Anda di halaman 1dari 41

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Keluarga 1. Definisi Keluarga Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara.

Definisi keluarga berbeda-beda, tergantung kepada teoritis pendefinisi yaitu dengan menggunakan menjelaskan yang penulis cari untuk menghubungkan keluarga. Misal para penulis mengikuti orientasi teoritis interaksionalis keluarga, memandang keluarga sebagai suatu arena berlangsungnya interaksi

kepribadian, dengan demikian menekankan karakteristik transaksi dinamika. Para penulis yang mendukung suatu perspektif sistem-sistem sosial terbuka ukuran kecil yang terdiri dari seperangkat bagian yang sangat tergantung sama lain dan dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem-sistem yang ekstrem (Friedman, 1998). Kaluarga merupakan matriks dari perasaan beridentitas dari angotaanggotanya merasa memiliki dan berbeda. Tugas utamanya adalah memelihara pertumbuhan psikososial anggota-anggotanya dan kesejahteraan selama hidupnya secara umum. Keluarga juga membentuk unit sosial yang paling kecil yang mentransmisikan tuntutan-tuntutan dan nilai-nilai dari suatu masyarakat, dan dengan demikian melestarikannya. Keluarga harus

beradaptasi dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat sementara keluarga juga membantu perkembangan dan pertumbuhan anggotanya sementara itu semua

tetap menjaga kontinuitas secara cukup untuk memenuhi fungsinya sebagai kelompok refrensi dari individu (Friedman, 1998). Dari kedua pengertian keluarga diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa keluarga adalah seperangkat bagian yang saling tergantung satu sama lain serta memiliki perasaan beridentitas dan berbeda dari anggota dan tugas utama keluarga adalah memelihara kebutuhan psikososial anggota-anggotanya dan kesejahteraan hidupnya secara umum. 2. Struktur keluarga Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas a. Pola dan proses komunikasi Pola interaksi keluarga yang berfungsi : (1) bersifat terbuka dan jujur, (2) selalu menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikiran positif, dan (4) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk : 1. Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik. 2. Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan balik, melakukan validasi. b. Struktur peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri,

anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri dirumah. c. Struktur kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif. d. Nilai-nilai keluarga Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.Budaya adalah kupulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah (Murwani, 2007). 3. Tipe dan Bentuk Keluarga Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan orang yang mengelompokkan menurut (Friedman,1998) tipe keluarga ada tiga, yaitu :

a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya. b. keluarga orientasi (keluarga asal) adalah unit keluarga yang di dalamnya seseorang di lahirkan. c. Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga yang lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi). 4. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah : a. Fungsi Afektif (The affective function) : Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk

perkembangan individu dan psikososial keluarga. b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social placement fungtion) : Fungsi pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain di luar rumah. c. Fungsi Reproduksi (reproductive function) : Fungsi untuk

mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga. d. Fungsi Ekonomi (the economic function) : Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care function) : Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. 5. Tugas Kesehatan Keluarga Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : (Friedman, 1998) a. Mengenal masalah kesehatan. b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat. c. Memberi perawatn pada anggota keluarga yang sakit. d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat. e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat. 6. Tugas Perkembangan Keluarga Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan menurut Duvall dan Miller dalam (Friedman, 1998) adalah : a. Tahap I : keluarga pemula Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.

c. Tahap III : keluarga dengan anak usia pra sekolah dimulai ketika anak pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia lima tahun. d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama telah berusia enam tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama enam hingga tujuh tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda Ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh tahuntahun puncak persiapan dari dan oleh anak -anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri. g. Tahap VII : orangtua usia pertengahan Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.

h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya meninggal.

B. Konsep Lansia Pada hakikatnya menjadi tua merupakan poses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduruan secara fisik maupun psikis. Kemunduruan fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah (Mubarak, 2006). 1. Pengertian Lansia Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia kemunduran yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses

menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi (Rajawana, 2007) 2. Teori Menua Dahulu para ilmuan telah membuat teori tentang penuaan seperti Aristoteles dan Hipocrates yang berisi tentang suatu penurunan suhu tubuh dan cairan secara umum. Sekarang dengan seiring jaman banyak orang yang melakukan penelitian dan penemuan dengan tujuan supaya ilmu itu dapat semakin jelas, komplek dan variatif. Ahli teori telah mendeskripsikan proses biopsikososial penuaan yang kompleks. Tidak ada teori yang menjelaskan teori penuaan secara utuh. Semua teori masih dalam berbagai tahap perkembangan dan mepunyai untuk keterbatasan. Namum yang perawat dapat

menggunakannnya

memahami

fenomena

mempengaruhi

kesehatan dan kesejahteraan klien lansia. Proses menjadi tua itu pasti akan dialami oleh setiap orang dan menjadi dewasa itu pilihan.penuaan bukan progresi yang sederhana, jadi tidak ada teori universal yang diterima yang dapat memprediksi dan menjelaskan kompleksitas lansia. Penuaan dapat dilihat dari 3 perspektif yaitu : a. Usia Biologis : Berhubungan dengan kapasitas fungsi system organ b. Usia psikologis : Berhubungan dengan kapasitas perilaku adaptasi c. Usia sosial : Berhubungan dengan perubahan peran dan perilaku sesuai usia manusia.

