, komposisi
C Kapasitas lalu-lintas dan sebagainya. Catatan: Biasanya dinyatakan
dalarn kend/jam atau smp/jam). Kapasitas harian
sebaiknya tidak digunakan sebagai ukuran karena
akan bervariasi sesuai dengan faktor-k.

Karakteristik Geometrik
Tipe potongan melintang jalan ditentukan oleh
Tipe Jalan jumlah lajur dan arah pada suatu segmen jalan,
sebagai contoh:- 2 lajur 2 arah tak terbagi (2/2 UD).
WC Lebar Jalur Lebar dari jalur jalan yang dilewati, tidak termasuk
bahu. Lalu-lintas.
Lebar bahu (in) di samping jalur lalu-lintas,
WS Lebar Bahu direncanakan sebagai ruang untuk kendaraan yang
sekali-sekali berhenti, pejalan kaki dan kendaraan
lambat.
M Median Daerah yang memisahkan arah lalu-lintas pada
suatu segmen jalan.
Kondisi Lingkungan
Pengembangan lahan di samping jalan. Untuk tujuan
perhitungan, guna lahan dinyatakan dalam persentase
LU Guna Lahan
dari segmen jalan dengan
pengembangan tetap dalam bentuk bangunan
(terhadap panjang total).
Lahan niaga (sbg. contoh : toko, restoran, kantor)
COM Komersial
dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki dan
kendaraan.
RES Permukiman Lahan tempat tinggal dengan jalan masuk langsung
bagi pejalan kaki dan kendaraan.
CS Ukuran Kota Jumlah penduduk dalam suatu daerah perkotaan.

Dampak terhadap perilaku lalu-lintas akibat kegiatan


SF Hambatan Samping sisi jalan seperti pejalan kaki, penghentian angkot dan
kendaraan lainnya, kendaraan masuk
dan keluar sisi jalan dan kendaraan lambat.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

1. Volume (Q)
Pentingnya dilakukan pengukuran volume kendaraan adalah untuk
menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan yang melewati ruas jalan tertentu
dalam satuan waktu, sehingga dapat dihitung lalu lintas harian rata-rata sebagai dasar
perencanaan jalan dan jembatan.
Perhitungan volume lalu-lintas yakni dengan mengalikan jumlah setiap jenis
kendaraan kedalam konversi satuan mobil penumpang (smp). Selanjutnya besar
volume lalu-lintas dalam satuan mobil penumpang dikelompokkan dalam kelompok
jumlah total dari seluruh kendaraan dan kelompok jumlah total kendaraan bermotor.
Besar nilai volume lalulintas ini sebagai satu variabel dalam analisa studi hubungan
volume kecepatan dari masing-masing model pendekatan yang akan dibahas.
Tipe informasi volume Lalu lintas pun dibedakan menjadi beberapa golongan
diantaranya:
a. Annual Total Traffic Volume digunakan untuk:
 Mengukur dan menetapkan arah kenaikan volume lalu lintas.
 Menentukan perjalanan tahunan untuk pembiayaan.
 Menghitung nilai kecelakaan.
 Menaksir pendapatan dari pemakai jalan.
b. AADT/ADT (Average anual daily traffic/Annual Daily traffic) digunakan
untuk:
 Aktifitas perjalanan jalan raya seperti penentuan jalan menerus,nrute jalan
terbaik, dan lain-lain.
c. Peak Hour Volume digunakan untuk:
 Perancangan geometrik untuk lebar jalur, persimpangan, dan lain- lain.
 Menentukan efisiensi kapasitas.
 Penempatan alat pengatur lalu lintas seperti rambu, marka, lampu, dan lain-
lain.
 Klasifikasi jalan raya.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

d. Classified Volume (tipe, berat, dimensi dan jumlah as kendaraan) digunakan


untuk:
 Perancangan tempat berbalik arah, kebebasan jalan, dan kelandaian.
 Perancangan struktur perkerasan jalan dan jembatan.
e. Intersectional Volume Counters digunakan untuk:
 Jumlah lalu lintas yang memasuki persimpangan.
 Jumlah lalu lintas yang melakukan setiap kemungkinan gerakan berbelok.
 Jumlah lalu lintas pada periode tertentu.
 Klasifikasi kendaraan.

Satuan volume lalu–lintas yang umum digunakan adalah volume lalu – lintas harian
rata – rata. Lalu – lintas harian rata – rata adalah volume lalu–lintas rata
– rata dalam satu hari. Dari cara memperoleh data dikenal dua jenis lalu–lintas harian
rata – rata yaitu Lalu–lintas Harian Rata – rata Tahunan (LHRT) dan Lalu–lintas Harian
Rata – rata (LHR).

LHRT adalah Jumlah lalu–lintas kendaraan rata – rata yang melewati satu jalur jalan
selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahun penuh (Silvia Sukirman, 1994).
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑙𝑢−𝑙i𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
LHRT = 365

LHRT dinyatakan dalam smp/hari/dua arah atau kendaraan/hari/dua arah untuk jalan
dua jalur dua arah. Smp/hari/satu arah atau kendaraan/hari/satu arah untuk jalan berlajur
banyak dengan median.
LHR adalah hasil bagi jumlah kendaraan yang diperoleh selama pengamatan
dengan lamanya pengamatan. (Silvia Sukirman, 1994).

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑙𝑢−𝑙i𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑛g𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛


LHR = 𝐿𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛g𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛

Rumus yang digunakan dalam menghitung Volume Lalu lintas adalah sebagai
berikut :

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

𝑁
Q =
𝑇
Keterangan:
Q = Volume kendaraan (kendaraan/jam)
N = Jumlah kendaraan yang lewat (kendaraan) T =
Waktu atau periode pengamatan (jam)

Berbagai jenis kendaraan diekivalensikan ke satuan mobil penumpang dengan


menggunakan faktor ekivalensi mobil penumpang (emp), emp adalah faktor yang
menunjukkan berbagai tipe kendaraan dibandingkan dengan kendaraan ringan. Nilai
emp untuk berbagai jenis tipe kendaraan dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan 2.3.

Tabel 2. 2 Ekivalensi Kendaraan Penumpang (emp) untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi

emp
Tipe Jalan: Arus Lalu Lintas
MC
Jalan Tak Total Dua Arah
HV Lebar Jalur Lalu Lintas Wc (m)
Terbagi (Kend/Jam)
≤6 >6
Dua Lajur Tak 0 1,3 0,5 0,4
Terbagi (2/2 UD) > 1800 1,2 0,35 0,25
Empat Lajur Tak 0 1,3 0,4
Terbagi (4/2 UD) > 3700 1,2 0,25
Sumber: MKJI, 1997

Tabel 2. 3 Ekivalensi Kendaraan Penumpang (emp) untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan
Satu Arah

Tipe Jalan: Jalan Satu Arah Arus Lalu Lintas per emp
dan Jalan Terbagi Lajur (Kend/Jam) HV MC
Dua lajur satu arah (2/1) dan 0 1,3 0,4
Empat lajur terbagi (4/2 D) > 1050 1,2 0,25
Tiga lajur satu arah (3/1) dan 0 1,3 0,4
Enam lajur terbagi (6/2 D) > 1100 1,2 0,25
Sumber: MKJI, 1997

2. Kecepatan Lalu Lintas


Kecepatan adalah tingkat pergerakan lalu-lintas atau kendaraan tertentu yang sering
dinyatakan dalam kilometer per jam atau mil per jam. Terdapat dua kategori kecepatan
rata-rata. Yang pertama adalah kecepatan waktu rata-rata (time mean speed) yaitu rata-
rata dari sejumlah kecepatan pada lokasi tertentu.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

Yang kedua adalah kecepatan ruang rata-rata (space mean speed) atau kecepatan
perjalanan (travel speed) yang mencakup waktu perjalanan dan hambatan. Kecepatan
ruang rata-rata dihitung berdasarkan jarak perjalanan dibagi waktu perjalanan pada jalan
tertentu. Kecepatan ini dapat ditentukan melalui pengukuran waktu perjalanan dan
hambatan.
Berbagai macam jenis kecepatan yaitu:
a. Kecepatan titik (Spot Speed) adalah kecepatan sesaat kendaraan pada titik/lokasi
jalan tertentu.
3,60 𝐷
V =
𝑇
Dengan:
V = Kecepatan sesaat (Km/jam) D
= Panjang segmen (meter)
T = Waktu yang diperlukan kendaraan melewati segmen (detik)
b. Kecepatan rata-rata ruang (Space Mean Speed) adalah kecepatan rata- rata
kendaraan di sepanjang jalan yang diamati.
3,6 𝑛𝑑
Us = i
∑𝑛=1 𝑡i
Dengan:
Us = Kecepatan rata – rata ruang (km/jam).
t = Waktu perjalanan (detik)
d = Jarak (meter)
n = Banyaknya kendaraan yang diamati
c. Kecepatan rata-rata waktu (Time Mean Speed) adalah kecepatan rata- rata yang
menggambarkan kecepatan rata-rata dari seluruh kendaraan yang melewati satu
titik pengamatan pada waktu tertentu.
∑i 𝑈i
Ut = 𝑛=1
𝑛
Dengan:
Ut = Kecepatan rata – rata waktu (km/jam) U
= Kecepatan kendaraan (km/jam)
n = Jumlah kendaraan

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

d. Kecepatan rata-rata perjalanan (Average Travel Speed) dan kecepatan jalan.


Waktu perjalanan adalah total waktu tempuh kendaraan untuk suatu segmen
jalan yang ditentukan. Waktu jalan adalah total waktu ketika kendaraan dalam
keadaan bergerak (berjalan) untuk menempuh suatu segmen jalan tertentu.
Kecepatan adalah jarak tempuh kendaraan dibagi waktu tempuh.
𝐿
V =
𝑇𝑇
Dengan:
V = Kecepatan (km/jam)
L = Jarak tempuh (km) TT
= Waktu tempuh (jam)
Pada metode Moving car observer yang digunakan dalam mencari kecepatan
kendaraan yakni kecepatan total kendaraan dan kecepatan bergerak dapat
diperoleh dari persamaaan berikut :
60 j
K =
w
Selanjutnya kecepatan rata-rata ruang dapat diperoleh dari persamaan berikut :
60 𝑛j
K =
∑w
Dengan:

K = Kecepatan perjalanan (km/jam) j

= Panjang rute/segmen (km)

w = Waktu tempuh (menit)

∑w = Jumlah waktu tempuh (menit)

N = Jumlah sampel kendaraan

e. Kecepatan Arus Bebas (FV)


Kecepatan arus bebas (FV) didefinisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus
nol yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

kendaraan bermotor tanpa dipengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di jalan.


Persamaan untuk penentuan kecepatan arus bebas mempunyai bentuk umum
berikut:
FV = (FV0 + FVW) . FFVSF . FFVCS
Dengan:
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi
lapangan (km/jam).
FV0 = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yang
diamati (km/jam).
FVW = Penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan (km/jam).
FFVSF = Faktor penyesuaian akibat hambatan samping dan lebar bahu.
FFVCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
Kecepatan arus bebas ditentukan berdasarkan tipe jalan dan jenis kendaraan
sesuai dengan tabel 2.4.

Tabel 2. 4 Kecepatan Arus Bebas Dasar untuk Jalan Perkotaan (FV0)

Kecepatan Arus Bebas Dasar (FV)


Tipe Jalan/ Tipe Alinyemen
Semua Kendaraan
(Kelas jarak pandang) LV HV MC
(rata-rata)
Enam-lajur terbagi (6/2 D)
atau 61 52 48 57
Tiga-lajur satu-arah (3/1)
Empat-lajur terbagi (4/2 D)
Atau 57 50 47 55
Dua-lajur satu-arah (2/1)
Empat-lajur tak-terbagi (4/2 UD) 53 46 43 51
Dua-lajur tak-terbagi (2/2 UD) 44 40 40 42
Sumber: MKJI, 1997

Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk lebar jalur lalu lintas berdasarkan lebar
jalur lalu lintas efektif dan kelas hambatan samping dapat dilihat pada Tabel 2.5
Lebar lalu lintas efektif diartikan sebagai lebar jalur tempat gerakan lalu lintas
setelah dikurangi oleh lebar jalur

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

akibat hambatan samping. Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas akibat lebar
jalan (FVw) dipengaruhi oleh kelas jarak pandang dan lebar jalur efektif.

Tabel 2. 5 Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas untuk Lebar Jalur Lalu-lintas (FVw)

Lebar jalur lalu-lintas efektif


Tipe Jalan FVw (km/jam)
(Wc) (m)
Empat-lajur terbagi Per lajur
Atau 3,00 -4
Jalan satu-arah 3,25 -2
3,50 0
3,75 2
4,00 4
Empat-lajur tak-terbagi Per lajur
3,00 -4
3,25 -2
3,50 0
3,75 2
4,00 4
Dua-lajur tak-terbagi Total
5 -9,5
6 -3
7 0
8 3
9 4
10 6
Sumber: MKJI, 1997

Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas akibat hambatan samping berdasarkan


lebar bahu efektif sesungguhnya dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

Tabel 2. 6 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas untuk Hambatan Samping


dengan Lebar Bahu (FFVSF)

Faktor penyesuaian untuk hambatan samping


Kelas hambatan dan lebar bahu
Tipe Jalan
samping (SFC) Lebar bahu efektif rata-rata Ws (m)
≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥2m
Empat-lajur terbagi Sangat rendah 1,02 1,03 1,03 1,04
4/2 D Rendah 0,98 1,00 1,02 1,03
Sedang 0,94 0,97 1,00 1,02
Tinggi 0,89 0,93 0,96 0,99
Sangat Tinggi 0,84 0,88 0,92 0,96
Empat-lajur tak- Sangat rendah 1,02 1,03 1,03 1,04
terbagi 4/2 UD Rendah 0,98 1,00 1,02 1,03
Sedang 0,93 0,96 0,99 1,02
Tinggi 0,87 0,91 0,94 0,98
Sangat tinggi 0,80 0,86 0,90 0,95
Dua-lajur tak-terbagi Sangat rendah 1,00 1,01 1,01 1,01
2/2 UD atau Jalan Rendah 0,96 0,98 0,99 1,00
satu-arah Sedang 0,91 0,93 0,96 0,99
Tinggi 0,82 0,86 0,90 0,95
Sangat tinggi 0,73 0,79 0,85 0,91
Sumber: MKJI, 1997

Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas akibat hambatan samping berdasarkan


jarak kereb dan penghalang pada trotoar (FFV SF). Untuk jalan dengan kereb
dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

Tabel 2. 7 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas untuk Hambatan Samping


dengan Jarak Kerb Penghalang (FFVSF)

Faktor penyesuaian untuk hambatan samping


Kelas hambatan dan lebar bahu
Tipe Jalan
samping (SFC) Lebar bahu efektif rata-rata Ws (m)
≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥2m
Empat-lajur Sangat rendah 1,00 1,01 1,01 1,02
terbagi 4/2 D Rendah 0,97 0,98 0,99 1,00
Sedang 0,93 0,95 0,97 0,99
Tinggi 0,87 0,90 0,93 0,96
Sangat Tinggi 0,81 0,85 0,88 0,92
Empat-lajur Sangat rendah 1,00 1,01 1,01 1,02
tak-terbagi 4/2 Rendah 0,96 0,98 0,99 1,00
UD Sedang 0,91 0,93 0,96 0,98
Tinggi 0,84 0,87 0,90 0,94
Sangat tinggi 0,77 0,81 0,85 0,90
Dua-lajur tak- Sangat rendah 0,98 0,99 0,99 1,00
terbagi 2/2 UD Rendah 0,93 0,95 0,96 0,98
atau Jalan Sedang 0,87 0,89 0,92 0,95
satu-arah Tinggi 0,78 0,81 0,84 0,88
Sangat tinggi 0,68 0,72 0,77 0,82
Sumber: MKJI, 1997

Nilai faktor penyesuaian untuk pengaruh ukuran kota pada kecepatan arus
bebas kendaraan (FFVCS) dapat dilihat pada Tabel 2.8.

Tabel 2. 8 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas untuk Ukuran Kota (FFVCS)

Ukuran kota (Juta penduduk) Faktor penyesuaian untuk ukuran kota


< 0,1 0,90
0,1 – 0,5 0,93
0,5 – 1,0 0,95
1,0 – 3,0 1,00
> 3,0 1,03
Sumber: MKJI, 1997

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

3. Kapasitas (C)
Kapasitas merupakan salah satu ukuran kinerja lalu lintas pada saat arus lalu lintas
maksimum dapat dipertahankan (tetap) pada suatu bagian jalan pada kondisi tertentu.
Kapasitas jalan akan seiring menurun apabila ruas jalan tersebut bertemu
persimpangan, hal ini sangat berbeda bila jalan tesebut tanpa dipengaruhi
persimpangan.
Menurut MKJI 1997, Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu
titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan
dua lajur dua arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi dua arah), tetapi
untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan per arah dan kapasitas di tentukan per
lajur. Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut:
C = CO x FCW x FCSP x FCSF x FCCs
Dengan :
C = Kapasitas (smp/jam)
CO = Kapasitas dasar (smp/jam) FCW =
Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaian pemisah arah (hanya untuk jalan tak terbagi) FCSF =
Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan
FCCs = Faktor penyesuaian ukuran kota

Kapasitas dasar (C0) kapasitas segmen jalan pada kondisi geometri, ditentukan berdasarkan tipe
jalan sesuai dengan Tabel 2.9.

Tabel 2. 9 Kapasitas dasar (C0) Jalan Perkotaan

Tipe Jalan Kapasitas Dasar (smp/jam) Catatan


Empat-lajur terbagi atau Jalan 1650 Per lajur
satu-arah
Empat-lajur tak-terbagi 1500 Per lajur
Dua-lajur tak-terbagi 2900 Total dua arah
Sumber: MKJI, 1997

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

Faktor penyesuaian lebar jalan ditentukan berdasarkan lebar jalan efektif yang dapat
dilihat pada Tabel 2.10.

Tabel 2. 10 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Lebar Jalan (FCW)

Lebar jalur lalu-lintas efektif


Tipe Jalan (WC) FCW
(m)
Empat lajur terbagi Per lajur
atau 3,00 0,92
Jalan satu arah 3,25 0,96
3,50 1,00
3,75 1,04
4,00 1,08
Empat lajur tak terbagi Per lajur
3,00 0,91
3,25 0,95
3,50 1,00
3,75 1,00
4,00 1,05
1,09
Dua lajur tak terbagi Total dua arah
5 0,56
6 0,87
7 1,00
8 1,14
9 1,25
10 1,29
11 1,34
Sumber: MKJI, 1997

Faktor penyesuaian pembagian arah jalan didasarkan pada kondisi dan distribusi arus
lalu lintas dari kedua arah jalan atau untuk tipe jalan tanpa pembatas median.
Untuk jalan satu arah atau jalan dengan median faktor koreksi pembagian arah jalan
adalah 1,0. Faktor penyesuaian pemisah jalan dapat dilihat pada Tabel 2.11.

Tabel 2. 11 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pembagian Arah

Pemisahan arah SP %-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30


Dua-lajur 2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
FCSP
Empat-lajur 4/2 1,00 0,985 0,97 0,955 0,94
Sumber: MKJI, 1997

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

Faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping untuk ruas jalan berdasarkan
lebar bahu efektif dapat dilihat pada Tabel.2.12.

Tabel 2. 12 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping dengan Lebar Bahu
(FCSF)

Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan


Kelas
lebar bahu FCSF
Tipe Jalan hambatan
Lebar bahu efektif Ws
samping
≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥2m
4/2 D VL 0,96 0,98 1,01 1,03
L 0,94 0,97 1,00 1,02
M 0,92 0,95 0,98 1,00
H 0,88 0,92 0,95 0,98
VH 0,84 0,88 0,92 0,96
4/2 UD VL 0,96 0,99 1,01 1,03
L 0,94 0,97 1,00 1,02
M 0,92 0,95 0,98 1,00
H 0,87 0,91 0,94 0,98
VH 0,80 0,86 0,90 0,95
2/2 UD VL 0,94 0,96 0,99 1,01
L 0,92 0,94 0,97 1,00
M 0,89 0,92 0,95 0,98
H 0,82 0,86 0,90 0,95
VH 0,73 0,79 0,85 0,91
Sumber: MKJI, 1997

Faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping untuk ruas jalan berdasarkan
jarak kerb dengan penghalang trotoar dapat dilihat pada Tabel 2.13.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

Tabel 2. 13 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping Berdasarkan


Jarak Kerb dengan Pengahalang Trotoar (FCSF)

Tipe Jalan Kelas Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan


hambatan lebar bahu FCSF
samping Lebar bahu efektif Ws
≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥2m
4/2 D VL 0,95 0,97 0,99 1,01
L 0,94 0,96 0,98 1,00
M 0,91 0,93 0,95 0,98
H 0,86 0,89 0,92 0,95
VH 0,81 0,85 0,88 0,92
4/2 UD VL 0,95 0,97 0,99 1,01
L 0,93 0,95 0,97 1,00
M 0,90 0,92 0,95 0,97
H 0,84 0,87 0,90 0,93
VH 0,77 0,81 0,85 0,90
2/2 UD VL 0,93 0,95 0,97 0,99
atau L 0,90 0,92 0,95 0,97
Jalan satu-arah M 0,86 0,88 0,91 0,94
H 0,78 0,81 0,84 0,88
VH 0,68 0,72 0,77 0,82
Sumber: MKJI, 1997

Faktor penyesuaian ukuran kota didasarkan pada jumlah penduduk, faktor penyesuaian
ukuran kota dapat dilihat pada Tabel 2.14.

