0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang komitmen mutu pelayanan publik dan bagaimana mengatasi masalah pelayanan yang kurang berkualitas pada instansi pemerintah. Faktor penyebabnya antara lain kurangnya sarana prasarana, petugas yang kurang profesional, dan budaya kerja yang perlu diubah. Cara mengatasinya meliputi motivasi self commitment, perbaikan lingkungan kerja, budaya pelayanan, serta inovasi seperti layanan daring.
Dokumen tersebut membahas tentang komitmen mutu pelayanan publik dan bagaimana mengatasi masalah pelayanan yang kurang berkualitas pada instansi pemerintah. Faktor penyebabnya antara lain kurangnya sarana prasarana, petugas yang kurang profesional, dan budaya kerja yang perlu diubah. Cara mengatasinya meliputi motivasi self commitment, perbaikan lingkungan kerja, budaya pelayanan, serta inovasi seperti layanan daring.
Dokumen tersebut membahas tentang komitmen mutu pelayanan publik dan bagaimana mengatasi masalah pelayanan yang kurang berkualitas pada instansi pemerintah. Faktor penyebabnya antara lain kurangnya sarana prasarana, petugas yang kurang profesional, dan budaya kerja yang perlu diubah. Cara mengatasinya meliputi motivasi self commitment, perbaikan lingkungan kerja, budaya pelayanan, serta inovasi seperti layanan daring.
Nama : Sarah Azka Saffanah, A.Md., Farm NIP : 199706292020122007 Gelombang IX Angkatan XII Kelompok I 1. Pendahuluan Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance) sudah menjadi keharusan di era reformasi saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mewujudkan keharusan tersebut, namun dalam implementasinya masih belum sesuai dengan harapan. Penyelengaraan pemerintahan yang berorientasi pada layanan prima sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik. Paradigma pemerintah harus segera berubah, dari pola yang selalu minta dilayani, menjadi pola pemerintahan yang siap melayani dan senantiasa mengedepankan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab ASN, semua harus dilaksanakan secara optimal agar dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat. Aspek utama yang menjadi target stakeholder adalah layanan yang komitmen pada mutu, melalui penyelenggaraan tugas secara efektif, efisien dan inovatif. Komitmen mutu merupakan pemahaman konsep mengenai efektivitas, efisiensi, inovasi, dan mutu penyelenggaraan Pemerintah. Ekeftivitas merupakan sejauh mana sebuah organisasi atau dalam hal ini yaitu suatu Instansi dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Sementara efisien merupakan jumlah sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi atau instansi tersebut. Efisien ditentukan oleh berapa banyak bahan baku, biaya, dan tenaga yang dibutuhkan untuk mencapai sebuah tujuan. Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakterisitik utama yang dijadikan dasar untuk mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian target yang telah direncanakan, baik dilihat dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat memberikan kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan. Sementara inovasi, muncul karena adanya dorongan kebutuhan organisasi/instansi untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang terjadi disekitarnya. Di sisi lain, mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen atau pengguna. Tapi dari semua yang telah dijelaskan diatas, masih banyak saat ini instansi pemerintah yang memberikan pelayanan tidak sesuai dengan standar yang ada, terkadang masyarakat dibuat pusing oleh alur pelayanannya. 2. Contoh Pelayanan Instansi Pemerintah Yang Tidak Berkualitas Sebagai contoh terkecil pelayanan instansi pemerintah yang kurang berkualitas, Salah satunya layanan publik pihak kelurahan. Di situ kita bisa melihat betapa buruknya sebuah kinerja layanan yang jauh dari harapan. Mereka memandang sebuah jabatan ataupun bagian kerja adalah sebuah rutinitas, melayani kebutuhan masyarakat tanpa adanya profesionalisme ataupun pelayanan yang baik, bahkan jauh dari harapan masyarakat sebagai pelanggan mereka. Kita dapat merasakan mulai dari jam kerja yang molor, bahkan setiap hari pasti ada yang tidak masuk karena alasan yang tidak jelas hingga tata cara kerja yang seolah-olah tidak adanya target dan administrative. Kita dapat melihat betapa santainya pegawai kelurahan dan buruknya dalam pelayanan, misalnya dalam pembuatan KTP. Betapa kecewanya kita disaat hendak mengurus sebuah KTP harus bersusah payah untuk mendapatkannya. Berbagai alasan terlontar disaat kita akan mendapatkannya, mulai dari antrian, blanko yang kosong, pejabat kelurahan yang belum hadir, dan lain-lain tanpa adanya kejelasan yang pasti. Padahal kita sudah meluangkan waktu dan memenuhi segala persyaratan. Namun yang terjadi adalah kekecewaan yang seolah-olah harus kita tanggung sebagai harga mahal membuat KTP. Sungguh ironis disaat kita harus mendapatkan hak sebagai warga negara namun tidak ada pelayanan yang baik bagi kita, padahal kita sudah memenuhi kewajiban sebagai warga negara. Mulai dari membayar pajak, mentaati peraturan pemerintah hingga berbelanja apapun sudah dikenakan pungutan atau pajak. Dari sini jelas tidak adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban. Seharusnya pemerintah sudah sadar sepenuhnya arti pelayanan bagi masyarakat, mulai dari hal-hal yang kecil hingga besar dimana sudah seharusnya mereka berorientasi pada the real service.