BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transportasi merupakan kebutuhan turunan dari kegiatan ekonomi, sehingga
pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah tercermin pada peningkatan intensitas
tranportasinya. Disamping transportasi memiliki peran yang sangat strategis terhadap
aspek ekonomi juga memiliki peran yang sangat penting terhadap aspek lainnya: sosial,
guna lahan atau kewilayahan, politik, keamanan, dan budaya (Kodoatie, 2003).
Kebutuhan transportasi antar wilayah kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
Selatan terkait erat dengan pergerakan penduduk dan pertumbuhan ekonomi serta
keberadaan kawasan strategis dan potensial. Kebutuhan angkutan bahan pokok dan
komoditas harus dapat dipenuhi oleh sistem transportasi yang membutuhkan suatu
moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda transportasi tersebut
dapat bergerak. Prasarana transportasi yang diperlukan tersebut biasa dikenal dengan
sistem jaringan meliputi jaringan jalan raya, terminal bus, bandara, dan pelabuhan
sungai/laut.
Bertambahnya pemilik kendaraan yang menggunakan fasilitas jalan raya tentu
saja akan mengakibatkan kepadatan arus lalulintas, pada akhirnya dapat mengakibatkan
ramainya arus lalulintas. Permasalahan yang sering timbul juga dapat disebabkan oleh
terganggunya pengguna jalan. Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang
sangat diperlukan. karena tanpa adanya jalan, maka akan sulit bagi masyarakat untuk
beraktifitas, sehingga kebutuhan jalan yang dirasakan sangat perlu apalagi dengan
semakin meningkatnya arus lalu lintas sekarang ini. Lalu lintas timbul karena adanya
aktifitas dalam masyarakat. Makin meningkatnya kegiatan yang ada, makin banyak pula
lalu lintas yang ditimbulkan. Agar lalu lintas tersebut dapat bergerak dengan lancar,
aman dan nyaman maka diperlukan prasarana yang memadai.
Sulawesi Selatan sebagai daerah yang sedang berkembang yang mana
perkembangannya tidak akan terlepas dari masalah transportasi, karena transportasi
sangat berperan penting dalam perkembangan daerah itu sendiri. Permasalahan yang
terjadi bukan saja disebabkan oleh sistem prasarana
transportasi yang ada, tetapi sudah ditambah lagi dengan permasalahan lainnya, yaitu
pertumbuhan penduduk, pendapatan rendah, urbanisasi yang sangat cepat, terbatasnya
sumber daya khususnya dana, dan kualitas sumber daya manusia yang rendah membuat
permasalahan transportasi menjadi semakin parah.
Dalam upaya peningkatan pelayanan jalan perlu diketahui tentang kelayakannya
untuk dapat memenuhi kebutuhan lalu lintas sekarang maupun yang akan datang. Untuk
itu perlu dilakukan analisa lalu lintas harian rata•rata (LHR) pada ruas jalan Provindi
Sulawesi Selatan. Dalam rangka perencanaan dan perancangan yang berkaitan dengan
lalu lintas, informasi mengenai Lalu Lintas Harian Rata•rata (LHR) mutlak diperlukan,
oleh sebab itu diadakan prediksi lalu lintas harian rata•rata. Lalu lintas harian rata•rata
atau Average DailyTraffic (ADT) tidak pernah diketahui secara pasti karena arus lalu
lintas berorientasi dari waktu ke waktu. Variasi itu berbeda setiap jam, harian,
mingguan, bulanan, bahkan tahunan. Variasi lalu lintas ini membentuk suatu pola arus
lalu lintas yang biasanya relatif tetap dari waktu ke waktu.
Timbulnya masalah yang berhubungan dengan lalu lintas seperti kerusakan
badan jalan, sebagai akibat dari meningkatnya akan kebutuhan transportasi sebagai alat
pembangunan di Perawang khususnya di ruas Jalan Raya Perawang yang merupakan
jalan lintas antar daerah. Karena sering terjadinya perubahan pola arus lalu lintas yang
signifikasi dari waktu kewaktu karena pertumbuhan penduduk yang begitu pesat, diikuti
dengan perlunya kendaraan sebagai alat transportasi, sangat berdampak pada
perkembangan model lalu lintas harian rata• rata, sehingga terjadi tingkat kemacetan
yang sangat tinggi pada jam•jam tertentu akibat perkembangan lalu lintas harian
rata•rata tersebut. Oleh karena itu diperlukan penanganan serta kajian yang baik demi
tercapainya lalu lintas yang aman, nyaman, dan lancar sesuai dengan tuntutan
masyarakat pengguna jalan.
1. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini meliputi:
a. Untuk menentukan persentase lalu lintas harian rata•rata pada masing• masing
golongan kendaraan di ruas jalan tersebut.
b. Untuk menentukan prediksi lalu lintas harian rata•rata (LHR) dengan
efisiensi waktu penelitian.
2. Manfaat
Manfaat Kegiatan Survei Lalu Lintas Harian Rata-rata adalah sebagai data dasar
untuk melakukan perencanaan yang berkaitan dengan pengembangan jalan di Provinsi
Sulawesi Selatan:
a. Meng-update data perkembangan volume arus lalu lintas yang terjadi pada
suatu ruas jalan.
b. Mengetahui dampak dari berkembangnya suatu daerah yang
berpengaruh langsung pada meningkatnya lalu lintas harian rata•rata.
c. Diharapkan dari kegiatan survei ini dapat dijadikan sebagai data acuan untuk
penelitian maupun perencanan di kemudian hari.
C. Landasan Hukum
1) KM. 49 Tahun 2005 Tentang Sistem Transportasi Nasional dan Undang- Undang
Transportasi.
2) Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan Dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.
3) Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Sistem
Transportasi Nasional Pada Tataran Transportasi Wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan.
4) Undang-Undanga Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari laporan pendahuluan ini disusun sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bagian ini merupakan pendahuluan dari Laporan Pendahuluan Kegiatan Survei Lalu
Lintas Harian Rata-rata Provinsi Sulawesi Selatan. Bab ini berisi latar belakang, tujuan,
dan manfaat, landasan hukum, ruang lingkup kegiatan, dan sistematika penulisan
laporan.
Karakteristik Geometrik
Tipe potongan melintang jalan ditentukan oleh
Tipe Jalan jumlah lajur dan arah pada suatu segmen jalan,
sebagai contoh:- 2 lajur 2 arah tak terbagi (2/2 UD).
WC Lebar Jalur Lebar dari jalur jalan yang dilewati, tidak termasuk
bahu. Lalu-lintas.
Lebar bahu (in) di samping jalur lalu-lintas,
WS Lebar Bahu direncanakan sebagai ruang untuk kendaraan yang
sekali-sekali berhenti, pejalan kaki dan kendaraan
lambat.
M Median Daerah yang memisahkan arah lalu-lintas pada
suatu segmen jalan.
Kondisi Lingkungan
Pengembangan lahan di samping jalan. Untuk tujuan
perhitungan, guna lahan dinyatakan dalam persentase
LU Guna Lahan
dari segmen jalan dengan
pengembangan tetap dalam bentuk bangunan
(terhadap panjang total).
Lahan niaga (sbg. contoh : toko, restoran, kantor)
COM Komersial
dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki dan
kendaraan.
RES Permukiman Lahan tempat tinggal dengan jalan masuk langsung
bagi pejalan kaki dan kendaraan.
CS Ukuran Kota Jumlah penduduk dalam suatu daerah perkotaan.
1. Volume (Q)
Pentingnya dilakukan pengukuran volume kendaraan adalah untuk
menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan yang melewati ruas jalan tertentu
dalam satuan waktu, sehingga dapat dihitung lalu lintas harian rata-rata sebagai dasar
perencanaan jalan dan jembatan.
Perhitungan volume lalu-lintas yakni dengan mengalikan jumlah setiap jenis
kendaraan kedalam konversi satuan mobil penumpang (smp). Selanjutnya besar
volume lalu-lintas dalam satuan mobil penumpang dikelompokkan dalam kelompok
jumlah total dari seluruh kendaraan dan kelompok jumlah total kendaraan bermotor.
Besar nilai volume lalulintas ini sebagai satu variabel dalam analisa studi hubungan
volume kecepatan dari masing-masing model pendekatan yang akan dibahas.
Tipe informasi volume Lalu lintas pun dibedakan menjadi beberapa golongan
diantaranya:
a. Annual Total Traffic Volume digunakan untuk:
Mengukur dan menetapkan arah kenaikan volume lalu lintas.
Menentukan perjalanan tahunan untuk pembiayaan.
Menghitung nilai kecelakaan.
Menaksir pendapatan dari pemakai jalan.
b. AADT/ADT (Average anual daily traffic/Annual Daily traffic) digunakan
untuk:
Aktifitas perjalanan jalan raya seperti penentuan jalan menerus,nrute jalan
terbaik, dan lain-lain.
c. Peak Hour Volume digunakan untuk:
Perancangan geometrik untuk lebar jalur, persimpangan, dan lain- lain.
Menentukan efisiensi kapasitas.
Penempatan alat pengatur lalu lintas seperti rambu, marka, lampu, dan lain-
lain.
Klasifikasi jalan raya.
Satuan volume lalu–lintas yang umum digunakan adalah volume lalu – lintas harian
rata – rata. Lalu – lintas harian rata – rata adalah volume lalu–lintas rata
– rata dalam satu hari. Dari cara memperoleh data dikenal dua jenis lalu–lintas harian
rata – rata yaitu Lalu–lintas Harian Rata – rata Tahunan (LHRT) dan Lalu–lintas Harian
Rata – rata (LHR).
LHRT adalah Jumlah lalu–lintas kendaraan rata – rata yang melewati satu jalur jalan
selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahun penuh (Silvia Sukirman, 1994).
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑙𝑢−𝑙i𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
LHRT = 365
LHRT dinyatakan dalam smp/hari/dua arah atau kendaraan/hari/dua arah untuk jalan
dua jalur dua arah. Smp/hari/satu arah atau kendaraan/hari/satu arah untuk jalan berlajur
banyak dengan median.
LHR adalah hasil bagi jumlah kendaraan yang diperoleh selama pengamatan
dengan lamanya pengamatan. (Silvia Sukirman, 1994).
Rumus yang digunakan dalam menghitung Volume Lalu lintas adalah sebagai
berikut :
𝑁
Q =
𝑇
Keterangan:
Q = Volume kendaraan (kendaraan/jam)
N = Jumlah kendaraan yang lewat (kendaraan) T =
Waktu atau periode pengamatan (jam)
Tabel 2. 2 Ekivalensi Kendaraan Penumpang (emp) untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi
emp
Tipe Jalan: Arus Lalu Lintas
MC
Jalan Tak Total Dua Arah
HV Lebar Jalur Lalu Lintas Wc (m)
Terbagi (Kend/Jam)
≤6 >6
Dua Lajur Tak 0 1,3 0,5 0,4
Terbagi (2/2 UD) > 1800 1,2 0,35 0,25
Empat Lajur Tak 0 1,3 0,4
Terbagi (4/2 UD) > 3700 1,2 0,25
Sumber: MKJI, 1997
Tabel 2. 3 Ekivalensi Kendaraan Penumpang (emp) untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan
Satu Arah
Tipe Jalan: Jalan Satu Arah Arus Lalu Lintas per emp
dan Jalan Terbagi Lajur (Kend/Jam) HV MC
Dua lajur satu arah (2/1) dan 0 1,3 0,4
Empat lajur terbagi (4/2 D) > 1050 1,2 0,25
Tiga lajur satu arah (3/1) dan 0 1,3 0,4
Enam lajur terbagi (6/2 D) > 1100 1,2 0,25
Sumber: MKJI, 1997
Yang kedua adalah kecepatan ruang rata-rata (space mean speed) atau kecepatan
perjalanan (travel speed) yang mencakup waktu perjalanan dan hambatan. Kecepatan
ruang rata-rata dihitung berdasarkan jarak perjalanan dibagi waktu perjalanan pada jalan
tertentu. Kecepatan ini dapat ditentukan melalui pengukuran waktu perjalanan dan
hambatan.