Peran teori dalam memahami penuaan adalah sebagai landasan dan sudut pandang untuk melihat fakta, menjawab pertanyaan filosofi, dan dasar memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Penuaan pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa bagian seperti biologi, psikologi, social, fungsional dan spiritual. a. Teori Biologi : Teori ini berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang dari lahir sampai meninggal. Perubahan pada tubuh dapat secara independen atau dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologis. Teori biologi dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu : 1) Teori Stokastik/ Stochastic Theories Bahwa penuaan merupakan suatu kejadian yang terjadi secara acak atau random dan akumulasi setiap waktu. Teori ini terdiri dari : a) Error Theory : Teori kesalahan didasarkan pada gagasan di mana kesalahan dapat terjadi di dalam rekaman sintese DNA. kesalahan ini diabadikan dan secepatnya didorong kearah sistem yang tidak berfungsi di tingkatan yang optimal. Jika proses transkripsi dari DNA terganggu maka akan mempengaruhi suatu sel dan akan terjadi penuaan yang berakibat pada kematian. b) Free Radical Theory atau teori radikal bebas : Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan akumulasi kerusakan ireversibel akibat senyawa pengoksidan. Radikal bebas adalah produk metabolisme selular yang merupakan bagian molekul yang sagat reaktif. Molekul ini mempunyai muatan ekstraselular kuat

yang dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk dan sifatnya, molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel, mempengaruhi permeabilitasnya, atau dapat berikatan dengan organel sel lainnya. Proses metabolisme oksigen diperkirakan menjadi sumber radikal bebas secara spesifik, oksidasi lemak, protein dan karbohidrat dalam tubuh menyebabkan formasi radikal bebas. Polutan lingkungan merupakan sumber eksternal radikal bebas. Hayfick, (1987) dalam (Leukennot, 2000) c) Cross-Linkage Theory : Teori ini seperti protein yang metabolisme tidak normal sehingga banyak produksi sampah didalam sel dan kinerja jaringan tidak dapat efektif dan efisien. d) Wear and Tear Theory : Teori ini mengatakan bahwa manusia diibaratkan seperti mesin. Sehingga perlu adanya perawatan. Dan penuaan merupakan hasil dari penggunaan. 2) Teori Nonstokastik (NonStochastic Theories) Proses penuaan disesuaikan menurut waktu tertentu a) Programmed Theory : Pembelahan sel dibatasi oleh waktu, sehingga suatu saat tidak dapat regenerasi kembali. (Hayflick dan Moorehead, 1996) b) Immunity Theory : Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Mutasi somatic menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel,

maka hal ini dapat menyebabkan system imun tubuh mengalami perubahan, dan dapat dianggap sebagai sel asing. Hal inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Dilain pihak, system imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses penuaan dan daya serangnya terhadap sel kanker mengalami penurunan. ( Phipp, Sands, Marck, 1999) b. Teori Psikologi Teori ini akan menjelaskan bagaimana seseorang berespon pada tugas perkembangannya. Pada dasarnya perkembangan seseorang akan terus berjalan meskipun orang tersebut telah menua. 1) Teori Hierarki Kebutuhan Manusia Maslow (Maslows Hierarchy of Human Needs) Dari hierarki Maslow kebutuhan dasar menusia dibagi dalam lima tingkatan dari mulai yang terendah kebutuhan fisiologi, rasa aman, kasih sayang, harga diri sampai pada yang paling tinggi yaitu aktualisasi diri. Seseorang akan memenuhi kebutuhan tersebut dari mulai tingkat yang paling rendah menuju ke tingkat yang paling tinggi. Menurut Maslow semakin tua usia individu maka individu tersebut akan mulai berusaha mencapai aktualisasi dirinya. Jika individu telah mencapai aktualisasi diri maka individu tersebut telah mencapai kedewasaan dan kematangan dengan semua sifat yang ada di dalamnya, otonomi, kreatif, independent dan hubungan interpersonal yang positif.