Tabel 2. 14 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCCS)

Ukuran kota (Juta Penduduk) Faktor penyesuaian untuk


ukuran kota
< 0,1 0,86
0,1 – 0,5 0,90
0,5 – 1,0 0,94
1,0 – 3,0 1,00
> 3,0 1,04
Sumber: MKJI, 1997

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

4. Derajat Kejenuhan (DS)


Derajat kejenuhan adalah perbandingan arus lalu lintas terhadap kapasitas, ini
merupakan indikator suatu ruas jalan dikatakan baik atau buruk, berdasarkan asumsi
jika ruas jalan makin dekat dengan kapasitasnya kemudahan bergerak makin terbatas.
Setelah volume dihitung dalam menggunakan emp yang sesuai, maka berdasarkan
definisi derajat kejenuhan, DS dihitung sebagai berikut:
𝑁
Q =
𝑇
Dimana:
DS = Derajat Kejenuhan
Q = Nilai arus total kendaraan (Smp/jam) C
= Kapasitas (Smp/jam)
Korelasi nilai derajat derajat kejenuhan (Q/C) dengan kecepatan rata – rata
kendaraan ringan LV (km/Jam) ditunjukkan dalam gambar di bawah ini:

Gambar 2. 1 Kecepatan sebagai fungsi dari DS untuk jalan banyak-lajur dan satu arah

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

B. Survei Volume Lalu Lintas


Menurut Malkamah (1995), survei dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
data dan informasi selengkapnya tentang keadaan lalu lintas, jenis dan jumlah
kendaraan, yang mana dari data tersebut dapat dianalisa untuk mendapatkan Lalu
Lintas Harian Rata-rata (LHR) guna menentukan jumlah lajur, lebar perkerasan serta
bahu jalan pada ruas jalan yang akan direncanakan. Data yang diperoleh dapat berupa
data primer maupun data sekunder. Survei dilakukan bila benar-benar perlu dan data
tersebut tidak dapat diperoleh secara sekunder.
Hobbs (1995) menyatakan bahwa survei-survei diperlukan untuk banyak tujuan dan
agar dapat dilakukan secara efisien, maka tujuan survei harus didefinisikan dengan
jelas. Survei harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, dikompilasi secara benar dengan
format penyusunan data yang baik sehingga:
a. Validitas tinggi.
b. Dapat digunakan optimal oleh berbagai pihak untuk berbagai keperluan.
c. Dapat diolah dengan data yang lain.
d. Mudah dicari dan dipanggil kembali.
Sedangkan survei volume lalu lintas dilakukan dengan mencatat setiap kendaraan
yang lewat di suatu titik yang mewakili ruas jalan yang bersangkutan sehingga didapat:
a. Pola arus lalu lintas (jam, hari, bulan, tahun).
b. Volume lalu lintas tiap pergerakan.
c. Komposisi kendaraan.
d. Data untuk memprediksi arus lalu lintas yang akan datang.
e. Tingkat okupansi kendaraan.

C. Kendaraan Rencana
Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya dipakai
sebagai acuan dalam perencanaan geometrik. Kendaraan rencana dikelompokkan dalam
beberapa kategori yaitu :
a. Kendaraan Ringan/Kecil (LV)
Kendaraan ringan / kecil adalah kendaraan bermotor ber as dua dengan

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

empat roda dan dengan jarak as 2,0 m – 3,0 m (meliputi : mobil penumpang, oplet,
mikrobus, pick up dan truk kecil sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
b. Kendaraan Sedang (MHV)
Kendaraan bermotor dengan dua gandar, dengan jarak 3,5 m - 5,0 m (termasuk bus
kecil, truk dua as dengan enam roda, sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
c. Kendaraan Berat/Besar (LB-LT)
 Bus Besar (LB)
Bus dengan dua atau tiga gandar dengan jarak as 5,0-6,0 m.
 Truk Besar (LT)
Truk tiga gandar dan truck kombinasi tiga, jarak gandar (gandar pertama ke dua)
< 3,5 m (sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
d. Sepeda Motor (MC)
Kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda (meliputi : sepeda motor dan kendaraan
roda 3 sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
e. Kendaraan Tak Bermotor
Kendaraan dengan roda yang digerakan oleh orang atau hewan (meliputi : sepeda,
becak, kereta kuda, dan kereta dorong sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
Kendaraan tak bermotor tidak dianggap sebagai bagian dari arus lalu lintas tetapi
sebagai unsur hambatan samping. Dimensi dasar untuk masing-masing kendaraan
rencana ditunjukan dalam tabel 2.15.

Tabel 2. 15 Dimensi Dasar Kendaraan Rencana

Kategori Dimensi Kendaraan (cm) Tonjolan (cm) Radius Putar Radius


Kendaraan (cm) Tonjolan (cm)
Rencana Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Min Maks
Kecil 130 210 580 90 150 420 730 780
Sedang 410 260 1210 210 240 740 1280 1410
Besar 410 260 2100 120 90 290 1400 1370

D. Komposisi Lalu Lintas


Volume Lalu – Lintas Harian Rata-rata (VLHR), adalah prakiraan volume lalulintas
harian pada akhir tahun rencana lalu-lintas dinyatakan dalam

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

smp/hari.
a. Satuan Mobil Penumpang (SMP)
Satuan arus lalu lintas, dimana arus dari berbagai tipe kendaraan telah diubah
menjadi kendaraan ringan (termasuk mobil penumpang) dengan menggunakan smp.
b. Ekivalen Mobil Penumpang (emp)
Faktor konversi berbagai jenis kendaraan dibandingkan dengan mobil penumpang
atau kendaraan ringan lainnya sehubungan dengan dampaknya pada perilaku lalu-
lintas (untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan lainnya, emp = 1,0).

Tabel 2. 16 Ekivalen Mobil Penumpang (emp)

No Jenis kendaraan Datar/Bukit Gunung


1 Sedan, Jeep, Station Wagon 1,0 1,0
2 Pick-Up, Bus Kecil, Truk Kecil 1,2-2,4 1,9-3,5
3 Bus dan Truk Besar 1,2-5,0 2,2-6,0
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)

E. Volume Lalu Lintas Harian Rencana


Volume Lalu Lintas harian Rencana (VLHR) adalah prakiraan volume lalu lintas
harian pada akhir tahun rencana lalu lintas dinyataan dalam smp/hari. Volume Jam
Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun rencana lalu
lintas, dinyatakan dalam smp/jam, dihitung dengan rumus:
VJR = VLHR x 𝐾
𝐹
Dimana:
K: Disebut faktor K adalah faktor volume lalu lintas jam sibuk
F: Disebut faktor F adalah faktor variasi tingkat lalu lintas perseperempat jam dalam
satu jam
VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas lalu lintas lainnya
yang diperlukan. Faktor K dan F yang sesuai dengan VLHR dapat dilihat pada tabel
2.17.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

Tabel 2. 17 Penentuan Faktor K dan Faktor F Berdasarkan Volume LHR

VLHR Faktor –K Faktor – F (%)


> 50.000 4–6 0,9 – 1
30.000 – 50.000 6–8 0,8 – 1
10.000 – 30.000 6–8 0,8 – 1
5.000 – 10.000 8 – 10 0,6 – 0,8
1.000 – 5.000 10 – 12 0,6 – 0,8
< 1.000 12 – 16 < 0,6
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)

F. Tipe Jalan
Tipe jalan menentukan jumlah lajur dan arah pada suatu segmen jalan, untuk
jalanjalan luar kota sebagai berikut:
a. 2 lajur 1 arah (2 / 1)
b. 2 lajur 2 arah tak terbagi (2 / 2 TB)
c. 4 lajur 2 arah tak terbagi (4 / 2 TB)
d. 4 lajur 2 arah terbagi (4 / 2 B)
e. 6 lajur 2 arah terbagi (6 / 2 B)
Keterangan : TB = Tidak Terbagi, B = Terbagi

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

BAB 3 PENDEKATAN DAN METODE SURVEI SERTA

ANALISIS DATA

Dalam segala aspek perencanaan transportasi, baik rekayasa lalu lintas maupun
manajemen lalu lintas, suatu hal yang esensial adalah survei lalu lintas. Hal ini
disebabkan karena analisis yang dilakukan, baik akurasi maupun kedalamannya, selalu
bergantung pada ketersediaan data. Data lapangan dibutuhkan untuk merepresentasikan
keadaan nyata yang ada di lapangan, untuk menunjukkan kecendrungan masa yang akan
datang dan melakukan kajian terhadap kehandalan penanganan yang akan dilakukan.
Untuk mengumpulkan data yang dimaksud perlu dilakukan studi maupun survei yang
diarahkan untuk memenuhi satu tujuan tertentu.

A. Metode Survei

1. Data yang Diperlukan


a. Kecepatan dan volume kendaraan yang melewati ruas-ruas jalan Provinsi
Sulawesi Selatan.
b. Kecepatan dan volume kendaraan yang melewati ruas-ruas jalan Provinsi
Sulawesi Selatan.
c. Geometri ruas-ruas jalan Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode pengamatan langsung
pada ruas-ruas jalan Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk mendapatkan data tentang
kecepatan dan volume kendaraan yang melewati ruas-ruas jalan Provinsi Sulawesi
Selatan serta kecepatan dan volume kendaraan yang melewati ruas-ruas jalan Provinsi
Sulawesi Selatan dilakukan speed gun dan counting di beberapa poin yang telah
ditentukan. Data geometri jalan Kertajaya Indah didapatkan dengan cara survei
langsung di lapangan (pengukuran).
Adapun pembagian data tersebut menurut sifatnya adalah sebagai berikut :
a. Data Kualitatif
Data-data yang tidak berupa angka.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

b. Data Kuantitatif
Data-data yang berupa angka. Semua data yang diperlukan dalam perhitungan
merupakan data kuantitatif (volume kendaraan, kecepatan kendaraan, geometri
ruas-ruas jalan Provinsi Sulawesi Selatan).

3. Alat yang Digunakan


Dalam pelaksanaan traffic counting ini dibutuhkan beberapa alat sebagai penunjang
dalam menghitung kecepatan dan volume kendaraan, serta geometri jalan Kertajaya
Indah. Berikut ini adalah alat yang digunakan :
a. Speed Gun

Gambar 3. 1 Speed Gun

b. Counter

Gambar 3. 2 Counter

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

c. Meteran Ukur

Gambar 3. 3 Meteran Ukur

4. Pembagian
Data
Data yang diperlukan yaitu kecepatan, volume dan geometri jalan Kertajaya Indah.
Ada pembagian data mengenai kecepatan dan volume kendaraan, yaitu:
a. MC (Motorcycle), yaitu kendaraan bermotor roda dua.
b. LV (Light Vehicle), yaitu kendaraan bermotor roda empat (mobil, mobil box,
angkot/bemo).
c. HV (Heavy Vehicle), yaitu kendaraan bermotor roda empat atau lebih dengan as
ganda (bus besar, truk tronton, trailer, truk mollen, truk derek, dan sebagainya)

B. Metode Analisis
Sebagai metode dan prosedur perhitungan yang digunakan yakni mengacu pada
MKJI 1997 yang dianggap paling aplikatif dan sesuai untuk digunakan di Indonesia.
Di dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, dijelaskan prosedur yang dapat
digunakan dalam menghitung parameter – parameter yang dibutuhkan dari data-data
yang didapatkan baik itu data primer maupun sekunder. Pengambilan data dan hitungan
yang akurat sangatlah penting karena hal ini akan mempengaruhi perencanaan lalu
lintas yang baik. Ada banyak parameter yang dibutuhkan, untuk survey kali ini,
parameter yang digunakan adalah volume.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

Pentingnya dilakukan pengukuran volume kendaraan adalah untuk


menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan yang melewati ruas jalan tertentu
dalam satuan waktu, sehingga dapat dihitung lalu lintas harian rata-rata sebagai dasar
perencanaan jalan dan jembatan Perhitungan volume lalu-lintas yakni dengan
mengalikan jumlah setiap jenis kendaraan kedalam konversi satuan mobil penumpang
(smp). Selanjutnya besar volume lalu-lintas dalam satuan mobil penumpang
dikelompokkan dalam kelompok jumlah total dari seluruh kendaraan dan kelompok
jumlah total kendaraan bermotor. Besar nilai volume lalulintas ini sebagai satu variable
dalam analisa studi hubungan volumekecepatan dari masing-masing model pendekatan
yang akan dibahas.
Tipe informasi volume Lalu lintas pun dibedakan menjadi beberapa golongan
diantaranya:

1. Annual Total Traffic Volume


Annual Total Traffic Volume digunakan untuk :
 Mengukur dan menetapkan arah kenaikan volume lalu lintas.
 Menentukan perjalanan tahunan untuk pembiayaan.
 Menghitung nilai kecelakaan.
 Menaksir pendapatan dari pemakai jalan.
AADT/ADT (Average anual daily traffic/Annual Daily traffic) digunakan untuk:
aktifitas perjalanan jalan raya seperti penentuan jalan menerus, rute jalan terbaik, dan
lain-lain.

2. Peak Hour Volume


Peak Hour Volume digunakan untuk:
 Perancangan geometrik untuk lebar jalur, persimpangan, dan lain-lain.
 Menentukan efisiensi kapasitas.
 Penempatan alat pengatur lalu lintas seperti rambu, marka, lampu, dan lain-
lain.
 Klasifikasi jalan raya.

3. Classified Volume
Classified Volume (tipe, berat, dimensi dan jumlah as kendaraan) digunakan

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

untuk:
 Perancangan tempat berbalik arah, kebebasan jalan, dan kelandaian.
 Perancangan struktur perkerasan jalan dan jembatan.

4. Inter Intersectional Volume Counters


Intersectional Volume Counters digunakan untuk:
 Jumlah lalu lintas yang memasuki persimpangan.
 Jumlah lalu lintas yang melakukan setiap kemungkinan gerakan berbelok.
 Jumlah lalu lintas pada periode tertentu.
 Klasifikasi kendaraan.
Satuan volume lalu–lintas yang umum digunakan adalah volume lalu– lintas harian
rata – rata. Lalu–lintas harian rata – rata adalah volume lalu– lintas rata
– rata dalam satu hari. Dari cara memperoleh data dikenal dua jenis lalu–lintas harian
rata – rata yaitu Lalu–lintas Harian Rata – rata Tahunan (LHRT) dan Lalu–lintas Harian
Rata – rata (LHR). LHRT adalah Jumlah lalu–lintas kendaraan rata – rata yang
melewati satu jalur jalan selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahun penuh
(Silvia Sukirman, 1994).

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑙𝑢−𝑙i𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛


LHRT = 365

LHRT dinyatakan dalam smp / hari / dua arah atau kendaraan / hari / dua arah untuk
jalan dua jalur dua arah. Smp / hari / satu arah atau kendaraan / hari
/ satu arah untuk jalan berlajur banyak dengan median. LHR adalah hasil bagi jumlah
kendaraan yang diperoleh selama pengamatan dengan lamanya pengamatan. (Silvia
Sukirman, 1994).

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑙𝑢−𝑙i𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑛g𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛


LHR = 𝐿𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛g𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛

Rumus yang digunakan dalam menghitung Volume Lalu lintas adalah sebagai
berikut :

𝑁
Q =
𝑇

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

Keterangan:
Q = Volume kendaraan (kendaraan/jam)
N = Jumlah kendaraan yang lewat (kendaraan) T =
Waktu atau periode pengamatan (jam)

Berbagai jenis kendaraan diekivalensikan ke satuan mobil penumpang dengan


menggunakan faktor ekivalensi mobil penumpang (emp), emp adalah faktor yang
menunjukkan berbagai tipe kendaraan dibandingkan dengan kendaraan ringan. Nilai
emp untuk berbagai jenis tipe kendaraan dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan 3.2.

Tabel 3. 1 Ekivalensi Kendaraan Penumpang (emp) untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi

Tipe Jalan: Arus Lalu Lintas emp


Jalan Tak Total Dua Arah HV MC
Terbagi (Kend/Jam) Lebar Jalur Lalu Lintas Wc (m)
≤6 >6
Dua Lajur Tak 0 1,3 0,5 0,4
Terbagi (2/2 UD) > 1800 1,2 0,35 0,25
Empat Lajur Tak 0 1,3 0,4
Terbagi (4/2 UD) > 3700 1,2 0,25
Sumber: MKJI, 1997

Tabel 3. 2 Ekivalensi Kendaraan Penumpang (emp) untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan
Satu Arah

Tipe Jalan: Jalan Satu Arah Arus Lalu Lintas per emp
dan Jalan Terbagi Lajur (Kend/Jam) HV MC
Dua lajur satu arah (2/1) dan 0 1,3 0,4
Empat lajur terbagi (4/2 D) > 1050 1,2 0,25
Tiga lajur satu arah (3/1) dan 0 1,3 0,4
Enam lajur terbagi (6/2 D) > 1100 1,2 0,25
Sumber: MKJI, 1997

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

BAB 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH


A. Gambaran Umum Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan

1. Administrasi dan Geografis


Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai luas wilayah 45.764,53 km², memliki daerah
administratif 21 kabupaten, tiga kota, 304 kecamatan, dan 2.953 desa/kelurahan.
Provinsi Sulawesi Selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat di sebelah Utara
dan Teluk Bone serta Provinsi Sulawesi Tenggara di sebelah Timur serta sebelah Barat
dan Timur masing-masing dengan selat Makassar dan Laut Flores.
Tabel 4. 1 Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2015
Luas Area Jumlah Banyaknya
No Kabupaten/ Kota (Km²) Kecamatan Desa/Kelurahan
1 Kepulauan Selayar 903,50 11 88
2 Bulukumba 1.154,67 10 136
3 Bantaeng 395,83 8 67
4 Jeneponto 903,35 11 113
5 Takalar 566,51 9 100
6 Gowa 1.883,32 18 167
7 Sinjai 819,96 9 80
8 Maros 1.619,12 14 103
9 Pangkep 1.112,29 13 103
10 Barru 1.174,71 7 55
11 Bone 4.559,00 27 372
12 Soppeng 1.359,44 8 70
13 Wajo 2.506,20 14 176
14 Sidrap 1.883,25 11 106
15 Pinrang 1.961,17 12 108
16 Enrekang 1.786,01 12 129
17 Luwu 3.000,25 22 227
18 Tana Toraja 2.054,30 19 159
19 Luwu Utara 7.502,68 12 176
20 Luwu Timur 6.944,88 11 128
21 Toraja Utara 1.151,47 21 151
22 Makassar 175,77 14 143
23 Pare Pare 99,33 4 22
24 Palopo 247,52 9 48
Sulawesi Selatan 45.764,53 306 3.030
Sumber: Sulawesi Selatan Dalam Angka Tahun 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

B. Aspek Fisik Dasar

1. Kondisi Geografis

Sulawesi Selatan terletak antara 0⁰12’ - 8⁰ Lintang Selatan dan 116⁰48’ - 122⁰36’
Bujur Timur. Geografi wilayah mencakup pesisir dan pulau, daratan rendah dan daratan
tinggi, dengan 67 aliran sungai dan tiga danau. Terdapat gunung Bawakaraeng di
selatan, serata gunung Lompobattang dan Rante Mario di Utara, pada bagian tengah
membentuk bukit karst sepanjang Maros dan Pangkep, dengan klimatologi yang
terbedakan antara musim pada pantai Barat dan Timur.

2. Topografi

Wilayah Sulawesi Selatan membentang mulai dari daratan rendah hingga daratan
tinggi. Kondisi kemiringan tanah 0% sampai 3% merupakan tanah yang relatif datar,
3% sampai 8% merupakan tanah relatif bergelombang, 8% sampai 45% merupakan
tanah yang kemiringannya agak curam, lebih dari 45% tanahnya curam dan bergunung.
Wilayah daratan terluas berada pada 100 hingga 1000 meter DPL.

3. Geologi
Daerah Sulawesi Selatan termasuk ke dalam provinsi Busur Volkanik Tersier
Sulawesi Barat, yang memanjang dari Lengan Selatan sampai ke Lengan Utara. Secara
umum, busur ini tersusun oleh batuan-batuan Plutonik- Volkanik berumur Paleogen-
Kuarter serta batu-batuan metamorf dan sedimen berumur Tersier. Geologi Sulawesi
Selatan bagian timur dan barat sangat berbeda, di mana kebudayaan dipisahkan oleh
Depresi Walanae yang berasal UUB-SST.
Secara stuktural, Sulawesi Selatan terpisah dari anggota Busur Barat Sulawesi
lainnya oleh suatu depresi berarah UB-ST yang melintas disepanjang Danau Tempe
(van Leeuwen, 1981). Struktur geologi batuan di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki
karatkteristik geologi yang dicirikan oleh adanya berbagai jenis satuan batuan yang
bervariasi. Struktur dan formasi geologi wilayah provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari
volkan tersier, sebaran formasi

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

volkan tersier ini relative luas mulai dari Cenrana sampai perbatasan Mamuju, daerah
pegunungan salapati (Quarles) sampai pegunungan Molegraf, pegungan Perombengan
sampai Palopo, dari Makale sampai utara Enrekang, disekitar Sungai Mamasa, Sinjai
sampai Tanjung Pattiro, di daerah pegunungan sebelah barat dan timur Ujung Lamuru
sampai Bukit Matinggi. Batuan volkan kwarter, Formasi batuan ini ditemukan di sekitar
Limbong (Luwu Utara), sekitar Gunung Karua (Tana Toraja) dan di Gunung
Lompobatang (Gowa).

4. Hidrologi
Jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Selatan tercatat sekitar 67 aliran
sungai, dengan jumlah aliran terbesar di Kabupaten Luwu, yakni 25 aliran sungai.
Sungai terpanjang tercatat ada satu sungai yakni Sungai Saddang yang mengalir
meliputi Kabupaten Tana Toraja, Enrekang, dan Pinrang. Panjang sungai tersebut
masing-masing 150 km. Di Sulawesi Selatan terdapat empat danau yakni Danau Tempe
dan Sidenreng yang berada di Kabupaten Wajo, serta Danau Matana dan Towuti yang
berlokasi di Kabupaten Luwu Timur.

5. Klimatologi
Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya sama dengan daerah lain yang ada di
Indonesia, mempunyai dua musim yaitu musim kemarau yang terjadi pada bulan Juni
sampai September dan musim penghujan yang terjadi pada bulan Desember sampai
dengan Maret. Berdasarkan pengamatan digital Stasiun Klimatologi (Maros,
Hasanuddin, dan Maritim Paotere) selama Tahun 15 rata-rata suhu udara 27,33 ˚ C di
Maros dan sekitarnya. Suhu udara rata-rata di stasiun klimatologi Hasanuddin 27,40˚ C
dan di Maritim Poetere 27,83˚ C.
Berdasarkan klasifikasi tipe iklim menurut Oldeman, Provinsi Sulawesi Selatan
memiliki 5 jenis iklim, yaitu tipe iklim A termasuk kategori iklim yang sangat basah
dimana curah hujan rata-rata 3500 – 4000 mm/Tahun. Wilayah yang termasuk kedalam
tipe ini adalah kabupaten Enrekang, Luwu Utara, dan Luwu Timur. Tipe iklim B,
termasuk iklim basah dimana curah hujan rata-rata 3000 – 3500 mm/Tahun. Wilayah
tipe ini terbagi 2 tipe yaitu (B1) meliputi Kabupaten Tana Toraja, Luwu Utara, Luwu
Timur. Tipe B2 meliputi Gowa,

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

Bulukumba, dan Bantaeng. Tipe iklim C termasuk iklim agak basah dimana curah hujan
rata-rata 2500 – 3000 mm/Tahun. Tipe iklim C terbagi 3 yaitu iklim tipe C1 meliputi
Kabupaten Wajo, Luwu, dan Tana Toraja. Iklim C2 meliputi Kabupaten Bulukumba,
Banteng, Barru, Pangkep, Enrekang, Maros, dan Jeneponto. Sedangkan tipe iklim C3
terdiri dari Makassar, Bulukumba, Jeneponto, Pangkep, Barru, Maros, Sinjai, Gowa,
Enrekang, Tana Toraja, Parepare, dan Selayar. Tipe Iklim D dengan curah hujan rata-
rata 2000 – 2500 mm/Tahun. Tipe iklim ini terbagi 3 yaitu wilayah yang masuk
kedalam iklim D1 meliputi kabupaten Wajo, Bone, Soppeng, Luwu, Tana Toraja, dan
Enrekang. Wilayah yang termasuk iklim D2 terdiri dari kabupaten Wajo, Bone,
Soppeng, Sinjai, Luwu, Enrekang, dan Maros. Wilayah yang termasuk iklim D3
meliputi Kabupaten Bulukumba, Gowa Pangkep, Jeneponto, Takalar, Sinjai, dan Kota
Makassar. Tipe iklim E dengan Curah hujan rata-rata antara 1500 – 2000 mm/Tahun
dimana tipe iklim ini disebabkan sebagai tipe iklim kering. Tipe iklim E1 terdapat di
Kabupaten Maros, Bone, dan Enrekang. Tipe iklim E2 terdapat di Kabupaten Maros,
Bantaeng, dan Selayar.