Berbagai macam jenis kecepatan yaitu:
a. Kecepatan titik (Spot Speed) adalah kecepatan sesaat kendaraan pada titik/lokasi
jalan tertentu.
3,60 𝐷
V =
𝑇
Dengan:
V = Kecepatan sesaat (Km/jam) D
= Panjang segmen (meter)
T = Waktu yang diperlukan kendaraan melewati segmen (detik)
b. Kecepatan rata-rata ruang (Space Mean Speed) adalah kecepatan rata- rata
kendaraan di sepanjang jalan yang diamati.
3,6 𝑛𝑑
Us = i
∑𝑛=1 𝑡i
Dengan:
Us = Kecepatan rata – rata ruang (km/jam).
t = Waktu perjalanan (detik)
d = Jarak (meter)
n = Banyaknya kendaraan yang diamati
c. Kecepatan rata-rata waktu (Time Mean Speed) adalah kecepatan rata- rata yang
menggambarkan kecepatan rata-rata dari seluruh kendaraan yang melewati satu
titik pengamatan pada waktu tertentu.
∑i 𝑈i
Ut = 𝑛=1
𝑛
Dengan:
Ut = Kecepatan rata – rata waktu (km/jam) U
= Kecepatan kendaraan (km/jam)
n = Jumlah kendaraan
Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk lebar jalur lalu lintas berdasarkan lebar
jalur lalu lintas efektif dan kelas hambatan samping dapat dilihat pada Tabel 2.5
Lebar lalu lintas efektif diartikan sebagai lebar jalur tempat gerakan lalu lintas
setelah dikurangi oleh lebar jalur
akibat hambatan samping. Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas akibat lebar
jalan (FVw) dipengaruhi oleh kelas jarak pandang dan lebar jalur efektif.
Tabel 2. 5 Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas untuk Lebar Jalur Lalu-lintas (FVw)
Nilai faktor penyesuaian untuk pengaruh ukuran kota pada kecepatan arus
bebas kendaraan (FFVCS) dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2. 8 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas untuk Ukuran Kota (FFVCS)
3. Kapasitas (C)
Kapasitas merupakan salah satu ukuran kinerja lalu lintas pada saat arus lalu lintas
maksimum dapat dipertahankan (tetap) pada suatu bagian jalan pada kondisi tertentu.
Kapasitas jalan akan seiring menurun apabila ruas jalan tersebut bertemu
persimpangan, hal ini sangat berbeda bila jalan tesebut tanpa dipengaruhi
persimpangan.
Menurut MKJI 1997, Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu
titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan
dua lajur dua arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi dua arah), tetapi
untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan per arah dan kapasitas di tentukan per
lajur. Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut:
C = CO x FCW x FCSP x FCSF x FCCs
Dengan :
C = Kapasitas (smp/jam)
CO = Kapasitas dasar (smp/jam) FCW =
Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaian pemisah arah (hanya untuk jalan tak terbagi) FCSF =
Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan
FCCs = Faktor penyesuaian ukuran kota
Kapasitas dasar (C0) kapasitas segmen jalan pada kondisi geometri, ditentukan berdasarkan tipe
jalan sesuai dengan Tabel 2.9.
Faktor penyesuaian lebar jalan ditentukan berdasarkan lebar jalan efektif yang dapat
dilihat pada Tabel 2.10.
Faktor penyesuaian pembagian arah jalan didasarkan pada kondisi dan distribusi arus
lalu lintas dari kedua arah jalan atau untuk tipe jalan tanpa pembatas median.
Untuk jalan satu arah atau jalan dengan median faktor koreksi pembagian arah jalan
adalah 1,0. Faktor penyesuaian pemisah jalan dapat dilihat pada Tabel 2.11.
Faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping untuk ruas jalan berdasarkan
lebar bahu efektif dapat dilihat pada Tabel.2.12.
Tabel 2. 12 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping dengan Lebar Bahu
(FCSF)
Faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping untuk ruas jalan berdasarkan
jarak kerb dengan penghalang trotoar dapat dilihat pada Tabel 2.13.
Faktor penyesuaian ukuran kota didasarkan pada jumlah penduduk, faktor penyesuaian
ukuran kota dapat dilihat pada Tabel 2.14.
Gambar 2. 1 Kecepatan sebagai fungsi dari DS untuk jalan banyak-lajur dan satu arah
C. Kendaraan Rencana
Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya dipakai
sebagai acuan dalam perencanaan geometrik. Kendaraan rencana dikelompokkan dalam
beberapa kategori yaitu :
a. Kendaraan Ringan/Kecil (LV)
Kendaraan ringan / kecil adalah kendaraan bermotor ber as dua dengan
empat roda dan dengan jarak as 2,0 m – 3,0 m (meliputi : mobil penumpang, oplet,
mikrobus, pick up dan truk kecil sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
b. Kendaraan Sedang (MHV)
Kendaraan bermotor dengan dua gandar, dengan jarak 3,5 m - 5,0 m (termasuk bus
kecil, truk dua as dengan enam roda, sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
c. Kendaraan Berat/Besar (LB-LT)
Bus Besar (LB)
Bus dengan dua atau tiga gandar dengan jarak as 5,0-6,0 m.
Truk Besar (LT)
Truk tiga gandar dan truck kombinasi tiga, jarak gandar (gandar pertama ke dua)
< 3,5 m (sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
d. Sepeda Motor (MC)
Kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda (meliputi : sepeda motor dan kendaraan
roda 3 sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
e. Kendaraan Tak Bermotor
Kendaraan dengan roda yang digerakan oleh orang atau hewan (meliputi : sepeda,
becak, kereta kuda, dan kereta dorong sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
Kendaraan tak bermotor tidak dianggap sebagai bagian dari arus lalu lintas tetapi
sebagai unsur hambatan samping. Dimensi dasar untuk masing-masing kendaraan
rencana ditunjukan dalam tabel 2.15.
smp/hari.
a. Satuan Mobil Penumpang (SMP)
Satuan arus lalu lintas, dimana arus dari berbagai tipe kendaraan telah diubah
menjadi kendaraan ringan (termasuk mobil penumpang) dengan menggunakan smp.
b. Ekivalen Mobil Penumpang (emp)
Faktor konversi berbagai jenis kendaraan dibandingkan dengan mobil penumpang
atau kendaraan ringan lainnya sehubungan dengan dampaknya pada perilaku lalu-
lintas (untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan lainnya, emp = 1,0).
F. Tipe Jalan
Tipe jalan menentukan jumlah lajur dan arah pada suatu segmen jalan, untuk
jalanjalan luar kota sebagai berikut:
a. 2 lajur 1 arah (2 / 1)
b. 2 lajur 2 arah tak terbagi (2 / 2 TB)
c. 4 lajur 2 arah tak terbagi (4 / 2 TB)
d. 4 lajur 2 arah terbagi (4 / 2 B)
e. 6 lajur 2 arah terbagi (6 / 2 B)
Keterangan : TB = Tidak Terbagi, B = Terbagi
ANALISIS DATA
Dalam segala aspek perencanaan transportasi, baik rekayasa lalu lintas maupun
manajemen lalu lintas, suatu hal yang esensial adalah survei lalu lintas. Hal ini
disebabkan karena analisis yang dilakukan, baik akurasi maupun kedalamannya, selalu
bergantung pada ketersediaan data. Data lapangan dibutuhkan untuk merepresentasikan
keadaan nyata yang ada di lapangan, untuk menunjukkan kecendrungan masa yang akan
datang dan melakukan kajian terhadap kehandalan penanganan yang akan dilakukan.
Untuk mengumpulkan data yang dimaksud perlu dilakukan studi maupun survei yang
diarahkan untuk memenuhi satu tujuan tertentu.
A. Metode Survei
b. Data Kuantitatif
Data-data yang berupa angka. Semua data yang diperlukan dalam perhitungan
merupakan data kuantitatif (volume kendaraan, kecepatan kendaraan, geometri
ruas-ruas jalan Provinsi Sulawesi Selatan).
b. Counter
Gambar 3. 2 Counter
c. Meteran Ukur
4. Pembagian
Data
Data yang diperlukan yaitu kecepatan, volume dan geometri jalan Kertajaya Indah.
Ada pembagian data mengenai kecepatan dan volume kendaraan, yaitu:
a. MC (Motorcycle), yaitu kendaraan bermotor roda dua.
b. LV (Light Vehicle), yaitu kendaraan bermotor roda empat (mobil, mobil box,
angkot/bemo).
c. HV (Heavy Vehicle), yaitu kendaraan bermotor roda empat atau lebih dengan as
ganda (bus besar, truk tronton, trailer, truk mollen, truk derek, dan sebagainya)
B. Metode Analisis
Sebagai metode dan prosedur perhitungan yang digunakan yakni mengacu pada
MKJI 1997 yang dianggap paling aplikatif dan sesuai untuk digunakan di Indonesia.
Di dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, dijelaskan prosedur yang dapat
digunakan dalam menghitung parameter – parameter yang dibutuhkan dari data-data
yang didapatkan baik itu data primer maupun sekunder. Pengambilan data dan hitungan
yang akurat sangatlah penting karena hal ini akan mempengaruhi perencanaan lalu
lintas yang baik. Ada banyak parameter yang dibutuhkan, untuk survey kali ini,
parameter yang digunakan adalah volume.
3. Classified Volume
Classified Volume (tipe, berat, dimensi dan jumlah as kendaraan) digunakan
untuk:
Perancangan tempat berbalik arah, kebebasan jalan, dan kelandaian.
Perancangan struktur perkerasan jalan dan jembatan.
LHRT dinyatakan dalam smp / hari / dua arah atau kendaraan / hari / dua arah untuk
jalan dua jalur dua arah. Smp / hari / satu arah atau kendaraan / hari
/ satu arah untuk jalan berlajur banyak dengan median. LHR adalah hasil bagi jumlah
kendaraan yang diperoleh selama pengamatan dengan lamanya pengamatan. (Silvia
Sukirman, 1994).
Rumus yang digunakan dalam menghitung Volume Lalu lintas adalah sebagai
berikut :
𝑁
Q =
𝑇
Keterangan:
Q = Volume kendaraan (kendaraan/jam)
N = Jumlah kendaraan yang lewat (kendaraan) T =
Waktu atau periode pengamatan (jam)
Tabel 3. 1 Ekivalensi Kendaraan Penumpang (emp) untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi
Tabel 3. 2 Ekivalensi Kendaraan Penumpang (emp) untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan
Satu Arah
Tipe Jalan: Jalan Satu Arah Arus Lalu Lintas per emp
dan Jalan Terbagi Lajur (Kend/Jam) HV MC
Dua lajur satu arah (2/1) dan 0 1,3 0,4
Empat lajur terbagi (4/2 D) > 1050 1,2 0,25
Tiga lajur satu arah (3/1) dan 0 1,3 0,4
Enam lajur terbagi (6/2 D) > 1100 1,2 0,25
Sumber: MKJI, 1997
1. Kondisi Geografis
Sulawesi Selatan terletak antara 0⁰12’ - 8⁰ Lintang Selatan dan 116⁰48’ - 122⁰36’
Bujur Timur. Geografi wilayah mencakup pesisir dan pulau, daratan rendah dan daratan
tinggi, dengan 67 aliran sungai dan tiga danau. Terdapat gunung Bawakaraeng di
selatan, serata gunung Lompobattang dan Rante Mario di Utara, pada bagian tengah
membentuk bukit karst sepanjang Maros dan Pangkep, dengan klimatologi yang
terbedakan antara musim pada pantai Barat dan Timur.
2. Topografi
Wilayah Sulawesi Selatan membentang mulai dari daratan rendah hingga daratan
tinggi. Kondisi kemiringan tanah 0% sampai 3% merupakan tanah yang relatif datar,
3% sampai 8% merupakan tanah relatif bergelombang, 8% sampai 45% merupakan
tanah yang kemiringannya agak curam, lebih dari 45% tanahnya curam dan bergunung.