( pelayanan yang sesungguhnya ). 3. Faktor/sumber permasalahan Dari contoh kasus diatas, banyak factor atau sumber permasalahan yang dapat mempengaruhi mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pertama, kurangnya bahan baku atau sarana/prasarana yang memadai. Menurut contoh diatas, yang menjadi masalah terkait bahan baku atau sarana/prasarana adalah blanko ktpnya yang kosong, seharusnya jika ingin memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat pihak kelurahan tersebut sudah bersiap-siap sebelumya jika memang ada kekurangan bahan baku seperti kekosongan blanko sehingga pada saat masyarakat membutuhkan semuanya sudah siap dan masyarakat tidak harus menunggu. Atau jika memang benar-benar tidak bisa mengusahakan blanko tersebut, masyarakat diberikan kepastian seperti kapan adanya blanko kemudian kapan harus Kembali lagi. Terkadang pihak kelurahan, hanya memberikan alasan tapi tidak memberikan kepastian. Kedua, petugas yang tidak bekerja optimal dan kurangnya tanggungjawab dan profesionalisme dalam bekerja. Hal tersebut menjadi salah satu factor yang menyebabkan kurangnya pelayanan yang berkualitas di instansi pemerintah. Merujuk pada contoh kasus diatas, disebutkan bahwa terkadang jam pelayanan yang molor atau petugas ada yang tidak hadir karena alasan yang tidak masuk akal menjadikan pelayanan yang kurang optimal sehingga masyarakat tidak puas dengan pelayanan yag diberikan. 4. Cara Mengatasi Masalah Dari contoh kasus diatas, banyak hal yang harus diperbaiki agar masyarakat bisa terlayani dengan baik dan bisa puas terhadap pelayanan yang diberikan. Pertama cara mengatasi atau memperbaiki pelayanan tersebut yaitu motivasi. Motivasi adalah suatu alasan yang dijadikan oleh seseorang untuk mencapai tujuannya. Dalam hal ini yang menjadi motivasi adalah bagaimana instansi pemerintah ingin memperbaiki pelayanan kepada masyarakat. Motivasi dalam memperbaiki pelayanan ini sesuai dengan nilai dasar komitmen mutu adalah dimulai dari self commitment. Dimana self commitment adalah bagaimana cara kita sebagai pelayan public berkomitmen terhadap diri kita sendiri agar bisa melayani public dengan baik dan mengubah cara pikir yang tadinya pola pikir dilayani menjadi melayani. Kemudian berkomitmen terhadap diri sendiri juga bisa dengan tepat waktu dalam bekerja agar pada saat akan memberikan pelayanan kepada masyarakat, kita sudah siap sehingga masyarakat tidak perlu menunggu lagi. Selanjutnya environment atau lingkungan. Lingkungan dalam bekerja sangat mempengaruhi bagaimana kita kerja di tempat kerja. Seperti halnya ada pegawai yang terlambat atau kurang professional dalam bekerja, kita juga mungkin bisa terpengaruh oleh orang tersebut sehingga kita juga ikut-ikutan tidak professional dalam bekerja. Hal tersebut harus diperbaiki dan dihilangakan agar pelayanan yang diberikan bisa meningkat. Kembali lagi ke self commitment bahwa kita tidak boleh mengikuti orang seperti itu melainkan kita yang harus mempengaruhi orang tersebut agar bisa mejadi lebih baik dan bisa mengubah lingkungan kerja kita menjadi lingkungan kerja yang sehat, bertanggung jawab dan professional sehingga pelayanan kepada public pun bisa menjadi lebih baik. Yang selanjutnya ada culture atau budaya. Budaya yang banyak ditemui di kalangan pelayan public adalah sikap yang leha-leha terhadap pekerjaan atau masih berpola pikir menjadi ASN itu dilayani bukan melayani. Budaya yang seperti itu harus diubah karena sekarang sudah jamannya ASN itu menjadi pelayan public dan bukan dilayani oleh public. Dan yang terakhir yang mungkin bisa menjadi cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melakukan inovasi. Inovasi adalah semua hal baru yang berangkat dari ilmu pengetahuan, serta dapat memberikan manfaat dalam kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan dalam pengembangan inovasi. Tanpa adanya ilmu pengetahuan, inovasi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Bahkan, bisa saja malah salah sasaran, tidak bertahan lama, dan menjadi angan-angan saja. Inovasi sangat berguna di segala bidang kehidupan, oleh karena itu, memahami beberapa hal terkait inovasi memang diperlukan. Berkaitan dengan kasus diatas, inovasi yang bisa dilakukan adalah membuat pelayanan berbasis daring atau online. Sehingga masyarakat tidak perlu datang ke suatu instansi atau dalam hal kasus diatas datang ke kelurahan untuk mengurus administrasi sehingga lebih fleksibel dalam waktunya juga masyarakat tidak harus menunggu kepastian jika ada kendala di instansinya. 5. Penutup Demikian yang bisa saya uraikan tentang komitmen mutu. Mohon maaf bila ada kekurangan. Mudah-mudahan kita sebagai calon ASN bisa menjadi ASN yang baik dalam melayani masyarakat juga menghindari pola pikir dilayani yang seharusnya melayani dan tidak lupa harus bisa berinovasi agar dapat mencapai peningkatan pelayanan public dalam segala bidang.