6. Penggunaan Lahan
Penggunaan kawasan hutan lindung pada Tahun 2015 memiliki total luas sebesar
1.213.864,99 Ha, dimana hutan lindung terluas terdapat di Kabupaten Luwu Utara yang
mencapai 362.214,91 Ha. Kabupaten lain yang memiliki hutan lindung yang relatif luas
adalah Kabupaten Luwu Timur dengan luas 240.775,89 Ha, dan Kabupaten Tana Toraja
seluas 92.825,72 Ha, serta Kabupaten Luwu seluas 85.371,63 Ha. Sedangkan untuk
hutan lindung dengan luas paling kecil terdapat pada Kabupaten 7,7 Ha.
Untuk hutan produksi Provinsi Sulawesi Selatan pada Tahun 2015 memiliki total
luas sebesar 2.527.753,02 Ha yang terdiri dari hutan produksi seluas 481.346,07 Ha dan
hutan produksi terbatas seluas 481.346,07 Ha. Kabupaten dengan hutan produksi terluas
terdapat pada Kabupaten Luwu utara dengan luas 525.552,69 Ha dan Kabupaten Luwu
Timur seluas 506.900,73 Ha. Sedangkan hutan produksi terkecil terdapat pada
Kabupaten Bantaeng dengan luas 5.792,32 ha.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

Luas areal Perkebunan Sulawesi Selatan Pada tahun 2014 dengan total luas sebesar
825.727 Ha yang meliputi tanaman perkebunan Karet, Kelapa, Kakao, dan Kopi
Robusta. Luas areal tanaman perkebunan karet pada Tahun 2015 sebesar 2.305 Ha
dengan Kabupaten Bulukumba memiliki luas yang paling besar yakni 2.183 Ha. Untuk
tanaman kelapa memiliki luas 72.691 Ha dimana Kabupaten Kepulauan Selayar
memiliki luas areal tanaman kelapa yang paling besar yakni 24.930 Ha. Luas areal
tanaman perkebunan kakao Sulawesi Selatan memiliki total luas 143.237 Ha dimana
Kabupaten Luwu memiliki luas yang paling besar yakni 27.159 Ha. Sedangkan untuk
tanaman perkebunan kopi robusta memiliki total luas areal sebesar 9.564 Ha dengan
Kabupaten Pinrang memiliki luas areal yang paling besar yaitu seluas 2.356 Ha.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

Gambar 4. 1 Peta Administrasi Provinsi Sulawesi Selatan


Sumber: Peta Tematik Indonesia, 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika

C. Kondisi Sosial Ekonomi Wilayah

1. Kependudukan
Kependudukan sangat mempengaruhi besarnya kebutuhan transportasi suatu
wilayah. Makin besar penduduk dan makin tinggi tingkat pendapatannya, umumnya
memiliki tingkat pergerakan yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya.
Penduduk Sulawesi Selatan Tahun 2015 berjumlah 8.520.304 jiwa yang tersebar di
24 Kabupaten dan Kota (Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka Tahun 2016). Jumlah
penduduk Per Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Selatan tersebut dapat dilihat
dari Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4. 2 Jumlah penduduk Per Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015
Laju Pertumbuhan
Jumlah Penduduk
No Kabupaten/ Kota Penduduk (%)
2014 2015 2014-2015
1 Kepulauan Selayar 128.744 130.199 1,13
2 Bulukumba 407.775 410.485 0,66
3 Bantaeng 182.283 183.386 0,61
4 Jeneponto 353.287 355.599 0,65
5 Takalar 283.762 286.906 1,11
6 Gowa 709.386 722.702 1,88
7 Sinjai 236.497 238.099 0,68
8 Maros 335.596 339.300 1,10
9 Pangkep 320.293 323.597 1,03
10 Barru 170.316 171.217 0,53
11 Bone 738.515 742.912 0,60
12 Soppeng 225.709 226.116 0,18
13 Wajo 391.980 393.218 0,32
14 Sidrap 286.610 289.787 1,11
15 Pinrang 364.087 366.789 0,74
16 Enrekang 198.194 199.998 0,91
17 Luwu 347.096 350.218 0,90
18 Tana Toraja 227.588 228.984 0,61
19 Luwu Utara 299.989 302.687 0,90
20 Luwu Timur 269.405 275.595 2,30
21 Toraja Utara 224.003 255.516 0,68
22 Makassar 1.429.242 1.449.401 1,41
23 Pare Pare 136.903 138.699 1,31
24 Palopo 164.903 168.894 2,42
Sulawesi Selatan 8.432.163 8.520.304 1,05
Sumber: Sulawesi Selatan Dalam Angka Tahun 2016

Sedangkan pada tahun 2014 penduduk di provinsi Sulawesi Selatan mencapai


8.432.163 jiwa sehingga pertumbuhan penduduknya mencapai 1,05% pertahun ini
menunjukan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
sehingga diperlukanya sarana dan prasarana yang memadai untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-hari.

2. Perekonomian

Provinsi Sulawesi Selatan memiliki keunggulan daerah berupa sumber daya alam
pada sektor Pertanian Tanaman Pangan dan sangat potensial untuk dikembangkan.
Potensi unggulan daerah tersebut merupakan yang terbesar di Kawasan Timur
Indonesia, dan juga meraih predikat sebagai lumbung pangan nasional. Komoditas
tanaman pangan andalan yang lain adalah jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar dan
kacang-kacangan. Hal ini didasari oleh kebijakan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
dengan tetap meningkatkan ketahanan pangan yang berdasar pada ketersediaan pangan,
distribusi pangan dan konsumsi pangan.
Pencapaian produksi tiga komoditas tanaman pangan paling besar Tahun 2015 yaitu
padi sawah sebesar 5.292.152 ton, jagung mencapai 1.528.414 ton dan ubi kayu sebesar
565.958 ton.
Sektor perkebunan juga cukup dominan di Sulawesi Selatan dimana pada Tahun
2014 telah berkembang tanaman kakao dengan produksi terbesar yakni sebesar 143.237
ton dan terbesar kedua adalah kelapa sebesar 72.691 ton.
Peranan sektor peternakan juga cukup potensial dimana populasi ternak di Tahun
2015 sebesar 2.956.148 ekor dan produksi daging sebesar 28.450.098 Kg yang meliputi
ternak sapi perah, sapi potong, kerbau, dan domba. Sedangkan untuk jumlah populasi
ternak unggas sebesar 97.373.912 ekor dan produksi daging unggas sebesar 93.902.906
Kg yang meliputi ayam kampung. Ayam petelur, ayam pedaging, itik, putuh, merpati,
dan itik manila.
Prospek sektor perikanan Sulawesi Selatan pada Tahun 2015 cukup baik dengan
jumlah produksi perikanan tangkap sebesar 3.476.546,80 ton dengan nilai produksi Rp
9.179.183.650. Luas areal pemeliharaan ikan untuk budidaya laut seluas 46.989,10 Ha
dan merupakan areal pemeliharaan ikan paling luas, untuk areal tambak seluas 109.56
Ha, areal kolam seluas 7.352 Ha, areal sawah untuk pemeliharaan ikan seluas 12.961,70
Ha, jaring apung tawar memiliki luas 3,20 Ha, dan luas jaring apung sebesar 2,54 Ha.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
Sementara itu untuk Kehutanan Sulawesi Selatan Tahun 2015 berupa kawasan
lindung seluas 2.338.833,41 Ha, kawasan produksi seluas 2.527.753,02 Ha. Sedangkan
untuk produksi kayu hutan Sulawesi Selatan Tahun 2015 meliputi kayu bulat sebesar
20.283 m³, kayu gergajian sebesar 141.143,48 m³, kayu lapis sebesar 60.381,32 m³.
Hasil produksi perindustrian dan pertambangan cukup tinggi dalam menunjang nilai
ekspor Sulawesi Selatan. Hasil tambang nikel, batu gamping, juga merupakan
komoditas ekspor bagi Provinsi Sulawesi Selatan dnegn menghasilkan batu gamping
sebanyak 3.733.742,51 ton.
Pada Tahun 2015 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan memberi
kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 22,99%. Sub lapangan
usaha tanaman pangan merupakan penyumbangan terbesar terhadap lapangan usaha
pertanian yaitu tercatat sebesar 33,16% dari seluruh nilai tambah pertanian. Namun
pertumbuhan sub lapangan usaha ini mengalami penurunan dari 8,65% pada Tahun
2014 menjadi 2,03% pada Tahun 2015. Kontribusi sub lapangan usaha tanaman
holtikultura terhadap total PDRB pada Tahun 2015 mengalami sedikit penurunan dari
Tahun 2014 sebesar 5,82% menjadi 5,65% pada Tahun 2015.
Pertumbuhan ekonomi Tahun 2015 Menurut Lapangan Usaha terbesar adalah pada
lapangan usaha perikanan yaitu sebesar 10,36% yang diikuti oleh lapangan usaha
Tanaman Perkebunan sebesar 6,12%. Sedangkan lapangan usaha – lapangan usaha
lainnya tetap mencetak laju pertumbuhan yang positif di atas 2%, kecuali lapangan
usaha Jasa Pertanian dan Perburuan yang pertumbuhannya hanya mencapai 0,85% dan
Lapangan Usaha Kehutanan dan Penebangan Kayu dan mengalami kontraksi sebesar -
4,72%. Berturut-turut lapangan usaha Tanaman Holtikultura, Tanaman Perkebunan, dan
Peternakan mencetak laju pertumbuhan ekonomi sebesar 3,47%, 6,12%, dan 3,97%.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
Tabel 4. 3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku enurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah)
Tahun 2011-2015 Provinsi Sulawesi Selatan

PDRB Menurut lapangan usaha (Juta Rupiah)


No. Lapangan Usaha
2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan,
1 44,974.0 51,414.9 57,367.1 68,435.4 78,558.8
dan Perikanan
Pertambangan dan
2 14,647.2 16,178.2 17,883.3 22,651.3 23,347.6
Penggalian
3 Industri Pengolahan 26,936.3 30,798.8 35,486.8 41,624.4 47,185.2
Pengadaan Listrik dan
4 Gas 157.6 176.7 177.4 194.4 167.8
Pengadaan
5 286.0 306.5 354.8 354.8 369.8
Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 22,888.2 26,580.7 31,516.2 36,015,4 42,181.4
Perdagangan Besar dan
7 Eceran; Reparasi Mobil dan 26,493.4 30,654.3 33,633.5 37,623.8 43,788.7
Sepeda Motor
Transportasi dan
8 7,317.9 8,960.8 10,426.5 11,991.8 14,046.7
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi
9 2,646.7 3,145.4 3,564.0 4,106.3 4,542.6
dan Makan Minum
10 Informasi dan Komunikasi 10,048.1 12,129.4 13,785.1 14,594.3 15,715.2
Jasa Keuangan dan
11 6,423.1 8,240.9 9,597.1 10,823.8 12,256.6
Asuransi
12 Real Estate 7,020.4 8,321.9 9,903.9 11,523.1 13,585.6
13 Jasa Perusahaan 863.1 999.2 1,147.9 1,297.2 1,483.6
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
14 10,698.0 11,450.8 12,240.1 13,663.4 16,333.6
Sosial Wajib

15 Jasa Pendidikan 10,892.8 12,096.0 13,885.9 15,497.6 17,300.5


Jasa Kesehatan dan
16 3,548.9 4,079.2 4,682.4 5,509.3 6,515.5
Kegiatan Sosial
17 Jasa lainnya 2,447.3 2,751.8 3,184.4 3,722.1 4,366.2
PDRB 198,289.1 228,285.5 258,836.4 299,628.2 341,745.3
Sumber: PDRB Proivinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016

Tanaman Pangan
Sulawesi Selatan merupakan daerah penghasil tanaman pangan terbesar di Kawasan
Timur Indonesia. Predikat sebagai lumbung padi nasional mengukuhkan posisi
Sulawesi Selatan sebagai produsen tanaman pangan yang cukup potensial. Selain padi
sebagai komoditas tanaman pangan andalan, tanaman pangan lainnya yang dihasilkan
Sulawesi Selatan adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang-kacangan.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
Produksi padi Sulawesi Selatan Tahun 2015 sebesar 5.292.152 ton yang dipanen
dari areal seluas 995.335 Ha atau rata-rata 53.17 kwintal per hektar yang sebagian besar
produksi padi di Sulawesi Selatan dihasilkan oleh jenis padi sawah. Luas panen dan
produksi padi sawah di Provinsi Sulawesi Selatan disajikan pada Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4. 4 Luas Panen dan Produksi Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015
Produksi Provitas
No Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha) (Ton) (Kw/ha)
1 Kepulauan Selayar 4.429 22.403 50,58
2 Bulukumba 36.408 193.585 53,17
3 Bantaeng 13.997 73.722 52,67
4 Jeneponto 19.408 96.285 49,61
5 Takalar 22.453 110.145 49,06
6 Gowa 58.981 292.156 49,53
7 Sinjai 22.734 128.777 56,65
8 Maros 52.414 309.209 58,99
9 Pangkep 24.418 131.760 53,96
10 Barru 17.821 104.213 58,48
11 Bone 170.238 809.402 47,55
12 Soppeng 38.568 225.248 58,4
13 Wajo 124.739 619.693 49,68
14 Sidrap 83.075 534.473 64,34
15 Pinrang 101.384 654.290 64,54
16 Enrekang 10.487 44.079 42,03
17 Luwu 61.898 305.151 49,3
18 Tana Toraja 22.670 100.692 44,42
19 Luwu Utara 38.940 178.243 45,77
20 Luwu Timur 37.642 209.242 55,59
21 Toraja Utara 23.264 102.913 44,24
22 Makassar 3.315 12.490 37,68
23 Pare-Pare 954 5.349 56,06
24 Palopo 5.098 28.631 56,16
Sulawesi Selatan 995.335 5.292.152 53,17
Sumber: Sulawesi Selatan Dalam Angka 2016

Kakao
Hasil tanaman perkebunan yang cukup dominan di Sulawesi Selatan pada Tahun 2015
adalah tanaman kakao dengan jumlah produksi sebesar 143.237 ton. Data rinci
menyangkut produksi dan luas panen kakao untuk setiap

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.

Tabel 4. 5 Hasil Produksi Kakao Per Kabupaten Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015

No Kabupaten/ Kota Kakao


Produksi (Ton)
1 Kepulauan Selayar 151
2 Bulukumba 4.882
3 Bantaeng 2.848
4 Jeneponto 11
5 Takalar 26
6 Gowa 2.138
7 Sinjai 1.605
8 Maros 715
9 Pangkep 50
10 Barru 494
11 Bone 16.412
12 Soppeng 11.577
13 Wajo 11.170
14 Sidrap 7.277
15 Pinrang 12.018
16 Enrekang 7.034
17 Luwu 27.159
18 Tana Toraja 1.295
19 Luwu Utara 21.236
20 Luwu Timur 11.896
21 Toraja Utara 1.434
22 Makassar -
23 Pare Pare -
24 Palopo 1.809
Sulawesi Selatan 143.237
Sumber: Sulawesi Selatan Dalam Angka Tahun 2016

Perikanan
Di Sulawesi Selatan prospek perikanan tiap tahunnya hampir memperlihatkan angka
yang cukup menjanjikan. Pada tahun 2015, total produksi ikan hasil budidaya laut
sebesar 2.409.022,40 ton dimana Kabupaten Takalar memiliki hasil produksi tertinggi
yakni sebesar 846.395 ton. Produksi Sub sektor perikanan menurut Kabupaten/Kota
disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4. 6 Produksi Sub Sektor Perikanan (Ton) Per Kabupaten Tahun 2015

No Kabupaten/Kota Budidaya Laut Tambak Kolam Sawah


1 Kepulauan Selayar 284,90 428,10 1,20 0
2 Bulukumba 157.920 6.006,30 447,60 80,30
3 Bantaeng 85.348,80 184 23,90 0
4 Jeneponto 138.080,70 3.030 94,20 0
5 Takalar 846.395 109.608,50 78,60 17,00

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika

No Kabupaten/Kota Budidaya Laut Tambak Kolam Sawah


6 Gowa 0 128,80 247,50 118,20
7 Sinjai 7.680 11.881,20 23,90 23,30
8 Maros 0 12.675 235,50 18,10
9 Pangkep 179.603 22.311,10 164 0
10 Barru 788 3.679,60 250 0
11 Bone 126.128,20 116.955,50 360,10 110
12 Soppeng 0 0 154,20 15,90
13 Wajo 263.159 34.343,80 554,90 0
14 Sidrap 0 0 483,60 158,90
15 Pinrang 6.754,20 26.213,50 2.690,20 126,50
16 Enrekang 0 0 372,80 406,20
17 Luwu 392.024,10 296.222,30 109,50 436,10
18 Tana Toraja 0 0 9 225
19 Luwu Utara 31.441,60 156,484,40 1.296,70 265,80
20 Luwu Timur 141.798 164.916,60 926,10 19,30
21
Toraja Utara 0 0 112,30 3.244
22
Makassar 0 745,60 489,80 0,50
23
Pare-Pare 27,60 16,90 7,10 0
24
Palopo 31.589,30 86.563,20 174,90 85
Sulawesi Selatan 2.409.022,40 1.052.395,20 9.307,60 5.350,10
Sumber: Sulawesi Selatan Dalam Angka 2016

Potensi Pariwisata

Perkembangan Pariwisata Sulawesi Selatan Maret 2015.

 Jumlah wisatawan di Sulawesi Selatan dari Tahun 2011 sampai Tahun 2015 terus
meningkat, dari wisatawan mancanegara Tahun 2011 berjumlah 51.749, lau di
Tahun 2015 meningkat menjadi 191.773, sedangkan wisatawan nusantara di Tahun
2011 berjumlah 4.471.652 dan terus meningkat hingga Tahun 2015 menjadi
7.128.826.
 Jumlah wisman ke Makassar pada Tahun 2015 meningkat dari Tahun 2014 yakni
dari 151.763 wisatawan meningkat 191.773 pada Tahun 2015. Sedangkan unruk
wisatawan domestik pada Tahun 2014 sebanyak 5.920.528, meningkat pada Tahun
2015 sebanyak 7.128.826.

Untuk beberapa obyek wisata yang ada di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tersebut,
selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
a. Pantai Losari
Pantai Losari adalah sebuah pantai yang terletak di sebelah barat kota Makassar.
Pantai ini menjadi tempat bagi warga Makassar untuk menghabiskan waktu pada
pagi, sore dan malam hari menikmati pemandangan matahari tenggelam yang sangat
indah. Pada sore hari, semua orang bisa menikmati proses atau detik-detik
tenggelamnya matahari sunset. Untuk menggambarkan suasana obyek wisata Pantai
Losari tersebut, selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4. 2 Obyek Wisata Pantai Losari


Sumber: Tatrawil Provinsi Sulawesi Selatan, 2016

b. Soppeng
Soppeng adalah salah satu kota tercantik di propinsi Sulawesi Selatan dan
Merupakan bekas kota raja masa lampau, mempunyai wilayah kekuassaan serta
pengaruh yang cukup luas diantara kerajaan-kerajaan lokal lainnya. ini dibuktikan
dalam tulisan-tulisan kuno orang bugis yaitu "Lontara". Salah satu coro yang luar
biasa dari kota ini adalah banyaknya kelelawar. Bergelantungan pada pohon sambil
mengeluarkan suara tanpa menghiraukan arus lalulintas sekelilingnya. Untuk
menggambarkan suasana obyek wisata Soppeng tersebut, selengkapnya dapat dilihat
pada gambar berikut ini.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika

Gambar 4. 3 Obyek Wisiata Soppeng


Sumber: Tatrawil Provinsi Sulawesi Selatan, 2016

c. Museum Balla Lompoa


Museum yang terbuat dari kayu ini merupakan rekonstruksi dari istana tua kerajaan
Gowa masa lalu yang dibangun pada tahun 1939. Telah restorasi pada tahun 1978-
1980. didalam musium ini kita dapat menemukan benda bersejarah kerajaan Gowa,
seperti manuskrip, alat musik, pakaian-pakaian tradisional, senjata, dan berbagai
benda koleksi perlengkapan upacara kerajaan.

Gambar 4. 4 Obyek Wisata Museum Balla Lompoa


Sumber: Tatrawil Provinsi Sulawesi Selatan, 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
d. Kawasan Malino
Kawasan Malino berjarak 70 kilometer di sebelah selatan kota Makassar, dengan
gunung-gunung yang sangat kaya dengan pemandangan batu gamping dan pinus.
Berbagai jenis tanaman tropis yang indah, tumbuh dan berkembang dikota yang
dingin ini. Selain itu, Malino pun menghasilkan buah-buahan dan sayuran khas
yang tumbuh dilereng gunung Bawakaraeng. Sebagian masyarakat Sulawesi
Selatan masih mengkulturkan gunung itu sebagai tempat suci dan keramatkan.

Gambar 4. 5 Obyek Wisata Malino


Sumber: Tatrawil Provinsi Sulawesi Selatan, 2016

e. Taman Pra Sejarah Leng-Leang


Dengan perawatan dan penataan yang apik, ditemukanlah goa-goa peninggalan
sejarah masa lampau. Salah satu diantaranya yang masih bisa dinikmati adalah
lukisan-lukisan bersejarah yang berusia kira-kira 5.000 tahun. Arkeolog berpendapat
bahwa beberapa diantara goa tersebut telah didiami sejak 8.000 - 3.000 tahun
Sebelum Masehi.

f. Makam Pangeran Diponegoro


Pangeran Diponegoro adalah anak Sultan Hamengko Buwono III dari Yogyakarta.
Salah seorang raja dari kerajaan Jawa Terakhir yang memimpin perlawanan
terhadap Belanda, yang dikenal sebagai Perang

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
Jawa pada tahun 1825 1830. Perang bermula pada penolakan terhadap
kebijaksanaan pemerintah kolonial Belanda yang meninggalkan pajak dan pola
aturan pemilikan tanah yang tidak adil.