Wilayah daratan terluas berada pada 100 hingga 1000 meter DPL.
3. Geologi
Daerah Sulawesi Selatan termasuk ke dalam provinsi Busur Volkanik Tersier
Sulawesi Barat, yang memanjang dari Lengan Selatan sampai ke Lengan Utara. Secara
umum, busur ini tersusun oleh batuan-batuan Plutonik- Volkanik berumur Paleogen-
Kuarter serta batu-batuan metamorf dan sedimen berumur Tersier. Geologi Sulawesi
Selatan bagian timur dan barat sangat berbeda, di mana kebudayaan dipisahkan oleh
Depresi Walanae yang berasal UUB-SST.
Secara stuktural, Sulawesi Selatan terpisah dari anggota Busur Barat Sulawesi
lainnya oleh suatu depresi berarah UB-ST yang melintas disepanjang Danau Tempe
(van Leeuwen, 1981). Struktur geologi batuan di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki
karatkteristik geologi yang dicirikan oleh adanya berbagai jenis satuan batuan yang
bervariasi. Struktur dan formasi geologi wilayah provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari
volkan tersier, sebaran formasi
volkan tersier ini relative luas mulai dari Cenrana sampai perbatasan Mamuju, daerah
pegunungan salapati (Quarles) sampai pegunungan Molegraf, pegungan Perombengan
sampai Palopo, dari Makale sampai utara Enrekang, disekitar Sungai Mamasa, Sinjai
sampai Tanjung Pattiro, di daerah pegunungan sebelah barat dan timur Ujung Lamuru
sampai Bukit Matinggi. Batuan volkan kwarter, Formasi batuan ini ditemukan di sekitar
Limbong (Luwu Utara), sekitar Gunung Karua (Tana Toraja) dan di Gunung
Lompobatang (Gowa).
4. Hidrologi
Jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Selatan tercatat sekitar 67 aliran
sungai, dengan jumlah aliran terbesar di Kabupaten Luwu, yakni 25 aliran sungai.
Sungai terpanjang tercatat ada satu sungai yakni Sungai Saddang yang mengalir
meliputi Kabupaten Tana Toraja, Enrekang, dan Pinrang. Panjang sungai tersebut
masing-masing 150 km. Di Sulawesi Selatan terdapat empat danau yakni Danau Tempe
dan Sidenreng yang berada di Kabupaten Wajo, serta Danau Matana dan Towuti yang
berlokasi di Kabupaten Luwu Timur.
5. Klimatologi
Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya sama dengan daerah lain yang ada di
Indonesia, mempunyai dua musim yaitu musim kemarau yang terjadi pada bulan Juni
sampai September dan musim penghujan yang terjadi pada bulan Desember sampai
dengan Maret. Berdasarkan pengamatan digital Stasiun Klimatologi (Maros,
Hasanuddin, dan Maritim Paotere) selama Tahun 15 rata-rata suhu udara 27,33 ˚ C di
Maros dan sekitarnya. Suhu udara rata-rata di stasiun klimatologi Hasanuddin 27,40˚ C
dan di Maritim Poetere 27,83˚ C.
Berdasarkan klasifikasi tipe iklim menurut Oldeman, Provinsi Sulawesi Selatan
memiliki 5 jenis iklim, yaitu tipe iklim A termasuk kategori iklim yang sangat basah
dimana curah hujan rata-rata 3500 – 4000 mm/Tahun. Wilayah yang termasuk kedalam
tipe ini adalah kabupaten Enrekang, Luwu Utara, dan Luwu Timur. Tipe iklim B,
termasuk iklim basah dimana curah hujan rata-rata 3000 – 3500 mm/Tahun. Wilayah
tipe ini terbagi 2 tipe yaitu (B1) meliputi Kabupaten Tana Toraja, Luwu Utara, Luwu
Timur. Tipe B2 meliputi Gowa,
Bulukumba, dan Bantaeng. Tipe iklim C termasuk iklim agak basah dimana curah hujan
rata-rata 2500 – 3000 mm/Tahun. Tipe iklim C terbagi 3 yaitu iklim tipe C1 meliputi
Kabupaten Wajo, Luwu, dan Tana Toraja. Iklim C2 meliputi Kabupaten Bulukumba,
Banteng, Barru, Pangkep, Enrekang, Maros, dan Jeneponto. Sedangkan tipe iklim C3
terdiri dari Makassar, Bulukumba, Jeneponto, Pangkep, Barru, Maros, Sinjai, Gowa,
Enrekang, Tana Toraja, Parepare, dan Selayar. Tipe Iklim D dengan curah hujan rata-
rata 2000 – 2500 mm/Tahun. Tipe iklim ini terbagi 3 yaitu wilayah yang masuk
kedalam iklim D1 meliputi kabupaten Wajo, Bone, Soppeng, Luwu, Tana Toraja, dan
Enrekang. Wilayah yang termasuk iklim D2 terdiri dari kabupaten Wajo, Bone,
Soppeng, Sinjai, Luwu, Enrekang, dan Maros. Wilayah yang termasuk iklim D3
meliputi Kabupaten Bulukumba, Gowa Pangkep, Jeneponto, Takalar, Sinjai, dan Kota
Makassar. Tipe iklim E dengan Curah hujan rata-rata antara 1500 – 2000 mm/Tahun
dimana tipe iklim ini disebabkan sebagai tipe iklim kering. Tipe iklim E1 terdapat di
Kabupaten Maros, Bone, dan Enrekang. Tipe iklim E2 terdapat di Kabupaten Maros,
Bantaeng, dan Selayar.
6. Penggunaan Lahan
Penggunaan kawasan hutan lindung pada Tahun 2015 memiliki total luas sebesar
1.213.864,99 Ha, dimana hutan lindung terluas terdapat di Kabupaten Luwu Utara yang
mencapai 362.214,91 Ha. Kabupaten lain yang memiliki hutan lindung yang relatif luas
adalah Kabupaten Luwu Timur dengan luas 240.775,89 Ha, dan Kabupaten Tana Toraja
seluas 92.825,72 Ha, serta Kabupaten Luwu seluas 85.371,63 Ha. Sedangkan untuk
hutan lindung dengan luas paling kecil terdapat pada Kabupaten 7,7 Ha.
Untuk hutan produksi Provinsi Sulawesi Selatan pada Tahun 2015 memiliki total
luas sebesar 2.527.753,02 Ha yang terdiri dari hutan produksi seluas 481.346,07 Ha dan
hutan produksi terbatas seluas 481.346,07 Ha. Kabupaten dengan hutan produksi terluas
terdapat pada Kabupaten Luwu utara dengan luas 525.552,69 Ha dan Kabupaten Luwu
Timur seluas 506.900,73 Ha. Sedangkan hutan produksi terkecil terdapat pada
Kabupaten Bantaeng dengan luas 5.792,32 ha.
Luas areal Perkebunan Sulawesi Selatan Pada tahun 2014 dengan total luas sebesar
825.727 Ha yang meliputi tanaman perkebunan Karet, Kelapa, Kakao, dan Kopi
Robusta. Luas areal tanaman perkebunan karet pada Tahun 2015 sebesar 2.305 Ha
dengan Kabupaten Bulukumba memiliki luas yang paling besar yakni 2.183 Ha. Untuk
tanaman kelapa memiliki luas 72.691 Ha dimana Kabupaten Kepulauan Selayar
memiliki luas areal tanaman kelapa yang paling besar yakni 24.930 Ha. Luas areal
tanaman perkebunan kakao Sulawesi Selatan memiliki total luas 143.237 Ha dimana
Kabupaten Luwu memiliki luas yang paling besar yakni 27.159 Ha. Sedangkan untuk
tanaman perkebunan kopi robusta memiliki total luas areal sebesar 9.564 Ha dengan
Kabupaten Pinrang memiliki luas areal yang paling besar yaitu seluas 2.356 Ha.
1. Kependudukan
Kependudukan sangat mempengaruhi besarnya kebutuhan transportasi suatu
wilayah. Makin besar penduduk dan makin tinggi tingkat pendapatannya, umumnya
memiliki tingkat pergerakan yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya.
Penduduk Sulawesi Selatan Tahun 2015 berjumlah 8.520.304 jiwa yang tersebar di
24 Kabupaten dan Kota (Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka Tahun 2016). Jumlah
penduduk Per Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Selatan tersebut dapat dilihat
dari Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4. 2 Jumlah penduduk Per Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015
Laju Pertumbuhan
Jumlah Penduduk
No Kabupaten/ Kota Penduduk (%)
2014 2015 2014-2015
1 Kepulauan Selayar 128.744 130.199 1,13
2 Bulukumba 407.775 410.485 0,66
3 Bantaeng 182.283 183.386 0,61
4 Jeneponto 353.287 355.599 0,65
5 Takalar 283.762 286.906 1,11
6 Gowa 709.386 722.702 1,88
7 Sinjai 236.497 238.099 0,68
8 Maros 335.596 339.300 1,10
9 Pangkep 320.293 323.597 1,03
10 Barru 170.316 171.217 0,53
11 Bone 738.515 742.912 0,60
12 Soppeng 225.709 226.116 0,18
13 Wajo 391.980 393.218 0,32
14 Sidrap 286.610 289.787 1,11
15 Pinrang 364.087 366.789 0,74
16 Enrekang 198.194 199.998 0,91
17 Luwu 347.096 350.218 0,90
18 Tana Toraja 227.588 228.984 0,61
19 Luwu Utara 299.989 302.687 0,90
20 Luwu Timur 269.405 275.595 2,30
21 Toraja Utara 224.003 255.516 0,68
22 Makassar 1.429.242 1.449.401 1,41
23 Pare Pare 136.903 138.699 1,31
24 Palopo 164.903 168.894 2,42
Sulawesi Selatan 8.432.163 8.520.304 1,05
Sumber: Sulawesi Selatan Dalam Angka Tahun 2016
2. Perekonomian
Provinsi Sulawesi Selatan memiliki keunggulan daerah berupa sumber daya alam
pada sektor Pertanian Tanaman Pangan dan sangat potensial untuk dikembangkan.
Potensi unggulan daerah tersebut merupakan yang terbesar di Kawasan Timur
Indonesia, dan juga meraih predikat sebagai lumbung pangan nasional. Komoditas
tanaman pangan andalan yang lain adalah jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar dan
kacang-kacangan. Hal ini didasari oleh kebijakan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
dengan tetap meningkatkan ketahanan pangan yang berdasar pada ketersediaan pangan,
distribusi pangan dan konsumsi pangan.
Pencapaian produksi tiga komoditas tanaman pangan paling besar Tahun 2015 yaitu
padi sawah sebesar 5.292.152 ton, jagung mencapai 1.528.414 ton dan ubi kayu sebesar
565.958 ton.
Sektor perkebunan juga cukup dominan di Sulawesi Selatan dimana pada Tahun
2014 telah berkembang tanaman kakao dengan produksi terbesar yakni sebesar 143.237
ton dan terbesar kedua adalah kelapa sebesar 72.691 ton.
Peranan sektor peternakan juga cukup potensial dimana populasi ternak di Tahun
2015 sebesar 2.956.148 ekor dan produksi daging sebesar 28.450.098 Kg yang meliputi
ternak sapi perah, sapi potong, kerbau, dan domba. Sedangkan untuk jumlah populasi
ternak unggas sebesar 97.373.912 ekor dan produksi daging unggas sebesar 93.902.906
Kg yang meliputi ayam kampung. Ayam petelur, ayam pedaging, itik, putuh, merpati,
dan itik manila.