2) Teori Individualism Jung (Jungs Theory of Individualism) Menurut Carl Jung sifat dasar menusia terbagi menjadi dua yaitu ekstrovert dan introvert. Individu yang telah mencapai lansia dia akan cenderung introvert, dia lebih suka menyendiri seperti bernostalgia tentang masa lalunya. Menua yang sukses adalah jika dia bisa menyeimbangkan antar sisi introvertnya dengan sisi ekstrovertnya namun lebih condong kearah introvert. Dia tidak hanya senang dengan dunianya sendiri tapi juga terkadang dia ekstrovert juga melihat orang lain dan bergantung pada mereka. 3) Teori Delapan Tingkat Perkembangan Erikson (Eriksons Eight Stages of Life) Menurut Erikson tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai individu adalah ego integrity vs disapear. Jika individu tersebut sukses mencapai tugas ini maka dia akan berkembang menjadi individu yang arif dan bijaksana (menerima dirinya apa adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung jawab dan kehidupannya berhasil). Namun jika individu tersebut gagal mencapai tahap ini maka dia akan hidup penuh dengan keputusasaan (lansia takut mati, penyesalan diri, merasakan kegetiran dan merasa terlambat untuk memperbaiki diri).

4) Optimalisasi Selektif dengan Kompensasi (Selective Optimization with ), Menurut teori ini, kompensasi terhadap penurunan tubuh ada 3 elemen yaitu: (a) Seleksi : Adanya penurunan dari fungsi tubuh karena proses penuaan maka mau tidak mau harus ada peningkatan pembatasan terhadap aktivitas sehari-hari. (b) Optimalisasi : Lansia tetap menoptimalkan kemampuan yang masih dia punya guna meningkatkan kehidupannya. (c) Kompensasi : Aktivitas-aktivitas yang sudah tidak dapat dijalakan karena proses penuaan diganti dengan aktifitas-aktifitas lain yang mungkin bisa dilakukan dan bermanfaat bagi alnsia. c. Teori Kultural Ahli antropologi menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang berpengaruh pada budaya yang dianut oleh seseorang. Hal ini juga dipercaya bahwa kaum tua tidak dapat mengabaikan sosial budaya mereka. Jika hal ini benar maka status tua dalam perbedaan sosial dapat dijelaskan oleh sejarah kepercayaan dan tradisi. Blakemore dan Boneham yang melakukan penelitian pada kelompok tua di Asia dan Afro Caribbean menjelaskan bahwa kaum tua merupakan komunitas yang minoritas yang dapat menjamin keutuhan etnik, ras dan budaya. Sedangkan Salmon menjelaskan tentang konsep Double Jeoparoly yang digunakan untuk karakteristik pada penuaan.

Penelitian umum pada kelompok Afrika Amerika dan Mexican American yaitu jika budaya membantu umtuk menjelaskan karakteristik penuaan, maka hal ini merupakan tuntutan untuk dapat digunakan dalam pemeriksaan lebih lanjut. Budaya adalah attitude, perasaan, nilai , dan kepercayaan yang terdapat pada suatu daerah atau yang dianut oleh sekelompok orang kaum tua, yang merupakan kelompok minoritas yang memiliki kekuatan atau pengaruh pada nilai budaya.Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa budaya yang dimiliki seseorang sejak lahir akan tetap dipertahankan sampai tua. Bahkan mempengaruhi orang orang disekitaryauntuk mengikuti budaya tersebut sehingga tercipta kelestarian budaya. d. Teori spiritual Pada dasarnya, ketika seseorang menjadi tua akan menjadi : 1) Menjauhkan diri dari hawa nafsu duniawi 2) Melaksanakan amanah agama yang dianut, dengan berdoa demi kententraman hidup pribadi dan orang lain 3) Menuju penyempurnaan diri dan mengarah pada pencerahan atau pemenuhan diri untuk dapat mengarah pada kemanunggalan dengan Illahi Melalui pengalaman hidup, setiap orang akan berupaya menjadi lebih arif dan akan mengembangkan dirinya ke labih yang berarti, melalui prestasi yang diraihnya di kala muda, seseorang akan berupaya meraih

nilai-nilai luhur di hari tua khususnya keserasian hidup dengan lingkungannnya. Kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan oleh usia lanjut sebagai upaya dalam meniti dan meningkatkan taraf kehidupan spiritual yang baik antara lain :

1) Mendalami kitab suci sesuai agama masing-masing supaya kekurangan dan kesalahan yang sudah dilakukan dapat diperbaiki 2) Melakukan latihan meditasi 3) Berdoa untuk menjalin hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan YME, dengan berani dan terbuka mengakui kesalahan dan melakukan pertaubatan 4) Kotemplasi, pelibatan diri dalam kondisi dan situasi yang sesuai dengan kitab suci dan diaplikasikan dalam kehidupan masa kini

Kegiatan-kegiatan di atas tersebut menyiapkan usia lanjut untuk kembali secara sempurna dan utuh ke pangkuan Illahi (Setiati, 2000)

3. Perubahan Pada Lansia a) Perubahan Pada Fisik Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pengaturan pendengaran, tubuh, penglihatan,

kardiovaskuler,

sistem

muskuloskeletal,

gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.