Gambar 4. 6 Obyek Wisata Makam Pangeran Diponegoro


Sumber: Tatrawil Provinsi Sulawesi Selatan, 2016

g. Bola Soba
Bola Soba adalah sebuah rumah pemimpin perang yang bernama Petta Punggawa,
yang hidup pada zaman dahulu kala. Pada masa sekarang, rumah ini masih
dilestarikan dengan dipelihara dan ditangani dengan serius. Disekeliling rumah kita
bisa melihat beberapa tradisi lama yang masih dengan kuat dilaksanakan, seperti:
pencak, massempe, malancca, ma'pere, serewa, sirau sulo dan tari-tarian lain.

Gambar 4. 7 Obyek Wisata Bola Soba


Sumber: Tatrawil Provinsi Sulawesi Selatan, 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
h. Benteng Rotterdam
Benteng Rotterdam yang sekarang dikenal dengan nama benteng makassar, adalah
salah satu peninggalan sejarah keperkasaan kerajaan masa lalu Sulawesi Selatan.
Kerajaan Gowa yang merupakan kerajaan yang sangat kuat dan berjaya pada abad
XVII, dengan kota perniagaannya Makassar.

Gambar 4. 8 Obyek Wisata Benteng Rotterdam


Sumber: Tatrawil Provinsi Sulawesi Selatan, 2016

i. Tanjung Bira
Tanjung bira terkenal dengan pantai pasir putihnya yang cantik dan menyenangkan.
Airnya jernih, baik untuk tempat berenang dan berjemur. Disini kita dapat
menikmati matahari terbit dan terbenam dengan cahayanya yang berkilau dan bersih
pada hamparan pasir putih sepanjang puluhan kilometer. Pantai Bira yang sudah
terkenal hingga mancanegara, kini sudah ditata secara apik menjadi kawasan wisata
yang patut di andalkan. Berbagai sarana sudah tersedia, seperti perhotelan, restoran,
serta sarana telekomunikasi, pantai bira berlokasi sekitar 41 km kearah timur dari
kota bulukumba. dengan pelabuhan penyeberangan fery yang menghubungkan
daratan Sulawesi Selatan dengan pulau Selayar.
Tanjung Bira merupakan pantai pasir putih yang cukup terkenal di Sulawesi Selatan.
Pantai ini termasuk pantai yang bersih, tertata rapi, dan air lautnya jernih.
Keindahan dan kenyamanan pantai ini terkenal hingga ke

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
mancanegara. Turis-turis asing dari berbagai negara banyak yang berkunjung ke
tempat ini untuk berlibur. Pantai Tanjung Bira sangat indah dan memukau dengan
pasir putihnya yang lembut seperti tepung terigu. Di lokasi, para pengunjung dapat
berenang, berjemur, diving dan snorkling. Para pengunjung juga dapat menyaksikan
matahari terbit dan terbenam di satu posisi yang sama, serta dapat menikmati
keindahan dua pulau yang ada di depan pantai ini, yaitu Pulau Liukang dan Pulau
Kambing.
Tanjung Bira terletak di daerah ujung paling selatan Provinsi Sulawesi Selatan,
tepatnya di Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba. Tanjung Bira terletak
sekitar 40 km dari Kota Bulu Kumba, atau 200 km dari Kota Makassar. Perjalanan
dari Kota Makassar ke Kota Bulukumba dapat ditempuh dengan menggunakan
angkutan umum berupa mobil Kijang, Panther atau Innova dengan tarif sebesar Rp.
35.000,-. Selanjutnya, dari Kota Bulukumba ke Tanjung Bira dapat ditempuh
dengan menggunakan mobil pete-pete (mikrolet) dengan tarif berkisar antara Rp.
8.000,- sampai – Rp. 10.000,-. Total waktu perjalanan dari Kota Makassar ke
Tanjung Bira sekitar 3 – 3,5 jam. Jika pengunjung berangkat dari Bandara
Hasanuddin, langsung menuju ke terminal Malengkeri (Kota Makassar)
dengan menggunakan taksi yang tarifnya sekitar Rp. 40.000,-. Di terminal ini
kemudian naik bus tujuan Bulukumba atau yang langsung ke Tanjung Bira. Di
kawasan wisata Tanjung Bira, angkutan umum beroperasi hanya sampai sore hari.
Jika pengunjung harus kembali ke Kota Makassar pada sore itu juga, di sana tersedia
mobil carteran (sewaan) dengan tarif Rp. 500.000,-. Biaya tiket masuk ke lokasi
Pantai Tanjung Bira sebesar Rp. 5.000,-. Kawasan wisata Pantai Tanjung Bira
dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti restoran, penginapan, villa, bungalow,
dan hotel dengan tarif mulai dari Rp. 100.000,- hingga Rp. 600.000,- per hari. Di
tempat ini juga terdapat persewaan perlengkapan diving dan snorkling dengan tarif
Rp. 30.000,-. Bagi pengunjung yang selesai berenang di pantai, disediakan kamar
mandi umum dan air tawar untuk membersihkan pasir dan air laut yang masih
lengket di badan. Bagi pengunjung yang ingin berkeliling di sekitar pantai, tersedia
persewaan motor dengan tarif Rp. 65.000,-. Di

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
kawasan pantai juga terdapat pelabuhan kapal ferry yang siap mengantarkan
pengunjung yang ingin berwisata selam ke Pulau Selayar.

Gambar 4. 9 Obyek Wisata Tanjung Bira


Sumber: Tatrawil Provinsi Sulawesi Selatan, 2016

j. Makam Sultan Hasanuddin


Sultan Hasanuddin (1629 - 1670) adalah Raja Gowa yang mengabdikan seluruh
hidupnya untuk melawan Belanda. Makam ini berada di Kompleks makam raja-raja
Gowa, termasuk di dalam pemakaman itu sebuah batu yang digunakan sebagai
tempat pelantikan bagi raja-raja Gowa, dan sebuah mesjid kuno.

Gambar 4. 10 Obyek Wisata Makam Sultan Hasanuddin


Sumber: Tatrawil Provinsi Sulawesi Selatan, 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
k. Benteng Somba Opu
Benteng somba opu sama kedudukannya dengan benteng Makassar. Keduanya
merupakan peninggalan sejarah keperkasaan kerajaan masa lalu di Sulawesi
Selatan. Benteng Somba Opu merupakan tempat yang tepat untuk di kunjungi
tahap awal bagi orang yang berminat menghargai sebagai bukti sejarah dan
budaya Sulawesi Selatan.

l. Kete Kesu (Toraja)


Rumah tongkonan yang sangat indah terdapat di kampung Kete Kesu. Dari
depan terlihat kampung ini berada di tengah lautan padi dengan rentetan atap
yang melengkung. Ciri tradisional Toraja masih dipertahankan, disini kita dapat
menyaksikan dinding yang berukir pada lumbung padi yang cantik mempesona.

Gambar 4. 11 Obyek Wisata Kete Kesu (Toraja)


Sumber: Tatrawil Provinsi Sulawesi Selatan, 2016

m. Bantimurung

Air tejun Bantimurung ini terletak di lembah bukit kapur yang curam dengan
vegetasi tropis yang subur,menjadikan daerah ini habitat ideal bagi berbagai jenis
kupu-kupu dan burung yang langka. Pada tahun 856-867, seorang naturalis Inggris
yang terkemuka, Alfred Russel Wallace menghabiskan sebagian hidupnya yang
sangat menyenangkan dikawasan ini, mengoleksi banyak jenis kupu-kupu yang
tertangkap terdapat jenis "Papillo Androcoles", salah satu jenis kupu-kupu yang
terbesar dan sangat langka, berekor seperti burung layang-layang.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika

Gambar 4. 12 Obyek Wisata Bantimurung


Sumber: Tatrawil Provinsi Sulawesi Selatan, 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika

BAB 5 HASIL SURVEI DAN PEMBAHASAN


A. Karakteristik Pergerakan

1. Kajian Struktur Ruang dan Kawasan Strategis Sulawesi Selatan


Dalam RTRWP Sulawesi Selatan 2009 diatur kebijakan struktur dan pola
pemanfaatan ruang, serta rencana pengembangan sistem kota-kota dan kawasan andalan
di Sulawesi Selatan. Dari aspek-aspek tersebut dapat dilihat pusat-pusat kegiatan yang
ada di Provinsi Sulawesi Selatan yang menyebabkan potensi tarikan dan bangkitan
yang akan terjadi.

a. Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Perkotaan dan Pusat


Kegiatan
Hirarki sistem perkotaan ditentukan dengan menetapkan pusat kegiatan nasional,
pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal. Daerah perkotaan di wilayah Sulawesi
Selatan mempunyai beberapa fungsi baik fungsi utama maupun pendukung. Pusat
kegiatan perkotaan dalam hierarki dan skup pelayanannya, berupa Pusat Kegiatan
Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang skup pelayanannya provinsi,
maupun Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang skup pelayanannya kabupaten di wilayah
Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional sistem perkotaan di
wilayah Sulsel ditentukan sebagai berikut:

1) Pusat Kegiatan Nasional


Metropolitan Mamminasata yang terdiri dari Kota Makassar, Kota Maros, Kota
Sungguminasa dan Kota Takalar ditetapkan sebagai PKN dan relatif terletak di pantai
barat Sulsel. Mamminasata berfungsi sebagai pusat jasa pelayanan perbankan yang
cakupan pelayanannya berskala nasional; pusat pengolahan dan atau pengumpul barang
secara nasional khususnya KTI, menjadi simpul transportasi udara maupun laut skup
pelayanan nasional, pusat jasa publik lainnya seperti pendidikan tinggi dan kesehatan
yang skup pelayanannya nasional khususnya KTI, berdaya dorong pertumbuhan
wilayah sekitarnya, dan menjadi pintu gerbang internasional terutama jalur udara dan

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
laut.
PKN Mamminasata yang berada di: wilayah Kota Makassar meliputi Kecamatan-
kecamatan Biringkanaya, Bontoala, Makassar, Mamajang, Manggala, Mariso,
Panakkukang, Rappocini, Tallo, Tamalanrea, Tamalate, Ujung Pandang, Ujung Tanah,
dan Wajo; wilayah Kabupaten Gowa meliputi Kecamatan Bajeng, Barombong,
Bontomarannu, Bontonompo, Bontonompo Selatan, Manuju, Pattallassang, Pallangga,
Parangloe, Somba Opu, dan Sungguminasa; wilayah Kabupaten Maros meliputi
Kecamatan Bantimurung, Bontoa, Cenrana, Lau, Mandai, Marusu, Maros Baru,
Moncongloe, Simbang, Tanra’lili, Tompobulu, dan Turikale, dan: wilayah Kabupaten
Takalar meliputi Kecamatan Galesong, Galesong Selatan, Galesong Utara,
Mangarabombang, Mappakasunggu, Pattallassang, Polombangkeng Selatan,
Polombangkeng Utara, dan Sanrobone.

2) Pusat Kegiatan Wilayah


Kota-kota yang ditetapkan sebagai sebagai PKW adalah kota-kota Palopo dan
Watampone (Kabupaten Bone) yang terletak di pantai Timur Sulsel, kemudian
Parepare, Barru, Pangkajene yang terletak di pantai barat Sulsel, serta Jeneponto dan
Bulukumba yang terletak di pantai selatan. Selain dari pada itu, oleh pemerintah melalui
Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinator Industri dan Perdagangan
(S268/D.IV.M.EKON/12/2007), Selayar didukung sebagai pusat distribusi kebutuhan
bahan pokok KTI. Oleh karena itu RTRWP Sulsel mengarahkan Selayar dikembangkan
menjadi PKW, yang pada jangka panjang apabila sudah memenuhi kriterianya
dimungkinkan berkembang menjadi PKN.

3) Pusat Kegiatan Nasional


Ibukota-ibukota kabupaten yang tidak termasuk sebagai PKW atau dalam PKN
Mamminasata menjadi PKL yang berfungsi sebagai pusat pengolahan dan atau
pengumpulan barang yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten
tetangga, sebagai simpul transportasi yang melayani kabupaten dan beberapa
kecamatan kabupaten tetangga, sebagai jasa pemerintahan

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
kabupaten; serta sebagai pusat pelayanan publik lainnya untuk kabupaten dan beberapa
kecamatan kabupaten tetangga. PKL di wilayah Sulsel adalah Malili, Masamba, Toraja
Utara, Makale, Enrekang, Pangkajene, Sengkang, Soppeng, Sinjai, Bantaeng,
Watansawitto, Belopa, Benteng, dan Pamatata.
Berbagai pusat-pusat kegiatan tersebut diarahkan mempunyai interkoneksi yang
sinergis dengan sifat simbiosis mutualistis dengan dukungan prasarana wilayah baik
berupa jalan dan jembatan, pelabuhan, bandara, terminal dan setasiun kereta api,
jaringan listrik, jaringan irigasi, jaringan air bersih, jaringan informasi dan
telekomunikasi. Selain daripada itu fasilitas sosial seperti fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, fasilitas ibadah, fasilitas rekreasi dan olahraga, pasar dan sebagainya yang
mendukung keadilan dan kualitas pelayanan publik dan pemerataan kesejahteraan yang
proporsional sehingga kualitas hidup dan berpenghidupan di semua tempat baik
metropolitan, kota sedang, kota kecil maupun desa relatif sama.
Pada hakekatnya secara umum sistem perkotaan direncanakan sinergis dengan
sistem perdesaan terutama dengan sentra produksi komoditas lokalnya tempat
berkembangnya komunitas-komunitas lokal yang mempunyai kualitas jatidiri dan
kemandirian yang tumbuh berkembang dalam tatanan yang semakin kondusif.

b. Kawasan Strategis Provinsi Sulawesi Selatan


Berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka ada beberapa
kawasan strategis provinsi yang layak ditetapkan dalam RTRWP Sulawesi Selatan
sebagai berikut:

1) Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan


 Kawasan Lumbung Beras dan Jagung
Untuk kepentingan ketahanan pangan dan berdasarkan potensi dan
kesesuaian lahan serta teknokultur masyarakat, maka diarahkan
pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan sawah yang sesuai untuk
persawahan, sawah tadah hujan dan jagung terutama di wilayah lumbung
pangan Bosowasipilu dengan luas lahan besar yang

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
terdiri dari Kabupaten Bone (± 150.000 ha), Kabupaten Soppeng (±
40.000 ha), Kabupaten Wajo (± 180.000 ha), Kabupaten Sidrap (±
70.000 ha), Kabupaten Pinrang (± 90.000 ha), Kabupaten Luwu (±
70.000 ha), Kabupaten Luwu Utara (± 120.000 ha), Kabupaten Luwu
Timur (± 80.000 ha), ditambah beberapa lahan potensiil untuk pertanian
tanaman pangan yaitu Kabupaten Pangkep (± 40.000 ha), Kabupaten Maros
(± 50.000 ha), Kabupaten Gowa (± 50.000 ha), dan Kabupaten Takalar (±
40.000 ha). Pengembangan kawasan strategis tanaman pangan ini
memerlukan kepaduselarasan dengan perencanaan dan manajemen Daerah
Aliran Sungai yang potensiil menyediakan air untuk irigasi. Berikut ini
adalah arahan program utama pembangunan prasarana sumber daya air
sehubungan pengembangan lahan persawahan.
 Untuk pertumbuhan ekonomi, dalam sektor perkebunan, berdasarkan potensi
dan kesesuaian lahan dan teknokultur masyarakat lokal maka direncanakan
pengembangan beberapa alternatif kawasan budidaya komoditi seperti:
kawasan perkebunan yang sangat sesuai, potensiil dan mempunyai luas besar
untuk alternatif komoditas kelapa sawit, kakao, kopi, mete dan jarak,
Kabupaten Bone (± 220.000 ha), Kabupaten Bulukumba (± 75.000 ha),
Kabupaten Luwu (± 65.000 ha), Kabupaten Luwu Timur (± 66.000 ha),
Kabupaten Luwu Utara (±
130.000 ha), Kabupaten Maros (± 50.000 ha), Kabupaten Pangkep (±
40.000 ha), Kabupaten Pinrang (± 950.000 ha), Kabupaten Sidrap (±
100.000 ha), dan Kabupaten Soppeng (± 50.000 ha), Kabupaten Takalar (±
50.000 ha), dan Kabupaten Wajo (± 215.000 ha). Selain dari pada itu dalam
sektor pertambangan minyak tersebar di darat maupun laut seperti Blok
Segeri Barat di Selat Makassar, Bone di Teluk Bone, Blok Bone Utara di
pantai darat maupun laut di Kabupaten Lutra, Kabupaten Luwu dan Kota
Palopo, Blok Enrekang di Kabupaten Enrekang, Kabupaten Toraja Utara dan
Kabupaten Tator, serta Blok Sengkang di Kabupaten Wajo, Kabupaten
Tator, Kabupaten Toraja Utara, Kabupaten Sidrap, Kota Parepare,

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone.
 Untuk pelayanan distribusi kebutuhan bahan pokok Kawasan Timur
Indonesia (KTI), berdasarkan dukungan Pemerintah, Selayar tepatnya di
kawasan Pelabuhan Pamatata dan sekitarnya diarahkan pengembangannya
menjadi Pusat Kegiatan Wilayah.
 Usulan Kawasan Emas Barru sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
 Kawasan terpadu pusat bisnis, sosial, budaya dan pariwisata Center Point
of Indonesia (Kawasan Pusat Bisnis Terpadu Indonesia) di Mamminasata.
 Kawasan Agropolitan Barru, Enrekang dan Sinjai.

2) Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya


Kawasan strategis untuk pengembangan kepentingan sosial budaya terdapat di
setiap kabupaten. Revitaliasi dan pengembangan Taman Miniatur Sulawesi Selatan di
Situs Kerajaan Gowa Benteng Sombaopu sebagai show window dan ajang aktualisasi
berbagai seni budaya tradisional maupun modern seperti seni tari, seni musik, seni
suara, seni drama, seni lukis, seni pahat, seni busana, kerajinan tangan, permainan anak-
anak, kuliner, arsitektur tradisional serta museum diarahkan untuk menjadi stimulan
tumbuh berkembangnya seni budaya Sulawesi Selatan. Berbagai kegiatan seni budaya
baik harian maupun dikemas dalam event khusus seperti pekan budaya, pekan pameran
pembangunan, peringatan hari kemerdekaan, peringatan hari ulang tahun daerah, lomba
seni budaya dan sebagainya.
Saat ini masih ada kawasan yang kental dengan masih tumbuh berkembangnya
tatanan sosial budaya tradisional yang juga terkenal secara internasional yaitu kawasan
wisata budaya Tana Toraja. Selain daripada itu ada juga wilayah enclave Permukiman
Adat Amma Toa Kajang di Kabupaten Bulukumba yang sangat kuat dalam konservasi
budaya lokalnya sehingga pengaruh dinamika perobahan di luar wilayah itu tidak
signifikan. Hasil diskusi kelompok terfokus mengarahkan dua kawasan tersebut yaitu
kawasan wisata

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
budaya Tana Toraja dan kawasan permukiman Adat Amma Toa Kajang
dikembangkan menjadi kawasan strategis kepentingan Sosial Budaya.

3) Kawasan Strategis Kepentingan Sumber Daya Alam (SDA)


Keberlanjutan ragam hayati darat maupun laut diarahkan untuk dilindungi oleh
kawasan-kawasan lindung strategisnya. Pemanfaatan SDA yang tak terbarukan
diarahkan agar menghasilkan sumber pendapatan baru yang setara dan mengembalikan
kualitas lingkungan hidup pasca eksploitasi. Kawasan eksploitasi skala besar yang
ditetapkan sebagai kawasan strategis kepentingan SDA adalah:
 Penambangan Gas Bumi di Kabupaten Wajo;
 Kawasan pertambangan kapur untuk bahan semen di Kabupaten Maros dan
Kabupaten Pangkep;
 Kawasan penambangan marmer di Kabupaten Pangkep dan Kabupaten
Maros;
 Kawasan pertambangan minyak yang meliputi Blok Sigeri Barat di Selat
Makassar, Blok Bone di Teluk Bone, Blok Bone Utara di pantai darat
maupun laut di Kabupaten-Kabupaten Luwu Utara, Luwu dan Palopo, Blok
Enrekang di Kabupaten-Kabupaten Enrekeng, Pinrang dan Tana Toraja,
Blok Sengkang di Kabupaten-Kabupaten Wajo, Tana Toraja, Sidrap,
Soppeng, Bone dan Kota Parepare, Blok Kambuno di laut Kabupaten Bone,
Sinjai dan Bulukumba, Blok Selayar di laut Kabupaten Bulukumba dan
Selayar, dan Blok Karaengta di laut Kabupaten Bulukumba, Bantaeng,
Jeneponto, Takalar dan Selayar.

4) Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung


Kawasan kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan terdiri atas Kawasan
Lindung Nasional dan beberapa kawasan fungsi dan daya dukung lainnya, sebagai
berikut:
 Suaka Margasatwa Komara di Kabupaten Jeneponto;

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika

 Cagar Alam Faruhumpenai di kabupaten Luwu Timur;


 Cagar Alam Kalaena di Kabupaten Luwu Timur;
 Taman Hutan Raya Bontobahari di Kabupaten Bulukumba;
 Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung di Kabupaten Maros;
 Taman Wisata Alam Danau Matano di Kabupaten Luwu Timur;
 Taman Wisata Alam Danau Mahalona di Kabupaten Luwu Timur;
 Taman Wisata Alam Danau Towuti di Kabupaten Luwu Timur;
 Taman Wisata Alam Malino di Kabupaten Gowa;
 Taman Wisata Alam Cani Sirenrang di Kabupaten Bone;
 Taman Wisata Alam Lejja di Kabupaten Soppeng;
 Taman Buru Komara di Kabupaten Jeneponto;
 Taman Buru Bangkala di Kabupaten di Kabupaten Jeneponto;
 Taman Nasional Laut Taka Bonerate;
 Taman Wisata Alam Laut Kepulauan Kapoposang di Kabupaten Pangkep;
 Kebun Raya Enrekang di Kabupaten Enrekang;
 Kebun Raya Pucak di Kabupaten Maros;
 Taman Hutan Raya Abdul latief di Kabupaten Sinjai.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika

Gambar 5. 1 Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Sulawesi Selatan


Sumber: RTRW Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2029

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika

Gambar 5. 2 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan


Sumber: RTRW Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2029

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika

Gambar 5. 3 Peta Rencana Kawasan Strategis Provinsi Sulawesi Selatan


Sumber: RTRW Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2029

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
2. Potensi Bangkitan dan Tarikan
a. Pengertian Bangkitan dan Tarikan
Bangkitan pergerakan adalah jumlah pergerakan dari zona atau tata guna lahan dan
jumlah pergerakan yang tertarik kesuatu tata guna lahan atau zona. Bangkitan lalu lintas
ini meliputi lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi. Tarikan pergerakan adalah
jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona tarikan pergerakan
(Tamin, Perencanaan dan Permodelan Transportasi, 2000). Pergerakan lalu lintas
merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan arus lalu lintas. Hasil dari
perhitungan tarikan lalu lintas berupa jumlah kendaraan, orang atau angkutan barang
per satuan waktu. Bangkitan tarikan lalu lintas bergantung pada dua aspek tata guna
lahan dan jumlah aktifitas (intensitas) pada suatu tata guna lahan. Menurut Tamin,O.Z.
(2000:114) bahwa bangkitan dan tarikan pergerakan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1) Berdasarkan tujuan pergerakan, misalnya pergerakan ketempat kerja, tujuan
pendidikan, ketempat belanja, untuk kepentingan sosial, rekreasi dan lain-
lain.
2) Berdasarkan waktu yang berfluktuasi sepanjang hari dan bervariasi sesuai
tujuan pergerakan.
3) Berdasarkan jenis orang, hal ini dipengaruhi oleh atribut sosial ekonomi
orang.
Khisty dan Lall., (2003:9) menyatakan bahwa alasan manusia dan barang bergerak
dari satu tempat ke tempat lainnya dapat dijelaskan oleh beberapa kondisi sebagai
berikut:
1) Komplementaritas, daya tarik relatif antara dua atau lebih tempat tujuan.
Keinginan untuk mengatasi kendala jarak, diistilahkan sebagai
transferabilitas, diukur dari waktu dan uang yang dibutuhkan, serta teknologi
terbaik apa yang tersedia untuk mencapainya.
2) Persaingan antar beberapa lokasi untuk memenuhi permintaan dan
penawaran.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
Bruton,M.J.,(1985) mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi bangkitan
perjalanan kedalam tiga golongan sebagai berikut:
1) Pola dan intensitas tata guna lahan dan perkembangannya.
2) Karakteristik sosio-ekonomi populasi pelaku perjalanan.
3) Kondisi dan kapabilitas sistem transportasi yang tersedia dan skema
pengembangannya.
Pergerakan orang dan barang dari tempat asal ke tempat tujuan sebenarnya
merupakan suatu pilihan (seseorang bisa saja memilih menggunakan angkutan umum ke
pusat kota dari pada menggunakan mobil pribadi). Keputusan ini dibuat dengan
mempertimbangkan beberapa faktor, seperti waktu, jarak, efisiensi, biaya, keamanan
dan kenyamanan.

b. Potensi Pergerakan di Provinsi Sulawesi Selatan


Kepadatan penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan cukup tinggi yaitu mencapai
186km². Kepadatan penduduk dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan luas wilayah
kabupaten/kota. Pentingnya mengetahui jumlah kepadatan penduduk agar kita dapat
melihat pola potensi bangkitan dan bangkitan di Provinsi Sulawesi Selatan. Semakin
tinggi kepadatan penduduk di suatu wilayah/zona, maka semakin tinggi pula potensi
bangkitan dan bangkitan yang terjadi pada wilayah/zona tersebut. Berikut merupakan
tabel kepadatan Penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015.

Tabel 5. 1 Kepadatan Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015

Kepadatan Penduduk
No Kabupaten/Kota (km²)
1 Kepulauan Selayar 144
2 Bulukumba 355
3 Bantaeng 463
4 Jeneponto 394
5 Takalar 506
6 Gowa 384
7 Sinjai 290
8 Maros 210
9 Pangkep 291
10 Barru 146
11 Bone 163

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
Kepadatan Penduduk
No Kabupaten/Kota
(km²)
12 Soppeng 166
13 Wajo 157
14 Sidrap 154
15 Pinrang 187
16 Enrekang 112
17 Luwu 117
18 Tana Toraja 111
19 Luwu Utara 40
20 Luwu Timur 40
21 Toraja Utara 196
22 Kota Makassar 8.246
23 Kota Pare-Pare 1.396
24 Kota Palopo 682
Sulawesi Selatan 186
Sumber: Sulawesi Selatan Dalam Angka Tahun 2016

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui kepadatan penduduk tertinggi di Provinsi


Sulawesi Selatan adalah Kota Makassar dimana tingkat kepadatan penduduknya
mencapai 8.246 km², hal ini dikarenakan Kota Makassar sebagai Ibukota Provinsi
Sulawesi Selatan dimana Kota Makassar sebagai salah satu PKN (Pusat Kegiatan
Nasional) pada RTRW Provinsi Sulawesi Selatan.
Selain itu Kota Pare-Pare juga memiliki kepadatan penduduk yang tinggi setelah
Kota Makassar, dimana kepadatan penduduk Kota Pare-Pare mencapai
1.396 km². Di Kota Pare-Pare terdapat satu pelabuhan nasional/utama yang
menyebabkan tingginya potensi pergerakan bangkitan dan tarikan di kota tersebut.
Hal tersebut juga terjadi di Kabupaten Bantaeng dan Takalar, kabupaten tersebut
memiliki tingkat kepadatan yang cukup tinggi yaitu mencapai 463 km² dan 506 km².
Kabupaten Bantaeng yang ditunjuk sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berperan
sebagai simpul transportasi yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan
kabupaten tetangga, sebagai jasa pemerintahan kabupaten serta sebagai pusat pelayanan
publik. Sementara itu Kabupaten Takalar yang menjadi salah satu kawasan andalan
MAMMINASATA yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di Sulawesi
Selatan dan Kabupaten Takalar letaknya tidak jauh dari Kota Makassar. Hal ini
membuat

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
potensi bangkitan dan tarikan di wilayah tersebut cukup tinggi.
Namun adapun Kabupaten/Kota yang memiliki tingkat kepadatan terendah di
Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Luwu Utara dan Luwu Timur yang memiliki
kepadatan penduduk sebesar 40 km². Hal ini disebabkan kabupaten tersebut memiliki
luas wilayah yang cukup besar namun memiliki penduduk yang kurang, sehingga
potensi tarikan dan bangkitan di wilayah tersebut cukup rendah.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika

SURVEI LHR PROVINSI SULAWESI SELATAN

PETA INDIKATOR JUMLAH PENDUDUK PROVINSI SULAWESI SELATAN

Gambar 5. 4 Peta Indikator Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015
Sumber: Konsultan, 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika

SURVEI LHR PROVINSI SULAWESI SELATAN

Gambar 5. 5 Peta Kepadatan Penduduk Sulawesi Selatan


Sumber: Konsultan, 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

c. Desire line (Garis Keinginan) Pergerakan


Dari potensi bangkitan perjalanan seperti yang diketahui sebelumnya, yakni potensi
terbesar pergerakan berasal dari wilayah dengan jumlah penduduk yang besar yakni
dari wilayah Kota Makassar sebagai ibukota Provinsi dan yang kedua adalah
Kabupaten Bone yang merupakan salah satu Pusat Kegiatan Wilayah di Sulawesi
Selatan. Sedangkan untuk Kota Pare-Pare dan Kota Palopo meskipun memiliki jumlah
penduduk yang rendah, namun sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Sulawesi Selatan
keduanya memiliki tingkat pergerakan yang cukup tinggi. Garis keinginan pergerakan
di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Gambar 5.6.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

Gambar 5. 6 Peta Desire Line


Sumber: Konsultan, 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika

3. Volume dan Beban Puncak


Hasil survei volume lalu lintas dimaksudkan untuk mendapatkan besaran pola
pergerakan di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Pola pergerakan ini dibedakan atas
pergerakan hari kerja dan pergerakan hari libur.
Analisis awal pada data survei volume lalu lintas ini meliputi, perhitungan total
kendaraan dalam satuan smp/jam, penetapan angka Volume Jam Puncak (VJP) atau
Peek Hour Volume (PHV) yaitu jam 06.00-08.00, 12.00-14.00, 16.00-18.00 dan
20.00-22.00 proporsi kendaraan per golongan, serta presentase jumlah kendaraan
pergolongan yang dibedakan atas hari kerja dan hari libur.
Total kendaraan dalam satuan smp/jam, penetapan angka Volume Jam Puncak
(VJP) atau Peek Hour Volume (PHV) pada hari kerja di ruas jalan Provinsi Sulawesi
Selatan dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5. 2 Total Kendaraan Dalam SMP dan VJP Hari Kerja

No RUAS Total (smp) PHV (smp/jam)

1 Bone - Camba 1547.3 359.2


2 Camba - Bone 1740.5 285
3 Sinjai - Bone 2135.8 382.2
4 Bone - Sinjai 1970.1 392.8
5 Sengkang - Bone 2578.9 488.8
6 Bone - Sengkang 2578.9 513.8
7 Gowa - Malino 1325 245
8 Malino - Gowa 1264.1 217.3
9 Takalar - Gowa 4578.3 727.5
10 Gowa - Takalar 4555.9 698.7
11 Pare-Pare - Pinrang 3719 565.6
12 Pinrang - Pare-Pare 3789 483.4
13 Pare-Pare - Sidrap 3241.7 518.2
14 Sidrap - Pare-Pare 3912.8 636.9
15 Pare-Pare - Barru 3299.3 580.7
16 Barru - Pare-Pare 3249.7 636.9
17 Enrekang-Sidrap 713.6 122
18 Sidrap - enrekang 583.8 111.5
19 Wajo - Sidrap 1877.4 362.3
20 Sidrap - Wajo 1978.1 347.7
21 Pinrang - Sidrap 1521.4 271.3

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika

No RUAS Total (smp) PHV (smp/jam)

22 Sidrap - Pinrang 1423 314.6


23 Makassar - Sungguminasa 19128.4 4461.4
24 Sungguminasa - Makassar 16017.4 3170
25 Maros - Makassar 13341.9 2243.9
26 Makassar - Maros 13353.1 2470.8
27 Bulukumba - Bantaeng 1652.1 297.9
28 Bantaeng - Bulukumba 2059.6 376.8
29 Bulukumba - Sinjai 801 195.1
30 Sinjai - Bulukumba 815.3 50.1
31 Bulukumba - Selayar 76.5 32.6
32 Selayar - Bulukumba 73.1 50.1
33 Palopo-Toraja 469.5 91.5
34 Toraja - Palopo 546.1 81.5
35 Luwu Utara - Palopo 1808.8 282.9
36 Palopo - Luwu Utara 1651.1 247.8
37 Luwu - Palopo 4001.3 614.5
38 Palopo - Luwu 4387.8 728.4
Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016

Berdasarkan hasil analisis pada data survei volume lalu lintas untuk perhitungan
total kendaraan dalam satuan smp/jam dan penetapan angka Volume Jam Puncak (VJP)
atau Peek Hour Volume (PHV) di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan pada hari kerja,
total kendaraan yang paling besar yakni terdapat pada ruas jalan Makassar-
Sungguminasa sebesar 19.128,4 smp dengan jumlah PHV sebesar 4.461.4 smp/jam dan
untuk arah sebaliknya yakni ruas Sungguminasa-Makassar memiliki jumlah yang cukup
tinggi yakni sebesar 16.017,4 smp dengan PHV sebanyak 3.170 smp/jam. Angka
Volume Jam Puncak dan PHV tertinggi kedua yakni terdapat pada ruas Makassar-
Maros dengan total kendaraan sebanyak 13.353,1 smp dengan PHV sebesar 2.470,8
smp/jam dan arah sebaliknya yaitu ruas Maros-Makassar memiliki total kendaraan
13.341,9 smp dengan PHV sebesar 2.243,9 smp/jam. Sedangkan untuk total kendaraan
dan PHV terendah terdapat pada ruas Bulukumba- Selayar dan Sebaliknya yakni
masing-masing total kendaraan dan PHV adalah
76.5 smp dan 32.6 smp/jam serta 73.1 smp dan 50.1 smp/jam.
Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa total kendaraan dan PHV paling tinggi

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
berada di ruas jalan Kota Makassar dan daerah di sekitarnya. Hal ini dipengaruhi oleh
wilayah Kota Makassar sebagai Ibu Kota Provinsi memiliki kepadatan penduduk yang
cukup tinggi sehingga keinginan pergerakan juga tinggi baik menuju maupun kembali
ke arah daerah di sekitarnya. Sedangkan yang paling rendah berada pada ruas
Bulukumba-Selayar dan senaliknya karena hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi
wilayah Selayar yang berupa kepulauan sehingga jumlah kendaraan yang melaluinya
masih sedikit dan penyeberangan dilakukan harus disesuaikan dengan jadwal yang
sudah ditentukan
Total jumlah kendaraan per ruas paling tinggi juga terdapat pada ruas Makassar-
Sungguminasa dan sebaliknya yakni masing-masing sebanyak
30.227 dan 25.720 unit kendaraan dan paling rendah yakni ruas Bulukumba- Selayar
dan sebaliknnya masing-masing sebanyak 61 unit dan 92 unit. Untuk lebih jelasnya
jumlah kendaraan tiap ruas jalan dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

Tabel 5. 3 Total Jumlah Kendaraan Per Golongan dan Presentase Per Golongan Hari
Kerja

GOLONGAN GOLONGAN (%)


No RUAS Jumlah Kendaraan
1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c 8 1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c 8
1 Bone - Camba 1372 107 397 151 11 4 9 105 25 0 2 7 2190 62.65 4.89 18.13 6.89 0.50 0.18 0.41 4.79 1.14 0.00 0.09 0.32
2 Camba - Bone 1528 86 538 153 2 6 2 96 33 11 0 9 2464 62.01 3.49 21.83 6.21 0.08 0.24 0.08 3.90 1.34 0.45 0.00 0.37
3 Sinjai - Bone 2158 154 487 210 0 4 0 114 36 0 2 6 3171 68.05 4.86 15.36 6.62 0.00 0.13 0.00 3.60 1.14 0.00 0.06 0.19
4 Bone - Sinjai 1517 152 506 218 14 33 20 194 9 0 2 11 2676 56.69 5.68 18.91 8.15 0.52 1.23 0.75 7.25 0.34 0.00 0.07 0.41
5 Sengkang - Bone 2836 121 574 219 11 0 2 163 11 0 2 15 3954 71.72 3.06 14.52 5.54 0.28 0.00 0.05 4.12 0.28 0.00 0.05 0.38
6 Bone - Sengkang 2797 188 545 229 12 6 9 120 14 0 2 13 3935 71.08 4.78 13.85 5.82 0.30 0.15 0.23 3.05 0.36 0.00 0.05 0.33
7 Gow a - Malino 893 179 109 141 2 0 189 124 30 0 0 2 1669 53.51 10.72 6.53 8.45 0.12 0.00 11.32 7.43 1.80 0.00 0.00 0.12
8 Malino - Gow a 668 186 91 130 1 0 170 175 50 4 2 1 1478 45.20 12.58 6.16 8.80 0.07 0.00 11.50 11.84 3.38 0.27 0.14 0.07
9 Takalar - Gow a 3484 1510 367 379 14 7 190 163 41 0 31 1 6187 56.31 24.41 5.93 6.13 0.23 0.11 3.07 2.63 0.66 0.00 0.50 0.02
10 Gow a - Takalar 3619 1389 391 443 1 8 161 141 70 0 7 38 6268 57.74 22.16 6.24 7.07 0.02 0.13 2.57 2.25 1.12 0.00 0.11 0.61
11 Pare-Pare - Pinrang 2761 345 998 430 6 5 224 105 74 0 21 0 4969 55.56 6.94 20.08 8.65 0.12 0.10 4.51 2.11 1.49 0.00 0.42 0.00
12 Pinrang - Pare-Pare 3053 388 983 350 8 5 205 111 57 0 29 4 5193 58.79 7.47 18.93 6.74 0.15 0.10 3.95 2.14 1.10 0.00 0.56 0.08
13 Pare-Pare - Sidrap 1495 354 1244 263 40 28 156 99 112 5 44 8 3848 38.85 9.20 32.33 6.83 1.04 0.73 4.05 2.57 2.91 0.13 1.14 0.21
14 Sidrap - Pare-Pare 1785 577 1367 319 50 34 144 167 160 1 20 17 4641 38.46 12.43 29.45 6.87 1.08 0.73 3.10 3.60 3.45 0.02 0.43 0.37
15 Pare-Pare - Barru 1092 320 1228 343 23 25 212 179 197 2 23 6 3650 29.92 8.77 33.64 9.40 0.63 0.68 5.81 4.90 5.40 0.05 0.63 0.16
16 Barru - Pare-Pare 1325 349 1418 381 5 8 144 81 61 5 30 10 3817 34.71 9.14 37.15 9.98 0.13 0.21 3.77 2.12 1.60 0.13 0.79 0.26
17 Enrekang-Sidrap 329 218 18 96 4 1 32 87 40 0 3 0 828 39.73 26.33 2.17 11.59 0.48 0.12 3.86 10.51 4.83 0.00 0.36 0.00
18 Sidrap - enrekang 317 221 10 76 1 2 14 56 18 0 0 0 715 44.34 30.91 1.40 10.63 0.14 0.28 1.96 7.83 2.52 0.00 0.00 0.00
19 Wajo - Sidrap 912 678 83 221 23 15 16 245 36 1 2 0 2232 40.86 30.38 3.72 9.90 1.03 0.67 0.72 10.98 1.61 0.04 0.09 0.00
20 Sidrap - Wajo 1110 776 81 231 6 2 14 138 85 4 8 2 2457 45.18 31.58 3.30 9.40 0.24 0.08 0.57 5.62 3.46 0.16 0.33 0.08
21 Pinrang - Sidrap 1098 429 124 150 15 2 8 166 7 0 0 24 2023 54.28 21.21 6.13 7.41 0.74 0.10 0.40 8.21 0.35 0.00 0.00 1.19
22 Sidrap - Pinrang 1055 420 66 171 11 2 8 159 0 0 0 9 1901 55.50 22.09 3.47 9.00 0.58 0.11 0.42 8.36 0.00 0.00 0.00 0.47
23 Makassar - Sungguminasa 22525 5310 1008 603 9 13 346 210 69 2 44 88 30227 74.52 17.57 3.33 1.99 0.03 0.04 1.14 0.69 0.23 0.01 0.15 0.29
24 Sungguminasa - Makassar 19195 4031 893 554 22 26 184 175 69 0 47 524 25720 74.63 15.67 3.47 2.15 0.09 0.10 0.72 0.68 0.27 0.00 0.18 2.04
25 Maros - Makassar 12069 4449 872 834 46 29 176 342 245 7 38 9 19116 63.14 23.27 4.56 4.36 0.24 0.15 0.92 1.79 1.28 0.04 0.20 0.05
26 Makassar - Maros 11406 4761 726 712 62 83 335 285 224 0 83 115 18792 60.70 25.34 3.86 3.79 0.33 0.44 1.78 1.52 1.19 0.00 0.44 0.61
27 Bulukumba - Bantaeng 957 108 663 139 2 7 41 54 11 1 0 1 1984 48.24 5.44 33.42 7.01 0.10 0.35 2.07 2.72 0.55 0.05 0.00 0.05
28 Bantaeng - Bulukumba 1465 160 631 192 6 2 98 8 35 0 0 4 2601 56.32 6.15 24.26 7.38 0.23 0.08 3.77 0.31 1.35 0.00 0.00 0.15
29 Bulukumba - Sinjai 426 45 273 95 1 3 27 34 2 0 0 0 906 47.02 4.97 30.13 10.49 0.11 0.33 2.98 3.75 0.22 0.00 0.00 0.00
30 Sinjai - Bulukumba 427 70 253 84 2 1 60 6 2 0 0 1 906 47.13 7.73 27.92 9.27 0.22 0.11 6.62 0.66 0.22 0.00 0.00 0.11
31 Bulukumba - Selayar 16 0 20 9 0 1 0 15 0 0 0 0 61 26.23 0.00 32.79 14.75 0.00 1.64 0.00 24.59 0.00 0.00 0.00 0.00
32 Selayar - Bulukumba 43 1 30 7 1 1 2 3 2 0 2 0 92 46.74 1.09 32.61 7.61 1.09 1.09 2.17 3.26 2.17 0.00 2.17 0.00
33 Palopo-Toraja 360 119 10 63 2 0 42 13 17 1 0 0 627 57.42 18.98 1.59 10.05 0.32 0.00 6.70 2.07 2.71 0.16 0.00 0.00
34 Toraja - Palopo 433 138 8 83 10 0 58 2 5 0 2 1 740 58.51 18.65 1.08 11.22 1.35 0.00 7.84 0.27 0.68 0.00 0.27 0.14
35 Luw u Utara - Palopo 1029 701 7 190 19 16 179 36 48 0 3 10 2238 45.98 31.32 0.31 8.49 0.85 0.71 8.00 1.61 2.14 0.00 0.13 0.45
36 Palopo - Luw u Utara 910 595 16 164 9 16 130 120 45 2 0 5 2012 45.23 29.57 0.80 8.15 0.45 0.80 6.46 5.96 2.24 0.10 0.00 0.25
37 Luw u - Palopo 4083 1083 7 232 7 6 337 40 77 0 2 21 5895 69.26 18.37 0.12 3.94 0.12 0.10 5.72 0.68 1.31 0.00 0.03 0.36
38 Palopo - Luw u 4498 1314 4 354 30 45 197 106 80 0 2 16 6646 67.68 19.77 0.06 5.33 0.45 0.68 2.96 1.59 1.20 0.00 0.03 0.24

Keterangan: 1: Sepeda Motor 2: Sedan, Jip, Wagon, Taxi 3: Mikrolet, Angkot, Elf 4: Pick up dan Mobil Box 5a: Bus Kecil 5b: Bus Besar 6a:
Truk 2 As (roda belakang 2) 6b: Truk 2 As (roda belakang 4) 7a: Truk 3 As 7b: Truk 4 As 7c: Truk 5 As 8: Tidak Bermotor

Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
Total kendaraan dalam satuan smp/jam, penetapan angka Volume Jam Puncak
(VJP) atau Peek Hour Volume (PHV) pada hari libur di ruas jalan Provinsi Sulawesi
Selatan dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut.