Prospek sektor perikanan Sulawesi Selatan pada Tahun 2015 cukup baik dengan
jumlah produksi perikanan tangkap sebesar 3.476.546,80 ton dengan nilai produksi Rp
9.179.183.650. Luas areal pemeliharaan ikan untuk budidaya laut seluas 46.989,10 Ha
dan merupakan areal pemeliharaan ikan paling luas, untuk areal tambak seluas 109.56
Ha, areal kolam seluas 7.352 Ha, areal sawah untuk pemeliharaan ikan seluas 12.961,70
Ha, jaring apung tawar memiliki luas 3,20 Ha, dan luas jaring apung sebesar 2,54 Ha.
Tanaman Pangan
Sulawesi Selatan merupakan daerah penghasil tanaman pangan terbesar di Kawasan
Timur Indonesia. Predikat sebagai lumbung padi nasional mengukuhkan posisi
Sulawesi Selatan sebagai produsen tanaman pangan yang cukup potensial. Selain padi
sebagai komoditas tanaman pangan andalan, tanaman pangan lainnya yang dihasilkan
Sulawesi Selatan adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang-kacangan.
Tabel 4. 4 Luas Panen dan Produksi Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2015
Produksi Provitas
No Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha) (Ton) (Kw/ha)
1 Kepulauan Selayar 4.429 22.403 50,58
2 Bulukumba 36.408 193.585 53,17
3 Bantaeng 13.997 73.722 52,67
4 Jeneponto 19.408 96.285 49,61
5 Takalar 22.453 110.145 49,06
6 Gowa 58.981 292.156 49,53
7 Sinjai 22.734 128.777 56,65
8 Maros 52.414 309.209 58,99
9 Pangkep 24.418 131.760 53,96
10 Barru 17.821 104.213 58,48
11 Bone 170.238 809.402 47,55
12 Soppeng 38.568 225.248 58,4
13 Wajo 124.739 619.693 49,68
14 Sidrap 83.075 534.473 64,34
15 Pinrang 101.384 654.290 64,54
16 Enrekang 10.487 44.079 42,03
17 Luwu 61.898 305.151 49,3
18 Tana Toraja 22.670 100.692 44,42
19 Luwu Utara 38.940 178.243 45,77
20 Luwu Timur 37.642 209.242 55,59
21 Toraja Utara 23.264 102.913 44,24
22 Makassar 3.315 12.490 37,68
23 Pare-Pare 954 5.349 56,06
24 Palopo 5.098 28.631 56,16
Sulawesi Selatan 995.335 5.292.152 53,17
Sumber: Sulawesi Selatan Dalam Angka 2016
Kakao
Hasil tanaman perkebunan yang cukup dominan di Sulawesi Selatan pada Tahun 2015
adalah tanaman kakao dengan jumlah produksi sebesar 143.237 ton. Data rinci
menyangkut produksi dan luas panen kakao untuk setiap
Tabel 4. 5 Hasil Produksi Kakao Per Kabupaten Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015
Perikanan
Di Sulawesi Selatan prospek perikanan tiap tahunnya hampir memperlihatkan angka
yang cukup menjanjikan. Pada tahun 2015, total produksi ikan hasil budidaya laut
sebesar 2.409.022,40 ton dimana Kabupaten Takalar memiliki hasil produksi tertinggi
yakni sebesar 846.395 ton. Produksi Sub sektor perikanan menurut Kabupaten/Kota
disajikan pada Tabel 4.6.
Tabel 4. 6 Produksi Sub Sektor Perikanan (Ton) Per Kabupaten Tahun 2015
Potensi Pariwisata
Jumlah wisatawan di Sulawesi Selatan dari Tahun 2011 sampai Tahun 2015 terus
meningkat, dari wisatawan mancanegara Tahun 2011 berjumlah 51.749, lau di
Tahun 2015 meningkat menjadi 191.773, sedangkan wisatawan nusantara di Tahun
2011 berjumlah 4.471.652 dan terus meningkat hingga Tahun 2015 menjadi
7.128.826.
Jumlah wisman ke Makassar pada Tahun 2015 meningkat dari Tahun 2014 yakni
dari 151.763 wisatawan meningkat 191.773 pada Tahun 2015. Sedangkan unruk
wisatawan domestik pada Tahun 2014 sebanyak 5.920.528, meningkat pada Tahun
2015 sebanyak 7.128.826.
Untuk beberapa obyek wisata yang ada di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tersebut,
selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut.
b. Soppeng
Soppeng adalah salah satu kota tercantik di propinsi Sulawesi Selatan dan
Merupakan bekas kota raja masa lampau, mempunyai wilayah kekuassaan serta
pengaruh yang cukup luas diantara kerajaan-kerajaan lokal lainnya. ini dibuktikan
dalam tulisan-tulisan kuno orang bugis yaitu "Lontara". Salah satu coro yang luar
biasa dari kota ini adalah banyaknya kelelawar. Bergelantungan pada pohon sambil
mengeluarkan suara tanpa menghiraukan arus lalulintas sekelilingnya. Untuk
menggambarkan suasana obyek wisata Soppeng tersebut, selengkapnya dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
g. Bola Soba
Bola Soba adalah sebuah rumah pemimpin perang yang bernama Petta Punggawa,
yang hidup pada zaman dahulu kala. Pada masa sekarang, rumah ini masih
dilestarikan dengan dipelihara dan ditangani dengan serius. Disekeliling rumah kita
bisa melihat beberapa tradisi lama yang masih dengan kuat dilaksanakan, seperti:
pencak, massempe, malancca, ma'pere, serewa, sirau sulo dan tari-tarian lain.
i. Tanjung Bira
Tanjung bira terkenal dengan pantai pasir putihnya yang cantik dan menyenangkan.
Airnya jernih, baik untuk tempat berenang dan berjemur. Disini kita dapat
menikmati matahari terbit dan terbenam dengan cahayanya yang berkilau dan bersih
pada hamparan pasir putih sepanjang puluhan kilometer. Pantai Bira yang sudah
terkenal hingga mancanegara, kini sudah ditata secara apik menjadi kawasan wisata
yang patut di andalkan. Berbagai sarana sudah tersedia, seperti perhotelan, restoran,
serta sarana telekomunikasi, pantai bira berlokasi sekitar 41 km kearah timur dari
kota bulukumba. dengan pelabuhan penyeberangan fery yang menghubungkan
daratan Sulawesi Selatan dengan pulau Selayar.
Tanjung Bira merupakan pantai pasir putih yang cukup terkenal di Sulawesi Selatan.
Pantai ini termasuk pantai yang bersih, tertata rapi, dan air lautnya jernih.
Keindahan dan kenyamanan pantai ini terkenal hingga ke
m. Bantimurung
Air tejun Bantimurung ini terletak di lembah bukit kapur yang curam dengan
vegetasi tropis yang subur,menjadikan daerah ini habitat ideal bagi berbagai jenis
kupu-kupu dan burung yang langka. Pada tahun 856-867, seorang naturalis Inggris
yang terkemuka, Alfred Russel Wallace menghabiskan sebagian hidupnya yang
sangat menyenangkan dikawasan ini, mengoleksi banyak jenis kupu-kupu yang
tertangkap terdapat jenis "Papillo Androcoles", salah satu jenis kupu-kupu yang
terbesar dan sangat langka, berekor seperti burung layang-layang.
Kepadatan Penduduk
No Kabupaten/Kota (km²)
1 Kepulauan Selayar 144
2 Bulukumba 355
3 Bantaeng 463
4 Jeneponto 394
5 Takalar 506
6 Gowa 384
7 Sinjai 290
8 Maros 210
9 Pangkep 291
10 Barru 146
11 Bone 163
Gambar 5. 4 Peta Indikator Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015
Sumber: Konsultan, 2016
Berdasarkan hasil analisis pada data survei volume lalu lintas untuk perhitungan
total kendaraan dalam satuan smp/jam dan penetapan angka Volume Jam Puncak (VJP)
atau Peek Hour Volume (PHV) di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan pada hari kerja,
total kendaraan yang paling besar yakni terdapat pada ruas jalan Makassar-
Sungguminasa sebesar 19.128,4 smp dengan jumlah PHV sebesar 4.461.4 smp/jam dan
untuk arah sebaliknya yakni ruas Sungguminasa-Makassar memiliki jumlah yang cukup
tinggi yakni sebesar 16.017,4 smp dengan PHV sebanyak 3.170 smp/jam. Angka
Volume Jam Puncak dan PHV tertinggi kedua yakni terdapat pada ruas Makassar-
Maros dengan total kendaraan sebanyak 13.353,1 smp dengan PHV sebesar 2.470,8
smp/jam dan arah sebaliknya yaitu ruas Maros-Makassar memiliki total kendaraan
13.341,9 smp dengan PHV sebesar 2.243,9 smp/jam. Sedangkan untuk total kendaraan
dan PHV terendah terdapat pada ruas Bulukumba- Selayar dan Sebaliknya yakni
masing-masing total kendaraan dan PHV adalah
76.5 smp dan 32.6 smp/jam serta 73.1 smp dan 50.1 smp/jam.
Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa total kendaraan dan PHV paling tinggi
Tabel 5. 3 Total Jumlah Kendaraan Per Golongan dan Presentase Per Golongan Hari
Kerja
Keterangan: 1: Sepeda Motor 2: Sedan, Jip, Wagon, Taxi 3: Mikrolet, Angkot, Elf 4: Pick up dan Mobil Box 5a: Bus Kecil 5b: Bus Besar 6a:
Truk 2 As (roda belakang 2) 6b: Truk 2 As (roda belakang 4) 7a: Truk 3 As 7b: Truk 4 As 7c: Truk 5 As 8: Tidak Bermotor
Berdasarkan hasil analisis pada data survei volume lalu lintas untuk perhitungan
total kendaraan dalam satuan smp/jam dan penetapan angka Volume Jam Puncak (VJP)
atau Peek Hour Volume (PHV) di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan pada hari libur,
sama seperti pada hari kerja dimana total kendaraan yang paling tinggi yakni pada ruas
jalan Makassar-Sungguminasa sebesar 20.876,2 smp dengan PHV sebesar 4.870
smp/jam dan untuk arah sebaliknya yakni ruas Sungguminasa-Makassar yakni sebesar
17.511,9 smp dengan PHV sebanyak 3465.5 smp/jam. Sedangkan tertinggi kedua yakni
terdapat pada ruas Makassar-Maros dengan total kendaraan sebanyak 18.737 smp
dengan PHV sebesar 3.461 smp/jam dan arah sebaliknya yaitu ruas Maros-Makassar
memiliki total kendaraan 14.634,8 smp dengan PHV sebesar 2.679,5 smp/jam.
Dari Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa total kendaraan dan PHV paling tinggi pada
hari libur berada di ruas jalan Kota Makassar dan daerah di sekitarnya. Begitu pula
dengan total jumlah kendaraan per ruas paling tinggi juga terdapat pada ruas Makassar-
Sungguminasa sebanyak 32.962 unit kendaraan dan sebaliknya pada ruas
Sungguminasa-Makassar sebanyak 28.098 unit kendaraan. Untuk lebih jelasnya jumlah
kendaraan tiap ruas jalan dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut.
Tabel 5. 5 Total Jumlah Kendaraan Per Golongan dan Presentase Per Golongan Hari
Libur
Keterangan: 1: Sepeda Motor 2: Sedan, Jip, Wagon, Taxi 3: Mikrolet, Angkot, Elf 4: Pick up dan Mobil Box 5a: Bus Kecil 5b: Bus Besar 6a:
Truk 2 As (roda belakang 2) 6b: Truk 2 As (roda belakang 4) 7a: Truk 3 As 7b: Truk 4 As 7c: Truk 5 As 8: Tidak Bermotor
Sumber: Hasil Survei dan Analisis, 2016
Tabel 5. 6 Tabel Jarak Rute Antar Zona (Km) Provinsi Sulawesi Selatan
Kepulauan 7301
Bulukumb 7302
Bantaeng 7303
7306
7307
7308
Pangkajen 7310
7311
Sidenreng 7314
7318
Jeneponto 7340
7305
7309
7312
7313
7315
7316
7317
7322
7324
7326
7371
7372
73
ZONA CODE
Kota Pare
Makassar
Enrekang
Rappang
Soppeng
Pinrang
Takalar
Selayar
No 73
Maros
Toraja
Toraja
e Kep.