1) Sistem pernafasan pada lansia. (a) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal. (b) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret. (c) Penurunan aktivitas paru (mengembang & mengempisnya) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml. (d) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas permukaan normal 50m), menyebabkan terganggunya prose difusi. (e) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan. (f) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri. (g) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi. 2) Sistem Persyarafan (a) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan. (b) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.

(c) Mengecilnya syaraf panca indera. (d) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin. 3) Perubahan Panca Indera yang tejadi pada lansia (a) Penglihatan : Kornea lebih berbentuk skeris, Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap, Hilangnya daya akomodasi, Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang, Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala. (b) Pendengaran: Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :

Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis, Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin. (c) Pengecap dan penghidu : Menurunnya kemampuan pengecap, Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.

(d) Peraba : Kemunduran dalam merasakan sakit, Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin. b) cardiovaskuler pada usia lanjut. 1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku. 2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. 3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah : Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ). 4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal 170/95 mmHg ). c) Sistem genito urinaria. 1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. 2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi

BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin. 3) Pembesaran prostat 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun. 4) Atropi vulva. 5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna. 6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus. d) Sistem endokrin / metabolik pada lansia. 1) Produksi hampir semua hormon menurun. 2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah. 3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH. 4) Menurunnya aktivitas tiriod BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat. 5) Menurunnya produksi aldosteron. 6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron. 7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).

e) Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut. 1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. 2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap ( 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit. 3) Esofagus melebar. 4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun. 5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi. 6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ). 7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. f) Sistem muskuloskeletal. 1) Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh. 2) Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi. 3) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebrata, pergelangan dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang tersebut. 4) Katilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus. 5) Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.

6) Gangguan gaya berjalan. 7) Kekakuan jaringan penghubung. 8) Persendian membesar dan menjadi kaku. 9) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis. 10) Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses penuaan. g) Perubahan sistem kulit & jaringan ikat. 1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak. 2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa 3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi. 4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen. 5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik. 6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh. 7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu. 8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun. 9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.

10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya akitfitas otot. h) Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual. 1) Perubahan sistem reprduksi. (a) selaput lendir vagina menurun/kering. (b) menciutnya ovarium dan uterus. (c) atropi payudara. (d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur. (e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik. 2) Kegiatan sexual. Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang paling diharapkan dalam menjalani sexualitas.

Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex. 4. Peran Keluarga Pada lansia
Bagi lanjut usia, keluarga merupakan sumber kepuasaan. Data awal yang diambil oleh peneliti terhadap lanjut usia berusia 50, 60 dan 70 tahun di kelurahan Jambangan menyatakan bahwa mereka ingin tinggal di tengah-tengah keluarga. Mereka tidak ingin tinggal di Panti Werdha. Para lanjut usia merasa bahwa kehidupan mereka sudah lengkap, yaitu sebagai orang tua dan juga sebagai kakek, dan nenek. Mereka dapat berperan dengan berbagai gaya, yaitu gaya formal, gaya bermain, gaya pengganti orang tua, gaya bijak, gaya orang luar, dimana setiap gaya membawa keuntungan dan kerugian masing-masing . Akan tetapi keluarga dapat menjadi frustasi bagi orang lanjut usia. Hal ini terjadi jika ada hambatan komunikasi antara lanjut usia dengan anak atau cucu dimana perbedaan faktor generasi memegang peranan Sistem pendukung lanjut usia ada tiga komponen menurut Joseph. J Gallo (1998), yaitu jaringan-jaringan informal, system pendukung formal dan dukungan-dukungan semiformal. Jaringan pendukung informal meliputi keluarga dan kawan-kawan. Sistem pendukung formal meliputi tim keamanan sosial setempat, program-program medikasi dan kesejahteraan sosial. Dukungan-dukungan semiformal meliputi bantuan-bantuan