Tabel 5. 4 Total Kendaraan Dalam SMP dan VJP Hari Kerja

No RUAS Total (smp) PHV (smp/jam)

1 Bone - Camba 1584.3 367.7


2 Camba - Bone 1928.1 321.3
3 Sinjai - Bone 2226.3 399.2
4 Bone - Sinjai 2152.2 426.5
5 Sengkang - Bone 2818 512.9
6 Bone - Sengkang 3673.1 1049.8
7 Gowa - Malino 1491.1 277.8
8 Malino - Gowa 1385.4 234.8
9 Takalar - Gowa 5026.7 800.2
10 Gowa - Takalar 5046.6 785
11 Pare-Pare - Pinrang 4012.3 609
12 Pinrang - Pare-Pare 4140 628.2
13 Pare-Pare - Sidrap 3534.4 565.3
14 Sidrap - Pare-Pare 4314.3 710.1
15 Pare-Pare - Barru 3557.8 625.2
16 Barru - Pare-Pare 3576 644.2
17 Enrekang-Sidrap 806.5 146.6
18 Sidrap - enrekang 646.7 124.9
19 Wajo - Sidrap 2064.8 395.4
20 Sidrap - Wajo 2192.8 383.1
21 Pinrang - Sidrap 1662.4 293.9
22 Sidrap - Pinrang 1540.2 333.7
23 Makassar - Sungguminasa 20876.2 4870
24 Sungguminasa - Makassar 17511.9 3465.5
25 Maros - Makassar 18737 3461
26 Makassar - Maros 14634.8 2679.5
27 Bulukumba - Bantaeng 1792.3 324.5
28 Bantaeng - Bulukumba 2241.6 404.2
29 Bulukumba - Sinjai 889.7 212.1
30 Sinjai - Bulukumba 890.8 156
31 Bulukumba - Selayar 86.6 38.2
32 Selayar - Bulukumba 100.2 62.7
33 Palopo-Toraja 530.7 106.2
34 Toraja - Palopo 602.1 98.3

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika

No RUAS Total (smp) PHV (smp/jam)

35 Luwu Utara - Palopo 1965.9 311.4


36 Palopo - Luwu Utara 1850.8 277.4
37 Luwu - Palopo 4387.8 668.4
38 Palopo - Luwu 5020.7 820.8
Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016

Berdasarkan hasil analisis pada data survei volume lalu lintas untuk perhitungan
total kendaraan dalam satuan smp/jam dan penetapan angka Volume Jam Puncak (VJP)
atau Peek Hour Volume (PHV) di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan pada hari libur,
sama seperti pada hari kerja dimana total kendaraan yang paling tinggi yakni pada ruas
jalan Makassar-Sungguminasa sebesar 20.876,2 smp dengan PHV sebesar 4.870
smp/jam dan untuk arah sebaliknya yakni ruas Sungguminasa-Makassar yakni sebesar
17.511,9 smp dengan PHV sebanyak 3465.5 smp/jam. Sedangkan tertinggi kedua yakni
terdapat pada ruas Makassar-Maros dengan total kendaraan sebanyak 18.737 smp
dengan PHV sebesar 3.461 smp/jam dan arah sebaliknya yaitu ruas Maros-Makassar
memiliki total kendaraan 14.634,8 smp dengan PHV sebesar 2.679,5 smp/jam.
Dari Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa total kendaraan dan PHV paling tinggi pada
hari libur berada di ruas jalan Kota Makassar dan daerah di sekitarnya. Begitu pula
dengan total jumlah kendaraan per ruas paling tinggi juga terdapat pada ruas Makassar-
Sungguminasa sebanyak 32.962 unit kendaraan dan sebaliknya pada ruas
Sungguminasa-Makassar sebanyak 28.098 unit kendaraan. Untuk lebih jelasnya jumlah
kendaraan tiap ruas jalan dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

Tabel 5. 5 Total Jumlah Kendaraan Per Golongan dan Presentase Per Golongan Hari
Libur

GOLONGAN GOLONGAN (%)


No RUAS Jumlah Kendaraan
1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c 8 1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c 8
1 Bone - Camba 1420 107 408 153 11 4 9 105 25 0 2 7 2251 63.08 4.75 18.13 6.80 0.49 0.18 0.40 4.66 1.11 0.00 0.09 0.31
2 Camba - Bone 1714 97 584 168 2 6 2 108 37 12 0 10 2740 62.55 3.54 21.31 6.13 0.07 0.22 0.07 3.94 1.35 0.44 0.00 0.36
3 Sinjai - Bone 2281 156 512 212 0 4 0 114 36 0 2 6 3323 68.64 4.69 15.41 6.38 0.00 0.12 0.00 3.43 1.08 0.00 0.06 0.18
4 Bone - Sinjai 1625 157 546 241 15 36 24 209 13 0 2 14 2882 56.38 5.45 18.95 8.36 0.52 1.25 0.83 7.25 0.45 0.00 0.07 0.49
5 Sengkang - Bone 3082 132 621 241 14 0 2 179 13 0 2 20 4306 71.57 3.07 14.42 5.60 0.33 0.00 0.05 4.16 0.30 0.00 0.05 0.46
6 Bone - Sengkang 3394 701 648 345 15 20 10 142 23 0 2 13 5313 63.88 13.19 12.20 6.49 0.28 0.38 0.19 2.67 0.43 0.00 0.04 0.24
7 Gowa - Malino 993 202 125 157 2 0 208 144 38 0 0 2 1871 53.07 10.80 6.68 8.39 0.11 0.00 11.12 7.70 2.03 0.00 0.00 0.11
8 Malino - Gowa 725 202 99 145 2 0 186 192 57 4 2 2 1616 44.86 12.50 6.13 8.97 0.12 0.00 11.51 11.88 3.53 0.25 0.12 0.12
9 Takalar - Gowa 3833 1654 397 416 16 9 205 177 49 0 38 2 6796 56.40 24.34 5.84 6.12 0.24 0.13 3.02 2.60 0.72 0.00 0.56 0.03
10 Gowa - Takalar 4058 1524 430 479 2 9 180 153 80 0 8 46 6969 58.23 21.87 6.17 6.87 0.03 0.13 2.58 2.20 1.15 0.00 0.11 0.66
11 Pare-Pare - Pinrang 2947 379 1071 470 6 6 240 118 79 0 27 0 5343 55.16 7.09 20.04 8.80 0.11 0.11 4.49 2.21 1.48 0.00 0.51 0.00
12 Pinrang - Pare-Pare 3309 429 1080 376 11 6 226 117 65 0 35 5 5659 58.47 7.58 19.08 6.64 0.19 0.11 3.99 2.07 1.15 0.00 0.62 0.09
13 Pare-Pare - Sidrap 1643 380 1341 288 46 31 171 112 120 6 52 9 4199 39.13 9.05 31.94 6.86 1.10 0.74 4.07 2.67 2.86 0.14 1.24 0.21
14 Sidrap - Pare-Pare 1952 644 1491 354 56 41 160 187 176 2 24 19 5106 38.23 12.61 29.20 6.93 1.10 0.80 3.13 3.66 3.45 0.04 0.47 0.37
15 Pare-Pare - Barru 1165 351 1311 372 24 30 231 197 211 2 26 8 3928 29.66 8.94 33.38 9.47 0.61 0.76 5.88 5.02 5.37 0.05 0.66 0.20
16 Barru - Pare-Pare 1441 377 1570 415 5 10 155 87 71 7 40 12 4190 34.39 9.00 37.47 9.90 0.12 0.24 3.70 2.08 1.69 0.17 0.95 0.29
17 Enrekang-Sidrap 329 218 18 96 4 1 32 87 40 0 3 0 828 39.73 26.33 2.17 11.59 0.48 0.12 3.86 10.51 4.83 0.00 0.36 0.00
18 Sidrap - enrekang 317 221 10 76 1 2 14 56 18 0 0 0 715 44.34 30.91 1.40 10.63 0.14 0.28 1.96 7.83 2.52 0.00 0.00 0.00
19 Wajo - Sidrap 912 678 83 221 23 15 16 245 36 1 2 0 2232 40.86 30.38 3.72 9.90 1.03 0.67 0.72 10.98 1.61 0.04 0.09 0.00
20 Sidrap - Wajo 1110 776 81 231 6 2 14 138 85 4 8 2 2457 45.18 31.58 3.30 9.40 0.24 0.08 0.57 5.62 3.46 0.16 0.33 0.08
21 Pinrang - Sidrap 1098 429 124 150 15 2 8 166 7 0 0 24 2023 54.28 21.21 6.13 7.41 0.74 0.10 0.40 8.21 0.35 0.00 0.00 1.19
22 Sidrap - Pinrang 1055 420 66 171 11 2 8 159 0 0 0 9 1901 55.50 22.09 3.47 9.00 0.58 0.11 0.42 8.36 0.00 0.00 0.00 0.47
23 Makassar - Sungguminasa 24524 5827 1103 654 12 17 373 223 79 2 48 100 32962 74.40 17.68 3.35 1.98 0.04 0.05 1.13 0.68 0.24 0.01 0.15 0.30
24 Sungguminasa - Makassar 20955 4399 984 602 25 33 202 196 81 0 51 570 28098 74.58 15.66 3.50 2.14 0.09 0.12 0.72 0.70 0.29 0.00 0.18 2.03
25 Maros - Makassar 11919 4376 836 806 33 24 154 319 233 4 27 6 18737 63.61 23.35 4.46 4.30 0.18 0.13 0.82 1.70 1.24 0.02 0.14 0.03
26 Makassar - Maros 12442 5265 792 770 69 94 367 307 244 0 90 129 20569 60.49 25.60 3.85 3.74 0.34 0.46 1.78 1.49 1.19 0.00 0.44 0.63
27 Bulukumba - Bantaeng 1066 139 740 170 4 12 54 70 19 2 0 2 2278 46.80 6.10 32.48 7.46 0.18 0.53 2.37 3.07 0.83 0.09 0.00 0.09
28 Bantaeng - Bulukumba 1646 193 715 231 12 4 127 16 53 0 0 8 3005 54.78 6.42 23.79 7.69 0.40 0.13 4.23 0.53 1.76 0.00 0.00 0.27
29 Bulukumba - Sinjai 492 65 324 126 2 6 38 50 3 0 0 0 1106 44.48 5.88 29.29 11.39 0.18 0.54 3.44 4.52 0.27 0.00 0.00 0.00
30 Sinjai - Bulukumba 486 99 296 114 4 2 84 12 4 0 0 2 1103 44.06 8.98 26.84 10.34 0.36 0.18 7.62 1.09 0.36 0.00 0.00 0.18
31 Bulukumba - Selayar 24 0 32 14 0 2 0 20 0 0 0 0 92 26.09 0.00 34.78 15.22 0.00 2.17 0.00 21.74 0.00 0.00 0.00 0.00
32 Selayar - Bulukumba 51 2 37 11 2 2 4 5 3 0 3 0 120 42.50 1.67 30.83 9.17 1.67 1.67 3.33 4.17 2.50 0.00 2.50 0.00
33 Palopo-Toraja 404 129 12 72 2 0 46 17 22 2 0 0 706 57.22 18.27 1.70 10.20 0.28 0.00 6.52 2.41 3.12 0.28 0.00 0.00
34 Toraja - Palopo 468 151 10 93 11 0 65 4 5 0 2 2 811 57.71 18.62 1.23 11.47 1.36 0.00 8.01 0.49 0.62 0.00 0.25 0.25
35 Luwu Utara - Palopo 1116 27 0 2 0 0 2 1 2 0 0 0 1150 97.04 2.35 0.00 0.17 0.00 0.00 0.17 0.09 0.17 0.00 0.00 0.00
36 Palopo - Luwu Utara 1005 656 18 182 11 16 147 144 56 2 0 7 2244 44.79 29.23 0.80 8.11 0.49 0.71 6.55 6.42 2.50 0.09 0.00 0.31
37 Luwu - Palopo 4419 1192 7 261 8 9 367 50 91 0 4 26 6434 68.68 18.53 0.11 4.06 0.12 0.14 5.70 0.78 1.41 0.00 0.06 0.40
38 Palopo - Luwu 4990 1459 5 391 34 49 213 117 94 0 2 18 7372 67.69 19.79 0.07 5.30 0.46 0.66 2.89 1.59 1.28 0.00 0.03 0.24

Keterangan: 1: Sepeda Motor 2: Sedan, Jip, Wagon, Taxi 3: Mikrolet, Angkot, Elf 4: Pick up dan Mobil Box 5a: Bus Kecil 5b: Bus Besar 6a:
Truk 2 As (roda belakang 2) 6b: Truk 2 As (roda belakang 4) 7a: Truk 3 As 7b: Truk 4 As 7c: Truk 5 As 8: Tidak Bermotor
Sumber: Hasil Survei dan Analisis, 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

4. Waktu Tempuh dan Kecepatan Perjalanan


a. Waktu Tempuh
Besarnya waktu tempuh pada suatu ruas jalan sangat tergantung dari besarnya arus
dan kapasitas ruas jalan tersebut. Hubungan antara arus dengan waktu tempuh adalah
jika arus bertambah maka waktu tempuh akan bertambah (Tamin, 2000). Hal ini
sebenarnya merupakan konsep dasar teori antrian yang menyatakan bahwa tundaan
yang terjadi pada tingkat kedatangan dan tingkat pelayanan yang tersebar secara acak.
Konsep dasar antrian dalam waktu pelayanan merujuk pada waktu minimum yang
dibutuhkan kendaraan untuk melalui suatu ruas jalan sesuai dengan tingkat pelayanan
jalan yang ada. Waktu pelayanan adalah waktu tempuh yang dibutuhkan ketika kondisi
arus bebas (tidak ada kendaraan lain pada ruas jalan), sehingga tundaan antrian dapat
dipertimbangkan sebagai pertambahan waktu tempuh akibat adanya kendaraan lain.
Kecepatan perjalanan adalah kecepatan efektif kendaraan yang sedang dalam
perjalanan antara dua simpul yang dihitung dari dengan menghitung dari jarak antara
kedua simpul dibagi dengan waktu tempuh antara kedua simpul tersebut. Didalam
perhitungan waktu tempuh tersebut sudah termasuk waktu tundaan/delay yang terjadi
selama menempuh antara kedua simpul tersebut. Sehingga secara langsung faktor yang
mempengaruhi waktu tempuh adalah faktor jarak dan kecepatan.
Sejalan dengan pelaksanaan survei volume lalu lintas, pada ruas jalan Provinsi
Sulawesi Selatan dilakukan juga survei waktu tempuh (travel time survey). Survei ini
dilakukan dengan melewati ruas jalan nasional di Provinsi Sulawesi Selatan.
Keluaran survei tersebut adalah kecepatan rata-rata yang dimaksudkan untuk
mengetahui ruas jalan mana saja yang sering terjadi kemacetan. Di bawah ini disajikan
data jarak tempuh tiap rute antar zona berdasarkan hasil survei, waktu tempuh tiap rute
periode pagi – siang, dan periode siang – malam berdasarkan hasil survei, hasil
perhitungan kecepatan rata-rata tiap rute antar zona, serta. Berikut tabel jarak antar zona
yang disajikan pada Tabel 5.5.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

Tabel 5. 6 Tabel Jarak Rute Antar Zona (Km) Provinsi Sulawesi Selatan

Kepulauan 7301

Bulukumb 7302

Bantaeng 7303

7306

7307

7308

Pangkajen 7310

7311

Sidenreng 7314

7318

Jeneponto 7340
7305

7309

7312

7313

7315

7316

7317

7322

7324

7326

7371

7372
73
ZONA CODE

Kota Pare
Makassar
Enrekang
Rappang
Soppeng

Pinrang
Takalar
Selayar
No 73

Maros

Toraja

Toraja
e Kep.

Timur
Gowa

Utara
Utara
Barru

Luwu

Luwu
Luwu
Sinjai

Wajo
Bone

Tana

Kota

Pare
KAB/KOTA

a
Kepulauan
1 7301
Selayar 110 140 218 252 177 257 293 314 365 455 505 451 445 499 589 573 703 828 591 172 263 418
2 7302 Bulukumba 110 30 108 142 67 147 183 204 255 345 395 341 335 389 479 463 593 718 481 62 153 308
3 7303 Bantaeng 140 30 78 112 97 177 153 174 225 315 365 311 305 359 449 433 563 688 451 214 123 278
4 7305 Takalar 218 108 78 34 175 255 75 96 147 237 287 233 227 281 371 355 485 610 373 136 45 200
5 7306 Gowa 252 142 112 34 209 185 41 62 113 203 253 199 193 247 337 321 451 576 339 102 11 166
6 7307 Sinjai 177 67 97 175 209 80 250 271 322 165 148 226 255 274 265 348 379 504 371 129 220 259
7 7308 Bone 257 147 177 255 185 80 144 123 72 85 68 146 175 194 185 268 299 424 291 209 174 179
8 7309 Maros 293 183 153 75 41 250 144 21 72 162 212 158 152 206 296 280 410 535 298 121 30 125
Pangkajene
9 7310
Kep. 314 204 174 96 62 271 123 21 51 141 191 137 131 275 275 259 389 514 277 142 51 104
10 7311 Barru 365 255 225 147 113 322 72 72 51 120 140 86 80 134 224 208 338 463 226 193 102 53
11 7312 Soppeng 455 345 315 237 203 165 85 162 141 120 40 61 90 109 157 183 271 396 263 283 192 94
12 7313 Wajo 505 395 365 287 253 148 68 212 191 140 40 56 85 126 117 178 231 356 356 277 242 111
Sidenreng
13 7314
Rappang 451 341 311 233 199 226 146 158 137 86 61 56 29 48 138 122 252 377 140 279 188 33
14 7315 Pinrang 445 335 305 227 193 255 175 152 131 80 90 85 29 54 144 128 258 383 146 273 182 27
15 7316 Enrekang 499 389 359 281 247 274 194 206 275 134 109 126 48 54 186 74 212 337 74 327 236 81
16 7317 Luwu 589 479 449 371 337 265 185 296 275 224 157 117 138 144 186 116 114 239 106 394 326 171
17 7318 Tana Toraja 573 463 433 355 321 348 268 280 259 208 183 178 122 128 74 116 138 263 18 401 310 155
18 7322 Luwu Utara 703 593 563 485 451 379 299 410 389 338 271 231 252 258 212 114 138 125 120 531 440 285
19 7324 Luwu Timur 828 718 688 610 576 504 424 535 514 463 396 356 377 383 337 239 263 125 245 656 565 410
20 7326 Toraja Utara 591 481 451 373 339 371 291 298 277 226 263 356 140 146 74 106 18 120 245 419 328 173
21 7340 Jeneponto 172 62 214 136 102 129 209 121 142 193 283 277 279 273 327 394 401 531 656 419 91 246
Kota
22 7371
Makassar 263 153 123 45 11 220 174 30 51 102 192 242 188 182 236 326 310 440 565 328 91 155
23 7372 Kota Pare Pare
418 308 278 200 166 259 179 125 104 53 94 111 33 27 81 171 155 285 410 173 246 155
24 7373 Palopo 639 529 499 421 387 315 235 346 325 274 207 167 188 194 130 50 66 64 189 56 467 376 221
Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
Berdasarkan tabel jarak pada Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa jarak tempuh paling
besar yakni antara zona Luwu Timur-Kepulauan Selayar dengan jarak tempuh sebesar
828 km. Sedangkan untuk jarak terpendek yakni antara zona Kota Makassar-Kabupaten
Gowa hal karena wilayah Kota Makassar berbatasan langsung dengan wilayah
Kabupaten Gowa.
Dari tabel jarak pada Tabel 5.6, selanjutnya jarak diklasifikasikan kedalam jarak
pendek (short), jarak menengah (mid), dan jarak panjang (long). Tabel kategori
berdasarkan jarak dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5. 7 Kategori Rute Berdasarkan Jarak

Kategori Rute Berdasarkan Jarak Rest Time (jam)

Kriteria Jarak (km) Kategori Pagi - Sore Sore - Malam


Rute Jarak Pendek <75 Short 0.75 0.5
Rute Jarak Menengah 75 - 200 Mid 1 0.75
Rute Jarak Panjang >200 Long 1.5 1

Semakin panjang perjalanan yang ditempuh maka semakin sering untuk berhenti
atau semakin banyak waktu tunda atau rest time (waktu intirahat). Rengtang waktu
untuk periode pergerakan dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5. 8 Rengtang Waktu Periode Pergerakan

No Periode Pergerakan Rentang waktu


1 Pagi - Siang 07.00 - 12.00
2 Siang - Sore 12.01 - 17.00
3 Sore - Malam 17.01 - 22.00

Waktu tempuh diperoleh dari hasil survei langsung yang dilakukan. Data waktu
tempuh yang disajikan sudah dikurangi dengan waktu tunda atau rest time pada Tabel
5.7.
Berdasarkan hasil survei rata-rata waktu tempuh antar zona untuk periode
pergerakan pagi-siang dapat dilihat bahwa waktu tempuh paling lama adalah antara
zona Kepulauan Selayar-Kabupaten Luwu Timur dengan waktu sekitar 13,7 jam. Untuk
periode pergerakan siang-sore, waktu tempuh terlama yakni pada zona kabupaten Luwu
Timur-Kepulauan Selayar dengan waktu 14 jam. Untuk periode pergerakan sore-malam
waktu tempuh paling lama juga terdapat

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
pada zona Kabupaten Luwu Timur-Kepulauan Selayar dengan waktu tempuh selama 13
jam. Dari semua periode pergerakan yang paling lama adalah pada zona Kabupaten
Luwu Timur-kepulauan Selayar karena jarak tempuh terjauh juga adalah pada zona ini.
Berikut disajikan data waktu tempuh tiap rute antar zona di Provinsi Sulawesi Selatan
berdasarkan periode pergerakan pagi-siang, siang-sore, sore-malam pada Tabel 5.9.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
Tabel 5. 9 Rata-rata Waktu Tempuh Antar Zona (Jam) untuk Periode Pergerakan Pagi-Siang

Bulukumb 7302

7305

7307

7309

7311

7314

7316

7318

7324

Jeneponto 7340

7372
Kepulauan 7301

Bantaeng 7303

7306

7308

Pangkajen 7310

7312

7313

7315

7317

7322

7326

7371

7373
ZONA CODE 73

Sidenreng

Kota Pare
Makassar
Enrekang
Rappang
Soppeng

Pinrang
Selayar

Takalar
No 73 KAB/KOTA

Palopo
Maros

Toraja

Toraja
e Kep.