Timur
Gowa
Utara
Utara
Barru
Luwu
Luwu
Luwu
Sinjai
Wajo
Bone
Tana
Kota
Pare
KAB/KOTA
a
Kepulauan
1 7301
Selayar 110 140 218 252 177 257 293 314 365 455 505 451 445 499 589 573 703 828 591 172 263 418
2 7302 Bulukumba 110 30 108 142 67 147 183 204 255 345 395 341 335 389 479 463 593 718 481 62 153 308
3 7303 Bantaeng 140 30 78 112 97 177 153 174 225 315 365 311 305 359 449 433 563 688 451 214 123 278
4 7305 Takalar 218 108 78 34 175 255 75 96 147 237 287 233 227 281 371 355 485 610 373 136 45 200
5 7306 Gowa 252 142 112 34 209 185 41 62 113 203 253 199 193 247 337 321 451 576 339 102 11 166
6 7307 Sinjai 177 67 97 175 209 80 250 271 322 165 148 226 255 274 265 348 379 504 371 129 220 259
7 7308 Bone 257 147 177 255 185 80 144 123 72 85 68 146 175 194 185 268 299 424 291 209 174 179
8 7309 Maros 293 183 153 75 41 250 144 21 72 162 212 158 152 206 296 280 410 535 298 121 30 125
Pangkajene
9 7310
Kep. 314 204 174 96 62 271 123 21 51 141 191 137 131 275 275 259 389 514 277 142 51 104
10 7311 Barru 365 255 225 147 113 322 72 72 51 120 140 86 80 134 224 208 338 463 226 193 102 53
11 7312 Soppeng 455 345 315 237 203 165 85 162 141 120 40 61 90 109 157 183 271 396 263 283 192 94
12 7313 Wajo 505 395 365 287 253 148 68 212 191 140 40 56 85 126 117 178 231 356 356 277 242 111
Sidenreng
13 7314
Rappang 451 341 311 233 199 226 146 158 137 86 61 56 29 48 138 122 252 377 140 279 188 33
14 7315 Pinrang 445 335 305 227 193 255 175 152 131 80 90 85 29 54 144 128 258 383 146 273 182 27
15 7316 Enrekang 499 389 359 281 247 274 194 206 275 134 109 126 48 54 186 74 212 337 74 327 236 81
16 7317 Luwu 589 479 449 371 337 265 185 296 275 224 157 117 138 144 186 116 114 239 106 394 326 171
17 7318 Tana Toraja 573 463 433 355 321 348 268 280 259 208 183 178 122 128 74 116 138 263 18 401 310 155
18 7322 Luwu Utara 703 593 563 485 451 379 299 410 389 338 271 231 252 258 212 114 138 125 120 531 440 285
19 7324 Luwu Timur 828 718 688 610 576 504 424 535 514 463 396 356 377 383 337 239 263 125 245 656 565 410
20 7326 Toraja Utara 591 481 451 373 339 371 291 298 277 226 263 356 140 146 74 106 18 120 245 419 328 173
21 7340 Jeneponto 172 62 214 136 102 129 209 121 142 193 283 277 279 273 327 394 401 531 656 419 91 246
Kota
22 7371
Makassar 263 153 123 45 11 220 174 30 51 102 192 242 188 182 236 326 310 440 565 328 91 155
23 7372 Kota Pare Pare
418 308 278 200 166 259 179 125 104 53 94 111 33 27 81 171 155 285 410 173 246 155
24 7373 Palopo 639 529 499 421 387 315 235 346 325 274 207 167 188 194 130 50 66 64 189 56 467 376 221
Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016
Semakin panjang perjalanan yang ditempuh maka semakin sering untuk berhenti
atau semakin banyak waktu tunda atau rest time (waktu intirahat). Rengtang waktu
untuk periode pergerakan dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5. 8 Rengtang Waktu Periode Pergerakan
Waktu tempuh diperoleh dari hasil survei langsung yang dilakukan. Data waktu
tempuh yang disajikan sudah dikurangi dengan waktu tunda atau rest time pada Tabel
5.7.
Berdasarkan hasil survei rata-rata waktu tempuh antar zona untuk periode
pergerakan pagi-siang dapat dilihat bahwa waktu tempuh paling lama adalah antara
zona Kepulauan Selayar-Kabupaten Luwu Timur dengan waktu sekitar 13,7 jam. Untuk
periode pergerakan siang-sore, waktu tempuh terlama yakni pada zona kabupaten Luwu
Timur-Kepulauan Selayar dengan waktu 14 jam. Untuk periode pergerakan sore-malam
waktu tempuh paling lama juga terdapat
Bulukumb 7302
7305
7307
7309
7311
7314
7316
7318
7324
Jeneponto 7340
7372
Kepulauan 7301
Bantaeng 7303
7306
7308
Pangkajen 7310
7312
7313
7315
7317
7322
7326
7371
7373
ZONA CODE 73
Sidenreng
Kota Pare
Makassar
Enrekang
Rappang
Soppeng
Pinrang
Selayar
Takalar
No 73 KAB/KOTA
Palopo
Maros
Toraja
Toraja
e Kep.
Timur
Gowa
Utara
Utara
Barru
Luwu
Luwu
Luwu
Sinjai
Wajo
Bone
Tana
Kota
Pare
a
Kepulauan
1 7301 2.7 3.0 4.8 5.2 3.6 5.2 5.8 6.1 7.1 8.3 8.7 8.3 8.4 8.7 9.9 10.0 11.8 13.7 10.6 3.6 5.3 7.4 10.8
Selayar
2 7302 Bulukumba 2.7 1.3 2.7 3.1 1.8 3.2 3.7 4.5 5.3 6.6 7.5 6.7 6.5 7.5 8.5 8.5 10.5 12.1 8.7 1.7 3.4 6.0 9.4
3 7303 Bantaeng 3.0 1.2 2.2 2.7 2.5 3.7 3.2 3.7 4.8 6.0 7.2 6.0 5.9 7.0 8.2 7.7 10.1 11.6 8.0 4.7 2.9 5.8 9.2
4 7305 Takalar 4.7 2.7 2.2 1.3 3.6 5.5 2.1 2.5 3.1 5.0 5.8 5.0 4.8 5.9 7.0 6.8 8.7 10.6 7.1 3.1 1.5 4.0 7.9
5 7306 Gowa 5.4 3.2 2.7 1.3 4.7 3.9 1.4 1.7 2.7 4.5 5.2 4.1 4.0 5.1 6.5 6.4 8.2 9.9 6.6 2.6 1.0 3.6 7.2
6 7307 Sinjai 3.7 1.8 2.4 3.6 4.7 2.3 5.2 5.7 6.5 3.4 3.2 4.8 5.2 5.5 5.5 6.6 7.2 9.0 7.0 3.0 4.8 5.3 6.4
7 7308 Bone 5.4 3.2 3.7 5.4 3.8 2.2 3.1 2.9 1.8 2.3 1.8 3.2 3.5 3.8 3.7 5.7 5.9 8.0 5.9 4.6 3.7 3.6 5.0
8 7309 Maros 6.0 3.8 3.4 2.2 1.4 5.2 3.2 1.1 1.8 3.4 4.8 3.4 3.3 4.5 5.8 5.7 7.6 9.1 5.7 2.8 1.2 2.9 6.4
Pangkajene
9 7310 6.4 4.5 3.6 2.4 1.7 5.5 2.9 1.1 1.5 3.0 3.8 3.0 3.1 5.5 5.7 5.3 7.3 9.2 5.5 3.1 1.6 2.5 6.5
Kep.
10 7311 Barru 6.8 5.3 4.8 3.1 2.7 6.5 1.8 1.9 1.5 2.8 3.1 2.3 2.2 3.1 4.9 4.6 6.7 8.1 5.0 3.9 2.5 1.6 5.6
11 7312 Soppeng 8.3 6.5 6.0 5.0 4.6 3.5 2.3 3.4 3.2 2.8 1.4 1.7 2.4 2.6 3.4 3.8 5.6 7.6 5.3 5.8 3.9 2.5 4.5
12 7313 Wajo 8.8 7.3 7.1 5.9 5.1 3.2 1.8 4.7 3.8 3.1 1.4 1.6 2.3 2.9 2.7 3.7 5.0 6.8 6.8 5.6 5.2 2.7 3.6
Sidenreng
13 7314 8.0 6.7 6.1 5.0 3.9 4.9 3.2 3.4 3.1 2.3 1.7 1.6 1.2 1.5 3.1 2.8 5.2 7.0 3.1 5.7 3.8 1.3 3.7
Rappang
14 7315 Pinrang 8.2 6.5 5.9 4.8 3.9 5.2 3.7 3.3 2.9 2.3 2.4 2.4 1.2 1.6 3.2 2.9 5.2 7.2 3.2 5.5 3.8 1.2 3.9
15 7316 Enrekang 8.6 7.4 6.7 5.5 5.0 5.5 3.9 4.5 5.7 3.0 2.6 2.8 1.5 1.6 3.7 1.9 4.6 6.6 1.9 6.4 5.0 2.2 3.0
16 7317 Luwu 10.4 8.7 7.9 6.9 6.4 5.3 3.7 5.7 5.5 5.0 3.3 2.7 3.0 3.2 3.7 2.7 2.8 5.2 2.6 7.4 6.4 3.6 1.6
17 7318 Tana Toraja 9.9 8.1 7.9 7.0 6.2 6.5 5.4 5.7 5.5 4.5 3.7 3.8 2.9 2.9 1.9 2.7 3.0 5.3 1.1 7.6 6.2 3.3 1.8
18 7322 Luwu Utara 12.1 10.0 10.1 8.8 7.9 7.3 6.1 7.3 7.5 6.6 5.6 5.0 5.3 5.2 4.6 2.7 3.1 3.0 2.8 9.2 8.0 5.8 1.7
19 7324 Luwu Timur 13.6 11.9 11.9 10.3 9.7 8.9 7.8 9.4 9.4 8.5 7.6 6.8 7.2 7.2 6.5 5.0 5.5 2.8 5.3 11.0 10.2 7.5 3.7
20 7326 Toraja Utara 10.0 8.4 8.3 7.2 6.6 7.0 5.9 6.1 5.8 4.8 5.6 6.7 3.1 3.2 1.9 2.6 1.1 2.7 5.0 7.7 6.3 3.6 1.6
21 7340 Jeneponto 3.5 1.7 4.8 3.0 2.6 2.9 4.7 2.8 3.1 3.8 5.8 5.6 5.6 5.7 6.4 7.2 7.5 9.1 10.8 7.8 2.4 5.3 8.3
Kota
22 7371 5.6 3.2 2.8 1.4 1.0 4.8 3.7 1.2 1.5 2.5 3.9 5.1 3.7 3.7 4.9 6.4 6.1 8.3 9.8 6.4 2.3 3.2 6.9
Makassar
23 7372 Kota Pare Pare 7.9 6.2 5.7 4.0 3.5 5.3 3.7 2.8 2.6 1.6 2.5 2.6 1.3 1.2 2.3 3.6 3.3 5.8 7.8 3.5 5.3 3.3 4.7
24 7373 Palopo 11.2 9.6 8.9 7.6 7.4 6.1 5.1 6.8 6.1 5.6 4.5 3.4 3.9 3.9 3.0 1.5 1.8 1.7 3.7 1.6 8.2 7.1 4.7
Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016
7301
7302
7303
7305
7306
7307
7308
7309
7310
7311
7312
7313
7315
7316
7317
7318
7322
7324
7326
7340
7371
7372
7373
ZONA CODE 73
Kepulauan Selayar
Pangkajene Kep.