dan interaksi yang disediakan oleh organisasi lingkungan sekitar seperti perkumpulan pengajian, gereja, atau perkumpulan warga lansia setempat. 25 Sumber-sumber dukungan-dukungan informal biasanya dipilih oleh lanjut usia sendiri. Seringkali berdasar pada hubungan yang telah terjalin sekian lama. Sistem pendukung formal terdiri dari program Keamanan Sosial, badan medis, dan Yayasan Sosial. Program ini berperan penting dalam ekonomi serta kesejahteraan sosial lanjut usia, khususnya dalam gerakan masyarakat industri, dimana anak-anak bergerak menjauh dari orangtua mereka. Kelompok-kelompok pendukung semiformal, seperti kelompok-kelompok pengajian, kelompokkelompok gereja, organisasi lingkungan sekitar, klub-klub dan pusat perkumpulan warga senior setempat merupakan sumber-sumber dukungan sosial yang penting bagi lanjut usia. Lanjut usia harus mengambil langkah awal untuk mengikuti sumber-sumber dukungan di atas. Dorongan, semangat atau bantuan dari anggota-anggota keluarga, masyarakat, sangat dibutuhkan oleh lanjut usia. Jenisjenis bantuan informal, formal, dan semiformal apa sajakah yang tersedia bagi lanjut usia yang terkait pada masa lampaunya.

5. Tugas perkembangan Keluarga berkaitan Dengan lansia a) Mengenal masalah kesehatan lansia. b) Mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pada lansia. c) Merawata anggota keluarga lansia. d) Memodifikasi lingkungan fisik dan psikologis sehingga lansia dapat beradaptasi terhadap proses penuaan tersebut.

e) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dan sosial dengan tepat sesuai dengan kebutuhan lansia (Mubarak, 2006). 6. Alasan Lansia Perlu Dirawat di lingkungan Keluaga a) Keluarga merupakan unit pelayanan keperawatan dasar. b) Tempat tinggal keluarga merupakan lingkungan atau tempat alamiah dan damai bagi lansia, apa bila keluarga tersebut harmonis. c) Kesejahteraan keluaga dan kemampuan keluarga untuk menentukan diri sendiri merupakan prinsip-prinsip untuk mengarah kepada pengambilan keputusan. d) Pengambilan keputusan yang terkait dengan kesehatan keluarga

merupakan kesepakatan antara keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan. e) Pelayanan keperawatan yang dilakukan di rumah oleh keluarga atau lansia dengan perawat ahli didalam keperawatan lansia sebagai pemberi pelayanan, konselor, pendidik, pengelola, fasilitator dan koordinator pelayanan kepada lansia (Mubarak, 2006) 7. Masalah-Masalah Kesehatan yang Dapat Muncul Pada Keluarga Dengan Lansia a) Ancaman Kesehatan Resiko terjadinya cidera atau bahaya fisik, resiko terjadinya kekurangan atau kelebihan gizi. b) Keadaan kurang sehat atau tidak sehat Diabetes Melitus, Hipertensi, Artritis, penyakit jantung, Kangker, Penyakit ginjal, Penyakit paru-paru, Penyakit kulit, Kasus Fraktur atau luka, Lansia

dengan menarik dii atau isolasi sosial, kasus depresi, dan koping yang tidak efektif. c) Krisis Lansia yang memasuki masa pensiun atau kehilangan pekerjaan, kesepian karena ditinggal pasangan hidup (suami atau istri), kesepian karena anak sudah berkeluarga. 8. Pengertian Artritis Reumatoid Arthritis rheumatoid adalah sebuah penyakit kronis, sistemik, inflamasi yang menyebabkan kerusakan sendi dan perubahan bentuk dan

mengakibatkan kelumpuhan (Lueckenotte, 2000). Arthritis rheumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai system organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui sebab-sebabnya. Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah (Corwin, 2001)

9. tanda dan gejala rematik Penderita penyakit rematik kebanyakan datang ke dokter sudah dalam kondisi parah. Ada yang sudah tidak bisa jalan, sendi-sendi tangannya cacat, atau depresi berat. Padahal jika pasien ditangani secara dini maka setidaknya kecacatan itu dapat dihindari lewat metode pengobatan, operasi, dan terapi fisik. dengan penanganan yang tepat, penderita rematik dapat menjalani hidup seperti orang sehat pada umumnya. Deteksi penyakit Rematik pada awalnya dilakukan dengan tes Rheumatoid Faktor (RF). Namun tes antibodi ini juga digunakan untuk mendiagnosis penyakit autoimun lainnya, seperti infeksi kronik. Penanda yang lebih spesifik untuk penyakit ini dilakukan lewat tes anti CPP atau Anti-cylic citrullinated antibody. Tes ini relatif batu dan merupakan penanda yang dapat mendeteksi munculnya rematik secara lebih dini. Karena hasil tes ini bisa memprediksi munculnya rematik lima tahun kedepan. Deteksi dini sangat penting bagi diagnosis rematik. Pasalnya dengan penanganan dini pula maka berbagai kerusakan sendi dapat dicegah. Adapun Gejala Rematik antara lain : 1. Kekakuan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi hari. 2. Bengkak pada 3 atau lebih sendi pada saat yang bersamaan. 3. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada sendi-sendi tangan.

4. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumnya menyerang sendi pergelangan tangan. (Corwin, 2001) 10. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 1.1 Gambar Sendi lutut normal dan reumatoid artritis

Gambar 1.2 Gambar sendi lutut Normal Gambar sendi lutut Rheumatoid arthritis

Sistem muskuloskeletal bekerja membuat gerakan dan tindakan yang harmoni sehingga manusia menjadi seorang yang bebas dan mandiri. Sistem muskuloskeletal terdiri dari kerangka, sendi, otot, ligamentum dan bursa.

Kerangka membentuk dan menopang tubuh, melindungi organ penting dan berperan sebagai penyimpanan mineral tertenatu seperti kalsium, magnesium, dan fosfat. Rongga medula tulang adalah tempat utama yang memproduksi sel darah. Otot memberikan kekuatan untuk menggerakkan tubuh, menutup lobang luar dari sistem gastrointestinal dan saluran kencing serta meningkaykan produksi panas untuk menjaga kontrol temperatur (Charlene J, 2001) 11. Etiologi Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001). Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu: a. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus. b. Endokrin c. Autoimmun d. Metabolik e. Faktor genetik serta pemicu lingkungan Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi.

Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin disebabkan karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.

12. Patofisiologi Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologis persendian diartrodial atau sinovial merupakan kunci untuk memahami patofisiologi penyakit rheumatik. Fungsi persendian sinovial adalah gerakan. Setiap sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat digerakkan. Pada sendi sinovial yang normal. Kartilago artikuler membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untu gerakan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan cairan kedalam ruang antara-tulang. Cairan sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat. Sendi merupakan bagian tubuh yang sering terkena inflamasi dan degenerasi yang terlihat pada penyakit rheumatik. Meskipun memiliki keaneka ragaman mulai dari kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga kelainan multi sistem yang sistemik, semua penyakit reumatik meliputi inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang biasa terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit

reumatik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun. Sebaliknya pada penyakit reumatik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih besar kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit yang lanjut. Sinovitis dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari karilago artikuler yang mengalami degenerasi kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat (Brunner&Suddarth, 2002).

Pathways Bakteri Mikroplasma Menginfeksi sendi Merusak lapisan sendi yaitu membrane synovium Rheumatoid Arthritis Nyeri Peradangan Virus

Gangguan rasa nyaman nyeri

Resiko injuri

5 ketidak mampuan keluarga


1. Mengenal masalah nyeri peradangan 2. Mengambil keputusan yang tepat 3. Merawat anggota keluarga dengan nyeri peradangan 4. Memodifikasi lingkungan 5. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

13. Manifestasi klinik Rasa nyeri merupakan gejala penyakit reumatik yang paling sering menyebabkan seseorang mencari pertolongan medis gejala yang sering lainnya mencakup pembengkakan sendi. Gerakan yang terbatas, kekakuan, kelemahan, dan perasaan mudah lelah. (Brunner&Suddarth, 2002). 14. Penatalaksanaan Sendi yang meradang di istirahatkan selama eksaserbasi, periode-periode istirahat setiap hari, kompres panas dan dingin bergantian, aspirin, obat anti-inflamasi nonsteroid lainnya, atau steroid sistemik, pembedahan untuk mengeluarkan membran sinovium atau untuk memperbaiki deformitas (Corwin, 2001).

C. Proses Keperawatan Keluarga 1. Pengkajian Keluarga Pengkajian yang dilakukan pada Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan artritis antara lain : a. Identitas Data Daftar nama-nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah, alamat tempat tinggal keluarga, Komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang budaya, pola spiritual, status ekonomi budaya, pendidikan, aktifitas kreasi keluarga riwayat dan tahap perkembangan keluarga, dan riwayat keluarga sebelumnya. b. Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga

1)