Timur
Gowa

Utara
Utara
Barru

Luwu
Luwu

Luwu
Sinjai

Wajo
Bone

Tana

Kota

Pare
a
Kepulauan
1 7301 2.7 3.0 4.8 5.2 3.6 5.2 5.8 6.1 7.1 8.3 8.7 8.3 8.4 8.7 9.9 10.0 11.8 13.7 10.6 3.6 5.3 7.4 10.8
Selayar
2 7302 Bulukumba 2.7 1.3 2.7 3.1 1.8 3.2 3.7 4.5 5.3 6.6 7.5 6.7 6.5 7.5 8.5 8.5 10.5 12.1 8.7 1.7 3.4 6.0 9.4
3 7303 Bantaeng 3.0 1.2 2.2 2.7 2.5 3.7 3.2 3.7 4.8 6.0 7.2 6.0 5.9 7.0 8.2 7.7 10.1 11.6 8.0 4.7 2.9 5.8 9.2
4 7305 Takalar 4.7 2.7 2.2 1.3 3.6 5.5 2.1 2.5 3.1 5.0 5.8 5.0 4.8 5.9 7.0 6.8 8.7 10.6 7.1 3.1 1.5 4.0 7.9
5 7306 Gowa 5.4 3.2 2.7 1.3 4.7 3.9 1.4 1.7 2.7 4.5 5.2 4.1 4.0 5.1 6.5 6.4 8.2 9.9 6.6 2.6 1.0 3.6 7.2
6 7307 Sinjai 3.7 1.8 2.4 3.6 4.7 2.3 5.2 5.7 6.5 3.4 3.2 4.8 5.2 5.5 5.5 6.6 7.2 9.0 7.0 3.0 4.8 5.3 6.4
7 7308 Bone 5.4 3.2 3.7 5.4 3.8 2.2 3.1 2.9 1.8 2.3 1.8 3.2 3.5 3.8 3.7 5.7 5.9 8.0 5.9 4.6 3.7 3.6 5.0
8 7309 Maros 6.0 3.8 3.4 2.2 1.4 5.2 3.2 1.1 1.8 3.4 4.8 3.4 3.3 4.5 5.8 5.7 7.6 9.1 5.7 2.8 1.2 2.9 6.4
Pangkajene
9 7310 6.4 4.5 3.6 2.4 1.7 5.5 2.9 1.1 1.5 3.0 3.8 3.0 3.1 5.5 5.7 5.3 7.3 9.2 5.5 3.1 1.6 2.5 6.5
Kep.
10 7311 Barru 6.8 5.3 4.8 3.1 2.7 6.5 1.8 1.9 1.5 2.8 3.1 2.3 2.2 3.1 4.9 4.6 6.7 8.1 5.0 3.9 2.5 1.6 5.6
11 7312 Soppeng 8.3 6.5 6.0 5.0 4.6 3.5 2.3 3.4 3.2 2.8 1.4 1.7 2.4 2.6 3.4 3.8 5.6 7.6 5.3 5.8 3.9 2.5 4.5
12 7313 Wajo 8.8 7.3 7.1 5.9 5.1 3.2 1.8 4.7 3.8 3.1 1.4 1.6 2.3 2.9 2.7 3.7 5.0 6.8 6.8 5.6 5.2 2.7 3.6
Sidenreng
13 7314 8.0 6.7 6.1 5.0 3.9 4.9 3.2 3.4 3.1 2.3 1.7 1.6 1.2 1.5 3.1 2.8 5.2 7.0 3.1 5.7 3.8 1.3 3.7
Rappang
14 7315 Pinrang 8.2 6.5 5.9 4.8 3.9 5.2 3.7 3.3 2.9 2.3 2.4 2.4 1.2 1.6 3.2 2.9 5.2 7.2 3.2 5.5 3.8 1.2 3.9
15 7316 Enrekang 8.6 7.4 6.7 5.5 5.0 5.5 3.9 4.5 5.7 3.0 2.6 2.8 1.5 1.6 3.7 1.9 4.6 6.6 1.9 6.4 5.0 2.2 3.0
16 7317 Luwu 10.4 8.7 7.9 6.9 6.4 5.3 3.7 5.7 5.5 5.0 3.3 2.7 3.0 3.2 3.7 2.7 2.8 5.2 2.6 7.4 6.4 3.6 1.6
17 7318 Tana Toraja 9.9 8.1 7.9 7.0 6.2 6.5 5.4 5.7 5.5 4.5 3.7 3.8 2.9 2.9 1.9 2.7 3.0 5.3 1.1 7.6 6.2 3.3 1.8
18 7322 Luwu Utara 12.1 10.0 10.1 8.8 7.9 7.3 6.1 7.3 7.5 6.6 5.6 5.0 5.3 5.2 4.6 2.7 3.1 3.0 2.8 9.2 8.0 5.8 1.7
19 7324 Luwu Timur 13.6 11.9 11.9 10.3 9.7 8.9 7.8 9.4 9.4 8.5 7.6 6.8 7.2 7.2 6.5 5.0 5.5 2.8 5.3 11.0 10.2 7.5 3.7
20 7326 Toraja Utara 10.0 8.4 8.3 7.2 6.6 7.0 5.9 6.1 5.8 4.8 5.6 6.7 3.1 3.2 1.9 2.6 1.1 2.7 5.0 7.7 6.3 3.6 1.6
21 7340 Jeneponto 3.5 1.7 4.8 3.0 2.6 2.9 4.7 2.8 3.1 3.8 5.8 5.6 5.6 5.7 6.4 7.2 7.5 9.1 10.8 7.8 2.4 5.3 8.3
Kota
22 7371 5.6 3.2 2.8 1.4 1.0 4.8 3.7 1.2 1.5 2.5 3.9 5.1 3.7 3.7 4.9 6.4 6.1 8.3 9.8 6.4 2.3 3.2 6.9
Makassar
23 7372 Kota Pare Pare 7.9 6.2 5.7 4.0 3.5 5.3 3.7 2.8 2.6 1.6 2.5 2.6 1.3 1.2 2.3 3.6 3.3 5.8 7.8 3.5 5.3 3.3 4.7
24 7373 Palopo 11.2 9.6 8.9 7.6 7.4 6.1 5.1 6.8 6.1 5.6 4.5 3.4 3.9 3.9 3.0 1.5 1.8 1.7 3.7 1.6 8.2 7.1 4.7
Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
Tabel 5. 10 Rata-rata Waktu Tempuh Antar Zona (Jam) untuk Periode Pergerakan Siang-Sore

7301

7302

7303

7305

7306

7307

7308

7309

7310

7311

7312

7313

Sidenreng Rappang 7314

7315

7316

7317

7318

7322

7324

7326

7340

7371

7372

7373
ZONA CODE 73

Kepulauan Selayar

Pangkajene Kep.

Kota Pare Pare


Kota Makassar
Toraja Utara
Luwu Timur
Tana Toraja

Luwu Utara
No 73 KAB/KOTA

Bulukumba

Jeneponto
Bantaeng

Enrekang
Soppeng

Pinrang
Takalar

Palopo
Maros
Gowa

Barru

Luwu
Sinjai

Wajo
Bone
Kepulauan
1 7301 2.6 3.2 4.8 5.3 3.6 5.4 6.0 6.2 6.9 8.1 8.8 8.2 8.0 9.1 10.3 10.2 11.7 13.8 10.3 3.6 5.6 7.9 11.1
Selayar
2 7302 Bulukumba 2.7 1.2 2.7 3.2 1.8 3.2 3.7 4.6 5.3 6.9 7.5 6.8 6.4 7.3 8.8 8.5 10.3 12.4 8.7 1.7 3.3 6.3 9.6
3 7303 Bantaeng 3.1 1.2 2.2 2.7 2.5 3.6 3.4 3.6 5.0 6.3 7.0 6.2 5.9 6.8 8.1 7.8 9.7 11.7 8.1 4.7 2.8 5.8 8.9
4 7305 Takalar 4.9 2.6 2.2 1.3 3.6 5.4 2.1 2.5 3.2 5.1 5.7 5.1 5.0 5.6 7.2 7.0 8.9 10.7 7.3 3.0 1.5 3.9 7.7
5 7306 Gowa 5.2 3.2 2.7 1.3 4.7 3.8 1.4 1.7 2.8 4.6 5.3 4.1 4.0 5.2 6.4 6.3 8.4 10.1 6.7 2.6 1.0 3.6 7.5
6 7307 Sinjai 3.7 1.8 2.5 3.7 4.5 2.2 5.2 5.5 6.5 3.5 3.3 4.8 5.4 5.6 5.6 6.8 7.1 9.3 6.9 2.9 4.8 5.3 6.1
7 7308 Bone 5.3 3.2 3.7 5.3 3.7 2.3 3.2 2.9 1.9 2.4 1.8 3.3 3.6 3.9 3.9 5.6 6.1 8.1 6.0 4.6 3.6 3.7 5.1
8 7309 Maros 5.8 3.8 3.4 2.2 1.4 5.4 3.2 1.1 1.9 3.5 4.8 3.4 3.4 4.6 6.0 5.8 7.5 9.3 5.9 2.9 1.3 2.9 6.8
Pangkajene
9 7310 6.2 4.7 3.7 2.5 1.7 5.6 2.9 1.1 1.5 3.2 4.0 3.1 2.9 5.6 5.6 5.4 7.1 9.2 5.8 3.2 1.6 2.6 6.4
Kep.
10 7311 Barru 7.1 5.4 4.8 3.2 2.7 6.2 1.8 1.9 1.6 2.8 3.1 2.3 2.2 3.0 4.8 4.7 6.4 8.4 4.8 4.0 2.5 1.6 5.5
11 7312 Soppeng 8.5 6.7 6.4 5.0 4.6 3.6 2.4 3.5 3.2 2.9 1.4 1.7 2.3 2.7 3.4 3.7 5.6 7.3 5.5 5.8 3.9 2.5 4.7
12 7313 Wajo 9.3 7.5 7.0 5.8 5.3 3.2 1.8 4.8 4.0 3.1 1.4 1.6 2.3 2.9 2.8 3.8 5.0 6.8 6.7 5.8 5.0 2.7 3.5
Sidenreng
13 7314 8.5 6.7 6.0 5.1 4.1 5.0 3.2 3.4 3.1 2.3 1.7 1.7 1.2 1.5 3.1 2.9 5.2 7.3 3.1 5.7 3.9 1.3 3.8
Rappang
14 7315 Pinrang 8.3 6.4 5.9 4.8 3.9 5.4 3.6 3.4 3.0 2.3 2.4 2.3 1.2 1.6 3.1 3.0 5.3 7.4 3.2 5.6 3.7 1.2 3.8
15 7316 Enrekang 9.0 7.2 7.0 5.7 5.3 5.7 3.9 4.6 5.7 3.0 2.6 3.0 1.5 1.6 3.8 1.9 4.7 6.4 1.9 6.3 5.1 2.2 3.0
16 7317 Luwu 10.0 8.4 8.2 7.1 6.4 5.6 3.9 5.9 5.8 4.8 3.4 2.8 3.1 3.2 3.7 2.8 2.8 5.0 2.6 7.5 6.4 3.5 1.5
17 7318 Tana Toraja 10.2 8.2 8.1 6.9 6.4 6.8 5.7 5.6 5.4 4.6 3.7 3.8 2.9 2.9 1.9 2.8 3.1 5.3 1.1 7.4 6.1 3.3 1.8
18 7322 Luwu Utara 12.1 10.5 9.9 8.8 8.4 7.2 6.1 7.8 7.2 6.7 5.4 5.0 5.4 5.4 4.8 2.7 3.1 2.9 2.8 9.6 7.9 5.7 1.8
19 7324 Luwu Timur 14.0 11.9 11.6 10.8 10.2 9.3 7.8 9.3 9.3 8.3 7.5 6.8 7.2 7.4 6.6 5.0 5.6 2.9 5.1 11.4 10.1 7.8 3.9
20 7326 Toraja Utara 10.1 8.6 8.1 7.0 6.4 6.9 6.0 6.0 5.7 5.0 5.3 6.9 3.2 3.2 1.9 2.6 1.1 2.8 5.1 7.6 6.6 3.6 1.7
21 7340 Jeneponto 3.7 1.7 4.6 3.1 2.6 3.0 4.7 2.9 3.1 4.0 5.8 5.6 5.5 5.5 6.3 7.5 7.4 9.6 11.2 7.8 2.4 5.2 8.3
Kota
22 7371 5.6 3.3 2.9 1.5 1.0 4.7 3.7 1.2 1.6 2.6 4.0 5.3 3.8 3.8 5.2 6.3 6.2 8.3 9.7 6.3 2.4 3.3 7.3
Makassar
23 7372 Kota Pare Pare 7.7 6.0 5.7 4.0 3.6 5.4 3.7 3.0 2.5 1.6 2.4 2.7 1.3 1.2 2.3 3.6 3.3 5.8 7.4 3.7 5.2 3.4 4.7
24 7373 Palopo 11.1 9.2 9.0 7.9 7.4 6.3 5.1 6.7 6.4 5.5 4.7 3.5 3.9 3.8 2.9 1.6 1.8 1.7 4.0 1.6 8.5 7.1 4.8
Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
Tabel 5. 11 Rata-rata Waktu Tempuh Antar Zona (Jam) untuk Periode Pergerakan Sore-Malam

7301

7302

7303

7305

7306

7307

7308

7309

7310

7311

7312

7313

Sidenreng Rappang 7314

7315

7316

7317

7318

7322

7324

7326

7340

7371

7372

7373
ZONA CODE 73

Kepulauan Selayar

Pangkajene Kep.

Kota Pare Pare


Kota Makassar
Toraja Utara
Luwu Timur
Tana Toraja

Luwu Utara
No 73 KAB/KOTA

Bulukumba

Jeneponto
Bantaeng

Enrekang
Soppeng

Pinrang
Takalar

Palopo
Maros
Gowa

Barru

Luwu
Sinjai

Wajo
Bone
Kepulauan
1 7301 2.4 2.7 4.0 4.5 3.2 4.7 5.0 5.5 6.3 7.5 8.2 7.4 7.3 7.9 9.2 8.9 11.1 12.3 9.5 3.2 4.8 6.8 10.3
Selayar
2 7302 Bulukumba 2.4 1.0 2.3 2.8 1.5 2.9 3.3 3.8 4.5 5.8 6.7 6.0 5.6 6.4 7.8 7.7 9.2 10.8 7.8 1.4 2.9 5.3 8.7
3 7303 Bantaeng 2.8 1.0 1.9 2.3 2.2 3.4 3.0 3.2 4.1 5.5 6.1 5.4 5.4 6.1 7.5 7.0 8.9 11.0 7.5 4.0 2.5 4.9 8.1
4 7305 Takalar 4.1 2.3 1.9 1.0 3.3 4.5 1.8 2.2 2.9 4.4 5.0 4.2 4.2 4.9 6.4 6.2 7.6 9.8 6.4 2.7 1.2 3.6 7.0
5 7306 Gowa 4.6 2.8 2.3 1.0 3.9 3.4 1.1 1.4 2.3 3.9 4.5 3.5 3.6 4.6 5.9 5.5 7.3 9.0 5.8 2.2 0.7 3.2 6.4
6 7307 Sinjai 3.3 1.5 2.1 3.2 3.9 1.9 4.5 4.9 5.6 3.1 2.9 4.3 4.6 4.9 4.9 5.9 6.3 8.0 6.1 2.6 4.2 4.6 5.6
7 7308 Bone 4.5 2.8 3.2 4.6 3.4 1.9 2.8 2.5 1.5 2.0 1.5 2.9 3.2 3.5 3.4 4.9 5.3 7.1 5.1 4.0 3.2 3.4 4.4
8 7309 Maros 5.3 3.4 2.9 1.8 1.1 4.5 2.8 0.8 1.5 3.1 4.0 3.0 2.9 3.9 5.3 4.9 6.7 8.3 5.3 2.6 1.0 2.5 6.1
Pangkajene
9 7310 5.5 4.0 3.2 2.1 1.4 4.9 2.6 0.8 1.3 2.7 3.5 2.7 2.7 4.8 4.9 4.8 6.6 8.4 5.0 2.7 1.3 2.2 5.7
Kep.
10 7311 Barru 6.3 4.6 4.2 2.9 2.4 5.6 1.5 1.6 1.3 2.4 2.7 2.0 1.9 2.7 4.1 4.0 5.7 7.8 4.2 3.6 2.3 1.3 4.8
11 7312 Soppeng 7.2 5.8 5.5 4.3 3.8 3.1 2.0 3.1 2.8 2.5 1.1 1.4 2.0 2.3 3.1 3.3 4.8 6.4 4.7 5.0 3.4 2.1 3.9
12 7313 Wajo 8.0 6.7 6.2 4.9 4.6 2.8 1.5 4.1 3.4 2.7 1.1 1.3 2.0 2.5 2.5 3.3 4.3 6.2 5.9 5.0 4.5 2.3 3.1
Sidenreng
13 7314 7.3 6.0 5.4 4.3 3.7 4.3 2.9 3.0 2.7 2.0 1.4 1.3 0.9 1.2 2.7 2.5 4.5 6.2 2.7 5.0 3.5 1.0 3.4
Rappang
14 7315 Pinrang 7.2 5.8 5.4 4.3 3.6 4.7 3.2 2.9 2.6 1.9 2.1 2.0 0.9 1.3 2.9 2.7 4.7 6.6 2.8 4.9 3.3 0.9 3.5
15 7316 Enrekang 8.3 6.5 5.9 5.0 4.4 4.9 3.5 4.0 4.9 2.6 2.3 2.6 1.2 1.3 3.5 1.6 4.0 5.8 1.6 5.6 4.2 1.9 2.7
16 7317 Luwu 9.3 7.6 7.3 6.2 5.6 4.8 3.4 5.3 4.8 4.3 3.0 2.4 2.8 2.8 3.3 2.4 2.4 4.3 2.3 6.6 5.7 3.2 1.2
17 7318 Tana Toraja 9.3 7.4 7.3 6.0 5.6 6.1 4.8 4.8 4.8 3.9 3.4 3.3 2.5 2.6 1.6 2.4 2.8 4.8 0.8 6.8 5.4 2.9 1.5
18 7322 Luwu Utara 11.2 9.2 8.8 7.7 7.2 6.5 5.1 6.8 6.5 5.8 4.7 4.4 4.7 4.7 4.0 2.4 2.7 2.6 2.5 8.6 7.4 5.0 1.5
19 7324 Luwu Timur 13.0 11.2 10.4 9.7 9.0 8.2 6.8 8.3 8.4 7.6 6.6 5.9 6.5 6.3 5.9 4.3 4.7 2.5 4.5 10.2 9.0 6.9 3.5
20 7326 Toraja Utara 9.3 7.6 7.3 6.2 6.0 6.3 5.0 5.3 5.1 4.2 4.7 6.0 2.7 2.8 1.6 2.2 0.8 2.5 4.6 7.0 5.6 3.2 1.3
21 7340 Jeneponto 3.2 1.4 4.0 2.7 2.2 2.6 4.1 2.5 2.8 3.6 5.1 4.9 4.8 5.0 5.5 6.6 6.8 8.7 10.0 6.7 2.1 4.5 7.5
Kota
22 7371 4.9 3.0 2.5 1.2 0.7 4.1 3.2 1.0 1.2 2.3 3.4 4.5 3.4 3.3 4.4 5.5 5.3 7.0 8.8 5.7 2.1 3.0 6.2
Makassar
23 7372 Kota Pare Pare 6.7 5.3 5.0 3.6 3.1 4.7 3.3 2.6 2.3 1.3 2.2 2.4 1.0 0.9 1.9 3.2 2.9 5.0 6.7 3.3 4.5 2.9 4.2
24 7373 Palopo 9.7 8.3 8.0 7.0 6.5 5.5 4.3 5.9 5.6 5.0 3.9 3.1 3.4 3.6 2.6 1.2 1.5 1.4 3.4 1.3 7.5 6.4 4.1
Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan

b. Kecepatan Perjalanan
Kecepatan perjalanan adalah kecepatan efektif kendaraan yang sedang dalam
perjalanan antara dua simpul yang dihitung dari dengan menghitung dari jarak antara
kedua simpul dibagi dengan waktu tempuh antara kedua simpul tersebut. Rumus dasar
untuk mencari nilai kecepatan adalah sebagai berikut.

𝑠
v=
𝑡
Keterangan:

v = Kecepatan (km/jam) s

= Jarak (Km)

t = Waktu (Jam)

Dari hasil survei waktu tempuh dan perhitungan rata-rata waktu tempuh antar zona
di Provinsi Sulawesi Selatan. maka dapat diketahui kecepatan rata- rata antar zona
setiap periode waktu. Pada periode pergerakan pagi-siang, Kecepatan rata-rata tertinggi
yakni antar zona Soppeng-Palopo dan Maros- Toraja Utara dengan nilai kecepatan
sebesar 70,98 km/jam. Sedangkan untuk kecepatan terendah pada periode pergerakan
yang sama, terdapat pada zona Sinjai-Polopo dan Pinrang-Wajo dengan kecepatan
sebesar 65 km/jam. Untuk periode pergerakan siang-sore, kecepatan rata-rata tertinggi
terdapat pada zona Pinrang-Palopo dengan kecepatan 70 km/jam dan yang terendah
yakni pada zona Bone-Soppeng dengan kecepatan 65 km/jam. Pada periode peregerakn
sore-malam, kecepatan tertinggi terdapat pada zona Takalar- Makassar dengan
kecepatan sebesar 74 km/jam sedangkan yang terendah pada zona Pare-pare-Toraja
Utara dengan kecepatan 69,1 km/jam. Data kecepatan rata-rata antar zona tiap periode
waktu tersebut disajikan pada Tabel 5.12, Tabel 5.13, dan Tabel 5.14.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
Tabel 5. 12 Kecepatan Rata-rata Antar Zona Periode Pergerakan Pagi-Siang (Km/jam)

7311

7312

7313
7301

7302

7303

7305

7306

7307

7308

7309

7310

7314

7315

7316

7317

7318

7322

7324

7326

7340

7371

7372

7373
ZONA CODE 73

Kepulauan

Jeneponto
Pangkajen
Bulukumb

Sidenreng

Kota Pare
Bantaeng

Makassar
Enrekang
Soppeng

Rappang
Pinrang
Takalar
Selayar
73

Palopo
Maros

Toraja

Toraja
e Kep.