Luwu Utara
No 73 KAB/KOTA
Bulukumba
Jeneponto
Bantaeng
Enrekang
Soppeng
Pinrang
Takalar
Palopo
Maros
Gowa
Barru
Luwu
Sinjai
Wajo
Bone
Kepulauan
1 7301 2.6 3.2 4.8 5.3 3.6 5.4 6.0 6.2 6.9 8.1 8.8 8.2 8.0 9.1 10.3 10.2 11.7 13.8 10.3 3.6 5.6 7.9 11.1
Selayar
2 7302 Bulukumba 2.7 1.2 2.7 3.2 1.8 3.2 3.7 4.6 5.3 6.9 7.5 6.8 6.4 7.3 8.8 8.5 10.3 12.4 8.7 1.7 3.3 6.3 9.6
3 7303 Bantaeng 3.1 1.2 2.2 2.7 2.5 3.6 3.4 3.6 5.0 6.3 7.0 6.2 5.9 6.8 8.1 7.8 9.7 11.7 8.1 4.7 2.8 5.8 8.9
4 7305 Takalar 4.9 2.6 2.2 1.3 3.6 5.4 2.1 2.5 3.2 5.1 5.7 5.1 5.0 5.6 7.2 7.0 8.9 10.7 7.3 3.0 1.5 3.9 7.7
5 7306 Gowa 5.2 3.2 2.7 1.3 4.7 3.8 1.4 1.7 2.8 4.6 5.3 4.1 4.0 5.2 6.4 6.3 8.4 10.1 6.7 2.6 1.0 3.6 7.5
6 7307 Sinjai 3.7 1.8 2.5 3.7 4.5 2.2 5.2 5.5 6.5 3.5 3.3 4.8 5.4 5.6 5.6 6.8 7.1 9.3 6.9 2.9 4.8 5.3 6.1
7 7308 Bone 5.3 3.2 3.7 5.3 3.7 2.3 3.2 2.9 1.9 2.4 1.8 3.3 3.6 3.9 3.9 5.6 6.1 8.1 6.0 4.6 3.6 3.7 5.1
8 7309 Maros 5.8 3.8 3.4 2.2 1.4 5.4 3.2 1.1 1.9 3.5 4.8 3.4 3.4 4.6 6.0 5.8 7.5 9.3 5.9 2.9 1.3 2.9 6.8
Pangkajene
9 7310 6.2 4.7 3.7 2.5 1.7 5.6 2.9 1.1 1.5 3.2 4.0 3.1 2.9 5.6 5.6 5.4 7.1 9.2 5.8 3.2 1.6 2.6 6.4
Kep.
10 7311 Barru 7.1 5.4 4.8 3.2 2.7 6.2 1.8 1.9 1.6 2.8 3.1 2.3 2.2 3.0 4.8 4.7 6.4 8.4 4.8 4.0 2.5 1.6 5.5
11 7312 Soppeng 8.5 6.7 6.4 5.0 4.6 3.6 2.4 3.5 3.2 2.9 1.4 1.7 2.3 2.7 3.4 3.7 5.6 7.3 5.5 5.8 3.9 2.5 4.7
12 7313 Wajo 9.3 7.5 7.0 5.8 5.3 3.2 1.8 4.8 4.0 3.1 1.4 1.6 2.3 2.9 2.8 3.8 5.0 6.8 6.7 5.8 5.0 2.7 3.5
Sidenreng
13 7314 8.5 6.7 6.0 5.1 4.1 5.0 3.2 3.4 3.1 2.3 1.7 1.7 1.2 1.5 3.1 2.9 5.2 7.3 3.1 5.7 3.9 1.3 3.8
Rappang
14 7315 Pinrang 8.3 6.4 5.9 4.8 3.9 5.4 3.6 3.4 3.0 2.3 2.4 2.3 1.2 1.6 3.1 3.0 5.3 7.4 3.2 5.6 3.7 1.2 3.8
15 7316 Enrekang 9.0 7.2 7.0 5.7 5.3 5.7 3.9 4.6 5.7 3.0 2.6 3.0 1.5 1.6 3.8 1.9 4.7 6.4 1.9 6.3 5.1 2.2 3.0
16 7317 Luwu 10.0 8.4 8.2 7.1 6.4 5.6 3.9 5.9 5.8 4.8 3.4 2.8 3.1 3.2 3.7 2.8 2.8 5.0 2.6 7.5 6.4 3.5 1.5
17 7318 Tana Toraja 10.2 8.2 8.1 6.9 6.4 6.8 5.7 5.6 5.4 4.6 3.7 3.8 2.9 2.9 1.9 2.8 3.1 5.3 1.1 7.4 6.1 3.3 1.8
18 7322 Luwu Utara 12.1 10.5 9.9 8.8 8.4 7.2 6.1 7.8 7.2 6.7 5.4 5.0 5.4 5.4 4.8 2.7 3.1 2.9 2.8 9.6 7.9 5.7 1.8
19 7324 Luwu Timur 14.0 11.9 11.6 10.8 10.2 9.3 7.8 9.3 9.3 8.3 7.5 6.8 7.2 7.4 6.6 5.0 5.6 2.9 5.1 11.4 10.1 7.8 3.9
20 7326 Toraja Utara 10.1 8.6 8.1 7.0 6.4 6.9 6.0 6.0 5.7 5.0 5.3 6.9 3.2 3.2 1.9 2.6 1.1 2.8 5.1 7.6 6.6 3.6 1.7
21 7340 Jeneponto 3.7 1.7 4.6 3.1 2.6 3.0 4.7 2.9 3.1 4.0 5.8 5.6 5.5 5.5 6.3 7.5 7.4 9.6 11.2 7.8 2.4 5.2 8.3
Kota
22 7371 5.6 3.3 2.9 1.5 1.0 4.7 3.7 1.2 1.6 2.6 4.0 5.3 3.8 3.8 5.2 6.3 6.2 8.3 9.7 6.3 2.4 3.3 7.3
Makassar
23 7372 Kota Pare Pare 7.7 6.0 5.7 4.0 3.6 5.4 3.7 3.0 2.5 1.6 2.4 2.7 1.3 1.2 2.3 3.6 3.3 5.8 7.4 3.7 5.2 3.4 4.7
24 7373 Palopo 11.1 9.2 9.0 7.9 7.4 6.3 5.1 6.7 6.4 5.5 4.7 3.5 3.9 3.8 2.9 1.6 1.8 1.7 4.0 1.6 8.5 7.1 4.8
Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016
7301
7302
7303
7305
7306
7307
7308
7309
7310
7311
7312
7313
7315
7316
7317
7318
7322
7324
7326
7340
7371
7372
7373
ZONA CODE 73
Kepulauan Selayar
Pangkajene Kep.
Luwu Utara
No 73 KAB/KOTA
Bulukumba
Jeneponto
Bantaeng
Enrekang
Soppeng
Pinrang
Takalar
Palopo
Maros
Gowa
Barru
Luwu
Sinjai
Wajo
Bone
Kepulauan
1 7301 2.4 2.7 4.0 4.5 3.2 4.7 5.0 5.5 6.3 7.5 8.2 7.4 7.3 7.9 9.2 8.9 11.1 12.3 9.5 3.2 4.8 6.8 10.3
Selayar
2 7302 Bulukumba 2.4 1.0 2.3 2.8 1.5 2.9 3.3 3.8 4.5 5.8 6.7 6.0 5.6 6.4 7.8 7.7 9.2 10.8 7.8 1.4 2.9 5.3 8.7
3 7303 Bantaeng 2.8 1.0 1.9 2.3 2.2 3.4 3.0 3.2 4.1 5.5 6.1 5.4 5.4 6.1 7.5 7.0 8.9 11.0 7.5 4.0 2.5 4.9 8.1
4 7305 Takalar 4.1 2.3 1.9 1.0 3.3 4.5 1.8 2.2 2.9 4.4 5.0 4.2 4.2 4.9 6.4 6.2 7.6 9.8 6.4 2.7 1.2 3.6 7.0
5 7306 Gowa 4.6 2.8 2.3 1.0 3.9 3.4 1.1 1.4 2.3 3.9 4.5 3.5 3.6 4.6 5.9 5.5 7.3 9.0 5.8 2.2 0.7 3.2 6.4
6 7307 Sinjai 3.3 1.5 2.1 3.2 3.9 1.9 4.5 4.9 5.6 3.1 2.9 4.3 4.6 4.9 4.9 5.9 6.3 8.0 6.1 2.6 4.2 4.6 5.6
7 7308 Bone 4.5 2.8 3.2 4.6 3.4 1.9 2.8 2.5 1.5 2.0 1.5 2.9 3.2 3.5 3.4 4.9 5.3 7.1 5.1 4.0 3.2 3.4 4.4
8 7309 Maros 5.3 3.4 2.9 1.8 1.1 4.5 2.8 0.8 1.5 3.1 4.0 3.0 2.9 3.9 5.3 4.9 6.7 8.3 5.3 2.6 1.0 2.5 6.1
Pangkajene
9 7310 5.5 4.0 3.2 2.1 1.4 4.9 2.6 0.8 1.3 2.7 3.5 2.7 2.7 4.8 4.9 4.8 6.6 8.4 5.0 2.7 1.3 2.2 5.7
Kep.
10 7311 Barru 6.3 4.6 4.2 2.9 2.4 5.6 1.5 1.6 1.3 2.4 2.7 2.0 1.9 2.7 4.1 4.0 5.7 7.8 4.2 3.6 2.3 1.3 4.8
11 7312 Soppeng 7.2 5.8 5.5 4.3 3.8 3.1 2.0 3.1 2.8 2.5 1.1 1.4 2.0 2.3 3.1 3.3 4.8 6.4 4.7 5.0 3.4 2.1 3.9
12 7313 Wajo 8.0 6.7 6.2 4.9 4.6 2.8 1.5 4.1 3.4 2.7 1.1 1.3 2.0 2.5 2.5 3.3 4.3 6.2 5.9 5.0 4.5 2.3 3.1
Sidenreng
13 7314 7.3 6.0 5.4 4.3 3.7 4.3 2.9 3.0 2.7 2.0 1.4 1.3 0.9 1.2 2.7 2.5 4.5 6.2 2.7 5.0 3.5 1.0 3.4
Rappang
14 7315 Pinrang 7.2 5.8 5.4 4.3 3.6 4.7 3.2 2.9 2.6 1.9 2.1 2.0 0.9 1.3 2.9 2.7 4.7 6.6 2.8 4.9 3.3 0.9 3.5
15 7316 Enrekang 8.3 6.5 5.9 5.0 4.4 4.9 3.5 4.0 4.9 2.6 2.3 2.6 1.2 1.3 3.5 1.6 4.0 5.8 1.6 5.6 4.2 1.9 2.7
16 7317 Luwu 9.3 7.6 7.3 6.2 5.6 4.8 3.4 5.3 4.8 4.3 3.0 2.4 2.8 2.8 3.3 2.4 2.4 4.3 2.3 6.6 5.7 3.2 1.2
17 7318 Tana Toraja 9.3 7.4 7.3 6.0 5.6 6.1 4.8 4.8 4.8 3.9 3.4 3.3 2.5 2.6 1.6 2.4 2.8 4.8 0.8 6.8 5.4 2.9 1.5
18 7322 Luwu Utara 11.2 9.2 8.8 7.7 7.2 6.5 5.1 6.8 6.5 5.8 4.7 4.4 4.7 4.7 4.0 2.4 2.7 2.6 2.5 8.6 7.4 5.0 1.5
19 7324 Luwu Timur 13.0 11.2 10.4 9.7 9.0 8.2 6.8 8.3 8.4 7.6 6.6 5.9 6.5 6.3 5.9 4.3 4.7 2.5 4.5 10.2 9.0 6.9 3.5
20 7326 Toraja Utara 9.3 7.6 7.3 6.2 6.0 6.3 5.0 5.3 5.1 4.2 4.7 6.0 2.7 2.8 1.6 2.2 0.8 2.5 4.6 7.0 5.6 3.2 1.3
21 7340 Jeneponto 3.2 1.4 4.0 2.7 2.2 2.6 4.1 2.5 2.8 3.6 5.1 4.9 4.8 5.0 5.5 6.6 6.8 8.7 10.0 6.7 2.1 4.5 7.5
Kota
22 7371 4.9 3.0 2.5 1.2 0.7 4.1 3.2 1.0 1.2 2.3 3.4 4.5 3.4 3.3 4.4 5.5 5.3 7.0 8.8 5.7 2.1 3.0 6.2
Makassar
23 7372 Kota Pare Pare 6.7 5.3 5.0 3.6 3.1 4.7 3.3 2.6 2.3 1.3 2.2 2.4 1.0 0.9 1.9 3.2 2.9 5.0 6.7 3.3 4.5 2.9 4.2
24 7373 Palopo 9.7 8.3 8.0 7.0 6.5 5.5 4.3 5.9 5.6 5.0 3.9 3.1 3.4 3.6 2.6 1.2 1.5 1.4 3.4 1.3 7.5 6.4 4.1
Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016
b. Kecepatan Perjalanan
Kecepatan perjalanan adalah kecepatan efektif kendaraan yang sedang dalam
perjalanan antara dua simpul yang dihitung dari dengan menghitung dari jarak antara
kedua simpul dibagi dengan waktu tempuh antara kedua simpul tersebut. Rumus dasar
untuk mencari nilai kecepatan adalah sebagai berikut.