Riwayat keluarga : Adanya anggota keluarga yang terkena artritis mempunyai resiko lebih besar untuk terganggunya aktifitas dan

kelangsungan keluarga. 2) Tahap perkembangan keluarga saat ini : Artriris sering ditemukan pada keluarga dengan anggota keluarganya yang dewasa. c. Data Lingkungan 1) Karakteristik rumah : Rumah yang kurang nyaman, Status rumah yang dihuni keluarga apakah rumah sendiri atau menyewa dapat mempengaruhi keperdulian keluarga dalam beristirahat. 2) Karakteristik tetangga dan masyarakat yang lebih luas : Tempat tinggal yang sempit, padat, medan lingkungan yang membahayakan dan dari keluarga ekonomi menengah ke bawah meningkatkan resiko cedera klien. 3) Fasilitas dan pelayanan kesehatan : Tingkat ekonomi yang rendah dapat mengakibatkan sulitnya pengobatan artritis. Ketidak efektifannya dan keluarga dalam mengunjungi pelayanan kesehatan yang ada. 4) Fasilitas transportasi : Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan agar penderita mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segera. Ketiadaan sarana transportasi menjadikan masyarakat enggan berkunjung ke pelayanan kesehatan sehingga kondisi akan semakin memburuk. d. Struktur Keluarga

1) Struktur komunikasi : Berkomunikasi dan berineraksi antar sesama anggota keluarga merupakan tugas keluarga, dan dapat menurunkan beban masalah (Efendi,1998). 2) Struktur kekuasaan : Kekuasaan dalam keluarga dipegang oleh pemegang keputusan yang mempunyai hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan dalam mengatasi masalah kesehatan diare dalam keluarga (Efendi,1998). 3) Struktur peran : Peran antar kelurga menggambarkan perilaku interpersonal yang berhubungan dengan masalah kesehatan dalam posisi dan situasi tertentu (Efendi,1998). 4) Nilai kepercayaan : Beban kasus keluarga sangat bergantung pada nilai kekuasaan dan kebutuhan akan asuhan keperawatan keluarga (Efendi,1998). e. Fungsi Keluarga 1) Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan yang disebabkan oleh: Kurangnya pengetahuan keluarga tentang artritis, anggapan bahwa penyakit artritis adalah biasa yang bisa sembuh dengan sendirinya. 2) Ketidak kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan serta dalam mengambil tindakan yang tepat tentang artritis atau Tidak memahami mengenai sifat berat dan meluasnya masalah artritis. 3) Ketidak mampuan keluarga dalam memecahkan masalah Karena kurangnya pengetahuan dan sumber daya keluarga seperti : latar belakang pendidikan dan keuangan keluarga. 4) Ketidakmampuan keluarga memilih tindakan diantara beberapa alternative perawatan dan pengobatan terhadap artritis.

5)

Ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota kelurga yang sakit berhubungan dengan tidak mengetahui keadaan artritis misal : sifat artritis, penyebab artritis, dan tanda gejala yang menyertai artritis (Nasrul effendi,1998)

f. Koping keluarga : Koping keluarga dipengaruhi oleh situasi emosional keluarga, sikap dan pandangan hidup, hubungan kerja sama antara anggota keluarga serta adanya support system dalam keluarga (Efenndy,1998). g. Perumusan Masalah : Perumusan masalah dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari pengkajian keluarga . Struktur diagnosis keperawatan. Keluraga terdiri dari maslah (problem), penyebab (etiologi) dan atau tanda atau gejala. Maslah adalah suatu pernyataan tidak terpenuhi kebutuhan dasar manusia yang dialami keluarga atau anggota keluarga . Penyebab adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu pada liam tugas keluarga yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Tanda/gejala adalah sekumpulan data objektif dan subjektif yang diperoleh oleh perawat dari kelurga yang mendukung maslah dan penyebab. h. Diagnosis keperwatan keluarga merupakan respons keluarga terhadap maslah kesehatan yang dialami, baik actual, risiko taupun potensial, yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan secara mandiri maupun kolektif yang terdiri dari maslah, etiologi, serta tanda dan gejala(PES). Diagnosis keperawatan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu diagnosis

keperwatan actual, risiko atau risiko tinggi, dan potensial atau wellness.

1) Diagnosis actual, menunjukan keadaan yang nyata dan sudah terjadi pada sat pengkajian di keluarga. 2) Risiko atau risiko tinggi. Merupakan maslah yang belum terjadi pada pengkajian. Namun dapat menjadi maslah actual bila tidak diulakukan pencegahan dengan cepat. 3) Potensial atau Wellness. Merupakan proses pencapaian tingkat fungsi yang lebih tinggi. Potensial juga merupakan suatu keadaan sejahtera dari keluarga yang sudah mampu memenuhi kebutuhan kesehatan dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan. Diagnosis