Timur
Gowa

Utara
Utara
Barru

Luwu

Luwu
Luwu
Sinjai

Wajo
Bone

Tana

Kota

Pare
No KAB/KOTA

a
Kepulauan
67.7 70 67.2 68.9 70.4 70.8 68.3 69.6 65.6 67 70.8 66.8 65.3 69.5 71 67.5 68.4 68 65.5 68.3 70 70.9 69.2
1 7301 Selayar
2 7302 Bulukumba 66 66.5 67.1 70.8 66.2 69.9 69.5 69.5 68.6 68.8 66.7 65.7 67.1 65.1 68.8 66.6 66.6 68.3 66.9 69.1 65.2 68.8 67.5
3 7303 Bantaeng 70.4 68.3 68.6 67.5 68.5 66.4 71 65 70.1 70.8 65.2 69.6 69.8 66.3 67.3 70.4 65.7 68.3 69.6 67.8 66.2 65.3 65.5
4 7305 Takalar 68.8 67.3 70.8 70.7 67.5 65.1 69.8 66.8 70.6 68.4 67.3 68 68.8 65.3 68 67.8 68 67.2 67.4 66.2 66.9 67.1 66.8
5 7306 Gowa 65.7 66.5 66.4 70.6 65.5 65.9 67.8 67.5 67 67.8 69.8 65.8 66 70 68.6 66.8 67.7 68.9 67.5 66 68.1 65.3 69.1
6 7307 Sinjai 65.7 66.8 70.3 68.1 66 65.9 68.2 65.5 65.1 69.4 70.3 68.7 70 68.9 66.4 69 67.5 68 67.5 65.8 68.4 68.3 65
7 7308 Bone 67.4 67.3 67.4 65.8 67.7 70.9 69.1 66.2 70.5 69 66.9 67.1 70.8 69.7 69.6 65.2 68.3 65.6 66.7 69.2 66.8 69.6 68.9
8 7309 Maros 66.4 67.5 66.3 65.7 70.2 67.9 66.1 66.4 69.7 69 65.8 67.2 66.8 70.8 68.8 68 67.6 70.4 71 68.9 67.2 67.6 70.9
Pangkajene
65.1 69.6 68.3 71 69.4 68.4 65.9 66.7 68.1 70.8 68.6 70 65.2 69.3 66.4 69.2 67.5 67.5 70.4 70.9 68 70.1 66.3
9 7310 Kep.
10 7311 Barru 69.7 68.5 69.5 70.3 67.9 65.4 70.3 68.4 69.1 67 67.3 66.5 70.9 66.7 67.7 67.5 65.9 70.3 65.6 68.3 68.4 68.9 67.1
11 7312 Soppeng 67.3 70.1 70.3 69.7 65.9 67.8 66.2 69 65.5 69.2 66.7 69.2 69 71 67.7 66.5 67.3 65.7 69.5 66.7 67.2 65.3 71
12 7313 Wajo 69.6 68.4 65.9 66 71 68 70.3 66.9 68.5 68.8 69.3 69.6 67.9 67.1 69.7 67.3 67.4 67.4 68.1 68.1 66.7 68.1 65.5
Sidenreng
70.1 66.7 67.8 66.9 70.3 66.9 68 66.9 65.3 67.9 66.2 70.8 69.1 68.4 66.4 69.1 68.8 68.8 67.5 66.8 67.3 70.1 70.8
13 7314 Rappang
14 7315 Pinrang 67.2 67 70.8 69.6 67.5 70.1 65.8 67.2 69.5 65.6 66.9 65 66.1 68 67.8 67.9 70 68.2 67.3 69.1 65.5 70.4 68.2
15 7316 Enrekang 70.4 66.3 69.4 70.3 70.6 70 69 69 67 68.8 69 70.4 68.6 70.7 70.9 65.7 68.5 66.6 65.3 67.2 68.7 68.1 66.6
16 7317 Luwu 66.9 67.2 70.4 69.4 69.1 70.5 69.4 70.5 69.8 65.7 70.7 69.6 70.6 66.5 70.8 70.3 66.8 65.4 68.7 67.5 67.6 66.3 65.3
17 7318 Tana Toraja 68.6 70.3 68.5 65.2 69.7 70.3 69.7 68 66.4 69.6 69.6 65.5 65.5 68 69.8 70.3 69.3 69.5 67.1 66 66.4 69.6 68.8
18 7322 Luwu Utara 66.3 70.5 66.1 67 70.7 66.4 65.4 70.9 65.3 66.3 66.7 66.9 67.2 70.4 69.6 70.5 68.5 65.1 69.3 69.7 68 66.3 68.2
19 7324 Luwu Timur 68.9 69.1 66.2 69.7 70.6 68.8 67.7 68.5 65.3 66.8 65.9 67.6 67.3 68.1 68.8 69.5 67 70 65.3 69.6 65.5 69.4 70.6
20 7326 Toraja Utara 69.8 70.2 66.5 65.9 66.8 68.1 67.5 65.5 65.1 70.3 65.6 68.6 66.8 67.2 69 67.8 66.2 70.7 70.4 68.2 68.9 67.2 67.9
21 7340 Jeneponto 70.1 70.7 65.9 68.7 66.5 68.6 66.3 69.9 69.4 70.8 67.1 67.9 69.6 65.7 67.8 69.5 67.3 70.3 70.8 67.5 68.2 65.5 69.1
65.3 70.9 68.6 69.8 65.4 67.3 65.3 67.7 68.7 69.1 66.8 68.4 70.8 68.6 70.4 67.3 67.9 65.2 68.4 68 70.2 70.9 70.8
22 7371 Kota Makassar
66.2 65.5 67.3 68.9 68.5 69.3 67.2 69.9 67.9 66.8 66.3 70.5 65.3 68 66 67.4 67.4 66.4 65.6 69.8 66.1 70.2 69.1
23 7372 Kota Pare Pare
24 7373 Palopo 66 65.5 67.9 70.1 66.1 69.2 65.3 65.8 70.9 68.2 69.9 70.9 66.8 67.1 67.9 69.2 66.7 67.4 70.8 69.3 70.6 68.2 69.6
Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
Tabel 5. 13 Kecepatan Rata-rata Antar Zona Periode Pergerakan Siang-Sore (Km/jam)

7301

7302

7303

7305

7306

7307

7308

7309

7310

7311

7312

7313

7314

7315

7316

7317

7318

7322

7324

7326

7340

7371

7372

7373
ZONA CODE 73

Sidenreng Rappang
Kepulauan Selayar

Pangkajene Kep.

Kota Pare Pare


Kota Makassar
Toraja Utara
Luwu Timur
Tana Toraja

Luwu Utara
73

Bulukumba

Jeneponto
Bantaeng

Enrekang
Soppeng

Pinrang
Takalar

Palopo
Maros
Gowa

Barru

Luwu
Sinjai

Wajo
Bone
No KAB/KOTA
Kepulauan
68.8 65.7 68 66.9 69.9 66.6 65.2 67.1 68.1 69.4 69.6 67.8 69 66.2 67.4 66.1 69.5 67.8 67.5 68.6 65.3 66 66.6
1 7301 Selayar
2 7302 Bulukumba 66.5 66.8 65.4 67.2 67 69.7 68.3 65.9 67.5 65.1 66.9 65.2 68.4 67.5 66.4 66.9 67.8 66.4 67.3 68.5 67.6 65.1 65.4
3 7303 Bantaeng 69.2 67.3 66.7 69.5 66.2 68.3 65.8 67.7 66 66.5 67.2 67.6 69.9 68.8 69.1 69.8 68.9 67.5 69.3 68.9 69.5 66 67.7
4 7305 Takalar 65.5 69.9 65.3 69.3 69.5 67 69.2 65.4 67.5 67.2 68.5 65.4 65.7 68.7 66.2 65.4 65.9 66.4 65.2 69.1 67.5 69.8 68.6
5 7306 Gowa 69.3 65.8 67.3 69.3 65.6 68.2 68.6 65.4 66.4 67.1 67.3 65.4 65.4 67.1 69.2 67.9 65.8 67.3 65.2 65.8 68.7 65.9 65.1
6 7307 Sinjai 67.9 65.9 67.2 66.9 69.9 67.3 68.6 68.4 65.6 68.3 66.1 69.3 65.5 68.3 65.1 65.9 68.3 65.2 69.5 68.5 67.9 68.5 69.9
7 7308 Bone 67.7 66.9 65.9 68.4 68.8 65.7 66.6 67.1 67.5 65 65 65.4 69.9 68.6 65.4 66.4 66 65.1 65.2 69.1 67.4 68.4 65.9
8 7309 Maros 68.4 66.8 65.4 66.2 66.7 65.7 66.4 67.6 65.8 66.9 65.9 66.7 65.8 68.3 66.5 66.3 68.7 69.2 67.8 66 65.4 68.9 66
Pangkajene
67.6 65.5 65.3 65.8 66.4 67.1 67.6 68.5 68.9 65.8 65.2 67.3 69.2 67.3 67.1 67.9 69.9 67.5 65.2 67.6 66.8 66.5 67.5
9 7310 Kep.
10 7311 Barru 65.6 65.9 68.8 69.1 68.7 69 68.7 68.6 67.3 68.1 68.9 66.4 68.1 67.8 68.2 66 69.4 67.8 69.5 65.6 69.3 66.2 68.9
11 7312 Soppeng 65.7 67.6 65.5 68.2 66.8 65.4 65.4 67.2 66.9 66.2 68.3 66.8 69.8 66.3 65.8 69.2 67.4 68.6 66.5 66.5 66.4 66 65.5
12 7313 Wajo 65.5 66 67.2 66.9 68 69.2 66.2 65.8 65.5 69 69.2 68.9 67.4 69.5 67.5 65.8 67 67.6 68.7 65.3 69.6 65.3 67.6
Sidenreng
65.2 66.4 69.8 66.2 65.3 65.3 67.1 66.5 65.5 67 69.9 65.8 68.3 67.9 67.8 67.7 68.5 66 69 66.7 66.3 65.9 69
13 7314 Rappang
14 7315 Pinrang 65.6 69.4 69.5 68.8 67.5 66.1 68.9 65.6 66.6 65 68.6 66.9 67.8 67.2 68.7 66.1 68.8 65.7 67.2 68.1 67.7 65.2 70
15 7316 Enrekang 67.4 68.7 66.3 67.2 65.3 66.6 67.8 67.7 65.7 68.8 68.9 66.3 65.8 67.5 67 67.3 66.8 69.7 69 68.7 67.3 69.6 67.1
16 7317 Luwu 69.4 69.7 67.9 67.3 69 65.5 65.2 68 65.3 68.8 66.1 65.8 67 67.6 69.1 66.3 66.7 68.5 66.5 66.4 67.2 68.8 67.6
17 7318 Tana Toraja 66.3 69.5 65.7 66.3 66.4 66.2 65.4 69.1 67.8 68.2 69.3 65.8 65.5 69 69.3 67.3 66.7 69.9 67.5 68.6 68.1 69 69.2
18 7322 Luwu Utara 66.7 66.1 67.8 67.2 66 67.5 66.2 65.4 68.9 65.8 69.9 66.7 65.1 66.9 65.6 67.7 67.7 68.1 67.8 65.9 69.8 68.7 65.4
19 7324 Luwu Timur 66.4 69.6 68.5 65.7 66.3 65.4 67.5 68.7 66.7 68.3 66.4 67.8 66.4 65.7 67.4 69.9 65.5 68.6 69.8 66.5 65.9 65.2 66.9
20 7326 Toraja Utara 69.2 67.9 69.3 68.7 69.2 69.9 65.9 66.2 66.2 66.1 69.8 66 65.8 68.6 65.8 67.9 66.7 68 69.7 69.6 65.2 68.2 65.7
21 7340 Jeneponto 65.6 69.9 69.3 67.6 65.4 65.6 66.3 65 69.9 65.5 67.2 68.9 69.8 69.5 69.2 66.1 68.8 66.1 67.9 67.4 66 68.2 68.9
65 68 66.8 67.5 65.7 69.3 66.3 66.7 67.1 66.9 66.2 65.3 68.4 65.3 65.1 68.9 66.5 65.2 69.5 69.5 69.6 67.8 65.9
22 7371 Kota Makassar
68.4 68.5 66.9 67.2 65.2 66.5 68.6 65.4 69.5 68.7 69.7 68.8 68.9 66.1 65.8 67 68 67.4 69.9 65.7 66.8 66 69.6
23 7372 Kota Pare Pare
24 7373 Palopo 67 69.6 66.7 66.7 66.7 66.3 66.2 67.5 67.4 69.3 65.7 67.6 65 69.7 68.9 65.5 67.9 69.4 65.1 68.3 67.3 68 68.8
Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
Tabel 5. 14 Kecepatan Rata-rata Antar Zona Periode Pergerakan Sore-Malam (Km/jam)

7301

7302

7303

7305

7306

7307

7308

7309

7310

7311

7312

7313

7314

7315

7316

7317

7318

7322

7324

7326

7340

7371

7372

7373
ZONA CODE 73

Sidenreng Rappang
Kepulauan Selayar

Pangkajene Kep.

Kota Pare Pare


Kota Makassar
Toraja Utara
Luwu Timur
Tana Toraja
73

Luwu Utara
Bulukumba

Jeneponto
Bantaeng

Enrekang
Soppeng

Pinrang
Takalar

Palopo
Maros
Gowa

Barru

Luwu
Sinjai

Wajo
Bone
No KAB/KOTA
Kepulauan
69.9 72.3 73.1 72.6 73.1 70.9 73.4 70.4 69 70.6 70.4 70.9 71.3 72.9 72.5 72.8 70 73.5 70 70.8 69.8 72.4 69.3
1 7301 Selayar
2 7302 Bulukumba 69.2 72.8 73 71.3 70.3 71.2 72.5 73 73.1 72.5 70.1 69.5 73.7 72.2 71.4 69.7 73 73.7 71.2 71.3 72.4 72.8 69.4
3 7303 Bantaeng 70.8 69.5 69.1 72.6 70.8 69.3 69.2 72.5 73.2 71.4 71.8 72.2 70.1 71.7 69.3 72.6 72.1 69.1 69.7 72.4 70.8 71.9 71.3
4 7305 Takalar 72.5 73.3 70.9 71.5 71 73.2 73.3 70.5 71.3 70.3 73.1 73.4 71.1 73.7 69.5 69 73.5 69.6 70 72.4 74 70.6 70.4
5 7306 Gowa 71.8 70.2 73.3 72 72.4 71.1 73.4 72.8 73.3 70.9 72.6 73.2 69.3 69.7 70.2 71.4 72.1 72.2 70.7 73.2 71 69.1 72.7
6 7307 Sinjai 71.1 69.5 72.1 71.6 73.4 73.7 73.3 70.9 71 70.4 71 70.5 72.1 71.7 69.3 71.5 72.1 72.7 73.9 73.5 69.2 72.5 69.4
7 7308 Bone 73.5 72.7 73.3 71.4 70.7 71.8 71.5 73.9 73.6 72.1 69.8 70.5 73.1 71.5 72.4 69.3 70.7 70.4 71.2 71.5 72.7 69.7 69.6
8 7309 Maros 69.5 69.6 73.8 74 69.8 71.8 72.3 70.8 73 70.8 72.2 72.6 72.4 71.9 69.2 73.5 72.9 73.9 69.8 69.1 69.2 72.8 69.1
Pangkajene
70.4 69 73.2 72.2 73.9 69.9 69.8 72.7 71.2 73.3 70.1 71 70.7 74 71.8 69.5 70.2 69.8 70.1 73.1 71.4 72 69.8
9 7310 Kep.
10 7311 Barru 69.2 72.7 72.1 71.4 69.4 70.1 72.1 69.5 71.4 73.2 72.1 70.8 72.4 71.8 73.4 69.7 72.3 69.1 72.1 69.5 69.2 70.4 72.6
11 7312 Soppeng 73.8 73 71.3 71.9 72.8 71.9 71.2 71.5 70 71.8 73.5 70 73.2 72.2 69.1 73.4 72.6 73.9 71.6 71.3 73.6 72.4 71.5
12 7313 Wajo 72.6 69.8 71.4 73.9 72 73.9 70.3 69.4 73.4 72.6 70.5 72.2 71.3 72.4 69.3 72.2 71.2 69.4 73.5 69.6 70.1 73.5 72.4
Sidenreng
72.2 69.3 71.7 71.7 69.7 70 70.4 70.8 73.1 69.3 71.1 71.8 72.8 73.2 71.8 71 72.3 72.8 73.6 70.6 69.4 71 72.9
13 7314 Rappang
14 7315 Pinrang 72.9 70.5 69.8 69.1 69.3 70.7 73.4 71.3 72.9 70.5 69.1 72 73.5 73.7 70.1 69 70.6 69.4 72.5 71.7 73.2 73.2 72.3
15 7316 Enrekang 69.1 71.3 73.4 71 73.3 71.3 72.9 70.9 70.9 73.4 71.6 70.9 73 69.5 69.6 72.3 70.7 70.8 73.1 72.3 73.9 72.3 70
16 7317 Luwu 71.1 73 71.6 72.2 73.3 70.6 71.5 70.4 72.8 69.2 70.5 73.8 69.9 72.3 73.1 73.6 71.4 72.7 69.5 70.6 70 71.3 72.5
17 7318 Tana Toraja 69.2 72.6 69.2 72.3 70.5 69.2 72.4 73.8 69.2 72.8 71.2 70.3 71.6 70.4 72.7 70.6 69.2 69.9 71.6 69.4 70.5 72.8 70.7
18 7322 Luwu Utara 69.4 72.9 73 73.3 73.4 70.1 73.7 71.6 71.5 71.9 73.7 69.8 69 71.7 70.9 69.7 71.8 69.1 71 70.1 69.1 72.2 70.8
19 7324 Luwu Timur 69.3 70.5 73.5 70.7 72.9 70.4 73.5 73.4 70.2 70.3 71.8 73.8 69.8 73.1 70.2 73.1 73 72.8 70.8 72 71.2 70.4 70
20 7326 Toraja Utara 71.3 73.8 72.7 72.3 69.1 70.8 73.6 69.8 69.1 71.2 72.6 72.7 73.7 71.5 69.6 73.1 71.8 72 69.4 70.1 72.7 71.9 73.6
21 7340 Jeneponto 70.5 73.4 73 73.3 73.7 71.4 69.2 71.6 71.9 70.1 69.4 71.2 74 69.9 73.4 70.7 69.7 69.6 73.1 73.9 72 70.7 72.1
69 69.5 72.2 71.9 69 72.1 72.9 73.1 73.8 69.8 73.3 69.4 71.3 71.9 69.5 72.7 73.1 74 72.9 69.8 72.6 70.6 73.6
22 7371 Kota Makassar
73.5 71.9 69.9 72.1 72.5 71.5 70.2 69.4 71.3 70.5 69.1 70.4 69.6 73.9 71.1 71.4 72.8 72.7 72.5 69.1 71.2 72.9 71
23 7372 Kota Pare Pare
24 7373 Palopo 73.6 72.7 71.9 71.2 70.7 70.9 71.8 71.5 72.1 69.1 72.3 73.8 73.7 70.1 71.4 71.9 72 73.8 72.8 71.7 72.4 70.6 73.3
Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika

5. Kinerja Jaringan Jalan


Untuk mengevaluasi lalu lintas biasanya dilakukan dengan menganalisis kecepatan
rata-rata ruas jalan di Provinsi Sulawesi Selatan dan kepadatan. Aliran lalu lintas
tersusun dari bermacam kendaraan yang berbeda tipe, tahun pembuatan, ukuran serta
karakter pengemudi.
Berikut ini data yang diperoleh dari hasil survei yang disajikan dalam tabel
mengenai kecepatan rata-rata, total kendaraan dalam smp, Peek Hour Volume (PVH)
dan data Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) .

Tabel 5. 15 Total Kendaaraan, Peek Hour Volume (PHV), Kecepatan Rata-rata dan LHR
Kecepatan
Total Kendaraan PHV LHR
No RUAS Status Jalan rata-rata
(smp) (smp/jam) (smp/hari)
(Km/jam)

1 Bone - Camba Jalan Nasional 1584.3 367.7 69.1 3265.45


2 Camba - Bone Jalan Nasional 1928.1 321.3 68.3 2590.91
3 Sinjai - Bone Jalan Nasional 2226.3 399.2 69.0 3474.55
4 Bone - Sinjai Jalan Nasional 2152.2 426.5 69.5 3570.91
5 Sengkang - Bone Jalan Nasional 2818 512.9 68.9 4443.64
6 Bone - Sengkang Jalan Nasional 3673.1 1049.8 67.2 4670.91
7 Gowa - Malino Jalan Nasional 1491.1 277.8 67.8 2227.27
8 Malino - Gowa Jalan Nasional 1385.4 234.8 69.8 1975.45
9 Takalar - Gowa Jalan Nasional 5026.7 800.2 70.5 6613.64
10 Gowa - Takalar Jalan Nasional 5046.6 785 70.6 6351.82
11 Pare-Pare - Pinrang Jalan Nasional 4012.3 609 69.3 5141.82
12 Pinrang - Pare-Pare Jalan Nasional 4140 628.2 69.6 4394.55
13 Pare-Pare - Sidrap Jalan Nasional 3534.4 565.3 67.9 4710.91
14 Sidrap - Pare-Pare Jalan Nasional 4314.3 710.1 69.0 5790.00
15 Pare-Pare - Barru Jalan Nasional 3557.8 625.2 68.7 5279.09
16 Barru - Pare-Pare Jalan Nasional 3576 644.2 68.5 5790.00
17 Enrekang-Sidrap Jalan Nasional 806.5 146.6 69.1 1109.09
18 Sidrap - enrekang Jalan Nasional 646.7 124.9 69.8 1013.64
19 Wajo - Sidrap Jalan Nasional 2064.8 395.4 70.2 3293.64
20 Sidrap - Wajo Jalan Nasional 2192.8 383.1 69.5 3160.91
21 Pinrang - Sidrap Jalan Nasional 1662.4 293.9 69.1 2466.36
22 Sidrap - Pinrang Jalan Nasional 1540.2 333.7 70.0 2860.00
Makassar -
23 Sungguminasa Jalan Nasional 20876.2 4870 66.7 40558.18
Sungguminasa -
24 Makassar Jalan Nasional 17511.9 3465.5 69.3 28818.18

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi


Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan
Informatika
Kecepatan
Total Kendaraan PHV LHR
No RUAS Status Jalan rata-rata
(smp) (smp/jam) (smp/hari)
(Km/jam)

25 Maros - Makassar Jalan Nasional 18737 3461 67.3 20399.09


26 Makassar - Maros Jalan Nasional 14634.8 2679.5 69.2 22461.82
Bulukumba -
27 Bantaeng Jalan Nasional 1792.3 324.5 68.7 2708.18
Bantaeng -
28 Bulukumba Jalan Nasional 2241.6 404.2 68.4 3425.45
29 Bulukumba - Sinjai Jalan Nasional 889.7 212.1 67.8 1773.64
30 Sinjai - Bulukumba Jalan Nasional 890.8 156 67.4 455.45
Bulukumba -
31 Selayar Jalan Nasional 86.6 38.2 67.2 296.36
Selayar -
32 Bulukumba Jalan Nasional 100.2 62.7 68.8 455.45
33 Palopo-Toraja Jalan Nasional 530.7 106.2 68.9 831.82
34 Toraja - Palopo Jalan Nasional 602.1 98.3 69.6 740.91
Luwu Utara -
35 Palopo Jalan Nasional 1965.9 311.4 68.1 2571.82
Palopo - Luwu
36 Utara Jalan Nasional 1850.8 277.4 70.2 2252.73
37 Luwu - Palopo Jalan Nasional 4387.8 668.4 68.5 5586.36
38 Palopo - Luwu Jalan Nasional 5020.7 820.8 68.9 6621.82
Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016

Berdasarkan Tabel 5.15, kecepatan rata-rata tertinggi terdapat pada rute Gowa-
Takalar dengan kecepatan sebesar 70,6 km/jam sedangkan yang terendah terdapat pada
rute Makassar-Sungguminasa dengan kecepatan sebesar 66,7 km/jam. Kecepatan
tertinggi pada rute Gowa-Takalar dipengaruhi oleh jarak antara dua zona tersebut yang
cukup dekat dan tingkat kepadatan kendaraan yang masih rendah di ruas jalan tersebut.
Sedangkan kecepatan yang rendah pada ruas Makassar-Sungguminasa dipengaruhi oleh
tingkat kepadatan kendaraan yang cukup tinggi di ruas tersebut meskipun jarak antara
dua zona Makassar dan Sungguminasa yang berdekatan. Untuk lalu lintas harian rata-
rata paling tinggi terdapat pada ruas jalan Makassar-Sungguminasa dan arah sebaliknya
ruas jalan Sungguminasa-Makassar dimana masing- masing sebesar 40.558,18 smp/hari
dan 28.818,18 smp/hari. Nilai yang tinggi tersebut dipengaruhi oleh tingginya aktivitas
pergerakan menuju dan keluar dari Kota Makassar ke daerah di sekitarnya.

Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi

Anda mungkin juga menyukai