𝑠
v=
𝑡
Keterangan:
v = Kecepatan (km/jam) s
= Jarak (Km)
t = Waktu (Jam)
Dari hasil survei waktu tempuh dan perhitungan rata-rata waktu tempuh antar zona
di Provinsi Sulawesi Selatan. maka dapat diketahui kecepatan rata- rata antar zona
setiap periode waktu. Pada periode pergerakan pagi-siang, Kecepatan rata-rata tertinggi
yakni antar zona Soppeng-Palopo dan Maros- Toraja Utara dengan nilai kecepatan
sebesar 70,98 km/jam. Sedangkan untuk kecepatan terendah pada periode pergerakan
yang sama, terdapat pada zona Sinjai-Polopo dan Pinrang-Wajo dengan kecepatan
sebesar 65 km/jam. Untuk periode pergerakan siang-sore, kecepatan rata-rata tertinggi
terdapat pada zona Pinrang-Palopo dengan kecepatan 70 km/jam dan yang terendah
yakni pada zona Bone-Soppeng dengan kecepatan 65 km/jam. Pada periode peregerakn
sore-malam, kecepatan tertinggi terdapat pada zona Takalar- Makassar dengan
kecepatan sebesar 74 km/jam sedangkan yang terendah pada zona Pare-pare-Toraja
Utara dengan kecepatan 69,1 km/jam. Data kecepatan rata-rata antar zona tiap periode
waktu tersebut disajikan pada Tabel 5.12, Tabel 5.13, dan Tabel 5.14.
7311
7312
7313
7301
7302
7303
7305
7306
7307
7308
7309
7310
7314
7315
7316
7317
7318
7322
7324
7326
7340
7371
7372
7373
ZONA CODE 73
Kepulauan
Jeneponto
Pangkajen
Bulukumb
Sidenreng
Kota Pare
Bantaeng
Makassar
Enrekang
Soppeng
Rappang
Pinrang
Takalar
Selayar
73
Palopo
Maros
Toraja
Toraja
e Kep.
Timur
Gowa
Utara
Utara
Barru
Luwu
Luwu
Luwu
Sinjai
Wajo
Bone
Tana
Kota
Pare
No KAB/KOTA
a
Kepulauan
67.7 70 67.2 68.9 70.4 70.8 68.3 69.6 65.6 67 70.8 66.8 65.3 69.5 71 67.5 68.4 68 65.5 68.3 70 70.9 69.2
1 7301 Selayar
2 7302 Bulukumba 66 66.5 67.1 70.8 66.2 69.9 69.5 69.5 68.6 68.8 66.7 65.7 67.1 65.1 68.8 66.6 66.6 68.3 66.9 69.1 65.2 68.8 67.5
3 7303 Bantaeng 70.4 68.3 68.6 67.5 68.5 66.4 71 65 70.1 70.8 65.2 69.6 69.8 66.3 67.3 70.4 65.7 68.3 69.6 67.8 66.2 65.3 65.5
4 7305 Takalar 68.8 67.3 70.8 70.7 67.5 65.1 69.8 66.8 70.6 68.4 67.3 68 68.8 65.3 68 67.8 68 67.2 67.4 66.2 66.9 67.1 66.8
5 7306 Gowa 65.7 66.5 66.4 70.6 65.5 65.9 67.8 67.5 67 67.8 69.8 65.8 66 70 68.6 66.8 67.7 68.9 67.5 66 68.1 65.3 69.1
6 7307 Sinjai 65.7 66.8 70.3 68.1 66 65.9 68.2 65.5 65.1 69.4 70.3 68.7 70 68.9 66.4 69 67.5 68 67.5 65.8 68.4 68.3 65
7 7308 Bone 67.4 67.3 67.4 65.8 67.7 70.9 69.1 66.2 70.5 69 66.9 67.1 70.8 69.7 69.6 65.2 68.3 65.6 66.7 69.2 66.8 69.6 68.9
8 7309 Maros 66.4 67.5 66.3 65.7 70.2 67.9 66.1 66.4 69.7 69 65.8 67.2 66.8 70.8 68.8 68 67.6 70.4 71 68.9 67.2 67.6 70.9
Pangkajene
65.1 69.6 68.3 71 69.4 68.4 65.9 66.7 68.1 70.8 68.6 70 65.2 69.3 66.4 69.2 67.5 67.5 70.4 70.9 68 70.1 66.3
9 7310 Kep.
10 7311 Barru 69.7 68.5 69.5 70.3 67.9 65.4 70.3 68.4 69.1 67 67.3 66.5 70.9 66.7 67.7 67.5 65.9 70.3 65.6 68.3 68.4 68.9 67.1
11 7312 Soppeng 67.3 70.1 70.3 69.7 65.9 67.8 66.2 69 65.5 69.2 66.7 69.2 69 71 67.7 66.5 67.3 65.7 69.5 66.7 67.2 65.3 71
12 7313 Wajo 69.6 68.4 65.9 66 71 68 70.3 66.9 68.5 68.8 69.3 69.6 67.9 67.1 69.7 67.3 67.4 67.4 68.1 68.1 66.7 68.1 65.5
Sidenreng
70.1 66.7 67.8 66.9 70.3 66.9 68 66.9 65.3 67.9 66.2 70.8 69.1 68.4 66.4 69.1 68.8 68.8 67.5 66.8 67.3 70.1 70.8
13 7314 Rappang
14 7315 Pinrang 67.2 67 70.8 69.6 67.5 70.1 65.8 67.2 69.5 65.6 66.9 65 66.1 68 67.8 67.9 70 68.2 67.3 69.1 65.5 70.4 68.2
15 7316 Enrekang 70.4 66.3 69.4 70.3 70.6 70 69 69 67 68.8 69 70.4 68.6 70.7 70.9 65.7 68.5 66.6 65.3 67.2 68.7 68.1 66.6
16 7317 Luwu 66.9 67.2 70.4 69.4 69.1 70.5 69.4 70.5 69.8 65.7 70.7 69.6 70.6 66.5 70.8 70.3 66.8 65.4 68.7 67.5 67.6 66.3 65.3
17 7318 Tana Toraja 68.6 70.3 68.5 65.2 69.7 70.3 69.7 68 66.4 69.6 69.6 65.5 65.5 68 69.8 70.3 69.3 69.5 67.1 66 66.4 69.6 68.8
18 7322 Luwu Utara 66.3 70.5 66.1 67 70.7 66.4 65.4 70.9 65.3 66.3 66.7 66.9 67.2 70.4 69.6 70.5 68.5 65.1 69.3 69.7 68 66.3 68.2
19 7324 Luwu Timur 68.9 69.1 66.2 69.7 70.6 68.8 67.7 68.5 65.3 66.8 65.9 67.6 67.3 68.1 68.8 69.5 67 70 65.3 69.6 65.5 69.4 70.6
20 7326 Toraja Utara 69.8 70.2 66.5 65.9 66.8 68.1 67.5 65.5 65.1 70.3 65.6 68.6 66.8 67.2 69 67.8 66.2 70.7 70.4 68.2 68.9 67.2 67.9
21 7340 Jeneponto 70.1 70.7 65.9 68.7 66.5 68.6 66.3 69.9 69.4 70.8 67.1 67.9 69.6 65.7 67.8 69.5 67.3 70.3 70.8 67.5 68.2 65.5 69.1
65.3 70.9 68.6 69.8 65.4 67.3 65.3 67.7 68.7 69.1 66.8 68.4 70.8 68.6 70.4 67.3 67.9 65.2 68.4 68 70.2 70.9 70.8
22 7371 Kota Makassar
66.2 65.5 67.3 68.9 68.5 69.3 67.2 69.9 67.9 66.8 66.3 70.5 65.3 68 66 67.4 67.4 66.4 65.6 69.8 66.1 70.2 69.1
23 7372 Kota Pare Pare
24 7373 Palopo 66 65.5 67.9 70.1 66.1 69.2 65.3 65.8 70.9 68.2 69.9 70.9 66.8 67.1 67.9 69.2 66.7 67.4 70.8 69.3 70.6 68.2 69.6
Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016
7301
7302
7303
7305
7306
7307
7308
7309
7310
7311
7312
7313
7314
7315
7316
7317
7318
7322
7324
7326
7340
7371
7372
7373
ZONA CODE 73
Sidenreng Rappang
Kepulauan Selayar
Pangkajene Kep.
Luwu Utara
73
Bulukumba
Jeneponto
Bantaeng
Enrekang
Soppeng
Pinrang
Takalar
Palopo
Maros
Gowa
Barru
Luwu
Sinjai
Wajo
Bone
No KAB/KOTA
Kepulauan
68.8 65.7 68 66.9 69.9 66.6 65.2 67.1 68.1 69.4 69.6 67.8 69 66.2 67.4 66.1 69.5 67.8 67.5 68.6 65.3 66 66.6
1 7301 Selayar
2 7302 Bulukumba 66.5 66.8 65.4 67.2 67 69.7 68.3 65.9 67.5 65.1 66.9 65.2 68.4 67.5 66.4 66.9 67.8 66.4 67.3 68.5 67.6 65.1 65.4
3 7303 Bantaeng 69.2 67.3 66.7 69.5 66.2 68.3 65.8 67.7 66 66.5 67.2 67.6 69.9 68.8 69.1 69.8 68.9 67.5 69.3 68.9 69.5 66 67.7
4 7305 Takalar 65.5 69.9 65.3 69.3 69.5 67 69.2 65.4 67.5 67.2 68.5 65.4 65.7 68.7 66.2 65.4 65.9 66.4 65.2 69.1 67.5 69.8 68.6
5 7306 Gowa 69.3 65.8 67.3 69.3 65.6 68.2 68.6 65.4 66.4 67.1 67.3 65.4 65.4 67.1 69.2 67.9 65.8 67.3 65.2 65.8 68.7 65.9 65.1
6 7307 Sinjai 67.9 65.9 67.2 66.9 69.9 67.3 68.6 68.4 65.6 68.3 66.1 69.3 65.5 68.3 65.1 65.9 68.3 65.2 69.5 68.5 67.9 68.5 69.9
7 7308 Bone 67.7 66.9 65.9 68.4 68.8 65.7 66.6 67.1 67.5 65 65 65.4 69.9 68.6 65.4 66.4 66 65.1 65.2 69.1 67.4 68.4 65.9
8 7309 Maros 68.4 66.8 65.4 66.2 66.7 65.7 66.4 67.6 65.8 66.9 65.9 66.7 65.8 68.3 66.5 66.3 68.7 69.2 67.8 66 65.4 68.9 66
Pangkajene
67.6 65.5 65.3 65.8 66.4 67.1 67.6 68.5 68.9 65.8 65.2 67.3 69.2 67.3 67.1 67.9 69.9 67.5 65.2 67.6 66.8 66.5 67.5
9 7310 Kep.