Potensial dapat dirumuskan tanpa disertai etiologi i. Penetapan Prioritas Masalah Dalam suatu keluarga, perawat dapat menemukan maslah lebih dari satu diagnosis keperawatan keluarga. Oleh karena itu perawat perlu menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan keluarga yang ada dengan menggunakan skala proritas asuhan keperawatan keluarga( Bailon dan Maglaya, 1978) Proritas maslah adalah penentuan prioritas urutan masalah dalam merencanakan penyelesaian maslah keperawatan melalui perhitungan skor. Skala ini memiliki empat kriteria, masing masing kriteria memiliki skor dan bobot yang berbeda disertai dengan pembenaran atau alas an penentuan skala tersebut. 1. Kritera pertama : sifat masalah dengan skala actual (skor 3), risiko (skor 2), dan wellness (skore 1) dengan bobot 1, pembenaran sesuai dengan maslah yang sudah terjadi, akan terjadi atau kea rah pencapaian tingkat fungsi yang lebih tinggi.

2. Kriteria kedua : Kemungkinan masalah dapat di ubah dengan skala mudah (skor 2), sebagian (skor 1), dan tidak dapat (skor 0) dengan bobot 2. Pembenaran di tunjang dengan data pengetahuan (pengetahuan klien/keluarga, teknologi, dan tindakan untuk menangani masalah yang ada), sumberdaya keluarga (dalam bentuk fisik, keuangan, dan tenaga) sumber daya perawat (pengetahuan, ketrampilan, dan waktu), dan sumber daya masyarakat (dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyrakat dan sokongan masyarakat). 3. Kriteria ketiga : Potensial masalah untuk dijegah dengan skala skor tinggi (skor 3) cukup (skor 2), dan rendah (skor 1) dengan bobot 1. Pembenaran di tunjang dengan data kepelikan dari masalah yang berhunungan dengan penyakit atau maslah. Lamanya maslah (waktu maslah itu ada), tindakan yang sedang dijalankan(tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah), dan adanya kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah. 4. Kriteria keempat : Menonjolnya maslah denganskala segera (skor 2), tidak perlu segera (skor 1), dan tidak dirasakan (skor 0) dengan bobot 1. Pembenaran ditunjang dengan data persepsi kelurga dalam melihat masalah yang ada, Untuk lebih jelasnya skala dalam menentukan prioritas dapat dilihat dalam table .
NO 1 KRITERIA Sifat maslah Skala: aktual Risiko Potensial/wellness Kemungkinan masalah dapat diubah Skala: mudah sebagian tidak dapat Potensi masalah untuk dicegah SKOR 3 2 1 BOBOT PEMBENARAN

2 1 0

Skala: tinggi cukup Rendah 4 Menonjolnya masalah Skala: segera Tidak perlu segera Tidak diraskan

3 2 1 2 1 0

Tabel 2.1 skala untuk menentukan prioritas askep keluarga Setelah kita mampu menentukan skor dari tiap kriteria kemudian kita lakukanperhitungan menggunakan rumus berikut untuk menetapkan nilai maslah. skor dibagi angka tertinggi di kali bobot, jumlahkan skor nya. skor tertinggi merupakan prioritas diagnosis yang akan kita tanggulangi lebih dahulu. Skor Skala tertinggi X Bobot = Nilai masalah masalah

j.

Diagnosa keperawatan 1) Nyeri berhungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderia nyeri sendi. 2) Resiko injuri berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah nyeri sendi dan memodifikasi lingkungan.

k.

Fokus intervensi a. Diagnosa pertama Nyeri berhungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderia rematik. 1) Pencegahan primer a) Berikan penyuluhan tentang pencegahan nyeri

b) Ajarkan cara untuk kompres hangat

c)

Identifikasi adanya factor-faktor nyeri

2) Pencegahan sekunder a) Kaji karakteristik nyeri

b) Beri kompres hangat dan dingin c) Beri obat anti inflamasi seperti aspirin dll.

3) Pencegahan tersier a) Segera bawa ke pelayanan kesehatan bila diketahui nyeri berkelanjutan. b) Kolaborasi pemberian obat antianalgetik.

b. Diagnosa kedua Resiko injuri berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal, masalah nyeri sendi dan memodifikasi lingkungan.

1) Pencegahan primer a) Berikan penyuluhan tentang resiko injuri b) Ajarkan cara untuk pencegahan jatuh c) Identifikasi adanya factor-faktor resiko injuri 2) Pencegahan sekunder a) Kaji resiko injuri b) Beri pendidikan kesehatan tentang lingkungan yang aman bagi penderita nyeri sendi. c) Modifikasi lantai yang licin, pencahayaan yang terang dan penataan perabotan rumah tangga yang aman bagi penderita nyeri sendi. 3) Pencegahan tersier

Segera bawa ke pelayanan kesehatan bila kondisi pasien semakin memburuk.

Anda mungkin juga menyukai