10 7311 Barru 65.6 65.9 68.8 69.1 68.7 69 68.7 68.6 67.3 68.1 68.9 66.4 68.1 67.8 68.2 66 69.4 67.8 69.5 65.6 69.3 66.2 68.9
11 7312 Soppeng 65.7 67.6 65.5 68.2 66.8 65.4 65.4 67.2 66.9 66.2 68.3 66.8 69.8 66.3 65.8 69.2 67.4 68.6 66.5 66.5 66.4 66 65.5
12 7313 Wajo 65.5 66 67.2 66.9 68 69.2 66.2 65.8 65.5 69 69.2 68.9 67.4 69.5 67.5 65.8 67 67.6 68.7 65.3 69.6 65.3 67.6
Sidenreng
65.2 66.4 69.8 66.2 65.3 65.3 67.1 66.5 65.5 67 69.9 65.8 68.3 67.9 67.8 67.7 68.5 66 69 66.7 66.3 65.9 69
13 7314 Rappang
14 7315 Pinrang 65.6 69.4 69.5 68.8 67.5 66.1 68.9 65.6 66.6 65 68.6 66.9 67.8 67.2 68.7 66.1 68.8 65.7 67.2 68.1 67.7 65.2 70
15 7316 Enrekang 67.4 68.7 66.3 67.2 65.3 66.6 67.8 67.7 65.7 68.8 68.9 66.3 65.8 67.5 67 67.3 66.8 69.7 69 68.7 67.3 69.6 67.1
16 7317 Luwu 69.4 69.7 67.9 67.3 69 65.5 65.2 68 65.3 68.8 66.1 65.8 67 67.6 69.1 66.3 66.7 68.5 66.5 66.4 67.2 68.8 67.6
17 7318 Tana Toraja 66.3 69.5 65.7 66.3 66.4 66.2 65.4 69.1 67.8 68.2 69.3 65.8 65.5 69 69.3 67.3 66.7 69.9 67.5 68.6 68.1 69 69.2
18 7322 Luwu Utara 66.7 66.1 67.8 67.2 66 67.5 66.2 65.4 68.9 65.8 69.9 66.7 65.1 66.9 65.6 67.7 67.7 68.1 67.8 65.9 69.8 68.7 65.4
19 7324 Luwu Timur 66.4 69.6 68.5 65.7 66.3 65.4 67.5 68.7 66.7 68.3 66.4 67.8 66.4 65.7 67.4 69.9 65.5 68.6 69.8 66.5 65.9 65.2 66.9
20 7326 Toraja Utara 69.2 67.9 69.3 68.7 69.2 69.9 65.9 66.2 66.2 66.1 69.8 66 65.8 68.6 65.8 67.9 66.7 68 69.7 69.6 65.2 68.2 65.7
21 7340 Jeneponto 65.6 69.9 69.3 67.6 65.4 65.6 66.3 65 69.9 65.5 67.2 68.9 69.8 69.5 69.2 66.1 68.8 66.1 67.9 67.4 66 68.2 68.9
65 68 66.8 67.5 65.7 69.3 66.3 66.7 67.1 66.9 66.2 65.3 68.4 65.3 65.1 68.9 66.5 65.2 69.5 69.5 69.6 67.8 65.9
22 7371 Kota Makassar
68.4 68.5 66.9 67.2 65.2 66.5 68.6 65.4 69.5 68.7 69.7 68.8 68.9 66.1 65.8 67 68 67.4 69.9 65.7 66.8 66 69.6
23 7372 Kota Pare Pare
24 7373 Palopo 67 69.6 66.7 66.7 66.7 66.3 66.2 67.5 67.4 69.3 65.7 67.6 65 69.7 68.9 65.5 67.9 69.4 65.1 68.3 67.3 68 68.8
Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016
7301
7302
7303
7305
7306
7307
7308
7309
7310
7311
7312
7313
7314
7315
7316
7317
7318
7322
7324
7326
7340
7371
7372
7373
ZONA CODE 73
Sidenreng Rappang
Kepulauan Selayar
Pangkajene Kep.
Luwu Utara
Bulukumba
Jeneponto
Bantaeng
Enrekang
Soppeng
Pinrang
Takalar
Palopo
Maros
Gowa
Barru
Luwu
Sinjai
Wajo
Bone
No KAB/KOTA
Kepulauan
69.9 72.3 73.1 72.6 73.1 70.9 73.4 70.4 69 70.6 70.4 70.9 71.3 72.9 72.5 72.8 70 73.5 70 70.8 69.8 72.4 69.3
1 7301 Selayar
2 7302 Bulukumba 69.2 72.8 73 71.3 70.3 71.2 72.5 73 73.1 72.5 70.1 69.5 73.7 72.2 71.4 69.7 73 73.7 71.2 71.3 72.4 72.8 69.4
3 7303 Bantaeng 70.8 69.5 69.1 72.6 70.8 69.3 69.2 72.5 73.2 71.4 71.8 72.2 70.1 71.7 69.3 72.6 72.1 69.1 69.7 72.4 70.8 71.9 71.3
4 7305 Takalar 72.5 73.3 70.9 71.5 71 73.2 73.3 70.5 71.3 70.3 73.1 73.4 71.1 73.7 69.5 69 73.5 69.6 70 72.4 74 70.6 70.4
5 7306 Gowa 71.8 70.2 73.3 72 72.4 71.1 73.4 72.8 73.3 70.9 72.6 73.2 69.3 69.7 70.2 71.4 72.1 72.2 70.7 73.2 71 69.1 72.7
6 7307 Sinjai 71.1 69.5 72.1 71.6 73.4 73.7 73.3 70.9 71 70.4 71 70.5 72.1 71.7 69.3 71.5 72.1 72.7 73.9 73.5 69.2 72.5 69.4
7 7308 Bone 73.5 72.7 73.3 71.4 70.7 71.8 71.5 73.9 73.6 72.1 69.8 70.5 73.1 71.5 72.4 69.3 70.7 70.4 71.2 71.5 72.7 69.7 69.6
8 7309 Maros 69.5 69.6 73.8 74 69.8 71.8 72.3 70.8 73 70.8 72.2 72.6 72.4 71.9 69.2 73.5 72.9 73.9 69.8 69.1 69.2 72.8 69.1
Pangkajene
70.4 69 73.2 72.2 73.9 69.9 69.8 72.7 71.2 73.3 70.1 71 70.7 74 71.8 69.5 70.2 69.8 70.1 73.1 71.4 72 69.8
9 7310 Kep.
10 7311 Barru 69.2 72.7 72.1 71.4 69.4 70.1 72.1 69.5 71.4 73.2 72.1 70.8 72.4 71.8 73.4 69.7 72.3 69.1 72.1 69.5 69.2 70.4 72.6
11 7312 Soppeng 73.8 73 71.3 71.9 72.8 71.9 71.2 71.5 70 71.8 73.5 70 73.2 72.2 69.1 73.4 72.6 73.9 71.6 71.3 73.6 72.4 71.5
12 7313 Wajo 72.6 69.8 71.4 73.9 72 73.9 70.3 69.4 73.4 72.6 70.5 72.2 71.3 72.4 69.3 72.2 71.2 69.4 73.5 69.6 70.1 73.5 72.4
Sidenreng
72.2 69.3 71.7 71.7 69.7 70 70.4 70.8 73.1 69.3 71.1 71.8 72.8 73.2 71.8 71 72.3 72.8 73.6 70.6 69.4 71 72.9
13 7314 Rappang
14 7315 Pinrang 72.9 70.5 69.8 69.1 69.3 70.7 73.4 71.3 72.9 70.5 69.1 72 73.5 73.7 70.1 69 70.6 69.4 72.5 71.7 73.2 73.2 72.3
15 7316 Enrekang 69.1 71.3 73.4 71 73.3 71.3 72.9 70.9 70.9 73.4 71.6 70.9 73 69.5 69.6 72.3 70.7 70.8 73.1 72.3 73.9 72.3 70
16 7317 Luwu 71.1 73 71.6 72.2 73.3 70.6 71.5 70.4 72.8 69.2 70.5 73.8 69.9 72.3 73.1 73.6 71.4 72.7 69.5 70.6 70 71.3 72.5
17 7318 Tana Toraja 69.2 72.6 69.2 72.3 70.5 69.2 72.4 73.8 69.2 72.8 71.2 70.3 71.6 70.4 72.7 70.6 69.2 69.9 71.6 69.4 70.5 72.8 70.7
18 7322 Luwu Utara 69.4 72.9 73 73.3 73.4 70.1 73.7 71.6 71.5 71.9 73.7 69.8 69 71.7 70.9 69.7 71.8 69.1 71 70.1 69.1 72.2 70.8
19 7324 Luwu Timur 69.3 70.5 73.5 70.7 72.9 70.4 73.5 73.4 70.2 70.3 71.8 73.8 69.8 73.1 70.2 73.1 73 72.8 70.8 72 71.2 70.4 70
20 7326 Toraja Utara 71.3 73.8 72.7 72.3 69.1 70.8 73.6 69.8 69.1 71.2 72.6 72.7 73.7 71.5 69.6 73.1 71.8 72 69.4 70.1 72.7 71.9 73.6
21 7340 Jeneponto 70.5 73.4 73 73.3 73.7 71.4 69.2 71.6 71.9 70.1 69.4 71.2 74 69.9 73.4 70.7 69.7 69.6 73.1 73.9 72 70.7 72.1
69 69.5 72.2 71.9 69 72.1 72.9 73.1 73.8 69.8 73.3 69.4 71.3 71.9 69.5 72.7 73.1 74 72.9 69.8 72.6 70.6 73.6
22 7371 Kota Makassar
73.5 71.9 69.9 72.1 72.5 71.5 70.2 69.4 71.3 70.5 69.1 70.4 69.6 73.9 71.1 71.4 72.8 72.7 72.5 69.1 71.2 72.9 71
23 7372 Kota Pare Pare
24 7373 Palopo 73.6 72.7 71.9 71.2 70.7 70.9 71.8 71.5 72.1 69.1 72.3 73.8 73.7 70.1 71.4 71.9 72 73.8 72.8 71.7 72.4 70.6 73.3
Sumber: Hasil Survei dan Analisis Konsultan, 2016
Tabel 5. 15 Total Kendaaraan, Peek Hour Volume (PHV), Kecepatan Rata-rata dan LHR
Kecepatan
Total Kendaraan PHV LHR
No RUAS Status Jalan rata-rata
(smp) (smp/jam) (smp/hari)
(Km/jam)
Berdasarkan Tabel 5.15, kecepatan rata-rata tertinggi terdapat pada rute Gowa-
Takalar dengan kecepatan sebesar 70,6 km/jam sedangkan yang terendah terdapat pada
rute Makassar-Sungguminasa dengan kecepatan sebesar 66,7 km/jam. Kecepatan
tertinggi pada rute Gowa-Takalar dipengaruhi oleh jarak antara dua zona tersebut yang
cukup dekat dan tingkat kepadatan kendaraan yang masih rendah di ruas jalan tersebut.
Sedangkan kecepatan yang rendah pada ruas Makassar-Sungguminasa dipengaruhi oleh
tingkat kepadatan kendaraan yang cukup tinggi di ruas tersebut meskipun jarak antara
dua zona Makassar dan Sungguminasa yang berdekatan. Untuk lalu lintas harian rata-
rata paling tinggi terdapat pada ruas jalan Makassar-Sungguminasa dan arah sebaliknya
ruas jalan Sungguminasa-Makassar dimana masing- masing sebesar 40.558,18 smp/hari
dan 28.818,18 smp/hari. Nilai yang tinggi tersebut dipengaruhi oleh tingginya aktivitas
pergerakan menuju dan keluar dari Kota Makassar ke daerah di sekitarnya.